Paper.id Hadirkan Horizon Card, Kartu Kredit Virtual untuk Bisnis

Paper.id, platform invoicing dan pembayaran digital, meluncurkan solusi terbaru, Horizon Card, sebuah kartu kredit virtual untuk bisnis yang dirancang untuk mempermudah proses pengadaan dan pengelolaan pengeluaran perusahaan. Inovasi ini diharapkan dapat mendukung transformasi digital dan mempercepat pertumbuhan bisnis, khususnya bagi perusahaan skala menengah hingga besar di Indonesia.

Dengan Horizon Card, perusahaan dapat memanfaatkan berbagai kemudahan, termasuk pengajuan kartu secara digital dan fleksibilitas pembayaran hingga 60 hari. Kartu ini terintegrasi dengan platform Paper.id, memungkinkan pengguna mengakses layanan pembayaran kepada supplier secara praktis dengan sistem yang transparan dan terstruktur.

Menurut Co-Founder & CEO Paper.id Yosia Sugialam, peluncuran Horizon Card bertujuan untuk mendukung perusahaan dalam memaksimalkan efisiensi operasional sekaligus merespons peluang pertumbuhan ekonomi digital yang kian meningkat. “Kami sangat bangga menghadirkan Horizon Card sebagai bagian dari layanan kami yang terintegrasi. Solusi ini tidak hanya mendorong digitalisasi, tapi juga membantu pelaku usaha dalam pengelolaan arus kas dan penghematan waktu pada proses pengadaan,” ujar Yosia.

Fitur unggulan Horizon Card antara lain adalah kemampuan pembuatan kartu digital yang dapat disesuaikan dengan limit untuk berbagai divisi dalam perusahaan. Fitur ini memungkinkan pengelolaan anggaran yang lebih efisien dan pengawasan pengeluaran secara terpusat melalui satu dashboard. Selain itu, fleksibilitas tanggal cetak tagihan memberi keleluasaan bagi perusahaan dalam mengatur siklus pembayaran sesuai kebutuhan.

Dalam peluncuran Horizon Card, Paper.id didukung berbagai pihak, termasuk Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) dan CIMB Niaga, yang menyatakan pentingnya inovasi ini bagi kemajuan ekonomi digital Indonesia. Dedy Sahat, Head of Digital Economy CIMB Niaga, menyebutkan bahwa digitalisasi ekosistem pembayaran seperti Horizon Card dapat menjadi katalis utama untuk inklusi keuangan bagi pelaku bisnis di Indonesia.

Antusiasme juga datang dari pelaku industri yang telah menggunakan Horizon Card, seperti Muhammad Haykal dari PT. Erdeha Multi Niaga. “Dengan Horizon Card, kami dapat mengelola pengadaan lebih efektif, menjaga stabilitas cash flow, dan mempercepat proses pembayaran tanpa kendala likuiditas,” kata Haykal.

Momentum peluncuran ini diharapkan dapat mengoptimalkan potensi ekonomi digital Indonesia yang diproyeksikan mencapai $360 miliar pada 2030. Dengan komitmen untuk terus menghadirkan solusi digital yang memberdayakan bisnis, Paper.id siap menjadi bagian dari transformasi ekonomi digital yang kompetitif di Indonesia.

Paper.id didirikan pada tahun 2017 sebagai platform B2B untuk invoicing dan pembayaran digital yang telah membantu lebih dari 600.000 perusahaan, termasuk Kopi Kenangan dan J&T Cargo, dalam meningkatkan efisiensi dan keamanan finansial.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Paper.id Umumkan Pendanaan Seri B dari Square Peg, SMBC Asia Rising Fund, dan Argor Capital

Paper.id mengumumkan telah berhasil menyelesaikan pendanaan seri B yang dipimpin oleh Square Peg dengan partisipasi dari SMBC Asia Rising Fund dan Argor Capital. Dengan pencapaian ini, Paper.id siap untuk memperkuat posisinya sebagai solusi utama bagi pemilik bisnis dalam mengelola dan memproses transaksi secara efisien.

Sebelumnya putaran seri B Paper.id sebenarnya sudah mulai digalang sejak 2022. Kala itu Argor (Go-Ventures) memulai putaran ini bersama sejumlah investor seperti BM Capital, Skystar Capital, PT Kaya Alam Internasional, Living Lab Ventures, dan Redbadge Pacific.

Sejak didirikan pada tahun 2017, Paper.id telah berfokus pada membantu bisnis-bisnis di Indonesia dalam mengelola piutang dan utang melalui platform invoicing dan pembayaran yang mempermudah proses pembuatan invoice, rekonsiliasi otomatis, dan pencocokan dokumen yang akurat.

Hingga saat ini, Paper.id telah membantu lebih dari 600.000 UMKM di berbagai sektor di Indonesia.

“Mengembangkan bisnis adalah perjalanan yang penuh tantangan, terutama dalam mengelola pembayaran. Bayangkan mengelola semuanya secara manual, mulai dari mencatat pesanan penjualan, membuat faktur, hingga memproses pembayaran. Hal ini akan memakan waktu berjam-jam dan membutuhkan banyak tenaga kerja,” ujar Co-Founder & CEO Paper.id Yosia Sugialam.

Keberhasilan Paper.id dalam putaran pendanaan ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki oleh perusahaan dalam mendorong digitalisasi proses pembayaran bisnis di Indonesia.

