Efek Pandemi ke Perilaku Pasar Gaming di India dan Asia Tenggara

India merupakan negara dengan populasi terbesar kedua setelah Tiongkok. Dari 1,37 miliar orang di India, sebanyak 697 juta orang merupakan pengguna internet. Hal ini menjadikan India sebagai negara dengan jumlah netizen terbanyak kedua di dunia. Memang, dalam lima tahun terakhir, jumlah pengguna internet di India meningkat pesat. Pertumbuhan tersebut didorong oleh beberapa faktor, seperti biaya paket internet yang murah, harga smartphone yang semakin terjangkau, serta kualitas internet yang semakin baik.

Seiring dengan bertambahnya jumlah pengguna internet di India, semakin banyak pula orang yang bisa bermain game, khususnya mobile game. Bahkan sebelum pandemi, industri mobile game di India tengah berkembang. Pandemi COVID-19 menjadi pemicu yang mendorong laju pertumbuhan industri mobile game di India.

Dampak Pandemi ke Industri Game India

Pada 2020-2021, konsumsi internet di India menunjukkan peningkatan yang signifikan. Berdasarkan data dari Mobile Broadband India Traffic Index (MBiT) 2021, pada tahun llau, konsumsi internet bulanan per orang naik 20%, dari 11,2 GB menjadi 13,5GB. Tak hanya itu, pada awal tahun fiskal 2020, ketika pemerintah India menetapkan lockdown, jumlah download mobile game dan lama waktu yang dihabiskan untuk bermain game juga meningkat pesat.

Tidak aneh jika jumlah download mobile game di India selama pandemi meningkat pesat, mengingat gaming memang menjadi hiburan pilihan bagi banyak warga India. Pasalnya, bermain mobile game tidak memakan biaya besar. Sebagian besar mobile game bisa diunduh dengan gratis. Selain itu, bermain game adalah kegiatan yang bisa dilakukan di dalam rumah. Bagi warga India, bermain mobile game juga bisa menjadi pelipur lara; mengalihkan perhatian mereka dari buruknya keadaan selama pandemi COVID-19.

“Saya punya sekelompok teman di Steam. Secara rutin, kami mengobrol dan bermain bersama,” kata seorang penulis freelance berumur 21 tahun, kepada Niko Partners. “Saya rasa, pandemi mendorong pertumbuhan industri game di India. Walau dalam keadaan sulit, bermain game bisa mengalihkan perhatian saya dari berbagai berita buruk yang ada.”

Ludo jadi salah satu game yang dimainkan oleh gamers India. | Sumber: Android Headlines

Bukti lain yang menunjukkan bahwa pandemi mendorong pertumbuhan industri game di India adalah total download game pada 2020 di negara itu. Tahun lalu, India menjadi negara dengan jumlah download game terbanyak, mencapai 7,3 miliar downloads, atau sekitar 17% dari keseluruhan downloads di dunia.

Pandemi tidak hanya membuat para gamers di India menghabiskan lebih banyak waktu untuk bermain game, tapi juga membuat non-gamers tertarik untuk mencoba bermain game. Menurut data dari InMobi, 45% warga India mulai bermain mobile game di smartphone mereka selama pandemi. Kepada Niko Partners, seorang mahasiswa berumur 22 tahun mengungkap, dia mulai bermain mobile game pada tahun lalu. Sekarang, dia menghabiskan sekitar 6-8 jam setiap minggu untuk bermain mobile game.

Seorang pria asal Bhopal berumur 20 tahun mengungkap bahwa hal yang sama juga terjadi dengannya. Dia berkata, “Saya bermain dengan teman dekat saya selama pandemi. Dia adalah tetangga saya dan kami menghabiskan sekitar 3-4 jam setiap minggu untuk bermain game. Rutinitas kami tidak berubah sepanjang pandemi, khususnya sejak gelombang kedua dimulai karena kami tidak lagi bisa keluar dari rumah.”

Bermain game di smartphone adalah hobi yang tidak mahal.

Seiring dengan semakin pulihnya India dari pandemi COVID-19, maka kebiasaan para gamers pun akan kembali berubah. Waktu yang dihabiskan oleh para gamers — baik gamers lama maupun baru — akan menurun saat kehidupan mulai kembali normal. Hal ini dialami oleh seorang instruktur yoga berumur 30 tahun yang tinggal di Hyderabad. Tadinya, dia menghabiskan waktu selama 8 jam seminggu untuk bermain game. Sekarang, dia hanya bisa bermain game selama 30 menit sehari.

Seorang mahasiswa berumur 22 tahun yang tinggal di Bhopal mengungkapkan hal yang sama. “Sebalum ini, saya bermain Ludo King, Psyche, dan Head Ball 2 di smartphone saya selama 4-5 jam dalam seminggu pada minggu pertama lockdown,” ujarnya. “Tapi sekarang, saya jarang punya waktu untuk bermain di ponsel karena saya sekarang sibuk untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian masuk.”

Dampak Pandemi di Industri Game Asia Tenggara

Sama seperti gamers di India atau di dunia, gamers di Indonesia dan Asia Tenggara juga menunjukkan perubahan perilaku karena pandemi. Darang S. Candra, Director for Southeast Asia Research, Niko Partners mengatakan, survei yang dilakukan oleh Niko Partners menunjukkan, sekitar 50-75% gamers di Asia Tengggara menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain game di kala pandemi jika dibandingkan dengan sebelum pandemi.

Ketika ditanya tentang faktor yang mendorong para gamers untuk bermain game selama pandemi, Darang menjawab, “Larangan untuk beraktivitas di luar rumah serta kebutuhan untuk bersosialisasi yang tinggi merupakan pendorong utama bagi gamers Indonesia dan Asia Tenggara untuk bermain game.” Lebih lanjut dia mengatakan, “Gamers di kawasan ini memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menjadikan game sebagai bagian dari kebutuhan akan komunitas dan menjalin pertemanan.”

Di Indonesia, kebanyakan game yang dimainkan oleh para gamers adalah game-game esports, khususnya game dengan genre MOBA dan battle royale. Selain itu, gamers di Indonesia juga senang bermain RPG dan game kasual.

Game-game esports jadi game favorit gamers di Indonesia. | Sumber: OkeZone

Di Asia Tenggara, orang-orang yang sebelumnya tidak bermain game pun menjadi tertarik untuk mencoba bermain game. Hal ini terlihat dari meningkatnya angka pertumbuhan gamers di kawasan tersebut. “Dari segi pertumbuhan jumlah pemain game, Niko Partners mengestimasi bahwa ada 10-15% gamers baru pada tahun 2020, lebih tinggi pertumbuhan sebelum pandemi, yang hanya berkisar 6-12%,” ujar Darang.

Darang menjelaskan, bahkan setelah pandemi usai, kemungkinan, jumlah gamers akan tetap naik. Pasalnya, selama pandemi, ada perubahan persepsi masyarakat akan game. Berkat pandemi, bermain game mulai menjadi kegiatan yang lebih diterima oleh masyarakat luas. Selain itu, esports juga menjadi semakin dikenal oleh masyarakat banyak. Meskipun begitu, dia menambahkan, pertumbuhan jumlah gamers setelah pandemi tidak akan setinggi tingkat pertumbuhan jumlah gamers selama pandemi.

Sumber header: Pandaily

Fitur Wi-Fi Dual Station di Windows 11 Janjikan Latensi Serendah Menggunakan Ethernet

Latensi adalah musuh utama gamer kompetitif, dan itulah mengapa banyak gamer lebih memilih untuk terhubung via Ethernet ketimbang Wi-Fi, bahkan saat menggunakan laptop sekalipun.

Namun tidak selamanya harus seperti itu. Kalau Anda memiliki laptop Windows 11 yang dibekali chip Wi-Fi 6 dan Wi-Fi 6E besutan Qualcomm (FastConnect), maka Anda bisa menikmati fitur bernama Wi-Fi Dual Station untuk menekan latensi secara drastis pada koneksi nirkabel yang digunakan.

Sedrastis apa memangnya? Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh Qualcomm menggunakan access point Wi-Fi 6 yang tersedia untuk umum, Wi-Fi Dual Station sanggup mencatatkan latensi 4x lebih rendah ketimbang koneksi Wi-Fi standar, sekaligus mampu menyajikan gameplay bebas jitter secara konsisten.

Qualcomm bahkan tidak segan menyebut pengalamannya mirip seperti yang didapat jika perangkat terhubung ke internet via Ethernet, dan ini tentu bakal sangat bermanfaat dalam konteks gaming kompetitif secara online.

Menurut Qualcomm, rahasianya terletak pada teknologi 4-Stream Dual Band Simultaneous (DBS) rancangannya, yang memungkinkan perangkat untuk terhubung ke jaringan 2,4 GHz dan 5 GHz di saat yang bersamaan (atau 6 GHz jika tersedia). Dengan begitu, problem seputar latensi yang terjadi di salah satu frekuensi dapat langsung ditangani secara cepat di tingkatan sistem.

Apakah ini berlaku untuk semua game online? Well, semua tergantung dukungan dari masing-masing developer. Sejauh ini, ada Valve yang sudah menambahkan support awal terhadap Wi-Fi Dual Station pada Steamworks SDK, yang berarti fitur ini kompatibel dengan semua game yang memanfaatkan SDK tersebut untuk keperluan networking, contohnya Dota 2 dan CS:GO.

Selain developer, Wi-Fi Dual Station juga sudah mendapat dukungan penuh dari pihak OEM maupun penyedia teknologi seperti Acer, Lenovo, AMD, dan Microsoft sendiri. Jadi, jangan kaget kalau ke depannya kita bakal melihat Wi-Fi Dual Station sebagai salah satu fitur yang diunggulkan oleh laptop gaming.

Di saat yang sama, fitur ini semestinya juga bisa menjadi nilai tambah Windows 11 bagi kalangan gamer di samping DirectStorage dan Auto HDR.

Sumber: Tom’s Hardware dan Qualcomm.

Developer Genshin Impact Punya Game Baru, Ubisoft Perkenalkan Ghost Recon Frontline

Minggu lalu, ada beberapa berita menarik di dunia game. Salah satunya, Electronic Arts mengungkap bahwa mereka tengah mempertimbangkan untuk mengganti nama dari seri game sepak bola mereka, FIFA. Selain itu, Ubisoft juga memperkenalkan Ghost Recon Frontline. Game yang bisa dimainkan oleh lebih dari 100 orang itu mengusung genre FPS PvP dan bisa dimainkan dengan gratis. Sementara itu, developer Genshin Impact, miHoYo, baru saja membuka pendaftaran closed beta dari game baru mereka, Honkai: Star Rail.

