Mobil Tanpa Sopir Ford Bisa Melihat dan Bergerak dalam Kegelapan

Seperti yang kita ketahui, mobil tanpa sopir bisa bergerak dengan sendirinya berkat perpaduan berbagai macam sensor, utamanya adalah kamera yang berperan sebagai ‘mata’. Namun sama seperti mata manusia, penglihatan kamera standar sangat bergantung pada cahaya, menurun drastis saat berada di kegelapan.

Maka dari itulah penggunaan sensor lain sangat krusial dalam pengembangan mobil kemudi otomatis. Tim riset Ford baru-baru ini merilis sebuah video yang mendemonstrasikan bagaimana mobil tanpa sopirnya bisa bergerak dengan sendirinya di padang gurun yang benar-benar gelap gulita.

Mobil Ford Fusion Hybrid hasil modifikasi tersebut melaju dengan enaknya mengikuti ruas jalan yang berliku-liku tanpa dibantu penerangan sedikitpun. Bahkan lampu depannya pun sengaja dimatikan.

Lalu bagaimana cara Ford mengatasi permasalahan semacam itu? Mereka memanfaatkan teknologi LIDAR dan pemetaan 3D. Sensor LIDAR pada dasarnya akan memancarkan 2,8 juta sinar laser kecil setiap detiknya untuk memindai kondisi di sekitarnya.

Hasil pindaiannya kemudian akan disesuaikan dengan hasil pemetaan tiga dimensi yang sangat mendetail, lengkap dengan sejumlah informasi seperti penanda jalan, gedung, pohon dan lain sebagainya. Semuanya berlangsung dalam hitungan detik, dan sang mobil tanpa sopir pun akhirnya bisa ‘melihat’ di dalam kegelapan.

Uji coba ini sejatinya bertujuan untuk membuktikan tingkat presisi yang dimiliki oleh mobil kemudi otomatis sejauh ini. Kalau menggunakan LIDAR saja sang mobil sudah bisa bergerak tanpa celaka, apalagi saat dipadukan dengan kamera, radar beserta sensor lainnya di kondisi yang terang-benderang?

Inovasi ini sekaligus membuat Ford lebih percaya diri dalam kemajuan sistem kemudi otomatisnya. Tahun ini, pabrikan asal AS tersebut berencana menguji sekitar 30 mobil tanpa sopirnya sekaligus di beberapa wilayah.

Sumber: Ford.

Startup Jebolan MIT Kembangkan Taksi Tanpa Sopir untuk Singapura

Singapura bakal menjadi salah satu negara pertama yang mengoperasikan taksi tanpa sopir. Semua ini berkat pengembangan yang dilakukan startup jebolan MIT, nuTonomy.

nuTonomy awalnya bermula dari sebuah proyek sederhana yang dikerjakan oleh sepasang ilmuwan di MIT, Karl Iagnemma dan Emilio Frazzoli. Di tahun 2009, mereka mengembangkan sebuah mobil golf tanpa sopir. Barulah di tahun 2013, nuTonomy berdiri sebagai perusahaan yang bergerak di bidang software kemudi otomatis.

Kini timnya baru saja berhasil menjalani uji coba perdananya, dimana taksi tanpa sopir tersebut ditugaskan untuk merampungkan rute dengan sejumlah rintangan, tentunya tanpa ada satupun insiden.

Meski lahir di sebuah universitas, nuTonomy punya latar belakang yang cukup dalam industri otomotif. Salah satunya adalah ketika mereka bekerja sama dengan Jaguar Land Rover, dimana nuTonomy diserahi tanggung jawab untuk merancang sistem parkir otomatis.