Capaian Paper.id

Paper.id telah mencatat peningkatan TPV (Transaction Processed Value) tahunan lebih dari 30x lipat dibandingkan tahun 2021. Dengan pencapaian ini, Paper.id siap menjadi pemain terkemuka dalam sektor invoicing, pembayaran, dan solusi arus kas bisnis di kancah regional.

Paper.id juga telah menjalin beberapa kemitraan strategis, termasuk dengan Peruri (Perusahaan Umum Pencetak Uang Republik Indonesia) untuk menyediakan e-materai dan dengan Visa serta Bank BRI untuk meluncurkan kartu kredit bisnis premium pertama di Indonesia. Kerjasama ini memperkuat posisi Paper.id sebagai solusi komprehensif bagi bisnis di Indonesia.

Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan keamanannya, Paper.id tengah mengintegrasikan automasi melalui machine learning dan artificial intelligence ke dalam sistem pembayaran B2B mereka. Selain itu, Paper.id juga berencana untuk mewujudkan cross-border payment yang dilengkapi dengan verifikasi bisnis yang kuat.

Tunas Jaya Manggala, perusahaan F&B yang berfokus pada distribusi telur dan produksi kemasannya, adalah salah satu contoh bisnis yang telah merasakan manfaat dari penggunaan Paper.id. Dengan fitur-fitur seperti e-meterai, proses invoicing kini hanya membutuhkan 15 menit dengan biaya lebih rendah hingga 80%. Selain itu, pembayaran digital dengan Paper.id memungkinkan pembeli untuk membayar tagihan bisnis dengan kartu kredit, sehingga tempo pembayaran dapat lebih panjang dengan biaya transaksi yang terjangkau.

Partner Square Peg Tushar Roy menyatakan, “Kami antusias untuk bergabung dengan tim Paper.id dalam perjalanannya mengubah cara bisnis mengelola akun, invoice, dan pembayaran. Kami berharap dapat terus membantu Yosia dan tim Paper.id dalam proses digitalisasi dan transformasi sektor UKM yang besar dan penting secara ekonomi di Asia Tenggara.”

Dengan dukungan dari investor ternama dan komitmen kuat untuk terus berinovasi, Paper.id berada pada jalur yang tepat untuk menjadi pemimpin dalam transformasi digital pembayaran bisnis di Indonesia dan Asia Tenggara.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Yosia Sugialam Ceritakan Perjalanan Paper.id hingga Jadi Bisnis Profitabel

Pandemi telah mengakselerasi digitalisasi di Indonesia secara signifikan. Hal ini turut dirasakan oleh startup yang fokus pada platform pembayaran B2B, Paper.id. Setelah lebih dari 3 tahun fokus mengedukasi pasar, memasuki tahun ke-7 perusahaan mulai menuai hasilnya.

Didirikan oleh Yosia Sugialam dan Jeremy Limman pada akhir 2016, ide Paper.id berawal dari kegelisahan terhadap kelangsungan bisnis usaha keluarga. Selain memiliki ketertarikan yang sama di bidang teknologi, keduanya juga memiliki latar belakang dari usaha B2B. Ketika itu, teknologi tengah berkembang pesat. Namun, mereka merasa implementasi teknologi masih belum maksimal di ranah B2B.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Yosia mengungkapkan bagaimana ide awal terbentuknya Paper.id, yakni berawal dari niat baik Yosia menawarkan klien baru untuk bisnis keluarganya, namun ditolak dengan alasan kekhawatiran akan mengganggu cashflow perusahaan. Hal ini cukup mengagetkan, karena biasanya usaha akan sangat senang jika mendapat klien baru.

Yosua juga bercerita tentang kompleksnya transaksi di B2B. Selain transaksi atau pergerakan uang yang masih manual, ada dua isu yang cukup signifikan dalam rangkaian transaksi B2B, yaitu dokumen dan tempo. Dalam usaha mendigitalkan pembayaran B2B, beberapa pihak merasa bahwa invoice yang dikeluarkan secara digital tanpa materai itu tidak berlaku.

Di samping itu, ada praktik umum dalam industri ini terkait adanya tempo yang bisa diberikan untuk pembayaran yang dilakukan. Hal ini serupa tenor dalam pembayaran kredit. Praktik ini yang bisa berdampak pada cashflow jika tidak bisa dikelola dengan baik.

“Tiga hal ini yang jadi problem utama di B2B payment yang coba kita solve di Paper.id, termasuk membantu supplier dibayar lebih cepat, serta membantu pembeli bisa kontrol pembayarannya. Selain itu, kita juga mau mendorong industri ini supaya bisa bertransformasi dengan baik dan sempurna,” ungkap Yosia.

Perluas layanan lewat kolaborasi bisnis

Paper.id meresmikan kehadirannya ke publik pada 2018 lalu, menawarkan perangkat invoicing, accounting, dan inventory. Seiring pertumbuhan bisnis, Paper.id semakin memperluas layanan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, salah satunya dengan BNI untuk memudahkan klien dari mitra perusahaan dalam melakukan pembayaran invoice melalui scan kode QR.

Selain BNI, Paper.id juga sudah bekerja sama dengan beberapa institusi keuangan guna menawarkan program pendanaan pelaku UMKM yang tepat guna dan memberikan mereka kontrol untuk mengatur tempo terhadap supplier maupun buyer.

