Tokopedia Dirikan Dhanapala, Unit Fintech Lending untuk Pinjaman Produktif dan Konsumtif

Tokopedia mengoperasikan anak usaha yang bergerak di bidang fintech p2p lending bernama Dhanapala dengan badan hukum PT Semangat Gotong Royong. Perusahaan tersebut telah mengantongi surat tanda terdaftar dari OJK per Agustus tahun lalu, dan mulai beroperasi pada dua bulan kemudian.

Secara struktural, Dhanapala diisi oleh orang-orang Tokopedia. Mulai dari Nuraini Razak (Komisaris/VP of Corporate Communications Tokopedia), Sundfitris Lamhot Marulitua (Komisaris/VP Tokopedia), Samuel A.D. Sentana (CEO/AVP of Fintech Tokopedia), dan Nadhira Ayuningtyas (COO/Head of Product Fintech Tokopedia).

Namun, kepada DailySocial, Komisaris Dhanapala Nuraini Razak menyatakan bahwa Dhanapala memiliki tim tersendiri yang jumlahnya hampir 50 orang. Mereka semua bekerja di lokasi yang sama dengan kantor pusat Tokopedia.

Menarik untuk ditelisik adalah mengapa Tokopedia tertarik untuk terjun langsung memberikan pembiayaan, meski perusahaan sendiri sudah bermitra dengan banyak fintech lending dan institusi keuangan lainnya untuk membiayai modal usaha untuk merchant mereka.

Nuraini hanya menjelaskan bahwa kebutuhan pembiayaan modal usaha itu sangat besar, terutama untuk pengusaha yang belum bankable. Sehingga kue tersebut tidak secara eksklusif bisa dinikmati oleh perusahaan tertentu saja.

“[Intinya] untuk memudahkan akses permodalan usaha, contohnya seller UMKM di Tokopedia ada lebih dari 8 juta, banyak yang masih memerlukan modal usaha untuk mengembangkan usahanya, khususnya masyarakat yang tidak bankable,” paparnya, kemarin (4/8).

Produk Dhanapala

Dhanapala memosisikan dirinya sebagai fintech lending untuk pembiayaan konsumtif dan produktif. Penawarannya tidak jauh berbeda dengan kebanyakan pemain sejenisnya.

Untuk konsumtif, disediakan pinjaman mulai dari Rp2 juta hingga Rp5 juta dan pilihan tenor tersedia 3, 6, hingga 12 bulan. Bunga yang dikenakan mulai dari 2%-3% per bulan.

Sedangkan nominal pinjaman produktif mulai dari Rp2 juta hingga Rp200 juta. Bunga yang ditetapkan mulai dari 1,5%-2,5% per bulan. Bunga tersebut akan ditentukan berdasarkan tingkat risiko dari proses skoring kredit oleh tim.

Seluruh proses pengajuan dilakukan dengan digital, dengan proses verifikasi yang memakan waktu kurang dari 15 menit dan pencairan dana dalam waktu kurang dari lima menit. Apabila ada keterlambatan pembayaran, ada denda yang dikenakan sebesar 0,1% per hari dari jumlah pinjaman yang tersisa.

Dalam menawarkan produk ini, selain dapat diakses langsung melalui aplikasinya, Dhanapala telah terhubung dengan platform Tokopedia untuk produk Modal Toko. Di dalam produk tersebut, selain Dhanapala juga ada Modalku yang menjadi mitra awal sejak pertama kali diinisiasi.

Nuraini mengatakan dalam waktu dekat perusahaan akan membuka kesempatan untuk lender individu bergabung. Saat ini lender di Dhanapala baru berasal dari institusi, meski dia enggan mendetailkan nama perusahaannya.

“Untuk [lender] individual sebetulnya baru mau launching, jadi lagi proses. Tunggu annoucement-nya ya.”

Dari situs perusahaan, tercatat per Maret kemarin, telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp24,2 miliar untuk 4.918 pengajuan yang dilakukan oleh 4.777 peminjam.

Tren marketplace seriusi fintech lending

Arah Tokopedia masuk ke p2p lending juga dilakukan oleh Shopee yang mulai menyeriusi bisnis fintech-nya melalui ShopeePay, mengembangkan ShopeePayLater dan ShopeePinjam.

Keduanya kini memiliki (kalau Shopee bermitra) dengan fintech lending yang ditawarkan untuk para penggunanya, baik itu konsumer maupun merchant online-nya. Karena punya basis pengguna yang kuat, maka penawaran produk fintech yang telah disesuaikan dengan kebutuhan ini bisa diterima dengan baik.