Tapjoy: Mobile Jadi Platform Favorit Gamers Milenial

Perusahaan riset mobile Tapjoy baru saja merilis laporan tentang kebiasaan bermain game dari para milenial. Menurut laporan tersebut, mobile merupakan platform pilihan bagi para gamers milenial. Buktinya, sekitar 82% milenial bermain game di smartphone mereka. Sebagai perbandingan, hanya 37% gamers milenial yang bermain di konsol serta handheld dan 27% milenial yang bermain game di PC.

Dari laporan tersebut, juga diketahui bahwa 70% gamers milenial memainkan mobile game setiap hari. Tanggapan mereka akan iklan mobile game juga cukup positif, khususnya iklan yang menawarkan hadiah dalam game. Menurut Lauren Baca, Senior Director of Marketing, Tapjoy, alasan mengapa gamers milenial senang bermain game di mobile adalah karena milenial merupakan salah satu generasi pertama yang bisa menikmati kemudahan yang ditawarkan oleh mobile internet, menurut laporan VentureBeat.

Developer miHoYo Buka Pendaftaran Closed Beta untuk Game Baru

Minggu lalu, miHoYo, developer Genshin Impact mengumumkan bahwa pendaftaran untuk closed beta dari game baru mereka — Honkai: Star Rail — telah dibuka. Star Rail akan mengambil setting dunia seperti Honkai Impact 3rd. Dalam Honkai Impact 3rd, dunia sudah diambang kehancuran. Para Valkyries — sebutan untuk para perempuan yang punya kekuatan super — harus melawan sebuah kekuatan yang tidak hanya bisa menciptakan monster, tapi menyebabkan bencana alam. Star Rail akan bisa dimainkan di PC dan mobile.

Dari video trailer-nya, Star Rail terlihat menggabungkan elemen action game dengan tactical game. Namun, berdasarkan screenshot di situs resminya, para pemain akan bisa memainkan hingga empat karakter pada saat bersamaan, mengimplikasikan bahwa Star Rail merupakan turn-based RPG. Sementara dari segi visual dan art style, Star Rail tampaknya lebih menyerupai Genshin Impact daripada Honkai, menurut laporan Kotaku.

Universal Studios Jepang Kerja Sama dengan The Pokémon Company

Universal Studios Jepang bekerja sama The Pokemon Company untuk membuat wahana bertema Pokemon, serupa Super Nintendo World. Saat ini, keduanya memiliki beberapa proyek untuk membuat “hiburan bertema Pokemon yang inovatif”. Rencananya, wahana pertama hasil kerja sama Universal Studios Jepang dan The Pokemon Company sudah terpasang di taman hiburan di Osaka pada akhir 2022.

“Kami bangga karena bisa menjalin kerja sama dalam jangka panjang dengan The Pokemon Company untuk membuat wahana bertema Pokemon di Universal Studios Jepang, baik untuk para fans Pokemon maupun para pengunjung taman bermain kami,” kata CEO dan presiden Universal Studios Jepang, J.L. Bonnier, seperti dikutip dari Games Industry.

Ghost Recon Frontline Sudah Bisa Dicoba oleh Masyarakat Umum

Minggu lalu, Ubisoft memperkenalkan game baru mereka, Ghost Recon Frontline. Game FPS itu akan mengadu lebih dari 100 pemain, seperti kebanyakan game battle royale. Mode utama dari Ghost Recon Frontline adalah Expedition. Dalam mode itu, 102 orang pemain akan dibagi ke dalam kelompok berisi 3 orang.

Ghost Recon Frontline jadi mobile game PVP yang bisa dimainkan secara gratis.

Untuk menang, setiap tim harus mengumpulkan tiga informasi. Setelah itu, mereka bisa pergi ke drop zone untuk memanggil helikopter dan pergi dari medan perang. Hanya saja, ketika sebuah tim berhasil memanggil helikopter, pemain lain akan mendapatkan peringatan. Jadi, mereka akan bisa pergi ke drop zone dan menyerang tim yang memanggil helikopter.

Ghost Recon Frontline sudah bisa dicoba oleh masyarakat umum pada bulan ini. Namun, masih belum diketahui kapan Ubisoft meluncurkan game tersebut, lapor IGN.

EA Pertimbangkan untuk Ganti Nama Franchise FIFA

Electronic Arts mengungkap bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk mengubah nama dari franchise game sepak bola mereka, FIFA. Namun, meski mereka memutuskan untuk mengganti nama FIFA, mereka akan tetap menjalin kerja sama dan membeli lisensi agar bisa menampilkan atlet, tim, dan liga sepak bola yang sebenarnya.

EA pertama kali bekerja sama dengan FIFA pada 1993, ditandai dengan peluncuran game FIFA International Soccer. Sejak saat itu, EA selalu merilis setidaknya satu game FIFA baru setiap tahunnya. Saat ini, tidak diketahui kenapa EA ingin mengubah nama franchise game sepak bola mereka. Menurut laporan IGN, ada kemungkinan, EA tidak lagi ingin menggunakan nama FIFA karena muncul berbagai berita kontroversial terkait organisasi sepak bola tersebut. Salah satunya adalah keterlibatan FIFA dalam skandal korupsi.

10 Game dengan Penghasilan dan Angka Penjualan Terbesar Sepanjang Sejarah

Popularitas game datang dan pergi. Biasanya, popularitas sebuah game akan memudar seiring dengan berjalannya waktu. Namun, ada beberapa game yang tetap dapat relevan bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun sejak ia diluncurkan. Kali ini, saya akan membahas game-game yang berhasil mencetak rekor di dunia. Dua tolok ukur yang saya gunakan adalah total pendapatan dan total penjualan.

10 Game dengan Pemasukan Terbesar Sepanjang Masa

Daftar ini dibuat menggunakan data dari Video Games Sales Wiki. Angka penjualan dari game disesuaikan dengan tingkat inflasi menggunakan kalkulator inflasi.

1. Space Invaders (1978) – per 2021 – US$34 miliar

Percaya atau tidak, Space Invaders — game yang diluncurkan pada 1978 — memegang gelar game dengan pemasukan terbesar sepanjang masa. Game shooting buatan developer Jepang ini bisa dimainkan di arcade dan juga konsol Atari. Dari penjualan mesin arcade, total pemasukan Space Invaders mencapai US$7,5 miliar pada 1982 atau sekitar US$21,26 miliar pada 2021.

Selain dari penjualan arcade, Space Invaders juga mendapatkan pemasukan dari coin drop. Pada 1983, pemasukan Space Invaders dari coin drop mencapai US$4,4 miliar. Jika Anda menghitung inflasi, angka itu setara dengan US$12,47 miliar pada 2021. Sementara itu, dari konsol Atari, Space Invaders mendapatkan pemasukan sebesar US$151 juta pada 1990, sekitar US$316 juta pada 2021. Jadi, secara total, pemasukan yang didapat oleh Space Invaders adalah US$34 miliar.

2. Pac-Man (1980) – per 2021 – US$27,50 miliar

Peringkat kedua masih diisi oleh game klasik, yaitu Pac-Man, yang diluncurkan pada 1980. Game ini tersedia di arcade dan konsol. Dari penjualan mesin arcade, Pac-Man mendapatkan US$9,34 miliar pada 1982, yang setara dengan US$24,68 miliar. Masih di tahun 1982, Pac-Man mendapatkan US$319,2 juta (sekitar US$905 juta pada 2021) dari penjualan game untuk konsol.

Sementara itu, per 1987, penjualan Pac-Man di PC menyumbangkan US$2 juta (setara dengan US$4,82 juta pada 2021). Nantinya, Pac-Man juga diluncurkan untuk mobile. Dari mobile, Pac-Man mendapatkan US$84 juta per 2012, sekitar US$100 juta jika Anda menghitung inflasi. Jadi, secara total, pemasukan Pac-Man mencapai US$27,5 miliar.

3. Street Fighter II (1991) – per 2017 – US$21,3 miliar

Street Fighter II diluncurkan pertama kali pada 1991 sebagai game arcade. Satu tahun berikutnya, Capcom meluncurkan beberapa versi baru dari Street Fighter II, seperti Street Fighter II: Champion Edition, Street Fighter II Turbo, Super Street Fighter II, dan Super Street Fighter II Turbo. Keempat game itu masih merupakan game arcade. Masih di 1982, Capcom merilis Street Fighter II: The World Warrior untuk Super Nintendo Entertainment System (SNES). Game itu terjual sebanyak 6,3 juta unit.

Pada 1993, Capcom meluncurkan Street Fighter II Turbo untuk SNES dan Street Fighter Special Champion Edition untuk Mega Drive. Setahun kemudian, Super Street Fighter II diluncurkan untuk SNES. Setelah itu, Capcom berhenti untuk meluncurkan Street Fighter II untuk platform apa pun selama 12 tahun. Baru pada 2006, Capcom merilis Street Fighter II untuk PlayStation Portable (PSP) sebagai bagian dari Classics Collection Reloaded. Dua tahun kemudian, pada 2008, Capcom merilis Super Street Fighter II Turbo HD Remix untuk PlayStation 3 dan Xbox 360.

 

Super Street Fighter II Turbo HD Remix. | Sumber: GameSpot

Nintendo meluncurkan Switch pada Maret 2017. Di tahun yang sama, Capcom merilis Ultra Street Fighter II: The Final Challengers untuk konsol Nintendo tersebut. Di tahun yang sama, Capcom juga sempat meluncurkan Super NES Classic Edition untuk SNES. Secara total, pemasukan yang Capcom dapat dari Street Fighter II adalah US$10,61 miliar pada 1991. Dengan inflasi, angka itu naik menjadi US$21,3 miliar.

4. Dungeon Fighter Online (2005) – per 2020 – US$15 miliar

Sejak diluncurkan pada 2005, Dungeon Fighter Online berhasil mendapatkan total pemasukan sebesar US$15 miliar, berdasarkan laporan keuangan Nexon untuk Q1 2020. Game beat-em up 2D action ini sangat populer di Tiongkok. Meskipun begitu, ia tidak terlalu populer di tingkat global. Buktinya, walau game itu tersedia di Steam, jumlah rata-rata dari concurrent players Dungeon Fighter Online di Steam hanya mencapai 450 pemain. Padahal, menurut laporan MMOS, pada puncaknya, jumlah concurrent players di Tiongkok bisa mencapai 3 juta orang.

Meskipun begitu, spending dari para gamers di Tiongkok sudah cukup untuk membuat Dungeon Fighter Online masuk dalam daftar game dengan pemasukan terbesar sepanjang masa. Setiap bulan, game ini juga sering masuk dalam daftar game PC dengan pemasukan terbesar, menurut data dari Superdata Research.