Bagi buyer, mereka bisa mendapatkan tempo pembayaran lebih panjang melalui produk Buy Now Pay Later (BNPL) untuk B2B. Bagi yang memiliki masalah tempo yang panjang, supplier dapat mendapatkan pencairan invoice lebih cepat dari jatuh tempo dengan produk bernama Get Paid Faster.

Belum lama ini, VISA Indonesia dan Paper.id menjalin kemitraan strategis melalui penunjukkan Paper.id sebagai salah satu mitra penyedia pembayaran bisnis (Business Payment Solution Provider/BPSP). Tidak hanya itu, Paper.id juga menggandeng BRI untuk menghadirkan kartu kredit inovatif “PAPERCARD”.

Terkait segmentasi, Yosia juga mengungkapkan bahwa saat ini Paper.id menargetkan pelaku UKM B2B dari kota-kota tier 1 & 2. Untuk penetrasi kartu kredit di daerah ini juga sudah lebih banyak, tapi belum maksimal. Hal ini yang menginisiasi kehadiran kartu kredit bisnis “PAPERCARD”.

Terkait isu dokumen tanpa materai yang menjadi kekhawatiran bisnis B2B, Paper.id juga telah bekerja sama dengan Perum Peruri untuk menyediakan e-materai atau materai elektronik bagi masyarakat umum, utamanya untuk penagihan faktur atau invoice.

“Meskipun kita fokus ke pembayaran B2B, tapi kalau dipikir-pikir, hampir semua bisnis melakukan transaksi B2B. Contohnya, restoran atau ritel, mereka juga ambil barang ke supplier. Lebih detail soal segmentasinya, yang jadi sweet spot kita adalah UMKM dengan karyawan di bawah 50 orang. Tetapi sekitar 1,5 tahun terakhir, kita juga masuk ke korporasi,” jelasnya.

Tech winter di Paper.id

Pada tahun 2016-2018, pengguna Paper.id sudah terbilang cukup banyak, imbas dari implementasi sistem hyperlocal di platformnya. Paper.id memulai dengan menawarkan fitur freemium dengan tujuan mengajak pengguna yang sebelumnya masih menggunakan cara manual untuk bergeser ke arah digital, dan bisa dinikmati secara gratis.

Meskipun begitu, tidak semua fitur diberikan secara cuma-cuma. Untuk bisa mengakses fitur yang lebih lengkap, pengguna diwajibkan untuk berlangganan Paper Plus. Paper.id akan mengambil fee dari setiap pembayaran yang berhasil diproses.

Selama hampir 7 tahun berdiri, Yosua mengaku bahwa, “yang sulit bukanlah digitalisasi invoice-nya, melainkan mendigitalisasi pembayarannya. Pembeli ‘dipaksa’ bayar secara digital karena invoice-nya digital.”

Pandemi yang datang di pertengahan Maret 2020 ternyata tidak hanya membawa petaka tetapi juga pencerahan bagi kemajuan digitalisasi di Indonesia. Bukan hanya di bisnis pengguna, tetapi juga di bisnis mitra, seperti VISA dan PERURI, transformasi digital sungguh direalisasikan.

Selain itu, dukungan dari pemerintah terhadap kemajuan digitalisasi juga semakin nyata, salah satunya adalah dengan mengeluarkan dan mendukung elektronik materai. Sebelumnya, banyak usaha yang masih menolak invoice digital karena tidak ada materai. Setelah e-materai diresmikan, kita juga jadi salah satu partner untuk ematerai di invoicing.

Terkait isu Tech Winter yang masih terjadi sekarang, Yosia mengungkapkan bahwa ia sangat berempati pada teman-teman startup yang masih mengalami masa sulit. Meskipun begitu, ia mengaku bahwa kondisi ini juga tidak sepenuhnya buruk.

“Dengan adanya market correction, pasar sekarang jadi lebih make sense. Perusahaan yang punya fundamental bagus dan mengerti para penggunanya akan semakin bertumbuh. Secara market, kalibrasinya bagus, karena ke depannya jadi lebih baik dan persaingan lebih sehat,” ujar Yosia.

Yosia juga mengungkapkan bahwa, “tech winter di Paper.id itu bukan terjadi sekarang, melainkan di 2018-2020. Kita masuk ahead of its time, melakukan edukasi pasar, bahkan ke investor juga masih sulit memberi pemahaman bisnis.”

Namun, lanjut Yosia, hal itu justru yang bikin mereka terlatih untuk membuat Paper berbeda, lebih frugal, membangun relasi yang lebih kuat ke partner, bisa cross collaboration, juga control hiring. Lalu di masa ini, ia dan timnya bisa mulai menikmati hasil jerih payah mereka selama ini.

Technically, kita tidak merasakan winter. Faktanya, sampai sekarang kita masih hiring dan  sekarang bisa dibilang the cheapest time untuk kita going aggressive,” ungkap Yosia.

Dari sisi target, Yosia mengaku tidak mau muluk, hanya ingin dampak layanan mereka bisa terasa di seluruh penjuru Indonesia. Kembali lagi ke masalah awal, supaya pebisnis tidak lagi khawatir cashflow berantakan dan menolak pelanggan. Ketika sudah ada teknologi dan layanan yang mendukung, kontrol dan kuasa jadi lebih seimbang antara supplier, buyer, dan bisnis UKM utamanya.

