Indosat Ooredoo Business Resmi Luncurkan NEXThing

Indosat Ooredoo Business baru saja meluncurkan platform IoT terintergrasi yang dinamai NEXThing. Platform ini diperkenalkan di sela-sela acara Indosat Ooredoo ICT Conference 2016 “Executing Digital Transformation in a Business Disruption Era”. Hadirnya NEXThing diharapkan bisa menjadi solusi untuk terciptanya ekosistem bisnis digital dan ICT spesifik untuk industri.

Disampaikan President Director dan CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli, NEXThing merupakan bagian dari visi dari Indosat Ooredoo dalam hal memuluskan langkah bisnis untuk bertransformasi ke ekosistem digital.

“Visi tiga tahun kami adalah menjadi mitra solusi digital yang menghubungkan bisnis di Indonesia. Dengan visi ini, kami berkomitmen untuk terus mendengarkan pelanggan bisnis kami, lebih memahami kebutuhan dan hal kritikal dalam bisnisnya sehingga kami dapat lebih mendukung pelanggan untuk mencapai organisasi yang ‘digitally transformed.’ Kami memiliki sumber daya dan pengalaman untuk membantu pelanggan bisnis dalam merancang, membangun dan menjalankan solusi yang tepat,” terang Rusli.

Indosat Ooredoo Business percaya bahwa solusi Internet of Things (IoT) memungkinkan pengumpulan data dari berbagai jenis perangkat industri yang terhubung ke aplikasi bisnis sehingga mampu menjadikan operasi bisnis yang lebih cepat dan transparan. Selain itu NEXThing ini juga disiapkan untuk mampu menghubungkan berbagai aplikasi bisnis dalam sesuatu ekosistem bisnis yang di dalamnya antar aplikasi dapat berinteraksi dan bertukar data sehingga menciptakan peluang bisnis baru.

Dalam pengembangannya Indosat Ooredoo menggandeng beberapa mitra teknologi baik global maupun lokal. Salah satu di antaranya adalah IBM. Kerja sama dengan IBM ini dikhususkan dalam hal pengembangan platform IoT bagi pasar Indonesia.

“Kami bangga menjadi operator digital telco pertama yang meluncurkan platform IoT yang lengkap dan terintegrasi di Indonesia. Dengan ditandatanganinya MoU untuk mengembangkan platform IOT ini, posisi kami akan jauh lebih kuat sehingga kami yakin untuk menjadi mitra pelanggan bisnis dalam menyediakan solusi ICT yang lengkap terutama mendukung transformasi digital. Seluruh solusi ICT ini dibangun di atas infrastruktur digital seperti connectivity (datacom), data center dan managed services yang telah dikenal andal selama bertahun-tahun,” ungkap Director and Chief Wholesale & Enterprise Officer Indosat Ooredoo  Herfini Haryono.

Selain meluncurkan platform NEXThing, Indosat Ooredoo Business kini juga menghadirkan solusi spesifik untuk industri tertentu seperti Solusi Digital Branch untuk industri perbankan, Digital Store untuk retail dan perdagangan, Digital Logistic untuk industri manufaktur, Workforce Solution untuk industri oil & gas dan mining, dan solusi smart city, Kota Digital Indonesia.

CA Technologies: Indonesia Peringkat Dua di Asia Tenggara untuk Dampak Positif Transformasi Teknologi

Transformasi digital banyak dilakukan karena dipandang bisa membawa perubahan yang lebih baik bagi sebuah organisasi atau bisnis. Minimal meringankan beban kerja dengan memanfaatkan teknologi digital. CA Technologies, sebuah perusahaan teknologi informasi yang menyasar korporasi, mengeluarkan hasil studi yang menemukan bahwa di Indonesia banyak perusahaan yang mendapatkan keuntungan dari transformasi digital. Kedua tertinggi di antara negara-negara lain di Asia Tenggara dan urutan keempat tertinggi untuk seluruh dunia.