Dengan suksesnya uji coba yang dilakukan, nuTonomy kini sedang menunggu persetujuan dari pemerintah untuk menguji taksi tanpa sopirnya di kawasan bisnis One North yang secara khusus dirancang untuk menguji mobil kemudi otomatis.

nuTonomy

Mobil yang digunakan nuTonomy adalah mobil elektrik, yang berarti tidak akan ada emisi karbon yang dihasilkan. Hal ini juga berpotensi menjadikan pasar mobil elektrik semakin mainstream, utamanya karena bakal ada banyak stasiun pengisian ulang baterai yang tersebar di berbagai titik.

nuTonomy menggunakan beragam sensor dalam sistem kemudi otomatisnya, mulai dari LIDAR untuk mendeteksi objek sampai pemetaan secara tiga dimensi. Hal ini krusial mengingat kondisi lalu lintas di Singapura cukup padat.

Dalam beberapa tahun ke depan, nuTonomy berharap bisa mengoperasikan ribuan taksi tanpa sopir di Singapura. Bukan, mereka bukannya bermisi ‘membunuh’ lapangan kerja sopir taksi, malahan taksi tanpa sopir ini bisa menjadi layanan pelengkap untuk kebutuhan konsumen yang terus meningkat.

Sumber: MIT News.

Rayakan Ultah Ke-100, BMW Pamerkan Mobil Konsep ‘Dari Masa Depan’

Tepat tanggal 7 Maret 2016 kemarin, BMW merayakan hari jadinya yang ke-100. Rangkaian acara selebrasi telah disiapkan oleh pabrikan bernama lengkap Bayerische Motoren Werke AG tersebut di kota kelahirannya di Munich, termasuk halnya peluncuran mobil konsep baru yang bakal menjadi cerminan atas masa depan industri otomotif.

Bernama BMW Vision Next 100, mobil konsep ini dirancang dengan visi mengantisipasi kebutuhan konsumen atas sebuah alat transportasi di masa mendatang. Prediksi bahwa nantinya semua mobil akan dilengkapi sistem kemudi otomatis turut diamini oleh BMW. Pun begitu, mereka tetap ingin menyajikan pengalaman berkendara yang memuaskan, seperti yang sudah menjadi visi BMW sejak lama lewat tagline “Sheer Driving Pleasure”.

Dalam mengembangkan mobil konsep ini, BMW tak hanya mempertimbangkan teknologi apa saja yang bakal menjadi relevan dalam beberapa dekade ke depan, tetapi juga inovasi-inovasi apa saja yang selama ini sudah menjadi unggulan mereka. Sederhananya, BMW ingin menciptakan sebuah mobil yang bisa bergerak dengan sendirinya, tapi hanya di saat pengemudi menghendakinya saja.

BMW Vision Next 100

Visi ini diwujudkan lewat dua mode berkendara yang diusung Vision Next 100. Mode “Boost” adalah mode mengemudi seperti yang kita kenal sekarang. Pengguna memegang kontrol penuh atas lingkar kemudi, sedangkan sistem akan membantu lewat deretan informasi yang ditampilkan pada kaca depan mobil, alias heads-up display (HUD).

Beralih ke mode “Ease”, setir mobil seketika akan bertransformasi menjadi satu dengan dashboard dan sistem yang mengambil alih kemudi. Di sini kaca depan mobil masih akan diisi beragam informasi, tapi lebih mengarah ke panduan berwisata, menampilkan lokasi-lokasi di sekitar yang menarik untuk dikunjungi.

BMW Vision Next 100

BMW juga memberikan solusi atas problem yang mungkin bakal dihadapi para pejalan kaki di masa yang akan datang, yaitu bagaimana mereka bisa mengetahui kapan sebuah mobil dikendalikan oleh manusia dan kapan ia bergerak dengan sendirinya. Untuk itu, lampu luar Vision Next 100 akan berganti warna menyesuaikan mode berkendara yang sedang aktif.

BMW turut menghadirkan representasi fisik dari sistem artificial intelligence (AI) yang menjadi otak Vision Next 100 dalam wujud sebuah objek di tengah dashboard, menghadap ke kaca depan. Bernama The Companion, ia akan bereaksi terhadap mode berkendara yang tengah aktif.