OJK selaku regulator di sektor ini menyiapkan karpet merah untuk siapa pun yang ingin mengoperasikan perusahaan fintech lending. Hanya saja ada persyaratan yang ketat sebelum mendapat izin, seperti memiliki lebih dari 20 SOP yang mengatur tata cara pengendalian internal, collection, perlindungan data, dan sebagainya, memiliki ISO 27.001.

Berikutnya, punya escrow account terpisah dan virtual account untuk lender, memiliki tanda tangan digital dan e-KYC procedure, terintegrasi dengan asuransi kredit, dan bekerja sama dengan lembaga pengelola informasi perkreditan.

Berdasarkan statistik OJK per 10 Juli 2020, total penyelenggara fintech p2p lending sebanyak 158 entitas. Sebanyak 33 entitas telah mengantongi tanda bukti perizinan dan 125 entitas lain masih berstatus terdaftar. Dari jenis bisnisnya, 147 entitas merupakan perusahaan konvensional dan 11 entitas lain berbasis syariah.

Application Information Will Show Up Here

Telunjuk Resmi Rilis Layanan Compas, Dasbor Analisis Pasar E-commerce

Platform pembanding harga Telunjuk meresmikan produk terbarunya Compas dalam versi beta, sebuah dasbor e-commerce market insight untuk memfasilitasi lebih banyak pengusaha online mengembangkan usahanya. Pengumuman ini sebenarnya sudah dihembuskan kepada DailySocial pada tahun lalu.

Co-Founder dan CEO Telunjuk Hanindia Narendrata menuturkan, banyak pelaku UKM yang belum mengadaptasi peran data yang sebetulnya menguntungkan bisnis mereka. Data pendukung itu diolah menjadi market insight yang dapat meningkatkan penjualan karena menyasar audiens dan mengaplikasikan strategi bisnis yang tepat.

Inteligensi bisnis yang kerap dikaitkan dengan pemanfaatan data sejatinya akan membantu bisnis memantau kondisi perusahaan dan pasar dengan memberikan data yang berkaitan dengan data historikal, maupun saat ini untuk menganalisis masalah dan perencanaan ke depannya.

“Namun masih banyak UKM yang belum sadar terhadap kepentingan karena dianggap membingungkan dan memilih untuk tetap menggunakan cara yang tradisional. Compas berinisiasi untuk membantu pelaku UKM melalui penetapan harga, serta menyajikan pemahaman terhadap persaingan dalam industri,” kata Hanindia dalam keterangan resmi, Rabu (5/8).

Dia melanjutkan, “Berada dalam lingkup data-driven company membuat kami memiliki tugas untuk mengedukasi pemilik usaha atas pentingnya data bagi perkembangan bisnisnya agar mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat.”

Compas diharapkan dapat membantu para pelaku UKM di Indonesia. Menurut BPS, terdapat 64,2 juta unit UKM, namun baru 13% di antaranya yang telah go digital. Di dalam Compas, pengguna dapat melihat online market share data yang dirangkum dari empat pemain e-commerce yakni Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan JD.id, price monitoring, placement health check, dan promo monitoring.

“Ke depannya kami akan mengambil langkah besar untuk lebih memperkenalkan pemanfaatan data kepada pasar yang lebih luas dan menggaet setidaknya 70 ribu UKM pada akhir tahun ini, termasuk melalui bentuk kerja sama dengan berbagai pihak,” tutup dia.

Telunjuk berdiri sejak 2012 silam, telah mendampingi 3 juta pembelanja setiap bulannya untuk berbelanja di lebih dari 65 platform e-commerce dan marketplace di Indonesia dengan 140 juta produk pilihan dari berbagai kategori.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak and Bank Mandiri Added a New Initiative to Empower Small Shops as Financial Agents

The strategy to acquire small shops as financial agents is getting discovered by both corporations and startups. After BRI with Grab, Bukalapak collaborated with Bank Mandiri to realize the plan this year.

As reported by Reuters, Bukalapak and Mandiri will encourage the micro retailer segment by increasing the role of small shops as an officeless financial services agent. Both are developing a model for this collaboration.

By planting it as a financial agent, the small shops can help people without smartphones to access financial services, especially basic services such as opening saving account.

In contact with DailySocial, Bukalapak did not elaborate on further development plans of the financial services agent initiative with Mandiri. However, Bukalapak’s Director of Payment, Fintech and Virtual Products, Victor Lesmana, ensures that this cooperation is to empower Warung Mitra Bukalapak and utilize QRIS (Quick Response Indonesian Standard) for payment transactions.

