Tempuh Jalur Independen, Pendiri Blizzard Dirikan Perusahaan Game Baru, Dreamhaven

Setelah mundur dari jabatan CEO Blizzard di tahun 2018, Mike Morhaime akhirnya punya proyek baru yang bakal sangat menarik perhatian industri gaming. Pada tanggal 23 September 2020, pendiri Blizzard tersebut memperkenalkan Dreamhaven, sebuah perusahaan video game baru yang ia dirikan bersama istrinya, kali ini independen dan tanpa campur tangan pihak luar.

Poin tentang independen ini penting terutama kalau melihat sejarah Blizzard. Mungkin tidak banyak yang tahu, akan tetapi Mike Morhaime sebenarnya sudah menjual Blizzard sejak tahun 1994 dengan nilai $6,75 juta. Kala itu, perusahaannya bahkan belum memakai nama Blizzard, dan Warcraft pun masih belum eksis.

Alhasil bisa dikatakan Mike Morhaime dan timnya sama sekali tidak punya hak kepemilikan atas beragam franchise tersukses Blizzard macam Warcraft, Starcraft, Diablo, maupun Overwatch. Lewat Dreamhaven, Mike sepertinya tidak mau mengulangi kesalahannya dengan Blizzard, meski ke depannya ia tetap bakal mempertimbangkan peluang kerja sama dengan investor yang tertarik.

Yang cukup menarik, Dreamhaven diperkenalkan ke publik dengan dua studio terpisah sekaligus di bawah naungannya: Moonshot Games dan Secret Door. Keduanya sama-sama dimotori oleh para alumni Blizzard dengan pengalaman yang panjang di industri gaming. Sejauh ini, dari 27 total karyawan Dreamhaven, cuma satu yang sebelumnya tidak pernah merasakan bekerja di Blizzard.

Mike Morhaime
Mike Morhaime / Sumber gambar: Games Industry

Berdasarkan laporan Washington Post yang sempat mewawancarai Mike Morhaime secara langsung, Moonshot Games bakal berfokus pada proyek yang berskala lebih besar, sedangkan Secret Door akan mengeksplorasi “konsep yang lebih intim” – apakah game mobile? Meski sejauh ini belum ada judul game spesifik yang sedang dikerjakan oleh kedua studio tersebut, kemungkinan besar game pertama yang bakal dipublikasikan oleh Dreamhaven adalah game multiplayer.

Kalau melihat riwayat sukses Blizzard dengan kategori game multiplayer, semestinya prediksi ini tidak akan terdengar terlalu mengejutkan. Lebih lanjut, game multiplayer tentu juga berpotensi mempunyai ekosistem esports sendiri, dan saya tidak heran apabila esports bakal menjadi salah satu area yang diincar oleh Dreamhaven, terutama kalau mempertimbangkan jabatan lama istri Mike, Amy Morhaime, selaku pimpinan divisi esports Blizzard.

Seperti yang kita tahu, esports merupakan lahan uang, dan menciptakan setidaknya satu game dengan ekosistem esports yang sukses bakal berdampak positif terhadap kondisi finansial jangka panjang Dreamhaven. Harapannya tentu saja adalah supaya mereka tetap bisa berkarya sesuai dengan idealisme mereka, dan kali ini tanpa terhambat perkara uang seperti yang terjadi pada Blizzard lebih dari dua dekade silam.

Moonshot Games

Kontrol, itulah kata kunci yang ingin saya asosiasikan dengan Dreamhaven. Kalau Blizzard dulu sudah bisa menciptakan deretan game yang berkualitas di bawah kendali korporasi – yang tentu saja lebih terpaku pada aspek bisnis ketimbang idealisme – sekarang bayangkan bagaimana jadinya kalau orang-orang yang sama di balik gamegame luar biasa tersebut bisa bekerja tanpa ada pihak yang terlalu membatasi gerak-gerik mereka.

Kapan Dreamhaven bakal merilis game pertamanya memang masih tanda tanya besar. Kedua studio di bawahnya masih aktif merekrut staf tambahan, dan Mike Morhaime sendiri memang dikenal selalu mengarahkan timnya agar tidak terburu-buru dalam mengerjakan suatu game.

Tidak semua orang bisa mendirikan suatu perusahaan baru yang bergerak di bidang publikasi video game dan punya dua studio internal sekaligus. Fakta bahwa para veteran Blizzard kini berkumpul menjadi satu untuk menggarap game dengan modal mereka sendiri menurut saya sudah cukup dijadikan alasan untuk menanti karya besutan Dreamhaven.

Secret Door

Sentimen negatif terhadap developer game yang berada di bawah kendali perusahaan raksasa belakangan memang kembali mencuat setelah Microsoft mengakuisisi ZeniMax Media beserta seluruh anak perusahaannya. Dreamhaven yang menempuh jalur independen mungkin bakal semakin memperkuat sentimen tersebut, meski saya yakin Mike Morhaime dkk tidak punya maksud sama sekali soal itu.

Lucunya, berdasarkan pengakuan Mike Morhaime sendiri, Blizzard dulu sempat hampir diakuisisi oleh Microsoft di antara tahun 2003 – 2004, persisnya ketika Blizzard masih mengerjakan World of Warcraft. Ketika itu, status Blizzard masih merupakan anak perusahaan Vivendi Games, dan Vivendi bermaksud untuk menjual Blizzard senilai $700 juta. Microsoft mengurungkan niatnya karena angka tersebut dinilai terlalu mahal, dan saya yakin Microsoft sekarang pasti sangat menyesal.

Sumber: Washington Post dan Dreamhaven.

[Exclusive] Blizzard Rilis Cerita, Artwork, dan Screenshot WoW Shadowlands

Blizzard memang telah mengumumkan ekspansi terbaru untuk World of Warcraft (WoW) yang bertajuk Shadowlands beberapa waktu lalu. Namun kemarin (28 Juni 2020), Hybrid mendapatkan beberapa materi eksklusif untuk Shadowlands lewat publisher mereka di Indonesia, AKG Games.