Hingga 2022, Paper.id mengklaim jumlah pengguna telah berkembang hampir 3x lipat dari sebelumnya. Jumlah invoice yang telah diproses pun mencapai level tertinggi hingga Rp9 triliun lebih, angka tersebut diklaim naik 2x lipat dari periode yang sama saat pandemi dimulai. Perusahaan juga mengklaim telah memiliki unit ekonomi yang sudah positif.

Seiring perkembangan bisnis, perusahaan juga telah mendapatkan pendanaan melalui beberapa tahapan. Golden Gate Ventures terlibat dalam dua pendanaan awal Paper.id. Pada akhir tahun 2022, perusahaan juga mengumumkan pendanaan seri B dipimpin oleh Argor Capital (sebelumnya Go-Ventures), diikuti oleh BM Capital, Skystar Capital, PT Kaya Alam International, Living Lab Ventures, dan Redbadge Pacific.

Application Information Will Show Up Here

Paper.id, BRI, dan Visa Berkolaborasi Luncurkan Kartu Kredit Bisnis

Setelah sebelumnya meresmikan kerja sama strategis dengan Visa Indonesia sebagai mitra penyedia pembayaran bisnis, Paper.id kini menggandeng BRI untuk menghadirkan kartu kredit inovatif “PAPERCARD”. Produk ini dirancang untuk memudahkan nasabah, terutama pebisnis di Indonesia dalam melakukan digitalisasi pembayaran.

Dalam pernyataan resmi, Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani mengungkapkan, penerbitan kartu kredit co-branding ini merupakan dukungan berkelanjutan BRI dan Paper.id terhadap visi pemerintah meningkatkan inklusi keuangan. “Salah satunya melalui transaksi nontunai, mendukung pelaku UMKM melakukan transformasi digital,” ungkapnya.

Melalui PAPERCARD, pebisnis diharapkan bisa bertransaksi dan mengelola finansial dengan lebih mudah di platform Paper.id. Produk ini menawarkan dua jenis keuntungan. Pertama SPACECARD, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar pebisnis secara real-time. Selain itu ada UNIVERSECARD yang mencakup semua fitur SPACECARD, dilengkapi dengan akses premium, seperti airport lounge dan konversi ke airline mileage.

PAPERCARD memungkinkan pemilik kartu untuk mengelola bisnis dan personal dalam satu kartu. Selain itu, akses kontrol terhadap informasi transaksi juga real-time dan akurat. Adapun pengajuan hingga akses informasi dan mutasi transaksi dapat dilakukan melalui platform web Paper.id.

Co-Founder & CEO Paper.id Yosia Sugialam mengungkapkan, kehadiran kartu kredit bisnis ini diyakini mampu memberikan dampak positif bagi pengguna Paper.id agar bisa merasakan inovasi pembayaran digital sekaligus juga bisa menikmati promo dan nilai personal untuk pemiliknya.

“Paper.id telah menjadi pionir sejak 2017 di bidang invoice & pembayaran bisnis. Hingga kini, lebih dari 450 ribu pebisnis sudah merasakan kemudahan dalam penagihan dan pembayaran bisnis lewat Paper.id,” ungkapnya.

Kehadiran PAPERCARD tidak lepas dari dukungan jaringan Visa yang memungkinkan kartu tersebut digunakan secara global, serta ragam promosi khusus yang ditawarkan. Kartu ini juga dapat digunakan untuk pembayaran operasional bisnis lainnya, seperti iklan jasa digital (Meta, Google & Tiktok), kebutuhan belanja aset dan inventaris kantor, perjalanan bisnis, dan lainnya.

Kerja sama strategis ini menjadi langkah ekspansif Paper.id setelah membukukan pendanaan seri B hingga $12 juta pada akhir 2022 lalu. Pendanaan tersebut dipimpin ARGOR (dulu Go-Ventures) dengan dukungan BM Capital, Skystar Capital, PT Kaya Alam Internasional, Living Lab Ventures, dan Redbadge Pacific.

Hingga 2022, Paper.id mengklaim jumlah pengguna telah berkembang hampir 3x lipat dari sebelumnya. Jumlah invoice yang telah diproses pun mencapai level tertinggi hingga Rp9 triliun lebih, angka tersebut diklaim naik 2x lipat dari periode yang sama saat pandemi dimulai. Capaian ini menjadikan Paper.id munai profitabilitas dalam bisnis. ​

Co-branding kartu kredit BRI dan perusahaan teknologi

Berdasarkan data yang dipaparkan, pertumbuhan bisnis kartu kredit BRI dalam beberapa tahun terakhir terus menunjukkan tren yang positif. Secara year-on-year, volume transaksi tumbuh di atas 40%. BRI optimis untuk bisa tumbuh lebih besar. Salah satu strateginya adalah dengan menerbitkan kartu kredit premium untuk memenuhi kebutuhan pemilik bisnis.

Salah satu proyek pertama co-branding BRI dengan perusahaan teknologi tanah air adalah produk PayLater Card bersama Traveloka pada 2019 lalu. Kehadiran PayLater Card menawarkan skema baru pembayaran dan pengalaman unik kepada para pengguna semakin melengkapi layanan perbankan BRI. Selain dapat meningkatkan customer base dan penetrasi pasar di segmen milenial, PayLater Card juga menandai era baru bisnis kartu kredit di Indonesia.

