Rawdemy Hadirkan Kelas Online Belajar Anak untuk Mengasah Keterampilan Kognitif

Dirilis bulan September 2022 lalu, platform edtech yang fokus kepada keterampilan kognitif “Rawdemy” hadir memberikan pilihan baru kepada orang tua untuk mendidik dan mengasah bakat terpendam anak.

Didirikan oleh Hendriko Firman (CEO) dan Fatahul Akbar (CTO), Rawdemy juga memiliki misi memberikan penghasilan tambahan kepada guru honorer hingga instruktur yang memiliki kemampuan untuk memberikan pelatihan dan keterampilan kepada anak.

“Spesialisasi kami adalah lebih fokus kepada pelajaran di luar sekolah. Berbeda dengan platform edtech lainnya yang lebih fokus kepada pendidikan formal. Kami ingin mendorong lebih banyak guru untuk mengajarkan kegiatan ekstra kurikuler kepada anak secara online,” Hendriko.

Memanfaatkan tools seperti Zoom dan Google Meet pelaksanaan kelas, nantinya orang tua yang ingin mendaftarkan anak-anak mereka bisa memanfaatkan situs web Rawdemy. Jika sudah ditemukan kelas yang sesuai, bisa dilanjutkan ke proses pembayaran. Untuk satu kelas, Rawdemy menyediakan pilihan 1-5 anak, berusia usia 3 sampai 10 tahun. Hal ini dilakukan agar saat belajar nanti, bisa dengan mudah dipahami dan memberikan hasil yang positif untuk kemajuan anak.

Konsep ini yang diklaim menjadi unggulan Rawdemy, yaitu proses belajar-mengajar online secara langsung, bukan memanfaatkan video on-demand. Saat ini fokus Rawdemy adalah masih mengumpulkan instruktur atau guru yang memiliki ketrampilan seni, desain, olahraga hingga bahasa.

“Fokus kita saat ini adalah wilayah Jabodetabek dulu. Namun dengan konsep yang kita tawarkan, tidak menutup kemungkinan dari daerah di luar Jabodetabek juga bisa menggunakan platform Rawdemy,” kata Hendriko.

Rademy masih menjalankan bisnis secara bootstrap. Meskipun telah mendapatkan sedikit penghasilan, perusahaan tidak secara agresif melakukan penggalangan dana. Fokus mereka saat ini adalah menjalin kolaborasi dengan institusi terkait, menambah jumlah pengajar dan awareness kepada orang tua dan anak. Namun demikian jika menemukan investor yang tepat, peluang tersebut tetap terbuka.

“Fokus kita sejak awal adalah memecahkan masalah yang ada. Dengan demikian kita juga tidak memiliki budget yang banyak untuk kegiatan lainnya, berbeda dengan platforme edtech lainnya,” kata Hendriko.

Di Indonesia sendiri tercatat saat ini ada beberapa platform yang secara khusus menyasar kepada anak-anak, namun dengan fokus pendidikan yang beragam. Mulai dari kelas bahasa untuk anak Kiddo hingga Kalananti yang merupakan pusat edukasi anak usia 5-12 tahun.

Tingkatkan kesejahteraan guru honorer

Tercatat saat ini guru honorer kebanyakan memiliki gaji yang kecil. Guru anak, khususnya yang mengajar di SD daerah-daerah berkisar dibawah Rp1 juta. Bahkan ada yang hanya mendapat Rp300 ribu per bulan, atau hanya Rp10.000 rupiah seharinya. Kondisi ini cukup miris, karena justru 20% dari anggaran belanja pemerintah adalah pendidikan.

Salah satu upaya untuk bisa meningkatkan kesejahteraan para guru honorer adalah dengan memiliki pekerjaan sampingan. Melalui Rawdemy bisa mereka manfaatkan untuk memberikan pelajaran ketrampilan di luar pendidikan formal yang biasa mereka lakukan setiap harinya. Salah satu alasan mengapa Rawdemy tertarik bermitra dengan guru honorer adalah, latar belakang dan kemampuan mereka untuk memberikan pelajaran kepada anak.

Sebelum bisa menjadi instruktur di Rawdemy, perusahaan melakukan kurasi kepada calon instruktur tersebut, demikian juga dengan melakukan evaluasi kelas yang akan mereka berikan kepada anak. Jika semua sudah memenuhi ketentuan dari Rawdemy, mereka bisa secara bebas membuka kelas secara online.

“Salah satu alasan mengapa kelas offline untuk belajar gitar, bahasa, dan lainnya menurun jumlahnya saat ini adalah besarnya pengeluaran untuk setiap kegiatan. Dengan memindahkan konsep tersebut secara online, bisa membantu mereka yang memiliki sanggar tari atau lainnya dengan menjangkau lebih banyak murid belajar di berbagai daerah,” kata Hendriko.

Saat ini kelas yang paling banyak dipilih orang tua untuk anak mereka adalah kelas bahasa. Ke depannya Rawdemy juga ingin menambahkan kelas untuk les biola, menggambar dan lainnya khusus untuk anak.

Untuk biaya yang dikenakan setiap sesi kelasnya adalah Rp45 ribu s/d Rp100 ribu. Untuk pilihan pembayaran saat ini hanya ada pilihan bank transfer. Namun ke depannya Rawdemy memiliki rencana untuk menambah pilihan pembayaran lainnya. Pembagian komisi yang diberlakukan adalah 25% untuk Rawdemy dan 75% untuk instruktur.

“Sejak meluncur saat ini kami telah memiliki sekitar 52 instruktur. Targetnya di kuartal 4 tahun ini kami bisa merekrut sekitar 500 intsruktur untuk bergabung ke dalam platform,” kata Hendriko.

Algobash Bahas Potensi Talenta Digital Lokal di Indonesia

Riset McKinsey dan Bank Dunia mengatakan, untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0, Indonesia membutuhkan sebanyak 9 juta talenta digital; atau 600 ribu talenta setiap tahun selama 2015 hingga 2030. Untuk itu diperlukan berbagai strategi dari hulu ke hilir untuk memastikan adanya pemenuhan kebutuhan tersebut.

Sejumlah startup akhirnya turun tangan mencoba menyelesaikan masalah tersebut, sebagian mencoba di sisi hulu dengan mengupayakan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan industri. Sebagian lainnya bermain di sisi hilir dengan mengupayakan penyaluran SDM terlatih kepada industri.

Salah satu yang bermain di hulu adalah Algobash. Layanan mereka didesain bukan hanya mampu melakukan proses assesment pegawai memanfaatkan teknologi, namun  juga menyediakan kompetisi dan kursus coding secara cuma-cuma bagi mereka yang terdampak dari PHK di startup hingga perusahaan teknologi.

Dalam sesi #Selasastartup Co-founder Algobash Elfino Sitompul menyampaikan cara cerdas bagi perusahaan dan calon developer untuk bisa mendapatkan peluang bekerja di korporasi di masa sulit seperti saat ini.

Peluang bekerja di perbankan

Salah satu fakta menarik yang dibagikan oleh Elfino, dulu penyerapan developer paling banyak dari industri e-commerce. Namun kini mulai banyak kalangan perbankan (termasuk bank digital) yang juga secara masif mencari talenta digital. Bukan hanya untuk developer saja, namun juga konsultan risiko dan posisi terkait teknologi lainnya.

Menurut Elfino peluang inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Algobash dan tim, untuk menyediakan talenta yang relevan. Di sisi lain mereka yang sedang mencari pekerjaan baru, juga bisa memanfaatkan kesempatan tersebut.