Dungeon Fighter Online sering masuk dalam daftar game dengan pemasukan terbanyak. | Sumber: Superdata Research

5. CrossFire (2007) – per 2019 – US$14,2 miliar

CrossFire merupakan game FPS buatan Smile Gate yang dirilis pada 2008. Pada 2008-2009, pemasukan game itu hanya mencapai US$213 juta atau setara dengan US$250 juta pada 2021. Namun, pada 2010, pemasukan CrossFire meningkat pesat, mencapai US$1,2 miliar. Sejak saat itu, setiap tahun, pendapatan dari CrossFire tidak pernah kurang dari US$1 miliar. Per 2019, total pemasukan yang didapat oleh CrossFire mencapai US$14,2 miliar.

6. World of Warcraft (2004) – per 2017 – US$12,05

Menurut data dari Video Games Sales Wiki, pemasukan World of Warcraft pada 2005 mencapai US$250 juta. Angka ini naik menjadi US$597 juta pada 2006 dan menjadi US$843 juta pada 2007. Pemasukan World of Warcraft menembus US$1 miliar untuk pertama kalinya pada 2008. Sampai 2011, pemasukan World of Warcraft terus ada di atas US$1 miliar.

Namun, pada 2012, pendapatan dari game MMORPG ini mulai turun, menjadi US$901 juta. Angka ini kembali turun pada 2013 — menjadi US$805 juta — dan pada 2014, menjadi US$728 juta. Pada 2015, pemasukan World of Warcraft memang sempat naik, menjadi US$814 juta. Namun, pada 2017, total pemasukan World of Warcraft kembali turun, menjadi US$472 juta. Secara total, jika Anda menghitung inflasi, pemasukan World of Warcraft dalam periode 2005-2017 mencapai US$12, 02 miliar.

7. League of Legends (2009) – per 2020 – US$11,866 miliar

Diluncurkan pada 2009, League of Legends adalah game pertama buatan Riot Games. Selama 10 tahun ke depan, League of Legends menjadi satu-satunya game besutan studio asal Los Angeles tersebut. Fokus Riot untuk mengembangkan game MOBA itu tidak sia-sia. Per 2020, total pemasukan yang Riot Games dapatkan dari League of Legends hampir mencapai US$12 miliar. Jika Anda penasaran bagaimana Riot bisa fokus pada League of Legends selama bertahun-tahun, Anda bisa membacanya di sini.

Pemasukan League of Legends pada 2015-2020. | Sumber: Statista

Pada 2012, pemasukan dari League of Legends mencapai US$200 juta. Perlahan tapi pasti, angka ini terus naik. Dalam satu tahun, pada 2013, pemasukan League of Legends melonjak menjadi US$624 juta. Pada tahun berikutnya, pemasukan game itu kembali naik, menjadi US$964 juta. Dan sejak 2015 sampai 2020, pemasukan League of Legends tidak pernah kurang dari US$1 miliar, menurut data Statista. Pada 2017, pemasukan dari League of Legends bahkan menembus US$2,1 miliar.

8. Honor of Kings (2015) – per 2021 – US$10 miliar

Minggu lalu, pemasukan Honor of Kings mencapai US$10 miliar. Dengan begitu, game MOBA tersebut menjadi mobile game pertama yang mendapatkan pencapaian tersebut. Ironisnya, Honor of Kings hanya membutuhkan waktu 6 tahun untuk bisa mendapatkan US$10 miliar. Padahal, League of Legends — yang menjadi inspirasi dari Honor of Kings — membutuhkan waktu 10 tahun untuk mendapatkan US$10 miliar.

9. Lineage (1998) – per 2019 – US$9,635 miliar

Lineaga dirilis pada September 1998. Per 2019, total pemasukan yang didapat game MMORPG asal Korea Selatan ini mencapai US$9,7 miliar, menjadikannya sebagai salah satu game dengan pemasukan terbesar sepanjang masa. Faktanya, Lineage merupakan salah satu franchise game paling populer di Korea Selatan.

Berkat kesuksesan Lineage, franchise itu menelurkan banyak game lain. Misalnya, pada 2003, Lineage II dirilis. Game itu merupakan prekuel dari Lineage, dengan setting waktu 150 tahun sebelum Lineage. Pada 2017, tiga game Lineage diluncurkan sekaligus, yaitu Lineage 2 Revolution, Lineage 2 M, dan Lineage Red Knights. Ketiganya merupakan mobile game. Lineage 2 M — yang merupakan versi mobile dari Lineage II — diluncurkan pada 2019.

10. Monster Strike (2013) – per 2021 – US$9,3 miliar

Monster Strike menjadi mobile game kedua yang masuk dalam daftar game dengan pemasukan terbesar sepanjang masa. Diluncurkan pada 2013, Monster Strike dengan cepat menjadi populer di Jepang. Per Oktober 2018, total pemasukan dari game itu mencapai US$7,2 miliar. Ketika itu, Monster Strike berhasil menjadi mobile game dengan pemasukan terbesar, menggeser Puzzle & Dragons yang sebelumnya memegang gelar tersebut.

Monster Strike. | Sumber: VentureBeat

Dari daftar di atas, saya mencoba untuk menarik beberapa kesimpulan. Pertama, di era sebelum konsol, penjualan mesin arcade menjadi sumber pemasukan terbesar untuk game. Dan walau tiga peringkat teratas diisi oleh game klasik, hal itu bukan berarti industri game menyusut. Data dari berbagai perusahaan riset menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun, industri game terus berkembang.

Lalu, kenapa tidak ada game modern yang pemasukannya mengalahkan game klasik? Kemungkinan, hal ini terjadi karena banyaknya game yang tersedia di pasar. Jadi, total belanja yang dihabiskan oleh pemain juga terbagi ke jauh lebih banyak game. Sehingga, tidak ada satu game yang berhasil mendapatkan pemasukan yang sangat besar.

Kesimpulan kedua, pemasukan mobile game tidak kalah besar dari pemasukan game-game PC atau konsol. Buktinya, Honor of Kings dan Monster Strike berhasil masuk dalam daftar 10 game dengan penghasilan terbesar sepanjang masa, walau kedua game itu baru diluncurkan pada era 2010-an.

Kesimpulan lain yang bisa ditarik dari kesuksesan Honor of Kings dan Monster Strike adalah jika sebuah game berhasil sukses di pasar game yang besar, maka developer bisa fokus pada satu pasar itu saja. Honor of Kings sangat populer di Tiongkok dan Monster Strike di Jepang. Namun, keduanya tidak terlalu populer di dunia internasional. Meksipun begitu, keduanya tetap dapat meraup penghasilan miliaran dollar. Hal ini bisa terjadi karena Tiongkok merupakan pasar game terbesar, dan Jepang pasar game terbesar ketiga.

Kesimpulan terakhir, 6 dari 10 game dalam daftar di atas merupakan game free-to-play. Hal ini menunjukkan besarnya potensi dari model bisnis ini. Jadi, tidak heran jika sejumlah perusahaan game merombak model bisnis dari franchise lama mereka, seperti Konami yang meluncurkan eFootball sebagai game free-to-play.

Bagi developer game, salah satu daya tarik model bisnis free-to-play game adalah game tetap bisa memberikan pemasukan bertahun-tahun sejak game itu diluncurkan. Sementara jika developer menggunakan model bisnis game premium — jadi Anda cukup membeli game itu sekali dan Anda bisa memainkannya selamanya — mereka hanya punya dua kesempatan untuk mendapatkan pemasukan. Pertama, ketika mereka pertama kali meluncurkan game mereka. Kedua, saat mereka meluncurkan DLC.

10 Game dengan Angka Penjualan Terbesar

Selain total pemasukan, metrik lain untuk mengukur kesuksesan sebuah game adalah menghitung angka penjualan game tersebut. Berikut 10 game dengan angka penjualan tertinggi.

1. Tetris – 500+ juta unit

Menghitung angka penjualan Tetris tidak mudah, mengingat game ini pertama kali diluncurkan pada 1984. Menurut Digital Trends, penjualan fisik dari Tetris mencapai 70 juta unit. Sekitar 35 juta unit berasal dari paket bundling Tetris dengan Nintendo Game Boy. Setelah itu, Tetris diluncurkan di mobile, yang mendorong angka penjualan. Pada 2014, VentureBeat melaporkan bahwa game Tetris yang berbayar telah diunduh sebanyak 425 juta kali. Angka ini tidak mencakup versi gratis dari Tetris. Jadi, kemungkinan,  total penjualan Tetris bahkan lebih tinggi dari 500 juta unit.

2. Minecraft – 238+ juta unit

Ketika pertama kali diluncurkan pada 2009, Minecraft bisa dimainkan dengan gratis. Beberapa bulan kemudian, Minecraft dijual dengan sistem pre-order. Sekarang, Anda bisa memainkannya dengan gratis. Namun, jika Anda ingin memainkannya di PC atau konsol, Anda harus membelinya. Total penjualan dari Minecraft dari PC, konsol, dan mobile diperkirakan mencapai lebih dari 200 juta unit.

Total penjualan Minecraft. | Sumber: Statista

3. Grand Theft Auto V – 150+ juta unit

Berdasarkan laporan keuangan Take-Two pada Q1 2020, sejak diluncurkan pada 2013, Grand Theft Auto V telah terjual sebanyak 135 juta unit. Sebanyak 15 juta unit terjual pada 2020. Per Agustus 2021, total penjualan GTA V menembus 150 juta unit. Angka ini mencakup penjualan GTA V di semua platform.

4. Wii Sports – 82,9 juta unit

Total penjualan Wii Sports mencapai 82,9 juta unit, menjadikannya sebagai salah satu game paling laris sepanjang masa. Namun, angka penjualan itu tidak menggambarkan kesuksesan game tersebut. Pasalnya, game itu memang dijual bersamaan dengan konsol Wii. Jadi, setiap orang yang membeli Wii akan mendapatkan game Wii Sports, tidak peduli apakah dia ingin membeli game tersebut atau tidak.

5. PUBG – 70+ juta unit

PlayerUnknwon’s Battlegrounds (PUBG) pertama kali diluncurkan pada 2017.  Hanya dalam waktu 4 tahun, game tersebut berhasil terjual sebanyak 70 juta unit. Dan angka penjualan PUBG masih menunjukkan angka naik. Tak hanya itu, PUBG juga cukup populer di mobile. Versi mobile dari PUBG telah diunduh sebanyak lebih dari 1 miliar kali. Hal ini menjadikan PUBG Mobile sebagai salah satu mobile game terpopuler sepanjang masa.