The expectation is for Warung Mitra Bukalapak to become an ‘agent of change’ to open the way to financial inclusiveness. This is because SME still dominates 65% -70% of retail transactions in Indonesia. It means, its presence is expected to not only encourage economic prosperity but also help reduce economic inequality.

“This collaboration is to increase access to financial services, especially for the unbanked and underbanked population. The use of QRIS has placed Mandiri as the largest ATM network in Indonesia,” he said.

Furthermore, Victor said Warung Mitra Bukalapak now has access to the Kirim Uang feature. This feature allows shop owners to help people send money.

Meanwhile, since the early 2020, Bukalapak has launched several other features for Warung Mitra Bukalapak, Bayar Tempo, top-up e-money, and Jutawan to provide added value in revenue and capabilities. Since  July 2020, there are 5.5 million Warung Mitra Bukalapak around 189 cities and districts throughout Indonesia.

DailySocial tries to reach Mandiri regarding this matter, but there has been no further response.

Financial access to the unbanked

The initiative from Bukalapak and Mandiri, adds a series of partnerships and similar services provided by Grab and BRI. In this case, BRI through BRILink and Grab Indonesia through GrabKios utilizes QRIS for payment systems.

As of June 2020, there were 429 thousand customers who became BRILink agents, 13 thousand of whom had already used the QRIS system. While GrabKios, which has been present since 2014, has pocketed more than 2.8 million partners with networks spread across 505 cities and districts in Indonesia.

This indicates how the financial and digital industries look at small shops as an appropriate touch point to reach unbanked and underbanked people.

Aside from small shops, the banking sector has also aggressively collaborated with startups to expand access to financial services in recent years by making it a front-end platform. The targeted vertical business platforms range from ride-hailing, marketplaces to P2P lending.

BRI, for example, has partnered with Grab, Tokopedia, and Traveloka to open financial access, such as opening saving accounts and online lending. Recently, BRI opened a special channel for entirely digital-based saving account opening, including the KYC process.

In addition,  the financial industry is also anticipating the big plans for some banks to realize digital banks with new entities and branding. Despite the collaboration and products, banking and startup innovations want to support equal access to finance.

According to Google, Temasek, Bain & Company report in October 2019, there were 92 million Indonesians in the unbanked segment (50.83%), followed by the banked segment at 42 million people (23.20%), and the underbanked segment 47 million (25.97%).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bukalapak dan Bank Mandiri Tambah Deretan Upaya Pemberdayaan Warung untuk Agen Keuangan

Strategi menggaet warung kelontong sebagai agen layanan keuangan semakin dilirik, baik korporasi maupun startup. Setelah BRI dan Grab, tahun ini Bukalapak berkolaborasi dengan Bank Mandiri untuk merealisasikan rencana tersebut.

Sebagaimana dikutip Reuters beberapa waktu lalu, Bukalapak dan Mandiri berupaya mendorong segmen micro retailer dengan meningkatkan peran warung melalui agen layanan keuangan tanpa kantor. Keduanya tengah melakukan pengembangan model kerja sama untuk kolaborasi ini.

Dengan memanfaatkannya sebagai agen keuangan, keberadaan warung dapat membantu masyarakat yang tidak memiliki smartphone untuk mengakses layanan keuangan, terutama layanan dasar seperti pembukaan rekening.

Dihubungi DailySocial, Bukalapak tidak merinci bagaimana rencana pengembangan agen layanan keuangan dengan Mandiri selanjutnya. Namun, Director of Payment, Fintech and Virtual Products Bukalapak Victor Lesmana memastikan bahwa kerja sama ini dapat memberdayakan Warung Mitra Bukalapak dan memanfaatkan QRIS (Quick Response Indonesian Standard) untuk transaksi pembayaran.

Pihaknya berharap Warung Mitra Bukalapak dapat menjadi ‘agen perubahan’ untuk membuka jalan menuju inklusivitas keuangan. Hal ini karena warung mendominasi sebanyak 65%-70% transaksi ritel di Indonesia. Artinya, keberadaan warung diharapkan tak hanya mendorong kemakmuran perekonomian, tetapi juga membantu mengurangi ketidaksetaraan ekonomi.

“Kerja sama ini untuk meningkatkan akses terhadap layanan keuangan, terutama yang belum punya akses ke perbankan, yaitu underbanked dan unbanked. Pemanfaatan QRIS menjadikan Mandiri sebagai bank dengan jaringan ATM terbesar di Indonesia,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Victor berujar bahwa saat ini Warung Mitra Bukalapak sudah bisa mengakses layanan Kirim Uang. Fitur ini memungkinkan pemilik warung untuk membantu masyarakat mengirim uang.