Proposisi nilai yang ditawarkan dalam platform Algobash adalah memastikan proses rekrutmen yang objektif, nonbias, dan masif melalui solusi coding test dan pre-employment assessment. Hal tersebut tidak hanya membantu perusahaan terhindar dari risiko bad hiring, tetapi juga memastikan kesempatan kerja yang setara dan rata untuk seluruh talenta yang ada.

“Namun demikian karena saat ini makin banyak talentanya, perbankan konvensional hingga bank digital juga menaikan standar assement mereka. Yang pada awalnya mungkin hanya 70 kini menjadi 75 untuk standar mereka,” kata Elfino.

Selain perbankan, perusahaan konsultan yang memiliki keterikatan kontrak dengan pemerintah dan kebanyakan adalah konsultan asing, juga banyak yang memanfaatkan Algobash untuk menemukan talenta digital lokal.

Meskipun saat ini sudah banyak platform asing yang menawarkan produk serupa dengan Algobash, namun dari sisi harga teknologi yang ditawarkan oleh Algobash menjadi lebih kompetitif. Sehingga ideal untuk dimanfaatkan oleh perbankan, perusahaan konvesional hingga startup.

Potensi talenta digital lokal

Terkait dengan potensi dari developer lokal saat ini, menurut Elfino saat ini sudah jauh lebih baik kualitasnya dan tidak kalah dengan talenta asing yang banyak mengisi posisi strategis di startup hingga perusahaan teknologi di Indonesia saat ini.

Namun dari sisi skill, akan lebih baik jika talenta lokal tidak hanya fokus kepada satu framework atau bahasa saja. Namun juga penting untuk bisa mencari ide atau menemukan solusi dari setiap masalah yang ada. Dengan demikian bisa meningkatkan kualitas mereka lebih baik lagi

Sebagai platform pembelajaran, Algobash juga ingin memberikan kesempatan kepada semua yang ingin meningkatkan karier atau ingin mencoba pekerjaan baru mereka di dunia teknologi. Tidak hanya mereka yang memiliki latar belakang pendidikan khusus, namun mereka yang tertarik dan menyukai coding, juga bisa memanfaatkan platform Algobash untuk mencari peluang bekerja di perusahaan yang sedang membutuhkan.

“Secara personal jika mereka belajar sendiri dari berbagai channel, akan jauh lebih menarik buat saya rekrut,” kata Elfino.

Menurut riset Microsoft dan LinkedIn, akan ada 98 juta pekerjaan yang membutuhkan talenta dengan skill digital di bidang software development pada tahun 2025. Pekerja dengan skill digital di bidang cloud atau komputasi awan juga akan semakin banyak dicari, dengan proyeksi 23 juta pekerjaan pada 2025.

Alodokter Meluncurkan Fitur Kuliah Online “Alomedika eCourse”

Startup healthtech Alodokter meluncurkan fitur kuliah online Alomedika eCourse bagi para dokter. Fitur ini diklaim sebagai yang pertama dihadirkan oleh startup healthtech di Indonesia, dan telah diakui oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai kursus online resmi.

Sebagai informasi, Alomedika merupakan platform komunitas dokter yang diluncurkan pada 2019. Platform tersebut dikembangkan agar seluruh dokter di Indonesia dapat memiliki akses terhadap pengetahuan, informasi, dan tren terkini seputar dunia medis.

Co-founder & President Director Alodokter Suci Arumsari mengatakan era digitalisasi di dunia medis berkembang sangat pesat. Sementara, dokter menjadi kunci utama dalam memberikan layanan kesehatan.

“Semakin berkualitas dokter di kalangan masyarakat, semakin baik pula kualitas kesehatan. Ini semua sesuai dengan komitmen Alodokter memberikan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat Indonesia,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Sementara, Senior Vice President Alomedika dr. Andi Marsali menambahkan fitur ini menjadi salah satu upaya untuk memberdayakan seluruh dokter melalui fasilitas keilmuan dan dukungan profesi dalam bentuk Satuan Kredit Profesi (SKP).

“Kolaborasi kami dengan IDI memungkinkan ini semua. Kami memberikan beragam cara bagi dokter untuk meraih SKP di Alomedika, seperti menyimak artikel Continuing Medical Education (CME), mengikuti program webinar mingguan, dan kini tinggal mengikuti eCourse,” jelasnya.

Alomedika eCourse masuk dalam kategori program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB), dokter peserta akan memperoleh SKP apabila menyelesaikan modul. Sekadar informasi, SKP dibutuhkan untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR) sebagai salah satu syarat memperpanjang Surat Izin Praktik (SIP) dokter.

Menariknya, seluruh poin SKP beserta sertifikat akan otomatis tersimpan pada akun pengguna dan dapat diunduh. Adapun, Alomedika eCourse membekali pre-test dan post-test di awal dan akhir modul. Selain itu, modul-modul tersebut akan dipandu oleh para dokter senior dari seluruh spesialis dan cabang ilmu kedokteran.

Untuk saat ini, modul-modul tersedia mulai dari treatment, studi, hingga penemuan baru dengan topik meliputi pendekatan klinis kasus nyeri, penanganan depresi, advanced suturing course, dan beberapa modul kegawatdaruratan sehari-hari.

Tak ketinggalan, dokter peserta dapat mengajukan topik menarik agar tetap berperan aktif dalam mengikuti perkembangan ilmu di dunia medis. Menurut pihak Alodokter, kegiatan ini memungkinkan Alomedika eCourse tetap dapat menghadirkan modul-modul keilmuan ter-update dan diminati para dokter.

Pengembangan inovasi

Dalam dua tahun terakhir, Alodokter terus menggencarkan pengembangan produk baru untuk memperkuat posisinya di pasar healthtech Indonesia, terutama menyambut pasca-pandemi nanti. Di tahun lalu, Alodokter meluncurkan layanan epharmacy Aloshop untuk mengakomodasi kebutuhan lebih dari 30 juta penggunanya.

Bagi perusahaan, Aloshop disebut sebagai epharmacy pertama yang berkomitmen penuh untuk bermitra dengan supply chain terpercaya di Indonesia. Aloshop juga menawarkan model bisnis yang sustainable dengan harga produk terjangkau pada kisaran 5%-20% di pasar epharmacy Indonesia.

Kemudian, Alodokter juga memperkenalkan fitur tes batuk yang di-embed ke dalam layanan telekonsultasinya. Untuk menghadirkan tes batuk jarak jauh ini, Alodokter menggandeng dengan perusahaan teknologi diagnosis kesehatan digital ResApp yang berbasis di Australia.

Suci sempat mengungkap bahwa fitur tersebut dapat memudahkan dokter untuk melakukan remote diagnostic pada suatu penyakit dan memberikan perawatan secara lebih efisien.

Application Information Will Show Up Here

Dekonstruksi GovTech Edu, Unit Edtech Telkom untuk Mendukung Ekosistem Pendidikan Indonesia

Proses belajar berbasis teknologi merupakan tren yang, jika eksekusi dengan tepat, dapat memperbaiki akses dan kualitas proses belajar. Edukasi berbasis teknologi (edtech) tidak hanya mengubah media penyampaian dengan menggunakan perangkat teknologi belajar, tetapi juga memahami paradigma dan proses kognitif siswa untuk menjalankan model pembelajaran berbasis digital.

Pendekatan solusi edtech dan target penggunanya memang beragam. Dalam menyelesaikan isu ini di Indonesia, perlu pemetaan melalui riset mendalam agar menghasilkan teknologi yang tepat guna. Hal inilah yang dilakukan GovTech Edu saat pertama kali dirintis.