Anda bisa melihat semua screenshot WoW Shadowlands yang kami terima tersebar di artikel ini.

Sumber: AKG Games
Screenshot WoW Shadowlands. Sumber: AKG Games

Di dalam materi yang kami terima, kami mendapatkan artwork, screenshot, sound, dan lore dari Shadowlands. Untuk lore dari Shadowlands, sebenarnya Anda bisa menonton video di bawah yang sudah dirilis resmi oleh Blizzard dari akhir tahun 2019 lalu.

Sedangkan dari screenshot yang kami terima, Shadowlands terlihat jadi lebih kelam dari ekspansi sebelum-sebelumnya — dari namanya saja sebenarnya sudah terlihat atmosfir yang lebih kelam.

Menariknya, aspek suara ambience juga nampaknya diperhatikan betul oleh Blizzard. Dalam rilis yang kami terima, Blizzard bahkan mengatakan bahwa audio dapat mengkomunikasikan emosi dengan sangat baik — membuat Anda merasa familiar saat eksplorasi dengan hal-hal yang abstrak.

Screenshot WoW Shadowlands. Sumber: AKG Games
Screenshot WoW Shadowlands. Sumber: AKG Games

Sayangnya, kami belum mendapatkan informasi tentang tanggal rilis pastinya. Sepertinya Blizzard memang masih merahasiakan tentang hal tersebut. Di beberapa media, hanya ada jadwal rilis tahun 2020 tanpa bulan ataupun tanggal yang pasti. Namun demikian, Blizzard berencana menggelar Shadowlands reveal event stream pada tanggal 9 Juni 2020 jam 8 malam WIB di kanal Twitch dan YouTube mereka.

Uniknya, Shadowlands, jika dibandingkan dengan ekspansi sebelumnya, justru akan menurunkan level cap ke 60 — dari 120. Selain itu, WoW juga akan dapat dimainkan dengan menggunakan controller dengan ekspansi Shadowlands.

Screenshot WoW Shadowlands. Sumber: AKG Games
Screenshot WoW Shadowlands. Sumber: AKG Games

Buat yang belum tahu, Shadowlands adalah ekspansi kedelapan dari game MMO legendaris, WoW, yang dirilis pada tahun 2004. WoW sebenarnya bisa dibilang sebagai trendsetter MMO di PC. Sebelum genre MOBA menyerang dan Battle Royale muncul, MMO bisa dibilang sebagai genre game terlaris di PC. WoW bahkan masuk ke dalam buku Guiness World Records 2009 karena berhasil mencatatkan 10 juta pemain dari seluruh dunia.

Di 2006, WoW bahkan diprediksi berhasil meraih pendapatan sebesar US$9 miliar sejak pertama kali dirilis. Sayangnya, tren MMORPG memang mungkin menurun dan WoW pun terkena dampaknya.

Namun nampaknya Blizzard belum menyerah untuk terus memberikan konten baru untuk WoW. Dengan pergeseran tren game multiplayer ke arah yang lebih kompetitif (ketimbang kooperatif) dan esports, Blizzard juga sebenarnya berencana menggelar esports untuk WoW di 2020.

Apakah Shadowlands akan membawa WoW kembali ke puncak kejayaannya? Kita tunggu saja…

Kumpulan artwork dari Shadowlands. Sumber: AKG Games
Kumpulan artwork dari Shadowlands. Sumber: AKG Games

Sumber Feat Image: AKG Games

Hero Overwatch Ke-32, Echo, Dibekali Sederet Kemampuan Unik

Di tengah  penantian terhadap sekuel Overwatch, sebagian dari fans mungkin juga merasa cemas. Permainan anyar itu dari awal dirancang agar terintegrasi dengan Overwatch pertama sehingga progres tidak hilang dan gamer di kedua judul dapat bermain bersama di mode PvP. Tapi kita belum tahu akan seperti apa implementasinya serta seberapa efektif strategi ‘menyatukan’ dua permainan ini.

Selain fokus pada pengembangan Overwatch 2, kita tahu developer juga berjanji untuk terus memperkaya konten game yang sudah ada. Di bulan November 2018, Blizzard memublikasikan film animasi singkat berjudul Reunion. Di sana, mereka memperkenalkan dua karakter baru. Tak lama setelah itu, tokoh bernama Ashe bisa dimainkan, namun butuh waktu setahun lebih bagi Echo buat tersedia di game. Padahal, ia sempat muncul di trailer Overwatch 2.

Minggu ini, game director Jeff Kaplan mengabarkan bahwa Echo akhirnya bisa dimainkan. Echo merupakan salah satu hero Overwatch paling unik, dan itu alasannya Blizzard membutuhkan waktu lama buat menggodoknya. Echo sudah dapat dijajal di Public Test Region, tapi sepertinya developer tak ingin buru-buru menghadirkannya di server standar. Kaplan bilang timnya akan segera memodifikasi Echo jika menemukan sesuatu yang bisa merusak keseimbangan permainan.

Berbeda dari dugaan sebelumnya, Echo didesain sebagai hero damage. Namun ia juga menyimpan banyak kemampuan yang membuatnya sangat unik, salah satunya kapabilitas terbang/melayang seperti Pharah atau Mercy. Dan yang paling istimewa adalah skill ultimate bertajuk Replicate. Dengan mengaktifkannya, Echo bisa meniru hero musuh dan dapat mengakses segala kemampuannya (termasuk skill ultimate). Itu berarti Echo memberikan pemain kesempatan luas buat beradaptasi terhadap situasi.