Setelah itu, BRI juga turut menggandeng aplikasi dompet digital OVO untuk menghadirkan kartu kredit co-branding OVO U Card. Kartu kredit ini menyasar generasi muda dan digital natives untuk memperoleh kemudahan akses bertransaksi secara digital.

OVO U Card dirancang sebagai produk yang mudah diakses dan dikelola, untuk mengatur jadwal cicilan, menelusuri program yang tersedia dari BRI maupun ekosistem OVO dan Grab, dan melihat sejarah transaksi. Pemilik kartu juga dapat menikmati tambahan rewards dan benefit dari dua ekosistem tersebut. Bersama Tokopedia, BRI juga melakukan inisiatif serupa.

Berdasarkan statistik sistem pembayaran dan infrastruktur pasar keuangan (SPIP) Bank Indonesia (BI) nilai transaksi kartu kredit pada April 2023 naik 20,27 persen secara YoY dibandingkan nilai transaksi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp25,6 triliun. Begitu pula jumlah transaksi tumbuh 14,16 persen YoY pada April 2023 menjadi sebesar 30,46 juta transaksi. Per April 2023, jumlah kartu kredit yang beredar naik 5,19 persen YoY menjadi 17,42 juta unit.

Application Information Will Show Up Here

Dorong Digitalisasi B2B, Paper.id dan VISA Umumkan Kolaborasi Strategis

Baru-baru ini, VISA Indonesia dan Paper.id menjalin kemitraan strategis melalui penunjukkan Paper.id sebagai salah satu mitra penyedia pembayaran bisnis (Business Payment Solution Provider/BPSP). Sebagai platform yang menawarkan solusi penagihan dan pembayaran online untuk UKM, Paper.id disebut memiliki volume transaksi terbesar di Indonesia.

Kepada DailySocial.id, CEO & Co-Founder Paper.id, Yosia Sugialam mengungkap bahwa kerja sama strategis ini telah terjalin sejak 2021. Namun, baru tahun ini kedua pihak memutuskan untuk mengumumkan secara resmi kolaborasi strategis tersebut. Kerja sama yang dilakukan pertama kali adalah opsi untuk pembayaran, yang mana bentuknya masih prototype pada akhir 2021.

“Harapan perusahaan melalui kerja sama strategis ini adalah dapat mendorong digitalisasi transaksi antar bisnis (B2B) dengan card-based. Saat ini penetrasi penggunaan kartu kredit masih sangat besar gap-nya untuk digitalisasi B2B,” kata Yosia.

Disinggung peluang VISA berinvestasi di Paper.id, Yosia enggan berkomentar. Namun, ia menegaskan Paper.id akan melancarkan kerja sama strategis lainnya, mulai dari institusi keuangan, perbankan dan pihak terkait. Menurutnya, saat ini awareness pengguna yang bertransaksi dengan VISA di dalam platform sudah cukup baik. Selanjutnya, Paper.id dan VISA akan mendorong tingkat awareness/reach lebih tinggi kepada target pengguna.

“Ini adalah bagian dari rangkaian kerja sama yang Paper.id dan VISA lakukan untuk memberikan solusi pembayaran bisnis yang inovatif dan membantu, tidak hanya perusahaan, tetapi juga UMKM. Kerja sama ini akan sangat memudahkan pelaku usaha menggunakan kartu kredit, karena pasti diterima di mana saja. Cashflow jadi anti-macet.” jelasnya.

Sebagai mitra penyedia BPSP, Paper.id membantu proses pembayaran bisnis pelaku usaha kepada supplier menggunakan kartu kredit dalam jaringan VISA. Pembayaran ini bisa dilakukan meskipun supplier/vendor tidak menerima opsi pembayaran kartu kredit ataupun tidak menyediakan mesin EDC. Tambahan tempo hingga 45 hari juga akan didapatkan oleh pelaku usaha, karena tagihan kartu kredit tidak dibayar saat itu juga oleh pemegang kartu, tetapi dibayar sesuai tanggal tagihan kartu kredit.

“Paper.id telah tumbuh menjadi mitra BPSP terbesar VISA berdasarkan transaksi di Indonesia. Pengguna platform Paper.id berpeluang untuk semakin mengefisiensikan pengeluaran perusahaan sekaligus bertransaksi dalam jaringan VISA di seluruh dunia, dengan proses-proses yang sederhana dan memanfaatkan sinergi kami secara maksimal,” kata Presiden Direktur VISA Indonesia Riko Abdurrahman dalam keterangan terpisah.

Investasi VISA di Indonesia

VISA telah bekerja sama dengan mitra lokal untuk mengaktifkan pembayaran digital dan mendorong inklusi keuangan. Mulai dari layanan fintech hingga platform finansial lainnya, VISA cukup memainkan peranan aktif untuk mendukung layanan finansial dan pembayaran di Indonesia.

Sebagai informasi, VISA merupakan perusahaan teknologi pembayaran global yang telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari 30 tahun. VISA menyebut telah memainkan peran penting dalam lanskap pembayaran digital negara.