“Hasil riset ini kami jadikan sebagai landasan dalam menciptakan dan mengembangkan teknologi tepat guna. Teknologi yang diciptakan dan dikembangkan harus bersifat inklusif dan dengan skala yang besar karena target dari pengguna teknologi ini tidak hanya terbatas pada kriteria tertentu. Cakupannya sangat luas dan beragam,” ucap COO GovTech Edu Daniel Tumiwa kepada DailySocial.id.

Pengenalan solusi GovTech Edu
Pengenalan solusi GovTech Edu

Apa itu GovTech Edu

GovTech Edu adalah unit independen yang dibentuk Telkom Indonesia untuk mengambil bagian dari tantangan besar yang ingin diselesaikan  Kemendikbudristek. GovTech Edu berada di bawah Direktorat Digital Business and Technology yang dipimpin Fajrin Rasyid, mantan President Bukalapak.

Tim GovTech kini berjumlah lebih dari 300 orang dengan pengalaman kerja di perusahaan teknologi dan multinasional. Mereka semua sepenuhnya bekerja secara online, mengingat dirintis pertama kali saat pandemi sedang hebat melanda. Jajaran petinggi GovTech Edu diisi tiga orang. Selain Daniel, ada Ibrahim Arief (CTO) dan Rangga Husnaprawira (CPO).

Berbeda dengan startup edtech pada umumnya, GovTech Edu memosisikan diri sebagai mitra Kemendikbudristek. GovTech Edu fokus mengembangkan teknologi untuk membantu pengelolaan sekolah dan peningkatan mutu pendidikan sesuai arah kebijakan Kemendikbudristek. Hal inilah yang menjadi pembeda eksklusif dibandingkan startup yang dibangun pihak swasta.

Kedua belah pihak melakukan riset untuk mendapatkan gambaran mengenai apa yang mendasari krisis pendidikan di Indonesia. Saat ini GovTech Edu masih fokus menciptakan solusi untuk Kemendikbudristek, dengan tujuan menciptakan inovasi yang tepat guna sehingga mendukung proses akselerasi transformasi pendidikan.

Output yang dihasilkan adalah area inovasi yang secara tata kelola bukan dirancang untuk kepentingan komersialisasi, melainkan untuk melayani masyarakat.

“Pembiayaan sepenuhnya dari Kemendikbudristek dengan menggunakan dana APBN,” ujar Daniel.

Seluruh karya pekerjaan ini sepenuhnya milik Kemendikbudristek. Telkom bertindak sebagai pihak yang menyediakan solusi secara menyeluruh. Solusi tersebut termasuk desain produk dan platform, pengembangan produk dan platform, mendukung proses transformasi digital dalam kementerian,  management project dan talenta digital yang sekarang berjumlah lebih dari 400 orang, dan pendalaman & pengembangan skema pendanaan dan organisasi yang ideal untuk pekerjaan sejenis.

Payung kebijakan Merdeka Belajar yang dikeluarkan kementerian merupakan terobosan dan solusi yang diharapkan membuka peluang bagi seluruh pemangku kepentingan, baik itu guru, murid, mahasiswa, dosen, agar dapat berpartisipasi aktif dan kompetitif dalam mengenyam pendidikan. Dua turunan dari kebijakan tersebut adalah hadirnya Kurikulum Merdeka dan platform Merdeka Mengajar yang diluncurkan pada Merdeka Belajar episode kelima belas.

Dalam membawa perubahan ini, guru punya peranan penting. Menteri Kemendikbudristek Nadiem Makarim menyampaikan, guru harus di-merdeka-kan, guru harus merdeka untuk mengajar, belajar, dan berkarya.

Jika guru memiliki kemampuan tersebut, GovTech Edu dapat mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan relevan untuk peserta didik.

“Hal inilah yang mendasari seluruh ekosistem teknologi pendidikan ini diciptakan dan dikembangkan. Agar guru dan seluruh pemangku kepentingan dalam ekosistem pendidikan saling terkoneksi satu sama lainnya, saling menginspirasi sehingga dapat berkembang bersama untuk mencapai tujuan transformasi pendidikan Indonesia.”

GovTech Edu

Tak hanya kementerian, GovTech Edu juga mengandeng berbagai mitra dalam berbagai inisiatif dengan beragam skala dan tujuan. Misalnya, mitra yang fokus pada pengayaan materi untuk platform Merdeka Mengajar dari berbagai penggiat pendidikan, NGO, dan edtech.

Contoh lainnya, mitra yang terlibat dalam penyusunan dan implementasi program-program kegiatan di luar kampus guna mendukung program Kampus Merdeka dan mitra lainnya yang berfokus pada penguatan SIPLah, dan AkunBelajar.id.

Daniel menuturkan, proses kerja sama dengan kementerian ini jadi tantangan yang dirasakan di awal. Misalnya, perbedaaan cara kerja yang harus mencocokkan antara cara kerja ala tim digital dengan pola kerja birokrat, dan sebaliknya. Kemitraan antara kedua belah pihak sejauh ini sudah berjalan selama dua tahun dan bekerja sama dengan beberapa direktorat jenderal.

Pada tahap awal GovTech Edu dianggap sebagai vendor, padahal sebenarnya adalah mitra. Seiring dengan peluncuran produk, fokus beralih pada performa dan hasil intervensi teknologinya, membuat segala sesuatu menjadi sangat selaras.

“Saat ini teknologi sudah menjadi bagian inti dari setiap perencanaan program di kementerian dan hal ini dapat dikatakan menjadi salah satu pembeda dari Kemendikbudristek dibandingkan institusi pemerintah lainnya.”

Produk GovTech Edu

CTO GovTech Edu Ibrahim Arief mengatakan, ada tantangan tersendiri bagi GovTech Edu saat mengembangkan produk yang tepat guna. Misalnya saat fase product design, harus memikirkan bagaimana produk dapat diterima dengan baik pengguna, langsung terasa manfaatnya, mudah digunakan, dan benar-benar membuat pekerjaan pengguna lebih baik.

Delighting our users adalah core philosophy kami. Dan semua aktivitas lainnya juga sejalan dengan filosofi yang berfokus pada pengguna. Kemudian tantangan lainnya adalah membangun infrastruktur cloud yang andal untuk menangani perubahan skala yang dibutuhkan setiap saat,” ucap Ibrahim, yang sebelumnya pernah bekerja di Bukalapak sebagai VP of Engineering.

Meski demikian, tantangan terbesar yang harus diselesaikan adalah menemukan teknologi terbaik yang bisa membantu memecahkan masalah yang dihadapi pemerintah dan masyarakat.

Siklus iterasi yang cepat antara Product Discovery, Product Development, dan Product Feedback yang sudah lazim dilakukan di industri digital adalah konsep yang baru bagi pemangku kepentingan di sisi pemerintah.

“Tapi seiring berjalannya waktu mereka [pemerintah] bisa berjalan seiring dengan semangat ini.”

Sejauh ini ada lima produk yang sudah dirintis GovTech Edu: Merdeka Mengajar; Rapor Pendidikan; ARKAS, SIPLah dan TanyaBos; AkunBelajar.id; dan Kampus Merdeka. Masing-masing produk menyasar kebutuhan berdasarkan masalah spesifik yang ingin dipecahkan.

