Tak Hanya Pantau Pola Tidur, Nokia Sleep Juga Bisa Kendalikan Perangkat Rumah Pintar

Saat divisi lainnya sibuk mempersiapkan smartphone Android terbaru, divisi kesehatan Nokia yang diperkuat tim hasil akuisisi Withings memperkenalkan perangkat baru di ajang CES 2018 bernama Nokia Sleep.

Sesuai namanya, Nokia Sleep diperuntukkan bagi mereka yang ingin mengetahui apa yang terjadi ketika sedang tidur lelap, menganalisa durasi dan gangguan selama tidur, cahaya, kedalaman dan gerakan mata dan dengkuran. Informasi-informasi tersebut kemudian menjadi dasar dignosa atas berbagai masalah tidur.

Sensor Nokia Sleep

Dalam proses analisisnya, sensor akan memberikan nilai yang disebut dengan Sleep Score yang menjadi indikasi seberapa lelap tidur tiap-tiap pengguna kemudian memberikan edukasi bagaimana meningkatkan kualitas tidur dari hari ke hari. Untuk mengakses berbagai informasi dan konten di Nokia Sleep, pengembang sudah menyiapkan aplikasi Nokia Health Mate sebagai pusat pengelolaan data, termasuk program pelatihan dan berbagai tips. Aplikasi ini bahkan sudah dibekali teknologi pintar Amazon Alexa untuk asistensi melalui perintah suara.

Tapi dari sekian fitur yang disematkan, ada satu fitur yang paling memanjakan pengguna, yaitu dukungan IFTT sehingga pengguna dapat mengaitkan Nokia Sleep dengan perangkat lain untuk menikmati fungsinya secara otomatis. Misalnya, pengguna bisa mengatur agar Nokia Sleep memerintahkan IFTTT untuk menghidupkan lampu secara otomatis ketika senja tiba, menaikkan temperatur di jam tertentu dan lain sebagainya.

Nokia Sleep Sensor_2

Sensor tidur ini bekerja menggunakan koneksi nirkabel WiFi, bukan Bluetooth LE dan jika sesuai rencana akan mulai dikapalkan pada kuartal pertama tahun 2018 dengan banderol $100.

Sumber berita Nokia dan Engadget.

Harman Kardon Allure Portable Ramaikan Pasar Smart Speaker Berintegrasi Alexa

Kalau melihat tren tahun lalu, bisa diprediksi bahwa smart speaker bakal menjadi segmen yang mendominasi ajang CES tahun ini. Pabrikan demi pabrikan terkesan semakin agresif mengintegrasikan asisten virtual ke speaker buatannya, salah satunya Harman Kardon.

Salah satu smart speaker-nya, Harman Kardon Allure, kini punya adik kecil yang lebih portable. Mengusung embel-embel “Portable”, perangkat tetap mempertahankan gaya desain khas yang ditonjolkan kakaknya, memadukan grille berbahan stainless steel dengan penutup semi-transparan di atasnya.

Di dalamnya tertanam sepasang driver 1,75 inci berdaya 20 watt, ditemani oleh dua radiator pasif untuk mengisi satu ruangan penuh dengan suara serta dentuman bass yang mantap. Selain Bluetooth, Allure Portable turut mengemas Wi-Fi untuk mengakomodasi streaming audio beresolusi setinggi 96 kHz/24 bit.

Terkait kualitas suara, kakaknya yang bertubuh lebih kekar kemungkinan besar masih lebih unggul. Namun Allure Portable juga menyimpan kelebihannya sendiri, yakni baterai rechargaeble yang bisa bertahan sampai 10 jam, sehingga perangkat bebas Anda bawa ke mana-mana jika perlu.

Sama seperti kakaknya, tentu saja yang menjadi fitur andalan di sini adalah kontrol via perintah suara berkat integrasi Amazon Alexa. Memanggil sang asisten dari kejauhan juga dimungkinkan berkat sepasang mikrofon berteknologi noise cancelling.

