Pintek Dapatkan Pendanaan Lanjutan dari Accion Venture Lab

Pintek selaku startup p2p lending yang fokuskan pada penyediaan pinjaman pendidikan baru-baru ini mendapatkan tambahan pendanaan di tahap pra-seri A. Accion Venture Lab berpartisipasi sebagai investor baru, dengan nilai yang tidak disebutkan. Sebelumnya putaran ini telah dimulai pada akhir tahun 2019 lalu, melibatkan Global Founders Capital.

Kepada DailySocial, Co-Founder Pintek Tommy Yuwono mengatakan bahwa tambahan dana ini akan difokuskan untuk mengembangkan sistem teknologi, dengan misi mendukung industri pendidikan di Indonesia yang terdampak Covid-19.

“Ada kebutuhan yang jelas untuk pembiayaan pendidikan di Indonesia; keunikan Pintek, kepemimpinan yang kuat, dan potensi pertumbuhan menjadikan mereka mitra ideal untuk memenuhi kebutuhan itu. Kami sangat terkesan dengan respons mereka yang cepat terhadap pandemi, menemukan cara baru untuk membantu pelanggan selama masa sulit ini. Kami senang menambahkannya ke portofolio Venture Lab,” sambut Managing Director Accion Venture Lab, Vikas Raj dalam rilis resminya.

Di tengah pandemi ini, Pintek sempat melakukan survei terhadap keluarga dan sekolah untuk mengeksplorasi dampak yang mereka rasakan. Lantas ditemukan adanya kebutuhan untuk melakukan transisi ke pendidikan jarak jauh. Dari sana Pintek bekerja sama dengan startup edtech untuk memberi sekolah pembiayaan dan akses ke platform yang mendukung kegiatan tersebut. Juga membantu para guru yang memiliki isu finansial di tengah musibah ini.

Seperti diketahui sebelumnya, sejak dimulai tahun 2018 Pintek menyediakan pinjaman pendidikan dengan jangka waktu pinjaman maksimal 12 bulan dan bunga flat 1,5% per bulan. Sampai saat ini, perusahaan sudah mengumpulkan total akumulasi pinjaman senilai 54,9 miliar Rupiah dengan jumlah peminjam capai 2506 orang.

Di lanskap bisnis ini, Pintek tidak sendiri. Sudah ada beberapa fintech yang juga menyasar sektor pendidikan, di antaranya Dana Cita, DANAdidik, EiduPay, dan KoinWorks.

Kampung Course Digitalkan Lembaga Kursus Bahasa Inggris

Berdiri sejak tahun 2017, Kampung Course dikembangkan untuk membantu pengelola bimbingan kursus Bahasa Inggris mempromosikan layanan dan memperoleh peserta didik. Tidak hanya kegiatan pemasarannya saja, namun proses pembelajarannya juga secara online-offline, atau dikenal dengan istilah blended learning.

“Platform kami adalah marketplace yang menghubungkan pencari lembaga kursus (bahasa Inggris) dengan pengguna. Layanannya meliputi pemasaran digital, sistem pemesanan dan pendaftaran, konsultasi online untuk personal atau institusi, dan konten premium,” terang Co-Founder & COO Jimy Candra Gunawan kepada DailySocial.

Latar belakang dimulainya bisnis, kala itu founder menemui permasalahan di Kampung Inggris, lembaga kursus yang memberikan pelatihan secara intensif dipadukan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Di sana ada gap yang cukup tinggi antara lembaga berukuran besar dengan lembaga kecil. Padahal dari sisi kualitas pengajaran kadang tidak begitu berbeda. Lantas mereka mencoba manfaatkan media sosial untuk bantu lembaga kecil tersebut promosi, sebelum benar-benar mengembangkan situs web sendiri.

“Pertama kali kami mencoba mengakomodasi promosi dengan media sosial LINE, berlanjut ke Facebook dengan total 19 ribu pengikut. Hingga kami memutuskan untuk memperbesar platform dan layanan ini menjadi lebih sistematis dan terintegrasi melalui situs web Kampung Course,” lanjut Jimy.

Tengah tingkatkan kapabilitas teknologi

Untuk meningkatkan pelayanan, pihaknya tengah mengembangkan beberapa modul teknologi, di antaranya asisten virtual untuk membantu pengguna mendapatkan rekomendasi kursus yang tepat, sistem e-learning yang lebih intuitif, dan platform analisis. Sejauh ini rata-rata mereka mendapatkan 30 ribu trafik kunjungan bulanan. Biasanya melonjak di bulan April hingga September. Lembaga Kampung Inggris yang ada di pasar masih musiman, ramai ketika liburan pelajar dan mahasiswa.