VISA juga telah melakukan investasi strategis pada startup di Indonesia dengan tujuan mendorong inovasi pembayaran digital. Seiring pertumbuhan pesat ekonomi digital di Indonesia, VISA melihat pentingnya keterlibatan startup dalam mendorong industri ini.

Beberapa investasi yang telah dikucurkan VISA di Indonesia di antaranya adalah putaran pendanaan seri F Gojek di 2019. VISA juga memberikan investasi senilai $5 juta kepada startup SaaS perpajakan OnlinePajak di 2021. Kemudian, pada 2020 VISA juga terlibat dalam pendanaan startup asal Singapura bernama Nium, (sebelumnya bernama InstaRem) yang menyediakan layanan remitansi di 90 negara. Nium beroperasi di Indonesia pada akhir 2019.

Di akhir 2022 lalu, startup open finance Brick mengumumkan kerja sama dengan VISA, pemimpin dunia dalam pembayaran digital, untuk memberi akses kepada lembaga pemberi pinjaman ke sumber data alternatif dan skor dari transaksi kartu debit dan kredit dari jaringan VISA. Kerja sama ini bertujuan untuk membantu perluasan akses keuangan di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Paper.id Dikabarkan Mendapat Pendanaan Seri B Dipimpin Go-Ventures

Paper.id dikabarkan telah merampungkan penggalangan dana lanjutan di putaran seri B. Menurut data yang telah disubmisi ke regulator, putaran ini dipimpin oleh Go-Ventures dan didukung sejumlah investor seperti BM Capital, Skystar Capital, PT Kaya Alam Internasional, Living Lab Ventures, dan Redbadge Pacific.

Investasi yang diperoleh diperkirakan sekitar $12 juta atau sekitar 187 miliar Rupiah. Kami sudah mencoba melakukan konfirmasi ke tim terkait untuk meminta pernyataan.

Pertengahan tahun lalu perusahaan sempat memberikan informasi kepada DailySocial.id bahwa mereka tengah melakukan penggalangan dana Seri B. Co-Founder & CEO Paper.id Jeremy Limman menyebutkan, saat itu perusahaan dalam proses finalisasi dan rencananya dana segar tersebut digunakan untuk mendukung perkembangan produk yang sudah terbukti berkembang pesat selama pandemi ini.

Pendanaan terakhir yang diterima oleh Paper.id adalah tahun 2019 lalu untuk tahapan seri A dari perusahaan fintech Modalku dan Golden Gate Ventures. Awal tahun 2018 mereka juga telah mengantongi pendanaan awal dari Golden Gate Ventures.

Perluas layanan dan kemitraan

Sejak awal pandemi Paper.id mengklaim jumlah pengguna telah berkembang hampir 3x lipat dari sebelumnya. Jumlah invoice yang telah diproses pun mencapai level tertinggi hingga Rp9 triliun lebih, angka tersebut diklaim naik 2x lipat dari periode yang sama di tahun lalu. ​

Saat ini Paper.id memiliki 300 ribu pengguna dan tersebar di lebih dari 300 kota dan kabupaten di Indonesia.

Didirikan pada akhir 2016, Paper.id dapat diintegrasikan dengan sistem ERP perusahaan besar lewat API atau menjadi solusi end-to-end bagi UMKM sehingga menghubungkan dan mendigitalisasikan seluruh proses supply chain.

Paper.id menyediakan berbagai fitur untuk mendukung digitalisasi invoice, pembayaran bisnis dengan berbagai metode salah satunya dengan kartu kredit, penagihan dan pencatatan bisnis dalam satu platform dengan model freemium.

Perusahaan juga telah meluncurkan produk paylater atau Buy Now, Pay Later (BNPL) B2B. Bagi buyer, mereka bisa mendapatkan manfaat berupa perpanjangan tempo. Supplier juga bisa merasakan manfaat lainnya dari produk ini melalui fitur baru bernama “Get Paid Faster”.

Application Information Will Show Up Here

Paper.id Hadirkan E-meterai untuk Transaksi Invoice Digital

Memanfaatkan kemitraan strategis dengan PERURI, platform penagihan dan pembayaran bisnis Paper.id mulai menyediakan pilihan e-meterai kepada pengguna. Mengklaim sebagai SaaS yang pertama memanfaatkan layanan ini, kini pelaku usaha tidak perlu repot-repot mencari meterai fisik untuk meningkatkan legalitas di dokumen mereka.

Lewat Paper.id, pengguna dapat secara langsung membeli dan membubuhkannya e-meterai dalam sebuah invoice yang dibuat. E-meterai yang sudah ditambahkan di invoice dari Paper.id juga dapat diverifikasi menggunakan aplikasi dari PERURI untuk dicek keabsahannya secara realtime.

CTO Paper.id Yosia Sugialam mengungkapkan, pihaknya ingin memfasilitasi transaksi digital yang kian banyak digunakan oleh para pebisnis. Dengan begitu, validitas invoice dapat meningkat sehingga kepercayaan antar pebisnis dapat terjaga dan mengurangi risiko pemalsuan.

“Kita sangat mengapresiasi langkah pemerintah dalam menerapkan digitalisasi dan mengesahkan e-meterai di akhir 2021. Mulai tahun 2022 ini, sudah tidak ada lagi penghalang apa pun bagi pelaku usaha untuk mendigitalisasi dokumen bisnis, seperti invoice,” kata Yosia.