Rencananya Harman Kardon Allure Portable akan dipasarkan mulai musim semi tahun ini, dengan banderol $199 – hanya terpaut sedikit dari versi standarnya.

Sumber: Business Wire.

Sennheiser HD 820 Adalah Versi Closed-Back dari Headphone Terbaik Sennheiser

Hampir semua headphone terbaik yang ada di pasaran mengemas earcup berdesain terbuka (open-backed), salah satunya Sennheiser HD 800 S. Keuntungan dari headphone jenis ini umumnya adalah soundstage yang terasa amat luas, akan tetapi kekurangannya, Anda hanya bisa menggunakannya di ruangan yang senyap, sebab suara dari sekitar akan sangat mudah terdengar.

Apakah menikmati musik dari headphone berkualitas harus selamanya menjadi aktivitas yang hanya bisa dilakukan di masa-masa tenang di rumah? Tidak. Pada kenyataannya, tidak sedikit juga headphone berjenis closed-back yang menjadi favorit kalangan audiophile, Fostex TH900mk2 contohnya.

Sennheiser HD 820

Sennheiser pun sekarang juga punya headphone premium berdesain tertutup. Diumumkan di ajang CES 2018, Sennheiser HD 820 merupakan versi closed-back dari HD 800 S. Desainnya nyaris identik dengan HD 800 S, hanya saja kedua earcup-nya kini telah ditutup. Yang unik, penutupnya adalah kaca Gorilla Glass yang sedikit melengkung, sehingga jeroannya masih kelihatan dari luar.

Sennheiser bilang bahwa kaca Gorilla Glass ini juga berkontribusi terhadap kualitas suara yang dihasilkan, dengan cara meminimalkan resonansi. Perbedaan lainnya, bantalan telinga HD 820 dibalut perpaduan bahan kulit sintetis dan microfiber, sedangkan HD 800 S sebelumnya hanya mengandalkan microfiber saja.

Sennheiser tidak segan mengategorikan HD 820 sebagai headphone kelas reference dengan reproduksi suara yang alami sekaligus realistis. Namun untuk bisa merasakannya, ia butuh didampingi amplifier eksternal yang sama berkualitasnya. Itulah mengapa Sennheiser juga mengumumkan amplifier baru HDV 820.

Ketergantungan akan amplifier berarti Anda tidak bisa semudah itu membawa dan menggunakan HD 820 selagi berada di dalam kereta komuter. Headphone sekelas ini bukan termasuk barang yang portable, tapi setidaknya Anda tak memerlukan ruangan khusus untuk dimanjakan oleh HD 820; di ruang keluarga pun bisa, sebab suara yang dihasilkannya tak akan bocor ke mana-mana seperti HD 800 S, dan suara dari luar pun juga tidak akan mengganggu Anda kecuali volumenya luar biasa keras.

Sennheiser berencana memasarkan HD 820 seharga $2.400, akan tetapi konsumen yang tertarik harus bersabar menunggu sampai sekitar awal musim panas nanti.

Sennheiser CX 6.00BT / Sennheiser
Sennheiser CX 6.00BT / Sennheiser

Kontras dengan HD 820, Sennheiser juga mengumumkan earphone Bluetooth berharga terjangkau. Dijuluki CX 6.00BT, ia mengusung desain yang amat ringkas dengan bobot hanya 14 gram. Di saat yang sama, ia menjanjikan reproduksi suara yang jernih dan mendetail, lengkap dengan dentuman bass yang mantap.

Meski belum menggunakan Bluetooth 5.0, earphone ini cukup istimewa karena dapat di-pair dengan dua perangkat yang berbeda secara bersamaan, semisal laptop dan smartphone, sehingga pengguna bisa berganti perangkat dengan mudah. Mikrofon berteknologi noise cancelling turut tersedia, demikian pula remote control berisikan tiga tombol.

Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama enam jam nonstop, dan perangkat juga mendukung fitur fast charging sehingga bisa terisi penuh hanya dalam waktu sekitar 1,5 jam saja. Harganya? $100 saja, dan konsumen sudah bisa membelinya mulai bulan ini juga.

Sumber: Sennheiser 1, 2.

Asus ROG Strix Flare Adalah Keyboard Mekanis dengan Sejumlah Elemen Desain Cerdas

Sebelum Computex dihelat di pertengahan tahun nanti, Asus rupanya tidak mau melewatkan dan menyia-nyiakan ajang CES begitu saja. Dalam salah satu expo teknologi terbesar yang diadakan di Las Vegas itu, Asus mengumumkan sejumlah produk untuk kategori PC gaming.

Yang pertama dan yang paling menarik perhatian saya – karena saya setiap harinya selalu mengetik dan bermain game – adalah sebuah keyboard mekanis bernama ROG Strix Flare. Strix Flare bukanlah keyboard mekanis pertama Asus, tapi ia yang pertama berhasil mengundang ketertarikan lewat desainnya.

Bukan, bukan sistem pencahayaan RGB-nya yang tampak menggoda, melainkan sejumlah keputusan desain yang menurut saya sepele tapi berpengaruh signifikan. Ambil contoh peletakan tombol untuk mengontrol media. Di saat mayoritas pabrikan keyboard menempatkannya di sebelah kanan, Asus memindahnya ke sebelah kiri pada Strix Flare.

Menurut saya ini punya dampak yang cukup krusial. Pasalnya, mengatur volume di tengah-tengah sesi tembak-menembak CS:GO bisa dilakukan tanpa harus melepas mouse sama sekali, terkecuali Anda merupakan pengguna mouse kidal. Hal yang sama juga berlaku untuk mengontrol jalannya musik, menonaktifkan tombol Windows maupun menyetel tingkat kecerahan lampu RGB.

Asus ROG Strix Flare

Elemen desain cerdas yang kedua adalah cekungan kecil di bagian bawah keyboard yang bisa dimanfaatkan untuk menyembunyikan kabel headset (sayang tidak ada gambarnya), mencegah kabel yang tidak sengaja tertarik karena sedang asyik berkonsentrasi mencari headshot. Lebih lanjut, palm rest-nya tampak menipu karena dari depan kelihatan tidak ada celah di antaranya dan keyboard.

Selebihnya, Asus tentu saja tidak lupa akan performa keyboard itu sendiri. Masing-masing tombol Strix Flare mengemas switch Cherry MX RGB – bisa dalam varian Red yang linear, Brown yang tactile atau Blue yang clicky. Asus juga berencana menghadirkan varian MX Speed Silver ke depannya.

Lampu RGB yang ada di balik tiap-tiap tombol Strix Flare dapat dikontrol secara terpisah, atau dengan menerapkan satu dari 13 efek yang tersedia. Strix Flare juga menjadi keyboard pertama yang memanfaatkan software konfigurasi terbaru Asus, yang diklaim lebih optimal dan lebih komprehensif dalam mengakomodasi pengaturan profil, makro dan pencahayaan RGB itu tadi.

Asus menjadwalkan pemasaran ROG Strix Flare di kawasan Amerika Serikat mulai Februari mendatang seharga $180. Semoga saja mereka bisa dengan cepat membawanya ke tanah air.

Sumber: Asus.

HTC Ungkap Vive Pro dengan Resolusi dan Tingkat Kenyamanan Lebih Tinggi

Persaingan di ranah virtual reality diprediksi bakal kembali menguat di tahun 2018 ini, utamanya berkat kategori headset baru bertipe standalone macam Oculus Go dan HTC Vive Focus. Namun bagi HTC, mereka rupanya belum lupa akan segmen VR high-end yang juga didudukinya. Bukti dari komitmen mereka tersaji melalui Vive Pro.

