Paper.id, BRI, dan Visa Berkolaborasi Luncurkan Kartu Kredit Bisnis

Setelah sebelumnya meresmikan kerja sama strategis dengan Visa Indonesia sebagai mitra penyedia pembayaran bisnis, Paper.id kini menggandeng BRI untuk menghadirkan kartu kredit inovatif “PAPERCARD”. Produk ini dirancang untuk memudahkan nasabah, terutama pebisnis di Indonesia dalam melakukan digitalisasi pembayaran.

Dalam pernyataan resmi, Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani mengungkapkan, penerbitan kartu kredit co-branding ini merupakan dukungan berkelanjutan BRI dan Paper.id terhadap visi pemerintah meningkatkan inklusi keuangan. “Salah satunya melalui transaksi nontunai, mendukung pelaku UMKM melakukan transformasi digital,” ungkapnya.

Melalui PAPERCARD, pebisnis diharapkan bisa bertransaksi dan mengelola finansial dengan lebih mudah di platform Paper.id. Produk ini menawarkan dua jenis keuntungan. Pertama SPACECARD, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar pebisnis secara real-time. Selain itu ada UNIVERSECARD yang mencakup semua fitur SPACECARD, dilengkapi dengan akses premium, seperti airport lounge dan konversi ke airline mileage.

PAPERCARD memungkinkan pemilik kartu untuk mengelola bisnis dan personal dalam satu kartu. Selain itu, akses kontrol terhadap informasi transaksi juga real-time dan akurat. Adapun pengajuan hingga akses informasi dan mutasi transaksi dapat dilakukan melalui platform web Paper.id.

Co-Founder & CEO Paper.id Yosia Sugialam mengungkapkan, kehadiran kartu kredit bisnis ini diyakini mampu memberikan dampak positif bagi pengguna Paper.id agar bisa merasakan inovasi pembayaran digital sekaligus juga bisa menikmati promo dan nilai personal untuk pemiliknya.

“Paper.id telah menjadi pionir sejak 2017 di bidang invoice & pembayaran bisnis. Hingga kini, lebih dari 450 ribu pebisnis sudah merasakan kemudahan dalam penagihan dan pembayaran bisnis lewat Paper.id,” ungkapnya.

Kehadiran PAPERCARD tidak lepas dari dukungan jaringan Visa yang memungkinkan kartu tersebut digunakan secara global, serta ragam promosi khusus yang ditawarkan. Kartu ini juga dapat digunakan untuk pembayaran operasional bisnis lainnya, seperti iklan jasa digital (Meta, Google & Tiktok), kebutuhan belanja aset dan inventaris kantor, perjalanan bisnis, dan lainnya.

Kerja sama strategis ini menjadi langkah ekspansif Paper.id setelah membukukan pendanaan seri B hingga $12 juta pada akhir 2022 lalu. Pendanaan tersebut dipimpin ARGOR (dulu Go-Ventures) dengan dukungan BM Capital, Skystar Capital, PT Kaya Alam Internasional, Living Lab Ventures, dan Redbadge Pacific.

Hingga 2022, Paper.id mengklaim jumlah pengguna telah berkembang hampir 3x lipat dari sebelumnya. Jumlah invoice yang telah diproses pun mencapai level tertinggi hingga Rp9 triliun lebih, angka tersebut diklaim naik 2x lipat dari periode yang sama saat pandemi dimulai. Capaian ini menjadikan Paper.id munai profitabilitas dalam bisnis. ​

Co-branding kartu kredit BRI dan perusahaan teknologi

Berdasarkan data yang dipaparkan, pertumbuhan bisnis kartu kredit BRI dalam beberapa tahun terakhir terus menunjukkan tren yang positif. Secara year-on-year, volume transaksi tumbuh di atas 40%. BRI optimis untuk bisa tumbuh lebih besar. Salah satu strateginya adalah dengan menerbitkan kartu kredit premium untuk memenuhi kebutuhan pemilik bisnis.

Salah satu proyek pertama co-branding BRI dengan perusahaan teknologi tanah air adalah produk PayLater Card bersama Traveloka pada 2019 lalu. Kehadiran PayLater Card menawarkan skema baru pembayaran dan pengalaman unik kepada para pengguna semakin melengkapi layanan perbankan BRI. Selain dapat meningkatkan customer base dan penetrasi pasar di segmen milenial, PayLater Card juga menandai era baru bisnis kartu kredit di Indonesia.

Setelah itu, BRI juga turut menggandeng aplikasi dompet digital OVO untuk menghadirkan kartu kredit co-branding OVO U Card. Kartu kredit ini menyasar generasi muda dan digital natives untuk memperoleh kemudahan akses bertransaksi secara digital.

OVO U Card dirancang sebagai produk yang mudah diakses dan dikelola, untuk mengatur jadwal cicilan, menelusuri program yang tersedia dari BRI maupun ekosistem OVO dan Grab, dan melihat sejarah transaksi. Pemilik kartu juga dapat menikmati tambahan rewards dan benefit dari dua ekosistem tersebut. Bersama Tokopedia, BRI juga melakukan inisiatif serupa.