6. Super Mario Bros. – 48,24 juta unit

Super Mario Bros. diluncurkan pertama kali untuk Nintendo Entertainment System (NES). Ketika itu, game tersebut berhasil terjual sebanyak 40 juta unit. Setelah itu, game ini juga dirilis untuk beberapa konsol buatan Nintendo lainnya, seperti Game Boy Color, Game Boy Advance, dan Wii Virtual Console. Di ketiga platform tersebut, Super Mario Bros. terjual sebanyak 8 juta unit.

Super Mario Bros. untuk NES. | Sumber: Digital Trends

7. Pokemon Gen. 1 – 47,52 juta unit

Game Pokemon generasi pertama hadir dalam empat versi: Red, Blue, Yellow, dan Green. Di Jepang, ada dua game Pokemon generasi pertama, yaitu Red dan Green. Namun, untuk peluncuran global, Nintendo merilis tiga varian, yaitu Red, Blue, dan Yellow. Secara total, keempat game Pokemon generasi pertama terjual sebanyak 47,52 juta unit. Menurut Digital Trends, sekitar 46 juta unit dari game Pokemon generasi pertama terjual di Game Boy. Sementara sekitar 1,5 juta lainnya terjual melalui Nintendo 3DS Virtual Console.

8. Mario Kart 8/Deluxe – 45,53 juta unit

Mario Kart 8 adalah game Wii U dengan angka penjualan tertinggi. Meskipun begitu, total penjualan Mario Kart 8 di Wii U hanyalah 8,45 juta unit. Hal ini tidak aneh, mengingat Wii U hanya terjual sebanyak 13,56 juta unit per Desember 2019. Angka penjualan Mario Kart 8/Deluxe naik ketika Nintendo meluncurkan game itu di Switch. Di konsol itu, Mario Kart 8 Deluxe terjual sebanyak 37,08 juta unit, menurut Nintendo.

9. Wii Fit dan Wii Fit Plus 43,8 juta unit

Wii Fit dijual bersama aksesori Balance Board. Sesuai namanya, Wii Fit mengintegrasikan kegiatan olahraga ke dalam game, mendorong para pemilik Wii untuk menggerakkan badan mereka. Dan ternyata, “gameplay” ini terbukti populer. Wii Fit terjual sebanyak 22 juta unit. Sementara Wii Fit Plus — yang memiliki lebih banyak olahraga — terjual sebanyak 21 juta unit. Dengan begitu, Wii Fit menjadi game terpopuler ke-2 di Wii, hanya kalah dari Wii Sports.

10. Red Dead Redemption 2 – 38 juta unit

Red Dead Redemption 2 adalah salah satu game paling ambisius buatan Rockstar. Dan Rockstar berhasil membuat game open world dengan karakter yang realistis dan detail visual yang fantastis. Menurut ScreenRant, per Agustus 2021, game itu telah terjual sebanyak 38 juta unit.

Red Dead Redemption 2. | Sumber: Polygon

Dari daftar kali ini, salah satu hal yang bisa saya simpulkan adalah game klasik sekali pun tetap bisa populer jika ia diluncurkan di platform yang sesuai. Selain itu, angka penjualan sebuah game bisa didorong jika game tersebut diluncurkan di banyak platform, seperti yang dibuktikan oleh Minecraft dan Grand Theft Auto.

Selain menjadi salah satu game dengan angka penjualan terbanyak, GTA V juga merupakan salah satu game yang paling laris dalam waktu paling singkat. Ketika diluncurkan untuk PlayStation 3 dan Xbox 360, game itu terjual sebanyak 11,21 juta hanya dalam waktu 24 jam. Menariknya, Monster Hunter Rise menjadi salah satu game yang terjual dengan cepat. Dalam waktu 3 hari, game itu terjual sebanyak 4 juta unit. Padahal, game tersebut hanya tersedia untuk Switch, setidaknya untuk saat ini.

10 Mobile Game dengan Pemasukan Paling Besar

Jika dibandingkan dengan jumlah gamers PC dan konsol, jumlah mobile gamers jauh lebih banyak. Namun, spending yang dikeluarkan oleh para mobile gamers belum tentu sebesar total belanja dari gamers konsol dan PC. Karena itu, di segmen ini, saya ingin fokus pada mobile game untuk melihat berapa banyak pemasukan yang bisa didapat oleh mobile game.

1. Honor of Kings (2015) – US$10 miliar

Seperti yang sudah saya sebutkan, Honor of Kings merupakan mobile game pertama yang mendapatkan pemasukan lebih dari US$10 miliar. Saat ini, game itu merupakan game paling sukses dari Tencent. Dan ke depan, Honor of Kings akan tetap berkontribusi pada pemasukan Tencent. Pasalnya, sampai saat ini, game tersebut masih punya 100 juta pemain aktif harian.

Honor of Kings sangat sukses di Tiongkok. Pada 2018, 98% pemasukan dari game ini berasal dari gamers di Tiongkok. Begitu suksesnya Honor of Kings sehingga ia disebut sebagai sebagai “candu”. Dan hal ini mendorong pemerintah Tiongkok untuk memperketat regulasi terkait waktu bermain anak dan remaja di bawah umur.

2. Monster Strike (2013) – US$9,3 miliar

Monster Strike diluncurkan pada Agustus 2013 oleh developer Jepang Mixi. Game ini merupakan game RPG dengan elemen puzzle serta fitur multiplayer. Monster Strike sangat populer di Jepang. Selain di Jepang, game ini juga diluncurkan di Amerika Utara, Taiwan, dan Korea Selatan. Hanya saja, Monster Strike tidak begitu populer di negara-negara itu.

Namun, spending dari para gamers di Jepang sudah cukup untuk membuat Monster Strike menjadi salah satu mobile game dengan pemasukan terbesar speanjang masa. Faktanya, pada 2014, game itu menjadi mobile game dengan pemasukan terbesar. Mixi — yang dulunya dikenal dengan nama XFLAG —  bahkan mengaku bahwa Monster Strike menyelamatkan mereka dari kebangkrutan.

3. Clash of Clans (2012) – US$7,7 miliar

Clash of Clans pertama kali diluncurkan untuk iOS pada Agustus 2012. Satu tahun kemudian, Supercell meluncurkan game ini di Android. Clash of Clans adalah game buatan Supercell yang paling sukses. Faktanya, kesuksesan Clash of Clans yang membuat nama Supercell menjadi sangat dikenal seperti sekarang. Setelah sukses dengan Clash of Clans, Supercell meluncurkan empat game spin-off dari game tersebut, yaitu Clash Royale, Clash Mini, Clash Quest, dan Clash Heroes.

4. Candy Crush Saga (2012) – US$6,4 miliar

Pada awalnya, Candy Crush Saga diluncurkan sebagai broswer game. Kemudian, game ini diluncurkan di iOS pada November 2012 dan di Android pada Desember 2012. Candy Crush dianggap sebagai salah satu mobile game dengan model freemium yang paling sukses. Memang, Anda bisa memainkan game match-three puzzle ini tanpa harus mengeluarkan uang. Namun, para pemain tetap terdorong untuk membeli item dalam game karena item membantu membantu mereka untuk melalui level yang sulit.

5. PUBG Mobile (2018) – US$6,2 miliar

PUBG adalah salah satu pelopor genre battle royale. Versi PC dari PUBG dirilis pada 2017. Satu tahun kemudian, pada Maret 2018, PUBG Mobile diluncurkan. Pada awalnya, PUBG menghadapi persaingan ketat dengan Fortnite, yang juga mengadopsi genre battle royale. Namun, PUBG berhasil bertahan dan menjadi salah satu game battle royale paling sukses di mobile.

Di Tiongkok, Tencent menjadi publisher dari PUBG. Pada awalnya, mereka juga menghadapi masalah. Pasalnya, regulator Tiongkok tengah memperketat peraturan terkait peluncuran dan monetisasi game baru. Tencent dilarang untuk memonetisasi PUBG Mobile karena game itu dianggap melanggar peraturan terkait kekerasan dalam game. Pada akhirnya, PUBG Mobile ditarik dari Tiongkok dan diluncurkan kembali dengan nama Peacekeeper Elite atau Game for Peace.

Battleground India Mobile adalah versi India dari PUBG Mobile.

Tak hanya di Tiongkok, PUBG Mobile juga mengalami masalah di beberapa negara lain, termasuk India, yang merupakan salah satu pasar terbesar untuk PUBG Mobile. Alasan pemerintah India menarik PUBG Mobile dari App Store dan Play Store adalah karena mereka khawatir akan keamanan siber dari game itu. Selain itu, mereka juga khawatir Tiongkok akan menyadap data pemain PUBG Mobile, mengingat game itu dinaungi oleh Tencent sebagai publisher. Hal ini mendorong Krafton untuk menjadi publisher dari PUBG Mobile di India. Setelah PUBG Mobile dilarang, Krafton meluncurkan kembali game itu dengan nama Battlegrounds India Mobile.

6. Puzzle & Dragons (2012) – US$5,6 miliar

Sejak diluncurkan pada Februari 2012, Puzzle & Dragons itu telah diunduh sebanyak 80 juta kali. Tidak hanya itu, game ini juga merupakan mobile game pertama yang berhasil mendapatkan pemasukan lebih dari US$1 miliar. Jepang memberikan kontribusi terbesar pada pemasukan dari Puzzle & Dragons. Saat ini, pemasukan game ini memang menunjukkan tren turun. Namun, setiap bulan, pemasukan Puzzle & Dragons tetap mencapai puluhan juta dollar.

7. Fate/Grand Order (2015) – US$5,4 miliar

Fate/Grand Order adalah game RPG buatan Aniplex yang didasarkan pada franchise Fate/stay night dari Type-Moon. Game ini pertama kali diluncurkan untuk Android di Jepang pada Juli 2015. Dua minggu kemudian, game tersebut dirilis untuk iOS. Versi bahasa Inggris dari game ini diluncurkan pada Juni 2017.

Game Fate/Grand Order sangat populer di Jepang. Faktanya, gamers Jepang memberikan kontribusi 82% dari total pemasukan game itu. Pemasukan Fate/Grand Order mencapai lebih dari US$5 miliar, menjadikannya sebagai salah satu mobile game Sony yang paling populer. Pasalnya, Aniplex merupakan bagian dari Sony Music Entertainment di Jepang.

