Allianz X Announces 481 Billion Rupiah Investment for Go-Jek

Allianz Group, German-based insurance company announces an investment of $35 million (about Rp481 billion) for Go-Jek, through its investment arm for digital business, Allianz X.

The investment is part of the round joined by Blibli, Astra, Google, Tencent, JD, Meituan and Temasek worth around US$ 1.5 billion. Allianz to be the only international-scale insurance company as Go-Jek’s shareholder.

Nazim Cetin, CEO of Allianz X said in an official release that this is the first investment for a SEA-based company, the fourth throughout the year.

“Allianz X’s strategic investment in Go-Jek emphasized on our commitment to digital business growth, particularly in developing countries. Go-Jek has demonstrated a successful track record in transportation, logistics, and payment sectors. We’re very willing to support the further developments,” he said (4/11).

Joos Louwerier, Allianz Life Indonesia’s President Director added, both companies will tighten relationships through various partnerships that soon to be launched. It will offer a range of unique financial products and services for Go-Jek’s community and customers.

Both companies have already partnered since two years ago. Allianz Indonesia provides health insurance to Go-Jek’s driver-partners. The service then expanded in providing health insurance for their families.

Currently, Go-Jek has acquired over 1 million drivers in 50 cities throughout Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

GDP Venture dan PTB Ventures Pimpin Pendanaan untuk Startup Artificial Intelligence Element Inc

Startup Artificial Intelligence (AI) Element Inc mengumumkan perolehan dana Seri A sebesar $12 juta (sekitar 171 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh GDP Venture dan PTB Ventures. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini sejumlah korporasi ternama Indonesia, yaitu BCA (melalui perusahaan investasi Central Capital Ventura), BRI (melalui unit investasinya), Telkom Indonesia (melalui MDI Ventures), dan Maloekoe Ventures yang bermitra dengan Ayala Corporation (Filipina).

Managing Member PTB Ventures David Fields dan CTO GDP Venture On Lee akan bergabung di dewan direksi Element Inc. Investor Pandu Sjahrir juga melanjutkan investasinya di putaran kali ini.

Element Inc didirikan oleh Adam Perold (desainer produk lulusan Stanford) dan Yann LeCun (peneliti machine learning kenamaan) di Amerika Serikat. LeCun adalah Profesor di NYU dan pernah menjabat sebagai Direktur Facebook AI Research.

Startup ini mengembangkan dan mendistribusikan platform software berbasis mobile yang menciptakan identitas biometrik. Perusahaan ini memproduksi solusi biometrik dari hulu ke hilir yang banyak digunakan untuk membangun platform imunisasi global. Hal ini memungkinkan diagnosis awal, memberikan sumber identitas untuk penyedia jasa kesehatan, dan mendorong akses terhadap layanan finansial.

Menggunakan teknologi Element Inc yang tersedia dalam bentuk aplikasi mobile, identitas seseorang (pengenalan wajah, sidik jari, dan lain-lain) akan lebih mudah disimpan dan digunakan. Hal ini dapat mengubah bagaimana berbagai layanan, termasuk perbankan dan kesehatan, mengelola data konsumennya.

“Misi kami di Element adalah untuk memberikan identitas pada miliaran orang yang membutuhkannya. Kami ingin membangun masyarakat yang lebih efisien dan inklusif. Saat ini, kesempatan untuk melakukan transformasi digital di Asia dan Afrika sangatlah menarik. Kami merasa terhormat bisa bergabung dengan perusahaan-perusahaan mitra kelas dunia ini,” kata Co-Founder dan CEO Element Inc Adam Perold dalam rilis yang kami terima.

Di Indonesia Element Inc telah membangun operasionalnya dengan merekrut Rizki Suluh Adi sebagai Head of Indonesia.

Menanggapi pendanaan ini, CEO GDP Venture Martin Hartono berujar, “GDP selalu terbuka untuk melakukan investment global yang dapat memberikan dampak besar terhadap pembangunan Indonesia, negara yang memiliki populasi keempat terbesar di dunia. Dengan berinvestasi di element inc, kami melihat adanya kesempatan untuk memajukan teknologi Artificial Intelligence khususnya keamanan identitas digital yang bisa diterapkan di berbagai bidang di Indonesia.”

“Setelah bertahun-tahun beroperasi, kami telah memantau perusahaan-perusahaan ternama yang menggunakan Artificial Intelligence di Asia, Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa. Teknologi end-to-end AI yang diproduksi oleh Element untuk penggunaan mobile dan cloud sangatlah unik,” CTO GDP Venture On Lee menambahkan.

