Strategi Alibaba Cloud Raih Perhatian Global, Implementasikan Kecerdasan Buatan

Mari kita sedikit lakukan kilas balik di tiga atau empat tahun lalu untuk menjawab pertanyaan berikut: “Apa layanan komputasi awan (cloud computing) global yang Anda ketahui?”, secara umum jawaban akan mengacu pada opsi Amazon Web Services (AWS), Windows Azure, atau Google Cloud. Beberapa mungkin juga akrab dengan merek IBM Softlayer, VMware, dan Oracle.

Masih banyak penyedia lain yang tidak cukup akrab didengar pelanggan atau pengembang aplikasi di Indonesia. Salah satunya Alibaba Cloud (sempat memiliki julukan “Aliyun”). Mereka mulai beroperasi sejak September 2009. Tidak tanggung-tanggung, kala itu perusahaan di bawah kepemimpinan Jack Ma dan Simon Hu ini sudah membuka pusat riset pengembangan dan operasional di Hangzhou, Beijing, dan Silicon Valley.

September 2014 adalah momentum bersejarah bagi Alibaba Group, pasca bersandar di New York Stock Exchange (NYSE). Semua orang mulai mengetahui dan mengakui kapabilitas Alibaba sebagai perusahaan e-commerce. Keberhasilan IPO (Initial Public Offering) saham Alibaba (BABA) membawa perusahaan meraih investasi mencapai  US$21.8 miliar pada pembukaan awal. Seluruh unit bisnis Alibaba Group satu per satu meroket ke pasar global, tak terkecuali Alibaba Cloud.

Tahun 2015 akselerasi bisnis Alibaba Cloud ditingkatkan. Dimulai dari kucuran investasi $1 miliar dari perusahaan induk. Pusat data (data center) mulai diperluas, diawali dari Hong Kong, Singapura, dan Amerika Serikat. Peningkatan tersebut bukan tanpa prestasi, kemampuan yang makin mumpuni dibuktikan dengan dukungan layanan terhadap festival belanja online 11.11 tahun 2015. Kala itu berhasil melayani transaksi hingga $14,2 miliar dalam 24 jam.

Saat ini, Alibaba Cloud sudah memiliki pusat data yang tersebar di 18 wilayah. Terbaru pada Februari 2018, mereka membangun pusat data di Indonesia. Namun, sebaran pusat data tidak lantas otomatis membuat penyedia layanan menjadi pemimpin pasar, banyak upaya yang harus dilakukan untuk mencuri perhatian pasar global. Alibaba Cloud mengklaim memiliki cara tersendiri untuk terus bersaing di pangsa pasar.

Seperti layanan awan pada umumnya, layanan Alibaba Cloud saat ini sudah mencakup tiga varian fundamental, yakni Software as a Services (SaaS), Platform as a Serivices (PaaS), dan Infrastructure as a Services (IaaS). Terkait persaingan, Alibaba Cloud juga terus mengejar kepemimpinan pasar. Salah satu indikasinya ditunjukkan pada riset pasar Magic Quadrant di kuartal kedua tahun 2017 lalu.

Riset Gartner terkait kepemimpinan penyedia layanan komputasi awan

Di acara tahunan Alibaba Cloud bertajuk “The Computing Conference 2018” di Hangzhou, mereka mencoba menegaskan apa yang kini dilakukan untuk merebut kepemimpinan pasar. Rangkaian strategi yang disampaikan cukup menarik, yakni mendampingi sektor publik dengan transformasi digital berkelanjutan. Alibaba menjadikan Hangzhou (kota basis perusahaan) sebagai pusat percontohan implementasi teknologi digital terbarukan.

“It’s not technology that changed the world, but the dreams behind it,” Jack Ma.

Dampak langsung teknologi komputasi awan

Infrastruktur komputasi yang semakin canggih memungkinkan banyak hal dilakukan. Sebut saja pemrosesan seperti big data, machine learning, artificial intelligence hingga internet of things, semua dapat dilakukan dengan sangat efisien. Poin-poin tersebut kini juga telah menjadi salah satu yang coba ditonjolkan dalam ragam produk PaaS di Alibaba Cloud. Tidak hanya sekadar menjual “merek”, melalui Simon Hu, President Alibaba Cloud, mereka mencoba menampilkan sebuah visi dan studi kasus nyata.

Memasuki panggung konferensi, Simon mendemokan aplikasi Tmall bersama sajian teh di hadapannya. Melalui aplikasi Tmall, Simon memindai teh yang ada di meja dengan ponsel yang ia bawa untuk mengetahui detail informasi produk tersebut. Di ponselnya ditampilkan tentang jenis teh, asal teh, hingga informasi proses pengiriman. Setelah itu dia mengawali presentasi dengan memaparkan bagaimana kota Hangzhou berkembang selama 20 tahun dan terobosan baru yang Alibaba Cloud bawakan dengan teknologi.

Tmall App Demo
President Alibaba Cloud, Simon Hu, saat mendemokan aplikasi Tmall untuk sajian teh / Alibaba

ET Brain adalah nama produk AI Alibaba Cloud yang didesain untuk membantu mengatasi permasalahan urban dengan teknologi. Program tersebut dilandasi kapabilitas komputasi super tinggi “Aspara” dengan pemrosesan machine learning terintegrasi lengkap dengan analisis data dan visualisasinya. Implementasinya dapat di berbagai sub sektor, mulai dari ET City Brain, ET Indurstrial Brain, ET Medical Brain, hingga ET Aviation Brain.

Salah satu program yang didemokan adalah ET City Brain yang memberikan penjelasan bagaimana kota Hangzhou kini dapat dikontrol melalui sebuah dasbor terpusat di pemerintahan. Awal penerapannya tahun 2016 di distrik Xiaosan, permasalahan pertama yang diselesaikan adalah pengaturan trafik lalu-lintas untuk meminimalkan kemacetan. Teknologi AI dan machine learning mempelajari arus lalu-lintas melalui sensor IoT yang ditempatkan pada titik-titik tertentu. Hasil akhirnya, mereka melakukan pengaturan lampu lalu-lintas secara real-time berdasarkan kondisi dan proyeksi kepadatan jalan raya.