Vive Pro adalah suksesor sejati Vive orisinil. Tidak seperti Vive Focus yang mengutamakan aspek kepraktisan, Vive Pro benar-benar mengedepankan performa di atas segalanya. Ia masih harus tersambung ke PC berspesifikasi kelas atas, tapi resolusi display OLED-nya kini naik menjadi 2880 x 1600 pixel (615 pixel per inci), atau nyaris 80% lebih tinggi.

Peningkatan resolusi berarti semuanya akan tampak lebih tajam di Vive Pro, termasuk halnya judul game AAA macam Fallout 4 VR. Tidak hanya visual yang diprioritaskan, audio pun turut dijunjung tinggi lewat sepasang headphone yang kini terintegrasi dengan perangkat, seperti Oculus Rift.

HTC Vive Pro

Desain fisik Vive Pro juga sudah dirombak secara cukup signifikan, yang kini berbalut warna biru sehingga bakal tampak senada dengan Vive Focus. Strap kepalanya dipastikan bisa terasa lebih nyaman, dan pengguna sekarang bisa menyesuaikan distribusi bobot antara bagian belakang dan depan headset secara manual.

Juga baru adalah kehadiran sepasang mikrofon dengan teknologi noise cancelling aktif, serta sepasang kamera yang menghadap ke depan layaknya sepasang mata seperti di Vive Focus. HTC bilang bahwa penambahan ini dimaksudkan untuk merangsang kreativitas developer, menjadi indikasi akan gameplay yang lebih variatif pada koleksi konten Vive ke depannya.

Vive Wireless Adaptor

Bersamaan dengan Vive Pro, HTC juga mengumumkan Vive Wireless Adaptor. Sesuai namanya, aksesori ini dirancang untuk menyulap Vive maupun Vive Pro menjadi wireless, menggantikan peran kabel dalam meneruskan data dari PC ke headset.

Dibandingkan produk serupa yang sudah ada di pasaran, macam TPCAST, kinerja perangkat ini diyakini jauh lebih unggul berkat pengadopsian teknologi WiGig rancangan Intel. WiGig pada dasarnya memungkinkan perangkat untuk beroperasi di frekuensi 60 GHz yang minim gangguan, sehingga latency pun bisa ditekan secara cukup drastis.

Sayangnya sejauh ini HTC masih bungkam soal harga dan ketersediaan Vive Pro maupun Vive Wireless Adaptor. Dalam kesempatan yang sama di gelaran CES 2018, HTC turut mengumumkan versi baru platform Viveport VR yang telah didesain ulang menjadi lebih immersive, serta kemitraannya bersama Vimeo melalui Vive Video.

Sumber: HTC Vive.

Kolaborasi Oculus dan Xiaomi Hadirkan Headset VR Oculus Go dan Mi VR Standalone

Kolaborasi di ranah teknologi bukan hal baru, bahkan perusahaan sekelas Apple, Samsung dan LG yang kerap berkompetisi di pasar akhir, memiliki ketergantungan satu sama lain untuk menyempurnakan perangkatnya. Jadi, bukan kabar mengejutkan jika Facebook melalui Oculus dan Xiaomi yang notabene bukan kompetitor mengumumkan kesepakatan kolaborasi untuk meracik perangkat headset VR yang disebut ekslusif untuk pasar Tiongkok.

Dalam kesepakatan ini, Xiaomi akan menjadi pihak yang bertanggung jawab merakit Oculus Go, headset seharga $199 yang pertama kali diumumkan pada bulan Oktober tahun lalu. Dalam pengumuman yang sama, Oculus juga memperkenalkan headset baru Mi VR Standalone, headset berlabel Xiaomi yang mengemas teknologi Oculus untuk pasar Tiongkok. Secara fisik, headset ini tampak mirip sekali dengan Oculus Go.

acebook VP of VR Hugo Barra, Qualcomm Incorporated President Cristiano Amon, and Xiaomi VP Thomas Tang at CES 2018.
Facebook VP of VR Hugo Barra, Qualcomm Incorporated President Cristiano Amon, dan Xiaomi VP Thomas Tang di CES 2018.