“Sejauh ini kami masih berfokus di niche market yang ada di Kampung Inggris seputaran Kediri, sudah ada 35 lembaga kursus yang bergabung bersama, termasuk adanya kerja sama dengan perusahaan digital asal USA bernama APTO yang membantu kami dalam mendigitalkan pembelajaran secara online di tiap-tiap lembaga kursus yang ada,” ujar Jimy.

Untuk memenuhi kebutuhan pasar, mereka juga merangkul penyedia kursus online seperti Victory Sriwijaya Education (Palembang – kursus TOEFL online), Glolingo (Malang – kursus IELTS online), serta PUI-PT DLI Universitas Negeri Malang.

Kampung Course bermarkas di Kediri, Jawa Timur. Selain Jimy, startup tersebut turut didirikan oleh Danang Pamungkas (CEO & Founder) dan Indre Wanof (CMO & Co-founder). Kendati belum memperoleh investasi dari pemodal ventura, Jimy mengaku saat ini tengah dalam penjajakan dengan investor lokal dan luar.

Founder Kampung Course: Danang Pamungkas, Jimy Candra, dan Indre Wanof
Founder Kampung Course: Danang Pamungkas, Jimy Candra, dan Indre Wanof

Potensi bisnis yang ditargetkan

Tahun ini, Kampung Course punya ambisi untuk merangkul 100 lembaga kursus yang tersebar di berbagai kota. Tidak menutup kemungkinan juga ke depan akan merangkul lembaga kursus di bidang lain, seperti musik, teknologi, dan sebagainya.

“Kami melihat adanya potensi besar yang ada di Kampung Inggris untuk direplikasi ke berbagai wilayah di Indonesia. Terlebih jika melihat urgensi dari bonus demografi yang ada, bisa dikatakan peluang untuk memadukan istilah localization with digital penetration itu sangatlah berpotensi,” kata Jimy.

Menurut data internal mereka, untuk kursus ada sekitar 3 ribu potensi peserta didik setiap bulannya yang kini diakomodasi 150 lembaga. Sebagian besar sudah terbukti dalam memberikan pengayaan ketrampilan mulai 2 minggu hingga 6 bulan melalui pembelajaran intensif.

Di sektor edtech, saat ini mulai berdatangan pemain yang memfokuskan pada pengajaran keterampilan profesional di luar materi sekolah/kuliah. Kebanyakan memang sepenuhnya online pengajarannya, seperti yang dihadirkan Ruangguru melalui Skill Academy. Spesifik di pengajaran Bahasa Inggris, di pasar Indonesia sudah ada beberapa pemain seperti Bahaso, ELSA Speak, hingga Cakap.

Kendati juga sepenuhnya online, aplikasi belajar bahasa tersebut tawarkan pengalaman pengguna yang unik. Misalnya yang dilakukan ELSA Speak, mereka gunakan kemampuan pengenalan suara untuk membantu pengguna belajar berbicara dalam Bahasa Inggris. Sistem kecerdasan buatan yang diterapkan mampu mendeteksi letak kesalahan dalam pelafalan dan tata bahasa.

Bagaimana Sebaiknya Pembelajaran Jarak Jauh (UPDATED)

Wabah virus corona memaksa sejumlah pemangku kepentingan mengambil kebijakan untuk mengurangi penyebarannya. Salah satu yang diambil adalah meliburkan seluruh sekolah dan “memaksa” berlangsungnya kegiatan belajar online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sesuatu yang kini bukan hal yang mustahil tapi masih banyak yang harus dibenahi, yang paling utama adalah bagaimana memaknai pembelajaran jarak jauh itu sendiri.

Pertama kita harus angkat topi atas apa yang dilakukan startup pendidikan di Indonesia. Seperti Ruangguru misalnya, menggratiskan layanannya dan bekerja sama dengan operator seluler untuk memberikan subsidi kuota sehingga berdampak pada banyaknya murid yang mengakses dan belajar menggunakan dulu.

Ada juga Zenius, dengan komitmen membantu pendidikan Indonesia, Zenius juga melakukan hal yang kurang lebih sama. Bahkan yang terbaru mereka memperkenalkan Zenius Live, sebuah fitur yang bisa dimanfaatkan oleh para siswa belajar secara mandiri.

Sederhannya Zenius live ini merupakan kelas online yang di dalamnya ada pengajar dari Zenius mengajar secara langsung. Kelas ini dijadwalkan dari Senin sampai Jum’at dengan dua kali sesi sehari. Sesi pertama ada materi yang disampaikan oleh pengajar dari Zenius, dan sesi kedua adalah sesi membahas pertanyaan yang paling banyak ditanyakan.

Kemudian ada juga Kelase, solusinya pada akhirnya bisa jadi jalan keluar bagi mereka yang melaksanakan pembelajaran jarak jauh.