City Brain Alibaba
Contoh tampilan dasbor City Brain

Penerapannya terus berkembang hingga tahun ini. Salah satu yang paling menarik adalah bagaimana sistem City Brain dapat memberikan akses jalan khusus untuk situasi kritis, misalnya untuk perjalanan ambulans atau mobil pemadam kebakaran. Sistem akan melakukan kalkulasi tercepat pada GPS yang ditempatkan pada mobil ambulans/pemadam kebakaran. Dari jalur yang sudah ditetapkan GPS, lampu lalu-lintas yang dilewati akan dikondisikan berwarna hijau saat mobil tersebut melintas, sehingga akhirnya mobil dapat mencapai tujuan secara lebih cepat dan efisien.

Implementasi di sektor publik yang lebih luas

“Ni hao banma…” ucap seorang sopir untuk mengoperasikan sistem komputer yang terdapat dalam sebuah mobil. Selanjutnya orang tersebut, menggunakan bahasa Tiongkok, meminta sistem memutarkan sebuah musik untuk kami, para penumpangnya. Tidak hanya itu, ia dapat memerintahkan sistem dengan ucapan untuk melakukan serangkaian hal, termasuk membuka jendela pintu untuk penumpang.

Mobil tersebut sudah terpasang AliOS, sebuah sistem operasi yang diluncurkan Alibaba pada Juli 2017 lalu untuk mobil. AliOS mengkombinasikan sistem pengenal berbasis suara, wajah, dan gestur untuk memanjakan pengendara mobil dengan apa yang mereka sebut dengan “mobil internet”.

Di sudut lain gedung konferensi, kami juga disajikan dengan demo robot pintar yang digunakan divisi logistik Alibaba untuk mengatur logistik. Lengan robot yang sering disaksikan dalam film layar lebar tersebut kini terlihat begitu nyata, melakukan pengaturan untuk pengiriman logistik. Rangkaian sistem tersebut mencoba menghubungkan seluruh elemen logistik secara digital dan real-time.

Selain mengurus pergudangan secara otomatis, dalam pengembangannya Alibaba juga tengah mengaplikasikan sistem distribusi modern melalui kotak pintar dan mobil pintar yang terhubung dengan layanan e-commerce dan e-logistic Alibaba. Kapabilitas IoT menjadi kunci dalam penerapan rangkaian teknologi Cainiao, layanan smart logistics miliknya.

Cainiao Alibaba
Jaringan logistik pintar berbasis robot bernama Cainiao / Alibaba

Seusai konferensi, dalam perjalanan pulang, kami sempat mampir ke sebuah swalayan dan pusat perbelanjaan yang telah mengaplikasikan sistem modern. Tidak hanya sekadar menerima pembayaran dengan Alipay, ritel modern tersebut disebut memberikan pengalaman baru kepada setiap pengunjungnya. Kini pengunjung tidak hanya bisa melakukan pembayaran secara daring, karena setelah memilih barang belanjaan, mereka bisa meminta sistem untuk mengantarkan belanjaannya ke rumah. Hema adalah program inkubasi konsep ritel modern yang diusung Alibaba.

Di sisi konsumen, pengalaman belanja juga didukung dengan aplikasi Tmall. Untuk bahan segar seperti sayuran, mereka dapat mengidentifikasi secara langsung kapan sayuran ini dipetik dan sampai. Dalam mengatur sirkulasi produk, pihak pemilik perbelanjaan juga sudah dibekali sistem terintegrasi –dengan logistik—untuk memastikan barang sayuran atau buah-buahan sampai dalam kondisi segar optimal. Biasanya barang seperti itu dijual dalam periode satu hari saja. Jumlahnya sudah diproyeksikan –baik dalam stok gudang ataupun bungkusannya—sehingga kecil kemungkinan akan tersisa.

Teknologi kasir pintar ReX juga terapkan untuk membantu pemilik swalayan dalam mengidentifikasi kebutuhan pembeli dan memberikan layanan yang ditargetkan. Sehingga toko dapat memaksimalkan stok persediaan barang sesuai dengan proyeksi kebutuhan pelanggan. Saat ini sudah ada 65 toko Hema di berbagai wilayah. Dari pengakuan pemilik toko yang kami temui, peningkatan penjualan dapat mencapai 50% pasca implementasi teknologi tersebut. Penerapannya juga dinilai cukup mudah, karena toko tidak perlu menyediakan komputasi berspesifikasi besar, semua sudah diakomodasi dalam komputasi awan.

Cainiao Car
Mobil logistik Cainiao yang beroperasi secara otomatis / Alibaba

Kecerdasan buatan adalah masa depan

CTO Alibaba Group Jeff Zhang menyampaikan peta jalan untuk pengembangan teknologi komputasi awan modern. Salah satu yang ditekankan ialah melalui riset pengembangan komputasi kuantum dan AI Chips. Program tersebut akan dikelola melalui Alibaba DAMO Academy, yakni inisiatif di bidang riset global dalam pengembangan teknologi disruptif untuk jangka waktu lima tahun ke depan. Teknologi tersebut dikembangkan untuk memperkuat komputasi awan dan IoT Alibaba Group, dan tidak menutup kemungkinan mendukung aplikasi komersial di berbagai industri.