GovTech Edu

Merdeka Mengajar adalah platform Learning Management System (LMS) yang membantu guru dalam mengajar sesuai kemampuan murid, mengakses materi pelatihan mandiri, membantu guru menginspirasi rekan sejawat dan terkoneksi dengan komunitas guru yang berlokasi di seluruh Indonesia.

“Kurang lebih sekitar enam bulan platform ini dirilis sudah memiliki 1,6 juta unduhan dengan rating 4.8 di Play Store. Juga memiliki 2,7 juta penguna aktif di situs dan aplikasi, serta menyediakan lebih dari 55 ribu konten di dalamnya.”

Kemudian, Rapor Pendidikan adalah dasbor tunggal yang membantu kepala sekolah dan guru mengidentifikasi, merefleksi, dan membenahi kualitas sekolah sesuai dengan kompilasi data hasil Asesmen Nasional, Data Pokok Pendidikan (Dapodik), Kompetensi Guru dan berbagai data terkait pendidikan lainnya yang diolah menjadi lebih dari 280 indikator.

Output yang dihasilkan dari produk ini adalah menyajikan data capaian murid (literasi dan numerasi), iklim keamanan sekolah, dan data lainnya. Sejak diluncurkan pada 1 April 2022, dalam empat bulan, Rapor Pendidikan telah terhubung dengan lebih dari 100 ribu satuan pendidikan dan 30 dinas pendidikan dna 475 dinas kabupaten/kota.

Berikutnya, ARKAS, SIPLah dan TanyaBos punya keterikatan satu sama lainnya karena dapat terintegrasi untuk memudahkan tata kelola, pengadaan barang, dan forum untuk berbagi informasi dan tanya jawab. ARKA adalah aplikasi tunggal tata kelola anggaran sekolah yang terintegrasi dengan data pusat dan regulasi terkini, sehingga membantu Satdik dalam proses administrasi yang lebih cepat, nyaman, dan aman.

SIPLah adalah platform pengadaan yang terintegrasi dengan mitra e-commerce dan puluhan ribu penyedia barang dan jasa. Para vendor ini telah memenuhi peraturan keuangan terkini karena sudah melengkapi dirinya dengan fitur regulasi pajak terbaru yang membua pelaporan satuan didik jadi lebih mudah. Terakhir, TanyaBos adalah forum tanya jawab seputar penggunaan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Setidaknya ada 3 ribu topik dalam forum tersebut.

AkunBelajar adalah akun resmi untuk akses berbagai program dan teknologi yang dibuat oleh Kemendikbudristek dan platform eksternal yang mendukung proses belajar mengajar yang lebih baik. Sebanyak 9 juta akun murid, guru, kepala sekolah, dan operator sekolah teraktivasi di dalamnya.

Terakhir, di tingkat lanjutan tersedia Kampus Merdeka untuk membantu persiapan karir bagi mahasiswa melalui berbagai pengalaman di luar kampus, menyediakan akses ke ribuan mitra industri dan organisasi, dan kesempatan mengembangkan diri dan pertukaran budaya. Saat ini terdapat lebih dari 720 ribu mahasiswa teregistrasi, 2.655 perguruan tinggi berpartisipasi, dan 2.700 mitra industri mengambil bagian dalam program tersebut.

Angka-angka di atas bakal terus didorong demi mencapai titik critical mass. Critical mass menggambarkan bahwa dalam konsep konsumsi kolaboratif sebuah platform harus mampu memberikan beragam pilihan yang cukup demi merangkul konsumen potensial mereka. Sehingga sebuah platform diharapkan memiliki fitur yang beragam serta memiliki ketersediaan unit produk/layanan yang cukup agar dapat bertahan dalam jangka panjang. Jika platform tersebut tidak dapat memberikan pilihan yang cukup, maka konsumen kemungkinan besar tidak dapat menemukan apa yang mereka cari.

Pasalnya, istilah “ganti menteri, ganti peraturan” memiliki pengaruh yang kuat dalam suatu program kerja pemerintah Indonesia. Risiko itu juga bakal menghantui GovTech Edu. Dengan kata lain, GovTech Edu harus mencapai pertumbuhan pengguna yang signifiikan agar dapat memberikan dampak yang lebih besar. Namun begitu, struktur di bawah naungan Telkom Group menjadi jaminan bahwa ambisi tersebut dapat tetap dilanjutkan, didukung dengan model bisnis yang solid.

Perjalanan GovTech Edu tidak sampai di sini saja. Perusahaan tetap merekrut lebih banyak talenta baru untuk berkontribusi secara positif pada pendidikan Indonesia. “Kesempatan untuk berkontribusi meningkatkan produk-produk teknologi yang sudah terbukti memiliki jutaan pengguna aktif yang bisa membentuk masa depan pendidikan Indonesia juga menjadi daya tarik bagi talenta-talenta yang memiliki keselarasan dengan misi kami.” tandas Ibrahim.

Ekosistem edtech Indonesia

Sektor edtech di Indonesia cukup berkembang pesat. Dua pemain yang saat ini mendominasi adalah Ruangguru dan Zenius – secara statistik kunjungan situs dan unduhan aplikasi Ruangguru lebih unggul. Varian sub-produk yang dimiliki keduanya juga nyaris memiliki kesamaan.

Satu hal yang selalu digaungkan Zenius adalah di sisi materi. Alih-alih mengajak peserta didik hanya menghafal, materi di Zenius mengedepankan pada pemahaman konsep fundamental dan cara berpikir kritis melalui berbagai studi kasus.

Produk Ruangguru

Pendanaan di sektor ini juga cukup kencang. Berdasarkan laporan Startup Report 2021, pendanaan yang dikucurkan ke vertikal bisnis edtech terus tumbuh, baik dari startup yang menerima maupun nominal investasinya.

Di skala regional, menurut laporan e-Conomy SEA yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company, healthtech dan edtech tetap menjadi sektor yang baru lahir sejak pandemi. Tercatat startup healthtech menerima investasi $1,1 miliar pada Semester 1 2021, sementara edtech mengumpulkan $200 juta pada periode yang sama.

[Video] Berkunjung ke Kantor Binar

DailySocial mendapat kesempatan mengunjungi kantor Binar (dahulu Binar Academy) di kawasan BSD City, Tangerang.

Kantor ini mengusung konsep industrial dengan ruang terbuka. Di sini pula tim Binar memproduksi konten-konten video yang bisa dinikmati oleh pengguna.

Simak liputan lengkap jalan-jalan DailySocial bersama Co-Founder & Chief Business Development Officer Binar Academy Dita Aisyah dalam video di bawah ini.

Untuk video menarik lainnya seputar program jalan-jalan ke kantor startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DStour.

Bagaimana Kalananti Ajarkan Bahasa Pemrograman secara Menyenangkan untuk Anak

Jauh sebelum Kalananti diakuisisi  Ruangguru, Ahmad Syahid Zakaria (CEO Kalananti) punya mimpi ingin merintis usaha sendiri yang ia senangi di dunia pendidikan. Syahid pun mendirikan bisnis bimbel privat pada 2015 yang sukses berjalan selama hampir tiga tahun, sembari menyelesaikan kuliah.

Saat menyusun skripsi, ia mendapati ilmu yang menyatakan kemampuan kognitif itu memiliki sangkut-paut dengan pendidikan dan ketenagakerjaan. Kondisi ini mengafirmasi bahwa bimbel privat bukanlah solusi, sebab yang ingin ia kejar adalah mengeksplorasi metode belajar yang baru.