Dalam mode Boost, The Companion akan duduk diam. Namun saat mode Ease aktif, ia akan muncul dan mengedipkan cahaya ke para pejalan kaki atau pengemudi mobil lain di sekitar. Tujuannya adalah menginformasikan kepada mereka bahwa sistem telah mengenalinya, sehingga mereka tak perlu khawatir akan dicelakai oleh mobil yang bergerak dengan sendirinya.

BMW Vision Next 100

Melihat fisiknya, mobil ini tampak seakan-akan dikirim dari masa depan. BMW mengungkapkan sebuah ide unik di balik konstruksinya, yakni proses yang mereka sebut dengan istilah “4D printing”. Pada dasarnya, proses ini akan mengintegrasikan fungsi pada bagian-bagian mobil sejak dari tahap awal pembuatannya, bahkan sebelum akhirnya dirakit menjadi satu.

Meski bukan ditujukan untuk balapan, aerodinamika tetap diperhatikan dengan teliti di sini. Fender yang mengitari keempat rodanya bisa berubah bentuk menyesuaikan dengan kondisi jalanan, semuanya demi meningkatkan aspek aerodinamis dari sang mobil.

BMW Vision Next 100

Perihal performa, BMW belum mau merincikan mesin seperti apa yang bakal menjadi tenaga pendorong Vision Next 100. BMW hanya memastikan bahwa mobil ini tidak akan menghasilkan emisi karbon, yang berarti ia bakal mengandalkan motor elektrik. Pun begitu, masih belum ada kepastian apakah dayanya berasal dari sel bahan bakar hidrogen atau baterai lithium seperti yang digunakan Tesla.

Tentunya mobil konsep ini tak akan merambah jalanan dalam waktu dekat. Tujuan akhir BMW adalah membuka mata konsumen terkait seperti apa kira-kira mobil produksi BMW di masa yang akan datang, dan tentunya bagaimana mereka akan menghadapi persaingan yang semakin sengit di industri otomotif.

Sumber: BMW dan CNET.

Mobil Tanpa Sopir Google Terlibat Insiden Akibat Salah Asumsi

Nasib sial belum lama ini menimpa salah satu mobil tanpa sopir milik Google. Saat tengah diuji di kawasan El Camino Real di kota Mountain View, California, sang mobil yang merupakan SUV Lexus hasil modifikasi menabrak sebuah bus. Beruntung insiden ini tidak memakan korban karena terjadi dalam kecepatan rendah.

Sebenarnya ini bukan pertama kali mobil tanpa sopir Google mengalami insiden. Namun dalam kejadian-kejadian sebelumnya, insiden disebabkan oleh kelengahan pengemudi manusia yang ada di sekitarnya. Barulah dalam insiden kali ini sistem kemudi otomatis Google yang membuat kesalahan.

Menurut laporan resmi Google, insiden terjadi ketika mobil tanpa sopirnya hendak berganti jalur dari kanan ke tengah. Sistemnya sebenarnya sudah mendeteksi bahwa ada bus yang tengah melaju dari belakang, namun sistem mengira bus tersebut akan mengalah dan memelan.

Asumsinya salah, bus tersebut malah terus melaju dalam kecepatan 24 km/jam sebelum akhirnya mobil tanpa sopir Google menabrak sisi kanannya. Semuanya merupakan kesalahpahaman. Sang pengemudi bus kemungkinan mengira mobil tanpa sopir Google bakal memberinya jalan terlebih dahulu.

Melihat kondisi jalanan yang selalu tidak terprediksi, insiden semacam ini memang sulit untuk dihindari. Pun begitu, Google optimis bahwa insiden ini bisa diterjemahkan menjadi perbaikan atas sistem kemudi otomatis buatannya. Dengan kata lain, mulai sekarang mobil tanpa sopir Google bakal paham kalau bus maupun kendaraan besar lainnya lebih jarang mengalah ketimbang jenis kendaraan lain.

