Google Dirikan Waymo, Perusahaan Baru yang Bergerak di Bidang Pengembangan Teknologi Kemudi Otomatis

Apa kabar Google Self-Driving Car? Well, Anda bisa melupakan nama tersebut – sekaligus mobil imut berwajah koala yang mereka buat – sebab Google telah mengubahnya menjadi Waymo. Waymo bukan lagi bagian dari Google X, melainkan sebuah perusahaan yang beroperasi secara mandiri di bawah payung Alphabet Inc.

Dengan Waymo, Google juga memastikan bahwa mereka tidak akan memproduksi mobil tanpa sopirnya sendiri. CEO Waymo, John Krafcik yang sebelumnya direkrut dari Hyundai, menegaskan bahwa perusahaan yang dipimpinnya sekarang bukanlah produsen mobil, melainkan yang bergerak di bidang pengembangan teknologi kemudi otomatis.

Namun hasil jerih payah tim Google Self-Driving Car Project sejak tahun 2009 tidak akan disia-siakan begitu saja. Nyatanya, Waymo lahir atas rasa percaya diri tim Google Self-Driving Car yang telah berhasil melakukan uji coba di jalanan publik pada tanggal 20 Oktober 2015 bersama seorang penumpang tuna netra, tanpa didampingi orang lain.

Apa yang dilihat prototipe mobil tanpa sopir Waymo saat berada di jalanan / Waymo
Apa yang dilihat prototipe mobil tanpa sopir Waymo saat berada di jalanan / Waymo

Waymo yakin sudah saatnya mereka mengembangkan inovasi yang mereka kerjakan selama ini menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan. Sejumlah segmen yang mereka incar meliputi ride-sharing, logistik maupun transportasi umum. Rencana kerja sama dengan perusahaan otomotif juga sudah ada, dimana nantinya Waymo akan melisensikan teknologi kemudi otomatisnya pada pabrikan yang tertarik.

Prototipe mobil berwajah koala yang sebelumnya dibuat kini diperlakukan sebagai ajang demonstrasi teknologi kemudi otomatis oleh Waymo. Perpaduan sensor dan software memastikan teknologinya bisa membawa penumpang dari titik A ke B tanpa perlu ada lingkar kemudi maupun pedal gas sama sekali.

Sejauh ini mitra Waymo yang telah dikonfirmasi adalah Fiat Chrysler, dimana Waymo sedang dalam proses mengintegrasikan teknologi kemudi otomatisnya ke minivan Chrysler Pacifica untuk diuji di jalanan. Model bisnis seperti ini menempatkan Waymo sebagai pesaing langsung Uber yang juga tengah sibuk mengembangkan teknologi kemudi otomatis dan menawarkannya ke pabrikan-pabrikan mobil.

Sumber: TechCrunch dan Waymo.

Tesla Lengkapi Semua Mobil yang Sedang Diproduksi dengan Hardware Autopilot Baru

Di saat pabrikan mobil lain sedang sibuk menyiapkan mobil elektrik perdananya, Tesla yang sudah mencuri start bisa berfokus ke bidang lain yang tidak kalah penting perannya terhadap industri otomotif. Yup, apalagi kalau bukan teknologi kemudi otomatis?

Tesla sadar betapa pentingnya teknologi ini, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk membekali semua mobil yang tengah diproduksi – termasuk Model S, Model X dan Model 3 – dengan hardware yang diperlukan untuk menyanggupi eksekusi kemudi otomatis secara penuh, atau dengan kata lain, lebih komprehensif dari yang ditawarkan fitur Autopilot saat ini.

Perlengkapan tersebut mencakup 8 kamera 360 derajat dengan jangkauan pandang sejauh 250 meter, 12 sensor ultrasonik dengan kemampuan mendeteksi objek dua kali lebih baik dari sebelumnya, serta radar dengan kinerja yang lebih maksimal. Semuanya demi menyajikan ‘penglihatan’ di luar batas indera manusia sebagai pengemudi.