Secara terpisah, mengutip dari jurnal ilmiah yang disusun oleh Romer (1990) berjudul “Endogeneour technological change: Journal of Political Economy“, ada beberapa beberapa aspek penting yang berkontribusi terhadap terhadap pertumbuhan, yaitu investasi pada SDM, inovasi, dan ilmu pengetahuan.

Sumber daya manusia erat kaitannya dengan pendidikan dan standar hidup. Pada tingkatan individu, investasi modal manusia (human capital) suatu negara dapat diperoleh dengan cara meningkatkan kemampuan kognitif (potensi intelektual) dan nonkognitif (sosial dan emosional) manusia yang ada di dalamnya.

Lebih lanjut, menurut Olaniyan & Okemakinde (2008) dalam jurnal “Human capital theory: Implications for educational development”, keterampilan kognitif sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas produksi suatu negara. Perbedaan pertumbuhan ekonomi antar negara erat berkaitan dengan keterampilan kognitif yang diukur dengan penilaian internasional (matematika dan sains).

Keterampilan kognitif ini dapat sedikit menutup ketimpangan antara negara maju dan negara berkembang. Sebab secara umum terjadi kekurangan keterampilan kognitif di negara berkembang karena lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas pendidikan.

“Permasalahannya ada direlevansi materi dan keterampilan yang dikerjakan. Ide tersebut melahirkan program Kalananti yang saat itu masih embedded di bimbel. Saat develop MVP, peminatnya banyak. Lalu kita banyak trial dan ngobrol dengan para orang tua untuk melihat secara real dari sudut pandang mereka. Orang tua itu khawatir mau bekelin apa buat anaknya nanti,” ucapnya saat dihubungi DailySocial.id.

Program Kalananti semakin diseriusi seusai Syahid lulus kuliah, bersama teman-temannya di Teknik Industri, Universitas Indonesia yang sama-sama tertarik di dunia pendidikan. Awalnya tim Kalananti ada enam orang, bak seleksi alam, tersisa empat orang. Mereka adalah: Ghassani Shabrina (Head of BizOps), Aldeina Putriandita (Head of Academics), Fairuz Qalbi Andara (Head of Marketing), dan Ahmad Syahid Zakaria (Headmaster/CEO).

Selanjutnya, mulai dari 2019 Kalananti perlahan memperkenalkan konsepnya lewat program belajar akhir pekan, sepulang sekolah, kolaborasi dengan brand dan sekolah, sampai akhirnya sepenuhnya berjalan online semenjak pandemi, hingga dilirik Ruangguru dan kemudian diakuisisi penuh pada Maret 2022.

Proses riset Kalananti

Awalnya perjalanan Kalananti didasarkan dari bahan skripsi yang kemudian dijadikan jurnal ilmiah oleh Syahid. Ia melakukan penelitian di lapangan untuk mendapatkan perspektif bagaimana mengembangkan media pembelajaran yang bisa mengajarkan materi yang cukup kompleks untuk masyarakat awam. Fokus yang diambil adalah mengajarkan design thinking yang ada di korporat untuk anak.

“Ternyata percobaannya berhasil berjalan karena untuk beberapa kasus untuk framework di coding atau programming, ternyata hal-hal tersebut hadir bukan untuk pengetahuan, tapi sebagai mindset. Dalam taraf minimalnya, bagaimana kita mampu mengajarkan mindset-nya, belum sampai ke hard skill.”

Ia melanjutkan, saat canvassing ternyata ditemukan bahwa design thinking tidak perlu harus masuk ke level berikutnya, yakni entrepreneurship. Tapi dalam dunia entrepreneurship, ada pembelajaran lainnya yang dapat disortir menjadi sesuatu yang tematik dan bisa diajarkan ke anak-anak.

Kalananti harus melakukan pivot hingga tiga kali sampai akhirnya menemukan titik MVP-nya. Awalnya Kalananti memiliki tiga solusi begitu berdiri sendiri sebagai startup edtech, yakni Kids Coder, Little Problem Solver, dan Future Leader.

Untuk Future Leader, konsepnya mirip seperti Kidzania, anak diajak simulasi menyelesaikan masalah di masa depan dengan profesi yang mereka pilih. Sesi ini berjalan secara offline dan interaktif karena anak bebas memakai kostum, namun tidak berjalan efektif ketika di-convert menjadi online.

Kondisi inilah yang menimpa Kalananti ketika terjadi pandemi. Dari ketiga solusi, hanya Kids Coder yang dipertahankan hingga kini. Lantaran, pembelajarannya dapat dilakukan sepenuhnya secara online.

Sebelumnya, dari tiga solusi yang ditawarkan di atas, masing-masing didesain dengan kebutuhan anak. Misalnya, Kids Coder ini berfokus pada kursus coding dengan pendekatan berbasis proyek, untuk memperkenalkan keterampilan digital dan teknologi dengan membuat kreasi digital.

Sementara, Little Problem Solver berfokus pada pembelajaran masalah (PBL) untuk mengembangkan keterampilan belajar dan inovasi dengan menyelesaikan studi kasus. Terakhir, Future Leader adalah program pembangunan karakter untuk melatih kecakapan hidup dan karier dengan menggunakan aktivitas stimulasi dan pendekatan praktikal.

“Ketika program coding ini disimulasikan ke online, lebih cepat pertumbuhannya. Akhirnya kami pivot ke sana. Dalam setahun tumbuh lima kali lipat, lalu di awal tahun 2022 tumbuhnya lebih cepat lagi setelah gabung di Ruangguru.”

Saat ini dari tiga solusi awal yang ditawarkan, Kalananti kini hanya memfokuskan pada satu bidang saja yaitu coding untuk mempersiapkan anak menjadi pemimpin inovasi digital berikutnya (Future Digital Innovator). Coding, menurut Syahid, merupakan alat untuk mengasah kemampuan logika dan problem solving. Misalnya, ketika anak menemukan bug dalam programnya ia akan terpacu untuk mengidentifikasi masalah dan merumuskan solusinya.

Sistem edukasi di Kalananti, sambungnya, dibangun atas tiga fondasi utama, yaitu keterampilan, pengetahuan, dan karakter abad-21. Ketiganya diturunkan menjadi konsep materi dan penilai, untuk selanjutnya dirancang menjadi sebuah learning journey. Keseluruhan pembelajaran ini dikemas melalui berbagai jenis tema yang seru dan menarik bagi anak usia 6-12 yang menjadi target murid di Kalananti.

Program pendidikan

Dalam detail program di Kalananti, selain coding, juga mengasah keterampilan masa depan 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking, Creativity), dan membantu membangun karakter dan kepribadian digital. Dalam aktivitas coding, anak akan diasah kemampuan berpikir komputasinya dalam memahami berbagai konsep dasar pemrograman melalui tutorial, eksperiman kode, dan aktivitas unplugged.

Sementara untuk aktivitas inovasi, anak akan mengembangkan kemampuan berinovasinya dalam membuat proyek coding secara mandiri dengan melakukan ideation, serta mengimplementasikannya. Seluruh aktivitas belajar mengajar di Kalananti melalui kelas online yang secara langsung (live class) digelar oleh guru.

Beda dengan edtech lainnya yang menggunakan pre-recorded, menurut Syahid, proses belajar coding membutuhkan interaksi, tidak bisa tutorial dilakukan secara mandiri oleh anak. “Dalam coding itu ada debugging, dari semua arahan coding yang diberikan, pasti enggak selalu berjalan lancar. Itu dibutuh interaksi langsung antara murid dengan guru.”