Situasinya mungkin tidak jauh berbeda dengan di sini, dimana biasanya sopir bus kota sering seenaknya sendiri dan tidak mau mengalah dengan pengemudi lain. Seandainya Google menguji mobil tanpa sopirnya di Jakarta, saya yakin mereka akan belajar banyak dari sopir Kopaja dan Metro Mini. 🙂

Sumber: The Verge. Gambar header: Google Self-Driving Car Project via Google+.

Mobil Tanpa Sopir Jaguar Land Rover Bakal Mengemudi Seperti Manusia, Bukan Robot

Upaya pengembangan teknologi kemudi otomatis terus dijalankan. Berbagai pabrikan, mulai dari yang memang berakar di bidang otomotif sampai yang masih baru seperti Google dan Baidu, berlomba-lomba menciptakan mobil tanpa sopir versinya masing-masing.

Cara yang mereka terapkan pun berbeda-beda. Google misalnya, hingga detik ini mereka tidak berhenti menguji mobil tanpa sopirnya di jalanan-jalanan di California, melatih ketangkasan sekaligus ‘insting’ mobil tanpa sopirnya supaya bisa mengambil alih peran sopir secara penuh.

Berbeda dengan Jaguar Land Rover (JLR), mereka lebih memilih untuk melakukan riset lebih mendalam sebelum menguji sistemnya di lapangan. Dana jutaan dolar telah dipersiapkan untuk keperluan riset dengan tujuan akhir supaya mobil kemudi otomatis rancangannya dapat menyetir layaknya seorang manusia, bukan robot.

Guna mewujudkan misi tersebut, JLR bakal menugaskan sejumlah karyawannya untuk mengemudikan mobil di sejumlah lokasi di Inggris. Dari situ, sejumlah data akan dikumpulkan dan dianalisa, terutama bagaimana sang pengemudi bereaksi terhadap situasi jalanan di dunia nyata, yang pastinya akan berbeda-beda satu sama lain.

Mobil-mobil yang dikemudikan akan dilengkapi dengan sejumlah sensor yang akan merekam seluruh reaksi pengemudi terhadap kemacetan, jalan yang ditutup maupun cuaca yang tidak bersahabat. Program ini akan dijalankan selama sekitar tiga tahun, dengan dukungan dari salah satu pemasok industri otomotif terbesar, Bosch.

Menurut JLR, dengan terwujudnya misi dari program ini, konsumen bisa menjadi lebih percaya terhadap mobil kemudi otomatis. Saat ini memang masih ada kontroversi di sana-sini; sebagian optimis dengan teknologi kemudi otomatis, sedangkan sebagian lainnya merasa nyawanya terus terancam apabila bukan dirinya yang memegang kendali.

Di saat yang sama, data-data ini juga akan dimanfaatkan untuk mengembangkan standar asuransi untuk mobil kemudi otomatis di masa yang akan datang. Secanggih apapun teknologinya, intervensi manusia maupun faktor-faktor lainnya tidak akan menutup kemungkinan terjadinya kecelakaan – meski Volvo optimis tidak akan ada korban jiwa akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2020 mendatang.

Sumber: Digital Trends. Gambar header: Jaguar Land Rover.

[Rumor] Google dan Ford Akan Bekerja Sama Kembangkan Mobil Tanpa Sopir

Rumor kembali beredar seputar rencana komersialisasi mobil tanpa sopir Google. Perusahaan yang lahir dari sebuah disertasi tersebut dikabarkan akan membentuk sebuah joint venture bersama Ford, dengan misi membangun mobil kemudi otomatis yang dipersenjatai teknologi besutan Google.

Kemitraan Google dan Ford ini tidak muncul secara tiba-tiba begitu saja. Google sebenarnya sudah punya koneksi dengan Ford; bulan September kemarin, Google merekrut John Krafcik. Beliau merupakan CEO Hyundai America, tapi sebelumnya juga sempat menjabat sebagai salah satu petinggi Ford selama 14 tahun.