Tergabung dalam kolaborasi tersebut adalah perusahaan perakit chipset, Qualcomm yang kemudian dipercaya membenamkan Snapdragon 821 Mobile VR Platform ke jeroan Oculus Go dan Mi VR Standalone. Belum jelas apakah kemiripan kedua perangkat terhenti di rupa dan juru gedor saja atau ada fitur-fitur pembeda yang belum diungkapkan.

Dalam laman resminya, Oculus menjelaskan bahwa  Mi VR Standalone akan tiba dengan Oculus Mobile SDK yang memungkinkan pengembang untuk membenamkan konten ke platform Xiaomi Mi VR di Tiongkok. Tentu setelah disesuaikan dengan kebutuhan konsumen di sana. Sayangnya belum ada informasi resmi kapan kedua headset akan diluncurkan.

Anker Roav Viva Hadirkan Fitur Pintar di Mobil Tanpa Biaya Mahal

Apple CarPlay dan Android Auto dirancang untuk masa depan otomatif yang serba pintar dan terhubung. Membenamkan dua addon itu ke kendaraan atau membeli kendaraan dengan bekal salah satunya dari mereka tentu bukan opsi yang murah dan mudah. Tapi kini hadir perangkat baru buatan Anker yang bisa menghadirkan fitur pintar ke dalam mobil. Baru saja debut, Roav Viva dipamerkan di ajang CES 2018 yang digelar di Las Vegas.

Roav Viva berjalan dengan pasokan daya dari colokan rokok 23-volt yang ada di hampir semua mobil keluaran tahun 2000-an. Fitur paling wah di Roav Viva adalah kehadiran teknologi asisten virtual pintar Amazon Alexa yang memungkinkan perangkat menjadi co-pilot bagi pengemudi untuk melakukan beberapa hal. Misalnya, mengetahui prakiraan cuaca, menelpon, memesan pizza, memutar musik, navigasi melalui suara dan berbagai tugas yang mampu dilakukan oleh Alexa bisa dilakukan, semua input diberikan melalui perintah suara. Fitur yang belum bisa ditemukan bahkan di kebanyakan mobil keluaran terbaru. Lebih keren lagi, Roav Viva juga bisa digunakan untuk mengendalikan perangkat rumah pintar yang terhubung.

 

Sayangnya, untuk bekerja secara optimal, Roav Viva masih membutuhkan bantuan dari smartphone. Namun sebagai pelengkapnya, Roav Via dibekali beberapa fitur seperti dua port USB yang bisa dijadikan pengisi daya bagi smartphone, dua lubang mikrofon, dan led berbentuk cincin yang sekaligus menjadi indikator status Alexa. Roav Viva saat ini sudah bisa dipesan melalui Amazon untuk kawasan US dengan banderol $50.

Roav Viva_2

Sebagai informasi bagi Anda, bahwa Roav adalah nama perusahaan yang berada di bawah brand Anker. Roav berfokus pada pembuatan perangkat untuk otomotif, seperti kamera dashboard dan charger plug-in untuk ponsel. Viva ini menjadi langkah maju bagi Roav untuk membawa fitur-fitur pintar ke dalam mobil-mobil tua.

Sumber berita Techradar.

Sol Dalam Sepatu Pintar ini Bantu Tekan Resiko Cedera Pekerja

Dewasa ini kita sering mendapati barang sehari-hari yang dipermak sedemikian rupa sehingga menyandang julukan baru sebagai perangkat pintar, misalnya jam tangan pintar, helm pintar, kacamata pintar hingga sepeda pintar. Di tahun 2017 lalu, sebuah startup bernama Zhor memamerkan sepatu pintar di ajang bergengsi, CES. Dan tahun ini, mereka kembali dengan konsep yang masih menyasar kaki, tapi kali ini berupa sol dalam sepatu yang lagi-lagi mempunyai kemampuan mencatat aktivitas dan pergerakan penggunanya.