Kalananti menyediakan dua jenis kelas untuk anak, yaitu kursus dan bootcamp (short course). Untuk kursus, anak akan belajar mendalami konsep programming dan problem solving, durasinya lebih panjang hingga 18 level berjenjang, terbagi menjadi tiga jenis level: Maker, Creator, dan Inventor. Makin tinggi levelnya, makin banyak pula sesi belajar yang harus diselesaikan.

Misalnya, untuk Maker yang mempelajari Visual Programming memerlukan 72 sesi pertemuan terdiri dari enam level. Keterampilan yang akan dipelajari adalah Digital & Technology Skill, Learning & Innovation Skills, dan Life & Career Skills.

“Enam level pertama belajar soal fundamental, kemudian enam level berikutnya soal task programming, dan terakhir pengaplikasian, bisa ke robotic atau sebagainya. Fase ketiga ini arahnya membuat karya nyata. Ketiga fase ini disediakan karena enggak semua anak mau hard skill, tapi anak zaman sekarang itu sudah tertarik dengan digital dari kecil, namun perlu difasilitasi.”

Perangkat yang dibutuhkan adalah tablet/laptop/PC yang terpasang web-browser/aplikasi terkait, Zoom, dan dapat mengoperasikan perangkat yang digunakan. Kelas live akan digelar sekali dalam satu minggu, murid dapat mengakses materi tambahan di luar kelas dan dokumentasi kelas. Lalu, akan mendapat sertifikat dan laporan perkembangan anak setiap kenaikan level.

Sementara di Bootcamp, ada tiga aktivitas yang akan dilakukan: Game Coding Bootcamp (membuat game), Future Jobs Bootcamp (mengenalkan cita-cita masa depan), dan Holiday Bootcamp. Dalam program tersebut, anak dapat mengeksplorasi berbagai keterampilan baru. Di Future Jobs misalnya, anak diajak untuk mempelajari dan melakukan simulasi pekerjaan berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, dan Mathematics) yang diprediksikan akan menjadi tren pekerjaan di masa depan.

Syahid menerangkan, metrik yang ingin dicapai dari seluruh materi pembelajaran yang diajarkan secara berjenjang, yakni pengetahuan, keterampilan, dan karakter. Pengetahuan ini bicara soal mempelajari programming dari konsep dasar, lalu keterampilan tidak hanya bicara soal coding tapi skill teknologi dan bagaimana logika berpikirnya. Terakhir, bagaimana membicarakan penggunaan teknologi untuk mengatasi hoaks dan sebagainya.

Adapun untuk mengevaluasi output dari hasil pembelajaran anak, Kalananti menggunakan 4 level model evaluasi training oleh Kirkpatrick: Reaction, Learning, Behavior, dan Result. Tapi di Kalananti hanya pakai tiga level bagian teratas saja, Result tidak termasuk. “Untuk Reaction kita ukur reaksi harian dari anak untuk gurunya, jadi ada rating dengan skala tertinggi 5. Apakah mereka happy selama di kelas. Jadi semua feedback ini kita ambil dengan cara kualitatif.”

Sementara untuk level Behaviour, menantang anak apakah bisa membuat sebuah game dari nol berdasarkan learning plan yang disampaikan di kelas. Karena di Kalananti mengajarkan konsep design thinking, tidak menggunakan pembelajaran dengan cara tutorial yang berdampak hanya untuk jangka pendek, maka apakah anak bisa mengerjakan tugasnya dengan lancar.

“Kalau tutorial jadinya short term, anak jadi hanya ingat urutan saat disuruh mengulang untuk konteks game yang sama. Tapi kami ajarkan mulai dari konsep, dan bersifat project based, mulai dari nol pun akan terbiasa. Sebab yang bisa kami kontrol dari anak apakah dari konsepnya benar atau tidak.”

Diklaim pada 2020 sejak sepenuhnya pivot ke digital, Kalananti telah dipercaya oleh lebih dari 3 ribu orang tua untuk mendidik anak mereka. Angka tersebut dicapai dalam waktu dua tahun, sebelum resmi diakuisisi Ruangguru. Pertumbuhan pengguna Kalananti langsung melonjak naik, untuk bulan Juni 2022 saja tercatat ada penambahan 500 murid baru.

“Kami ingin terus tumbuh dan melakukan banyak inovasi bersama Ruangguru, termasuk meningkatkan kualitas dan penilaian yang akan kita rombak lagi. Tenaga guru di Ruangguru akan dilatih juga agar dapat mengajarkan kelas coding Kalananti, jadi mereka bisa terampil dalam banyak hal.”

Untuk menarik lebih banyak pengguna, ia juga menekankan biaya belajar yang terjangkau oleh para orang tua. Syahid beralasan, karena saat ini kebutuhan belajar coding masih bersifat tersier, di sisi lain keahlian ini akan dibutuhkan di masa depan maka aksesnya perlu dipermudah.

Bersama Ruangguru, kini Kalananti memiliki bala bantuan sumber daya manusia yang memadai dari sebelumnya hanya 10 orang untuk mengeksplorasi rencana berikutnya. Syahid menyampaikan, pihaknya ingin terus mendalami bahasa pemrograman agar semakin ramah di telinga orang Indonesia. Sebab, ke depannya bahasa ini akan menjadi bahasa baru yang menyaingi bahasa Inggris karena semakin eratnya hubungan manusia dengan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

“Karena materi yang ada di Kalananti itu belum ada dari 10% dari keseluruhan bahasa pemrograman. Banyak rencana yang akan kami lakukan untuk itu, misalnya mengadakan bootcamp secara bulanan untuk memfasilitasi orang tua yang sangat engage dengan Kalananti,” tutupnya.

[Video] Dukungan Binar Academy untuk Talenta Digital Indonesia

Melalui wawancara bersama DailySocial, Co-Founder Binar Academy Seno Lareno membahas perkembangan dan transformasi perusahaan dalam menjawab kebutuhan talenta digital di Indonesia.

Seto mengungkapkan, banyak talenta yang masuk ke dalam ekosistem Binar Academy termasuk di kategori career shifter.

Simak pembahasan tentang Binar Academy yang terangkum di video wawancara berikut.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DScussion.

Pingtar Andalkan Chatbot untuk Pembelajaran Pemasaran Digital

Pemasaran digital (digital marketing) merupakan salah satu pekerjaan yang paling banyak dibutuhkan oleh perusahaan untuk menarik konsumen dan calon konsumen secara cepat. Pasalnya, penerimaan teknologi dan internet di masyarakat yang luas membuat kegiatan pemasaran secara digital kini dijadikan pilihan utama oleh perusahaan.

Akibatnya, perusahaan saling berkompetisi membuat konten yang menarik untuk dipajang di berbagai platform digital. Beberapa contoh teknik pemasaran yang termasuk dalam bidang ini adalah SEO (Search Engine Optimization), periklanan online seperti FB ads dan Google Ads, promosi media cetak, iklan televisi dan radio, billboard elektronik, email marketing, mobile marketing, dan lainnya.

Seluruh keahlian tersebut, tentunya harus dikuasai oleh calon talenta yang ingin mendalami pekerjaan di bidang pemasaran digital. Tak terlepas juga para pemilik bisnis UMKM yang ingin membesarkan usahanya ke tingkat lebih lanjut. Pingtar menawarkan solusi belajar pemasaran digital yang tidak perlu harus datang dan ikut kelas online secara rutin, cukup melalui chatbot yang diakses melalui WhatsApp.