Ford sendiri sebenarnya sudah bereksperimen dengan sistem kemudi otomatis selama beberapa tahun, akan tetapi baru mengumumkan rencana pengujiannya belum lama ini. Google, di sisi lain, sudah punya 53 unit mobil tanpa sopir yang terus diuji ketangkasannya di jalanan di wilayah California dan Texas, mencatatkan jarak tempuh total di atas 2 juta kilometer.

Kerja sama ini berpotensi membawa Ford selangkah lebih maju dalam ranah kemudi otomatis dibandingkan rival-rivalnya. Namun Google sendiri sebelumnya telah menyatakan bahwa mereka membuka peluang kerja sama dengan pabrikan otomotif yang tertarik menggunakan sistem kemudi otomatis rancangannya. Dan perlu dicatat bahwa kerja sama ini sifatnya tidak eksklusif, yang berarti Google bebas mengajak perusahaan lain untuk mewujudkan visinya di bidang otomotif.

Menurut pernyataan narasumber Yahoo Autos, kerja sama antara Google dan Ford ini akan diumumkan pada ajang CES 2016 bulan depan. Kerja sama ini juga semakin membuktikan komitmen Google dalam misi mengomersialkan mobil tanpa sopir, apalagi sebelumnya mereka sempat dilaporkan bakal menempatkan divisi self-driving car-nya sebagai perusahaan mandiri di bawah naungan Alphabet Inc. mulai tahun depan.

Sumber: Yahoo Autos. Gambar header: Google+ Self-Driving Car Project.

Di Bawah Pemilik Baru, HERE Maps Kebut Pengembangan Peta untuk Mobil Tanpa Sopir

Sekitar 4 bulan sejak pengumuman akuisisinya, sebanyak 6.500 karyawan HERE Maps akhirnya bisa mengucapkan selamat tinggal pada Nokia dan menyambut tiga pemilik barunya: Audi, BMW Group dan Daimler. Ini merupakan lembar baru bagi pesaing Google Maps tersebut, dan mereka rupanya juga ingin memberikan sesuatu yang baru pula.

Pada dasarnya, HERE Maps ingin menciptakan sebuah layanan peta digital yang dikhususkan untuk mobil tanpa sopir. Mereka paham bahwa hal ini membutuhkan tingkat detail dan akurasi yang amat presisi, sanggup memberikan gambaran akan kondisi jalan dalam skala 1:1.

Untuk itu, HERE pun memutuskan untuk mengebut pengembangan teknologi pemetaan real-time. Teknologi ini sejatinya akan menggabungkan seabrek data yang agak mustahil untuk dicerna oleh otak manusia secara bersamaan. Tapi tidak apa-apa, karena yang dibicarakan di sini adalah mesin atau kecerdasan buatan milik sebuah mobil tanpa sopir yang sanggup mengolah begitu banyak data dengan sangat cepat.

Teknologi real-time map besutan HERE Maps

Dukungan dari ketiga pemilik barunya tentu saja akan sangat membantu HERE dalam mencapai targetnya. Apalagi ketiganya telah setuju untuk memberikan data-data anonim yang dikumpulkan oleh sederet sensor milik mobil produksinya untuk dianalisa dan dimanfaatkan oleh tim HERE Maps.

Namun yang lebih menarik lagi justru adalah kemurahan hati yang dimiliki tim HERE Maps. Jauh dari kata egois, mereka justru ingin menjadi platform pemetaan terbuka yang bisa diakses oleh siapapun, baik yang terlibat dalam industri otomotif ataupun tidak. Pihak-pihak ini dipersilakan untuk memanfaatkan platform terbuka HERE guna menciptakan layanannya sendiri yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya masing-masing.

Langkah ini terdengar cukup mengejutkan karena sebagian besar dari kita mungkin berasumsi bahwa Audi, BMW Group dan Daimler tidak mau asetnya diumbar ke publik begitu saja. Pun begitu, dibukanya akses terhadap HERE Maps ini malah berarti akan ada lebih banyak sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh timnya, yang pada akhirnya berujung pada peningkatan kualitas layanan pemetaannya.