Adapun, sejak awal 2020, Bukalapak sudah meluncurkan beberapa fitur lainnya untuk Warung Mitra Bukalapak, yaitu Bayar Tempo, top up e- money, dan Jutawan untuk memberikan nilai tambah bagi pendapatan dan kapabilitas.  Hingga Juli 2020, terdapat sebesar 5,5 juta Warung Mitra Bukalapak yang tersebar di 189 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.

DailySocial sudah menghubungi pihak Mandiri terkait hal ini, tetapi belum ada respons lebih lanjut.

Akses keuangan terhadap unbanked

Masuknya Bukalapak dan Mandiri, menambah deretan kemitraan dan layanan serupa yang dilakukan Grab dan BRI. Dalam hal ini, BRI melalui BRILink dan Grab Indonesia melalui GrabKios memanfaatkan QRIS untuk sistem pembayaran.

Hingga Juni 2020, terdapat 429 ribu nasabah yang menjadi agen BRILink, 13 ribu di antaranya sudah menggunakan sistem QRIS. Sementara GrabKios yang hadir sejak 2014, telah mengantongi lebih dari 2,8 juta mitra dengan jaringan yang tersebar di 505 kota dan kabupaten di Indonesia.

Ini menandakan bagaimana industri keuangan dan digital melihat warung sebagai touch point yang tepat untuk menjangkau masyarakat unbanked dan underbanked.

Selain warung, sektor perbankan juga semakin agresif menggandeng startup untuk memperluas akses layanan keuangan dalam beberapa tahun terakhir dengan menjadikannya sebagai front-end platfrom. Vertikal bisnis platform yang dibidik beragam, mulai dari ride hailing, marketplace, hingga P2P lending.

BRI, misalnya, sudah menggandeng Grab, Tokopedia, dan Traveloka untuk membuka akses keuangan, seperti pembukaan rekening dan online lending. Bahkan baru-baru ini, BRI membuka channel khusus untuk pembukaan rekening yang sepenuhnya dilakukan berbasis digital, termasuk proses KYC.

Tak hanya itu, industri keuangan juga sedang mengantisipasi rencana besar sejumlah bank untuk merealisasikan bank digital dengan entitas dan branding baru. Apapun kolaborasi dan produknya, inovasi perbankan dan startup ingin mendukung pemerataan akses keuangan.

Laporan Google, Temasek, Bain & Company pada Oktober 2019 mencatat ada sebanyak 92 juta masyarakat Indonesia masuk ke dalam segmen unbanked (50,83%), diikuti dengan segmen banked sebanyak 42 juta jiwa (23,20%), dan segmen underbanked 47 juta (25,97%)

Application Information Will Show Up Here

Kick Avenue Berambisi Menjadi Juara untuk Marketplace Sneaker

Semakin matangnya adopsi teknologi di Indonesia ditandai dengan orang yang sudah semakin biasa berbelanja secara online. Ini berbanding lurus dengan pertumbuhan bisnis e-commerce. Salah satu yang mencoba peruntungan adalah Kick Avenue. Hadir sebagai platform marketplace sneaker di Indonesia, mereka cukup percaya diri dengan capaian lebih dari 50 ribu transaksi dalam kurun waktu tiga tahun beroperasi.

Kick Avenue tepatnya dimulai pada Mei 2017 oleh Christopher Eko (CEO), Alwin Sasmita (CFO), dan Reinaldo Gunawan (CTO). Christopher menceritakan mereka sudah berhasil mendapatkan suntikan dana dari angle investor tepat ketika bisnis Kick Avenue baru berjalan enam bulan.

“Memasuki tahun ke 3, Kick Avenue sudah berhasil menjangkau lebih dari ratusan ribu pengguna (baik pembeli maupun penjual) dan berupaya untuk mengembangkan jaringan bisnis ke kategori luxury handbags dan collectibles lainnya,” ujar Christoper.

Kick Avenue berusaha memosisikan dirinya sebagai marketplace sneaker yang kredibel, untuk itu mereka membuat sistem autentikasi yang bertujuan untuk memastikan keaslian produk yang diperjual-belikan di sistem mereka. Selain itu Kick Avenue juga menglaim telah mengadopsi sistem bursa, yang nantinya harga produk yang terendah akan ditampilkan terlebih dahulu. Tujuannya agar konsumen mendapatkan sneaker dengan harga yang sesuai dengan harga pasaran dan dijadikan harga jual bagi pengguna yang ingin menjual koleksi sneaker mereka.