Tentunya dengan banyak provinsi di Indonesia yang mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah pengguna dan trafik kunjungan di banyak startup pendidikan membeludak, ini bisa jadi momen yang tepat bagi startup pendidikan untuk mengevaluasi kualitas layanan mereka, sambil terus memberikan yang terbaik bagi pendidikan Indonesia.

Selanjutnya, berbicara mengenai pendidikan jarak jauh, infrastruktur Indonesia sebenarnya sudah cukup siap. Terlebih provinsi yang memberlakukan kebijakan belajar jarak jauh sudah hampir seluruhnya dijangkau oleh konektivitas yang memadai. Permasalahan kuota, sinyal, dan keberadaan perangkat teknologi tentu jadi permasalahan yang cukup minor. Ibarat kata bagi siapa pun yang mau berusaha selalu ada jalan.

Masalah besar yang timbul dari kebijakan belajar dari rumah justru lahir dari pemahaman mengenai konsep “belajar jarak jauh” itu sendiri. Karena banyak yang memahami bahwa belajar jarak jauh sama dengan distribusi tugas. Kondisi yang sudah dikeluhkan oleh banyak murid dan orang tua.

Belajar jarak jauh bisa dilakukan dengan banyak bentuk. Pertama pembelajaran langsung atau live menggunakan teknologi livestream. Bisa menggunakan layanan conference call seperti Hangout, Zoom, Skype, atau YouTube Live. Cara ini bisa ditempuh untuk menjaga murid tetap terjaga di dalam rumah, sekaligus tetap memiliki waktu khusus untuk belajar. Namun sayangnya tantangan untuk penerapan pembelajaran ini cukup banyak. Yang cukup jamak adalah kuota dan kualitas sinyal, juga penguasaan teknologi.

Alternatifnya pembelajaran on demand. Jadi sekolah dan guru menyusun silabus dan materi yang diunggah online lengkap dengan sumber daya pendukungnya. Kemudian bisa ditentukan apakah materi dibuka berdasarkan jadwal atau langsung dibuka semuanya atau menerapkan model self-paced learning. Metode ini bisa jadi solusi cukup efektif jika guru dan orang tua aktif melakukan kontrol terhadap perkembangan belajar anak.

Solusi lainnya, yang paling gampang dari semua, adalah memanfaatkan teknologi media sosial. Semacam WhatsaApp, Telegram, atau Facebook. Guru bisa menjelaskan materi melalui pesan teks yang dilengkapi dengan voice note, video, tangkapan layar, dan sebagainya. Solusi ini relatif cukup mudah dilakukan dalam kondisi susah belajar teknologi baru.

Teknologi adalah alat, sistem jadi penggerak

Pendidikan Indonesia saat ini sangat tergantung pada teknologi untuk keberlangsungan proses belajar mengajar. Kebijakan dua minggu (untuk sementara dan kemungkinan bisa diperpanjang) belajar di rumah memaksa menjadikan teknologi sebagai tulang punggung. Tapi, teknologi pada dasarnya adalah alat, yang lebih penting dari semua itu tetaplah sistem dan konten pembelajaran.

Untuk itu semua agar proses belajar tetap berjalan semestinya dan tidak terganggu karena prosesnya dipindahkan di rumah, yang perlu diperhatikan tidak hanya teknologi, tetapi sistem dan konten di dalamnya. Termasuk dalam bagian sistem adalah sekolah, guru, orang tua, dan siswa itu sendiri. Menumbuhkan kesadaran itu tetap belajar meski tidak diawasi langsung oleh guru, meski melalui jarak jauh.

Saya pribadi percaya bahwa jika kondisi saat ini digunakan untuk sekaligus mengevaluasi dan menguji teknologi, sistem, dan konten pendidikan yang ada. Setelah ini selesai pendidikan Indonesia tidak hanya kembali sedia kala, tetapi juga mengalami perbaikan dan evolusi, menjadi lebih matang, menjadi lebih siap dengan perubahan.

update: penambahan informasi mengenai Zenius Live

Upaya Vokraf Hadirkan Sumber Belajar untuk Talenta Industri Kreatif

Satu lagi layanan pembelajaran digital muncul di Indonesia. Diperkenalkan dengan nama Vokraf, platform pendidikan online yang berfokus pada peningkatan kemampuan talenta dengan keahlian yang dibutuhkan oleh industri kreatif.

Dikembangkan oleh Fina Silmi, Mahatma dan Dwi Grahantino; Vokraf menempatkan diri sebagai platform yang diharapkan bisa menjadi rujukan bagi anak muda belajar kemampuan yang dibutuhkan di dunia kreatif.

“Kami sungguh-sungguh dalam menyusun kurikulum untuk pembelajaran yang efektif. Kami meneliti materi-materi yang dibutuhkan oleh talent untuk bisa berkarya pada suatu profesi. Kami bekerja sama dengan expert, konten kami komprehensif. Ada practical assignment dari case study di real industry saat ini dan bisa dijadikan portofolio mereka. Selain itu, terdapat fitur feedback expert, pengguna bisa mendapatkan feedback dari para expert untuk practical assignment yang dia unggah di website,” terang Fina.