Jadi seperti itulah visi baru HERE Maps. Teknologi pemetaan real-time yang dikembangkannya jelas dapat mempercepat komersialisasi mobil tanpa sopir. Di saat yang sama, pabrikan otomotif maupun pihak-pihak lainnya juga dipersilakan untuk memanfaatkan teknologi garapan HERE sesuai kebutuhan dan kepentingannya sendiri-sendiri.

Sumber: TheNextWeb dan HERE 360.

RoboRace, Ajang Balapan Perdana untuk Mobil Tanpa Sopir

10 bulan yang lalu, Audi mempertontonkan kepada dunia bahwa mobil tanpa sopir tak hanya bisa mengemudi sendiri, tetapi juga siap diajak balapan. Kini panitia kompetisi balapan mobil elektrik Formula E mengumumkan ketertarikannya untuk menghelat sebuah ajang balapan khusus buat mobil tanpa sopir.

Dinamai RoboRace, ajang ini bakal menjadi pelengkap bagi kompetisi Formula E musim 2016 – 2017. RoboRace bakal mempertemukan 10 tim yang masing-masing bertanggung jawab atas 2 mobil tanpa sopir. 20 mobil tanpa sopir tersebut bakal adu kegesitan selama satu jam di hari dan sirkuit yang sama dengan tiap ajang Formula E yang bakal diselenggarakan.

Menariknya, semua mobil elektrik tanpa sopir yang bertanding mempunyai spesifikasi yang sama persis dan dibuat oleh perusahaan bernama Kinetik. Jadi yang bakal menjadi tantangan untuk setiap tim adalah bagaimana mereka mengembangkan algoritma dan kecerdasan buatan (AI) untuk meraih kemenangan – serupa dengan di Formula E, dimana tantangannya adalah mengoprek baterai agar lebih efisien daripada pesaingnya.

Mobil-mobil ini masih dalam tahap pengembangan awal. Tapi menurut pernyataan perwakilan Kinetik kepada Wired, kecepatan maksimumnya bisa menembus angka 300 km/jam, bahkan lebih cepat daripada mobil-mobil balap Formula E yang mentok di angka 225 km/jam.

RoboRace

Sejauh ini tampaknya masih belum ada tim yang mendaftar, namun Formula E selaku penyelenggara ingin semua perusahaan yang tengah mengembangkan teknologi kemudi otomatis untuk ikut berpartisipasi. Beberapa nama yang menjadi ‘incaran’ adalah Google, Uber, Continental dan Bosch.

Menarik juga untuk diketahui bahwa satu dari sepuluh tim yang bertanding adalah tim crowdsourced. Tim ini bakal diisi oleh komunitas penggiat teknologi dan software. Akan sangat menarik melihat ilmuwan-ilmuwan ‘tanpa nama’ ini adu kecerdasan dengan para jenius bayaran Google, Uber dan lain sebagainya.

Ajang balapan mobil tanpa sopir ini sejatinya bisa membawa dampak positif ke kompetisi balap lainnya, seperti misalnya Formula One. Menurut Mark Preston selaku pimpinan Team Aguri, salah satu tim Formula E, ke depannya mungkin kita bisa melihat safety car yang bisa mengemudi sendiri di ajang tersebut.

Sumber: Formula E, Wired dan The Verge.

Mercedes-Benz Terapkan Strategi Khusus untuk Hadapi Google dan Uber di Era Baru Industri Otomotif

Siapa yang tidak mengenal Mercedes-Benz? Perusahaan asal Jerman ini seringkali dicap sebagai pionir industri otomotif, dan usianya saat ini sudah mencapai hampir satu abad – lebih, kalau perusahaan pendahulunya, Benz & Cie. dan Daimler-Motoren-Gesellschaft, dimasukkan dalam hitungan.