Director of Digital & Strategic Portfolio Telkom Indonesia David Bangun mengatakan, “Saat ini, Telkom memiliki 180 juta pelanggan seluler serta unit bisnis yang menyediakan infrastruktur TI berskala nasional, termasuk layanan cloud, solusi broadband dan security. Bermitra dengan Element, kami melihat banyaknya peluang kolaborasi yang akan memberikan sejumlah manfaat bagi pelanggan kami dalam skala besar.”

Perusahaan Investasi Allianz X Umumkan Partisipasi Investasi ke Go-Jek Sebesar 481 Miliar Rupiah

Perusahaan asuransi berbasis di Jerman Allianz Group, melalui perusahaan investasi untuk bisnis digital Allianz X, mengumumkan partisipasi investasi sebesar US$35 juta (sekitar Rp481 miliar) untuk Go-Jek.

Partipasi Allianz X ini adalah bagian putaran yang diikuti oleh Blibli, Astra, Google, Tencent, JD, Meituan, dan Temasek dengan total perkiraan US$1,5 miliar. Allianz menjadi satu-satunya pemegang saham yang berasal dari perusahaan asuransi berskala internasional di Go-Jek.

Dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, CEO Allianz X Nazim Cetin menuturkan investasi ini adalah perdana dilakukan untuk perusahaan yang berbasis di Asia Tenggara, sekaligus menandai investasi keempat yang dilakukan Allianz X sepanjang tahun ini.

“Investasi strategis Allianz X di Go-Jek menekankan komitmen kami untuk pertumbuhan bisnis digital, khususnya di negara berkembang. Go-Jek telah memperlihatkan rekam jejak yang sukses dalam sektor transportasi, logistik, dan pembayaran. Kami siap dukung perkembangan berikutnya,” ucapnya, Rabu (11/4).

Presiden Direktur Allianz Life Indonesia Joos Louwerier menambahkan, perusahaan dan Go-Jek akan mempererat hubungan lewat berbagai kolaborasi yang akan diluncurkan. Pihaknya akan menawarkan berbagai produk dan layanan keuangan yang unik untuk komunitas dan pelanggan Go-Jek.

Sebelumnya, hubungan antara kedua perusahaan sudah dimulai sejak dua tahun lalu. Allianz Indonesia menyediakan asuransi kesehatan untuk para mitra pengemudi Go-Jek. Kemudian layanan ini diperluas dengan menyediakan asuransi kesehatan yang dapat dibeli para mitra untuk keluarganya.

Saat ini aplikasi Go-Jek telah memiliki lebih dari 1 juta mitra pengemudi tersebar di 50 kota di seluruh Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures, Yahoo Japan Capital, dan SMDV Dirikan EV Growth

Masih rendahnya jumlah startup lokal yang masuk dalam tahapan pendanaan Seri B ke atas menjadi salah satu alasan mengapa East Ventures, SMDV dan Yahoo Japan Capital melakukan kolaborasi dengan mendirikan venture capital bernama EV Growth.

Kepada media hari ini, Managing Partner dan Pendiri East Ventures Willson Cuaca mengungkapkan, dengan hadirnya EV Growth diharapkan startup lokal tidak harus keluar negeri saat melakukan fundraising tahapan B ke atas.

“Saya masih melihat adanya gap untuk startup lokal yang ingin masuk ke tahap pendanaan Seri B dan selanjutnya. Meskipun EV Growth terbuka untuk pasar di Asia Tenggara, namun fokus kami masih di Indonesia.”

Sebelum meluncurkan EV Growth, perwakilan East Ventures, Yahoo Japan Capital dan SMDV sudah melakukan pertemuan sejak bulan September 2017 lalu. Karena adanya kesamaan visi dan misi tersebut, akhirnya pendirian EV Growth diresmikan.

“Yahoo Japan Capital sendiri selama ini kesulitan untuk menemukan startup yang tepat untuk didanai. Sesuai dengan tujuan kami untuk menjalin kemitraan dengan partner lokal, kami memutuskan untuk melakukan kolaborasi dengan East Ventures dan SMDV sesuai dengan track record yang baik selama ini,” kata CEO Yahoo Japan Capital Shinichiro Hori.

