Ambisi Zoomcar Pimpin Pasar “Car-Sharing” Marketplace di Indonesia

Industri rental mobil di Indonesia sempat terpuruk di kala pandemi. Pasalnya, kebanyakan bisnis rental mobil cukup bergantung pada kegiatan pariwisata. Meskipun belum sepenuhnya pulih, sektor pariwisata kembali ke fase pertumbuhannya dan menunjukkan permintaan yang kuat untuk layanan penyewaan mobil.

Didirikan pada 2013, Zoomcar merupakan pionir platform car-sharing marketplace di India. Di 2021, perusahaan mengumumkan rencana ekspansinya ke pasar Indonesia dan Vietnam. Pada April 2022, Zoomcar resmi memperkenalkan layanannya di Indonesia serta telah menyiapkan dana sebesar $25 juta atau sekitar Rp366 miliar untuk melancarkan ekspansi bisnisnya.

Di akhir 2022, perusahaan memperkuat komitmennya untuk menggarap pasar Indonesia dengan menunjuk Delly Nugraha sebagai Country Head Zoomcar Indonesia. Sebelum bergabung dengan Zoomcar, Delly memiliki ragam pengalaman dalam operasional perusahaan teknologi di Indonesia seperti Qraved, Gojek, Carsome, dan airasia Super App.

Delly mengungkapkan Zoomcar tengah berada di puncak transformasi dalam mobilitas pribadi. Ia juga sangat bersemangat untuk membantu perusahaan mencapai level baru bersama tim. Tim DailySocial.id diberi kesempatan untuk mewawancarai lebih lanjut Delly Nugraha terkait rencana bisnis Zoomcar di Indonesia serta melihat peluang di sektor ini ke depannya.

Target dan potensi pasar

Di India, Zoomcar disebut telah memimpin pasar car-sharing marketplace dengan memfasilitasi total 20.000 kendaraan roda empat, serta memberdayakan pemilik aset untuk berbagi mobil demi mendapat penghasilan pasif tambahan. Perusahaan yang berbasis di Bengaluru ini telah mempekerjakan lebih dari 300 orang dan beroperasi di 50 kota di seluruh India, Indonesia, Vietnam, dan Mesir.

Seperti yang telah dikatakan oleh Co-Founder dan CEO Zoomcar Greg Moran, Indonesia akan menjadi fokus utama selanjutnya secara khusus karena pasarnya sangat besar dan baru dengan ukuran serta jangkauan yang luas. Saat ini, 90 persen bisnis Zoomcar berasal dari India. Perusahaan telah memproses lebih dari tujuh juta transaksi di negara ini sejak awal. Ia mengaku perusahaan telah mengalami pertumbuhan 6,5 kali selama empat kuartal terakhir.

Disinggung mengenai target ekspansi, Delly mengungkapkan adanya kesamaan kultur dan pasar dengan Indonesia terkait layanan rental mobil. Kawasan ini memiliki tingkat kepemilikan kendaraan yang rendah, sementara populasi yang cukup besar dan semakin bertumbuh. Selain itu, kebutuhan untuk mobilitas yang lebih kolektif (dalam jumlah besar) semakin meningkat.

Dengan model bisnis C2C, perusahaan berharap dapat mengubah kapasitas kendaraan menganggur dengan menyewakan mobil pribadi agar bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. Tidak hanya menawarkan penghasilan tambahan, Zoomcar juga dapat dijadikan sebagai alternatif mengurangi kemacetan jalan dan polusi di daerah perkotaan.

Di Indonesia, Zoomcar sendiri baru beroperasi di kawasan Jabodetabek. Saat ini, Delly mengungkapkan bahwa sudah ada lebih dari 1.000 mobil yang didaftarkan serta ratusan host aktif di area ini. Ia juga mengaku bahwa timnya tengah berusaha meng-crack pasar ini sebelum nantinya memperluas layanan ke kota-kota besar lainnya, bahkan tier dua dan tiga.

Dalam menjalankan bisnis ini, Zoomcar tidak sendiri, pemain lain yang juga menawarkan layanan serupa termasuk Trevo, yakni memberdayakan host untuk mendapatkan uang melalui kendaraan mereka dengan mencocokkan sesama orang yang membutuhkan tumpangan pribadi. Selain itu, beberapa platform yang juga sudah beroperasi di Indonesia seperti Hipcar dan Sharecar.

Ada tiga proposisi nilai yang menjadi diferensiasi Zoomcar dengan pemain lainnya. Pertama, perusahaan menawarkan simplicity melalui teknologi keyless yang memungkinkan transaksi tanpa tatap muka antara host dan guest (penyewa mobil). Lalu, dari sisi security, dengan pemasangan alat monitor untuk menjamin keselamatan dan keamanan mobil saat dikendarai.

Zoomcar juga menawarkan harga yang lebih bersaing dan tanpa deposit untuk para penyewa. Di samping itu, para host akan mendapat keuntungan dari sisi pemeliharaan mobil dan kemudahan akses. Untuk saat ini, mobil yang bisa didaftarkan adalah kendaraan yang sudah mengadopsi sistem immobilizer atau dirancang menggunakan sistem enkripsi elektronik yang lebih aman.

Dalam menjalankan layanannya di Indonesia, Zoomcar juga tengah menggencarkan kolaborasi. Delly mengungkapkan bahwa perusahaan memiliki fokus di empat vertikal. Pertama, di bidang otomotif. Belum lama ini perusahaan juga telah mengumumkan kerja sama dengan OTO dalam rangka akuisisi pengguna.

Kedua, di bidang lifestyle, salah satunya dengan Blibli. Ketiga, kerja sama dengan institusi finansial atau banking untuk memfasilitasi pembayaran dalam platform. Terakhir, juga membuka peluang kolaborasi dengan media untuk awareness produk.

Rencana IPO

Dalam wawancara bersama DailySocial, Delly menegaskan rencana Zoomcar untuk segera melantai di bursa melalui jalur SPAC. Perusahaan akan melakukan aksi merger dengan Innovative International Acquisition Corp.

Aksi korporasi ini bertujuan untuk mengakselerasi pengembangan teknologi serta mendukung ekspansi di Zoomcar. Nilai transaksi perusahaan secara gabungan yang akan berganti nama menjadi Zoomcar Holdings ini diperkirakan mencapai $456 juta.

“Kita sudah memimpin di pasar India. Salah satu cara untuk melakukan ekspansi dan akselerasi bisnis adalah melalui IPO. Haparapannya, dari listing tersebut kami bisa dapat dana segar yang bisa digunakan untuk melanjutkan investasi pada pertumbuhan bisnis di existing dan extension market,” tambah Delly.

Sejak didirikan pada 2013, Zoomcar telah menggalang dana sebanyak dua kali. Di awal 2018, perusahaan berhasil menggalang dana sekitar $40 juta yang dipimpin oleh perusahaan manufaktur mobil India Mahindra & Mahindra. Tahun lalu, Zoomcar meraih $92 juta sebagai modal untuk pengembangan bisnisnya.

Application Information Will Show Up Here

Mengulik Lebih Dalam Ambisi “airasia SuperApp” di Indonesia

AirAsia bermula dari sebuah ide untuk menghadirkan moda perjalanan udara yang terjangkau untuk semua kalangan; dan menggerakkan industri perjalanan di Asia. Bisnis dimulai dengan 2 pesawat udara, melayani 6 rute di Malaysia pada Januari 2022.

20 tahun berselang, mimpi itu telah membuahkan jutaan ide baru yang berhasil menopang pertumbuhan bisnis perusahaan. AirAsia kini berkembang menjadi sebuah maskapai yang melayani lebih dari 128 destinasi di 21 negara. Tidak hanya itu, bisnisnya kini telah merambah dunia digital, menyediakan semua kebutuhan perjalanan dan pariwisata dalam satu aplikasi yang dinamakan “airasia SuperApp”.