Namun reputasi setenar itu rupanya tidak bisa menjauhkan rasa khawatir akan persaingan industri otomotif yang semakin keras, khususnya yang berasal dari perusahaan teknologi AS yang dalam beberapa tahun terakhir ikut memegang andil besar dalam perkembangan industri. Sebut saja Google dan Uber – atau malah Apple, kalau saja rumornya tidak meleset.

Kehadiran Google dan Uber dinilai cukup ‘mengancam’ buat industri otomotif. Google, seperti yang kita tahu, sudah bertahun-tahun menguji mobil tanpa sopir, sedangkan Uber juga punya misi serupa. Belum lagi layanan yang disediakan Uber juga berpotensi membuat hasrat kepemilikan mobil menurun secara perlahan.

Apa yang sangat ditakutkan oleh Mercedes-Benz maupun pabrikan otomotif lainnya adalah era dimana mobil akhirnya dianggap sebagai suatu komoditas. 20 tahun yang lalu, Google bahkan belum lahir ke dunia, tapi sekarang proyek mobil tanpa sopirnya berhasil mempengaruhi pabrikan-pabrikan otomotif untuk melangkah ke arah yang sama.

Namun bukan pionir namanya kalau saja Mercedes-Benz menyerah dan menggantungkan semuanya pada takdir. Strategi yang mereka terapkan adalah menyerang balik dari segala arah. Produksi mobil konvensional tidak akan dihentikan begitu saja, dan Mercedes-Benz pun turut menyelipkan fitur-fitur kemudi otomatis ke sejumlah model kelas atasnya.

f-015-luxury-02

Mercy pun juga punya konsep mobil tanpa sopir. Proses pengembangannya akan semakin dimatangkan berkat akuisisi layanan peta digital HERE Maps belum lama ini – untuk bisa mengemudi dengan baik, mobil tanpa sopir perlu mendapat gambaran yang tepat atas kondisi jalanan di sekitarnya, dan layanan peta digital ini jelas akan sangat membantu.

Di sisi lain, Mercy rupanya juga ikut mencoba peruntungan di bidang layanan. Lewat perusahaan induknya, Daimler, lahir sebuah layanan car-sharing bernama car2go, yang sejauh ini sudah aktif di 31 kota di seluruh dunia. Layanan taksi privat macam Uber pun juga dilangsungkan, meski konsepnya agak sedikit berbeda dengan target konsumen yaitu anak-anak.

f-015-luxury-03

Laboratorium R&D milik Mercedes-Benz di Amerika juga tidak santai-santai begitu saja. Salah satu proyek yang tengah dikerjakan adalah teknologi kecerdasan buatan (AI) yang sifatnya prediktif. Berkat teknologi ini, nantinya Anda bisa masuk ke mobil di pagi hari, lalu mobil akan tahu bahwa tujuan Anda adalah ke kantor. Navigasi menuju kantor akan segera ditampilkan, dan Anda pun juga akan disambungkan ke asisten pribadi via telepon.

Soal pengembangan teknologi kemudi otomatis, Mercedes-Benz mungkin masih bisa dibilang ketinggalan dibanding Google. Modal riset yang dikerahkan mungkin juga masih kalah besar. Pun demikian, berbekal pengalaman dan ambisi yang kuat, Mercedes-Benz siap bersaing di era baru industri otomotif yang tidak terelakkan.

Sumber: Re/code. Sumber gambar: Mercedes-Benz.

Google Ajari Mobil Tanpa Sopir-nya Berhati-Hati di Sekitar Anak Kecil

Event Halloween beberapa hari yang lalu rupanya dimanfaatkan oleh Google untuk mengajari mobil tanpa sopir-nya suatu pelajaran yang cukup unik. Bukan, Google bukannya mengajari mobil berwajah seperti koala itu untuk mengenali mana setan yang asli dan mana yang jadi-jadian, melainkan bagaimana seharusnya ia bersikap ketika berada di sekitar anak-anak. Continue reading Google Ajari Mobil Tanpa Sopir-nya Berhati-Hati di Sekitar Anak Kecil