Dalam survei yang berjudul “Keeping Score: Why Digital Transformation Matters” tersebut memaparkan beberapa dampak yang dirasakan oleh berbagai macam perusahaan setelah melakukan transformasi digital. Selain itu laporan ini juga menemukan hubungan kuat antara kinerja bisnis dan teknologi, juga termasuk upaya-upaya lainnya dalam mendukung transformasi digital.

Dalam laporan ini juga dipaparkan statistik dampak bisnis yang dipengaruhi transformasi digital. Ada beberapa kategori dan indikator kerja yang menggambarkan bagaimana transformasi digital begitu berpengaruh di Indonesia. Untuk kategori pertumbuhan bisnis misalnya, dengan indikator pertumbuhan pendapatan dari sumber pendapatan baru, persentase perusahaan di Indonesia naik 45%.

Presentase survei dampak transformasi digital CA Technologies secara global / CA Technologies
Presentase survei dampak transformasi digital CA Technologies secara global / CA Technologies

Indikator lainnya seperti kepuasan dan loyalitas pelanggan Indonesia perusahaan-perusahaan di Indonesia rata-rata memperoleh persentase perbaikan hampir 50%. Tepatnya 44 dan 46%. Secara umum Indonesia menempati posisi ketiga di bawah Thailand dan India untuk wilayah Asia Pasifik. Selain itu dari survei juga didapat data bahwa 63% dari responden menganggap telah melakukan proses mengubah industri bisnis mereka, dengan sejumlah teknologi yang telah mereka adopsi.

Masih berdasarkan laporan dari CA Technologies responden di Indonesia juga melaporkan perbaikan dalam bidang-bidang seperti peningkatan dalam kepuasan pelanggan, pendapatan dari bisnis baru, kecepatan dalam pengambilan keputusan, dan kecepatan perusahaan untuk hadir di pasar. Teknologi digital dianggap mampu membawa sejumlah perubahan yang positif.

Wakil Presiden Wilayah ASEAN dan Tiongkok CA Technologies Nick Lim dalam keterangan persnya menyampaikan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia siap untuk bersaing bahkan melampaui para pesaing di wilayahnya dengan memanfaatkan transformasi digital.

“Ada peluang yang menarik di mana perusahaan bisa mendapatkan keuntungan dari integrasi teknologi khususnya perangkat lunak ke dalam setiap aspek operasional mereka dan mengadopsi transformasi digital. Hal ini akan memastikan bahwa mereka selalu beroperasi pada tingkat kelincahan, efisiensi dan keamanan yang tinggi dalam rangka untuk memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan,” ujar Nick.

Microsoft Teams Adalah Rival Slack yang Terintegrasi dengan Layanan Office 365

Sebagai aplikasi yang sangat populer dalam lingkup dunia kerja, Slack terus mendapat gempuran dari penantang baru yang datang dari nama-nama besar industri teknologi. Sebut saja Facebook dengan Workplace, WeChat dengan WeChat Enterprise, dan kini Microsoft dengan Microsoft Teams.

Microsoft mendeskripsikan Teams sebagai “chat-based workspace“. Teams bisa dinikmati oleh pelanggan Office 365 Business dan Enterprise, menjadi sentra kolaborasi terpadu yang menghubungkan informasi dari satu aplikasi ke yang lain.

Word, PowerPoint, Excel, OneNote, semuanya terintegrasi ke dalam Teams. Pengguna bisa saling berbagi dokumen, atau langsung mengerjakannya bersama-sama secara real-time. Integrasi dengan layanan pihak ketiga juga merupakan kunci utama kalau mau bersaing dengan Slack dan Workplace, dan di sini Microsoft sudah mengajak setidaknya 150 developer, termasuk nama-nama populer seperti Twitter, GitHub, Hootsuite, Zendesk atau Asana.

Microsoft Teams juga mendukung tampilan threaded conversation seperti di email / Microsoft
Microsoft Teams juga mendukung tampilan threaded conversation seperti di email / Microsoft

Microsoft tidak lupa menyertakan sejumlah bot guna memaksimalkan produktivitas pengguna. Aspek fun juga tak boleh dilupakan begitu saja, karena itu komunikasi dalam Microsoft Teams bisa disisipi emoji, GIF atau bahkan custom meme. Ketika sudah waktunya untuk berdiskusi secara serius, tinggal manfaatkan layanan Skype yang sudah terintegrasi.