Vokraf sendiri aktif melakukan riset pasar sejak Mei 2019 dan baru meluncur penuh pada Oktober 2019. Sejauh ini sudah memiliki 4 rencana pembelajaranyakni copywriter, graphic designer, 3D animator dan YouTube content creator. Mereka juga menjalin kerja sama dengan The Little Giantz, salah satu perusahaan animasi di Indonesia.

Di Indonesia saat ini sudah banyak platform belajar yang memanfaatkan teknologi digital dan platform online. Ruangguru sudah memulainya dengan Skill Academy, ada juga Udemy yang sudah masuk ke pasar Indonesia, Hacktiv8 yang mulai meluncurkan Kode.id, HarukaEdu yang meluncurkan Pintaria, Dicoding dan layanan semacamnya.

Potensi industri ini sebenarnya masih cukup besar mengingat belum ada pemain yang mendominasi. Hanya saja untuk memastikan layanannya bermanfaat, kualitas pembelajaran dan sistemnya harus didesain dengan baik. Poin ini yang coba maksimalkan oleh Vokraf.

“Sejak diluncurkan, kami mendapatkan feedback positif dari pengguna. Mereka menemukan konten yang dibutuhkan. Sudah ada early paid users dan growth. Itu berdasarkan data. Tetapi yang paling penting, kenapa kami optimis bisa tumbuh menjadi besar adalah karena tim kami yang passionate, kompak, dan sangat gigih. Tim kami ingin memberikan yang terbaik untuk talent yang ingin masuk ke industri kreatif, dan kami juga ingin membantu perusahaan-perusahaan industri kreatif supaya grow dengan adanya supply talent yang skillnya memenuhi,” imbuh Fina.

Dari segi bisnis, Vokraf saat ini berjalan dari modal yang digelontorkan oleh angel investor. Sedangkan untuk meningkatkan pertumbuhan bisnisnya mereka memanfaatkan berbagai kanal media sosial. Fokus Vokraf saat ini adalah untuk memperbanyak konten melalui kerja sama dengan perusahaan yang bergerak di industri kreatif.

“[Kami] membuat lebih banyak career track, dan me-reach lebih banyak pengguna, sehingga semakin banyak orang yang mendapatkan ilmu dan manfaat,” tutup Fina.

Gredu Kenalkan Aplikasi Digitalisasi Sekolah

Satu lagi startup edutech resmi diperkenalkan, kali mengusung model bisnis B2B. Bernama “Gredu”, mereka menyajikan layanan berbasis SaaS untuk digitalisasi sistem informasi di sekolah. Layanan yang disajikan cukup variatif, mulai dari penjadwalan, presensi, pembuatan rencana pembelajaran hingga platform evaluasi belajar.

“Gredu adalah solusi untuk digitalisasi sekolah. Kami mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan yang timbul untuk para pemegang peran di sekolah seperti guru, orang tua maupun murid; dan mencoba memberikan platform sesuai kebutuhan masing-masing peran tersebut,” ujar Co-Founder & COO Gredu Ricky Putra.

Paket produk Gredu terdiri dari 4 kategori, yakni School Management System, Learning Management System, Literacy dan Full Version. Masing-masing dapat dilanggan terpisah sesuai kebutuhan.

Gredu
Varian layanan yang ditawarkan Gredu

Untuk media akses, saat ini Gredu menyediakan aplikasi berbeda yang dapat digunakan oleh guru, orang tua dan murid.

Dari sudut pandang murid, melalui aplikasi mereka dapat mengakses berbagai sumber daya pembelajaran dan masukan personal yang diberikan guru. Misalnya jadwal dan materi belajar yang disiapkan sesuai kurikulum.

Sementara di aplikasi guru, dapat membuat soal uji kompetensi, melakukan analisis perkembangan dan memberikan umpan balik untuk setiap perkembangan murid. Sementara di aplikasi orang tua, ada dasbor khusus dengan fitur analisis hasil belajar putra-putrinya.

“Tidak hanya itu, tersedia juga platform untuk sekolah dimana proses administrasi sekarang bisa melalui platform Gredu,” imbuh Ricky.

Bukukan pendanaan pra-seri A

Senin (20/01) lalu bersamaan dengan grand launching layanan, Gredu mengumumkan perolehan pendanaan putaran pra-seri A. Tidak disebutkan nominalnya, pendanaan ini didapat dari Vertex Venture. Sebelumnya mereka telah telah memperoleh pendanaan awal dari angel investor dan Global Wakaf Corporation.