Transformasi digital airasia sudah dimulai sejak awal beroperasi di tahun 2002 dengan memperkenalkan layanan online booking melalui situs resminya. Kemudian, melakukan ekspansi regional ke beberapa negara tetangga, termasuk Indonesia. AirAsia Indonesia diluncurkan pada tahun 2005, ketika itu pengguna internet di tanah air ada di angka 16 juta orang.

Satu dekade berlalu, perkembangan teknologi internet turut mengakselerasi demokratisasi di berbagai industri, termasuk perjalanan. Jika sebelumnya masyarakat masih bergantung pada travel agent untuk mengatur jadwal mereka, hadirnya OTA (Online Travel Agent) memungkinkan individu untuk bisa mengatur rencana perjalanan mereka sendiri. Beberapa pemain yang sudah dikenal termasuk Traveloka, Tiket.com, Pegipegi, dan sejumlah lainnya.

Pandemi Covid-19 berdampak terhadap semua industri di dunia, perjalanan dan pariwisata termasuk yang paling parah. Pembatasan interaksi mengharuskan masyarakat untuk tidak melakukan perjalanan. Akibatnya, sejumlah penerbangan sempat ditiadakan, para penyedia akomodasi merasa kesulitan karena kamar tidak terisi, begitu pula fasilitas ride-hailing yang sepi penumpang.

Alih-alih duduk diam meratapi kerugian dan menyerah dengan situasi, maskapai ini mencoba bangkit dengan memaksimalkan potensi digitalnya. Tidak dapat dimungkiri bahwa pandemi menjadi katalis bagi konsumen untuk bermigrasi ke platform digital. Perusahaan melihat hal ini sebagai kesempatan besar untuk melanjutkan transformasi digital hingga akhir, dimulai dengan SuperApp.

airasia SuperApp Indonesia

Inisiatif aplikasi super ini dimulai di Malaysia, menawarkan lebih dari 15 jenis produk dan layanan di bawah tiga pilar utama, yaitu travel, e-commerce, dan fintech dengan airasia rewards, Unlimited, dan airasia pocket sebagai benang merah yang mengikat seluruh ekosistem menjadi satu kesatuan.

Sumber: Laporan tahunan AirAsia 2021

Dalam waktu satu tahun, aplikasi super ini telah berkembang secara fenomenal, tidak hanya meningkatkan produknya dan penawaran layanan untuk menjadi aplikasi perjalanan dan gaya hidup, tetapi juga basis pengguna dan daya tariknya dalam hal volume dan nilai transaksi. Satu per satu layanan ini mulai menggencarkan ekspansi.

Pada April 2022, perusahaan menunjuk Delly Nugraha, yang sebelumnya menjabat CEO Carsome Indonesia, untuk memimpin strategi eksekusi airasia SuperApp Indonesia. Belum lama ini, DailySocial.id diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan Delly terkait pengembangan aplikasi super ini di Indonesia.

Delly mengakui, pada dasarnya pengembangan aplikasi super ini dimungkinkan oleh teknologi yang dimiliki perusahaan. “Dulu karena belum banyak yang berani mencoba, selalu ada resistance. Kalau sekarang, penggeraknya juga sudah banyak. Perkembangan internet semakin canggih, jangkauan semakin luas. Kita juga punya sejarah sebagai perusahaan airlines yang sukses. It is only make sense to develop this superapp, and we are optimistic to grow bigger.”

Meskipun belum resmi meluncur, masyarakat Indonesia sudah bisa menggunakan layanan airasia SuperApp secara terbatas. Dalam aplikasinya, terdapat 4 kategori yang ditawarkan yaitu Travel, Delivery, Money, dan Play. Layaknya OTA pada umumnya, layanan ini menawarkan pengalaman berwisata yang terjangkau dan terencana. Mulai dari pemesanan tiket pesawat, hotel, hingga paket liburan yang ekonomis.

Di luar perjalanan, airasia SuperApp juga dilengkapi dengan layanan digital lainnya, termasuk fintech. Pada bulan Maret 2022, layanan marketplace produk finansial airasia Money meresmikan operasional mereka di tanah air, menawarkan solusi keuangan yang terjangkau, dari asuransi, investasi, pengiriman uang, dan penggalangan dana sosial, bersama para mitra.

Selanjutnya, di kategori delivery, layanan pesan-antar makanan airasia Food yang diluncurkan pada bulan yang sama semakin memperluas jangkauannya di beberapa area seperti, Tangerang, Jawa Barat, diikuti oleh Jakarta pada bulan Juni. Saat ini, untuk armada pengantaran makanan, perusahaan bermitra dengan lini bisnis pengantaran Gojek (sekarang GoTo), GoSend.

Keterlibatan airasia dengan Gojek tidak hanya sebatas itu. Sebelumnya, airasia telah mengakuisisi 100% operasional bisnis ride-hailing dan fintech Gojek di Thailand dengan nilai $50 juta atau sekitar 700 miliar Rupiah. Pada kesempatan itu, Tony dan Kevin menyinggung potensi kemitraan bersama selanjutnya tanpa merincikan detailnya.

Dalam menyediakan solusi tersebut, perusahaan bekerja sama dengan mitra. Misalnya, PasarPolis (insurtech), Bareksa (e-investing), Rumah Zakat (lembaga sosial), dan Wise (remitansi) untuk airasia Money. Kemudian, di kategori Play bersama TrueID untuk menyediakan konten streaming audio, video, dan artikel dengan tema travel, food, dan lifestyle yang dapat diakses secara gratis.

Terkait pengembangan superapp ini, Delly juga menegaskan bahwa DNA perusahaan ada pada bisnis perjalanan. Melalui transformasi digital, airasia mencoba menjangkau semua lini bisnis terkait, dan pada akhirnya akan melengkapi bisnis inti. Superapp hadir sebagai value added business untuk bisnis penerbangan airasia.

“Di samping itu, kita melihat ada potensi cross-selling yang sangat besar dalam industri ini. Satu rencana perjalanan bisa melibatkan berbagai aktivitas, mulai dari pemesanan tiket, akomodasi, rekreasi dan lainnya. Dengan menyediakan opsi-opsi tersebut dalam satu platform, kami yakin bisa menopang kinerja SuperApp seterusnya,” ungkapnya.

Tantangan dan peluang

Setidaknya empat layanan yang ditawarkan melalui airasia SuperApp sudah memiliki kompetitornya masing-masing di pasar Indonesia. Dari sisi pengantaran makanan, duopoli GoFood dan GrabFood akan menjadi tantangan tersendiri bagi pemain baru di industri ini.

Salah satu OTA unicorn, Traveloka, mencoba peruntungan dengan layanan TravelokaEats. Menjelang dua tahun eksistensinya, perusahaan harus rela menutup lini bisnis ini dengan alasan efisiensi per 31 Oktober 2022. Salah satu yang masih bertahan adalah ShopeeFood, juga beberapa layanan pesan-antar makanan restoran tertentu.

Delly tidak melihat keberadaan layanan-layanan tersebut sebagai kompetisi. SuperApp memosisikan diri sebagai pelengkap ekosistem yang sudah ada. “Dari sisi ride hailing, kita tidak bermimpi mengalahkan Gojek atau Grab. Namun, bagaimana caranya market yang belum teredukasi, belum jadi market aktif bisa kita jangkau. Kita mengutamakan kolaborasi.

Kolaborasi dalam hal ini tidak diartikan sebagai kompetisi di dalam. “Kita dukung pihak GoSend untuk mengembangkan bisnis lebih masif, otomatis jangkauan ekspansi juga bertambah. Objektif kita untuk mengantarkan makanan ke konsumen kita juga tercapai. Prinsip kolaborasi lebih dikedepankan daripada kompetisi,” tegas Delly.