Terkait dengan awareness penggunaan e-meterai kepada pengguna, ke depannya, Paper.id akan melakukan edukasi mengenai pentingnya e-meterai untuk dokumen digital bagi usaha melalui medium sosial media, komunitas-komunitas bisnis, event, kerja sama partner dan medium lainnya baik untuk pengguna maupun nonpengguna Paper.id

Lebih dari 300 ribu pelaku UMKM yang sudah menggunakan Paper.id, dapat langsung membuat invoice digital, membubuhkan e-meterai, dan mengirimkannya secara online. Penerima dapat melihat invoice yang sudah terbubuh e-meterai dan sah tersebut melalui Paper PayIn (Buyer Portal) Paper.id dan melakukan pembayaran secara digital melalui metode pembayaran yang tersedia di Paper.id.

Saat ini Paper.id yang sudah memproses lebih dari 200 ribu invoice setiap bulannya. Potensi penggunaan e-meterai sangat besar dan bisa berdampak signifikan baik ke pelaku usaha yang sudah menggunakan Paper.id maupun calon pengguna yang tertarik untuk mendigitalisasi proses penagihannya.

Didirikan pada akhir tahun 2016, Paper.id dapat diintegrasikan dengan sistem ERP perusahaan besar lewat API atau menjadi solusi end-to-end bagi UMKM sehingga menghubungkan dan mendigitalisasikan seluruh proses supply chain.

Dikeluarkan oleh Peruri

E-meterai telah disahkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai Bea Meterai resmi yang berlandaskan hukum di bulan Oktober 2021. Di website PERURI juga tercantum informasi lengkap seputar pengguna e-meterai untuk publik. Terkait dengan bea meterai sebesar Rp10.000, pihak Paper.id menyerahkan semua kepada Peruri sesuai dengan aturan yang berlaku.

Dalam hal ini, Paper.id tidak mendapat komisi apa pun. Semua langsung di arahkan ke PERURI dan menegaskan pilihan ini adalah added value untuk kegiatan bisnis. PERURI dalam hal ini sebagai Badan Usaha Milik Negara mendapatkan penugasan oleh Negara untuk melakukan pengadaan, pendistribusian dan penjualan meterai.

Sejauh ini baru Paper.id yang melakukan integrasi penggunaan E-meterai dalam platform. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2020 tercatat, dalam hal kegiatan usaha, paperless menjadi opsi untuk meningkatkan efisiensi. Sejalan dengan itu, transaksi elektronik pun semakin berkembang sehingga kontrak dapat dilakukan secara elektronik melalui jaringan internet.

Application Information Will Show Up Here

Paper.id to Complete Series B Funding Round, Launching a B2B Paylater Service

The B2B invoicing and payment platform “Paper.id” is currently fundraising for series B round and to be announced in early 2022. Paper.id’s Co-Founder & CEO, Jeremy Limman said to DailySocial that the company is currently in the process of finalizing and plan to use the fresh funds to support product developments that have proven to be growing rapidly during this pandemic.

Paper.id’s latest funding was in 2019 for the series A round from Modalku fintech and Golden Gate Ventures. In early 2018, they also received seed funding from Golden Gate Ventures.

Pandemic elevating business

The number of Paper.id users has grown almost 3 times since the beginning of the pandemic last year. The invoices that have been processed has reached the highest level over Rp9 trillion, this number is claimed to have increased by 2 times from the same period last year. ​Currently, Paper.id has 300 thousand users and is spread across more than 300 cities and regencies in Indonesia.

“In general, the pandemic has negatively impacted the MSMEs, especially the tourism and retail sectors. However, Paper.id users belong to the sector-agnostic segment, therefore, several industries can still survive and continue to grow, such as logistics, FMCG and online sellers,” Jeremy said.

In order to increase financing options for users, Paper.id collaborates with a strategic investor, Buana Sejahtera Group, a group of companies engaged in finance, logistics, and hospitality to expand Paper.id’s capabilities in business funding and penetration into the conventional supply chain.

“Later on, we will ask our strategic investors about what business sector they want. Then Paper.id will recommend businesses that are eligible to get financing from the multifinance,” Jeremy said.

Launching a B2B Paylater

Aiming to help SMEs make their business easier, Paper.id launched its latest product, the B2B Paylater or Buy Now, Pay Later (BNPL). For buyers, they can get benefits in the form of an extension of time. Suppliers can also experience other benefits from this product through a new feature called “Get Paid Faster”.

Prioritizing the aggregator concept, Paper.id will later recommend business owners who want to use BNPL for fintech lending services to banks that have become strategic partners. Currently, there are 10 fintech service and banking partners, including Modalku, Bank Jago, and Pinjam Modal.

“In terms of financing, we cannot provide services for all. Thus, we have good partnerships with P2P, multi-finance and banking services. Everything will be tailored to the needs of the business,” Jeremy added.

In ensuring the business to run good track record, Paper.id conducts a curation process for businesses with intention to use BNPL through data invoicing on Paper.id. Therefore, banking partners and fintech services are guaranteed to get business recommendations with the best quality. Since the launching, Paper.id has validated more than 3000 invoices for BNPL products.

“With our experience that has channeled productive funding of more than Rp. 175 billion for MSMEs, BNPL is a feature that is much requested by our users and is expected to drive the MSME business development and help them manage cash flow better,” Jeremy said.