Startup yang sudah diinisiasi sejak pertengahan 2016 ini memiliki kantor di Jakarta. Didirikan oleh tiga orang founder, yakni Mohammad Fachri (CTO), Rizky Anies (CEO) dan Ricky Putra (COO).

Founder Gredu di acara grand launching layanan / Gredu
Founder Gredu di acara grand launching layanan / Gredu

“Gredu saat ini telah bekerja sama dengan 200 sekolah yang terletak di Jakarta, Dharmasraya, Tangerang dan Bangka Belitung,” imbuh Ricky.

Untuk target realistis tahun 2020, mereka ingin bisa melakukan ekspansi ke kota-kota baru di Indonesia dan merangkul hingga 600 sekolah. Dari sisi produk, akan segera diluncurkan beberapa fitur baru sesuai dengan perkembangan kurikulum dan sistem pendidikan yang ada saat ini.

Harapkan kolaborasi antarpemain

Di Indonesia edutech bertumbuh dengan baik. Untuk layanan serupa Gredu sebelumnya juga sudah ada platform Pintro, Kelase, Sikad hingga ZumiApp; tentu dengan keunggulan berbeda. Pemain dengan model bisnis B2C makin banyak lagi, mereka yang menawarkan aplikasi belajar untuk kalangan pelajar atau umum, seperti Ruangguru, Zenius, Quipper dan lain-lain.

Menanggapi banyaknya pemain di sektor serupa Ricky berpendapat, “Kami sangat bersyukur dengan banyaknya rekan edutech yang bermunculan, karena Gredu selalu berpikir bahwa beban kemajuan pendidikan tidak akan bisa dipikul hanya oleh satu atau dua pihak. Gredu berharap ke depannya dapat berkolaborasi dengan para rekan di edutech dan pemerintah demi kemajuan bangsa.”

Gredu dimulai dari kegelisahan para founder tentang minimnya penyerapan teknologi terhadap sistem edukasi yang sedang berjalan. Selain itu, peran guru yang seharusnya mengajar, telah disibukkan oleh pengisian data daripada pengolahan data. Dengan menggunakan aplikasi digital, seharusnya guru dapat lebih fokus di penyampaian materi, evaluasi dan pembangunan karakter.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Umumkan Terima Pendanaan Seri C Lebih dari 2 Triliun Rupiah

Startup edtech Ruangguru mengumumkan perolehan pendanaan seri C senilai $150 juta (lebih dari Rp2 triliun) dipimpin General Atlantic dan GGV Capital. Investor sebelumnya, EV Growth, UOB Venture Management dan sejumlah investor baru lainnya turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Pendanaan ini diklaim sebagai salah satu terbesar untuk startup edtech di Asia Tenggara. Angka yang dikonfirmasi oleh pihak Ruangguru lebih besar dari yang dirumorkan sebelumnya, sebesar $100 juta.

Dari keterangan resmi disebutkan, pendanaan akan dimanfaatkan untuk pengembangan produk dan layanan untuk pasarnya di Indonesia dan Vietnam. Managing Director General Atlantic untuk Indonesia Ashish Saboo akan bergabung dalam jajaran komisaris di Ruangguru.

“Kami berkomitmen untuk mendukung perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, termasuk dalam membantu pemerintah, guru-guru, dan orang tua dalam mengoptimalkan kegiatan belajar yang holistik dan membantu pelajar di Indonesia untuk menjadi lebih kooperatif secara global,” kata Saboo.

Co-Founder & CEO Ruangguru Belva Devara berharap kemitraan ini dapat membantu perusahaan untuk mencapai misinya yang ingin membangun perusahaan pendidikan yang berdampak sosial tinggi dan berkelanjutan.

“Kedua perusahaan investasi ini memiliki rekam jejak yang kuat dalam membantu pengusaha lainnya di dunia dalam mengembangkan bisnis di sektor pendidikan dan teknologi,” imbuh Belva.

Produk Ruangguru tidak hanya Ruangbelajar untuk pelajar SD, SMP, dan SMA, juga bimbingan belajar langsung dari aplikasi, jasa penyediaan guru les, materi pelatihan profesi dan keterampilan, dan platform manajemen belajar untuk perusahaan.

Co-Founder & CPO Ruangguru Iman Usman menambahkan, perusahaan berkomitmen untuk terus membangun kurikulum yang komprehensif dan menggunakan teknologi AI untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang mudah dimengerti dan menyenangkan.

“Saat ini, 80% pengguna kami berada di luar Jakarta. Hal tersebut menunjukkan bahwa produk kami diterima secara luas dan terdistribusi secara efektif,” ujar dia.

Diklaim perusahaan memiliki 4 ribu karyawan dan memberikan akses untuk lebih dari 300 ribu guru privat. Adapun untuk jumlah pengguna disebutkan telah lebih dari 15 juta pengguna terdaftar.