8. Pokemon Go (2016) – US$5,2 miliar

Diluncurkan pada Juli 2016, Pokemon Go dengan cepat menjadi fenomena di seluruh dunia. Salah satu daya tarik dari game ini adalah elemen Augmented Reality yang developer Niantic integrasikan pada game ini. Gameplay Pokemon Go juga mendorong para pemainnya untuk berjalan-jalan dan menjelajah di dunia nyata. Hal ini berkebalikan dengan kebanyakan mobile game, yang  biasanya membuat para pemainnya duduk diam.

9. Fantasy Westward Journey (2015) – US$4,7 miliar

Fantasy Westward Journey merupakan mobile game yang diadaptasi dari game MMORPG untuk PC dengan judul yang sama. Versi PC dari game itu diluncurkan pada Desember 2001. Sementara versi mobile dari Fantasy Westward Journey dirilis untuk iOS dan Android pada Maret 2015.

Fantasy Westward Journey 3D bakal diluncurkan dalam waktu dekat. | Sumber: Twitter

Pada 2016, Fantasy Westward Journey berhasil menjadikan developer NetEase sebagai perusahaan mobile game dengan pemasukan terbesar. Sampai sekarang, game itu tetap memberikan kontribusi besar pada pemasukan NetEase. Faktanya, di Tiongkok Fantasy Westward Journey sering masuk ke dalam daftar game dengan players spending setiap bulan. Biasanya, game ini ada di peringkat 2, kalah dari Honor of Kings.

10. Lineage M (2017) – US$3,5 miliar

Lineage M diriliis pada 2017. Game ini merupakan versi mobile dari MMORPG Lineage yang diluncurkan pada 1998. Di Korea Selatan, Lineage adalah salah satu franchise paling populer. Jadi, tidak heran jika hanya dalam waktu tujuh jam sejak ia diluncurkan, Lineage M berhasil menjadi game paling populer di App Store Korea Selatan.

Dalam waktu sebulan sejak peluncuran, Lineage M berhasil mendapatkan US$233 juta. Pemasukan game itu menembus US$1 miliar pada Juni 2018. Seperti yang disebutkan oleh Pocket Gamer, sampai sekarang, Lineage M adalah salah satu game paling menguntungkan untuk developer NCSoft.

Dalam daftar mobile game dengan pemasukan terbesar sepanjang masa, umur mobile game yang masuk dalam daftar tersebut relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan game-game dalam daftar game dengan pemasukan terbesar. Tidak heran, mengingat mobile adalah platform yang relatif baru dari konsol atau PC. Meskipun begitu, semua mobile game itu memiliki pemasukan lebih dari US$1 miliar.

Hal menarik lainnya yang dapat disimpulkan dari daftar mobile game dengan pemasukan terbesar adalah beragamnya genre dari game yang masuk daftar tersebut. Di satu sisi, game-game seperti Honor of Kings, PUBG Mobile, dan Lineage M merupakan game dengan gameplay yang ditujukan untuk hardcore gamers. Di sisi lain, game-game kasual — seperti Monster Strike, Candy Crush Saga, dan Puzzle & Dragons — juga berhasil masuk dalam daftar. Hal ini menjadi bukti bahwa game kasual pun punya pasar yang tidak kalah besar.

Sumber header: PC Mag

Brio Virtual Drift Challenge 2 Kembali Hadir dengan Visual Lebih Apik dan Kompetisi Lebih Menantang

PT Honda Prospect Motor (HPM) secara resmi memperkenalkan Brio Virtual Drift Challenge (BVDC) 2 pada tanggal 7 Oktober 2021 kemarin. Dikembangkan oleh Anantarupa Studios, BVDC 2 melanjutkan jejak game sebelumnya dan kembali menantang para pemain untuk melangsungkan atraksi slalom dalam waktu tercepat.

BVDC 2 menggunakan seluruh tipe Honda Brio, termasuk halnya Honda Brio RS Urbanite sebagai opsi mobil yang dapat dipilih oleh para pemain. Dengan mengikuti petunjuk arah yang tampil pada layar, pemain diajak untuk melakukan atraksi slalom hingga mencapai garis finis. Pemain juga punya kesempatan untuk mendapatkan poin tambahan yang akan membantu mengurangi perolehan waktu pada akhir permainan.

BVDC 2 hadir dengan 21 trek baru yang terbagi dalam 7 latar belakang kota besar di Indonesia, di antaranya Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, Banjarmasin, dan Medan. Supaya semakin relatable, pemain juga bakal menjumpai lokasi-lokasi ikonis dari masing-masing kota.

Di setiap kota, pemain harus melewati tantangan yang terbagi dalam tiga mode: Easy Mode, Medium Mode, dan Hard Mode. Ketiganya harus dimainkan secara bertahap sebagai syarat untuk melanjutkan ke kota berikutnya.

Guna menambah keseruan, Honda sudah berencana untuk menggelar kompetisi BVDC 2 sebanyak 7 seri, plus satu seri final yang akan mempertemukan sepuluh pemain tercepat dari tiap seri.

Tiap-tiap seri akan digelar dengan menggunakan trek khusus yang berbeda-beda dan dapat dimainkan dalam waktu 7 hari. Setiap harinya, masing-masing pemain bakal mendapatkan 10 kali kesempatan untuk mencatatkan waktu terbaiknya di leaderboard. Dengan kata lain, pemain punya total 70 kali kesempatan untuk setiap seri kompetisi.

Pada setiap seri, 30 peserta dengan catatan waktu tercepat akan mendapatkan merchandise menarik dari Honda. Honda juga telah menyiapkan total hadiah uang tunai sebesar 75 juta rupiah untuk 10 peserta teratas yang berlaga di seri akhir.

Kompetisi BVDC 2 ini akan berlangsung dari 21 Oktober 2021 hingga 7 Maret 2022. Berikut adalah jadwal lengkapnya:

Seri Jadwal Trek
Seri 1 21 – 16 Oktober 2021 Tugu Monas
Seri 2 3 – 9 November 2021 Tugu Pahlawan
Seri 3 17 – 23 November 2021 Monumen BLA
Seri 4 1 – 7 Desember 2021 Tugu Muda
Seri 5 19 – 25 Januari 2022 Tugu PKK
Seri 6 2 – 8 Februari 2022 Monumen Mandala
Seri 7 15 – 22 Februari 2022 Old City Hall
Seri Akhir 2 – 7 Maret 2022 Parkir Timur Senayan

Yusak Billy, Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor, mengatakan, “Setelah sukses menghadirkan BVDC tahun lalu, kali ini BVDC 2 hadir dengan rancangan permainan yang lebih menarik secara visual dan cara bermain serta hadiah yang lebih besar. Game ini dihadirkan untuk mempertahankan DNA sporty dari Honda dengan membawa semangat ‘Everyone Can Race’ kepada lebih banyak orang di Indonesia dengan kompetisi yang lebih seru dan menantang. Kami berharap, game serta kompetisi ini juga mendapatkan antusiasme yang besar dari para gamers.”

Buat yang tertarik berpartisipasi, Brio Virtual Drift Challenge 2 dapat diunduh di perangkat Android maupun iOS.

Review Kitaria Fables: Petualangan Sederhana di Dunia yang Imut

Ada banyak kabar baik dari industri game lokal di Indonesia tahun ini, mulai dari program pendanaan developer lokal dan regional dari Agate dan Toge Productions sampai kehadiran puluhan game Indonesia di Gamescom. Di tahun ini, juga ada sejumlah game lokal yang diluncurkan. Salah satunya adalah Kitaria Fables.

Kitaria Fables dibuat oleh developer asal Yogyakarta, Twin Hearts. Melalui Kitaria Fables, Twin Hearts berusaha untuk menggabungkan elemen RPG Adventure dengan farming simulation. Salah satu hal yang membedakan Kitaria Fables dengan game farming simulation lainnya — seperti Stardew Valley atau Story of Seasons — adalah semua karakter yang hadir dalam game tersebut merupakan binatang antropomorfik. Faktanya, Anda akan bermain sebagai kucing.

Oke, sebelum saya membahas tentang pengalaman saya memainkan Kitaria Fables, saya harus membuat sebuah pengakuan. Saya adalah pecinta kucing. Saya berusaha untuk membuat review yang cenderung objektif, tapi saya tidak mungkin menutupi bias saya sepenuhnya.

Now, without further ado… 

Grafik dan Cerita

Kesan pertama yang saya dapat ketika saya memainkan Kitaria Fables adalah imut. Dan kesan ini bertahan bahkan setelah saya memainkan game ini selama belasan jam. Grafik 3D dari Kitaria Fables terlihat unyu, begitu juga dengan custcene 2D yang hadir di game tersebut.

Di Kitaria Fables, Anda bisa mengubah skin dari Nyanza Von Whiskers — sang tokoh utama. Dan jika Anda puas dengan skin yang tersedia, Anda bisa membeli DLC untuk mendapatkan skin ekstra. Walau Anda bisa memilih skin Nyanza, Anda tidak bisa memilih binatang lain sebagai karakter utama. Sebagai pecinta kucing, saya tidak menganggap hal ini sebagai masalah. Toh, saya tetap bisa mendandani Nyanza dengan armor, headgear, dan aksesori.

Anda bisa mengubah penamilan Nyanza.

Dari segi cerita, Kitaria Fables menawarkan plot yang sederhana dan straightforward. Nyanza adalah seorang tentara yang dikirim dari ibukota ke  desa bernama Paw Village. Alasan Nyanza dikirim ke desa itu adalah karena monsters di sekitar Paw Village menjadi semakin agresif, yang membahayakan keselamatan para warga desa. Tugas utama Anda adalah melawan para monsters dan menjaga keamanan Paw Village. Tidak lama setelah kedatangan Anda di Paw Village, Anda juga akan diberitahu bahwa para monsters menjadi lebih agresif karena relic misterius. Dan Anda diminta untuk menyelidiki tentang relic tersebut.

Walau tugas utama Anda adalah untuk melindungi desa dan mencari tahu tentang relic misterius, Anda juga akan mendapatkan side quests untuk membantu para warga desa yang membutuhkan. Satu kali, Anda akan diminta oleh kepala desa untuk mengawasi cucu angkatnya yang pergi ke hutan sendirian. Di kali lain, Anda akan diminta oleh sang cucu untuk mencari blueberry karena ulang tahun sang kakek sudah dekat dan dia ingin membuat kue untuknya.

Satu hal yang saya sayangkan, progress dari misi utama di Kitaria Fables terkadang terasa sangat lambat. Ada kalanya saya hanya ingin fokus pada quest utama dan mencari tahu tentang apa yang menyebabkan monsters menjadi lebih agresif. Namun, saya tetap harus menyelesaikan quest sampingan, seperti membantu warga desa tetangga untuk menemukan resep makanan yang cocok untuk musim dingin.