DAMO Academy
Riset pengembangan dipusatkan melalui DAMO Academy / Alibaba

Sejak berdiri pada Oktober 2017, DAMO Academy telah melahirkan beberapa inovasi publik. Beberapa produk yang sempat kami coba di antaranya intelligent justice, yakni sebuah rangkaian solusi kecerdasan di bidang hukum untuk membantu proses pembuatan transkrip pengadilan persidangan, termasuk pemetaan untuk sengketa dan titik risiko. Ada juga robot pramuniaga untuk mendampingi penjual dalam berkomunikasi interaktif dengan calon pembeli. Robot tersebut dapat memformulasikan berbagai strategi tawar menawar yang alami. Yang ketiga adalah teknologi penerjemah ucapan secara langsung saat berkomunikasi secara tatap muka.

Alibaba juga memiliki A.I. Labs, yakni sebuah unit riset yang berfokus pada produk kecerdasan buatan untuk konsumen. Saat ini pusat riset tengah merampungkan pengembangan teknologi pintar untuk kendaraan logistik masa depan dan robot pelayan publik. Rangkaian riset ini tidak lain untuk mendukung misi Executive Chairman Alibaba Group, Jack Ma, dalam merealisasikan konsep “New Manufacturing”.

Menurut Jack, konsep konsep tersebut akan menjadi masa depan yang menjanjikan. New Manufacturing dinilai akan membawa perubahan besar untuk pabrik konvensional pada 10-15 tahun mendatang. Konsep ini berkaitan erat dengan strategi New Retail Alibaba, sebuah pendekatan ritel yang mengutamakan konsumen, serta mengintegrasikan offline dan online untuk menghadirkan pengalaman belanja yang prima.

“Kekuatan kompetitif perusahaan tidak akan bergantung pada kemampuan produksi pabriknya, tapi diukur dengan kemampuannya berpikir secara inovatif, caranya mengutamakan pengalaman pelanggan, serta tingkat pelayanannya,” ungkap Jack Ma.

Jack Ma 2018
Sambutan Jack Ma berfokus pemaparan visi New Manufacturing / Alibaba

Tak hanya di Hangzhou

Alibaba Cloud bersama Kementerian Pariwisata dan Margasatwa Republik Kenya telah menandatangani sebuah kerja sama strategis dalam mendukung proyek perlindungan satwa. Pada proyek ini, Alibaba Cloud akan menggunakan teknologi seperti sensor untuk melacak satwa, kamera dengan sensor inframerah, pos-pos perkiraan cuaca pintar, peralatan untuk para ranger, dan drone pemantau area luas rencananya akan diterapkan untuk mengumpulkan data real-time pergerakan dan kesehatan satwa secara umum.

Platform ini selanjutnya akan menganalisis data dan memprediksi perilaku serta rute jelajah, serta membantu pusat komando untuk berjaga-jaga akan potensi bahaya seperti penangkapan ilegal, konflik antara manusia dan satwa. Teknologi ini akan membantu pengaturan tim lapangan taman nasional menjadi lebih sigap dan lebih baik dalam mengelola taman nasional.

Alibaba Cloud Kenya
Persmian kerja sama bersama Sekretaris Utama Kementerian Pariwisata dan Margasatwa Republik Kenya, Margaret Mwakima / Alibaba

Sinergi kedua diresmikan bersama Olympic Broadcasting Services (OBS) untuk produk OBS Cloud, sebuah solusi penyiaran inovatif yang beroperasi sepenuhnya menggunakan teknologi komputasi awan untuk ajang Olimpiade Tokyo 2020. Teknologi ini akan menunjukkan cara baru dalam industri penyiaran, khususnya dalam pembuatan konten dan distribusi penyiaran. Komputasi awan dinilai dapat memenuhi persyaratan yang tinggi untuk akurasi volume, kecepatan, dan jarak waktu yang sangat krusial dalam penyiaran pertandingan olahraga untuk perhelatan besar.

Secara tradisional, penyiar olimpiade hanya dapat mengimplementasikan dan menguji alat mereka setelah tiba di International Broadcast Centre (IBC) di kota yang menjadi tuan rumah dan area yang disediakan untuk penyiar di lokasi sangat diminati dan terbatas.

OBS kini dapat menyediakan seluruh aset visual dan audio kepada Rights Holding Broadcasters (RHBs) secara efisien, efektif, dan aman. Penyiar juga dapat membuat, mengatur, dan mendistribusikan konten mereka menggunakan OBS Cloud, sebuah solusi yang telah dioptimalkan untuk menjawab kebutuhan distribusi cabang olahraga yang paling diminati.

Terobosan nyata yang paling menarik

Teknologi identitas tunggal Alibaba
Foto senyum bahagia seorang warga saat menerima penggantian berbagai sertifikat kependudukan dalam identitas tunggal

Di antara banyak teknologi yang dipamerkan, ada satu ide yang sangat menarik bagi saya. Dengan komputasi awan, Alibaba berhasil menyatukan berbagai surat/sertifikat kependudukan dalam satu genggaman. Memudahkan proses kepengurusan di satu pintu melalui teknologi yang saling terintegrasi. Karena saya sendiri merasakan, betapa rumitnya ketika harus berurusan dengan keperluan surat-menyurat dengan instansi pemerintahan. Semoga solusi ini dapat direplikasi di Indonesia.

Amazon Web Service Tidak Memiliki Rencana Bangun Server di Indonesia

Sehari setelah pemberitaan potensi masuknya layanan e-commerce Amazon ke Indonesia, di ajang AWS Startup Day 2018, CTO & VP Amazon Werner Hans Peter Vogels menegaskan, Amazon tidak bisa menjawab pertanyaan dan membenarkan pemberitaan yang berupa spekulasi atau rumor.

Di hadapan media, Vogels mengingatkan kembali bahwa kedatangannya ke Indonesia fokus untuk mempromosikan Amazon Web Service (AWS) dan bagaimana startup bisa memanfaatkan teknologi cloud yang saat ini harganya sudah sangat terjangkau, untuk startup juga UKM.

“Kita memastikan teknologi yang AWS miliki adalah relevan untuk startup, UKM hingga enterprise. Kami juga telah menurunkan harga hingga 70 kali lebih murah untuk menjangkau lebih banyak pelanggan,” kata Vogels.