Inspirasi merintis Pingtar datang dari keinginan Marsha Hamdani dan Arvinda Tripradopo yang dekat dengan lanskap pelatihan pemasaran digital di organisasi yang menaungi mereka berdua. Arvinda sudah berkecimpung di ranah teknologi dan pemasaran selama lebih dari 15 tahun. Ia merintis dan memimpin sebuah jasa konsultasi Digital Marketing bernama SkytreeDGTL sejak 2015.

Sedangkan Marsha bergabung dengan Skytree setahun berikutnya sebagai Digital Strategist. “Di Skytree, kami berdua sudah membantu berbagai organisasi di tingkat maturitas dan industri dalam proses digital marketing-nya, baik menangani pembuatan roadmap digital, memimpin eksekusi, dan memberikan pelatihan serta konsultasi untuk pelaku bisnis,” ucap Marsha saat dihubungi DailySocial.id.

Dari pengalamannya di perusahaan sebelumnya, mereka melihat langsung bagaimana Digital Marketing bisa membantu pertumbuhan bisnis di berbagai industri dan ingin mengakumulasikan pengetahuan yang sudah dikumpulkan tersebut untuk lebih banyak pelaku bisnis. Maka dari itu, pada 2018, merilis unit bisnis bernama TalkDGTL yang difokuskan untuk pelatihan Digital Marketing.

“Saat itu model bisnisnya masih berupa pelatihan langsung, jadi kami dan beberapa tenaga ahli Skytree jadi pembicara di berbagai seminar, workshop, dan sesi training. Tapi selama ini beroperasi, kami sadar bahwa sebetulnya model bisnis ini sulit di-scale up, apalagi banyak kompetitor. Akhirnya pada awal 2021, Talk DGTL akhirnya dihentikan karena rasanya belum berhasil menjangkau skala edukasi yang diinginkan.”

Pada tahun yang sama pula, ia dan Arvinda mulai mempelajari teknologi WhatsApp chatbot yang mulai masuk. WhatsApp sendiri adalah platform komunikasi yang banyak digunakan orang di seluruh dunia untuk melakukan kegiatan apapun, termasuk pemasaran. Dari sisi perusahaan WhatsApp itu sendiri, sudah membuka pintu bagi pengembang untuk mengakses API-nya secara resmi.

“Nah dari sanalah kami mulai melakukan riset lebih lanjut tentang teknologi ini. Karena teknologi ini bisa menjadi solusi terhadap skalabilitas dan aksesibilitas yang menjadi masalah di TalkDGTL dan organisasi pelatihan serupa pada saat ini. Kami berdua jadi mulai serius membahas Pingtar di akhir tahun ini.”

Produk Pingtar

Pingtar membagi solusinya menjadi dua model bisnis, yakni direct-to-consumer (D2C) dan B2B. Marsha menjelaskan, untuk produk D2C, produk Pingtar akan ditawarkan sebagai pilihan metode pembelajaran baru melalui WhatsApp. Peserta modul bisa mendaftarkan diri untuk sebuah topik Digital Marketing yang ingin dipelajari melalui situs dan mendapat kiriman modul langsung di WhatsApp mereka.

“Chatbot akan menggantikan posisi seorang coach Digital Marketing, sehingga peserta dapat berinteraksi secara terbatas untuk mendapatkan rekomendasi yang dipersonalisasi sesuai kondisi bisnis mereka.”

Model pertama ini akan dirilis dalam waktu dekat, dan menawarkan produk ini dengan model Freemium. Jadi akan ada modul dasar yang ditawarkan secara gratis dan pilihan untuk beli modul premium secara satuan. Harganya akan dibuat sangat terjangkau karena ingin menjangkau pebisnis UMKM di seluruh pelosok.

“Patokan kami, pembelian satu modul tidak boleh lebih mahal dari harga belanja kopi di kafe-kafe di Jakarta, dan ini masih memiliki margin yang sehat karena pelatihan Pingtar menggunakan teknologi chatbot, bukan mengandalkan pelatih.”

Kedua, untuk B2B hadir karena pihaknya menyadari bahwa metode micro learning melalui WhatsApp bisa menjadi pilihan menarik bagi organisasi yang ingin meningkatkan efektivitas dari sistem Knowledge Management (KM) saat ini. Bagi pengguna bisnis, Pingtar akan bantu organisasi mentransformasi konten dan/atau sistem KM yang sudah ada ke dalam format WhatsApp dengan biaya instalasi dan langganan platform.

Dalam versi awal ini, Marsha mengaku masih bekerja sama dengan pihak ketiga solusi chatbot, sembari memastikan efisiensi biaya dan kecepatan waktu peluncuran produk. Oleh karenanya itu pula, model pembelajaran awal di Pingtar akan lebih banyak mengandalkan guided-learning, artinya peserta akan mendapatkan arahan yang agak kaku dalam interaksinya dengan chatbot. “Chatbot juga belum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan langsung saat ini.”

Kendati begitu, pengembangan chatbot secara in-house rencananya akan jadi salah satu prioritas utama perusahaan setelah tahap validasi model bisnis dengan dukungan finansial yang lebih kuat. Selain itu, untuk mengurangi ketergantungan terhadap pihak ketiga, fitur-fitur yang khusus untuk proses belajar pun bisa langsung ditambahkan.

Diferensiasi dan rencana berikutnya

Bisa dikatakan solusi pelatihan berbasis WhatsApp yang ditawarkan Pingtar pertama di Indonesia. Kelebihan ini juga membuat Pingtar dapat diakses di mana pun, bahkan di daerah tanpa akses internet yang stabil sekalipun. Pebisnis di daerah seringkali kesulitan mengakses pelatihan secara online.

“Menggunakan format berbasis teks, Pingtar jadi jauh lebih fleksibel dibandingkan dengan model video-based learning, livestream coaching, atau pelatihan offline yang saat ini tersedia di pasar. Ini juga sebabnya kami menggunakan WhatsApp yang sudah familiar digunakan oleh siapa pun melalui telepon pintarnya.”

Dari sisi pengembangan modul, dikembangkan sendiri oleh tim Pingtar yang dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan pengalaman ekstensif di bidang tersebut. Meski demikian, tim berencana untuk merangkul berbagai ahli di bidang bisnis lain yang bisa berkontribusi ke modul-modul Pingar dengan model royalti.

Selain itu, sambungnya, materi pembelajaran dibangun dengan konteks UMKM di Indonesia. Lantaran, kebanyakan pelatihan umumnya menyasar kapabilitas yang sangat umum atau sangat spesifik, sehingga sering kali sulit dipahami oleh UMKM. “Model pembelajaran melalui WhatsApp ini masih sangat sedikit atau bahkan belum ada baik secara nasional maupun global.”

Produk Pingtar saat ini belum dirilis ke publik, masih dalam proses akhir pengembangan produk D2C. Pra-rilis rencananya akan diadakan pada Agustus mendatang. Nantinya perusahaan akan memberikan kesempatan bagi lebih dari 100 pemilik UMKM di Jakarta untuk mencoba dan memberikan masukan untuk Pingtar secara gratis. “Rilis publik untuk model D2C sendiri rencananya awal Oktober 2022.”

Setelah pra-rilis dan rilis publik berhasil dilewati, Marsha meyakini pihaknya akan mendapat validasi bisnis awal yang dibutuhkan untuk proses pengembangan berikutnya. Bila hasilnya positif, Pingtar akan diakselerasi skala operasionalnya agar dapat menjangkau UMKM di seluruh pelosok.