Gameplay: Combat

Kitaria Fables menggabungkan elemen RPG adventure dan farming simulation. Namun, elemen RPG adventure terasa lebih kental di game ini. Sebagai perbandingan, di Stardew Valley, Anda hanya akan menemukan monsters di tempat-tempat tertentu, seperti tambang. Namun, jika Anda mau, Anda bisa fokus mengurus lahan pertanian Anda dan meminimalisir waktu yang Anda habiskan di tambang sehingga Anda tidak perlu menghadapi monster.

Namun, Anda tidak bisa menghindari monsters di Kitaria Fables. Pasalnya, begitu Anda keluar dari Paw Village atau kota lain, Anda akan langsung disambut dengan monsters. Memang, sebagian monsters tidak akan menyerang Anda jika Anda tidak menyerang terlebih dulu. Namun, sebagian yang lain agresif dan akan menyrang Anda, tidak peduli apakah Anda menyerangnya terlebih dulu atau tidak.

Anda bisa menggunakan busur jika memang lebih suka bertarung dari jarak jauh.

Kabar baiknya, Kitaria Fables menawarkan combat real-time, yang membuat pertarungan dengan monster terasa cukup menyenangkan, walau mekanisme combat di game ini cukup sederhana. Di awal game, Anda akan dipersenjatai dengan sebuah pedang. Namun, nantinya, Anda akan mendapatkan busur dan bisa menggunakan sihir. Jadi, Anda bisa menyesuaikan skills dan spells yang Anda pilih berdasarkan gaya bertarung yang Anda sukai.

Jika Anda senang dengan gaya bertarung melee, Anda bisa menggunakan pedang, yang memang memberikan damage lebih besar. Namun, jika Anda lebih suka menjaga jarak — seperti saya — Anda bisa menggunakan busur. Keunggulan lain busur adalah karena ia menawarkan crit rate yang lebih tinggi. Tentu saja, Anda juga bisa menggunakan busur dan pedang secara bergantian. Hanya saja, proses mengganti senjata terkadang terasa clunky. Jadi, biasanya, saya memilih untuk fokus menggunakan satu senjata saja. Selain itu, slots untuk skill/spell yang bisa Anda pilih terbatas. Anda hanya memiliki empat slots. Karena itu, Anda memang harus memilih skills atau spells yang sesuai dengan gaya bertarung Anda.

Ketika Anda menggunakan busur, begitu Anda cukup dekat dengan monsters, anak panah akan secara otomatis mengarah ke monsters terdekat. Masalahnya, ketika Anda menghadapi lebih dari satu monster, maka bidikan Anda akan terus berubah. Untungnya, Anda bisa menentukan target secara manual. Hanya saja, jika Anda “mengunci” satu monster sebagai target, tembakan Anda akan terus mengarah ke monster itu, bahkan ketika ada monster lain yang mendekat.

Spell es bisa membekukan musuh.

Untuk menghadapi mob, Anda bisa menggunakan skills atau spells yang memberikan Area Damage. Spell tertentu bahkan bisa memberikan efek tertentu pada musuh. Misalnya, Howling Wind bisa membuat musuh terkena stun, sementara Frost Nova atau Blizzard bisa membuat musuh menjadi beku. Fireball juga bisa mendorong musuh mundur, yang sering saya gunakan ketika musuh sudah menjadi terlalu dekat.

Tidak ada sistem level di Kitaria Fables. Jadi, jika Anda ingin meningkatkan damage atau HP dari Nyanza, satu-satunya cara yang bisa Anda lakukan adalah meng-upgrade senjata, armor, dan peralatan Anda. Anda bisa melakukan upgrade di blacksmith kota. Untuk itu, Anda harus mengumpulkan sejumlah material. Sebagian orang mengeluhkan tentang mekanisme ini.

Namun, bagi saya, mengumpulkan material yang dibutuhkan untuk meng-upgrade senjata atau armor atau membuat aksesori baru bukan hal yang sulit. Pasalnya, monsters akan kembali muncul ketika Anda kembali ke satu area setelah pergi dari area tersebut. Berdasarkan pengalaman saya, hal ini memungkinkan saya untuk mengumpulkan material yang dibutuhkan dalam waktu singkat. Satu kali, saya mengumpulkan 40 Obsidians dalam satu hari dalam game. Walau tak bisa dipungkiri, melawan monster yang sama terus-menerus memang bisa membuat jenuh.

Karena tidak ada sistem level, jika ingin mendapatkan spells baru, Anda harus “membuatnya”. Cara untuk membuat spells sederhana. Anda hanya harus mengumpulkan Vengeful Souls — yang bisa didapatkan dari monster apa saja — dan menukarnya dengan elemental spheres.

Anda bisa membuat spell sendiri.

Di Kitaria, sihir terbagi ke dalam empat elemen: api, es, angin, dan tanah. Masing-masing spell akan membutuhkan elemental sphere yang berbeda-beda. Misalnya, untuk mendapatkan Fire Wall, Anda memerlukan dua fire spheres. Sementara untuk mendapatkan Blizzard — spell es paling kuat — Anda membutuhkan 5 water spheres, 2 earth spheres, dan satu moonstone, yang bisa Anda dapatkan setelah mengalahkan boss. Selain itu, Anda juga harus sudah memiliki Frost Nova untuk bisa mendapatkan Blizzard.

Untuk menggunakan spells dan skills, Anda memerlukan mana, yang digambarkan dengan 10 kotak di bagian bawah bar HP. Setiap Anda menggunakan skill atau spell, mana Anda akan berkurang sesuai dengan mana yang dibutuhkan. Tapi, mana Anda akan secara otomatis bertambah ketika Anda menyerang musuh dengan pedang atau busur. Artinya, Anda tidak perlu repot membawa item untuk memulihkan mana karena mana Anda akan secara otomatis teregenerasi. Sistem ini juga tidak memungkinkan Anda untuk melakukan spam dari skill/spell favorit Anda.

Kitaria Fables menawaran musuh yang cukup beragam. Biasanya, musuh itu akan memiliki tema yang sesuai dengan tempatnya berada. Sebagai contoh, ketika Anda berada di gua, Anda akan menemukan kelelawar dan jamur. Atau pada malam hari, Anda akan menemukan monster yang menyerupai hantu. Meskipun begitu, sesuai dengan vibe Kitaria Fables, para monster memiliki desain yang imut.

Terkadang, boss di Kitaria seolah-olah tidak menyadari keberadaan Anda.

Setiap monsters punya gaya bertarung yang berbeda-beda. Namun, menghindari serangan musuh di Kitaria cukup mudah. Karena, ketika area serangan musuh ditandai dengan warna merah. Anda cukup melakukan roll sesaat musuh menyerang. Walau, jika tidak hati-hati, Anda tetap bisa mati. Apalagi jika Anda terkena poison. Untungnya, walau Anda kalah melawan monsters sekali pun, Anda tidak akan kehilangan apapun. Anda hanya akan terbangun di rumah Anda pada keesokan harinya.

Salah satu hal yang saya keluhkan adalah saya tidak bisa mengganti suduh pandang kamera. Hal ini membuat proses eksplorasi menjadi lebih sulit. Alasannya, terkadang, saya tidak menyadari keberadaan chest atau musuh. Masalah lain yang saya temukan adalah terkadang, para monsters — khususnya boss — seolah-olah tidak menyadari keberadaan saya. Jadi, walau saya menyerang dengan sihir dan menembakkan panah dari jarak jauh, musuh yang saya hadapi tetap diam selama beberapa saat. Memang, hal ini memudahkan Anda untuk membunuh para boss, tapi apa serunya menyerang musuh yang tidak melawan?

Bercocok Tanam

Oke, setelah membahas bagian combat dengan panjang lebar, mari beralih ke bagian farming simulation dari Kitaria Fables. Mengingat developer Twin Heart lebih menitikberatkan elemen RPG Adventure, sistem bercocok tanam di Kitaria memang tidak sekompleks game farming simulation lainnya. Di Kitaria, Anda tidak perlu menyesuaikan tanaman yang Anda tanam dengan musim. Pasalnya, di game ini, tidak ada sistem empat musim. Jadi, sepanjang permainan, daftar tanaman yang bisa Anda tanam tidak berubah.

Fungsi utama lahan pertanian adalah sebagai sumber pendapatan.

Tujuan utama dari bercocok tanam di Kitaria Fables adalah untuk mendapatkan uang. Untuk melakukan upgrade senjata dan armor, Anda akan memerlukan uang yang tidak sedikit. Memang, Anda bisa menghajar monsters yang menjual hasil looting yang Anda dapatkan. Namun, menjual hasti tani bisa memberikan keuntungan yang lumayan. Selain itu, mengurus ladang juga bisa menjadi kegiatan selingan ketika Anda bosan membunuhi monsters.

Ada beragam tanaman yang bisa Anda tanam di Kitaria Fables, mulai dari gandum, wortel, kol, sampai stroberi dan anggur. Pada awalnya, hanya beberapa bibit tanaman saja yang bisa Anda beli. Namun, seiring dengan waktu, Anda akan mendapatkan jenis bibit yang beragam — setelah Anda mau melakukan quest yang diperlukan. Setelah tanaman siap dipanen, Anda bisa langsung menjualnya dengan meletakkannya di kotak di samping rumah. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan hasil panen Anda untuk membuat makanan, yang bisa Anda jual atau Anda gunakan untuk memulihkan HP.

Bijih mineral yang ditemukan di salah satu map.

Sama seperti kebanyakan game farming sim lainnya, di Kitaria Fables, Anda bisa meng-upgrade peralatan berkebun Anda. Untuk itu, Anda perlu mendapatkan bijih mineral yang Anda perlukan: tembaga, perak, atau emas. Masalahnya, bijih mineral cukup sulit untuk ditemukan, setidaknya pada awal permainan. Bijih mineral hanya muncul di tempat-tempat tertentu secara random. Kabar baiknya, setelah Anda membuka area tertentu pada pertengahan game, menambang bijih yang Anda perlukan jadi jauh lebih mudah.

Kesimpulan

Setiap orang punya alasan yang berbeda-beda untuk bermain game. Sebagian orang ingin game yang menantang. Sebagian yang lain justru ingin game yang santai. Kitaria Fables adalah game yang cocok untuk gamers tipe ke-2. Game ini cocok untuk dimainkan jika Anda ingin bersantai tanpa harus terlalu memikirkan cara membangun karakter atau cara mendapatkan good ending. Memang, Kitaria Fables tidak sempurna. Ada beberapa bagian yang terasa membosankan atau mekanisme yang clunky, tapi secara keseluruhan, saya menikmati game ini.