Fitur keamanan juga diperhatikan, seperti misalnya enkripsi data secara menyeluruh. Selain lewat web, Teams juga tersedia dalam aplikasi Windows, Mac, Android dan iOS.

Saat ini Microsoft Teams sudah tersedia meski masih berstatus preview. Kira-kira awal 2017 versi finalnya akan tersedia untuk perusahaan yang berlangganan Office 365 Business dan Enterprise.

Sumber: Office Blog.

Akamai Dorong Pentingnya Kesadaran Keamanan Awan

Akamai, penyedia jasa security cyber, mengungkapkan semakin banyaknya perusahaan berbasis teknologi di Indonesia menjadi momok baru untuk diserang oleh penyerang siber. Contoh nyata serangan siber terjadi saat flash sale layanan e-commerce. Saat itu jumlah pengunjung dalam waktu tertentu membludak dari biasanya.

Pada saat itu, tidak adanya kesiapan dari perusahaan e-commerce bisa membuat server jadi lumpuh. Kerugian pun akhirnya tidak terelakkan. Hal inilah yang menjadi fokus utama Akamai.

Serangan Distributed Denial of Service (DDoS) merupakan salah satu serangan siber yang paling sering menghantam dunia siber. DDoS adalah metode serangan siber lewat pemenuhan server dengan trafik tinggi dan bertujuan untuk menghentikan layanan karena server kelebihan kapasitas.

[Baca juga: Tren Serangan Siber yang Terus Meningkat dan Langkah Antisipasinya]

Akamai mengklaim solusi pencegahan serangan siber DDoS dengan fitur kemampuan yang dapat mendeteksi trafik yang berlebih, tidak wajar, yang mengundang kecurigaan. Fitur tersebut dapat mendeteksi alamat Internet Protocol (IP) yang berubah-ubah.

Akamai lalu mencoba menghentikan serangan di ujung saluran server agar tidak masuk ke infrastruktur internal perusahaan dengan membuang trafik DDoS dan mengalihkan pengguna internet ke jalur yang aman.

“Akamai bisa mendeteksi apakah itu serangan DDoS atau bukan, lewat deteksi IP, user agent, cookie, session ID. Kemudian, apakah serangan itu melakukan request yang berkali-kali, akan terlihat wajar atau tidaknya. Lewat parameter itu, secara otomatis Akamai akan mengalihkan serangan ke jalur lain, sehingga pengguna internet jadi tidak terganggu saat mengakses situs,” terang Ali Hakim, Country Manager Akamai Indonesia, Selasa (12/10).

Menurut data Akamai per kuartal II/2016, serangan DDoS naik 129% secara year-on-year (yoy) dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya. Akamai mengklaim telah menanggulangi sebanyak 4.919 serangan DDoS selama kuartal II/2016.

Kapasitas serangan DDoS terbesar yang dipantau oleh Akamai mencapai 363 Gbps dan terjadi pada 20 Juni 2016. Serangan ini menargetkan sebuah sebuah perusahaan dari sektor media di negara Eropa. Pada saat bersamaan, nilai tengah atau median dari serangan turun 36% menjadi 3,85 Gbps.

Selama kuartal II, Akamai melihat ada 12 serangan yang telah melampaui 100 Gbps dan dua diantaranya mencapai 300 Gbps. Serangan ini menyasar pelaku usaha di industri media dan hiburan.

Adopsi Cloud di Perusahaan Sudah Tinggi dan Mulai Mencari Pemanfaatan Baru

Cloud computing menjadi salah satu teknologi yang menjadi tulang punggung startup. Pasalnya cloud computing menawarkan kemudahan integrasi dan juga nilai investasi yang terjangkau, sehingga dengan biaya minimal startup sudah bisa menjalankan produk atau layanan mereka di infrastruktur cloud untuk dengan segera menjangkau calon pengguna alih-alih membangun infrastruktur sendiri. Perlahan atau pasti cloud menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan bagi industri digital era modern. Dalam sebuah laporan yang diterbitkan IDC, yang didukung Cisco,dijelaskan bahwa sekarang sudah semakin jamak perusahaan menggunakan cloud, bahkan sekarang sudah masuk pada babak menuai keuntungan dan mulai mencari peluang pemanfaatan baru teknologi cloud.