Salah satu fokus EV Growth adalah startup yang sudah masuk dalam growth stage dan post-revenue. Pendanaan, networking, dan pengalaman yang telah dimiliki East Ventures, SMDV dan Yahoo Japan, bisa dimanfaatkan startup melalui EV Growth.

“Kami dari Yahoo Japan memiliki pengalaman di bidang layanan internet, C2C marketplace, bank online, layanan kartu kredit hingga mobile payment services. Bukan hanya memberikan pendanaan diharapkan pengalaman tersebut bisa dimanfaatkan oleh startup,” kata Shinichiro.

Implementasi pemberian dana untuk startup

EV Growth akan aktif beroperasi di kuartal kedua tahun 2018 dan menargetkan pengumpulan pendanaan sebesar $150 juta. Saat ini disebut sudah ada komitmen sebesar $100 juta oleh ketiga perusahaan modal ventura.

“Nantinya kita akan melakukan pendekatan yang berbeda dari East Ventures terkait dengan pemilihan hingga pemberian investasi kepada startup. Bukan hanya portofolio dari East Ventures, EV Growth membuka kesempatan untuk semua startup di Indonesia,” kata Wilson.

Di pendanaan tahap pertama, EV Growth diharapkan dapat berinvestasi di startup dengan nilai investasi awal di tiap perusahaan dimulai dari $5 juta. Target yang ingin dicapai adalah pendanaan untuk 20-30 startup.

“Perjanjian dengan pendiri startup nantinya berupa 10 tahun, yaitu 5 tahun pertama pemberian investasi dan 5 tahun terakhir fokus kepada return, menyesuaikan kondisi pasar,” kata Shinichiro.

Fokus EV Growth saat ini adalah mencari startup yang masuk dalam kategori incaran. Disinggung apakah sudah ada bocoran nama-nama startup yang bakal mendapatkan pendanaan, Managing Partner SMDV Roderick Purwana mengungkapkan sudah ada beberapa yang dalam proses eksekusi, namun enggan menyebutkan siapa saja.

“Baik East Ventures, SMDV, dan Yahoo Japan Capital masing-masing memiliki pengalaman dan investasi untuk menambahkan modal startup di Indonesia agar bisa mengembangkan bisnisnya, sesuai dengan tujuan EV Growth,” kata Penasihat Senior SMDV Franky O. Widjaja.

Investree Galang Dana untuk Ekspansi Regional

Bertujuan mengembangkan produk dan ekspansi ke kota lain di Asia Tenggara, layanan peer-to-peer lending (P2P) Investree sedang dalam proses eksekusi penggalangan dana. Jika sesuai dengan target, dak pertengahan kuartal tahun ini.

Disinggung siapakah venture capital yang bakal menjadi investor di tahapan Seri B ini, Co-founder dan CEO Investree Adrian Gunadi mengungkapkan nantinya pendanaan kali ini akan dipimpin financial services asing bersama dengan investor lainnya.

“Saat ini masih dalam tahap eksekusi dan belum final, jika sudah di-approve oleh OJK target kami pertengahan tahun 2018 sudah kami dapatkan pendanaan tersebut.”

Salah satu negara di Asia Tenggara yang diincar oleh Investree adalah Filipina, melihat adanya kesamaan behaviour pengguna dan sisi layanan keuangan seperti di Indonesia. Sebelumnya Investree juga telah meluncurkan teknologinya di Vietnam.

Kolaborasi dengan multifinance dan perbankan

Untuk mengembangkan model bisnis, Investree memiliki rencana scale up dengan menghadirkan marketplace P2P ke lender. Hal ini membuka kesempatan bagi Investree untuk menjalin kemitraan dengan bank dan multifinance.

“Kita lihat P2P akan makin berkembang jika adanya kolaborasi dengan sektor perbankan hingga instansi terkait. Kerja sama dengan multifinance sudah berjalan sementara dengan bank rencananya akan diluncurkan pada bulan April nanti,” kata Adrian.

Untuk implementasi proses akuisisi, inisiasi, dan collection borrower, Investree menyebutkan akan menerapkan cara yang biasa dilakukannya. Tidak ada penyaringan kembali dari bank dan multifinance untuk borrower.

“Meskipun Investree bermitra dengan sektor perbankan dan multifinance, namun proses akuisisi hingga collection akan disesuaikan dengan proses dari Investree. Dengan demikian dapat menekan pengeluaran dari bank dan multifinance,” kata Chief Risk Officer Investree Amalia Safitri.