Sebagai sebuah entitas yang berbasis di Malaysia, Delly juga mengakui adanya perbedaan kondisi pasar di pusat dan wilayah ekspansi. Di Malaysia sendiri tidak ada ride hailing sepeda motor seperti di tanah air. Menurutnya, selain karena alasan regulasi, karakteristik negara dan populasi juga tidak mendukung adanya layanan ojek online.

Di Indonesia, layanan ride hailing airasia dikabarkan segera mengaspal di pusat pariwisata tanah air, Bali. Terkait armada, Delly mengungkapkan bahwa perusahaan akan bekerja sama dengan rekanan yang sudah memiliki izin. Hal ini merujuk pada regulasi dari pemerintah yang mengharuskan perusahaan memiliki lisensi untuk bisa mengoperasikan bisnis ini.

Dengan lini bisnis yang cukup beragam, perusahaan mengaku bahwa strategi ekspansi juga akan berbeda-beda. “Ride-hailing datang setelah food delivery, karena strategi kita sangat berpatokan dengan kondisi market sekarang dan juga perilaku konsumen yang kita targetkan. Ekspansinya bergantung apa yang ingin kita capai,” pungkas Delly.

Delly juga mengungkapkan bahwa kompleksitas bisnis ini dipengaruhi oleh bermacam-macam aspek, seperti kecukupan sumber daya dan finansial. Airasia melihat hal ini dengan sangat baik dan mempersiapkan semua yang diperlukan agar bisa menggerakkan bisnis.

“Kita punya sumber dayanya, kita punya teknologinya, kita punya supply dan modal. Saya melihat bahwa faktor-faktor dasar untuk sebuah korporasi melakukan aksi membangun sebuah startup dan membuat ekosistem itu sudah diperhitungkan,” ujar Delly.

Dari sisi modal, airasia SuperApp Indonesia masih menerima induksi internal dari induk perusahaan yang di awal tahun ini mengumumkan rebranding menjadi Capital A. Selain itu, perusahaan juga dikabarkan tengah dalam proses penggalangan dana dan berencana untuk segera melantai di bursa New York tahun depan.

Pada tahun 2021, airasia SuperApp diakui oleh Credit Suisse sebagai salah satu dari tiga unicorn di Malaysia, dengan perkiraan nilai lebih dari $1 miliar. Hal ini berhasil dicapai melalui inovasi produk/layanan on-demand yang ditawarkan, termasuk empat produk baru yang telah ditambahkan ke dalam platform untuk memperluas lini bisnisnya.

Disinggung mengenai target, pihaknya masih belum mau membeberkan angka yang spesifik. Saat ini perusahaan masih fokus mengembangkan SuperApp dengan tujuan untuk memberi nilai tambah tidak hanya bagi pelaku industri tetapi juga konsumen di setiap lini bisnis yang ditawarkan.

“Nilai tambah ini kita berikan untuk melengkapi ekosistem perjalanan. Itu yang ingin kita capai. Kemudian, market Indonesia secara umum masih besar sekali dan belum sepenuhnya digarap dengan optimal. Masih ada peluang secara geografis, layanan, juga dari sisi perilaku konsumen,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Pesan-Antar Makanan Milik Airasia Kini Rambah Jakarta

Layanan pesan-antar makanan milik besutan Capital A (sebelumnya bernama AirAsia Group), airasia food, kini melebarkan sayap ke area Jakarta, setelah mengawali perjalanannya di Tangerang pada Maret kemarin. Perluasan ini disebutkan dalam rangka perwujudan komitmen perusahaan untuk menjembatani kebutuhan masyarakat dengan kuliner lintas cita rasa secara praktis.

Country Head airasia Super App Indonesia Delly Nugraha menyampaikan, sebagai bagian dari keluarga Airasia, airasia food menghidupi komitmen untuk menghubungkan setiap orang melalui cara yang berbeda, yaitu dengan lezatnya kuliner lintas cita rasa.

“Lebih dari itu, kami juga ingin memberikan pengalaman eksplorasi kuliner yang super memuaskan dengan mempersembahkan sejumlah promo menarik kepada seluruh masyarakat kota Jakarta. Ke depannya, airasia food akan terus mengupayakan layanan yang terbaik bagi seluruh pengguna dan secara bertahap memperluas jangkauan kami di lebih banyak kota di Indonesia,” ucapnya dalam keterangan resmi, Rabu (20/7).

Delly sendiri didapuk di airasia untuk menangani superapp khusus Indonesia. Kiprahnya di industri digital terbukti mampu mengantarkannya ke posisi terkini yang sudah dijabat sejak Maret 2022. Sebelum di airasia, ia pernah menjadi Country Head Carsome Indonesia, Gojek dengan posisi VP National SMB Key Account, Hutchison 3 Indonesia, dan Indosat Ooredoo.

Sejumlah merchant F&B telah bergabung di airasia food, beberapa namanya adalah Burger Bangor, DCrepes, IKI Bento, Chib-Chib Taiwan Snacks, MangGang, dan lainnya. Pendaftaran merchant sebetulnya telah dibuka sejak Desember 2021 saat pertama kali mengumumkan inisiatif airasia food. Diklaim sejak saat itu, ada ribuan merchant telah mendaftarkan diri.

Untuk mengakses layanan ini, pengguna cukup melalui aplikasi super airasia, aplikasi yang sama dengan untuk membeli tiket pesawat. Sejauh ini, opsi pembayaran yang tersedia adalah kartu debit/kredit, OVO, dan DOKU. Sementara untuk pengantarannya, tersedia pilihan ambil sendiri (self-pick up) atau diantar (delivery now).

Konsumen airasia juga dapat mengonversi airasia points-nya untuk membayar transaksi di layanan pesan-antar ini. Saat ditelusuri lebih lanjut oleh DailySocial.id, perusahaan memanfaatkan kemitraan dengan Go-Send untuk pengantarannya. Selain dibebankan ongkos kirim, juga terdapat platform fee yang harus dibayarkan konsumen.

Selayak perusahaan lainnya yang meluncurkan layanan baru, airasia juga menyodorkan gimmick marketing dengan potongan diskon untuk dalam rangka akuisisi pengguna.

Sebagai catatan, airasia food merupakan inisiatif digital dari Capital A yang membawahi 16 produk dan layanan di aplikasi super airasia. Di dalamnya, tidak hanya menyediakan penerbangan dan perjalanan, tetapi juga kebutuhan gaya hidup sehari-hari, mulai dari makanan, ritel dan e-commerce, layanan pengiriman same-day, ride hailing, dan banyak lagi.

Sejauh ini solusi yang sudah hadir di Indonesia, baru airasia money, food, e-commerce, dan explore. Dalam menyediakan solusi tersebut, perusahaan bekerja sama dengan mitra. Misalnya, PasarPolis (insurtech), Bareksa (e-investing), Rumah Zakat (lembaga sosial), dan Wise (remitansi) untuk airasia money. Kemudian, bersama TrueID untuk menyediakan konten streaming audio, video, dan artikel dengan tema travel, food, dan lifestyle yang dapat diakses secara gratis.

Potensi layanan pesan-antar

Indonesia merupakan pasar terbesar bisnis pesan-antar makanan di Asia Tenggara. Data yang dirilis Momentum Works menyebutkan, total gross merchandise value (GMV) layanan ini mencapai $4,6 miliar atau sekitar Rp65,3 triliun. Di bawah Indonesia, pasar terbesar selanjutnya adalah Thailand dan Singapura yang mencapai $4 miliar dan $2,9 miliar. Dari segi penggunaan aplikasi, pangsa pasar GrabFood adalah yang terbesar dengan GMV mencapai US$7,6 miliar. Angka ini melampaui FoodPanda $3,4 miliar dan Gojek $2 miliar.