Lewat video, Jeff Kaplan menceritan sedikit latar belakang karakter ini. Echo dibuat oleh seorang peneliti asal Singapura, Dr. Mina Liao, dengan kemampuan mengamati, belajar dan meniru. Liao ialah pakar robotik dan AI, bekerja untuk Omnica Corporation hingga pecahnya krisis Omnic. Ia segera direkrut Overwatch begitu insiden tersebut dimulai, tapi kehilangan nyawanya dalam sebuah serangan.

Sempat mempelajari karakteristik dan kebiasaan Liao, Echo terpaksa dikarantina karena Overwatch khawatir teknologinya dapat disalahgunakan dan seluruh proyek pengembangannya dihentikan. Echo akhirnya diaktifkan kembali oleh Jesse McCree, orang yang tadinya ditugaskan buat melindungi Liao, karena Overwatch butuh bantuan (dapat Anda saksikan di film animasi Reunion).

IMG_20032020_132459_(1000_x_650_pixel)

Jeff Kaplan bilang bahwa ada kemungkinan Echo merupakan hero terakhir yang dirilis untuk Overwatch hingga sekuelnya dilepas. Kronologi peluncuran karakter game belakangan memang sedikit membingungkan: Ocho diperkenalkan bersama Ashe, namun setelah itu Blizzard merilis Baptiste dan Sigma, memposisikan Echo sebagai hero Overwatch ke-32.

Daftar Para Pemilik Tim di Overwatch League

Blizzard menerapkan hal berbeda ketika pertama kali memperkenalkan Overwatch League. Mereka menggunakan nama kota untuk tim-tim yang bermain. Karena itu, para penggemar Overwatch League banyak yang tidak tahu mengenai pihak di balik tim-tim ini.

Selain itu, Overwatch League juga merupakan liga berbayar (franchise) dengan nilai investasi sebesar US$20 juta atau setara dengan 57 rumah seharga Rp5 miliar. Berarti, ada penyandang-penyandang dana di balik tim-tim OWL yang mungkin tidak bisa dianggap kelas teri. Jadi, tanpa basa basi lagi, inilah daftar para pemilik tim-tim Overwatch League.

Atlanta Reign

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

Tim ini dimiliki oleh Atlanta Esports Ventures yang merupakan kerja sama antara Province, Inc dan Cox Enterprises. Province adalah sebuah firma penasihat keuangan untuk perusahaan di Amerika Serikat. Sedangkan Cox Enterprises adalah perusahaan di bidang otomotif, telekomunikasi, dan media massa.

Boston Uprising

Sumber: Daily Mail
Sumber: Daily Mail

Kraft Group merupakan pemilik dari Boston Uprising. Bukan Kraft Foods Inc, tetapi Kraft Group di sini adalah sebuah perusahaan di bidang olahraga dan real estate. Mereka juga pemilik dari salah satu tim NFL yaitu New England Patriots. Kraft Group juga telah membuka Helix Esports Arena di Boston.

Florida Mayhem

Twitter: FLMayhem
Sumber: FLMayhem

Florida Mayhem baru saja mengubah warna khas dari tim mereka di musim 2020 ini. Misfits Gaming adalah pemilik dari Florida Mayhem. Misfits Gaming merupakan organisasi esports asal Inggris yang memiliki beberapa divisi seperti CS:GO, League of Legends, Super Smash Bros, dan Ultimate Marvel vs Capcom 3. Mereka juga menerima bantuan dana dari klub bola basket NBA yaitu Miami Heat.

Houston Outlaws

Sumber: Twitter CheckpointXP
Sumber: Twitter CheckpointXP

OpTic Gaming adalah pemilik pertama dari Houston Outlaws. Pada tahun 2019.  Immortals mengakuisisi OpTic Gaming dan mendapatkan kepemilikan atas Houston Outlaws. Namun, Blizzard memutuskan untuk tidak memperbolehkan satu pihak memiliki lebih dari satu tim yang ada di Overwatch League — mengingat Immortals merupakan pemilik dari Los Angeles Valiant. Dengan demikian, Immortals menjual kepemilikan Houston Outlaws kepada Beasley Broadcast Group.

London Spitfire

Sumber: Dexerto
Sumber: Dexerto

Cloud9 adalah tentu tidak asing bagi Anda penggemar esports. Cloud9 adalah pemilik dari juara musim pertama Overwatch League yaitu London Spitfire. Menariknya, Cloud9 selalu mengambil pemain asal Korea Selatan untuk bermain di London Spitfire sejak musim pertama sampai sekarang.

New York Excelsior

Sumber: HotSpawn
Sumber: HotSpawn

NYXL merupakan tim favorit saya sendiri di Overwatch League berkat permainan Mcree dan Blackwidow dari Dohyeon “Pine” Kim yang di luar nalar manusia. NYXL dimiliki oleh Sterling.VC. Fred Wilpon selaku Co-Founder dari Sterling Equities juga merupakan pemilik dari Klub baseball New York Mets.

Paris Eternal

Sumber: InvenGlobal
Sumber: InvenGlobal

Mungkin Anda belum pernah mendengar pemilik dari Paris Eternal yaitu DM-Esports. Tetapi Anda pasti pernah mendengar klub sepak bola Olympique de Marseille. DM-Esports dijalankan oleh Presiden dari McCourt Global yaitu Drew McCourt. McCourt Global adalah perusahaan di bidang real estate yang juga memiliki klub bola Olympique de Marseille.

Philadelphia Fusion

Sumber: NBC Sports
Sumber: NBC Sports

Comcast Spectator merupakan perusahaan telekomunikasi di Amerika Serikat sekaligus pemilik dari Philadelphia Fusion. Comcast Spectator memiliki nama besar di dunia olahraga Amerika Serikat. Mereka juga memiliki klub yang bermain di NHL yaitu Philadelphia Flyers dan klub NBA Philadelphia 76ers. Comcast Spectator juga telah menjalin kerja sama dengan SK Telecom untuk mengembangkan tim League of Legends legendaris yaitu T1.