General Atlantic dan GGV sebelumnya pernah berinvestasi untuk sejumlah startup edtech di berbagai belahan dunia. General Atlantic adalah salah satu investor dari startup Byju (India), Hotmart dan Arco (Brazil), Open Classrooms (Perancis), dan Little Golden Star (Tiongkok).

Sementara, GGV Capital adalah investor untuk FengBian, HuoHua, ZuoYebang, XiaoBu, LiuLiShuo (Tiongkok), dan Lambda School (Amerika Serikat).

Kiprah General Atlantic di Indonesia dimulai pada Desember 2018 dengan membuka kantor perwakilannya di Jakarta. Ruangguru adalah pendanaan lokal kedua yang diberikan perusahaan setelah MAP Boga Adiperkasa, perusahaan ritel yang mengoperasikan tujuh merek eksklusif di Indonesia.

Perusahaan ini juga tercatat menjadi investor untuk induk Shopee, Sea, dan Zimmerman, brand fesyen global untuk kalangan ekonomi atas.

Application Information Will Show Up Here

Google Indonesia Luncurkan “Bangkit”, Program Pendidikan Pemrograman Gratis di Tingkat Lanjut

Bertujuan untuk menambah lebih banyak talenta digital yang memiliki kemampuan pemrograman tingkat lanjut, Google Indonesia meluncurkan program “Bangkit”.  Inisiatif tersebut dapat dinikmati gratis oleh masyarakat Indonesia yang ingin menambah kompetensi di bidang pemrograman dan machine learning.

Kepada DailySocial, Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf mengungkapkan, program pilot ini diluncurkan berdasarkan masukan dari pemerintah dan pihak terkait lainnya yang menginginkan partisipasi lebih dari perusahaan untuk mencetak talenta digital yang berkualitas.

“Khusus untuk program Bangkit, kita menargetkan mereka yang telah memiliki kemampuan pemrograman, coding, hingga matematika. Semua pelatihan akan dilakukan dalam Bahasa Inggris, didukung dengan materi pelajaran hingga mentor berkualitas.”

Bagi mereka yang tertarik untuk mengikuti program Bagkit, bisa mendaftarkan melalui platform Grow with Google. Setelah melalui proses perekrutan dan interview, peserta yang berhasil lolos akan mengikuti program selama 6 bulan secara gratis.

Untuk fase pertama, program Bangkit baru diadakan di kota seperti Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, dan Denpasar. Menggandeng startup unicorn Indonesia seperti Tokopedia, Traveloka, dan Gojek. Targetnya merekrut 300 peserta.

“Alasan kami untuk fokus kepada machine learning karena Google sudah banyak menerapkan teknologi tersebut dan saat ini sudah banyak startup yang mulai menerapkan teknologi yang tergolong sudah sangat advance ini. Selain technical skill kami juga akan memberikan pelatihan soft skill seperti leadership hingga critical thinking untuk para peserta,” kata Randy.

Memanfaatkan momentum

Disinggung apakah program ini diluncurkan bersamaan dengan dilantiknya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Randy menegaskan program ini sebelumnya sudah menjadi rencana Google Indonesia. Memanfaatkan kemitraan dengan unicorns hingga pihak universitas, diharapkan bisa memberikan kontribusi.

Sebelumnya Google Indonesia juga telah memberikan pelatihan kepada pemilik bisnis UKM seperti Gapura Digital dan Women Will untuk perempuan. Google Indonesia mengklaim hingga saat ini telah melatih sekitar 1,6 juta orang di Indonesia.

Untuk memastikan program ini berjalan secara lancar dan tepat sasaran, nantinya Google juga akan menghadirkan mentor ternama dari Google sendiri. Mentor profesional dari Google Asia Pasifik siap membantu peserta program Bangkit.

“Pada akhirnya untuk peserta yang nantinya telah selesai mengikuti program Bangkit, bisa bekerja di perusahaan teknologi hingga startup di Indonesia. Mereka juga bisa membangun startup sendiri memanfaatkan pelajaran yang didapatkan dari program. Jika sesuai dengan kriteria tidak menutup kemungkinan mereka juga bisa bergabung dengan Google Indonesia,” kata Head of Education Programs Google Asia Pacific William Florance.

Disinggung apakah talenta Indonesia sudah siap dan memiliki kemampuan yang baik untuk meningkatkan skill set mereka, William menegaskan sudah banyak para programmer yang bekerja di perusahaan teknologi hingga startup unicorn Indonesia yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Melalui program Bangkit diharapkan jumlah tersebut bisa bertambah.