Dalam laporan tersebut dipaparkan bahwa ada peningkatan sekitar 61% perusahaan pengguna cloud dibanding tahun lalu. Dari total semua responden sebanyak 68% mengungkapkan telah mengadopsi dan menggunakan cloud untuk bisnis mereka. Sisanya masih dalam tahap edukasi, perencanaan, dan ada juga yang tidak tertarik sama sekali.

Survei IDS mengenai cloud

Baik itu private cloud, public cloud, atau hybrid cloud sama-sama mendapat porsi perhatian yang lebih di perusahaan-perusahaan. Salah satu yang banyak digunakan adalah hybrid cloud, alasannya perusahaan menggunakan layanan cloud dari beberapa penyedia yang berbeda dan bisa dengan mudah menggabungkan aset yang ada di public cloud dan private cloud.

Teknologi cloud hadir untuk jawaban bagi mereka yang membutuhkan sebuah infrastruktur IT yang fleksibel dan mudah untuk diintegrasikan satu sama lain. Cloud sendiri difungsikan dalam berbagai bentuk di masing-masing perusahaan. Ada yang menggunakan cloud untuk arsitektur micro service , DevOps, bahkan sampai pada implementasi penggunaan IoT.

Untuk beberapa perusahaan yang sudah matang, penggunaan cloud tidak semata-mata sebagai bagian dari menghemat anggaran biaya untuk membangun infrastruktur. Cloud di perusahaan-perusahaan tersebut malah kebanyakan diharapkan bisa membantu meningkatkan revenue.

Selain itu untuk perusahaan yang matang dalam penggunaan teknologi cloud mulai melirik IoT sebagai “jodoh” teknologi cloud yang baru. Ada sekitar 62% responden perusahaan yang sudah matang dalam penggunaan cloud melihat atau berencana menjadikan cloud sebagai teknologi untuk mendukung penerapan IoT.

Di Balik Pergantian Identitas Mediatrac Menjadi Dattabot

Ada yang baru dari salah satu perusahaan Big Data Analytics terkemuka di Indonesia, Mediatrac. Per tanggal 30 Agustus 2016 kemarin yang bertepatan dengan festival Data for Life, nama Mediatrac sudah berganti menjadi Dattabot. Identitas baru tersebut menggambarkan nilai tambah perusahaan bagi klien mereka sebagai asisten cerdas yang membantu proses penanganan dan pengolahan data.

Dalam dunia bisnis, perubahan adalah hal yang wajar terjadi dan yang paling sering dibicarakan adalah ketika perusahaan memutuskan untuk berganti nama, ataupun logo yang menjadi “wajah” mereka di depan khalayak umum.

Jika Anda mau menelusuri, Anda akan menemukan bahwa merek-merek ternama pun melakukannya. Nokia, Nike, Apple, Facebook, Uber, Microsoft, juga Google sudah melakukannya berkali-kali. Itu semua demi beradaptasi dengan perubahan  keadaaan pasar dan permintaannya yang dinamis.

Hal yang sama pun terjadi di Indonesia dan kali ini perubahan itu dilakukan oleh salah satu perusahaan dalam bidang Big Data Analytics yang dahulu bernama Mediatrac. Kini, nama tersebut sudah berganti menjadi Dattabot untuk lebih merefleksikan bisnis mereka di bidang big data.

[Baca jugaMakna Brand Ambassador Bagi Semangat Baru elevenia]

CEO Dattabot Regi Wahyu kepada DailySocial menyampaikan, “Kami memutuskan mengganti nama menjadi Dattabot untuk lebih merefleksikan bisnis kami saat ini, yaitu sebagai perusahaan Big Data Analytics dan visi kami untuk menghubungkan semua data pada tingkat yang paling kecil (granuler).”