Berdasarkan statistik sistem pembayaran dan infrastruktur pasar keuangan (SPIP) Bank Indonesia (BI) nilai transaksi kartu kredit pada April 2023 naik 20,27 persen secara YoY dibandingkan nilai transaksi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp25,6 triliun. Begitu pula jumlah transaksi tumbuh 14,16 persen YoY pada April 2023 menjadi sebesar 30,46 juta transaksi. Per April 2023, jumlah kartu kredit yang beredar naik 5,19 persen YoY menjadi 17,42 juta unit.

Application Information Will Show Up Here

Produk Agregator Keuangan dari Finture “Yup” Buka Kemudahan Miliki Limit Pinjaman

Kemudahan mengakses produk-produk keuangan di Indonesia masih mengalami ketimpangan yang tinggi. Tantangan tersebut menyimpan peluang besar bagi para pelaku industri. Mengutip dari laporan tahunan e-Conomy SEA 2022 yang disusun Google bersama Temasek dan Bain & Co., menyatakan layanan keuangan digital di Indonesia diprediksi akan mempertahankan momentum menuju 2025, tercermin dari kontribusi bisnis yang dihasilkan dan tingginya minat investor.

Ada beberapa tren yang diungkap, urutan pertama ditempati oleh potensi pembayaran nontunai —terdiri dari kartu kredit, kartu debit, kartu prabayar, dompet elektronik, dan transfer antar-rekening— mencatat nilai transaksi bruto atau gross transaction value (GTV) mencapai $266 miliar pada 2022. Angka ini naik 13% dari tahun lalu yang nilainya sebesar $234 miliar. Laporan ini memprediksi pada 2025 GMV-nya akan tumbuh 17% menjadi $421 miliar.

Posisi kedua ditempati oleh pinjaman online atau lebih familiar dengan buy now, pay later (BNPL) yang tumbuh 66% (yoy) atau senilai $5 miliar pada 2022. Adapun pada 2025 diprediksi angkanya tembus $16 miliar dengan CAGR sebesar 51%. Dua temuan ini mengindikasikan bahwa masih ada ruang pertumbuhan yang menjanjikan dari kedua produk keuangan.

Hal inilah yang kemungkinan besar ditangkap oleh Finture dalam meracik produk agregator keuangan “Yup”. Startup yang didirikan oleh Dong Zhang sejak 2021 ini merupakan platform agregator produk keuangan yang menghubungkan penggunanya mendapatkan layanan paylater yang disediakan oleh institusi finansial yang terdaftar dan diawasi OJK.

Di bawah branding Yup, Finture bekerja sama dengan institusi keuangan yang ada, yakni SamaKita (p2p lending) dan Bank Sahabat Sampoerna. Yup sendiri lisensinya di Indonesia sebagai Inovasi Keuangan Digital (IKD) yang tercatat di OJK.

Untuk pengajuan pinjaman, pengguna dapat mengajukannya lewat aplikasi Yup. Setelah diverifikasi dan disetujui, nanti akan dikirimkan kartu yang dapat digunakan di merchant-merchant yang menyediakan mesin EDC. Yup sediakan cicilan bunga 0% (untuk cicilan 40 hari), tenor maksimal 12 bulan dan limit maksimal Rp40 juta. Apabila ada denda, bunganya disebutkan hanya 0,3% untuk tagihan yang lewat dari jatuh tempo.

Sejauh ini limit kredit Yup baru bisa dipakai untuk merchant offline. Dalam akun media sosialnya, diumumkan dalam waktu dekat bakal dibuka kemungkinan untuk transaksi online.

Konsep yang ditawarkan Yup di Indonesia bukanlah barang baru. Sebelumnya, sudah ada Kredivo yang bekerja sama juga dengan Bank Sahabat Sampoerna untuk penerbitan kartu paylater Flexi Card. Selain itu, Atome bekerja sama dengan Bank Jago untuk penerbitan kartu kredit co-branding.

DailySocial.id sempat menghubungi pihak Yup untuk berbagi pandangan tentang diferensiasinya dan tantangannya di industri. Namun hingga berita ini diturunkan tidak ada respons yang diberikan.

Terima pendanaan

Mengutip dari data VentureCap Insight, Finture telah mengantongi pendanaan pra-seri B sebesar $15 juta (lebih dari 223 miliar Rupiah). XVC menjadi investor yang memimpin dalam putaran tersebut, diikuti nama-nama lainnya seperti MindWorks Ventures, Antao Capital Partners, SWC Global, dan Tortola Capital Limited.