Tesla tidak lupa menyematkan sistem komputer baru yang memiliki performa 40 kali lebih cepat ketimbang sebelumnya. Bersamaan dengan itu, Tesla juga mengembangkan sistem neural network sendiri untuk mengolah semua data dari computer vision, sonar dan radar.

Perlu dicatat, semua fitur yang ditawarkan hardware baru ini tidak bisa langsung dinikmati begitu saja dalam waktu dekat. Tesla akan lebih dulu melakukan kalibrasi sistem melalui data-data yang dikumpulkan oleh mobil-mobil buatannya yang sudah ada dijalanan sekarang.

Hal ini dilakukan semata untuk alasan keselamatan pengemudi dan guna memastikan sistem bisa berjalan secara optimal. Saat semuanya sudah siap, lagi-lagi Tesla akan mendistribusikannya lewat software update. Di saat yang sama, Tesla juga berjanji untuk tidak melupakan konsumen loyalnya dan berkomitmen untuk terus menyempurnakan mobil-mobil lawas buatannya melalui software update.

Sumber: Tesla.

AI Buatan Nvidia Belajar Mengemudi Hanya dengan Mengamati Manusia

Nvidia kembali membuat gebrakan di dunia otomotif. Setelah memperkenalkan supercomputer baru bernama Xavier yang dirancang secara spesifik untuk mobil kemudi otomatis, produsen kartu grafis komputer tersebut kini memamerkan bagaimana sistem kecerdasan buatan rancangannya bisa mengemudikan mobil hanya dengan mengamati dan mempelajari perilaku sopir manusia.

Bagi prototipe mobil bernama BB8 ini (entah apa relasinya dengan robot imut di film terbaru Star Wars kemarin), jalanan tidak bermarka ataupun tikungan tajam bukanlah suatu masalah yang serius. Kerennya lagi, Nvidia mengaku sama sekali tidak menyematkan algoritma khusus untuk menghadapi skenario semacam ini.

Lalu bagaimana cara BB8 mengatasinya? Deep learning jawabannya, BB8 benar-benar memaksimalkan kapabilitas deep learning-nya untuk mempelajari apa yang sopir manusia lakukan ketika dihadapkan dengan jalanan tanpa marka atau tikungan tajam. Alhasil, ia pun bisa mengambil keputusan dengan berbekal sekitar 20 contoh skenario yang dilakukan sopir manusia.

Menurut pernyataan Nvidia, BB8 dilatih hanya di kawasan California, tapi ternyata sanggup mengemudikan dirinya sendiri dengan baik di New Jersey, yang pastinya memiliki kondisi jalanan yang berbeda. Dalam video demonstrasinya di bawah, Anda bahkan bisa melihat kalau BB8 tidak segan keluar dari jalanan ketika berjumpa dengan proyek konstruksi/

Apa yang berhasil dicapai Nvidia ini cukup fenomenal, apalagi mengingat mereka mengembangkan sistemnya sendiri tanpa bantuan dari pabrikan mobil sama sekali. Ke depannya, BB8 akan terus dilatih agar semakin cekatan di jalanan.

Sumber: TechCrunch.

Ford Bermisi Luncurkan Mobil Tanpa Sopir, Tanpa Setir dan Tanpa Pedal Gas di Tahun 2021

Baru-baru ini, beredar kabar bahwa Uber siap mengoperasikan armada mobil tanpa sopir mulai bulan ini juga. Kendati demikian, teknologi dan regulasi yang ada sekarang masih mewajibkan kehadiran seseorang di balik lingkar kemudi seandainya terjadi apa-apa.

Lima tahun lagi, situasinya bisa benar-benar berbeda jika melihat visi yang diungkapkan Ford. Pabrikan otomotif asal AS tersebut berharap bisa meluncurkan mobil tanpa sopir murni pada tahun 2021. Maksud kata “murni” adalah mobil tersebut tidak akan dilengkapi setir maupun pedal gas dan rem.