“Mediatrac merupakan brand lama yang merefleksikan bisnis awal kami sebagai perusahaan Media Monitoring pada tahun 2003. Seiring berjalannya waktu, kami mulai mengumpulkan data di luar Media Cetak dan Online/Digital, seperti data geo-demografi, Points of Interests, dan lain – lain. Untuk itu kami perlu membangun kapasitas untuk mengelola dan menganalisis data yang semakin besar, bervariasi, dan bertambah dengan cepat. Teknologi Big Data kemudian menjadi jawaban atas kebutuhan kami.”

“Pada tahun 2010 kami melakukan pivot menjadi perusahaan Consulting yang berbasiskan data dan akhirnya pada 2013 menjadi perusahaan Big Data Analytics,” lanjutnya.

Nama Dattabot sendiri juga mewakili ambisi perusahaan untuk menciptakan sebuah platform yang mempunyai kemampuan untuk membersihkan, memperkaya, dan menggabungkan data secara otomatis. Prosesnya rebranding-nya sendiri, disampaikan Regi, mendapat bantuan dari Thinkingroom.

Hal yang menarik dari nama Dattabot adalah arti yang ada di baliknya. Regi mengungkapkan bahwa nama Dattabot sebenarnya terdiri dari tiga elemen, yaitu Data, Bot, dan huruf “T” dalam penulisan Datta.

[Baca jugaBlibli Hadirkan “NIKE Official Store”]

“Data menggambarkan bisnis kami sebagai perusahaan Data Analytics, Bot yang merupakan kependekan robot menggambarkan kemampuan Artificial Intelligence (AI) kami untuk secara otomatis mengolah data, dan penulisan Datta dengan dua ‘T’ untuk melambangkan tiga founding partner kami, karena Datta dalam mitologi Hindu adalah inkarnasi dari tiga dewa utama [Brahma, Wisnu, dan Shiva],” jelas Regi.

Sebagai informasi, tiga founding partner Mediatrac yang kini bernama Dattabot adalah Imron Zuhri, Regi Wahyu, dan Tom Malik.

Meski telah berganti nama, visi yang dibawa oleh Dattabot tidak berbeda dengan sebelumnya, begitu juga dengan nama resmi (legal) perusahaan yang tetap menggunakan nama PT Mediatrac Sistem Komunikasi.

Satu pernyataan yang tersisa, dengan brand baru ini, apa yang ingin dicapai oleh perusahaan ke depannya?

Regi mengatakan, “Ke depannya kami akan fokus ke model bisnis baru kami sebagai platformasaservice [PaaS] yang menawarkan layanan Data Analytics. Kami ingin platform Dattabot bisa bermanfaat tidak saja untuk berbagai sektor bisnis, tapi juga untuk pemerintah dan masyarakat luas.”

PINS Indonesia Ingin Menjadi Pemain Utama di Ranah IoT Tanah Air

Internet of Things (IoT) menjadi sebuah fenomena baru di industri teknologi. Selain teknologinya yang mulai banyak disediakan, produk dan layanan yang memanfaatkan IoT yang menyasar konsumen perorangan maupun bisnis juga mulai banyak bermunculan. Di Indonesia sendiri potensi IoT pun cukup menjanjikan dan PT PINS Indonesia, salah satu anak perusahaan Telkom, mencoba memanfaatkan peluang ini dengan membidik posisi sebagai pemain utama.

CEO PT PINS Indonesia Prasbari Pesti seperti diberitakan Liputan6 menuturkan pihaknya saat ini sedang fokus untuk mengembangkan produk IoT di Indonesia. Prasbari optimis dengan platform dan kapabilitas SDM yang ada saat ini PINS siap menyongsong era IoT.

“Ini sejalan visi kita bahwa PINS adalah The IoT Company. Karenanya, kami telah bekerja sama dengan prinsipil global dalam menyiapkan platform IoT yang handal, sehingga ke depannya produk IoT seperti BYOD (Bring Your Own Device), smart building, dan smart city dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia secara baik,” ujarnya.

Tiga portofolio PINS sendiri yang meliputi mobility service (perangkat seluler pengguna akhir), CPE Service (perangkat seluler korporasi), dan M2M/IoT (mesin ke mesin) kini disiapkan untuk mengerucut ke ranah IoT. Kerja sama mereka dengan Huawei tahun lalu untuk teknologi smart city juga dapat dipastikan akan bersinggungan dengan teknologi IoT.