Yang berbeda, di tahun ini Zhor Tech menggunakan teknologi yang satu tingkat lebih kompleks. Lebih dari sebatas penghitungan langkah, Zhor Tech mencoba memanfaatkan sensor built-in untuk menambahkan pengukuran seberapa tingkat kelelahan yang dialami pemakainya, analisis postur tubuh, dan deteksi getaran yang canggih. Saat ini, perusahaan hanya berencana untuk menjual insolnya ke produsen alas kaki yang sudah mapan mulai bulan September mendatang dengan harga $149.

Zhor-Tech-Safety-Insole-from-Engadget-02-800x450

Secara khusus, sol dalaman sepatu ini dirancang untuk memberikan jaminan keselamatan bagi pekerja kontruksi atau yang bekerja di area-area berbahaya. Sensor deteksi getaran yang tersemat di dalamnya membantu pengawas atau atasan untuk mencegah pekerjanya terjatuh atau mengalami lelah berlebihan. Selain itu, metrik yang terkait dengan langkah-langkah yang diambil dan ketegangan yang dialami oleh pekerja akan sangat berguna untuk menjaga produktivitas dan kecelakaan seminimal mungkin.

img-0795-1

Sebaliknya, teknologi in bisa juga menjadi solusi yang efektif untuk mengawasi karyawan yang tidak aktif dalam menjalankan tugas mereka atau yang mungkin cenderung mengalami cedera karena faktor postur.

Zhor-Tech-Smartphone-App-640x289

Sumber berita Engadget.

Panasonic Lumix GH5S Lebih Totalitas Lagi Soal Video Ketimbang Versi Standarnya

Panggung CES 2018 Panasonic manfaatkan untuk mengungkap sebuah kejutan dalam bentuk kamera mirrorless baru bernama Lumix GH5S. Bukan, ia bukanlah suksesor Lumix GH5 yang diperkenalkan tahun lalu. Ia lebih pantas dianggap sebagai versi alternatif Lumix GH5 yang bahkan lebih totalitas lagi dalam hal videografi.

Fisik keduanya hampir identik, terkecuali adanya sedikit aksen merah pada GH5S. Yang sangat berbeda adalah sensor yang digunakan: GH5S mengemas sensor yang berukuran lebih besar (Four Thirds), akan tetapi resolusinya cuma 10,2 megapixel. Hal ini membuat GH5S jauh lebih sensitif di kondisi minim cahaya – konsepnya sama persis seperti Sony a7 dan a7S.

Ditemani prosesor Venus Engine 10, sensor ini mengandalkan teknologi Dual Native ISO yang menawarkan dua mode: satu untuk memaksimalkan dynamic range di ISO rendah, satu lagi memprioritaskan noise reduction dengan mengkompromikan dynamic range.

Panasonic Lumix GH5S

Singkat cerita, Lumix GH5S bakal lebih ideal dijadikan kamera video ketimbang GH5 standar, apalagi mengingat ia juga bisa merekam dalam format DCI 4K 60 fps, yang sedikit lebih lebar ketimbang 4K UHD. Lebih lanjut, hasil rekamannya di kondisi minim cahaya juga dipastikan jauh lebih baik. Tentu saja kamera masih bisa digunakan untuk menjepret foto, bahkan dalam format RAW 14-bit.

Perbedaan lainnya meliputi mode slow-motion 1080p 240 fps, kinerja autofocus yang sedikit lebih baik di kondisi low-light, dan viewfinder elektronik dengan refresh rate 120 fps. Fitur VLog-L yang harus ditebus dengan biaya oleh pengguna GH5, hadir sebagai fitur standar di GH5S.

Panasonic Lumix GH5S

Yang mungkin terdengar agak mengejutkan, GH5S sama sekali tak memiliki sistem image stabilization. Panasonic bilang bahwa tujuannya adalah supaya kinerja gimbal profesional yang dipakai konsumen bisa lebih maksimal dan tidak terganggu oleh sistem internal kamera seperti pada GH5 standar.