Rencananya, Ford akan menawarkan mobil tanpa sopirnya tersebut ke perusahaan ride sharing terlebih dulu sebelum ke publik secara umum. Apakah Uber termasuk salah satunya? Tidak ada yang tahu, apalagi mengingat pionir layanan ride sharing tersebut sudah punya mobil tanpa sopirnya sendiri.

Meski kedengaran ambisius, visi Ford didasari oleh lebih dari 10 tahun pengalaman mengembangkan sistem kemudi otomatis / Ford
Meski kedengaran ambisius, visi Ford didasari oleh lebih dari 10 tahun pengalaman mengembangkan sistem kemudi otomatis / Ford

Guna mewujudkan visinya, Ford mengajak empat startup untuk berkolaborasi: Velodyne, SAIPS, Nirenberg Neuroscience dan Civil Maps. Masing-masing punya spesialisasi yang amat krusial dalam pengembangan sistem kemudi otomatis, seperti LIDAR, computer vision, machine learning dan pemetaan digital.

Pada kenyataannya, Ford sendiri sempat mendemonstrasikan bagaimana mobil tanpa sopirnya bisa melihat dan bergerak di kegelapan dengan hanya mengandalkan teknologi LIDAR dan pemetaan 3D.

Langkah lain yang juga akan diambil adalah meningkatkan jumlah armada mobil tanpa sopir yang diuji di jalanan sebanyak tiga kali lipat. Ford juga sedang dalam tahap pembangunan dua bangunan baru di kawasan Silicon Valley yang diharapkan bisa mempercepat proses riset dan pengembangan mobil tanpa sopirnya.

Sumber: Ford.

Uber Siap Operasikan Armada Mobil Tanpa Sopir Bulan Ini Juga

Sudah bukan rahasia apabila Uber tengah gencar mengembangkan mobil tanpa sopir. Terakhir kita tahu, mereka sudah mulai mengujinya di jalanan kota Pittsburgh. Kini muncul kabar bahwa Uber sudah siap mengoperasikan armada mobil tanpa sopirnya mulai bulan ini.

Kota yang dituju pertama kali lagi-lagi adalah Pittsburgh, tidak kaget mengingat di sanalah sentra R&D mobil tanpa sopir Uber berada. Dalam wawancara bersama Bloomberg, CEO Uber, Travis Kalanick, mengungkapkan rencananya untuk mengutus sekitar 100 mobil tanpa sopir guna menjemput dan mengantarkan penumpang secara cuma-cuma di kota tersebut.

Mobil yang akan digunakan berbeda dari prototipe yang diungkap di bulan Mei kemarin. Di sini Uber telah memodifikasi SUV Volvo SC90 dengan perlengkapan yang esensial untuk sistem kemudi otomatis, termasuk halnya sebuah komputer canggih di bagian bagasi untuk merekam semua data peta dan perjalanan.

Penumpang di kota Pittsburgh yang dijemput dengan mobil tanpa sopir Uber tidak akan dikenakan biaya / Bloomberg
Penumpang di kota Pittsburgh yang dijemput dengan mobil tanpa sopir Uber tidak akan dikenakan biaya / Bloomberg

Tidak seperti Google yang mengembangkan mobil tanpa sopirnya sendiri, Uber lebih memilih untuk memakai mobil komersial lalu menyematkan sistem kemudi otomatis ke dalamnya. Ini juga yang menjadi latar belakang di balik akuisisinya terhadap sebuah startup bernama Otto di bulan Mei lalu.

Otto yang didirikan oleh sejumlah mantan enginner Google tersebut bergerak di bidang sistem kemudi otomatis untuk truk. Teknologi yang mereka kembangkan bisa dipasangkan pada truk komersial, menghadirkan sistem semacam LIDAR sebagai fondasi kemudi otomatisnya.