“Di dalam paket pembelian kami terdapat kartu garansi dengan nomor seri, tanggal verifikasi yang telah ditandatangani oleh verifikator sehingga dijamin aman dan original. Kami juga memberlakukan transparansi harga untuk ribuan database penjual yang ada di platform kami, karena barang-barang hypebeast seperti ini sangat rawan untuk dilakukan pemalsuan dan permainan harga,” lanjut Christoper.

Pandemi sejatinya telah menurunkan omzet banyak pedagang. Beberapa nama di sektor e-commerce pun terpaksa gulung tikar. Kendati demikian Kick Avenue cukup optimis dengan apa yang mereka lakukan.

Mengusung visi dan misi untuk bisa menjadi marketplace otentik yang terbesar di Indonesia dan juga Asia Tenggara mereka tak hanya fokus pada bisnis, tetapi juga teknologi. Kini mereka bisa diakses melalui website maupun teknologi dan tengah berusaha mengembangkan ke banyak hal lainnya.

“[…] teknologi menjadi fokus utama sejak awal pendirian perusahaan. Setelah menguasai pengembangan platform situs web dan aplikasi, kami berupaya juga untuk membuat system internal untuk warehousing dan authentication,” imbuh Christoper.

Kini selain sneaker brand kenamaan Kick Avenue juga mempunyai beberapa proyek pengembangan sneaker atau footwear lokal. Harapannya mereka bisa menciptakan sneaker lokal yang kekinian yang bisa bersaing di pasar global.

“Untuk proyek whitelabling footwear ini, diupayakan untuk melakukan strategic partnership baik dengan sisi manufaktur juga dengan sisi marketing. 2 sektor yang membutuhkan expertise khusus dari para penggelut usaha di bidang tersebut,” tutup Christoper.

Application Information Will Show Up Here

Perluas Tanggung Jawab Jabatan, Teddy Oetomo Ditunjuk Jadi Presiden Bukalapak

Bukalapak mengumumkan penunjukan Teddy Oetomo sebagai Presiden Bukalapak, menggantikan posisi Fajrin Rasyid yang resmi diangkat menjadi Direktur Digital Business Telkom Group. Dengan posisi baru ini, Teddy nantinya bersama dengan Rachmat Kaimuddin (CEO), Willix Halim (COO), dan Natalia Firmansyah (CFO) akan memimpin manajemen perusahaan.

“Dengan tugas utama yang nantinya bakal diterapkan adalah, untuk terus mendorong dan mempersiapkan Bukalapak menjadi sebuah organisasi yang kokoh, dengan tugas harian menjaga Bukalapak secara terus menerus, baik dari segi bisnis dan reputasi, agar dapat terus tumbuh berkembang menjadi perusahaan yang sustainable, yang pada akhirnya dapat berhasil merealisasikan misi Bukalapak, yakni a fair economy for all,” kata Teddy kepada DailySocial.

Teddy mengawali kariernya sebagai dosen, juga memiliki lebih dari 11 tahun pengalaman di bidang pasar modal dan manajemen aset. Di luar dari itu, Teddy juga telah mempublikasikan 7 tulisan di jurnal akademik internasional. Dia mendapatkan gelar PhD di bidang Ekonomi dari University of Sydney di tahun 2005.

Sebelum bergabung dengan Bukalapak, Teddy adalah Head of Intermediary Business di Schroders Indonesia. Teddy juga menempati posisi selama 8 tahun (2006-2014) sebagai Head of Equity Research di Credit Suisse Indonesia.

Ekspansi posisi dan tanggung jawab

Teddy menempati posisi Chief Strategy Officer sejak tahun 2018 membawahi fungsi strategi dan investasi, corporate finance, customer satisfaction management, investment solutions & financing; akan diperluas meliputi fungsi legal.

“Kalau perusahaan sudah besar, tidak mungkin semua role dipegang satu orang. Di Bukalapak juga sama [..] strategi itu kadang butuh diam, take a step back, jangan diganggu. Kalau tidak, tidak bisa berpikir,” ujarnya.

Teddy menegaskan, corporate finance dan corporate communication menjadi bagian yang diurusnya. Termasuk di dalamnya adalah M&A yang akhir-akhir ini menghangat. Sejak tahun 2018 Bukalapak agresif menjalankan strategi M&A, meskipun cara yang ditempuh terbilang cukup unik. Langkah strategis yang dilakukan oleh Bukalapak tahun 2018 di bawah kepemimpinannya sebagai CSO adalah, melakukan akuisisi terhadap talenta dan teknologi Prelo.