Prasbari juga menegaskan bahwa dengan potensi IoT dan apa yang dimiliki PINS saat ini peluang menjadi IoT Company terbuka lebar, terlebih dengan adanya kolaborasi bersama pihak Telkomsel selaku penyedia layanan internet. Salah satu contohnya adalah kolaborasi melalui produk T-Drive. Dalam kolaborasi tersebut, Telkomsel menyiapkan akses internet seluler ke seluruh tanah air untuk perangkat T-Drive.

“Saat ini memang masih tahap awal. Perkembangannya ke depan masih membutuhkan edukasi. Dengan berbekal jaringan data dan pasar terluas di Indonesia, kami optimistis bisa menjadi The IoT Company,” pungkasnya.

Indosat Ooredoo dan Fujitsu Indonesia Jalin Kerja Sama

Indosat Ooredoo bersama Fujitsu Indonesia baru sja mengumumkan jalinan kerja sama dalam rangka menghadirkan solusi Smart Mobility dan Internet of Things (IoT). Sebagai awal, kerja sama ini akan berfokus pada sektor otomotif dan transportasi, selanjutnya akan diperluas ke berbagai sektor industri termasuk sektor publik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan korporasi di Indonesia tetapi juga perusahaan-perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia.

Fujitsu bersama dengan Indosat Ooredoo yakin bahwa kemitraan strategis yang terjalin ini nantinya akan mampu mendukung keduanya dalam mendayagunakan seluruh kekuatan yang mereka miliki dalam mengatasi seluruh tantangan yang akan hadir di masa depan. Smart Mobility dan IoT mengalami perkembangan yang cukup signifikan baik dari segi kuantitas atau kualitas informasi real-time yang tersedia sehingga mengubah cara perusahaan dalam mengelola aset, jaringan, serta dalam memberikan pengalaman terbaik kepada pelanggan.

“Indosat Ooredoo dan Fujitsu fokus dalam mendukung percepatan transformasi digital pada pelanggan bisnis atau korporasi. Kami berusaha untuk mendengar kebutuhan dan ambisi para pelanggan kami, memberikan value dan menjadikan investasi teknologi para pelanggan kami dapat mendukung pertumbuhan bisnisnya. Tidak ada pilihan lain bagi bisnis selain turut menyelami dunia digital,” ujar Director & Chief Wholesale and Enterprise Indosat Ooredoo Herfini Haryono.

Bagi Indosat Ooredoo dan Fujitsu, kemitraan ini menjadi langkah maju menuju kolaborasi yang makin mantap dan bernilai. Kemitraan ini mensinergikan piranti, layanan, dan solusi teknologi informasi yang mutakhir dari Fujitsu dengan teknologi telekomunikasi terdepan yang dimiliki Indosat Ooredoo untuk menghadirkan produk dan layanan-layanan baru yang bermanfaat bagi pelanggan korporasi di Indonesia.

“Fujitsu dan Indosat Ooredoo berkomitmen bersama untuk mendukung setiap institusi dalam pengambilan keputusan secara real-time berbasis data bisnis yang ktitikal yang dahulu sering terabaikan. Mobilitas di masa depan dipercaya akan makin dinamis dan lebih human sentris. Mobilitas akan menyediakan cara untuk mengoptimalkan strategi perusahaan dengan memanfaatkan aplikasi dan layanan yang dapat memproses data real-time guna menghadirkan informasi yang instan yang akurat di setiap lini,” tutur President Director Fujitsu Indonesia Achmad Sofwan.

Saratoga Mulai Bersiap Masuki Bisnis E-Commerce

Potensi bisnis e-commerce Indonesia tak henti-hentinya menggoda banyak kalangan untuk terjun di dalamnya. Yang terbaru dikabarkan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) juga turut ingin meramaikan industri ini dengan dana yang disiapkan menyentuh angka Rp 1 triliun.