Nominal yang dilaporkan ini sedikit lebih kecil dari catatan Crunchbase. Dalam putaran seri B ini, Finture memperoleh dana sebesar $16,5 juta. Jajaran investor dari putaran tersebut, selain yang disebutkan di atas, terdapat investor lokal, yakni Sampoerna Strategic. Bila ditotal, sejak dua tahun beroperasi, perusahaan telah menggalang pendanaan eksternal sebesar $47,5 juta.

Application Information Will Show Up Here

Honest Membangun Kedisiplinan Keuangan Masyarakat Lewat Kartu Kredit

Honest memulai debut di industri keuangan Indonesia lewat kartu kredit tanpa nomor (numberless) pada Maret 2023. Dua tahun sudah pihaknya merampungkan penyelesaian transaksi akuisisi sekaligus melakukan transformasi perusahaan secara menyeluruh.

Transformasi ini menyusul akuisisi Honest Financial Technologies International Pte Ltd (Honest Bank) atas PT Sahabat Finansial Keluarga (SFK) yang merupakan perusahaan pembiayaan milik PermataBank. SFK berganti wajah menjadi PT Honest Financial Technologies yang menaungi produk kartu kredit Honest.

Honest Bank didirikan oleh Peter Panas dan Will Ongkowidjaja. Will adalah salah satu Founding Partner dari Alpha JWC Ventures. Lewat SFK, Indonesia akan menjadi pasar prioritasnya, yang diikuti ekspansi ke Thailand.

“Di 2022, kami fokus bertransformasi karena Honest bukan digitally native company. Kami mentransformasikan proses, organisasi, hingga customer interaction. When we proceed [to get] product approval in mid 2022, our mission is very simple that we are ready to serve market in Indonesia,” ungkap Direktur Utama Dharu Estiningrum dalam wawancara dengan DailySocial.id.

Membangun credit history

Meski beroperasi sebagai perusahaan pembiayaan dengan lisensi terdahulu, Honest justru merilis kartu kredit sebagai produk keuangan perdananya. Dalam menerbitkan kartu kredit, Honest telah mendapat lisensi sebagai penyelenggara jasa pembayaran dari Bank Indonesia (BI).

Menurut Dharu, kartu kredit menjadi entry point yang tepat karena melayani dua aspek penting dalam kehidupan masyarakat, yakni sebagai instrumen pembayaran dan pinjaman. Di samping itu, kartu kredit juga menawarkan fleksibilitas penuh kepada konsumen dalam pembayaran tagihan.

“Kalau hanya pembayaran, kami tidak dapat membantu konsumen [membangun] credit history. Kami membangun disiplin pada pengguna kami supaya mereka bisa siap dengan produk pinjaman selanjutnya. Untuk bisa naik ke jenjang kehidupan yang lebih baik, mereka membutuhkan financial services dari lembaga jasa keuangan formal. Maka itu, pendekatan kami berbeda,” jelasnya.

Pada kesempatan sama, Direktur Risiko Sanjay Nandrajog menambahkan, kartu kredit merupakan produk individual nan unik karena memiliki kapabilitas pembayaran. Dengan kapabilitas yang dimiliki, pihaknya dapat membangun rekam jejak kredit.

Potensi pasarnya juga besar karena penetrasi kartu kredit masih sangat rendah. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per Juni 2022, jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia baru mencapai 16,58 juta unit. Sementara, populasi unbanked di Tanah Air mencapai 97,74 juta mengacu data Bank Dunia.

Pendekatan berbeda

Dengan memahami pasar, lanjut Sanjay, pihaknya sangat berhati-hati mengembangkan produk karena membidik target pasar yang sangat spesifik, yakni masyarakat yang tidak memiliki kartu kredit saat ini. Demikian juga membangun disiplin perusahaan dalam memberikan kredit dan bagaimana melakukan penagihan.

Hal ini turut dibawa dalam mendesain produk yang mudah dipahami dan digunakan, serta disampaikan dalam bahasa sehari-hari masyarakat. Ini tercermin dari tidak adanya komponen nomor di kartu fisik, baik nomor kartu kredit, expired date, hingga CVV/CVC untuk menekan risiko data tersebar.

Klaimnya, Honest Card menjadi kartu kredit pertama tanpa nomor di Indonesia, juga kartu pertama di Indonesia yang dapat dipakai bertransaksi dengan fitur “Tap for Pay” berbasis teknologi NFC.

The intention, for those who don’t have access to credit cards, we are now bringing to a formal credit place, to build a good credit history, such motorcycle or car loan, or housing loan. We take it very seriously. That’s why we have to learn first, and constantly test and learn,” ucap Sanjay.

Honest baru tersedia untuk pengguna Android yang menjadi populasi perangkat mayoritas di pasar Indonesia. Berdasarkan pantauan kami selama hampir 2 bulan terakhir, Honest telah mengantongi lebih dari 10.000 unduhan.

Saat ini pihaknya masih fokus mendorong penggunaan Honest Card di pasar. Ke depannya, Honest juga akan masuk ke produk keuangan lainnya di sektor pembiayaan.