Secara umum, Momentum Works menjelaskan terdapat lonjakan signifikan pada layanan pesan-antar makanan terlihat dari total GMV di Asia Tenggara sebesar $15,5 miliar pada 2021. Angka itu naik 30% dari tahun sebelumnya. Sementara, pada 2020 terjadi kenaikan yang lebih rendah, yakni sebesar 18,3%.

“2020 melihat pertumbuhan yang signifikan dalam permintaan layanan pengiriman makanan. Lonjakan volume berlanjut hingga tahun 2021,” jelas Momentum Works dalam laporan yang berjudul Food Delivery Platforms in Southeast Asia (SEA) Januari 2022.

Application Information Will Show Up Here

Carsome Closes Series E Funding Worth of 4.1 Trillion Rupiah (UPDATED)

The car marketplace platform, Carsome, announced a $290 million Series E funding round 4.1 trillion Rupiah. This round brough the company’s valuation to approximately $1.7 billion, awarding them as one of the largest automotive e-commerce platforms in Southeast Asia.

The round was led by several investors, including the Qatar Investment Authority (QIA), 65 Equity Partners and the Seatown Private Capital Master Fund. Participating also the Mediatek, Sunway, Gokongwei Group, YTL Group, and Taiwan Mobile. QIA was previously rumored to have led Traveloka‘s latest fundraising.

Carsome plans to use the fresh funds to accelerate investments in people, products, technology, data capabilities, infrastructure and regional expansion of its “Carsome Certified” retail brand across their key markets of Malaysia, Indonesia and Thailand.

Earlier in September 2021, Carsome has announced a $170 million series D2 round. Simultaneously, the company also announced a credit (debt funding) worth $30 million to strengthen the car financing business. Then, the company’s valuation increased to $1.3 billion.

Business in Indonesia

Carsome has been operating in Indonesia since 2017 with a consumer-to-business (C2B) business model. They buy used cars from the community, then auction the vehicles off to dealers in its network. However, its business model has developed into C2B2C, instead of purchasing only, they selling used cars directly to consumers.

The online-to-offline approach combines the capabilities of web-based services with experience center outlets spread across various cities. Carsome Indonesia’s Country Head Delly Nugraha said, “We found big opportunity after expanding our business to the B2C segment. As a very retailed segment, in an effort to expand and improve our business, we will start expanding into strategic areas in the future.”

In mid-2021, Carsome has acquired a majority stake in PT Universal Collection to expand its business in car and motorcycle auction services. This resulting in Delly’s appointment as the President Director of PT Universal Collection. This corporate action allows Carsome to expand its network reach, access to finance and leasing providers, and potentially enter the motorcycle market.

Market competition

Carsome’s main competitor in the regional market is Carro. The company was previously announced a $360 million series C funding in mid-2021 led by SoftBank Vision Fund 2, followed by several investors including East Ventures. With the latest funding, both Carro and Carsome have reached the unicorn status.

The ongoing strategy is identical, with the C2B2C model, Carro has the Carro Automall service for its O2O approach. In Indonesia, Carro has taken series of strategic actions, including the Jualo acquisition in 2020 and becoming a shareholder in Allo Bank in early 2022.

As both players rely on web services to reach its final consumers, here’s the traffic comparison graph of the two services for the Indonesian market:

Traffic comparison between Carsome and Carro in Indonesia / Similar Web

In Indonesia, there are also some other players, OLX Autos (formerly BeliMobilGue) which has now been integrated with OLX’s services. The platform focused more on buying cars from consumers — although some of the products that have been inspected are starting to be sold through OLX and other online marketplace channels.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Carsome Umumkan Penutupan Pendanaan Seri E Senilai 4,1 Triliun Rupiah (UPDATED)

Pengembang platform car marketplace Carsome mengumumkan telah menutup putaran pendanaan seri E mereka senilai $290 juta 4,1 triliun Rupiah. Perolehan ini meningkatkan valuasi perusahaan menjadi sekitar $1,7 miliar, memantapkan mereka menjadi salah satu platform e-commerce otomotif terbesar di Asia Tenggara.

Putaran ini dipimpin sejumlah investor, meliputi Qatar Investment Authority (QIA), 65 Equity Partners, dan Seatown Private Capital Master Fund. Turut terlibat di dalamnya Mediatek, Sunway, Gokongwei Group, YTL Group, dan Taiwan Mobile. QIA sebelumnya juga dirumorkan memimpin putaran pendanaan terakhir yang digalang oleh Traveloka.

Carsome berencana menggunakan dana segar untuk mempercepat investasi pada sumber daya manusia, produk, teknologi, kemampuan data, infrastruktur, dan perluasan regional merek ritelnya “Carsome Certified” di seluruh pasar utama mereka di Malaysia, Indonesia, dan Thailand.

Sebelumnya pada September 2021 lalu Carsome mengumumkan telah mendapatkan pendanaan baru dalam putaran seri D2 senilai  $170 juta. Bersamaan dengan itu, perusahaan juga mengumumkan perolehan kredit (debt funding) senilai $30 juta untuk memperkuat bisnis pembiayaan mobil. Kala itu valuasi perusahaan terdongkrak menjadi $1,3 miliar.

Bisnis di Indonesia

Carsome hadir di Indonesia sejak 2017 dengan model bisnis consumer-to-business (C2B). Mereka membeli mobil bekas dari masyarakat, kemudian melelangnya ke diler-diler yang ada di jaringannya. Namun demikian, kini model bisnis mereka berkembang menjadi C2B2C, tidak hanya membeli, mereka kini turut menjual mobil bekas langsung ke konsumen.

Pendekatan yang dilakukan dengan online-to-offline, memadukan kapabilitas layanan berbasis web dengan gerai experience center yang tersebar di berbagai kota. Country Head Carsome Indonesia Delly Nugraha mengatakan, “Setelah mengembangkan bisnis ke segmen B2C, ternyata kita melihat peluang besar. Ke depannya, karena B2C merupakan segmen yang sangat retail, dalam upaya memperluas dan meningkatkan bisnis, kita akan mulai ekspansi ke daerah strategis.”

Pada pertengahan 2021 lalu, Carsome juga melakukan akuisisi saham mayoritas terhadap PT Universal Collection untuk memperluas bisnis di biang jasa lelang mobil dan motor. Sebagai hasil kesepakatan ini, Delly turut ditunjuk sebagai Presiden Direktur PT Universal Collection. Aksi korporasi ini memungkinkan Carsome untuk memperluas jangkauan jaringan, akses ke penyedia keuangan dan leasing, serta berpotensi memasuki pasar sepeda motor.

Kompetisi pasar

Kompetitor utama Carsome di pasar regional adalah Carro. Terakhir Carro mengumumkan pendanaan C pada pertengahan tahun 2021 senilai $360 juta dipimpin oleh SoftBank Vision Fund 2, diikuti sejumlah investor termasuk East Ventures. Dengan pendanaan terakhirnya, baik Carro ataupun Carsome sudah mencapai tonggak unicorn.

Strategi yang digulirkan pun identik sama, mengusung model C2B2C, Carro juga memiliki layanan Carro Automall untuk melangsungkan pendekatan O2O. Di Indonesia, sejumlah aksi strategis turut dilakukan Carro, termasuk melakukan akuisisi Jualo pada tahun 2020 dan masuk menjadi pemegang saham di Allo Bank pada awal 2022 ini.

Karena kedua pemain tersebut mengandalkan layanan web untuk menjangkau konsumen akhirnya, berikut ini perbandingan trafik situs kedua layanan untuk pasar di Indonesia:

Perbandingan trafik situs Carsome dan Carro di Indonesia / Similar Web

Di Indonesia sebenarnya juga ada pemain lainnya yakni OLX Autos (sebelumnya BeliMobilGue) yang kini sudah terintegrasi dengan layanan milik OLX. Fokus utamanya lebih ke pembelian mobil dari konsumen — kendati saat ini beberapa produk hasil inspeksinya juga mulai dijual melalui OLX dan kanal online marketplace lainnya.