Investree mengklaim proses pengajuan pinjaman hanya berkisar selama lima hari, sementara jika dilakukan di bank bisa mencapai hingga satu bulan. Selain bank lokal, Investree nantinya menghadirkan pilihan bank asing dan institusi keuangan asing sebagai lender Investree.

Platform alternatif untuk usaha kreatif

Saat ini Investree telah memiliki 16 ribu lender terdaftar, sementara jumlah lender aktif diklaim sudah mencapai 5 ribu. Lokasi lender pun diklaim telah tersebar hingga ke seluruh Indonesia.

Untuk jumlah borrower sendiri Investree telah memiliki sekitar 330 borrower yang kebanyakan berasal dari kalangan UKM. Pembagian kategori borrower adalah dari kalangan industri kreatif, jasa, dan outsourcing.

“Kami mencatat banyak event organizer, layanan katering, dan layanan jasa sekuriti yang melakukan peminjaman jangka pendek melalui Investree. Hal tersebut terjadi karena kemudahan dan cepatnya proses hingga uang dicairkan,” kata Adrian.

Borrower lain disebut banyak juga yang berasal dari merchant layanan e-commerce di Indonesia.

Secara akumulatif Investree sudah memfasilitasi penyaluran dana sekitar Rp 600 miliar hingga bulan Febuari 2018. Ditargetkan akhir tahun ini, Investree bisa memfasilitasi hingga Rp 1 triliun.

“Di Indonesia sendiri Investree sudah hadir di Jabodetabek, Semarang dan Surabaya. Namun untuk memperluas pasar kita juga akan terus melakukan edukasi sekaligus memperbanyak kemitraan dengan sektor perbankan, institusi keuangan, payment gateway, agregator dan masih banyak lagi,” tutup Adrian.

Application Information Will Show Up Here

MDI Ventures Leads Post-Series A Funding for Australia’s Whispir

MDI Ventures, a corporate venture capital under Telkom Group, announces it leads post-series A funding for $10 million (more than Rp137 billion) for Australia’s communication platform Whispir. Also participated are Whispir’s current investors, Telstra Ventures and NSI Ventures. Funding will be used for expansion to Indonesia and other Southeast Asian countries. Whispir has opened Singapore office to support innovation and expansion in the region.

Whisper is as a cloud platform to automate communication process,
enabling businesses to interact effectively with employees, stakeholders, and clients. It uses AI technology, IoT, and data analytics to support the product.

Available in three continents, Whispir claims to have more than 450 corporate clients. In Indonesia, it will expand through TelkomTelstra, a joint venture company of of Telkom Indonesia and Telstra Australia.

MDI Ventures CEO Nicko Widjadja stated, “As we keep expanding our unified communications in our portfolio (Wavecell, Kata.ai), Whispir brings a new category into the mix by building an intelligent and automated engagement platform for enterprises to use. They are the leader in this segment. The company also has a very strong growth in the past couple of years, and we’re looking forward to work with them building businesses with Telkom Group and Telstra.”

Jeromy Wells, Whispir’s CEO and Founder, added, “We are excited to be able to work together with both Telkom Indonesia and Telstra in this market. Smart businesses everywhere in Indonesia are already starting their digital transformation. Whispir will be able to provide an instant, achievable and cost-effective technology migration path.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Indonesia’s RMKB Ventures Invests at AI Startup Vahan

An Indonesia-based investment firm, RMKB Ventures, invests in Vahan, an AI startup. Also participated in seed funding round are a number of Googlers, Spike Ventures, and some India’s startup executives. Funding will be used for product and team development to support expansion plans in India, Indonesia, and the Middle East.

Co-founded by Madhav Krishna and Mohammed Abdoolcarim, Vahan’s vision is to build an automated voice assistant platform for business, like Siri or Alexa, which can be implemented in popular messaging platforms, such as WhatsApp.

Krishna’s background is in AI and machine learning. He’s graduated from Columbia University, while Abdoolcarim, a Stanford graduate, was a Google and Siri’s Product Manager.

Vahan‘s solution resembles chatbot with a twist. It has the ability to understand conversational voice input, currently accommodating English and local languages in India, especially Hindi (including daily conversation). Vahan said its current product development is to understand conversations in Indonsian.

Vahan targets to capture one million users in India and Indonesia. It’s expecting to raise Series A funding this year.