Tidak ada rencana server lokal

Untuk memperkuat kegiatan pemasaran, AWS memiliki tim dan kantor di Indonesia yang hadir sejak bulan Desember 2017. Disinggung apakah ada rencana membangun server di Indonesia, terkait peraturan yang membutuhkan ketersediaan server lokal di banyak sektor, Vogels menegaskan kembali hingga saat ini pelanggan AWS asal Indonesia merasa cukup puas dengan layanan yang ada, meskipun server bukan berada di Indonesia, namun di Singapura.

“Untuk mengakali persoalan tersebut, kami menawarkan solusi lain berupa struktur teknologi yang bisa diikuti dengan menggunakan koneksi langsung atau menggunakan private line di Singapura untuk mendapatkan akses langsung atau kami menempatkan tim lokal untuk bertemu langsung dengan regulator untuk bisa memenuhi peraturan yang ada,” kata Werner.

Werner menambahkan, saat ini AWS memiliki pelanggan dari kalangan startup, enterprise, hingga perusahaan finansial yang dituntut menerapkan peraturan tersebut, namun bisa diatasi dengan memanfaatkan panduan arsitektur misalnya menerapkan enkripsi.

“Jadi saya bisa mengatakan saat ini kami belum mendapatkan feedback dari pelanggan yang mengharuskan AWS untuk membangun server di Indonesia. Namun kami menyadari semua negara menginginkan akses secara private,” kata Werner.

Edukasi melalui AWS Academy

Wawancara eksklusif dengan Nick Walton dan Werner Vogels dari Amazon Web Service

Salah satu kendala yang dihadapi AWS saat ini adalah edukasi yang mendalam terkait dengan teknologi cloud, penerapan dan persoalan teknis lainnya. Untuk itu perusahaan melalui AWS Academy, melancarkan rangkaian kegiatan berkolaborasi dengan universitas, salah satunya dengan ITB dan universitas lain di Singapura.

Dengan kegiatan ini, diharapkan calon engineer yang masih berstatus mahasiswa bisa mendapatkan edukasi yang tepat dan menyeluruh soal teknologi cloud, sehingga ketika lulus bisa memahami teknologi cloud dengan tepat.

“Kegiatan tersebut sudah menjadi short dan long term plan dari AWS. Untuk memberikan pengetahuan yang mendalam, AWS Academy juga menyiapkan tenaga pengajar profesional dari Amerika Serikat hingga Eropa terkait dengan teknologi cloud,” kata Vogels.

Saat ini Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi cukup baik di Asia Tenggara, dilihat dari pertumbuhan entrepreneur, startup hingga penetrasi internet. Hal tersebut menjadikan AWS ingin berinvestasi lebih dan fokus menempatkan account manager yang siap membantu perusahaan untuk mengadopsi teknologi cloud-nya.

“AWS sudah hadir sejak 12 tahun lalu sebelum kompetitor hadir menawarkan layanan yang serupa. Untuk itu dengan teknologi dan jaminan keamanan yang kami miliki serta harga yang terjangkau, kami fokus membantu pelanggan menciptakan teknologi cloud yang tepat untuk kebutuhan mereka,” kata Vogels.

Microsoft Adopsi Kinect Untuk Dukung Cloud Computing

Kinect dahulu pernah menjadi periferal kendali paling inovatif buatan Microsoft. Diperkenalkan di era Xbox 360 ketika sistem kendali gesture sedang jadi tren di ranah gaming, aksesori ini memungkinkan kita mengendalikan serta berinteraksi dengan permainan tanpa menyentuh controller. Versi barunya juga sempat dibundel bersama Xbox One dan disiapkan agar kompatibel ke PC.

Namun mungkin karena tak berhasil menarik perhatian gamer dan developer buat memanfaatkan fitur utamanya, Microsoft memutuskan untuk menghentikan produksi Kinect pada bulan Oktober 2017. Kabar ini memang menyedihkan, tetapi tidak berarti hal tersebut menandai akhir dari perjalanan Kinect. Dalam presentasi Build kemarin, CEO Satya Nadella mengungkap rencana Microsoft mengadopsi Kinect buat menunjang platform cloud computing mereka, Microsoft Azure.

Nadella menjelaskan, saat diluncurkan di 2010, Kinect merupakan perangkat kendali pertama yang mendukung input berupa perintah suara, gerakan mata serta gerakan tubuh sekaligus. Awalnya ia dirancang untuk gaming, kemudian setelah dihadirkan ke PC, pemanfaatannya meluas ke bidang medis, industri, robotik dan edukasi. Terinspirasi oleh kreasi-kreasi unik para developer itu, Microsoft terdorong untuk mengangkat teknologi Kinect ke cloud computing, sembari menopangnya dengan teknologi HoloLens.

Dalam blog LinkedIn, Alex Kipman selaku technical fellow AI perception and mixed reality di Microsoft menyampaikan bahwa Project Kinect for Azure akan membuka peluang penerapan kecerdasan buatan di dunia nyata. Dukungan AI di layanan Azure yang dipadu bersama kemampuan pengenalan di Kinect merupakan kunci dari menciptakan terobosan baru dalam proses mengumpulkan dan menganalisis data. Proses ini dikenal dengan istilah intelligent edge.

Kombinasi keduanya memungkinkan sebuah sistem mengenal identitas individu berbeda, lokasi dan benda-benda di sekitarnya. Dan bukan itu saja, Project Kinect for Azure memungkinkan pembacaan data yang lebih presisi dengan konsumsi daya lebih hemat; lalu infrastruktur yang dibutuhkan juga lebih sedikit. Tentu saja hal tersebut jadi menghemat pengeluaran ongkos buat mengimplementasikan algoritma pintar.