*Update: Kami melakukan revisi atas kesalahan penulisan “Jualo” di artikel, sebelumnya “Jubelio”. Jualo diakuisisi Carro pada tahun 2020: simak beritanya di sini.

Ekspansi Jadi Strategi Kunci Carsome Perluas Ekosistem Penjualan Mobil Bekas di Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, pasar mobil bekas yang berkembang di Indonesia secara bertahap menjadi lebih terstruktur karena ketersediaan persyaratan pembiayaan yang lebih fleksibel, saluran dealer resmi dan terstandarisasi, serta transparansi informasi yang lebih baik. Hal ini juga didukung dengan kehadiran platform dan marketplace online yang menyuguhkan konsep berbeda dalam usaha memaksimalkan potensi pasar.

Salah satu platform jual-beli mobil bekas yang juga sudah tidak asing di dunia  otomotif  adalah Carsome. Mulai masuk ke pasar Indonesia sekitar tahun 2017 dengan model bisnis consumer-to-business (C2B), Carsome menyediakan platform berbasis website untuk masyarakat menjual mobil bekasnya. Selama kurang lebih 4 tahun beroperasi, perusahaan berhasil mencatat sejumlah pencapaian dan  terus berambisi memperluas jangkauan layanannya.

Tim DailySocial mendapat kesempatan untuk berdiskusi langsung dengan Country Head Carsome Indonesia Delly Nugraha terkait perjalanan bisnis dan strategi perusahaan ke depannya. Berbicara mengenai industri penjualan mobil bekas, kini lebih menyorot awareness. Delly turut mengungkapkan bahwa konsep e-commerce mobil bekas layaknya Carsome, sebenarnya masih sangat baru baik di Indonesia maupun Asia Tenggara. Itulah mengapa tingkat kesadaran atau awareness dari potential customer masih terbilang rendah.

“Kita masih dalam tahap membangun awareness. Sampai saat ini kita masih optimis, khususnya di Indonesia. Dukungan paling besar datang dari jumlahdari populasinya, pertumbuhan cukup besar di kelas menengah, serta adanya pergeseran referensi dan daya beli terhadap mobil bekas secara umum menunjukkan potensi pasar yang masih besar sekali,” ujarnya.

Strategi ekspansi bisnis

Sepanjang tahun 2021, perusahaan sudah melakukan ekspansi yang cukup agresif, walaupun masih fokus di Jabodetabek. Salah satunya adalah melengkapi ekosistem bisnis dengan membuka segmen B2B2C. Hal ini ditandai dengan pembukaan Experience Center pertama pada bulan Maret 2021 yang berlokasi di Jalan Sultan Iskandar Muda no.1A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Belum lama ini Carsome juga meresmikan lokasi Experience Center baru di daerah Alam Sutera.

Pengalaman yang transparan, tepercaya dan nyaman dalam membeli mobil bekas adalah hal yang sangat krusial bagi konsumen. Lewat layanan CEC, Carsome memastikan bahwa semua mobil yang ditawarkan sudah melewati 175 titik inspeksi. Selain memungkinkan konsumen membeli mobil bekas bergaransi secara aman dan mudah, mereka juga diberi kesempatan untuk melakukan test drive.

“Setelah mengembangkan bisnis ke segmen B2C, ternyata kita melihat peluang besar. Ke depannya, karena B2C merupakan segmen yang sangat retail, dalam upaya memperluas dan meningkatkan bisnis, kita akan mulai ekspansi ke daerah strategis,” kata Delly.

Ia tidak mengungkapkan secara spesifik daerah mana yang akan dituju selanjutnya, namun hingga saat ini Carsome telah memiliki 35 pusat inspeksi di 9 kota di Indonesia. Di tahun ke-4, perusahaan berhasil memproses transaksi lebih dari 100.000 mobil bekas per tahun dengan total nilai transaksi lebih dari 700 juta Dolar AS, dan diperkuat oleh sekitar 1.000 tim di seluruh cabangnya.

Sebagai negara kepulauan, tantangan dalam ekspansi datang dari berbagai sisi, namun Carsome coba atasi satu-per-satu kendala dengan dukungan teknologi yang mumpuni. Perusahaan mengembangkan aplikasi internal untuk memastikan proses bisnis dapat berjalan lancar, lalu membangun sistem training dan sumber daya manusia yan cukup terpadu. Menurut Delly, hal-hal eksternal yang mungkin harus disikapi, seperti transportasi antar pulau, edukasi konsumen, cara komunikasi di tiap daerah merupakan hal yang membuat bisnis semakin menarik.

Bentuk ekspansi bisnis Carsome yang lain adalah dengan mempertajam strategi konsolidasi bisnis. Pada Juli 2021, perusahaan mengakuisisi saham ekuitas perusahaan jasa lelang motor dan mobil bekas offline, PT Universal Collection (PT UC). Menurut Delly, akuisisi ini akan membuka akses pemasok PT Universal Collection ke peluang permintaan yang lebih luas. Jika ini berhasil dapat memperluas aksesibilitas mereka ke pasar mobil bekas.

“Kita ingin membangun kemitraan strategis untuk membantu pertumbuhan Carsome dan melayani konsumen lebih banyak. Ke depannya kita masih akan mencari potensi M&A, namun sekarang masih fokus mengembangkan Universal,” tambah Delly.

Seiring dengan pertumbuhan bisnis, investasi ke perusahaan juga terus mengalir. Seolah tidak mau kalah dengan kompetitor terdekatnya, Carsome umumkan pendanaan baru dalam putaran seri D2 senilai $170 juta atau setara 2,4 triliun Rupiah. Putaran ini membawa valuasi perusahaan mencapai $1,3 miliar, menguatkan posisinya sebagai unicorn di Malaysia.

Sama seperti perusahaan rintisan lainnya, status unicorn diberikan ketika mencapai valuasi tertentu. Namun Delly pribadi tidak terlalu memikirkan status. Menurutnya, dukungan investasi pasti sejalan dengan optimisme tim seiring perkembangan perusahaan. Ketika disinggung mengenai rencana IPO, Delly belum mau membeberkan informasi yang lebih detail.

Selain angka pertumbuhan dan partner baru yang mendukung strategi ekspansi Carsome, beberapa milestones juga berhasil dicapai di tahun 2021. Perusahaan juga tengah merintis lembaga pendidikan yang fokus pada otomotif, yaitu Carsome Academy. Ini akan menjadi lembaga pendidikan pertama yang terintegrasi dengan platform car marketplace. Selain itu, perusahaan juga telah mendirikan data center sendiri untuk mendorong operasional bisnis yang lebih efisien, efektif dan data-driven.

Layanan terintegrasi

Carsome memiliki integrasi layanan yang cukup erat dengan berberapa marketplace di luar ekosistem perusahaan, seperti Tokopedia, Blibli, dll. Hal ini didorong oleh pergeseran perilaku konsumen yang semakin beranjak ke platform online dalam berbelanja. Kendaraan seperti mobil, ungkap Delly, bukanlah produk consumer goods, dalam prosesnya, ada banyak tahap yang harus dilalui. Maka dari itu, Carsome ingin membina hubungan baik dengan partner di marketplace lain guna menumbuhkan inovasi dengan cross branding/cross selling.

“Harapannya, semakin banyak orang yang merasakan atau paling tidak mencoba pengalaman membeli mobil offline jadi online. Cukup dengan buka gadget. Hal seperti ini akan merubah cara konsumen berbelanja, ini yang kita dorong penetrasi ke pasar dengan kemitraan dengan marketplace,” ungkap Delly.

Dari segi pembayaran, untuk transaksi secara kredit masih membutuhkan pihak ke-3 penyedia layanan finansial. Maka dari itu, teknologi atau digitalisasi yang diterapkan salah satunya bergantung dengan perusahaan mitra. Jika leasing nya sudah sepenuhnya digital, hal ini akan memudahkan pihak Carsome dalam proses transaksinya.