Panasonic Lumix GH5S rencananya bakal dipasarkan mulai awal Februari mendatang. Harganya dipatok $2.499 (body only).

Sumber: DPReview.

Acer Swift 7 Kembali Pecahkan Rekor Laptop Tertipis di Dunia

Apa nama laptop tertipis di dunia? Kalau jawaban Anda “MacBook”, besar kemungkinan Anda belum pernah mendengar soal Acer Swift 7. Diperkenalkan di ajang IFA 2016, tebal laptop tersebut hanyalah 9,98 mm. Lalu apakah Acer sudah puas? Ternyata belum.

Momen CES 2018 ini mereka manfaatkan untuk kembali memecahkan rekor yang mereka pegang sendiri. Swift 7 generasi baru (SF714-51T) memiliki sasis unibody berbahan aluminium yang bahkan lebih tipis lagi, tepatnya di angka 8,98 mm. Di saat yang sama, layar sentuhnya sedikit membesar jadi 14 inci, tentu saja masih dengan panel IPS beresolusi full-HD dan lapisan kaca Gorilla Glass.

Acer Swift 7 (SF714-51T)

Sayangnya harus ada kompromi di balik bertambah tipisnya Swift 7, yakni di sektor performa. Di saat laptop lain mulai mengadopsi prosesor Intel generasi ke-8, Swift 7 edisi 2018 ini masih saja menggunakan Intel Core i7 generasi ke-7, dibantu oleh RAM 8 GB dan SSD tipe PCIe berkapasitas 256 GB.

Kendati demikian, setidaknya autentikasi kini jadi lebih aman dan praktis berkat kehadiran sensor sidik jari di sisi kiri keyboard. Juga unik untuk Swift 7 adalah kompatibilitas dengan jaringan 4G LTE, mengingat perangkat mengemas slot Nano SIM sekaligus teknologi eSIM.

Soal baterai, Swift 7 diestimasikan bisa beroperasi sampai 10 jam nonstop. Acer berencana memasarkannya mulai April mendatang dengan banderol mulai $1.699.

Acer Spin 3 (SP314-51) / Acer
Acer Spin 3 (SP314-51) / Acer

Selain Swift 7, Acer turut memperbarui lini laptop convertible-nya, Spin 3. Versi barunya (SP314-51) kini mengemas layar IPS full-HD 14 inci – masih bisa diputar 360 derajat untuk digunakan sebagai tablet – dan sudah dipersenjatai dengan prosesor Intel generasi kedelapan demi peningkatan performa yang cukup signifikan.

Acer menjanjikan daya tahan baterai hingga 12 jam untuk Spin 3, serta pengalaman multimedia yang lebih baik berkat sepasang speaker yang dihadapkan ke depan. Harganya tetap sangat kompetitif, mulai $599, dan bakal dipasarkan pada bulan Januari ini juga.

Acer Chromebook 11 (CB311-8HT) / Acer
Acer Chromebook 11 (CB311-8HT) / Acer

Acer juga tidak lupa dengan lini Chromebook-nya. Model terbaru Acer Chromebook 11 hadir dalam varian berlayar sentuh (CB311-8HT) dan non-sentuh (CB311-8H). Keduanya sama-sama bisa beroperasi dengan senyap karena tidak ada lagi kipas pendingin yang mendampingi prosesor Intel Celeron di dalamnya.

Dua port USB-C telah Acer tambatkan pada Chromebook berlayar 11,6 inci ini. Fitur unggulan lainnya tentu saja adalah kompatibilitas dengan aplikasi Android, yang bisa diunduh dengan mudah lewat Google Play Store. Acer menunjuk April 2018 sebagai jadwal perilisannya, dengan harga mulai $249.

Laptop terakhir yang Acer singkap di CES 2018 adalah Nitro 5 yang diperuntukkan para gamer. Versi barunya kini bisa dikonfigurasikan dengan prosesor dan kartu grafis besutan AMD, yang bisa Anda baca selengkapnya di sini.

Sumber: 1, 2, 3.