Toronto Defiant

Sumber: Twitter Toronto Defiant
Sumber: Twitter Toronto Defiant

Overactive Media yang mengakuisisi organisasi esports Splyce adalah pemilik dari Toronto Defiant. Dengan akuisisi ini, mereka juga memiliki tim League of Legends yang bermain di LEC. Overactive Media dipimpin oleh mantan CEO Komite Olimpiade Kanada yaitu Chris Overholt.

Washington Justice

Sumber: Twin Galaxies
Sumber: Twin Galaxies

Washington Esports Ventures yang dijalankan oleh Mark Ein adalah pemilik dari Washington Justice. Klub Bola Tennis Washington Kastles yang bermain di World TeamTennis juga dimiliki oleh Mark Ein.

Chengdu Hunters

Sumber: heroesneverdie
Sumber: heroesneverdie

Bagi Anda penggemar esports tentu tahu Nimo TV yang menjadi platform live stream bagi para pemain profesional Mobile Legends. Nimo TV dimiliki oleh perusahaan asal Tiongkok yaitu Huya Inc. Huya TV merupakan pemegang hak siar atas beberapa turnamen esports seperti LCS, LEC, LCK dan ESL. Huya Inc. merupakan pemilik dari Chengdu Hunters.

Dallas Fuel

Sumber: Esports Observer
Sumber: Esports Observer

Bagi Anda yang mengikuti ranah kompetitif Overwatch sebelum Overwatch League. Tentu Anda mengenal Brandon “Seagull” Larned dari Team Envy. Setelah kemunculan Overwatch League, Team Envy Overwatch akhirnya berubah menjadi Dallas Fuel. Team Envy menerima bantuan dana dari Hersh Family Investments sejumlah US$20 juta.

Guangzhou Charge

Sumber: The Game Haus
Sumber: The Game Haus

Zhong Naixiong adalah konglomerat asal Tiongkok yang merupakan founder dari Nenking Group dan juga pemilik dari Guangzhou Chage. Nenking Group bergerak di bidang keuangan, real estate, farmasi dan olahraga. Nenking Group juga memiliki klub bola basket Guangzhou Long-Lions dan klub bola di Perancis yaitu FC Sochaux-Montbéliard.

Hangzhou Spark

Sumber: The Game Haus
Sumber: The Game Haus

Bilibili adalah perusahaan video platform asal Tiongkok yang memegang kepemilikan atas Hangzhou Spark. Bilibili juga memiliki hak siar atas Overwatch League 2019 dan Worlds di Tiongkok. Tencent Holdings membeli 25 juta lembar saham Bilibili pada tahun 2018 kemarin. Saya juga menyarankan Anda untuk melihat halaman Instagram dari Hangzhou Spark. Mereka memiliki desain yang unik dalam melakukan post di sosial media.

Los Angeles Gladiators

Sumber: Dexerto
Sumber: Dexerto

Denver Nuggets dan klub sepak bola Arsenal merupakan saudara dari Los Angeles Gladiators. Karena kedua tim ini dimiliki oleh Kroenke Sports & Entertainment. Tetapi, kegiatan operasional Los Angeles Gladiators dijalankan oleh Sentinels.

Los Angeles Valiant

Sumber: OCRegister
Sumber: OCRegister

Sempat saya bahas di kepemilikan Houston Outlaws, Immortals adalah pemilik dari Los Angeles Valiant. Immortals adalah organisasi esports yang dibentuk pada tahun 2015 dan memiliki banyak divisi seperti League of Legends, CS:GO, Super Smash Bros dan Dota 2. Immortals mendapat bantuan dana dari Anschutz Entertainment Group, Steve Kaplan selaku Co-Owner dari klub bola basket Memphis Grizzlies, CEO dari Honest Co. yaitu Brian Lee dan mantan CEO dari eBay yaitu Meg Whitman. AEG sendiri juga memiliki saham di tim NBA Los Angeles Lakers.

San Fransisco Shock

Sumber: Dexerto
Sumber: Dexerto

Andy Miller adalah CEO dari NRG Esports, Co-Owner dari klub bola basket Sacramento Kings, mantan Vice President Mobile Advertising Apple Inc. dan salah satu pemilik dari San Fransisco Shock. Nama besar seperti Shaquille O’Neal dan Jennifer Lopez adalah investor untuk NRG Esports.

Seoul Dynasty

Sumber: Hot Spawn
Sumber: Hot Spawn

Samsung Galaxy merupakan tim League of Legends yang memutuskan untuk merubah nama menjadi Gen.G dan melebarkan sayap ke Overwatch atas kepemilikan Seoul Dynasty. Gen.G mulai berfokus di esports Amerika Utara dengan membentuk tim Fortnite, Apex Legends dan CS:GO.

Shanghai Dragons

Sumber: Esports Heaven
Sumber: Esports Heaven

Publishing partner dari Blizzard di Tiongkok yaitu NetEase adalah pemilik dari Shanghai Dragons. Walaupun kepemilikan Blizzard sebagian dipegang oleh Tencent, Blizzard sendiri lebih sering melakukan kegiatan bisnisnya dengan NetEase. Shanghai Dragons terkenal karena tidak mendapatkan kemenangan satupun di musim inaugural pertama.

Vancouver Titans

Sumber: Hot Spawn
Sumber: Hot Spawn

Banyak sekali tim NHL yang bersaudara dengan tim yang bermain di Overwatch League. Termasuk Vancouver Titans yang bersaudara dengan Vancouver Canucks. Karena kedua tim ini dimiliki oleh Aquilini Investment Group. Rogers Arena yang menjadi tempat diselenggarakan turnament The International 2018 juga dimiliki oleh Aquilini Investment Group. Di tahun 2019, Aquilini GameCo mengakuisisi Luminosity Gaming yang telah membantu mereka menjalankan kegiatan operasional dari Vancouver Titans.