Namun Uber tidak akan melepas mobil-mobil tersebut tanpa pengawasan begitu saja. Setiap mobil akan diisi oleh seorang engineer yang bertugas untuk mengambil alih kemudi setiap kali dirasa perlu, plus seorang co-pilot yang akan mengobservasi dan membuat catatan selama perjalanan.

Ya, seandainya inisiatif Uber ini sudah sampai dalam tahap final, sepertinya merupakan berita buruk bagi para pengemudi Uber. Di saat yang sama, armada mobil tanpa sopir Uber ini juga membuka peluang lapangan kerja yang lebih luas untuk para engineer yang mahir di bidang navigasi, pemetaan, atau apapun yang berkaitan dengan sistem kemudi otomatis.

Sumber: TechCrunch dan Bloomberg.

Nissan Serena Terbaru Dibekali ProPILOT, Sistem Kemudi Otomatis untuk Jalan Tol

Tesla punya Autopilot, Nissan punya ProPILOT. Keduanya sama-sama sistem kemudi otomatis, meski punya Tesla terkesan lebih canggih sejauh ini. Pun demikian, upaya yang dilakukan Nissan dalam mengomersialkan sistem kemudi otomatis secara perlahan patut mendapat perhatian.

Nissan dengan tegas menjelaskan bahwa ProPILOT hanya untuk digunakan di jalan tol dan di satu jalur saja – paling tidak untuk sekarang – berbeda dari Tesla Autopilot yang sudah bisa berpindah jalur. Namun selama berada di satu jalur tersebut, ProPILOT akan mengendalikan semua aspek kemudi, mulai dari setir, gas dan rem.

ProPILOT pada dasarnya bisa dianggap sebagai cruise control versi lebih canggih. Sistem ini akan bermanfaat dalam skenario dimana jarak yang bakal ditempuh cukup jauh atau kondisi tol sedang macet parah; daripada dibuat frustasi oleh macet, serahkan saja tugasnya kepada ProPILOT.

Nissan ProPILOT akan sangat bermanfaat ketika berhadapan dengan jalan tol yang macet / Nissan
Nissan ProPILOT akan sangat bermanfaat ketika berhadapan dengan jalan tol yang macet / Nissan

Sebuah kamera 360 derajat beserta sistem racikan Mobileye dipercaya menjadi bekal ProPILOT dalam mempertahankan mobil di suatu jalur sekaligus jarak moncong dengan mobil depannya selagi melaju dalam kecepatan yang konstan – pengemudi bisa menentukan kecepatannya, antara 30 – 100 km/jam.

Ketika mobil di depan berhenti, ProPILOT juga akan ikut berhenti. Rem akan terus aktif meski pengemudi sedang tidak menginjakkan kakinya di pedal rem. Untuk melanjutkan perjalanan dan mengaktifkan ProPILOT kembali, pengemudi bisa menginjak pedal gas sedikit atau menekan tombol pada setir.

Sistem Nissan ProPILOT ini bakal menjalani debutnya bersama MPV premium Nissan Serena versi terbaru yang akan meluncur mulai bulan Agustus mendatang. Ke depannya, ProPILOT akan siap menghadapi multi-jalur pada tahun 2018, dan mengatasi perempatan di perkotaan pada tahun 2020.

Sumber: TechCrunch dan Nissan.

Minibus Elektrik Ini Padukan Teknologi Kemudi Otomatis dan Kecerdasan Buatan

Di saat pabrikan otomotif tengah berlomba-lomba mengembangkan teknologi elektrik dan kemudi otomatis, sebuah minibus bernama Olli sudah mulai melintasi jalanan-jalanan umum di Washington D.C. dengan sendirinya dan tanpa menghasilkan emisi karbon. Tak hanya itu, Olli juga siap bercengkarama dengan para penumpangnya seramah mungkin.

Olli dirancang dan dibuat oleh pabrikan bernama Local Motors. Bagi yang tidak tahu, Local Motors sempat menjadi buah bibir dua tahun yang lalu ketika mereka memperkenalkan mobil 3D printed pertama di dunia. Sama halnya dengan Olli, sebelum dirakit komponen-komponennya dibuat menggunakan 3D printer.