Hybrid.co.id hadir juga di berbagai media sosial. Temukan konten yang menarik di Instagram atau follow akun Twitter kami. Jangan lupa juga untuk Likes Fanpage Facebook Hybrid.

Pengalaman Hands-on Singkat Battlefield 2042 Open Beta: Makin Asyik dengan Bumbu Hero Shooter

Bayangkan Anda seorang pemain game FPS kompetitif dengan skill medioker. Permainan menempatkan Anda di medan pertempuran berisikan 128 orang, dengan risiko tertembak dari segala arah. Di mana sebaiknya Anda memilih titik spawn?

Oh ya, game yang dimainkan datang dari franchise Battlefield, yang berarti Anda punya opsi untuk spawn langsung di dalam kendaraan yang dikendalikan oleh rekan satu tim. Buat saya yang tidak pernah jago bermain FPS sejak zaman warnet masih dipenuhi pemain Counter-Strike, itu terdengar seperti opsi yang paling ideal.

Jadilah saya memilih sebuah helikopter yang tengah mengudara sebagai titik spawn. Namun satu detik setelah mengklik tombol “Deploy”, helikopter tersebut meledak tertembak rudal, dan saya pun langsung kembali ke menu deployment. Well, rupanya tidak ada tempat yang aman buat saya di game ini.

Medan perang penuh brutalitas

Pada tanggal 4 Oktober 2021 kemarin, saya berkesempatan menjajal versi beta dari Battlefield 2042 bersama para jurnalis dan streamer dari berbagai negara. Saya memang sama sekali tidak bisa digolongkan sebagai pemain Battlefield veteran, tapi setidaknya saya cukup familier dengan seri game ini sejak pertama memainkan Battlefield: Bad Company 2 di tahun 2010, terlepas dari tidak adanya peningkatan skill yang saya alami.

Waktu bermain yang saya habiskan selama sesi open beta memang terbilang singkat, hanya sekitar tiga jam, tapi paling tidak sudah bisa memberikan gambaran mengenai gameplay Battlefield 2042 secara umum. Selama sesi tersebut, saya menjalani sekitar tujuh match, semuanya di mode Conquest dengan map Orbital.

DICE bilang Orbital merupakan map berukuran sedang, tapi pada praktiknya map ini cukup masif untuk dibagi menjadi lima sektor yang berbeda, dan masing-masing sektor pun bisa memiliki lebih dari satu titik kontrol. Medan seluas ini esensial mengingat mode Conquest di Battlefield 2042 mendukung hingga 128 pemain, seperti yang saya bilang di awal tadi.

DICE mendesain mode Conquest agar pemain bisa merasakan tempo permainan yang bervariasi. Di map Orbital yang saya coba, kalau menginginkan tempo yang cepat dan intensif, Anda bisa memilih untuk spawn di area sekitaran Launch Platform di bagian atas. Sebaliknya, kalau ingin lebih santai, Anda bisa spawn di area sekitaran Cryogenic Plant (titik C).

Selama bermain, saya sebenarnya bisa saja menetap di satu sektor dan mengaktifkan posisi defensif, tapi tentu saya juga penasaran untuk mengeksplorasi pulau tropis ini secara keseluruhan. Sayang kenyataannya tidak sesimpel yang saya bayangkan.

Saat menjelajahi area Assembly Building (titik B), saya menemukan ada dua elevator untuk naik ke puncak bangunan tinggi tersebut. Sialnya, saat sudah sampai di atas, ternyata sudah ada sniper dari tim lawan yang menunggu. Satu tembakan ke kepala, dan saya pun lagi-lagi harus kembali ke menu deployment.

Lalu saat memutari area Launch Platform guna mengamati detail pada pesawat ulang alik (yang bisa lepas landas kalau tidak ada hambatan, dan terlihat luar biasa keren sampai-sampai saya terbelalak dan lupa mengambil screenshot), saya justru dibombardir oleh sebuah helikopter lawan yang datang entah dari mana. Seperti yang saya bilang, area di bagian atas map Orbital memang merupakan bagian yang paling memacu adrenalin, jadi memang saya yang salah kamar.

Map ini punya banyak area tinggi, dan untungnya kita bisa memanfaatkan zipline yang tersebar di beragam titik untuk naik ataupun turun. Terjun dari helikopter menggunakan parasut masih menjadi salah satu opsi, tapi sering kali saya justru jadi sasaran empuk sniper ketika memakai metode ini.

Anda bakal menghabiskan banyak waktu berlari dari satu sektor ke yang lain di map Orbital. Untungnya, pemain punya opsi untuk summon kendaraan. Namun tolong jangan ulangi kesalahan yang saya buat, yakni berdiri persis di titik deployment kendaraan yang saya tentukan sendiri, lalu mati konyol tertimpa mobil jip yang mendarat dengan parasut.

Alternatifnya, pemain juga bisa memanggil sebuah robot anjing dengan persenjataan yang lengkap — ingat, setting game ini adalah di masa depan — dan robot ini cukup membantu saya beberapa kali mengamankan diri dari serbuan lawan.

Kendaraan di Battlefield 2042 juga dapat dipilih langsung melalui menu deployment. Namun kalau tidak berpengalaman mengendalikan helikopter atau pesawat, sebaiknya biarkan pemain lain yang menjadi pilot, sebab kuota dan cooldown kendaraan adalah untuk tim, bukan perorangan.

Battlefield 2042 punya sistem cuaca yang dinamis, dan ini bakal berpengaruh langsung terhadap gameplay. Salah satu contohnya, visibilitas bakal berkurang drastis ketika sedang hujan deras. Map Orbital bahkan juga punya bencana tornado, tapi sayang selama bermain saya tidak sempat melihatnya sama sekali, dan ternyata ini disebabkan oleh peluang terjadinya yang cuma sekitar 10% kalau kata tim DICE.

Seperti biasa ketika memainkan game yang dikembangkan dengan engine Frostbite, saya selalu bingung mana objek yang bisa hancur dan mana yang tidak. Di Battlefield 2042 pun juga demikian. Tembok gudang tempat persembunyian saya dengan mudahnya rontok ditembak tank, sementara sebuah mesin yang menyerupai generator listrik justru berdiri kokoh meski saya tubruk menggunakan mobil lapis baja.

Namun satu hal yang amat saya sayangkan adalah, selama hampir tiga jam bermain, saya lebih sering berjumpa dengan bot ketimbang pemain asli. Jadi dari total 128 pemain, yang bukan AI mungkin hanya sekitar 20 orang. Semoga saja ini tidak menjadi problem saat game-nya dirilis secara resmi pada tanggal 19 November 2021 nanti.

Cara membedakan kawan bot dan pemain asli pun cukup mudah. Selain dari warna namanya, perilaku keduanya jelas berbeda. Yang paling kentara, bot sering kali menghabiskan kelewat banyak waktu menanti di-revive oleh rekannya (ada jeda 30 detik sebelum otomatis dibawa kembali ke menu deployment), sementara pemain asli lebih sering memilih untuk langsung respawn.

Battlefield dengan bumbu hero shooter

Satu perubahan drastis di Battlefield 2042 adalah hilangnya sistem class dari game-game sebelumnya. Semua playable character kini disebut sebagai Specialist, meski masing-masing tetap mempunyai peran tersendiri berkat gadget unik yang dimiliki.

Di versi open beta-nya, ada empat Specialist yang dapat dimainkan: Mackay, Boris, Casper, dan Falck. Masing-masing punya backstory-nya sendiri-sendiri, namun kalau mau disederhanakan, mereka adalah tentara bayaran yang bebas memilih untuk membela Amerika Serikat atau Rusia, dua faksi yang berseteru di Battlefield 2042.

Mackay adalah Specialist dengan peran assaulter. Gadget spesialnya adalah sebuah grapple hook yang bisa ditembakkan untuk berpindah dari satu titik ke yang lain. Kalau Anda pernah memainkan seri game Just Cause, Anda pasti familier dengan mekanisme alat ini.

Saya memang belum sempat mencoba, tapi sepertinya grapple hook ini tidak bisa dipakai untuk melukai musuh. Yang ada malah saya sendiri yang terluka (tewas lebih tepatnya) karena mencoba membidikkan grapple hook ke tiang listrik; bukan karena kesetrum, tapi karena jatuh dari ketinggian akibat tidak ada pijakan.

Boris adalah Specialist yang memegang peran sebagai engineer. Ia bisa menempatkan sebuah turret otomatis, sangat cocok untuk keperluan bertahan karena turret-nya akan menembaki musuh yang berada dalam jangkauannya secara otomatis. Sebaliknya, Casper mengemban tugas recon, dan sangat berguna untuk scouting berkat drone yang dapat dikendalikannya.

Terakhir, Falck berperan sebagai medic, dan menurut saya ia adalah yang paling kurang berguna. Gadget yang dimilikinya adalah sebuah pistol untuk menambah darah teman (healing). Masalahnya, health regen di Battlefield 2042 adalah yang tercepat dari semua game Battlefield sebelum ini. Jadi tanpa kehadiran Falck pun sebenarnya pemain sudah bisa survive sendiri.

Sebagai seseorang yang menyukai role support dan paling mengidolakan Mercy di Overwatch, jujur saya agak kecewa dengan implementasi class medic di Battlefield 2042. Lebih lanjut, semua class sekarang bisa menghidupkan pemain lain (revive), sehingga peran Falck pun jadi kian tidak relevan.

Namun kalau harus memilih, saya lebih memilih Falck versi sekarang ketimbang di versi alpha-nya, yang sangat-sangat overpowered karena bisa revive pemain lain dari kejauhan. Beruntung ini sudah di-nerf oleh DICE.

Keberadaan gadget secara langsung membuat Battlefield 2042 terasa lebih futuristis daripada pendahulu-pendahulunya, tapi tidak sampai kelewat canggih hingga menyerupai seri game Halo atau malah Star Wars: Battlefront. Gadget sepintas juga terkesan seperti special ability di game-game ber-genre hero shooter, cukup untuk menambahkan kesan modern pada franchise yang lebih sering mengusung setting peperangan historis.

Lewat Battlefield 2042, DICE pada dasarnya sudah ikut terbawa arus tren hero shooter, tapi di saat yang sama mereka tetap tidak mangkir terlalu jauh dari akar permainan seri Battlefield itu sendiri.

Selain gadget, tiap Specialist juga punya trait alias skill pasif. Buat Mackay, skill pasifnya adalah kecepatan bergerak yang lebih gesit selagi membidik (aiming down sight atau ADS). Untuk Boris, skill pasifnya adalah turret bakal bekerja lebih efektif jika diposisikan di dekatnya.