Ambisi Blizzard untuk Menghidupkan Kembali Esports Warcraft III: Reforged dan Starcraft II

Rangkaian acara ESL Pro Tours untuk Starcraft II dan Warcraft III: Reforged sudah dimulai dengan berjalannya ESL Dreamhack Anaheim 2020. Blizzard berharap bisa memberi kepastian pagi para pemain yang ingin bertanding di dua game title tersebut. ESL dan Dreamhack telah menandatangani kerja sama selama 3 tahun untuk menjalankan ranah kompetitif Starcraft II dan Warcraft III: Reforged. Blizzard akan menyediakan US$4,6 juta sebagai prize pool pada musim-musim pertama ESL Pro Tours ini.

Dalam sesi wawancara dengan Shack News, Esports Associate Product Manager dari Blizzard yaitu Kerry LaRose menjawab beberapa pertanyaan mengenai apa saja yang Blizzard harapkan di musim pertama ESL Pro Tours. Kelly LaRose berkata bahwa Blizzard ingin menjalankan long-term roadmap guna memberi kepastian bagi para organisasi tim esports dan juga pemainnya untuk terjun ke ranah kompetitif Warcraft III: Reforged dan Starcraft II. Ia menekankan bahwa kerja sama dengan ESL adalah keputusan yang paling tepat. ESL sudah berpengalaman dalam menjalankan turnamen RTS dan para komunitas esports juga menyukai hasil karya mereka.

Walaupun Warcraft III tergolong game yang sudah tua, Kelly LaRose berusaha meyakinkan para pemain lama ataupun pemain baru bahwa game ini masih layak dimainkan. Dengan bukti banyaknya pemain lama yang bermain kembali dan pemain baru yang mencoba untuk bermain setelah peluncuran Warcraft III: Reforged dan dibantu dengan esports, Blizzard berusaha untuk mengambil perhatian lebih banyak orang dan berharap semakin banyak pemain baru yang ingin memasuki ranah kompetitif. Memulai kembali ranah kompetitif Starcraft II dan Warcraft III: Reforged tentu akan memberi tantangan bagi Blizzard. Tetapi Kelly LaRose percaya diri karena Blizzard dan ESL sudah berpengalaman untuk menjalankan game title RTS sebelumnya. Blizzard menganggap tantangan sebenarnya adalah bagaimana cara mereka untuk berbaur di setiap region yang ada dan mengajak para pemain baru untuk mengikuti turnamen yang diselenggarakan. Selanjutnya, mereka juga masih memikirkan bagaimana caranya untuk mengembangkan para pemain yang baru memulai karir di dunia kompetitif untuk berkembang agar setara dengan pemain papan atas yang sudah ada. Blizzard bukan hanya ingin mendapatkan talenta baru tetapi juga bagaimana para talenta baru ini bisa jadi bintang.

Untuk menghibur para penggemar lama Warcraft III dan Starcraft II, Kelly LaRose menyebutkan bahwa masih ada pemain-pemain besar yang bertanding saat ini. Seperti Jang “Moon” Jae Ho, Dmitry “Happy” Kostin dan Andriy “Foggy” Koren. Mereka juga akan menantikan nama-nama baru yang muncul di ESL Pro Tours yang pantas bersanding dengan para pemain profesional yang sudah ada. ESL Dreamhack Anaheim 2020 ini adalah kesempatan mereka untuk melihat kemunculan para talenta baru ini.

Tentu mudah bagi die hard fans RTS untuk mengikuti ESL Pro Tours ini, tetapi bagaimana pemain baru mereka bisa diajak untuk menonton turnamen berskala tinggi tersebut? Kelly LaRose menjawab, Blizzard akan menaruh live stream turnamennya di game launcher sehingga para pemain mendapatkan informasi mengenai turnamen yang sedang berjalan. Mereka juga berharap ESL dapat membantu mereka dalam hal ini.

Perihal wabah virus corona yang sedang menyebar, Kelly LaRose menekankan bahwa kesehatan setiap individu adalah hal utama. Pasalnya, Tiongkok merupakan salah satu region yang paling kompetitif dalam kedua game RTS ini. Blizzard juga yakin ESL dan Dreamhack selalu mengutamakan keselamatan banyak pihak dalam menjalankan turnamennya.

Kesimpulannya, Blizzard tidak hanya berfokus untuk mengembalikan pemain lama. Tetapi juga mengembangkan pemain baru yang ingin memasuki dunia kompetitif dan mengembangkan mereka lebih lanjut. Dengan demikian, Blizzard berusaha menghidupkan esports dari kedua game RTS mereka.

Activision Blizzard Tarik Semua Game-nya dari GeForce Now, Ada Apa?

Setelah masa uji coba yang begitu panjang, GeForce Now akhirnya meluncur resmi minggu lalu. Bukan lagi sebuah nama baru, ia merupakan layanan cloud gaming ciptaan Nvidia. Berbeda dari Stadia, platform milik sang raksasa teknologi grafis itu menawarkan kemudahan akses melalui integrasi ke Steam hingga Epic Games Store – sehingga pelanggan tak lagi perlu membeli game ketika ingin memainkannya via cloud.

Respons gamer terhadap GeForce Now memang lebih positif dibanding Stadia, yang ternyata tidak didukung sejumlah fitur esensial saat dirilis dan dianggap minim pilihan game. GeForce Now sendiri menyuguhkan kompatibilitas ke lebih dari 100 permainan dan sudah bisa dinikmati dari Windows, Mac, perangkat Android dan Shield TV. Tapi ketika kita berharap jumlahnya terus bertambah, layanan Nvidia itu malah kehilangan beberapa judul besar dari Blizzard dan Activision.