Kabin Olli sanggup mengakomodasi hingga 12 penumpang. Sistem kemudi otomatisnya dirancang sendiri oleh Local Motors, tapi di saat yang sama mereka juga menyematkan sistem kecerdasan buatan (AI) IBM Watson, membuatnya mampu berinteraksi dengan penumpang secara alami layaknya seorang sopir sebenarnya.

Kabin Olli bisa diisi oleh 12 penumpang sekaligus / Local Motors
Kabin Olli bisa diisi oleh 12 penumpang sekaligus / Local Motors

Berkat Watson, Olli dapat memahami pertanyaan maupun permintaan penumpang yang disampaikan dalam bahasa sehari-hari, seperti misalnya ketika penumpang hendak diantar ke lokasi tertentu, atau ketika penumpang menanyakan tentang cara kerja Olli – mengingat Watson dapat mengakses data yang dikumpulkan oleh sekitar 30 sensor eksternal Olli.

Kehadiran Watson juga memungkinkan Olli untuk merangkap tugas sebagai pemandu wisata, menyampaikan rekomendasi restoran-restoran populer maupun situs-situs bersejarah berdasarkan selera masing-masing penumpang. Sopir dengan bakat pemandu wisata, sebuah perpaduan yang cukup langka sekarang ini.

Dalam beberapa bulan ke depan, Olli akan diuji di jalanan umum Washington D.C. sebelum dibawa ke Miami dan Las Vegas pada akhir tahun. Local Motors juga memiliki visi untuk menghadirkan Olli di luar Amerika Serikat dengan cara membangun pabrik-pabrik kecil di berbagai kawasan yang dapat mencetak dan merakit satu unit Olli dalam waktu 10 jam saja.

Sumber: Engadget dan IBM. Sumber gambar: Olli.

Mobil Konsep Mini Vision Next 100 Gambarkan Tren Car Sharing di Masa Depan

Lewat BMW Vision Next 100 dan Rolls-Royce 103EX, pabrikan asal Jerman tersebut ingin memberikan gambaran kepada kita mengenai masa depan dunia otomotif. Akan tetapi dua mobil konsep itu rupanya masih belum cukup, mereka turut mengungkap konsep lain di bawah bendera Mini, dengan visi yang lebih spesifik.

Dijuluki Mini Vision Next 100, mobil konsep ini secara khusus dirancang untuk menggambarkan tren car sharing di masa yang akan datang. Car sharing yang dimaksud tidak melulu yang berbasis aplikasi, tetapi juga berlaku dalam suatu rumah tangga dimana anggota keluarga menggunakan satu mobil secara bergantian.

Menurut Mini, pengalaman car sharing di masa depan harus bisa memenuhi selera pengguna tanpa terkecuali. Untuk itu, bagian eksterior Mini Vision Next 100 diperlakukan sebagai sebuah kanvas digital yang dapat berganti rupa sesuai kebutuhan dan secara otomatis.

Sasis Mini Vision Next 100 merupakan kanvas digital yang bisa memproyeksikan konten sesuai kebutuhan / BMW Group
Sasis Mini Vision Next 100 merupakan kanvas digital yang bisa memproyeksikan konten sesuai kebutuhan / BMW Group

Proyeksi konten yang tampak pada sasis mobil ini akan berubah-ubah berdasarkan siapa yang tengah berada di dalam mobil, mood-nya seperti apa, atau bagaimana kondisi jalanan pada saat itu. Dengan begitu, sang pengemudi akan merasa seakan-akan mobil yang mereka kemudikan adalah kepunyaan pribadi, padahal aslinya meminjam dari sebuah layanan car sharing.

Kustomisasi ini tidak hanya sebatas penampilan visual saja, tetapi juga mencakup performa mobil, mulai dari empuk-tidaknya suspensi sampai handling mobil secara keseluruhan. Pergantiannya pun berjalan secara otomatis, mengingat mobil dilengkapi sensor eksternal untuk mengenali siapa yang hendak menggunakannya.