Langkah-langkah membeli mobil cukup panjang, setengah dari proses tersebut sudah disiapkan oleh Carsome melalui platform digital. Untuk pembayaran tunai, prosesnya akan lebih ringkas, namun ketika masuk ke metode kredit, perusahaan cukup bergantung pada kesiapan pihak ke-3 dalam digitalisasi. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan Carsome dalam menjalin kemitraan untuk urusan pembayaran. Saat ini timnya mengakui sudah memiliki sistem informasi yang sangat baik. Proses yang dulu bisa memakan waktu berminggu-minggu, sekarang bisa dalam hitungan hari.

Pandemi sendiri memiliki peran besar dalam digitalisasi. Sebelumnya, butuh waktu nyaris 10 tahun untuk satu platform bisa dikenal oleh publik. Di masa pandemi, angka penetrasi dan pertumbuhan bisa naik 2 kali lipat hanya dalam waktu 1 tahun.

Membangun ketahanan internal

Satu hal penting yang dipelajari perusahaan dari pandemi COVID-19 adalah berubahnya dukungan kesehatan mental dari hal yang “baik untuk dilakukan” menjadi sebuah keharusan dalam suatu bisnis. Tidak mudah untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan saat kita masih bekerja dari rumah. Karena itu, timnya telah mendedikasikan “hari kesehatan mental” dengan kegiatan tertentu untuk individu mau pun tim.

Selain obrolan dan percakapan, perusahaan ingin memperluas dukungan ini menjadi sesuatu yang lebih nyata. Dengan alasan tersebut, timnya menjalin kerja sama dengan platform kesehatan mental, Doctor Anywhere dalam menyediakan Mental Health Self-Assessment Tool bagi para Carsomers untuk menilai diri dan mengenali tanda-tanda kecemasan.

Isu kesehatan mental sudah tidak asing bagi karyawan di seluruh tingkat organisasi. Salah satu pemicunya adalah pandemi yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya untuk pelaku industri otomotif, namun juga yang lain. Pekerja dituntut bisa menyeimbangkan persoalan pribadi dan pekerjaan. Carsome memahami masa2 ini menjadi tantangan untuk individu. Terutama mereka yang bukan hanya bertanggung jawab untuk pribadi namun juga keluarga. Sandwich generation. Ini yang kita sadari, jadi kita punya inisiatif self care month. Untuk membantu anggota keluarga Carsome agar mereka tau bahwa perusahaan peduli pada aspirasi mereka.

“Kami juga paham situasi seperti itu bisa mendorong pegawai bekerja lebih baik, memenuhi kebutuhan mental nya. Hal ini berlaku bagi semua tim Carsome yang tersebar di Jabodetabek dan beberapa wilayah lainnya,” tambah Delly.

Potensi platform jual beli mobil bekas di Indonesia

Dari tahun ke tahun, minat konsumen untuk membeli mobil bekas terus meningkat. Faktor pendukung utamanya sistem pembayaran yang fleksibel dan dealer mobil bekas yang terpercaya, di samping secara harga juga lebih murah. Industri Mobil Bekas di Indonesia disebut telah tumbuh pada CAGR 4,5% berdasarkan nilai transaksi bruto selama periode 2014-2019 dan pada CAGR 2,0% berdasarkan volume penjualan.

Pandemi yang terjadi di awal tahun 2020 sempat memicu perlambatan ekonomi secara keseluruhan, serta perlambatan industri otomotif akibat penurunan daya beli konsumen. Dalam riset berjudul “Indonesia Used Car Market Outlook to 2025″ yang dipublikasi oleh Ken Research, industri mobil bekas diharapkan pulih dari pandemi Covid-19 dan menyaksikan pertumbuhan pada tahun 2025. Meningkatnya permintaan dari kota-kota tingkat-2 untuk mobilitas pribadi diharapkan dapat mendorong pertumbuhan industri.

Pada dasarnya, industri ini sangat terfragmentasi dan kompetitif dengan >8.000 dealer beroperasi di pasar. Banyak merek seperti Toyota, Hyundai, Suzuki, Mitsubishi, BMW, dan Mercedes yang juga memiliki program mobil bekas bersertifikat di dalam negeri. Namun dengan kehadiran ragam platform dan marketplace online dalam beberapa tahun terakhir, daya tarik yang tumbuh terhadap platform online diharapkan akan memaksa dealer untuk memperluas kehadiran mereka secara online. Beberapa pemain seperti OLX Indonesia dan Carro merupakan dua pemain yang terbilang besar di industri ini.

Skema platform jual beli mobil bekas di Indonesia / Ken Research

Belakangan, pemerintah sedang masif mendorong pengembangan mobil listrik atau electric vehicle (EV). Namun, Delly mengungkapkan hal ini tidak akan berdampak negatif pada jalannya bisnis penjualan mobil bekas itu sendiri. Menurutnya, ada manfaat tersendiri yaitu pasokan mobil yang lebih banyak. Bagi mereka yang ingin shifting ke mobil listrik atau mau upgrade, akan menjual mobil mereka, dengan demikian B2C punya opsi lebih banyak.

Di tahun 2021, perusahaan mengklaim berhasil mengubah cara pandang orang dalam membeli mobil bekas.

“Di tahun 2022, tujuan besarnya adalah untuk lebih dekat dengan para konsumen di seluruh Indonesia di mana kita bisa memberi layanan yang bisa dinikmati di seluruh penjuru. Ekspansi akan jadi salah satu kunci kita untuk bisa menjadi platorm yang lebih besar di 2022,” ujar Delly.

Carsome Berinvestasi ke PT Universal Collection, Perdalam Strategi Omnichannel

Platform car marketplace Carsome hari ini (06/7) mengumumkan investasinya ke PT Universal Collection (PT UC). Tidak disebutkan besaran nilai yang diberikan. Diketahui PT UC merupakan perusahaan jasa lelang mobil dan motor offline berbasis di Jakarta yang telah memiliki cabang di berbagai wilayah, termasuk Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, hingga Sumatera.

Sebagai hasil kesepakatan ini, Delly Nugraha selaku Country Head Carsome Indonesia, ditunjuk sebagai Presiden Direktur PT Universal Collection.

Aksi korporasi ini memungkinkan Carsome untuk memperluas jangkauan jaringan, akses ke penyedia keuangan dan leasing, serta berpotensi memasuki pasar sepeda motor. Inisiatif ini juga akan mendukung strategi omnichannel perusahaan, untuk menawarkan layanan online-offline yang terintegrasi.

“Investasi ini menjadi langkah strategis Carsome untuk membuka lebih banyak peluang dan jaringan. Lewat akses PT Universal Collection terhadap penyedia mobil bekas di pasaran, mitra dealer Carsome akan menikmati lebih banyak inventaris yang beragam dan lebih banyak pilihan. Di sisi lain, ini akan membuka akses pemasok PT Universal Collection ke peluang permintaan yang lebih luas, sehingga dapat memperluas aksesibilitas mereka ke pasar mobil bekas,” sambut Delly.

Sebelumnya, untuk mendukung layanan pelanggan, Carsome mulai menghadirkan “Experience Center” guna memudahkan konsumen melakukan transaksi. Berawal dengan model bisnis C2B dengan membeli mobil bekas dari konsumen, kini Carsome juga mulai menjajaki model B2C dengan menjual berbagai varian mobil secara langsung ke konsumen. Sebelumnya produk hasil pembelian hanya disalurkan ke pemilik diler mobil bekas di berbagai kota.

Proposisi nilai dari layanan car marketplace adalah adanya tim profesional yang didedikasikan untuk melakukan inspeksi. Hasil pengujian dan analisis dilaporkan secara transparan, sehingga berpengaruh langsung terhadap harga jual/beli mobil bekas. Konsep ini yang juga menghasilkan proses negosiasi penjualan yang relatif lebih cepat dari sisi konsumen.