Secara tiba-tiba, Activision Blizzard memutuskan untuk menarik semua permainan mereka dari GeForce Now. Kabar ini diungkap oleh Nvidia melalui forumnya. Itu berarti, seluruh seri Call of Duty dan StarCraft, Overwatch, Diablo III, Crash Bandicoot N. Sane Trilogy sampai Spyro Reignited Trilogy tak lagi dapat diakses dari layanan ini. Dan karena Sekiro: Shadows Die Twice dipublikasikan oleh Activision, permainan juga menghilang dari GeForce Now.

Saat artikel ini ditulis, baik Nvidia maupun Activision Blizzard belum menjelaskan alasan penghapusan game-game tersebut. Juru bicara Nvidia hanya menyampaikan bahwa semuanya merupakan permintaan sang publisher. Ia juga bilang, “Walaupun hal ini sangat disayangkan, kami berharap untuk bisa bekerja sama lagi dengan Activision Blizzard dan kembali menyajikan permainan mereka [di GeForce Now] beserta judul-judul yang akan hadir di masa depan.”

Sebagai kompensasinya, Nvidia menjanjikan kehadiran lebih dari 1.500 permainan di GeForce Now. Para developer kabarnya ‘sudah mengantre’ buat memasukkan game mereka di platform on demand Nvidia itu. Judul-judul baru rencananya akan disingkap setiap minggu melalui update.

Hilangnya dukungan game-game Battle.net boleh dikatakan sebagai pukulan cukup telak bagi Nvidia. Dan keadaan ini sangat aneh, karena begitu GeForce Now melepas status beta, nama-nama seperti Capcom, EA, Konami, Remedy, Rockstar serta Square Enix juga menarik permainan mereka. Banyak pelanggan tampak menyalahkan Nvidia atas kejadian ini, namun perlu diingat bahwa keputusan tersebut datang dari pihak publisher.

Metode penyajian GeForce Now tidak sama seperti Google Stadia: Kita harus memiliki game-nya terlebih dulu agar dapat menikmati layanan cloud dengan membelinya dari distributor digital yang ada. Itu berarti, tersedianya permainan-permainan tersebut di GeForce Now pada dasarnya tidak merugikan publisher maupun developer – bahkan berpeluang menguntungkan karena memberikan kesempatan bagi orang-orang yang tak punya PC ber-hardware canggih untuk tetap bisa bermain.

Via The Verge & PC Gamer.

Hearthstone Battlegrounds, Auto Battler Card Game Blizard

Akhir tahun lalu, tepatnya 1 November 2019, Hearthstone memperkenalkan mode baru yang bernama Hearthstone Battlegrounds. Mode ini sebenarnya merupakan melakukan iterasi genre Auto-Battler dari Hearthstone. Belakangan, Auto Battler memang sedang naik daun, gara-gara custom game Dota 2 berjudul Auto Chess.

Hampir mirip dengan Auto-Battler kebanyakan, Hearthstone Battlegrounds mempertandingkan 8 pemain dengan format pertandingan last-man standing. Ini artinya, semua pemain saling bermusuhan, saling melawan, untuk berjuang menjadi orang terakhir yang bertahan di permainan. Satu perbedaan yang terasa mungkin adalah game ini tetap mempertahankan gaya Card Game Hearthstone di dalamnya, dengan tampilan kartu, dan menggunakan karakter-karakter dari semesta Warcraft.

Tidak seperti Hearthstone biasanya, yang mana Anda harus membuat satu set deck kartu yang Anda miliki, pada mode ini Anda akan diminta untuk membuat pasukan Anda sendiri dari berbagai kartu Minion dan Hero yang tersedia. Saat ini sudah ada 27 Hero yang tersedia untuk dimainkan, dengan total 83 macam Minion yang akan membantu Anda mendapatkan kemenangan dalam Hearthstone Battlegrounds.

Pada awal permainan, Anda harus merekrut Hero terlebih dahulu. Hero adalah karakter yang akan Anda gunakan sepanjang permainan. Setiap Hero punya kemampuannya masing-masing, yang akan menentukan pemilihan Minion yang Anda beli di Bob’s Tavern dan gaya permainan Anda nantinya.

Sebagai contoh, Hero Milificent Manastorm memiliki skill pasif yang membuat semua Minion tipe Mech mendapat tambahan power +1. Contoh lain, Hero Arthas akan membuat Minion Anda yang paling kanan hidup kembali. Jadi, pilih Hero dengan baik-baik, dan pertimbangkan kecocokan gaya main Anda dengan kekuatan yang dimiliki Hero.

Jika Anda bingung mau memilih Hero yang mana, Anda bisa mengintip artikel guide yang membuat peringkat kekuatan Hero Hearthstone Battlegrounds. Mengutip Hearthstonetopdecks.com, saat ini ada 6 Hero yang tergolong Tier 1 dan dianggap paling kuat sejauh ini. Mereka adalah Yogg-Saron, Hope’s End, Dancin’ Deryl, Arch-Villain Rafaam, Edwin VanCleef, Tirion Fordring, dan A. F. Kay.

Jika sudah memiliki Hero, permainan akan berjalan seperti kebanyakan Auto-Battler. Anda akan mendapat Tavern Coin setiap ronde, yang bisa digunakan untuk merekrut Minion. Anda bisa melakukan reroll atau Refresh, jika Minion yang muncul di papan tidak sesuai dengan apa yang Anda inginkan. Jangan lupa juga untuk meningkatkan level Tavern Anda, agar bisa merekrut lebih banyak Minion, dan membuat serangan Anda lebih kuat. Tak lupa, Anda juga bisa membuat tiga Minion yang sama menjadi satu Golden Minion, yang punya serangan dan efek lebih kuat.

Terakhir, Anda tinggal bermain dan temukan racikan formasi Hero dan Minion terbaik Anda agar bisa memenangkan permainan dan menjadi last-man standing. Hearthstone Battlegrounds dapat diakses melalui tombol “Modes” yang berada di menu utama Hearthstone. Selain itu, Anda juga akan mendapat bonus-bonus menarik untuk Hearthstone Battleground seperti Battleground Emote, jika telah membeli Card Pack expansion terbaru, Descent of Dragons.