HoloLens sendiri punya kaitan cukup erat dengan Kinect. Untuk menghadirkan ‘hologram’ di dunia nyata, perangkat mixed reality tersebut menggunakan teknologi pelacakan kedalaman (depth-sensing) kamera Kinect generasi ketiga. Project Kinect for Azure sendiri mengusung Kinect generasi keempat. Versi ini sudah terintegrasi bersama platform cloud serta intelligent edge Microsoft.

Meski kita mungkin tidak bisa lagi menyaksikan penggunaan Kinect sebagai aksesori penunjang gaming dalam waktu dekat, setidaknya teknologi ini telah menemukan rumah baru dan tidak jadi dipensiunkan.

Via The Verge.

Alibaba Cloud Resmikan Data Center di Jakarta

Setelah melakukan riset dan pengenalan pasar selama dua tahun di Indonesia, Alibaba Cloud hari ini meresmikan kehadirannya di Indonesia. Komitmen Alibaba Cloud dibuktikan dengan kehadiran data center di Jakarta yang menyediakan pilihan lokal untuk UKM, startup, korporasi, dan lembaga pemerintahan. Secara keseluruhan jumlah data center Alibaba Cloud mencapai 18 buah yang tersebar di seluruh dunia.

Head of Alibaba Cloud ASEAN & NZ Raymond Ma mengungkapkan, secara independen Alibaba Cloud hadir di Indonesia memberikan platform yang diperkuat dengan teknologi yang advanced dan harga yang cukup terjangkau, terutama untuk target pasar yang diincar yaitu UKM.

“Kehadiran kami di Indonesia adalah independen. Dengan teknologi dan berbagai layanan yang kami miliki, Alibaba Cloud memiliki keyakinan yang cukup besar untuk mengembangkan bisnis di Indonesia.”

Ditambahkan Raymond, tidak hanya memberikan solusi teknologi komputasi awan, Alibaba Cloud diklaim ideal bagi startup yang mengembangkan bisnis AI dan pengolahan big data.

Selain itu layanan big data “MaxCompute” memungkinkan pengguna menyimpan dan mengolah data struktural dalam jumlah besar, hingga ukuran terabyte dan petabyte.

“Tentunya kami akan menjaga kerahasiaan data perusahaan dan UKM yang menggunakan Alibaba Cloud. Selain di Indonesia, Alibaba Cloud juga memberikan pilihan untuk menyimpan datanya di luar Indonesia sesuai dengan kebutuhan mereka,” kata Raymond.

Pelatihan bersertifikasi

Pendekatan lain yang dilakukan Alibaba Cloud untuk merangkul lebih banyak klien di Indonesia adalah memberikan pelatihan bersertifikasi. Program inkubasi Alibaba yang bernama Alibaba Cloud Certified Professional (ACP) memiliki target melatih 300 peserta dan memberikan sertifikasi kepada 100 orang ahli di bidang cloud di Indonesia.

“Indonesia merupakan negara yang sangat strategis untuk pengembangan bisnis cloud milik Alibaba. Untuk itu kita akan memastikan untuk memberikan informasi hingga layanan purnajual yang lengkap kepada klien,” kata General Manager APAC Alibaba Cloud Alex Li.

Disinggung apakah nantinya Alibaba Cloud akan mempekerjakan talenta Indonesia, Alex mengatakan kesempatan tersebut ada, namun saat ini Alibaba ingin fokus ke pemberian edukasi dan informasi tentang cloud. Program ini ditangani langsung tim khusus untuk solusi arsitektur cloud.

Terkait keamanan data yang disimpan di Alibaba Cloud dan peraturan yang ditentukan pemerintah Indonesia, Raymond Ma menegaskan sebagai perusahaan asing yang mencoba mengembangkan bisnis di Indonesia, Alibaba Cloud akan menuruti semua peraturan yang ditetapkan pemerintah.

“Untuk keamanan sendiri kami menjamin dengan teknologi yang kami miliki data milik klien akan terjaga keamanannya. Alibaba Cloud juga tidak akan membuka dan melihat data milik klien kami.”

Membuka peluang kemitraan

Saat ini Alibaba Cloud telah memiliki klien korporasi dan layanan e-commerce seperti Tokopedia, GTech Digital Asia, Dwidaya Tour, dan Yogrt. Alibaba Cloud masih membuka kesempatan perusahaan lokal untuk menjalin kemitraan dan memanfaatkan teknologi cloud miliknya.

“Fokus kami di Indonesia tidak hanya mendirikan data center, tetapi juga pelatihan dan dukungan untuk UKM di Indonesia. Dengan pendekatan unik dan pelokalan, hal tersebut yang membedakan Alibaba Cloud dengan kompetitor lainnya,” tutup Raymond.

Telkomsel Luncurkan CloudMax, Layanan Penyimpanan Berbasis Komputasi Awan

Bertujuan untuk memberikan ruang lebih kepada pelanggan, Telkomsel meluncurkan layanan penyimpanan berbasis komputasi awan bernama CloudMAX. Hanya dengan melakukan registrasi, pelanggan bisa langsung mendapatkan free trial layanan penyimpanan berbasis komputasi awan dengan kapasitas 10 GB selama 3 bulan pertama.

“Hadirnya layanan CloudMAX kami harapkan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan secara menyeluruh dan dapat merasakan pengalaman mobile digital lifestyle yang lebih berkualitas dengan harga yang sangat terjangkau,” kata Vice President Digital Lifestyle Telkomsel, Crispin Tristram.

CloudMax bisa menjadi solusi bagi pengguna Telkomsel untuk melakukan back up dan restore berkas seperti foto, video, dan berbagai jenis dokumen lainnya dengan cepat, aman, serta dapat diakses kapan pun dan di mana pun melalui aplikasi mobile.

“Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pelanggan Telkomsel yang menggunakan layanan penyimpanan berbasis cloud. Tercatat pertumbuhan pengguna layanan cloud yang terhubung dengan layanan Telkomsel tumbuh sekitar 35% pada tahun 2017.”