“Sampai tahapan pengembangan produk ini, Pingtar masih 100% self-funded. Namun, kami memang dalam proses diskusi dengan beberapa VC untuk mendapatkan pendanaan lebih lanjut, terutama untuk mendukung peningkatan skala besar-besaran selepas validasi pasar,” pungkas Marsha.

[Video] Berkunjung ke Kantor Sekolah.mu

DailySocial mendapat kesempatan mengunjungi kantor Sekolah.mu di kawasan Jakarta Selatan.

Memanfaatkan ruang terbatas, kantor Sekolah.mu menawarkan konsep indoor dan outdoor yang didesain dengan sentuhan kuning dan biru yang sejalan dengan logo perusahaan.

Tak hanya sebagai tempat bekerja, kantor ini juga bisa dinikmati oleh para siswa dan guru untuk belajar dan berkonsultasi dengan memanfaatkan ruang yang ada.

Simak liputan lengkap jalan-jalan DailySocial bersama COO Sekolah.mu Radinka Qiera dalam video di bawah ini.

Untuk video menarik lainnya seputar program jalan-jalan ke kantor startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DStour.

Ruangguru Umumkan Akuisisi Schoters dan Kalananti, Perluas Ekosistem Produk

Ruangguru mengumumkan akuisisi penuh terhadap dua startup edtech, Schoters dan Kalananti, dengan nominal dirahasiakan. Kedua startup ini akan melengkapi rangkaian ekosistem produk K-12 di Ruangguru, masing-masing petinggi tetap fokus pada solusi yang mereka tawarkan untuk para pengguna Ruangguru.

“Kami baru akuisisi Kalananti dan Schoters, selama ini kurikulum di Ruangguru untuk bantu siswa masuk PTN dan PTS. Dengan Schoters, yang mau kuliah di luar negeri untuk S1, S2, dan dapat dapat beasiswa bisa dibantu. Schoters jadi yang terbesar di Indonesia untuk bimbingan seperti ini,” ujar Co-founder dan CEO Ruangguru Belva Devara dalam konferensi pers yang diadakan kemarin (4/7).

Secara terpisah, kepada DailySocial.id, masing-masing petinggi Schoters dan Kalananti memberikan pernyataannya. Co-founder dan CEO Schoters Radyum Ikono menuturkan penjajakan akuisisi sebenarnya sudah dilakukan pada November 2021, tapi kesepakatannya baru kelar pada akhir Juni ini. Setelah akuisisi, proses bisnis di Schoters tidak akan berubah secara signifikan, bahkan merek Schoters tetap akan ada untuk menjamah pengguna baru di luar ekosistem Ruangguru.

Solusi Schoters akan tersedia di platform Ruangguru dan diakses oleh seluruh pengguna yang membutuhkan solusi tersebut. “Kita jadi part of ecosystem Ruangguru. Ini yang menarik karena selama ini kan kita bimbing anak SMA yang mau kuliahi di luar negeri. Ruangguru punya pengguna anak SMA se-Indonesia, sementara kami startup terbatas, begitu gabung, semua anak SMA bisa kita approach,” kata Ikono.

Sejak beroperasi di 2018, Schoters mengklaim berhasil membantu kelulusan ribuan pelajar Indonesia ke lebih dari 400 universitas di 43 negara, termasuk Cornell University, University of College London, Nanyang Technological University, hingga Harvard University. Juga, membantu pelajar mendapatkan ratusan beasiswa dan angka pertumbuhan pengguna lebih dari 500% pada 2020-2021.

Solusi Schoters tidak hanya menawarkan konsultasi dan bimbingan pendaftaran kuliah, tapi juga kelas bahasa asing, persiapan dokumen, hingga membantu mencari akomodasi.

Sementara itu, proses akuisisi Kalananti sebenarnya sudah rampung sejak akhir Maret 2022. Setelah itu, keduanya langsung tancap gas kolaborasi bisnis. “Produk utama kita adalah keterampilan masa depan, salah satunya adalah coding. Banyak orang tua merasa itu sangat relevan, makanya banyak yang anggap coding adalah produk unggulannya. Kita diakuisisi ya karena produk coding itu sendiri,” ucap CEO Kalananti Ahmad Syahid Zakaria.

Syahid melanjutkan, setelah bergabung di Ruangguru, ia dan tim akan fokus pengembangan produk pembelajaran coding untuk anak karena kini memiliki sumber daya yang lebih lebar, tidak seperti sebelumnya. Sebenarnya, selain coding, Kalananti punya beberapa produk edukasi lainnya, namun yang akan menjadi fokus untuk beberapa waktu ke depan adalah coding sebelum kembali menyeriusi produk lainnya.

“Kami mau mengerucutkan ke satu produk untuk mature. Sebelum gabung ke Ruangguru, yang belum bisa kita optimize itu marketing and sales-nya, itu akan terbantu banget dari sisi kami. Makanya sekarang kita mau ke product development ke produk unggulan kita, nanti diversifikasi lagi ke produk yang lainnya.”

Sebagai catatan, Kalananti merupakan startup edtech yang sudah berdiri secara resmi pada 2020. Startup ini fokus menyediakan kursus coding dan inovasi untuk anak usia 5-12 tahun, mengeksplorasi berbagai keterampilan di masa dengan cara menyenangkan melalui program seru.

Kalananti menggunakan pendekatan blended learning yang berfokus pada konsep dan kompetensi. Untuk program ScratchJr misalnya, yang diperuntukkan untuk usia 5-6 tahun, anak akan dikenalkan coding dengan membuat game/animasi di aplikasi ScratchJr, tidak perlu sudah baca tulis. Aplikasi ini memungkinkan orang tua mengasah logika dasar coding secara sederhana dengan warna dan ikon.

Pembaruan fitur di Ruangguru

Hal lainnya yang disampaikan dalam konferensi pers adalah produk baru dan fitur pendukung dalam rangka menyambut tahun ajaran baru. Salah satu yang ditekankan adalah kehadiran Ruangguru for Kids, ekosistem belajar terpadu untuk mengembangkan potensi dan kemampuan akademik dan non-akademik anak sejak dini.

Dalam platform ini, tersedia berbagai pilihan moda dan bidang belajar bagi anak usia 3-12 tahun, mulai dari bahasa, coding, baca, tulis dan hitung, hingga sekolah online. Kalananti dan Alta School masuk melengkapi solusi tersebut, berikutnya Dafa Lulu, yakni platform pembelajaran interaktif dan beranimasi untuk siswa SD kelas 1-6, menggabungkan materi belajar dengan storytelling dan gamifikasi.

Platform Dafa Lulu ini dilengkapi dengan fitur Zona Berlatih, zona khusus untuk belajar melalui berbagai permainan edukasi menarik, Dafa Lulu Live, untuk belajar bersama guru secara live dan interaktif menggunakan konten Dafa Lulu. Di luar Ruangguru for Kids, perusahaan juga mengumumkan tambahan fitur untuk Adapto, video belajar adaptif yang alurnya dapat menyesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa, dinamai Adapto X.

Adapto itu sendiri sudah dirilis sejak tahun lalu. Di dalam Adapto X, fitur ini menggunakan simulasi dan permainan interaktif, menekankan aspek penerapan secara proaktif untuk membantu siswa memahami materi pelajaran dengan lebih mudah. Terakhir, adalah UTBK Center, platform persiapan seleksi masuk PTN untuk pelajar SMA. Seluruh aspek yang diperlukan untuk persiapan UTBK, mulai dari countdown jadwal UTBK, persebaran materi dan strategi belajar, latihan soal, analisis peluang lolos UTBK, hingga info universitas dan program studi.

Application Information Will Show Up Here