Ukuran pasar mobil bekas cukup menggiurkan di Indonesia. Berdasarkan “Carsome Consumer Survey” yang dirilis pada awal 2021, minat jual-beli mobil bekas masyarakat Indonesia pada semester kedua tahun ini masih cukup tinggi. Setidaknya 64% responden mengungkapkan minat untuk membeli mobil bekas pada periode April-September 2021.

Selain Carsome, di vertikal car marketplace ada beberapa pemain lainnya termasuk Carro yang baru mengumukan perolehan pendanaan teranyar dan menambah daftar unicorn dari Singapura. Untuk pemain lokal, ada OLX Autos yang terintegrasi dengan platform iklan baris OLX; juga Garasi.id yang terafiliasi dengan online marketplace Blibli.

Carsome sendiri juga dikabarkan tengah merampungkan penggalangan dana putaran terbarunya dengan target $200 juta — jika berhasil, maka valuasi perusahaan juga terdongkrak di atas $1 miliar dan berkesempatan menjadi unicorn pertama Malaysia. Akhir tahun 2020 lalu Carsome juga telah membukukan pendanaan seri D senilai $30 juta atau setara 424 miliar Rupiah.

Selain itu, opsi go-public melalui SPAC maupun IPO konvensional juga dikatakan telah masuk dalam agenda perusahaan di tahun ini.

 

Mendiskusikan Kondisi dan Peluang Startup di Bidang Otomotif Selepas Pandemi

Industri penjualan produk otomotif juga menjadi area bisnis yang mulai banyak digarap pemain digital – baik oleh startup dari dalam atau luar negeri. Diskusi tentang sektor tersebut menjadi menarik, terlebih tahun ini para pemain diharapkan dengan pandemi dan dampak setelahnya, termasuk resesi.

Untuk membahas topik tersebut, di sesi #SelasaStartup minggu pertama bulan Desember 2020, DailySocial mengundang Delly Nugraha selaku General Manager Carsome Indonesia.

Carsome Group sendiri, awal bulan ini baru mengumumkan perolehan pendanaan seri D senilai $30 juta atau setara 424 miliar Rupiah. Investor yang terlibat meliputi Asia Partners, Burda Principal Investments, dan Ondine Capital. Selain penguatan operasional, termasuk di Indonesia, mereka juga akan melakukan perluasan model bisnis ke ranah C2B2C.

Perkembangan pasar

Sesi #SelasaStartup dengan Delly Nugraha dari Carsome
Sesi #SelasaStartup dengan Delly Nugraha dari Carsome

Dalam pemaparannya Delly mengatakan, pasar mobil bekas masih sangat besar di tanah air. Bahkan tiga negara (Indonesia, Malaysia, dan Thailand) memberikan sumbangsih 80% terhadap unit ekonomi di industri tersebut di Asia Tenggara. Studi terbaru Momentum Works mengatakan bahwa total nilai transaksi mobil bekas mencapai $600 juta di wilayah tersebut.

Tidak dimungkiri, pandemi sempat memberikan dampak penurunan. Menurut data yang dimiliki Delly, sejak dimulai PSBB sekitar bulan April secara transaksional transaksi di industri turun derastis. Tidak hanya pada penjualan mobil saja, bahkan juga di aspek pendukungnya, seperti penjualan bahan bakar. Namun sejak Agustus 2020, secara perlahan dan konsisten mulai kembali normal.

“Dari data Gakindo, sekarang kondisinya sudah kembali baik. Jika April lalu jumlah mobil terjual sekitar 7 ribuan unit, per Oktober ini sudah sampai 49 ribuan lagi. Ada optimisme di industri, market sudah mulai rebound,” ujar Delly.

Ia juga memaparkan, dari data Google Trend akhir-akhir ini, kata kunci pencarian mobil bekas di Indonesia juga mulai meningkat. Artinya memang ketertarikan untuk membeli atau menjual di kalangan masyarakat. Di YouTube pun, ulasan mengenai mobil bekas juga dikatakan mendapatkan traksi yang lebih tinggi – asumsinya orang yang akan beli/jual mobil bekas melihat review terlebih dulu.

“Kalau lihat hasil riset McKinsey, setelah pandemi ini perilaku konsumen di Indonesia berubah. Yang tadinya mereka rutin pakai kendaraan umum, kini mempertimbangkan untuk menggunakan mobil pribadi untuk mengurangi kontak langsung dengan keramaian. Ini jadi peluang tersendiri untuk pemain industri seperti Carsome,” imbuhnya.

Platform penjualan mobil bekas

Carsome sendiri saat ini hadir membantu masyarakat yang ingin menjual mobil bekas. Pengguna bisa mengakses layanan lewat situs; kemudian tim akan melakukan pengecekan secara detail dari aspek mesin, interior, eksterior, dll. Dari hasil penilaian, mobil akan diberikan harga kemudian ditawarkan kepada mitra dealer yang tergabung di Carsome untuk mendapatkan penawaran terbaik.

Pain point yang ingin diselesaikan, biasanya ketika menjual mobil secara manual, pengguna sulit mendapatkan pembeli yang tepat – kalaupun dijual langsung ke pemasok, tak sedikit yang mematok harga kurang bersaing, disebabkan karena kurangnya transparansi.

“Untuk itu layanan Carsome memastikan proses penjualan mobil dilakukan secara mudah, cepat, dan transparan. Untuk penguji, kami juga ada aplikasi, di dalamnya terdapat checklist detail bagian-bagian yang harus diperiksa. Pun untuk mitra dealer, aplikasi memungkinkan mereka untuk memberikan penawaran harga mobil secara cepat dan bisa memberitahukan secara langsung melalui sistem ke pengguna,” jelas Delly.

Selama pandemi ini, ternyata juga tidak sedikit yang mempertimbangkan untuk menjual mobilnya, mengurangi aset depresiasi yang dimiliki. “Misalnya tadinya dalam satu rumah ada 3 mobil untuk masing-masing anggota keluarga, karena adanya PSBB, WFH, dll sekarang aktivitas keluar rumah jadi berkurang, jadi banyak yang menjual mobilnya. Di sisi lain, yang belum punya juga mulai banyak mencari mobil bekas untuk keperluannya. Supply demand-nya terjembatani dengan baik,” lanjut Delly.

Di Indonesia sendiri, pasar jual-beli mobil memang perlu disikapi secara unik. Banyak faktor yang menyebabkan kondisi pasar di tiap daerah berbeda-beda. Delly menyebutkan ada empat hal mendasar yang mempengaruhi. Pertama adalah letak geografis, ini berpengaruh pada distribusi produk. Karena stok di perkotaan dan di daerah pasti berbeda – terlebih saat berbicara produk mobil baru.

Faktor kedua, terkait daya beli. Spesifikasi ini perlu dipahami dengan baik, sehingga para pemain industri dapat menyuguhkan varian produk yang terjangkau di pasar tertentu. Ini juga berhubungan dengan faktor selanjutnya, yakni harga. Kadang produk dengan merek dan kondisi yang mirip dapat di jual dengan harga berbeda di daerah yang berbeda. Contohnya, kalau dari Jakarta orang berasumsi mobilnya berisiko kena banjir dan penggunaannya sangat tinggi karena sering terjebak macet. Terakhir, faktor dasar hukum ekonomi, yakni supply-demand. Tentu akan banyak berpengaruh pada kondisi pasar mobil bekas di suatu daerah.

“Karena kultur kami startup, maka menjadi lebih fleksibel untuk berinovasi di berbagai sisi, baik di internal maupun eksternal. Jadi bisa menyesuaikan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh pengguna. Termasuk terkait rencana pemanfaatan dana, kami secara gesit akan memulai model bisnis baru tahun depan di Indonesia. Harapannya akan banyak masyarakat yang terbantu,” tutupnya.