Application Information Will Show Up Here

India-Based Ecommercee Enabler Perpule Arrived in Indonesia

Perpule, an Indian e-commerce startup, took its ECommerce + service into Southeast Asia. Indonesia has become one of the main market share targets. Perpule specifically aims for offline retailers in fashion, groceries, electronics, and food.

Perpule Ecommerce+ on the other hand is a service that allows the business customer to create its own website and application. As developed with PWA technology, this service is claimed to be able to improve user experience up to 70%. Perpule also has Perpule UltraPOS which offers cash flow management in the application.

Perpule is quite optimistic targeting to capture 20% market share of e-commerce in Southeast Asia with services that help transform offline retailers into online. Perpule’s internal data states that the Southeast Asian retail market has a value of more than US$700 billion and people are starting to adopt the technology, especially in e-commerce.

“We are delighted to be able to enter the Southeast Asian market and will try to serve customers in the best possible way through technology-based platforms. We are very pleased to be able to officially launched in Indonesia, Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapore, and the Philippines and will do anything to help retail succeed in their online travel,” Perpule‘s CEO and Co-founder, Abhinav Pathak said.

Perpule team in Bengaluru
Perpule team in Bengaluru

Indonesia to Perpule

Perpule team told DailySocial that they see Indonesia as a country with digital transformation evolved for the past 5-10 years. Also, they believe that Indonesia is the right market for their global investment.

Perpule, with its technology, strives to help Indonesia’s offline retailers. The increasingly mature e-commerce and logistics industry is the right time for Perpule to offer its technology to retail businesses in Indonesia.

“Honestly, because Indonesia has quite a geography and everyone aims to a significant market share. There are some local players and international giants who are trying to penetrate the market, but we are very confident with our strong-offering product and help us navigate the competition,” Pathak explained.

As one of the e-commerce enabler players, Perpule is in competition with some other like Sirclo, Jubelio, EgogoHub Indonesia, 8Commerce, and others. Not to mention there are some other more specific services such as Qasir, Cashlez, Moka, Doku, and iPaymu for POS and Payment Gateway; Pakde and Waresix for warehousing solutions; to large marketplaces such as Tokopedia and Bukalapak which currently held many programs for the digital transformation of business owners.

“We always come with new markets and a very aggressive strategy to accelerate the growth of our global growth ambitions. Indonesia is very close geography and dear to our hearts and we want to help retailers as much as possible in this market to accelerate their e-commerce journey and make them successful,” Pathak added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Blibli Lakukan Penyesuaian Strategi Omnichannel

Blibli melakukan adaptasi penyesuaian strategi omnichannel selama pandemi berlangsung. Strategi ini termasuk elemen penting dalam perusahaan, yang tak hanya mengenai transaksi saja tapi juga soal pembayaran, operasional, dan logistik.

EVP of Consumer Goods Blibli Fransisca Krisantia Nugraha menerangkan, pihaknya menahan rencana ekspansi lokasi baru untuk Blibli Offline Store sampai akhir tahun ini. Blibli Offline Stores adalah gerai offline yang cashless dan cashierless, konsumen cukup menggunakan aplikasi Blibli untuk checkout barang secara mandiri.

Adapun gerai ini baru diresmikan pada Februari 2020, baru ada satu lokasi di Gedung Sarana Jaya, Jakarta. Lalu sebulan kemudian ditutup tepat saat PSBB diberlakukan hingga Mei kemarin. Gerai kembali dibuka dengan penyesuaian baru pada akhir Juni ini.

“Ekspansi akan kita re-strategize lagi, bahkan tunda ekspansi pada tahun ini. Kemungkinan baru mulai [ekspansi] tahun depan, tapi R&D tetap kami jalankan,” terangnya kepada DailySocial.

Penyesuaian berikutnya adalah solusi omnichannel lainnya yang sudah dirilis perusahaan, yaitu Blibli InStore kini tersedia dalam bentuk aplikasi untuk seller. Tujuannya agar seller dapat bekerja sama dengan brand gadget besar untuk memperluas metode pengiriman dan pembayaran agar pelanggan semakin banyak opsi berbelanja walau di tengah kondisi sekarang.

Dengan adaptasi seperti ini, sebenarnya adalah hal yang baik buat Blibli agar tetap relevan karena perusahaan percaya tren omnichannel ke depannya di Indonesia akan jauh menjanjikan. Menurut Fransisca, pandemi telah mengakselerasi adopsi e-commerce oleh seller maupun pelanggan karena layanan e-commerce dapat memberikan layanan yang stabil di tengah situasi yang menantang.