Geser setirnya ke tengah, maka Mini Vision Next 100 akan langsung mengaktifkan mode kemudi otomatis / BMW Group
Geser setirnya ke tengah, maka Mini Vision Next 100 akan langsung mengaktifkan mode kemudi otomatis / BMW Group

Kabin Mini Vision Next 100 terasa amat lapang walau dimensi sasisnya seukuran city car. Tepat di tengah-tengah kaca depan, terdapat sebuah panel membulat yang merupakan representasi sistem kecerdasan buatan bernama Cooperizer. Cooperizer tak cuma berperan sebagai asisten pribadi sang pengemudi, tetapi juga pengatur nuansa kabin dan mode kemudi yang dapat beradaptasi dengan selera pengguna secara otomatis.

Tampak jelas bahwa sama sekali tidak ada panel instrumen pada dashboard minimalis milik Mini Vision Next 100. Sebagai gantinya, semua informasi yang relevan akan disajikan dalam wujud augmented reality di kaca depan.

Tak seperti Rolls-Royce 103EX yang tidak memiliki lingkar kemudi sama sekali atau BMW Vision Next 100 yang setirnya bisa disembunyikan, konsep milik Mini ini punya setir permanen. Namun hal itu bukan berarti ia tak bisa menyetir dengan sendirinya. Kapan pun Anda mau, Anda bisa mengaktifkan mode kemudi otomatis.

Dipadukan semuanya, fitur-fitur Mini Vision Next 100 membuatnya sangat ideal untuk konsep car sharing, dimana mobil akan bergerak dan menjemput klien berikutnya dengan sendirinya. Begitu tiba, sang klien akan mendapati semua pengaturan mobil telah disesuaikan dengan preferensinya, membuat mobil pinjaman itu jadi serasa milik sendiri.

Sumber: Autoblog dan BMW Group.

Inilah Cikal Bakal Mobil Mewah Rolls-Royce di Masa yang Akan Datang

Apa yang dilakukan Tesla Motors dalam beberapa tahun terakhir ini bisa memberikan sedikit gambaran mengenai mobil di masa yang akan datang. Sederhananya ada dua kriteria kunci dari mobil masa depan: mesin elektrik dan kemudi otomatis. Kalau dua kriteria ini telah terpenuhi, pabrikan tinggal membubuhkan sentuhan ekstra guna menjadikan mobil tersebut unik dibanding yang lain.

Inilah yang dilakukan Rolls-Royce ketika merancang mobil konsep terbarunya. Pabrikan mobil mewah asal Inggris tersebut baru-baru ini memperkenalkan Rolls-Royce 103EX, realisasi dari visi mereka akan sebuah mobil mewah dari masa depan. Lewat mobil konsep ini pula Rolls-Royce ingin mencoba mendefinisikan ulang standar kemewahan untuk 100 tahun ke depan.

Eksterior futuristisnya mempertahankan sejumlah ciri khas brand Rolls-Royce / Rolls-Royce
Eksterior futuristisnya mempertahankan sejumlah ciri khas brand Rolls-Royce / Rolls-Royce

Dilihat dari sudut manapun, eksterior 103EX masih mempertahankan elemen-elemen khas yang diusung Rolls-Royce sejak awal kiprahnya di industri otomotif. Wajah futuristis merupakan sebuah keharusan, tapi di saat yang sama tetap wajib menunjukkan ciri khas dan peninggalan dari brand itu sendiri.

Mengintip ke dalam, pemandangannya agak mengejutkan: dashboard-nya kosong, tidak ada lingkar kemudi sama sekali. Jangan terburu heran, mobil ini bisa menyopir dengan sendirinya, sesuai dengan kriteria mobil masa depan yang saya sebutkan di awal tadi.