HarukaEDU Konfirmasi Perolehan Pendanaan Seri C, Akan Fokus Rambah Pasar Korporasi

Startup pendidikan (edtech) HarukaEDU mendapatkan pendanaan seri C dengan nilai yang tidak disebutkan. Putaran investasi dipimpin oleh perusahaan dagang asal Amerika Serikat bernama SIG, dengan keterlibatan AppWorks akselerator startup bebasis di Taipei, dua investor lokal GDP Venture dan Gunung Sewu, serta investor di tahap sebelumnya Samator Group.

Kabar mengenai pendanaan ini dikonfirmasi langsung oleh Co-Founder & CEO HarukaEDU Novistiar Rustandi, ia sekaligus menyampaikan ambisinya untuk mendorong perusahaan mendalami sektor B2B. Penggalangan dananya sendiri memang sudah dikabarkan sejak tahun lalu.

Sebelumnya HarukaEDU telah membukukan pendanaan seri B senilai $2,2 juta. PALF, Semator, dan investor dalam putaran sebelumnya CyberAgent Capital turut terlibat dalam putaran tersebut.

Mirip dengan edtech populer lainnya, seperti Ruangguru atau Zenius, layanan dasar HarukaEDU adalah platform belajar online. Tahun lalu merek Pintaria mulai santer dikenalkan ke publik, didesain sebagai marketplace pelatihan dan pembelajaran dengan beragam topik, fokus pada pengembangan kemampuan profesional. Layanan tersebut kini jadi cikal-bakal lahirnya CorporateEdu, model bisnis baru yang akan coba digenjot tahun depan.

Dalam sebuah kesempatan Novistiar menceritakan alasan perubahan segmen bisnis yang disasar HarukaEDU –dari kalangan akademik, menuju kalangan profesional, dan kini menyasar korporasi. Ia dan timnya menangkap ada kebutuhan di pasar terkait, yang dipengaruhi tren disrupsi akibat perkembangan teknologi. Dicontohkan banyak pekerjaan lama yang sudah mulai dikikis dengan automasi, mengharuskan setiap pekerja harus selalu memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan industri.

“Banyak pekerjaan lama mulai hilang, misalnya penjaga pintu tol atau kasir. Sementara banyak pekerjaan baru muncul, misalnya data scientist atau AI trainer. Revolusi industri 4.0 memang memberikan tantangan sendiri, tapi dengan memiliki prinsip harus selalu belajar, kita bisa terus mengikuti perkembangan zaman. Itu menjadi potensi bisnis yang coba diakomodasi HarukaEDU,” terang Novistiar.

Terkait pendidikan untuk kalangan profesional, beberapa waktu lalu Ruangguru juga memperkenalkan Skill Academy. Melalui kanal tersebut, materi belajar yang lebih umum seperti mengenai teknik presentasi, tips penjualan, dan lain-lain ditawarkan.

Coba mendirupsi kegiatan pelatihan bisnis

CorporateEdu dikembangkan untuk membantu perusahaan memfasilitasi kanal pengembangan kompetensi bagi para karyawannya. Pendekatan digital dinilai lebih efektif, dengan jam pelaksanaan yang lebih fleksibel dan hasil yang lebih terukur. Dari sisi perusahaan, juga dinilai akan menghemat lebih banyak anggaran.

Dalam perjalanan bisnisnya, HarukaEDU menggandeng banyak institusi, mulai dari universitas hingga kalangan profesional untuk menyampaikan materi ajar. Kerja samanya dengan institusi pendidikan terakreditasi juga memungkinkan Pintaria untuk menjual materi kuliah online dengan pedagogi setara dengan pembelajaran di kampus.

Dengan pendanaan seri C yang diperoleh, HarukaEDU cukup optimis bahwa layanannya ini akan diterima baik di pasar korporasi lokal dan berharap menuai hasil serupa dengan startup lain di luar negeri yang sudah menginjakkan kaki terlebih dulu di segmen tersebut, misalnya 2U.com.

“Di luar negeri ada 2U.com, itu juga menjadi benchmark produk kami. Platform ini menghadirkan layanan blended-learning, semacam kuliah online. Dulu 2U.com mencapai valuasi $1 miliar saat mereka hanya memiliki 12 ribu pengguna. Per tahun 2018 ini penggunanya sudah mencapai 32 ribu, valuasi pun meningkat senilai $4,8 miliar. Di edtech, akuisisinya sekali, tapi pelanggan akan bayar selama 4 tahun,” jelas Novistiar saat ditemui di acara Nexticorn di Bali tahun lalu.

Youthmanual Berubah Jadi “Rencanamu”, Tegaskan Diri sebagai Platform Perencanaan Karier untuk Pelajar

Youthmanual telah resmi rebranding menjadi Rencanamu, untuk semakin menegaskan diri sebagai layanan yang membantu siswa/i dan mahasiswa merencanakan karier masa depan. Visinya sebagai “link and match” antara pendidikan dengan industri dan meningkatkan daya saing bangsa di era industri 4.0.