“Di April 2020, jumlah seller di Blibli bahkan naik 90% dari tahun ke tahun dengan maraknya seller membuka toko online agar bisa meneruskan usaha mereka.”

Percepatan tersebut adalah hal positif bagi omnichannel, karena konsumen dan pelanggan semakin menyadari kekuatan online retail. Di tambah, mereka dapat merasakan berbagai keuntungan dari online retail saat melakukan offline retail. Omnichannel akan menjadi solusi yang menggabungkan kekuatan online dan offline retail ke dalam satu pengalaman belanja yang terintegrasi.

“Jadi ketika toko offline mulai beroperasi seperti biasa, mereka bisa mengadopsi omnichannel untuk menggabungkan offline dan online sales channel untuk semakin mengembangkan usaha.”

Untuk menyambut tren itu tiba, perusahaan tidak hanya mengeluarkan inovasi di bidang omnichannel saja, tapi juga edukasi seller tentang berbagai manfaat dari penerapan solusi omnichannel.

Selain Blibli Offline Store dan Blibli InStore, perusahaan telah merilis dua solusi omnichannel lainnya. Yakni, Blibli Click&Collect (membeli produk seller secara online dan mengambil produk di toko offline seller untuk mendapatkan layanan after-sales service) dan Blibli Mitra (menyasar pemilik warung dan toko kelontong untuk berjualan produk digital dan membeli produk dagangan dengan harga grosir).

Tambah kategori Menu Restoran

Sebagai bagian dari strategi omnichannel, Blibli meresmikan kategori baru di dalam kategori Groceries BlibliMart untuk hidangan makanan dan minuman siap saja, dinamai “Menu Restoran”. Di dalamnya, terdapat kurasi pilihan menu makanan dan minuman yang bisa dipilih konsumen Blibli dengan pengiriman instan.

Fransisca menjelaskan, menu tersebut sebenarnya sudah dimulai sejak April kemarin dengan menghadirkan kopi literan. Lalu kurasi berkembang menjadi hidangan siap saji yang disuguhkan pengusaha F&B, mulai dari skala mikro hingga besar, menawarkan produk ready-to-eat, drink, cook, and heat.

Karena Blibli bukan marketplace, jadi seller yang ingin bergabung harus melalui proses kurasi yang ketat sebelum onboarding ke platform e-commerce. Blibli menyiapkan tim khusus untuk mempercepat proses tersebut, sekaligus memastikan yang bergabung adalah brand principal; distributor resmi; dan peritel yang sudah berpengalaman melayani pelanggan.

Di samping itu, pebisnis dapat memanfaatkan jaringan gudang milik Blibli untuk ekspansi usahanya, tanpa harus membuka cabangnya di sana. Adapun Blibli memiliki 20 gudang di 15 kota besar di Indonesia. Mereka yang sudah gabung saat ini mencapai lebih dari 50 brand dan yang masih dalam proses verifikasi ada lebih dari 100 brand.

“Pengirimannya kita pakai kurir internal dan eksternal, ada Grab dan Gojek. Saat ini pebisnis yang sudah gabung lokasinya terbanyak dari Jabodetabek, Bandung, Medan, Surabaya, dan Denpasar.”

Sejak pertama kali meluncur, menu ini diklaim mendapat antusiasme yang baik dari konsumen. Jumlah pemesanan meningkat sebesar enam kali lipat antara April-Juni 2020. Hidangan yang paling banyak dipesan adalah bakmi, bakso, dan spaghetti, untuk minuman ada kopi susu, earl grey tea, dan cokelat.

Application Information Will Show Up Here

Wahyoo Launches Online Platform to Shop Groceries Langganan.co.id.

Wahyoo Group, a startup focused on digitizing small shops, launched Langganan.co.id. It is an e-commerce groceries targeting residential communities, such as residential areas or apartments.

Wahyoo’s Founder & CEO Peter Shearer told DailySocial that the new platform targets a different market of Wahyoo. Langganan.co.id is present and run using Wahyoo’s infrastructure such as inventory, warehouses, and logistics which are usually used to serve food stall owners.

“With langganan.co.id, we want to reduce the distribution cost while providing greater volume to our suppliers,” Peter said.

Langganan.co.id started its operation in June 2020 and currently improving. With the existing buying and selling features, they have recently reached several housing or apartments, such as Green Lake City, Alam Sutera, Cipondih, Taman Royal, Banjar Wijaya, Modernland, Gading Serpong, Karawaci, Metro Permata, Ciledug, Puri, to PIK.