Belum ada detil lebih jauh mengenai rencana ini. Diberitakan CNN Indonesia, Presiden Direktur Saratoga Investama Sedaya Michael W.O Soeryadjaya mengungkapkan mungkin dalam satu hingga dua bulan ke depan baru akan di beritakan ke publik.

“Kami tertarik. Saat ini kami sudah punya strategi tapi belum bisa di-sharing. Mungkin satu atau dua bulan lagi kami akan buka,” ujarnya.

Lebih jauh disampaikan Direktur Saratoga Investama Sedaya Andi Esfandiari bahwa rencana mereka untuk memasuki sektor e-commerce sudah memasuki tahap pembahasan di level medium. Saratoga sudah berniat untuk menanamkan investasi di salah satu e-commerce lokal tanah air yang masih belum bisa disebutkan namanya.

Sementara itu terpisah, diberitakan di DealstreetAsia Investor Relation and Risk Management Leona Karnali berkomentar berinvestasi di perusahaan menengah merupakan langkah pertama yang diambil dan dianggap tepat sebagai awalan Saratoga Investama Sedaya untuk masuk ke industri e-commerce. Investasi ke e-commerce akan menjadi investasi Saratoga pertama di sektor digital. Sebelumnya Saratoga dikenal memiliki portofolio di sektor infrastruktur dan sumber daya alam bisnis.

Sebagai informasi, Saratoga Investama telah membukukan Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp14,8 triliun dari 22 perusahaan investasi hingga kuartal I 2016. Raihan ini naik dari kuartal IV 2015 dengan total NAB mencapai Rp13,3 triliun.

Smartfren Hadirkan SmartAds, Fitur Iklan Multimedia Interaktif

Smartfren kini turut meramaikan pasar iklan digital dengan menghadirkan fitur iklan multimedia interaktif yang ditujukan kepada pengguna bernama SmartAds. Lewat fitur tersebut, iklan akan muncul secara otomatis saat handset dalam posisi idle atau tidak digunakan. Dengan demikian SmartAds diklaim tidak akan mengganggu aktivitas pengguna saat sedang browsing, games, dan chatting.

SmartAds akan mengirimkan konten iklan dengan format informasi atau iklan yang lebih personal dan interaktif. Bentuknya dapat berupa foto, video, suara atau lagu (rich media), bahkan hingga mengirimkan aplikasi. Keunggulan lain SmartAds adalah bisa digunakan untuk melakukan survei, program promosi, dan mengirimkan program diskon atau voucher untuk produk tertentu.

Dilansir dari Indotelko, Senior Vice President Digital Services Smartfren Revie Sylviana mengatakan, “Kami mulai garap iklan digital lebih serius dengan meluncurkan layanan SmartAds.[…] Ini medium baru untuk komunikasi interaktif yang lebih sesuai untuk target pelanggan data dan smartphone.”

Tren iklan digital operator

Kehadiran fitur SmartAds milik Smartfren ini sebenarnya bukan barang baru. Sebelumnya, XL Axiata telah bermitra dengan penyedia platform advertising digital asal Amerika Serikat Mobilewalla pada awal tahun lalu. Operator telekomunikasi lain yang juga serius menggarap iklan digital ini adalah Indosat yang menggandeng Smaato dan membentuk Indonesia Mobile Exchange.

Pasar di Indonesia akan terus bertumbuh stabil hingga tahun 2019, dimana pada saat itu total pasar iklan di Indonesia (termasuk iklan di media tradisional) akan melompat hingga US$19,58 miliar (Rp 260,7 triliun). Di saat itu, anggaran belanja iklan digital dan mobile akan berkisar di angka US$7,6 miliar (Rp 101,2 triliun)

Hingga tahun 2019 pasar periklanan di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan stabil dan mencapai lebih dari Rp 260 triliun. Ini juga termasuk iklan di media tradisional. Sementara anggaran belanja iklan digital dan mobile diperkirakan akan berkisar pada angka Rp. 101,2 triliun saat itu.

Dengan semakin gencarnya iklan digital yang dihadirkan oleh operator telekomunikasi, para pengguna pun harus bersiap menerima luapan iklan dengan konsep berbeda saat sedang menikmati layanan online di smartphone.