B2B Paylater in Indonesia

In a report titled “Indonesia Paylater Ecosystem Report 2021” published by DSInnovate, the paylater services that focus on business consumers is said to start mushrooming. The scheme is in the form of collaboration, between fintech lending and business service providers.

Indonesia’s B2B Paylater players

In contrast to productive loan products in the style of P2P Lending, B2B paylaters do not provide cash to improve business operations. They finance the expenditure of goods or services that are channeled directly to the provider.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Segera Rampungkan Penggalangan Dana Seri B, Paper.id Luncurkan Layanan Paylater B2B

Platform invoicing dan payment B2B “Paper.id” tengah melakukan penggalangan dana tahapan seri B yang rencananya akan diumumkan awal tahun 2022 mendatang. Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Paper.id Jeremy Limman menyebutkan, saat ini perusahaan dalam proses finalisasi dan rencananya dana segar tersebut digunakan untuk mendukung perkembangan produk yang sudah terbukti berkembang pesat selama pandemi ini.

Pendanaan terakhir yang diterima oleh Paper.id adalah tahun 2019 lalu untuk tahapan seri A dari perusahaan fintech Modalku dan Golden Gate Ventures. Awal tahun 2018 mereka juga telah mengantongi pendanaan awal dari Golden Gate Ventures.

Pandemi mendongkrak bisnis

Tercatat sejak awal pandemi tahun lalu jumlah pengguna Paper.id telah berkembang hampir 3x lipat dari sebelumnya. Jumlah invoice yang telah diproses pun mencapai level tertinggi hingga Rp9 triliun lebih, angka tersebut diklaim naik 2 kali lipat dari periode yang sama di tahun lalu. ​Saat ini Paper.id memiliki 300 ribu pengguna dan tersebar di lebih dari 300 kota dan kabupaten di Indonesia.

“Secara umum, pandemi memberikan dampak buruk yang hebat kepada UMKM, terutama sektor pariwisata dan ritel. Namun, pengguna Paper.id termasuk segmen sector-agnostic, sehingga tetap ada beberapa industri yang bertahan dan tetap bertumbuh seperti logistik, FMCG dan online seller,” kata Jeremy.

Untuk menambah pilihan pembiayaan kepada pengguna, Paper.id menggandeng investor strategis, Buana Sejahtera Group sebuah grup perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, logistik, dan perhotelan guna memperluas kapabilitas Paper.id dalam pendanaan bisnis dan penetrasi ke dalam
supply chain konvensional.

“Nantinya kita akan bertanya kepada investor strategis kita kira-kira sektor usaha apa yang mereka inginkan. Kemudian Paper.id akan merekomendasikan usaha yang layak mendapatkan pembiayaan dari multifinance tersebut,” kata Jeremy.

Luncurkan paylater B2B

Bertujuan untuk membantu UKM  mempermudah usaha, Paper.id meluncurkan produk terbaru paylater atau Buy Now, Pay Later (BNPL) B2B. Bagi buyer, mereka bisa mendapatkan manfaat berupa perpanjangan tempo. Supplier juga bisa merasakan manfaat lainnya dari produk ini melalui fitur baru bernama “Get Paid Faster”.

Mengedepankan konsep agregator, nantinya Paper.id akan merekomendasikan pemilik usaha yang ingin memanfaatkan BNPL kepada layanan fintech lending hingga perbankan yang telah menjadi mitra strategis. Saat ini tercatat sudah ada 10 mitra layanan fintech hingga perbankan, di antaranya adalah Modalku, Bank Jago, dan Pinjam Modal.

“Di financing kita tidak bisa memberikan layanan untuk semua. Dengan demikian kemitraan kami jalin baik dengan layanan P2P, multifinance, hingga perbankan. Semua disesuaikan dengan kebutuhan dari usaha tersebut,” kata Jeremy.

Untuk memastikan usaha tersebut memiliki track record yang baik, Paper.id melakukan proses kurasi bagi usaha yang ingin memanfaatkan BNPL melalui data invoicing melalui Paper.id. Dengan demikian mitra perbankan dan layanan fintech telah dijamin mendapatkan rekomendasi usaha yang memiliki kualitas terbaik. Sejak diluncurkan, Paper.id telah memvalidasi lebih dari 3000 invoice untuk produk BNPL.

“Dengan pengalaman kami yang sudah menyalurkan pendanaan produktif lebih dari Rp 175 miliar bagi UMKM, BNPL ini adalah fitur yang banyak diminta oleh pengguna kami dan diharapkan dapat mendorong roda perkembangan bisnis UMKM serta membantu mereka dalam mengelola arus kas lebih baik,” kata Jeremy.

Paylater B2B di Indonesia

Dalam laporan bertajuk “Indonesia Paylater Ecosystem Report 2021” yang diterbitkan DSInnovate terungkap, layanan paylater yang fokus kepada konsumen bisnis mulai berkembang. Skemanya berbentuk kolaborasi, antara fintech lending dengan penyedia layanan bisnis.

Pemain paylater B2B di Indonesia

Berbeda dengan produk pinjaman produktif ala P2P Lending, paylater B2B tidak memberikan dana tunai untuk meningkatkan operasional bisnis. Mereka membiayai belanja barang atau layanan yang disalurkan langung kepada penyedia.

Application Information Will Show Up Here