Application Information Will Show Up Here

OVO and BRI Announces “OVO U Card” Co-Brand Credit Card

OVO becomes the latest company to announce credit card co-branding with banks. Bank BRI is selected as the partner to present the “OVO U Card”. This credit card targets the younger generation and digital natives to gain easy access to digital transactions.

Based on the research by Brilio.net in collaboration with JakPat Mobile Survey, around 59% the majority of Indonesian young people, especially the upper middle class, prefer cashless transactions, including credit cards. In fact, 63% of young people are fond of their needs of credit card, although some stated the uneasy access. In addition, BCG survey result shows that credit card penetration in Indonesia is relatively low at around 6%.

“The launching of OVO U Card emphasizes the closer synergy between fintech and the banking industry to drive economic growth, especially for millennials as the major population, including OVO users of which 63% are millennials. The services in the OVO application are becoming more complete with the seamless integration between OVO and BRI which allows users to fully manage OVO U Card transactions in the OVO application,” OVO’s President Director, Karaniya Dharmasaputra said in an official statement, Monday (6/12).

OVO U Card is designed as a product that is easy to access and manage, for installment schedules, available programs from BRI and the OVO and Grab ecosystems, and the transaction history. Cardholders can also enjoy additional rewards and benefits from the two ecosystems, more convenient access for various services and offers from popular merchants, and free annual fees.

Currently, the OVO U Card is only available for selected users with good transaction history on the OVO app. Due to convenience, the submission and verification process are done through the OVO app within a maximum of 1 working day. Users can easily convert transactions into 0% installments for up to 12 months. Also, the Mastercard network can be used for abroad transactions.

For the record, Grab was previously collaborated with Bank Danamon. The offers provided are more or less the same, for example, auto upgrade membership status to Grab Platinum and get GrabCar booking priority, convert transactions into installments of up to 36 months, and so on.

BRI also cooperates with Traveloka in providing Traveloka PayLater. Bank Mandiri, on the other hand, partners with Shopee and Traveloka. Also, BCA with Blibli and Tiket.com.

Credit card is getting more accessible

In the past, credit cards were considered premium items as they could only be owned by “privileged” customers. This is reasonable as banks are responsible for distributing loans sourced from public funds.

The situation results in stagnant growth from year to year. Based on Bank Indonesia’s data in May 2021, the value of credit card transactions was recorded at Rp. 19.7 trillion. This amount decreased slightly by 1.6% compared to the previous month of Rp20 trillion. Despite the decline, the total volume of transactions with credit cards increased, the number increased by 0.9% from 23.3 million transactions in April 2021 to 23.5 million transactions in May 2021.

Credit card transactions dropped significantly during the pandemic, due to restrictions on community activities. Its values ​​began to improve in late 2020 and March 2021, but have not returned to pre-pandemic levels. On the other hand, electronic money is increasingly being used by the public. The transaction value reached the highest figure of IDR 23.7 trillion in the past year in May 2021.

In response to this condition, a technology company that collaborated with banks to release credit card products was finally answered. Armed with data on customers who regularly pay and are diligent in transacting, they offer credit cards so that their users can “level up.”

Application Information Will Show Up Here

OVO dan BRI Umumkan Co-Brand Kartu Kredit “OVO U Card”

OVO menjadi perusahaan berikutnya yang mengumumkan co-branding kartu kredit dengan bank. Kali ini Bank BRI menjadi rekanan yang digandeng oleh  dalam menghadirkan “OVO U Card”. Kartu kredit ini menyasar generasi muda dan digital natives untuk memperoleh kemudahan akses bertransaksi secara digital.

Menurut hasil riset yang diungkap Brilio.net bersama dengan JakPat Mobile Survey, sebanyak 59% mayoritas generasi muda di Indonesia, khususnya kelas menengah ke atas, lebih menyukai transaksi nontunai, termasuk kartu kredit. Bahkan, sebanyak 63% generasi muda menyukai kebutuhan mereka akan kartu kredit, namun sebagian menyatakan bahwa mereka kesulitan dalam mendapatkan akses. Di tambah dari hasil survey BCG menyatakan, bahwa penetrasi kartu kredit di Indonesia tergolong masih rendah dengan kisaran 6%.

“Peluncuran OVO U Card mempertegas semakin eratnya sinergi antara industri perbankan dan fintech dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya bagi pengguna milenial yang menjadi mayoritas, termasuk pengguna OVO yang 63% adalah milenial. Layanan dalam aplikasi OVO menjadi semakin lengkap dengan adanya integrasi seamless antara OVO dan BRI yang memungkinkan pengguna untuk mengatur transaksi OVO U Card secara penuh di aplikasi OVO,” ujar Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra dalam keterangan resmi, Senin (6/12).