Chatbot-based customer service solutions in Indonesia have started to emerge. Some of them are Kata.ai and Bang Joni. Nevertheless, no development that we know of is currently built for voice-based conversations.

Abdoolcarim said to DailySocial that the company is exploring a partnership with Go-Jek and Grab. The following video explains Vahan’s capability:

RMKB Ventures‘ Founding Partner, Ronald Ishak, to DailySocial said, “We see the potential [system] disruption of customer service systems using machine learning that becomes increasingly sophisticated. We also support founders tahat having a strong background, graduated from Stanford University and once led [product development] in Siri. Vahan built Siri for business and we are very excited to work with them.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

MDI Ventures Pimpin Pendanaan “Pasca Seri A” Senilai 137 Miliar Rupiah untuk Startup Australia Whispir

Corporate venture capital MDI Ventures, yang berada di bawah naungan Telkom Group, mengumumkan pihaknya memimpin pendanaan Pasca Seri A (Post Series A) senilai $10 juta (lebih dari 137 miliar Rupiah) untuk platform komunikasi Australia Whispir. Turut berpartisipasi di pendanaan ini investor terdahulu, Telstra Ventures dan NSI Ventures. Dana akan digunakan untuk berekspansi di Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya. Sebelumnya Whispir telah membuka kantornya di Singapura untuk mendukung inovasi dan ekspansi di kawasan ini.

Whispir disebut sebagai platform cloud yang mengotomasi proses komunikasi, memudahkan bisnis untuk secara efektif berinteraksi dengan staf, pihak-pihak yang terkait bisnis perusahaan, dan klien. Whispir menggunakan teknologi AI, IoT, data analytics untuk mengembangkan produknya.

Tersedia di tiga benua, Whispir mengklaim sudah memiliki lebih dari 450 klien korporasi. Di Indonesia, Whispir akan berekspansi melalui TelkomTelstra, sebuah perusahaan cloud hasil joint venture Telkom Indonesia dan Telstra Australia.

CEO MDI Ventures Nicko Widjaja dalam rilisnya mengatakan, “Dengan kami terus mengekspansi platform komunikasi unifikasi dalam portofolio kami (termasuk Wavecell dan Kata.ai), Whispir membawa kategori baru dengan membangun platform otomasi pintar untuk enterprise. Mereka adalah pemimpin di segmen ini. Whispir memiliki pertumbuhan yang kuat dalam beberapa tahun terakhir dan kami menyambut baik kerja saam untuk membangun bisnis bersama Telkom Group dan Telstra.”

Sementara Founder dan CEO Whispir Jeromy Wells menambahkan, “Kami sangat bersemangat untuk bermitra dengan Telkom Indonesia dan Telsra di pasar ini. Bisnis di manapun di Indonesia telah memulai transformasi digitalnya. Whispir mampu menyediakan jalur migrasi teknologi yang efektif dari sisi biaya dan instan [untuk teknologi manajemen komunikasi terotomasi].

RMKB Ventures Terlibat Pendanaan untuk Startup Artificial Intelligence Vahan

Perusahaan investasi Indonesia RMKB Ventures terlibat dalam pendanaan awal, yang tak disebutkan jumlahnya, untuk startup Artificial Intelligence Vahan. Selain RMKB, juga turut berpartisipasi sejumlah Googler, Spike Ventures, dan sejumlah eksekutif startup-startup yang berbasis di India. Dana yang diperoleh akan digunakan untuk pengembangan produk dan tim untuk mendukung rencana berekspansi di India, Indonesia, dan Timur Tengah sebagai target pasar utama.

Vahan yang didirikan oleh Madhav Krishna dan Mohammed Abdoolcarim memiliki visi membangun platform asisten virtual berbasis suara untuk bisnis yang diimplementasikan dalam platform messaging, misalnya WhatsApp. Bayangkan Vahan sebagai Siri atau Alexa untuk solusi bisnis.

Krishna disebut memiliki latar belakang keilmuan AI dan machine learning dari Columbia University, sementara Abdoolcarim yang berstudi di Stanford University sebelumnya pernah Menjadi Product Manager untuk Google dan Siri.

Disebutkan bahwa solusi yang dikembangkan Vahan, seperti chatbot tapi dengan kemampuan memahami input percakapan, saat ini sudah mengakomodasi Bahasa Inggris dan bahasa lokal di India, khususnya Hindi (termasuk bahasa percakapan sehari-hari). Vahan mengklaim saat ini sedang mengembangkan produk untuk memahami percakapan dalam Bahasa Indonesia.