Sebelumnya Indosat Ooredoo juga telah menyediakan layanan serupa yang bernama Incloud.

Fitur berbagi “Family Cloud”

Untuk memberikan layanan lebih kepada pengguna selain fitur backup dan restore, CloudMax juga menyediakan berbagai fitur lain yang bermanfaat bagi pelanggan. Di antaranya adalah fitur “Family Cloud” dapat digunakan bersama-sama oleh beberapa pelanggan Telkomsel sekaligus, fitur “Memory Cleaner” mampu membuat ruang ekstra pada memori perangkat, fitur “Offline Mode” memungkinkan akses dokumen tanpa koneksi internet, fitur “Document Sharing” menyediakan link untuk berbagi dokumen, serta fitur “Facial Recognition” untuk mencari dan melihat foto berdasarkan wajah dari foto di CloudMAX.

“Layanan CloudMAX kami hadirkan sebagai jawaban bagi pelanggan yang membutuhkan penyimpanan dokumen di cloud yang tidak dibatasi memori perangkat. Dengan menggunakan CloudMAX Telkomsel, kini pelanggan bisa dengan leluasa menyimpan dan mengakses file kapan saja dan di mana saja,” kata Crispin.

Application Information Will Show Up Here

Machine Learning Berpotensi Jadi Teknologi Paling Berperan

Machine learning adalah salah satu teknologi yang digadang-gadang sebagai masa depan. Kemampuan “belajar” yang diberikan ke mesin atau sistem membawa kesempatan yang cukup luas bagi teknologi untuk bisa membantu manusia, dan terus berkembang dari hari ke hari. Bahkan menurut Oracle teknologi machine learning akan menjadi teknologi yang terpenting setelah internet.

Machine learning, kecerdasan buatan dan robot banyak digambarkan sebagai teknologi yang bisa menggantikan posisi manusia di lapangan pekerjaan. Namun Menurut Oracle kehadiran teknologi seperti machine learning justru menandakan sebuah kemajuan yang juga akan membawa pekerjaan baru, model bisnis baru, dan industri baru. Bukannya membuat manusia tersingkirkan machine learning justru akan memudahkan manusia dan menjadikan manusia lebih efektif.

Saat ini kehadiran machine learning mulai marak dan merambah ke teknologi di sekitar manusia, seperti perangkat lunak di smartphone, di mobil atau di beberapa perangkat canggih lainnya. Perangkat lunak (yang sudah mengadopsi machine learning) bisa membantu manusia untuk mengakses informasi dan menghasilkan keputusan yang lebih baik bahkan lebih cepat. Oracle percaya perusahaan yang memanfaatkan keunggulan machine learning akan maju dengan pesat karena mereka mampu mengambil keputusan yang lebih cepat dan efisien.

“Pengadopsian machine learning tumbuh bersama dengan komputasi awan, untuk alasan yang bagus. Integrasi aplikasi, platform dan infrastruktur komputasi awan yang mulus itu penting untuk pertumbuhan dan keefektifan machine learning. Integrasi yang mulus ini akan membuka akses machine learning ke kolam data yang lebih luas, menyingkirkan silos dan menggambar data dari seluruh perusahaan serta jaringannya,” Group Vice President and Chief Architect, Core Technology and Cloud, Oracle Asia Pacific Chris Chelliah.

Big data dan cloud akan menjadi kolaborasi sempurna bagi machine learning. Karena semakin banyak data yang diolah maka semakin cerdas machine learning sehingga keputusan yang diambil pun bisa lebih baik dan terus berkembang. Big data menjanjikan banyak hal di dalam transformasi digital dan cloud menyediakan fondasi untuk transformasi digital maka machine learning merupakan alat pertama untuk membuat semua hal tersebut berkembang. Machine learning memiliki banyak kegunaan tanpa batas selama ada proses analisis dan pemahaman data yang cepat di situlah machine learning diperlukan.

Saat ini machine learning didorong untuk merevolusi di bagian pelayanan pelanggan atau disebut customer service. Salah satu bentuk nyata hadir dalam teknologi chatbot yang bisa menggantikan peran manusia dalam melayani pelanggan. Selain memberikan respons cepat teknologi chatbot juga bisa terus berkembang seiring banyaknya data yang dikumpulkan.

Empat Keuntungan UKM Memanfaatkan Teknologi Komputasi Awan

Makin besarnya penggunaan teknologi komputasi awan (cloud computing) secara global saat ini ternyata belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pelaku UKM di Indonesia. Menurut informasi dari Worldwide Semiannual Public Cloud Services Spending Guide yang dipublikasikan International Data Corporation (IDC), belanja dunia untuk layanan public cloud diperkirakan akan mencapai 204 miliar poundsterling pada tahun 2021.

Sementara Tahun 2017, pengeluaran tersebut akan mencapai 98 miliar poundsterling, dengan peningkatan sebesar 25% dari pengeluaran di tahun 2016. Ke depannya sekitar 47% perusahaan berencana untuk memindahkan sistem ERP mereka ke cloud selama lima tahun ke depan.

Di Indonesia sendiri perusahaan besar hingga startup sudah makin banyak memanfaatkan teknologi komputasi awan. Diperkirakan Indonesia sebagai salah satu pusat kekuatan ekonomi digital terbesar di ASEAN di masa depan.

Salah satu perusahaan raksasa yang mulai fokus mengembangkan teknologi cloud di Indonesia adalah Google, yang baru-baru ini menggelar Cloud Summit dan berencana untuk membangun jaringan serat optik “Indigo”.

Artikel berikut akan mengupas 4 hal positif yang bisa dinikmati oleh pelaku UKM jika mulai menggunakan teknologi komputasi awan.