OVO U Card dirancang sebagai produk yang mudah diakses dan dikelola, untuk mengatur jadwal cicilan, menelusuri program yang tersedia dari BRI maupun ekosistem OVO dan Grab, dan melihat sejarah transaksi. Pemilik kartu juga dapat menikmati tambahan rewards dan benefit dari dua ekosistem tersebut, akses transaksi lebih nyaman bagi beragam layanan dan penawaran dari berbagai merchant populer, dan bebas biaya tahunan seumur hidup.

Sejauh ini, kartu kredit OVO U Card baru dapat dinikmati oleh pengguna terpilih yang memiliki riwayat transaksi yang baik di aplikasi OVO. Untuk kemudahan proses pengajuan dan verifikasi, dilakukan melalui aplikasi OVO dalam waktu maksimal 1 hari kerja. Pengguna juga dapat dengan mudah mengubah transaksi menjadi cicilan 0% hingga 12 bulan. Tak hanya itu, dengan jaringan Mastercard, kartu kredit dapat digunakan untuk transaksi di luar negeri.

Sebagai catatan, sebelumnya Grab juga melakukan kerja sama serupa dengan Bank Danamon. Penawaran yang diberikan juga kurang lebih sama, misalnya auto upgrade status membership di aplikasi Grab menjadi Grab Platinum dan mendapat prioritas booking GrabCar, mengubah transaksi menjadi cicilan hingga 36 bulan, dan sebagainya.

BRI juga melakukan kerja sama sejenis dengan Traveloka dalam menyediakan Traveloka PayLater. Bank lainnya, Bank Mandiri juga bersama dengan Shopee dan Traveloka. Kemudian, BCA dengan Blibli dan Tiket.com.

Semakin mudah punya kartu kredit

Memang dulu kartu kredit adalah barang premium karena hanya bisa dimiliki oleh nasabah “priviledge”. Ini wajar karena bank memang harus bertanggung jawab dalam menyalurkan pinjaman yang bersumber dari dana masyarakat.

Kondisi tersebut akhirnya membuat pertumbuhan mandeg dari tahun ke tahun. Data dari Bank Indonesia mengungkapkan, pada Mei 2021, nilai transaksi kartu kredit tercatat sebesar Rp19,7 triliun. Jumlah itu turun tipis 1,6% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar Rp20 triliun. Meski menurun, total volume transaksi dengan kartu kredit meningkat, jumlahnya naik 0,9% dari 23,3 juta transaksi pada April 2021 menjadi 23,5 juta transaksi pada Mei 2021.

Transaksi kartu kredit turun signifikan selama pandemi, lantaran adanya pembatasan kegiatan masyarakat. Nilainya mulai membaik pada akhir 2020 dan Maret 2021, tetapi belum kembali ke level sebelum pandemi. Sebaliknya, uang elektronik semakin banyak digunakan masyarakat. Nilai transaksi mencapai angka tertinggi Rp23,7 triliun dalam satu tahun terakhir pada Mei 2021.

Menanggapi kondisi tersebut akhirnya dijawab oleh perusahaan teknologi yang bekerja sama dengan perbankan untuk merilis produk kartu kredit. Berbekal dengan data nasabah yang teratur membayar dan rajin bertransaksi, menawarkan kartu kredit agar para penggunanya bisa “naik kelas.”

Application Information Will Show Up Here

Bank Mandiri Integrasikan Solusi “Autobilling API” Ayoconnect untuk Dorong Kinerja Kartu Kredit

PT Bank Mandiri Tbk mengintegrasikan layanan Mandiri Power Bill dengan solusi Autobilling API dari Ayoconnect. Solusi ini memungkinkan pengguna kartu kredit Mandiri untuk melakukan pembayaran berbagai transaksi tagihan secara otomatis di lebih dari 200 merchant dari 8 kategori produk.

Dalam keterangan resminya, VP Bank Mandiri Noorman Andrianto mengatakan, kerja sama ini menjadi strategi perusahaan untuk meningkatkan kembali pertumbuhan bisnis kartu kredit.

Pasalnya, mengutip Data Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), penjualan kartu kredit turun hingga 30%. Jumlah transaksinya juga turun 28,98% juta menjadi 29,98% dari Januari 2020 (year-on-year). Adapun, pertumbuhan penjualan dan transaksi kartu kredit anjlok dikarenakan banyak berbagai gerai ritel tutup dan masyarakat cenderung mengurangi pengeluaran di masa pandemi Covid-19.

Noorman mengaku, integrasi solusi Autobilling API telah membawa kinerja positif terhadap volume penjualan kartu kredit Mandiri yang tercatat naik sebesar 19%. Sementara, pertumbuhan transaksinya mencapai 23% per akhir 2020 (year-on-year).

“Solusi ini berhasil mendorong kepuasan dan loyalitas nasabah kartu kredit Mandiri. Bahkan Autobilling API juga memperluas cakupan layanan Mandiri Power Bill yang kini dapat menjangkau pembayaran PDAM ke lebih dari 60 kota dan 100 kabupaten di Indonesia. Jumlah merchant kami pun bertambah dari sebelumnya 20 menjadi lebih dari 200,” ungkap Noorman.