Vahan menargetkan untuk memperoleh total pengguna satu juta pengguna di India dan Indonesia, serta berharap menggalang dana Seri A tahun ini.

Solusi layanan pelanggan berbasis chatbot bahasa Indonesia di platform messaging sudah mulai bermunculan, seperti Kata.ai dan Bang Joni, meskipun demikian belum ada yang mengembangkannya lebih lanjut untuk memahami percakapan berbasis suara.

Kepada DailySocial, Abdoolcarim menyebutkan pihaknya sedang menjajaki kemitraan dengan Go-Jek dan Grab. Video berikut menjelaskan contoh implementasi yang bisa dilakukan Vahan:

Founding Partner RMKB Ventures Ronald Ishak kepada DailySocial berkomentar, “Kami melihat potensi disrupsi [sistem] layanan pelanggan menggunakan machine learning yang secara berkelanjutan menjadi semakin pintar. Kami juga mendukung para pendiri yang memiliki latar belakang kuat, yaitu lulusan Stanford University dan pernah memimpin [pengembangan produk] di Siri. Vahan membangun Siri untuk bisnis dan kami sangat bersemangat untuk bekerja sama dengan mereka.”

Platform Kerajinan Rotan Du’Anyam Terima Investasi dari Northstar Foundation

Platform kerajinan rotan Du’Anyam mengumumkan perolehan investasi dari Northstar Foundation dengan nilai yang tidak disebutkan. Rencananya dana segar tersebut akan dipakai untuk menumbuhkan bisnisnya melalui desain dan menambah kapasitas produksi agar bisa memberikan dampak sosial yang lebih luas kepada perempuan di daerah pedesaan.

Northstar Foundation adalah bagian dari Northstar Group, sebuah modal ventura yang berbasis di Singapura. Northstar Group memiliki komitmen untuk berinvestasi pada perusahaan di Indonesia dan Asia Tenggara. Sebelumnya pada 2016, Du’Anyam menerima investasi tahap awal (seed) dari Mariko Asmara, salah satu angel investor yang bergabung dalam ANGIN.

“Bermitra dengan Northstar Foundation akan menjamin pertumbuhan bisnis yang signifikan bagi kami. Ada peluang besar untuk memasuki pasar baru dan membentuk kolaborasi yang dapat diteruskan lebih jauh buat para penenun kita,” terang CEO dan Co-Founder Du’Anyam Azalea Ayuningtyas dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Kamis (8/3).

Rani Sofjan, Co-Chair Northstar Impact Committee, menuturkan pihaknya bersemangat dapat mendukung Du’Anyam dalam memperluas bisnisnya dan perbaikan kualitas perekonomian yang mereka bawa untuk penenun.

“Komitmen pendiri Du’Anyam sangat memberi inspirasi dan sangat cocok dengan misi sosial kami. Harapannya Du’Anyam bisa mencapai kesuksesan lebih besar lagi ke depannya,” ujar Sofjan.

Direktur ANGIN David Soukhasing menambahkan, “Kami bangga dengan kemajuan tim Du’Anyam. Memiliki Northstar Foundation sebagai investor memberi kami keyakinan bahwa perusahaan akan menerima dukungan yang lebih strategis untuk berkembang lebih jauh.”

Du’ dalam bahasa Flores, memiliki arti ibu, sehingga Du’ Anyam bermakna ibu yang menganyam. Bisnis ini dikembangkan Azalea bersama dua temannya pada 2014. Fokus perusahaan adalah memproduksi dan mendistribusikan kerajinan rotan hingga ke mancanegara. Diklaim penghasilan penenun yang bermitra dengan Du’Anyam meningkat 40%.

Hingga kini, Du’Anyam bermitra dengan 450 perempuan penenun berlokasi di 17 desa di Flores Timur, NTT dan menjadi penyuplai 24 ribu produk kerajian rotan per tahunnya untuk hotel dan korporat di Indonesia. Selain menjual secara grosir, produknya juga dijual secara ritel baik online maupun offline.

Du’Anyam bermitra dengan platform e-commerce seperti Kuka, Qlapa, Bridestory, SoooooS (Jepang), dan Kisaku Heritage (Australia). Sedangkan penjualan offline-nya terdapat di Alun-Alun Indonesia, Bika, Anomali Coffee, Dia.Lo.Gue, Mariami, Sarinah, dan masih banyak lagi.