Melalui situs web dan aplikasi, Rencanamu menyediakan ragam fitur untuk persiapan karier, pengembangan talenta, dan proses rekrutmen yang dipersonalisasi. Didasarkan pada data-data yang terekam sistem, secara otomatis layanan tersebut juga akan menghubungkan siswa/i dan mahasiswa dengan beragam peluang ekonomi seperti magang, pekerjaan, beasiswa dan kuliah yang sesuai dengan preferensi.

Co-founder & CEO Rencanamu Rizky Muhammad mengatakan, berdasarkan riset internal yang dilakukan 3 tahun terakhir terungkap beberapa fakta mengenai kondisi talenta dan ketimpangan antara supply & demand. Seperti 92% siswa SMA/SMK sederajat bingung dan tidak tahu akan menjadi apa ke depannya; 45% mahasiswa merasa salah mengambil jurusan; hingga meningkatnya pengangguran terselubung (underemployment) dan tingginya pengangguran (unemployment) di kalangan anak muda.

“Di sinilah platform Rencanamu berperan sebagai fasilitator dalam memberikan program persiapan karier dan pengembangan talenta yang terstruktur, menyeluruh, terintegrasi,” jelas Rizky.

Dengan Rencanamu, siswa/i dan mahasiswa dapat mengikuti rangkaian persiapan karier yang terdiri dari self discovery, eksplorasi, perencanaan karier, hingga siap kerja – dengan ragam sumber daya yang tersedia. Kerangka perencanaan karier dan pengembangan talenta dikembangkan berdasarkan riset dan telah divalidasi oleh industri, diklaim terbukti dapat meningkatkan kesiapan kerja (employability) penggunanya.

Rizky juga menambahkan, fitur analisis yang disematkan di Rencanamu memberikan gambaran terkini mengenai kondisi talenta dan permintaan industri yang berguna bagi pemerintah, baik di tingkat provinsi atau pun pusat dalam memahami lanskap ketenagakerjaan. Fitur pencarian kampus, beasiswa, program studi, hingga profesi turut disematkan untuk memperkaya wawasan pengguna.

Sejak meluncur tahun 2017, platform  telah membantu sekitar 1,6 juta pengguna. Hingga satu tahun ke depan, tim Rencanamu optimis bisa menambah jumlah tersebut hingga 5 juta pengguna.

Untuk menggunakan layanan Rencanamu, pengguna dibebankan biaya akses. Biaya tersebut menyesuaikan paket yang dipilih. Selain secara personal, paket berlangganan juga menargetkan institusi pendidikan. Pelaku usaha atau korporasi juga bisa memanfaatkan platform untuk membantu menemukan potensi talenta untuk dipekerjakan.

Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Hadir di Vietnam dengan Nama “Kien Guru”

Ruangguru resmi mengumumkan kehadirannya di luar Indonesia. Melalui akun Instagram pribadinya, Iman Usman memperkenalkan “Kien Guru” untuk dioperasikan di Vietnam.

Saat ini aplikasi dan situs Kien Guru sudah bisa diakses dalam bahasa setempat, baik aplikasi untuk pelajar maupun pendidik. Beberapa materi pembelajaran juga sudah digulirkan.

Iman turut menyebutkan bahwa Ruangguru sudah memilik ratusan anggota tim yang bakerja di Kien Guru, termasuk jumlah pengguna yang terus coba ditingkatkan dengan serangkaian acara promosi.

Vietnam dijadikan negara pertama tujuan ekspansi karena dinilai memiliki masalah yang sama seperti yang dihadapi Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya di bidang pendidikan. Berbekal sambutan positif dan pertumbuhan signifikan sejauh ini, Ruangguru berusaha mereplikasi layanannya dengan hadir di Vietnman.

“Ketika berkunjung ke sana, kita menyadari bahwa masalah pendidikan yang kita alami bukanlah persoalan yang ditemui di sini saja, tapi juga di negara-negara berkembang lainnya, seperti Vietnam. Persebaran guru yang tidak merata, gap yang besar antara kota besar dan kota kecil, minimnya akses terhadap konten yang berkualitas – cuma segelintir dari berbagai persoalan yang kita temui di sana. Semoga dengan hadirnya kita di sana, Ruangguru bisa ikut berkontribusi juga dan mulai menaruh bendera Indonesia di peta pendidikan dan perekonomian dunia,” tulis Iman dalam akun Instagram pribadinya.

Di Indonesia sendiri Ruangguru digadang menjadi salah satu bisnis rintisan yang segera meraih gelar unicorn.

Beberapa inovasi terbaru mereka antara lain RuangKerja yang disediakan untuk pegawai, Skill Academy yang menawarkan pembelajaran untuk meningkatkan skill di luar akademik dan Brain Academy, sebuah lembaga bimbel yang mengkombinasikan pendekatan offline dan online.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here