Per Q1 2021, jumlah kartu kredit Bank Mandiri yang beredar tercatat sebanyak 1,5 juta kartu dengan volume penjualan sebesar Rp7 triliun. Jumlah kredit yang disalurkan lewat kartu kredit Bank Mandiri berkontribusi sebesar 15% terhadap total kredit konsumen.

Sementara, Co-Founder & COO Ayoconnect Chiragh Kirpalani menambahkan, solusi Autobilling dirancang untuk membantu industri keuangan dalam mengelola dan meningkatkan pendapatan dari transaksi berulang yang komprehensif bagi penerbit kartu kredit, serta aman dan mudah bagi pelanggan.

Menurutnya, pihaknya tengah menjajaki peluang kerja sama untuk membuka akses Autobilling API dengan lebih banyak pelaku di industri keuangan, baik bank dan fintech, dalam waktu dekat.

Sekadar informasi, Ayoconnect merupakan startup marketplace API yang fokus pada pengembangan API di industri keuangan Indonesia. Layanan mereka memungkinkan developer memilih berbagai produk white-label finansial di platform dan meluncurkan dengan cepat ke pengguna.

Dalam lima tahun terakhir, solusi Ayoconnect telah diadopsi di lebih dari 1000 perusahaan Indonesia dan memproses lebih dari 500 juta klik API per tahunnya. Perusahaan kini telah mengantongi pendanaan Rp142 miliar dari sejumlah investor lokal dan internasional, termasuk BRI Ventures, AC Ventures Indonesia, dan Finch Capital.

Layanan keuangan inklusif lewat API

Di era open banking, keterhubungan bank dengan ekosistem keuangan digital menjadi aspek krusial dalam menghadirkan layanan keuangan yang inklusif. Perbankan di Indonesia pun sudah lama mulai merangkul tren tersebut dengan mengimplementasikan Open API.

API atau program aplikasi yang memungkinkan perusahaan terintegrasi antar-sistem dapat membantu mentransformasikan industri keuangan di era digital. Pandemi Covid-19 mungkin dapat dikatakan sebagai faktor yang memecut industri keuangan dan turunannya untuk memudahkan transaksi keuangan.

Bahkan Bank Indonesia (BI) akan segera merilis standar Open API yang ditargetkan terbit tahun ini. Tak cuma inklusi keuangan, BI menilai standar Open API akan meningkatkan efisiensi dalam transaksi pembayaran, meningkatkan inovasi dan persaingan, serta mengurangi risiko.

Di Indonesia, pelaku startup yang menawarkan layanan API bagi perusahaan masih dapat dihitung dengan jari. Misalnya, Brick dan Finanter yang menyediakan layanan API Open Finance, atau Instamoney yang membantu perusahaan mengembangkan layanan fintech remitansi. Ayoconnect sebetulnya juga tak cuma menawarkan solusi Autobilling, tetapi juga solusi seperti Digital Products API dan Payment Point API.

Mandiri and Shopee Officially Launched “Co-Brand” Credit Card

Bank Mandiri and Shopee launched a co-brand credit card, the Mandiri Kartu Kredit Shopee, by leveraging the global Visa network. This is said to be the first collaboration in Indonesia, offering the convenience of non-cash transactions on the marketplace platform using a credit card.

On a general note, Indonesia’s credit card penetration is classified as minimal. Based on Bank Indonesia’s data, the number of commercial bank credit cards as of the end of December 2020 was at 16.94 million, down 3.14% YoY from the previous year at 17.49 million. The credit card transactions volume was at 274.68 million, down 21.34% on an annual basis.

Shopee’s presence in Indonesia as a marketplace platform with the highest average visits of up to 90 million times over the past year, according to the iPrice report, is an opportunity to drive credit card penetration.

Bank Mandiri’s Network & Retail Banking Director, Aquarius Rudianto said that this collaboration was very strategic as Shopee was also one of the main players in the e-commerce industry, therefore, the platform had a very large user base.

“With the various transaction convenience offered by Mandiri Credit Card combined with security features and the benefits of Shopee-style shopping, we expect the credit card-holders will get more often to shopping,” he said in a virtual press conference, Wednesday (17/3).

Shopee Indonesia’s Executive Director, Handhika Jahja added, as a technology-based company, Shopee is committed to meeting the needs of every user through a series of initiatives and innovations, one of which is by collaborating with well-known partners to expand the product.

“We expect that the collaboration between Shopee and Mandiri can be the first series of collaborations that bring benefits, especially in providing convenience, more benefits, and the best online shopping experience for users,” Jahja said.

Peluncuran Mandiri Kartu Kredit Shopee / Bank Mandiri
Mandiri Shopee Credit Card Launching / Bank Mandiri

Through this co-brand credit card, the two companies have prepared various offers, such as promos or discounts, cashback, free administration fees for both full payment transactions or special installments at Shopee, which can facilitate people to shop but stay financially smart.