Bagaimana? Apakah Anda sudah sempat mencoba Hearthstone Battlegrounds? Jangan lupa untuk memantau situs Hybrid.co.id dan follow akun media sosial Hybrid di InstagramTwitterFacebook, dan YouTube.

Activision Blizzard Akan Merilis Lebih Banyak Game Remaster di Tahun Ini

Di gaming, remaster dan remake ialah dua pendekatan berbeda dengan tujuan yang sama: agar konten permainan tersaji maksimal di hardware modern – entah melalui dukungan resolusi tinggi dan grafis lebih cantik, atau malah dibangun dari nol. Remake dan remaster memang bukan sesuatu yang baru, namun arahan ini belakangan jadi populer berkat keberhasilan sejumlah judul klasik memukau gamer.

Ada begitu banyak game remake dan remaster brilian tersedia saat ini. Kesuksesan mereka bahkan mendorong pihak pemilik IP mengubah strategi bisnis. Contohnya: Capcom sempat mengumumkan rencana untuk mengembangkan lebih banyak remake karena respons khalayak terhadap Resident Evil 2 sangat positif. Kali ini hal senada diungkap oleh Activision Blizzard dalam presentasi pemasukan Q4 FY2019 minggu lalu.

Di sana, CFO Dennis Durkin menyampaikan agenda Activision Blizzard buat melepas lebih banyak permainan remaster dan ‘reimagined‘ di tahun 2020, berbekal franchise-franchise terkenal mereka. Reimagined merupakan istilah yang menarik, boleh dibilang sebagai titik temu antara remaster dengan reboot. Satu game yang dibangun berdasarkan gagasan ini adalah Call of Duty: Modern Warfare 2019. Ia bukanlah reboot seri Modern Warfare, tapi bukan pula sekuel.

Istilah remake dan remaster sebetulnya belum mempunyai batasan jelas dan kadang tercampur aduk. Remaster biasanya mengacu pada upaya pengembangan atau porting permainan ke sistem gaming anyar, membuat aspek visual (atau kendalinya) jadi lebih baik tanpa mengubah gameplay terlalu jauh. Untuk remake, umumnya developer membangun game atau aset-asetnya dari awal. Selain Resident Evil 2, contoh remake meliputi Shadow of the Colossus, The Legend of Zelda: Link’s Awakening dan Final Fantasy VII.

Activision sendiri cukup berpengalaman dalam menggarap remaster. Lewat studio first-party seperti Vicarious Vision dan Toys for Bob, Activision sempat merilis Crash Bandicoot N. Sane Trilogy serta Spyro Reignited Trilogy. Animo gamer terhadap keduanya sangat baik, Crash Bandicoot N. Sane Trilogy bahkan terjual lebih dari 10 juta kopi. Ada kemungkin pula perusahaan akan mencoba menghidupkan kembali franchise yang sudah lama tak aktif seperti Guitar Hero dan Tony Hawk’s Pro Skater.

Terlepas dari catatan pencapaian yang cukup membanggakan, tak semua upaya remaster/remake Activision Blizzard berjalan mulus. Anda mungkin telah mendengar soal kontroversi Warcraft III: Reforged. Gamer dan fans mengeluhkan perbedaan drastis antara presentasi konten di BlizzCon 2018 dengan saat permainan RTS ini dirilis, belum lagi banyaknya bug serta absennya sejumlah fitur penting.

Beberapa pakar berpendapat, salah satu alasan mengapa Warcraft III: Reforged jadi begitu mengecewakan adalah karena Blizzard ragu-ragu terhadap arahan remaster serta seberapa jauh modifikasi yang perlu dieksekusi. Dan selama periode pengembangannya, developer juga kurang baik dalam mensosialisasikan info terkait perubahan yang mereka terapkan di game.

Via IGN.

Bukan PC atau Console, Mobile Jadi Platform Paling Menguntungkan Bagi Activision

Didirikan oleh sejumlah mantan staf Atari, Activision merupakan developer game console independen third-party pertama dan salah satu perusahaan gaming tertua. Tim asal Santa Monica itu sudah berkiprah selama kurang lebih 40 tahun, dan dalam perjalanannya, mereka telah melakukan berbagai langkah strategis. Manuver bisnis terbesar yang sempat Activision eksekusi ialah merging dengan Vivendi Games, mencetus didirikannya Activision Blizzard di tahun 2008.

Alasan mengapa CEO Activision Bobby Kotick setuju untuk bergabung bersama Vivendi adalah karena CEO Blizzard saat itu, Mike Morhaime, berhasil meyakinkan Kotick ia bisa memandu perusahaan menembus pasar gaming di Tiongkok yang tengah berkembang pesat. Satu dekade lebih berselang, kerja sama Activision Blizzard dengan raksasa teknologi Tiongkok membuahkan prestasi tak terduga. Berdasarkan laporan pemasukan terkini, platform mobile ternyata jadi penghasil profit terbesar bagi Activision Blizzard, melampaui PC dan console.

Activision Blizzard mengabarkan bahwa di kuartal terakhir 2019, perangkat bergerak memberi pemasukan sebesar US$ 633 juta, menghasilkan 32 persen dari pendapatan bersih perusahaan. Console menempati urutan kedua di 30 persen senilai US$ 595 juta, disusul oleh PC di posisi ketiga dengan 26 persen – setara US$ 521 juta. Namun di tengah transisi unik ini, profit perusahaan malah memperlihatkan penurunan dibanding periode yang sama di tahun 2018: merosot 17 persen, sebesar US$ 395 juta.