Menyimpan data paling dasar (backup)

Saat ini data merupakan faktor faktor paling penting dalam bisnis. Selain berfungsi untuk mendapatkan informasi terkini, data juga merupakan source yang paling akurat untuk melihat, mencermati consumer behaviour dalam suatu bisnis. Teknologi komputasi awan bisa menyimpan data paling dasar yang dimiliki oleh bisnis, menjadikan data Anda tersimpan aman.

Perlindungan data

Ketika data sudah disimpan dalam cloud, secara otomatis data tersebut akan dijaga memanfaatkan teknologi yang akan selalu diperbarui agar terhindar dari kegiatan seperti hacking, bocor dan lainnya. Hal tersebut juga berlaku untuk perangkat mobile yang secara otomatis akan terhubung secara real time.

Skalabilitas penyimpanan data

Memanfaatkan cloud artinya memungkinkan data yang ada untuk di integrasi dan mempercepat proses skalabilitas. Gunakan juga tools analytic yang bisa membantu proses tersebut lebih cerdas. Pilih tools yang tepat, sesuai dengan budget untuk membantu bisnis mengolah data tersebut.

Berdaptasi dengan teknologi informasi

Agar sistem bisa bekerja dengan baik manfaatkan semua pendukung bisnis Anda menjadi digital. Mulai dari email untuk bisnis, data perusahaan dan pendukung lainnya. Dengan melakukan proses tersebut, bisnis bisa beradaptasi terhadap perubahan teknologi dan bisa mengamankan data perusahaan dari “ancaman”.

Tingkatkan Penggunaan Komputasi Awan di Kalangan Bisnis, Google Gelar Cloud Summit Pertama di Indonesia

Menyadari semakin pentingnya teknologi komputasi awan (cloud) di Indonesia untuk kalangan bisnis, Google Indonesia menggelar Cloud Summit pertamanya di Indonesia. Kepada media Managing Director APAC Google Cloud Rick Harshman mengungkapkan, besarnya minat perusahaan untuk menggunakan Google Cloud saat ini, merupakan prestasi sendiri yang telah dicapai oleh Google Indonesia.

“Tidak dapat dipungkiri kehadiran Google Indonesia dengan berbagai layanan dan pendekatannya kepada kalangan bisnis, komunitas hingga pemerintahan Indonesia, merupakan salah alasan mengapa Indonesia merupakan negara 5 besar untuk pengguna Google Cloud secara global.”

Dalam kesempatan tersebut Google mempertemukan lebih dari 1800 eksekutif, pelanggan mitra, developer, CTO, dan para Google engineer untuk membahas masa depan teknologi komputasi awan.

Pemanfaatan Google Cloud Platform (GCP)

Sebelumnya layanan Google Cloud Platform (GCP) untuk region Asia hanya terletak di Taiwan, jarak tersebut menyulitkan bisnis yang ada di Indonesia untuk bekerja lebih cepat. Selama 14 bulan terakhir Google Cloud mencoba untuk “mengakalinya” dan membangun  layanan Google Cloud Platform di Singapura, Google Cloud pun mendapatkan feedback yang cukup positif dari klien di Indonesia terkait dengan region baru tersebut.

Disinggung apakah nantinya layanan Google Cloud Platform akan hadir di Indonesia, menurut Rick Harshman kesempatan tersebut terbuka lebar, melihat potensi dan demand yang cukup besar dari kalangan bisnis di Indonesia.

“Selama ini kami sudah mendapatkan feedback positif bukan hanya dari startup namun juga perusahaan konvensional yang menggunakan layanan Google Cloud. Apakah nantinya akan dibangun jaringan pusat data di Indonesia, kita lihat saja perkembangan selanjutnya,” kata Rick.

Secara keseluruhan terdapat 6 kawasan di Asia, lokasi terbarunya akan hadir di Hong Kong.

Membina relasi dengan komunitas pengembang hingga pelatihan

Untuk memastikan pihak terkait memahami dengan jelas konsep dan cara yang tepat untuk melakukan scale up memanfaatkan Google Cloud, kegiatan seperti pelatihan, kelas khusus kerap digelar oleh Google Cloud. Bukan hanya di Jakarta, kegiatan ini juga diperluas di kota-kota besar lainnya di Indonesia.

“Saat ini terdapat lebih dari 70 layanan yang bisa dimanfaatkan oleh bisnis untuk me-leverage dan scale up bisnis mereka memanfaatkan Google Cloud. Untuk mempermudah klien kami melangkah ke proses tersebut, kami dari Google Cloud senantiasa memandu dan memberikan informasi yang relevan untuk mereka,” kata Rick.

Di Indonesia sendiri layanan yang paling banyak dimanfaatkan oleh kalangan bisnis adalah G Suite by Google Cloud. Beberapa klien Google Cloud di antaranya adalah, Go-Jek, Tokopedia, KMK, dan BBM.

Dalam kesempatan ini turut hadir Head of Google Cloud Asia Tenggara Tim Synan yang menyampaikan rencana selanjutnya Google Cloud untuk Indonesia.

“Saat ini kami fokus kepada tiga poin penting, yaitu membangun infrastruktur, merekrut talenta lokal dan meningkatkan ekosistem,” kata Tim.

Bangun jaringan serat optik “Indigo”

Untuk mendukung perkembangan bisnisnya, Google Cloud saat ini tengah membangun jaringan serat optik yang menghubungkan Singapura-Indonesia-Australia. Sistem kabel bawah laut yang dibangun Google bersama AARNet, Indosat Ooredoo, SingTel, SubPartners, dan Telstra tersebut disebut Indigo. Alcatel Submarine Networks bertindak sebagai kontraktor infrastruktur yang ditargetkan rampung pada pertengahan 2019.

Jaringan yang terhubung melewati wilayah laut internasional tersebut akan melayani trafik data Google antara Australia dan Asia dengan menghubungkan Perth, Sydney, dan Singapura dan bercabang ke Jakarta. Panjang jaringan kabel serat optik Indigo tersebut diperkirakan akan mencapai 9 ribu kilometer dengan kapasitas teoritis 18 terabyte per detik.