Pemandangan kabin Rolls-Royce 103EX yang tak biasa dimana tidak ada lingkar kemudi sama sekali / Rolls-Royce
Pemandangan kabin Rolls-Royce 103EX yang tak biasa dimana tidak ada lingkar kemudi sama sekali / Rolls-Royce

Namun bagaimana ketika pemilik mobil hendak menyetir? Tidak, 103EX tak akan memperkenankan hal itu terjadi, sebab Anda akan dimanjakan di atas jok yang sepertinya tidak kalah nyaman dibanding sofa milik sebuah lounge kelas atas. Berisi wol dan berbalut sutra, ini bisa dibilang jok mobil terempuk dan terlembut yang pernah ada. Nuansa mewah di dalam kabin ini terus diperkuat oleh kehadiran karpet wol serta panel kayu asli di sepanjang pintu.

Absennya lingkar kemudi tak cuma membuat kabin terasa berlipat-lipat lebih lapang, tetapi juga memungkinkan penempatan panel layar OLED super-lebar di sepanjang dashboard. Layar ini akan menampilkan informasi-informasi yang relevan di sepanjang perjalanan, atau bisa juga menyajikan tontonan-tontonan favorit Anda, dipandu oleh sistem kecerdasan buatan yang dijuluki “Eleanor”.

Dibandingkan dengan mobil konsep BMW Vision Next 100 yang masih satu induk perusahaan, Rolls-Royce 103EX terkesan jauh lebih ‘berani’ murni karena kabin yang tak dilengkapi setir sama sekali. Terlepas dari itu, konsep karya Rolls-Royce ini semakin memantapkan anggapan bahwa mobil mewah di masa yang akan datang pada dasarnya merupakan sebuah lounge berjalan – sanggup memanjakan penumpang di dalam ‘kepompong digital’ selagi mempertahankan mobilitas.

Sumber: Rolls-Royce via Autoblog.

Uber Mulai Menguji Mobil Tanpa Sopir Garapannya

Bulan Februari tahun kemarin, Uber mengumumkan bahwa mereka akan mendirikan sebuah sentra R&D di kota Pittsburgh bersama ahli-ahli robotik dari Carnegie Mellon University guna mengembangkan teknologi kemudi otomatis. Setahun lebih berselang, akhirnya Uber buka suara soal mobil tanpa sopir yang mereka kerjakan.

Gambar di atas adalah foto resmi dari prototipe mobil tanpa sopir milik Uber. Merupakan Ford Fusion Hybrid yang telah dimodifikasi, mobil tanpa sopir ini dibekali sederet sensor seperti radar, pemindai laser dan kamera beresolusi tinggi guna memetakan kondisi di sekitarnya secara merinci.

Selama pengujian, mobil selalu didampingi oleh seorang pengemudi yang terlatih. Berdasarkan pengalaman seorang reporter Tribune-Review yang sempat diajak berkendara bersama, mobil dapat menjalankan fungsi-fungsi dasar dengan sendirinya. Akan tetapi ketika menjumpai situasi yang dinilai tidak bisa diselesaikan sendiri, mobil akan membunyikan alarm peringatan supaya sang pengemudi bisa langsung mengambil alih.

Sang reporter turut menambahkan bahwa sensor-sensor milik mobil dapat mendeteksi beragam objek di jalanan, mulai dari mobil yang bergerak dari posisi parkir, pejalan kaki yang menyeberang sembarangan, pesepeda, dan bahkan seekor angsa yang sedang menyeberangi jalanan.

Uber sendiri mengakui bahwa mereka masih dalam tahap awal. Fokus mereka saat ini adalah menyempurnakan teknologinya dan memastikan keamanan bagi semua pihak, mulai dari pejalan kaki, pesepeda sampai pengemudi lain.

Nantinya, saat teknologi ini sudah matang dan siap dioperasikan secara massal, Uber cukup yakin bahwa tingkat kemacetan dan kecelakaan lalu lintas bisa berkurang, plus transportasi dapat menjadi lebih terjangkau bagi lebih banyak kalangan.

Sumber: Uber dan The Verge.