Jika dikomparasi dengan triwulan keempat 2018, penghasilan Activision Blizzard dari mobile memang melonjak tinggi, memangkas persentase PC dan console secara signifikan. Meski demikian, angka pemasukan via perangkat bergerak memang masih belum mampu menyusul rekor profit dari console tahun lalu. Rincian laporan pendapatan di Q4 2019 bisa Anda lihat di sini.

Activision 1

Dan di bawah ini ialah detail pemasukan total perusahaan selama satu tahun:

Activision 2

Ada beberapa hal yang melambungkan profit dari perangkat bergerak. Pertama tentu saja adalah Call of Duty: Mobile. Versi mobile dari game shooter populer ini meluncur di bulan Oktober 2019, tetapi sudah diunduh lebih dari 150 juta kali. Kesuksesannya mendorong Activision Blizzard untuk lebih menekuni segmen ini. Kabarnya, perusahaan sedang mempertimbangkan buat menghadirkan seluruh franchise permainannya ke perangkat bergerak.

Call of Duty: Mobile dikembangkan oleh TiMi Studios yang merupakan anak perusahaan Tencent Games. Walaupun tak dikerjakan oleh tim Call of Duty sesungguhnya (yakni Infinity Ward dan Treyarch), TiMi berhasil mengadopsi sejumlah elemen yang membuatnya jadi favorit gamer PC dan console seperti karakter, peta dan mode permainan. Perlu Anda ketahui bahwa Tencent sendiri memegang lima persen saham Activision Blizzard.

Penyumbang terbesar lain dari pertumbuhan bisnis Activision Blizzard di segmen perangkat bergerak ialah King, developer permainan Candy Crush Saga yang mereka akuisisi di tahun 2016 dengan nilai US$ 5,9 miliar. Pengambilalihan tersebut katanya menjadikan Activision Blizzard sebagai ‘pemain terbesar di ranah mobile‘.

Via GameSpot.

Warcraft III Reforged Resmi Rilis! Apa Saja yang Berubah?

Lama ditunggu-tunggu, Warcraft III Reforged akhirnya resmi dirilis 29 Januari 2020 kemarin. Game ini sendiri merupakan pengonsepan ulang dari salah satu game Real-Time Strategy yang mungkin banyak membekas di kalangan gamers generasi warnet, yaitu Warcraft III: Reign of Chaos dan Frozen Throne.

Pada versi remastered ini, Warcraft III Reforged menghadirkan banyak pembaruan dengan mempertahankan fitur-fitur yang memang jadi andalan. Warcraft III Reforged tetap menghadirkan mode single-player yang mencakup tujuh campaign berbeda.

Game ini juga akan tetap menghadirkan empat ras yang jadi bagian utama dari Warcraft III, yaitu ras Orc yang terkenal barbar dan sangat kuat, Human dengan jiwa ksatrianya, Night Elf yang terkenal dengan sihir serta tradisinya, serta Undead sang pembawa membawa teror.

Sumber: Blizzard
Sumber: Blizzard

Pada Warcraft III Reforged, pemain akan dibawa menyaksikan jalan cerita lewat momen penting di sepanjang sejarah cerita Warcraft. Mulai dari serangan Burning Legion, kebangkitan Lich King, sampai kisah asal usul dari para karakter ikonik seperti Thrall, Jaina Proudmoore, Sylvanas Windrunner, Illidan Stormrage, dan tentunya jalan cerita Arthas Menethil dari putra mahkota Lordaeron sampai jadi suksesor tahta Frozen Throne.

“Warcraft III merupakan salah satu pencapaian yang kami banggakan sebagai sebuah perusahaan. Kami merasa terhormat atas banyaknya pemain dari seluruh dunia yang masih mengganggapnya sebagai contoh terbaik untuk permainan genre RTS,” ucap J. Allen Brack, presiden dari Blizzard Entertainment. “Untuk Warcraft III: Reforged, tujuan terbesar kami adalah untuk membuat permainan ini jadi lebih modern sembari tetap mempertahankan semua hal yang dicintai oleh para pemain. Kami harap para penggemar bisa setuju bahwa ini adalah langkah yang tepat.”

Selain menghadirkan cerita orisinil, Warcraft III Reforged juga hadir dengan pembaruan-pembaruan fitur yang menarik. Salah satunya adalah pembaruan grafis, yang sempat Hybrid bahas lewat sebuah komparasi model antara versi lama dengan versi Reforged. Tak hanya itu, Audio juga jadi hal lain yang di perbarui. Sambil tetap membertahankan voice-over orisinil, Blizzard juga melakukan remaster pada sektor audio agar jadi lebih jernih.

Warcraft III Reforged juga menyertakan World Editor versi baru yang memungkinkan pemain untuk membuat custom map. Sebelumnya Hybrid juga membahas hal ini, menunjukkan bahwa custom-map penuh kenangan seperti Defense of the Ancients dan Element TD juga turut hadir di Warcraft III Reforged.

Sumber: Blizzard
Sumber: Blizzard

Pembaruan lain adalah dari sisi multiplayer. Selain implementasi sistem Battle.net, Warcraft III Reforged juga memungkinkan pemainnya untuk bermain dengan pengguna Warcraft III versi lama entah itu Reign of Chaos ataupun Frozen Throne.

Warcraft III: Reforged sudah dapat dibeli secara digital melalui Blizzard Shop. Game ini memiliki dua versi, ada Standard Edition seharga US$29.99 (sekitar Rp410 ribu) dan Spoils of War Edition seharga US$39.99 (sekitar Rp547 ribu). Pada versi Spoils of War, terdapat berbagai skin hero unik untuk Arthas, Cenarius, Jaina, dan Thrall.

Selain itu ada juga bonus in-game untuk game Blizzard lainnya yang langsung didapatkan setelah pre-purchase, seperti kendaraan Meat Wagon yang mengerikan untuk World of Warcraft, cardback Third War untuk Hearthstone, dan pet Mal’ganis untuk Diablo III, dan masih banyak lagi.

Sumber header: Blizzard