“Diharapkan melalui proyek ini bisa meningkatkan infrastruktur kawasan di Asia, khususnya Indonesia,” kata Tim.

Penyedia Cloud Computing Asal Australia Zettagrid Hadir di Indonesia, Sasar Startup Hingga Korporasi

Zettagrid, penyedia layanan cloud computing berbasis IaaS asal Australia, mengumumkan ekspansinya di Indonesia dengan menempatkan Jakarta sebagai lokasi layanan resmi dan data center. Ekspansi ini menjadi langkah awal perusahaan dalam menyediakan layanan publik cloud computing ke seluruh wilayah regional Asia Pasifik.

“Keputusan untuk melakukan ekspansi layanan IaaS ke Indonesia adalah bagian dari langkah strategis global Zettagrid. [..] Ekspansi ke Asia Tenggara merupakan milestone penting selanjutnya bagi kami,” ucap CEO Zetta Group Nathan Harman dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Dia melanjutkan, di antara penyedia layanan IaaS cloud computing Australia lainnya, Zettagrid diklaim memiliki fondasi bisnis yang kuat dari sisi aspek inovasi dan otomatisasi layanan. Berbagai sertifikasi yang diperoleh dari ISO9001 2008, PCI DSS, dan lainnya membuat Zettagrid dipercaya mengelola ribuan virtual machine dengan ratusan channel partner.

Alasan Zettagrid memilih Indonesia, diungkapkan secara terpisah kepada DailySocial oleh Country Manager Zettagrid Indonesia Reza Kertadjaja, lantaran pasar cloud computing masih sangat besar dan terbuka lebar. Hampir semua perusahaan baik startup, small medium business (SMB), maupun korporat sudah mengetahui keunggulan dari layanan cloud computing.

Tantangan yang masih muncul adalah bagaimana perusahaan dapat memberikan suatu solusi layanan cloud yang canggih, dapat diandalkan, simpel, mudah dikelola, dan aman sesuai kebutuhan pelanggan.

“Dengan menempatkan data center dan tim teknis dari Jakarta akan memberikan kemudahan bagi channel partner kami untuk memberikan solusi cloud computing yang terbaik kepada seluruh calon pelanggannya di Indonesia,” terang Reza.

Dalam rangka meningkatkan eksistensinya di Indonesia, Zettagrid akan bekerja sama dengan channel partner lokal untuk merancang, membangun, serta mengelola platform infrastruktur cloud computing yang kompleks jadi lebih sederhana untuk memenuhi berbagai kebutuhan IT. Reza mengaku pihaknya menyasar perusahaan dari startup, SMB, hingga korporat di seluruh Indonesia.

Program channel partner Zettagrid menyasar pada penyedia layanan Managed Service IT, System Integrator, Independent Software Vendor, dan Value Added Reseller. Adapun layanan IaaS yang dihadirkan perusahaan meliputi Virtual Server, Virtual Data Center (VDC), Backup, dan Disaster Recovery. Seluruh layanan tersebut dapat dinikmati tanpa harus melalui sistem berlangganan tanpa komitmen atau kontrak, berlaku untuk partner dan pelanggan.

Peran Teknologi Cloud dalam Pengelolaan Infrastruktur Startup

Dalam sesi #SelasaStartup minggu keempat bulan Agustus, DailySocial menghadirkan CEO Biznet Gio Dondy Bappedyanto. Sesuai dengan keahlian narasumber, pada sesi kali ini dibahas tentang bagaimana startup mempersiapkan infrastruktur teknologinya. Salah satu bahasan dalam diskusi ini adalah pemanfaatan teknologi komputasi awan (cloud computing) sebagai fondasi produk digital startup.

Layanan komputasi awan banyak dipilih karena cenderung lebih mudah dikonfigurasi dan fleksibel. Bagi perusahaan atau startup bisa jadi sangat membutuhkan server berukuran besar untuk menyimpan data, namun bisa jadi sebaliknya, sehingga fleksibilitas akan sangat membantu. Dengan adanya komputasi awan, startup tidak perlu menyediakan teknologi yang langsung besar, namun dapat diangsur sesuai dengan kebutuhan dan peningkatan bisnis.

Layanan komputasi awan ini sejatinya merupakan kombinasi antara teknologi komputasi dengan pengembangan internet. Pengguna hanya menyediakan sebuah komputer dan perangkat jaringan internet untuk terhubung ke server.

“Saat ini banyak sekali startup mengadopsi layanan teknologi cloud untuk menjalankan berbagai kegiatan, baik itu hybrid cloud, private cloud dan public cloud. Karena sistem ini menawarkan peningkatan dalam beberapa hal dari pengelolaan infrastruktur,” tutur Dondy kepada DailySocial.

Melihat dari efektivitas dari sisi biaya

Perbedaan pada situasi biaya memang harus kritis, terlepas dari pengguna memilih tingkat layanan yang dipilih. Namun, di lingkungan startup dengan mobilisasi tinggi sangat cocok menggunakan layanan cloud ini. Karena bukan hanya fleksibel dalam menampung data berskala besar, tetapi waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan cloud juga lebih singkat dibanding menyiapkan server sendiri.

Apalagi urusan biaya menjadi model bisnis bagi startup yang ingin berlangganan dengan pay as you go, metode ini sangat mirip dengan pembayaran tagihan listrik, hanya dengan membayar resource yang dibutuhkan perusahaan.

Sebaga CEO Biznet Gio, Dondy Bappedyanto menilai, “Masalah kompleksitas saat ini di cloud itu sudah tidak ada lagi, karena kompleksitas adalah ketika kita harus membeli server sendiri itu dimulai dari proses cari spesifikasi yang tepat, cari vendor yang tepat, tawar menawar, lokasi server, pembayaran listrik, internet, instalasi operation sistem, instalasi aplikasi. Masalah biaya itu adalah model bisnis.”