Tampilan situs Langganan.co.id
Langganan.co.id homepage

Online groceries high demand amid pandemic

The existence of Langganan.co.id enlivens similar innovations that some Indonesian startups also performed, such as Deliveree, UbIklan, Lazada, Travelio, and others. During the pandemic, some companies are adapting to new innovation, it is to maintain business growth or to survive.

Aside from internal innovation, businesses usually collaborate to seize opportunities. Bukalapak, for example, started to work with Happy Fresh to provide online grocery services, this is to answer users’ high demand.

Adjustments can sometimes be made for business models. Kedai Sayur, for example, increased demand from individual consumers, and decreased demand from restaurants and hotels made them adjust their business models or pivots. They are now present online to fulfill individual requests.

Langganan.co.id is new indeed, but with Wahyoo’s infrastructure, experience, and expertise, it makes competition in the online grocery market even more attractive. Users have all the options, it is how each online grocery player managed the user experience and item’s quality.

“Soon, it is expected to expand to a wider area after only limited to several areas of West Jakarta and Tangerang. The objective is to become a convenient shopping choice for housewives who live in residential areas,” Peter concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Wahyoo Luncurkan Langganan.co.id, Platform Online untuk Belanja Sembako

Wahyoo Group, startup yang memiliki fokus untuk membantu digitalisasi di warung-warung, meluncurkan Langganan.co.id. Yakni sebuah e-commerce groceries yang menargetkan masyarakat residential, seperti di area perumahan atau apartemen.

Founder & CEO Wahyoo Peter Shearer kepada DailySocial menceritakan, platform barunya tersebut menargetkan pasar yang berbeda dengan Wahyoo. Hanya saja Langganan.co.id hadir dan beroperasi menggunakan infrastruktur milik Wahyoo seperti inventori, gudang, dan logistik yang biasanya digunakan untuk melayani pemilik warung makan.

“Dengan adanya Langganan.co.id ini kami ingin menekan ongkos distribusi dan juga memberikan volume lebih besar kepada supplier kami,” tegas Peter.

Langganan.co.id yang baru mulai beroperasi Juni 2020 kemarin ini masih terus berusaha disempurnakan. Dengan fitur jual beli yang ada, hingga saat ini mereka sudah menjangkau beberapa perumahan atau apartemen, seperti Green Lake City, Alam Sutera, Cipondih, Taman Royal, Banjar Wijaya, Modernland, Gading Serpong, Karawaci, Metro Permata, Ciledug, Puri, hingga PIK.

Tampilan situs Langganan.co.id
Tampilan situs Langganan.co.id

Bisnis online groceries laku di masa pandemi

Kehadiran Langganan.co.id ini meramaikan inovasi sejenis yang juga dilakukan oleh beberapa startup Indonesia seperti Deliveree, UbIklan, Lazada, Travelio, dan lainnya. Di masa pandemi banyak pihak yang mulai menyesuaikan diri dan berinovasi, tujuannya untuk tetap bisa menjaga laju pertumbuhan bisnis atau untuk bertahan.

Selain dilakukan sendiri biasanya bisnis juga melakukan kolaborasi untuk menangkap peluang. Bukalapak misalnya, mulai menggandeng Happy Fresh untuk menyediakan layanan online groceries, ini demi memenuhi kebutuhan pengguna yang terbukti meningkat.

Penyesuaian kadang bisa dilakukan untuk model bisnis. Kedai Sayur misalnya, meningkatnya permintaan dari konsumen perorangan dan menurunnya permintaan dari resto dan hotel membuat mereka melakukan penyesuaian model bisnis atau pivot. Sekarang mereka hadir secara online untuk memenuhi permintaan perorangan.

Langganan.co.id memang tergolong baru, tetapi dengan infrastruktur, pengalaman, dan keahlian yang dimiliki Wahyoo membuat persaingan di pasar online groceries ini semakin menarik. Pengguna sekarang memiliki banyak pilihan, tinggal bagaimana masing-masing pemain online groceries ini mengelola pengalaman pengguna dan kualitas barang yang dimiliki.

“Harapannya agar bisa segera ekspansi ke wilayah yang lebih luas, karena saat ini masih terbatas di beberapa wilayah Jakarta Barat dan Tangerang saja. Targetnya adalah agar bisa menjadi pilihan berbelanja yang nyaman bagi ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di residential area,” tutup Peter.

Application Information Will Show Up Here