Supported by Visa cardholders can shop at more than 70 million Visa merchants worldwide, in more than 200 countries, using more than 160 currencies. The card has also equipped with contactless technology, where cardholders simply tap the card at the payment terminal and enter a PIN for transactions up to Rp1 million.

In order to apply for this co-brand credit card, Shopee users can apply directly through the Shopee application. Next, they will be contacted by Bank Mandiri for the verification process.

Currently, Bank Mandiri has issued more than 1.8 million credit cards. Apart from Shopee, Bank Mandiri has also collaborated with Traveloka in a similar mechanism.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Bank Mandiri dan Shopee Luncurkan Kartu Kredit “Co-Brand”

Bank Mandiri bersama Shopee meluncurkan kartu kredit co-brand Mandiri Kartu Kredit Shopee dengan memanfaatkan jaringan global Visa. Kerja sama ini diklaim pertama kalinya di Indonesia, menawarkan kemudahan bertransaksi nontunai di platform marketplace dengan menggunakan kartu kredit.

Seperti diketahui, penetrasi kartu kredit di Indonesia tergolong minim. Mengutip dari data Bank Indonesia, jumlah kartu kredit bank umum per akhir Desember 2020 tercatat 16,94 juta, turun 3,14% yoy dari sebelumnya sebesar 17,49 juta. Volume transaksi kartu kredit tercatat 274,68 juta, turun 21,34% secara tahunan.

Kehadiran Shopee di Indonesia sebagai platform marketplace dengan rataan kunjungan tertinggi hingga 90 juta kali sepanjang tahun lalu, menurut laporan iPrice, menjadi celah untuk mendongkrak penetrasi kartu kredit.

Direktur Jaringan & Retail Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto menuturkan, kolaborasi ini menjadi sangat strategis karena Shopee juga merupakan salah satu pemain utama di industri e-commerce sehingga platform memiliki basis pengguna yang sangat besar.

“Dengan berbagai kemudahan bertransaksi ala Mandiri Kartu Kredit yang dikombinasikan dengan fitur keamanan dan aneka keuntungan berbelanja ala Shopee, kami berharap pemegang kartu kredit akan semakin rajin berbelanja,” tuturnya dalam konferensi pers virtual, Rabu (17/3).

Direktur Eksekutif Shopee Indonesia Handhika Jahja menambahkan, sebagai perusahaan berbasis teknologi, Shopee berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan setiap pengguna melalui rangkaian inisiatif dan inovasi, salah satunya dengan berkolaborasi bersama-sama mitra-mitra ternama untuk perluas ragam piliha produk.

“Kami berharap kolaborasi Shopee bersama Mandiri dapat menjadi rangkaian awal kerja sama yang membawa manfaat khususnya dalam memberikan kenyamanan, keuntungan lebih dan pengalaman belanja online terbaik bagi pengguna,” kata Handika.

Peluncuran Mandiri Kartu Kredit Shopee / Bank Mandiri
Peluncuran Mandiri Kartu Kredit Shopee / Bank Mandiri

Dalam kartu kredit co-brand ini, kedua perusahaan telah menyiapkan beragam penawaran, seperti promo diskon atau potongan harga, cashback, bebas biaya penanganan baik untuk transaksi full payment atau cicilan khusus belanja di Shopee, yang dapat membantu masyarakat untuk berbelanja, namun tetap cerdas dalam keuangan.

Dengan dukungan Visa, maka para pemegang kartu dapat berbelanja di lebih dari 70 juta merchant Visa di seluruh dunia, di lebih dari 200 negara, dalam lebih dari 160 mata uang. Kartu juga sudah diusung dengan teknologi contactless, di mana pemegang kartu cukup men-tap kartu ke terminal pembayaran tanpa kartu harus berpindah tangan dan memasukkan PIN untuk transaksi sampai dengan Rp1 juta.

Untuk pengajuan kartu kredit co brand ini, pengguna Shopee dapat mengajukan langsung melalui aplikasi Shopee. Berikutnya akan dihubungi oleh Bank Mandiri untuk proses verifikasinya.

Saat ini Bank Mandiri telah menerbitkan lebih dari 1,8 juta kartu kredit. Selain Shopee, dalam kerja sama serupa ini juga pernah dilakukan Bank Mandiri bersama Traveloka.

Application Information Will Show Up Here

PrivyID Supports Local Banking, Providing Online Credit Card Service

The digital signature platform developer startup PrivyID forms a strategic partnership with Bank Mandiri, BRI, BNI, BNI Syariah, Bank CIMB Niaga, and Bank Mega. This strategic collaboration has resulted in a process to facilitate customers to apply for credit cards online using a digital signature. The company claims to have assisted more than 50 thousand customers within one year.