Gambar header: Depositphotos.com

Carsome Indonesia on Succession, to Enter the C2B2C Business Model

In order to boost its business in Indonesia, the used car sales platform Carsome has just appointed Delly Nugraha as General Manager of Indonesia. Previously, Delly was known as VP at Gojek who was responsible for the development of SME partners. This succession was also used by Carsome as a form of commitment to seriously work on the Indonesian market. An understanding of the local market is considered important to support this goal.

In a media conference this afternoon (26/11), Delly conveyed a number of strategies that would be taken to improve Carsome’s business. One of them is to launch the C2B2C business model in 2021, enabling consumers to sell their used cars, as well as buy used cars through applications. Previously, Carsome applied C2B services, as a medium for consumers to sell their cars to dealerships – including promotional, inspection, and payment services.

Furthermore, Delly said, there are two things that will be done to strengthen the existence of Carsome Indonesia. First, continue to build consumer trust by improving used car buying and selling services that are easy, fast, and transparent. Second, build organizational and team strength in the midst of the Covid-19 pandemic situation. He believes that the positive growth in business results is in line with generating positive business margins as well.

“The used car market was affected by the pandemic, but has started to show growth again in the last few months. We believe the used car market will recover and improve in 2021. Our role at Carsome is to continue to maintain and even increase the momentum of the used car market revival,” said Delly.

According to the research by DSResearch in 2018, there are several car sales services that are currently popular in Indonesia. At that time the survey was followed by 729 respondents who had made car sales transactions through the application. Apart from Carsome, there are BeliMobilGue (now rebranded as OLX Autos) and Carro.

Platform penjualan mobil bekas di Indonesia

Carsome has been present in Indonesia since 2017. As the business strengthens, including the series C funding worth $50 million obtained at the end of 2019, currently in Indonesia they have reached more than 4100 dealers. Overall they have also helped sell more than 100 thousand used cars in their operational areas, namely in Indonesia, Malaysia, Thailand and Singapore.

Also attending the Grace Quah event as Regional Marketing Director. He said the most significant markets for Carsome were Indonesia and Malaysia. Many efforts are being made to become a market leader, including they are currently raising new funding to present various product and service initiatives for consumers. There are no details that can be conveyed about the fundraising, the process is not yet complete.

This year, Carsome also launched several technology products, namely the CARpartner and CARdealer applications (previously known as CarsomeGO) to simplify and accelerate the process of searching for used car information and transaction convenience for used car dealers.

“We have a unique value proposition, from the dealer side, they will get more and faster offers (after the goods are inspected). Having more comprehensive options makes them happier. From the consumer side, products are also offered at competitive prices, because our system offers used cars that are sold to many dealers at once – they can bid up to a deal at a certain number, ”Delly said.

With the presence of new business models and innovations, Delly is optimistic that Carsome will become the market leader. This year, it is said to have doubled its sales from before the pandemic. In fact, the growth of used cars sold through Carsome increased by almost 300% quarter-on-quarter in the third quarter of this year.

* Note: We are revising parts of the business model, from C2C ​​to C2B2C


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Carsome Indonesia Lakukan Suksesi, Segera Rambah Model Bisnis C2B2C

Guna menggenjot bisnisnya di Indonesia, platform penjualan mobil bekas Carsome baru saja menunjuk Delly Nugraha sebagai General Manager Indonesia. Sebelumnya Delly dikenal sebagai VP di Gojek yang bertanggung jawab untuk pengembangan mitra UKM. Suksesi ini juga dijadikan Carsome sebagai wujud komitmen untuk secara serius menggarap pasar Indonesia. Pemahaman tentang pasar lokal dianggap penting untuk menunjang tujuan tersebut.

Dalam acara jumpa media siang ini (26/11), Delly menyampaikan sejumlah strategi yang akan diambil untuk meningkatkan bisnis Carsome. Salah satunya akan meluncurkan model bisnis C2B2C di tahun 2021, memungkinkan konsumen menjual mobil bekasnya, sekaligus membeli mobil bekas lewat aplikasi. Sebelumnya Carsome mengaplikasikan layanan C2B, sebagai medium konsumen menjual mobilnya ke dealer — di dalamnya termasuk layanan promosi, inspeksi, dan pembayaran.

Lebih lanjut Delly mengatakan, ada dua hal yang akan dilakukan untuk memperkuat eksistensi Carsome Indonesia. Pertama, terus membangun kepercayaan konsumen dengan meningkatkan layanan jual-beli mobil bekas yang mudah, cepat, dan transparan. Kedua, membangun kekuatan organisasi dan tim di tengah situasi pandemi Covid-19. Ia yakin pertumbuhan hasil bisnis yang positif sejalan dengan menghasilkan margin bisnis yang positif juga.

“Pasar mobil bekas sempat terkena dampak pandemi, namun sudah mulai menunjukkan pertumbuhan kembali sejak beberapa bulan terakhir. Kami yakin pasar mobil bekas akan kembali pulih dan membaik di 2021. Peran kami di Carsome adalah untuk terus menjaga bahkan menaikkan momentum kebangkitan pasar mobil bekas,” ujar Delly.

Menurut hasil riset yang dilakukan DSResearch tahun 2018, ada beberapa layanan penjualan mobil yang saat ini populer di Indonesia. Kala itu survei diikuti 729 responden yang pernah melakukan transaksi penjualan mobil melalui aplikasi. Selain Carsome, ada BeliMobilGue (kini sudah rebranding jadi OLX Autos) dan Carro.

Platform penjualan mobil bekas di Indonesia

Carsome mulai hadir di Indonesia sejak tahun 2017. Seiring penguatan bisnis, termasuk pendanaan seri C senilai $50 juta yang didapat akhir tahun 2019, saat ini di Indonesia mereka telah merangkul lebih dari 4100 dealer. Secara keseluruhan mereka juga sudah membantu menjual lebih dari 100 ribu mobil bekas di wilayah operasionalnya, yakni di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Singapura.

Turut hadir dalam acara Grace Quah selaku Regional Marketing Director. Ia mengatakan, pasar yang paling signifikan untuk Carsome adalah Indonesia dan Malaysia. Banyak upaya yang tengah dilakukan untuk menjadi pemimpin pasar, tak terkecuali mereka tengah menggalang pendanaan baru untuk menghadirkan berbagai inisiatif produk dan layanan untuk konsumen. Belum ada detail yang bisa disampaikan soal penggalangan dana, prosesnya belum rampung.

Tahun ini, Carsome juga meluncurkan beberapa produk teknologi, yaitu aplikasi CARpartner dan CARdealer (sebelumnya dikenal sebagai CarsomeGO) untuk lebih mempermudah dan mempercepat proses pencarian informasi mobil bekas dan kenyamanan bertransaksi yang diperuntukkan bagi para dealer mobil bekas.

“Kami punya unique value proposition, dari sisi dealer mereka akan mendapatkan penawaran lebih banyak dan cepat (setelah barang diinspeksi). Adanya opsi yang lebih lengkap membuat mereka lebih senang. Dari sisi konsumen, produk juga ditawarkan dengan harga yang kompetitif, karena sistemnya kami menawarkan mobil bekas yang dijual kepada banyak dealer sekaligus – mereka bisa menawar sampai deal di angka tertentu,” ujar Delly.

Dengan hadirnya model bisnis dan inovasi-inovasi baru, Delly cukup optimis membawa Carsome untuk menjadi pemimpin pasar. Tahun ini, pihaknya juga mengklaim telah meningkatkan penjualannya sebanyak dua kali lipat dari sebelum pandemi. Bahkan, pertumbuhan mobil bekas yang terjual lewat Carsome meningkat hampir 300% quarter-on-quarter pada kuartal ketiga tahun ini.

*Catatan: Kami merevisi bagian model bisnis, dari C2C ke C2B2C

Application Information Will Show Up Here