PrivyID’s CEO, Marshall Pribadi told DailySocial that his team understands that credit card issuers need a solution to help them grow customers while simultaneously increasing the volume of credit card transactions with more efficient way.

“Well, the digital signature solution that PrivyID provides makes the credit card application process faster, more convenient, and safer. It’s faster because filling out forms is just a merely typing, more convenient because it can be done from anywhere and anytime, and safer because customer registration data is directly connected to the bank, without going through a third party,” Marshall said.

PrivyID has been registered as a Financial Technology Supporting Operator at Bank Indonesia since 2018. The regulatory sandbox program is designed to provide limited trial opportunities, evaluation, and monitoring various product innovations, services, technology, and business models of financial technology (fintech) companies. selected. Fintech organizers who passed the trial space program were considered to have products or services that were both feasible and safe for use by the wider community.

Contactless approach

Aside from safety, in terms of health protocols, the implementation of digital signatures in the online credit card application process has also resulted in a very high level of satisfaction among customers. Customers who want to use this service can directly access PrivyID, after filling in the form the customer can embed a digital signature on the platform. After the credit card issuer performs the underwriting process, the customer will be informed whether it has been approved or rejected.

“With digital signatures in the online application process, customers do not need to meet face to face or go to public places such as shopping centers to make credit cards. Digital signatures are the right contactless solution for financial service providers,” Marshall added.

Was founded in 2016, PrivyID has been trusted by more than 6 million users and 500 companies in Indonesia. PrivyID digital identity and signature services have also been used by other well-known companies such as Telkom, XL, Indosat, Unilever Indonesia, BCA Finance, Gramedia, Akulaku, and Kredivo.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

PrivyID Dukung Perbankan Lokal Hadirkan Layanan Pengajuan Kartu Kredit Online

Startup pengembang platform tanda tangan digital PrivyID menjalin kerja sama strategis Bank Mandiri, BRI, BNI, BNI Syariah, Bank CIMB Niaga, dan Bank Mega. Kolaborasi strategis ini menghasilkan proses yang memudahkan nasabah mengajukan aplikasi kartu kredit secara online memanfaatkan tanda tangan digital. Perusahaan mengklaim dalam waktu satu tahun, sudah mempermudah proses lebih dari 50 ribu nasabah.

Kepada DailySocial CEO PrivyID Marshall Pribadi mengungkapkan, pihaknya memahami bahwa credit card issuer membutuhkan solusi yang mampu membantu mereka menumbuhkan jumlah nasabah sekaligus mendorong volume transaksi kartu kredit secara lebih efisien.

“Nah, solusi tanda tangan digital yang PrivyID sediakan membuat proses pengajuan kartu kredit jadi lebih cepat, lebih nyaman, sekaligus lebih aman. Lebih cepat karena isi formulir jadi tinggal diketik, lebih nyaman karena bisa dilakukan dari mana saja dan kapan saja, dan lebih aman karena data registrasi nasabah langsung terhubung dengan bank, tanpa melalui pihak ketiga,” kata Marshall.

PrivyID telah terdaftar sebagai Penyelenggara Penunjang Teknologi Finansial di Bank Indonesia sejak 2018. Program regulatory sandbox sendiri dirancang untuk memberikan kesempatan uji coba terbatas, evaluasi, dan monitoring terhadap berbagai inovasi produk, layanan, teknologi, serta model bisnis perusahaan-perusahaan teknologi finansial (tekfin) terpilih. Penyelenggara tekfin yang lulus dari program ruang uji coba ini dinilai memiliki produk atau layanan yang layak sekaligus aman untuk digunakan oleh masyarakat luas.

Pendekatan “contacless

Selain lebih aman dari segi protokol kesehatan, implementasi tanda tangan digital pada proses aplikasi kartu kredit secara online juga menghasilkan tingkat kepuasan yang sangat tinggi di tengah nasabah. Bagi nasabah yang ingin menggunakan layanan ini bisa langsung mengakses PrivyID, setelah mengisi formulir nasabah bisa menyematkan tanda tangan secara digital dalam platform. Setelah credit card issuer melakukan proses underwriting, nantinya akan diketahui apakah nasabah tersebut mendapatkan persetujuan atau ditolak.

“Dengan penggunaan tanda tangan digital pada proses aplikasi secara online, nasabah tidak perlu bertatap muka atau pergi ke tempat umum seperti pusat perbelanjaan untuk melakukan pembuatan kartu kredit. Tanda tangan digital merupakan solusi contactless yang tepat bagi penyedia jasa keuangan”, ungkap Marshall.

Didirikan pada tahun 2016, PrivyID telah dipercaya oleh lebih dari 6 juta pengguna dan 500 perusahaan di Indonesia. Layanan identitas dan tanda tangan digital PrivyID juga telah digunakan oleh perusahaan ternama lainnya seperti Telkom, XL, Indosat, Unilever Indonesia, BCA Finance, Gramedia, Akulaku, dan Kredivo.

Application Information Will Show Up Here