Favorit saya adalah trait milik Casper; ia punya sensor untuk mendeteksi apabila ada musuh yang berkeliaran di dekatnya. Lagi-lagi yang paling kurang berguna adalah trait milik Falck, yakni revive dengan posisi darah terisi penuh — kalau class lain yang revive, maka darah hanya terisi separuh. Namun seperti yang saya bilang, Anda cuma perlu menunggu sebentar saja sebelum health regen aktif dan darah kembali terisi penuh di Battlefield 2042.

Sniper rifle untuk jarak dekat, kenapa tidak?

Tidak seperti di game-game Battlefield sebelumnya, Anda tidak perlu memilih class tertentu agar bisa menggunakan jenis senjata tertentu. Semua senjata yang tersedia di Battlefield 2042 bisa digunakan oleh semua Specialist tanpa terkecuali.

Bayangkan betapa menyenangkannya menjadi Mackay yang menggotong sniper rifle dan berpindah dari atap gedung ke atap gedung menggunakan grapple hook-nya, atau betapa anehnya berperan sebagai recon tapi dengan bekal light machine gun (LMG) yang mencolok dan berisik.

Semua itu bebas Anda tentukan sendiri di Battlefield 2042. Bahkan untuk perlengkapan pendukung seperti anti-air missile launcher atau bazooka pun juga tidak terbatas buat Specialist tertentu, dan ini sangat berguna karena Anda bakal berhadapan dengan banyak kendaraan di game ini. Selagi bermain sebagai Falck, saya juga lebih memilih untuk membawa suplai amunisi ketimbang health pack gara-gara mekanisme health regen yang cepat tadi.

Tiap-tiap senjata pun dapat dikustomisasi lebih lanjut. Saya sempat bingung awalnya kenapa kok sniper rifle yang saya gunakan tidak mempunyai scope sama sekali. Ternyata, scope-nya bisa dilepas-pasang dengan mudah via opsi kustomisasi in-game. Cukup tekan dan tahan satu tombol (tombol T di PC), maka bagian-bagian dari senjata (muzzle, sight, grip) bisa kita gonta-ganti sesuai kebutuhan.

Jadi semisal saya sedang membawa sniper rifle dan tanpa sengaja terperangkap di medan pertempuran jarak dekat, saya tinggal ganti scope-nya jadi iron sight standar, dan bedil tersebut pun dapat langsung beradaptasi dengan kondisi saat itu. Dari sniper jarak jauh menjadi sniper jarak dekat, cuma dalam waktu dua detik saja.

Pilihan modifikasi senjata yang bisa dibawa juga dapat diubah sesuai keperluan, tapi sayang ini belum bisa dilakukan semasa open beta. Padahal, saya sudah punya rencana untuk memasangkan scope milik sniper rifle ke pistol healer milik Falck, sehingga saya bisa mengamankan diri di atap gedung selagi tetap menjalankan tugas sebagai support, menembakkan suntikan-suntikan penyembuh luka dari kejauhan.

Tanpa perlu terkejut, feel menembak di Battlefield 2042 terasa sangat memuaskan. Namun entah kenapa, indikator suara yang muncul saat berhasil mencatatkan kill terasa kurang greget. Alhasil, ketika situasi sedang kacau, saya terkadang sampai tidak sadar kalau musuh yang saya tembaki ternyata sudah tewas. Bisa jadi memang saya yang terlalu amatiran.

Tidak perlu PC kelas sultan

Jujur saya agak keder saat melihat persyaratan spesifikasi PC yang dibutuhkan untuk Battlefield 2042. Pasalnya, spesifikasi PC yang saya gunakan lebih dekat dengan persyaratan minimum ketimbang yang direkomendasikan: prosesor AMD Ryzen 5 3500X dan kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1660 Super.

Namun ternyata game bisa berjalan dengan cukup mulus. Rata-rata frame per second yang saya dapat ada di kisaran 60-an fps dengan setting grafis High di resolusi 1080p, dan cuma sesekali saja turun ke 40-an fps saat ada banyak ledakan yang terjadi secara bersamaan di sekitar. Loading pun terasa cepat meski PC saya cuma menggunakan SSD SATA.

Saya juga tidak menemukan problem seputar koneksi, dan selama bermain selama nyaris tiga jam, cuma satu kali saja saya sempat tertendang dari server, itu pun ketika match sudah betul-betul rampung dan selagi menunggu dibawa kembali menuju ke lobi. Perlu dicatat, versi game yang saya mainkan selama sesi open beta adalah versi lebih lawas dari yang akan tersedia pada peluncuran resminya bulan depan.

Battlefield 2042 juga mendukung Nvidia Reflex. Namun berhubung saya lebih sering menghabiskan waktu di Red Dead Redemption 2 ketimbang Valorant, saya tidak punya hardware yang kapabel untuk mencobanya. Sebagai game yang tidak punya single-player campaign sama sekali, Battlefield 2042 sudah pasti sangat dioptimalkan untuk skenario kompetitif.

Tentu saja saya tidak bisa berkomentar mengenai performa Battlefield 2042 di console, akan tetapi DICE menjanjikan pengalaman yang kurang lebih sama, setidaknya untuk next-gen console. Kalau butuh gambaran, spesifikasi PC yang saya gunakan bisa dibilang cukup mirip, atau bahkan lebih inferior, dibanding spesifikasi PlayStation 5 dan Xbox Series X.

Yang bedanya bakal cukup lumayan mungkin adalah di current-gen console. Di PlayStation 4 dan Xbox One, mode Conquest bahkan cuma mampu mengakomodasi total 64 orang, alias separuh dari jumlah pemain yang didukung di next-gen console dan PC.

Kabar baiknya, Battlefield 2042 mendukung dual-entitlement dan cross-play progression di semua edisi (Standard, Gold, Ultimate). Jadi bagi yang masih menunggu jatah stok PS5 dan hanya bisa memainkannya di PS4, akan lebih bijak seandainya Anda membeli Battlefield 2042 versi next-gen meski harganya lebih mahal 150 ribu rupiah ketimbang versi current-gen.

Pasalnya, versi next-gen tersebut juga mencakup versi current-gen. Jadi ketika sudah kebagian jatah stok PS5 nanti, Anda tidak perlu membeli game-nya lagi, dan semua progres permainan yang Anda catatkan pun bisa langsung ditransfer. Namun perlu dicatat, ini hanya berlaku untuk edisi digitalnya saja, bukan edisi fisik.

Kesimpulan

Battlefield 2042 berhasil mengingatkan saya pada keasyikan baku tembak di seri game ini. Perang berskala masif antara 64 mercenary melawan 64 mercenary lain terasa brutal sepanjang waktu, tapi akan lebih seru lagi seandainya semua yang terlibat adalah pemain asli, bukan bot.

Sebagai penikmat game single-player, jujur saya agak menyayangkan kenapa Battlefield 2042 tidak punya single-player campaign. Padahal, kalau saya pikir-pikir, beragam set piece atau peristiwa yang terjadi — seperti musibah tornado dan peluncuran roket luar angkasa — bakal terkesan sangat menarik jika diselipkan ke dalam skenario single-player.

Terlepas dari itu, upaya DICE untuk menghadirkan momen-momen epik seperti ini ke dalam sebuah live service game tetap patut diapresiasi. Seiring waktu, Battlefield 2042 pasti bakal kedatangan berbagai map baru, dan jujur saya penasaran momen-momen menegangkan seperti apa yang menunggu di masing-masing lokasi.

Hero baru, eh, maksud saya Specialist baru, pasti juga akan hadir ke depannya, dengan beragam gadget dan trait yang membuat permainan jadi terasa lebih variatif. Begitu pula dengan senjata-senjata baru, yang semuanya dapat dipakai tanpa terbatasi oleh class. Bisa jadi, ini bakal menjadi game Battlefield pertama yang memiliki beragam tips meta.

Oh ya, semua yang saya ceritakan ini sebenarnya baru sebagian kecil dari Battlefield 2042, sebab yang saya coba hanyalah satu mode gameplay dan satu map saja. Beberapa fitur baru, seperti misalnya mode Hazard Zone, bahkan belum EA ungkap sama sekali detailnya.

Bagi yang penasaran mencoba sendiri, Battlefield 2042 versi open beta sudah bisa dimainkan dari tanggal 6-9 Oktober 2021, dengan syarat Anda sudah melakukan pre-order. Buat yang masih ragu untuk keluar uang, Anda bisa mengikuti sesi open beta ini pada tanggal 8 Oktober, jadi Anda setidaknya masih punya waktu satu hari untuk mencicipi game ini lebih awal.

Pemasukan Honor of Kings Capai US$10 Miliar, Konami Buka Kontes untuk Developer Indie

Minggu lalu, ada beberapa berita menarik di dunia game. Salah satunya, Konami baru saja mengadakan kontes untuk developer indie, meminta mereka untuk membuat versi remake atau sekuel dari game klasik buatan Konami. Selain itu, Bandai Namco baru saja memamerkan logo baru mereka. Pada minggu lalu, pemasukan Honor of Kings juga menembus US$10 miliar.

Konami Buka Kontes untuk Developer Indie

Konami menggelar kontes untuk developer indie pada minggu lalu. Dalam kontes itu, para developer indie diminta untuk membuat game yang didasarkan pada seri klasik Konami, seperti Gradius, Ganbare Goemon, dan lain sebagainya.  Game yang dibuat oleh para developer bisa berupa sekuel atau pun remake. Para developer indie juga diberikan kebebasan untuk memilih apakah mereka akan membuat game dengan genre serta gameplay yang sama seperti game klasik buatan Konami atau justru memilih genre yang sama sekali baru.

Kontes ini disponsori oleh Konami. Untuk mengadakan kontes tersebut, Konami juga bekerja sama dengan Shueisha Game Creators Camp. Kontes itu akan dimulai pada 30 September 2021 dan akan berakhir pada 6 Januari 2022, menurut laporan IGN.

Sejak Diluncurkan Pada 2015, Total Pemasukan Honor of Kings Capai US$10 Miliar

Total pemasukan dari Honor of Kings telah mencapai US$10 miliar sejak mobile MOBA tersebut diluncurkan oleh Tencent pada 2015. Honor of Kings menjadi mobile game pertama yang mendapatkan pencapaian tersebbut. Berdasarkan data dari Sensor Tower, pemasukan Honor of Kings pada 2021 saja berhasil mencapai lebih dari US$2 miliar. Hal ini menjadikan Honor of Kings sebagai mobile game MOBA dengan pemasukan terbesar.

Pemasukan mobile MOBA. | Sumber: Sensor Tower

Gelar mobile MOBA dengan pemasukan terbesar kedua diduduki oleh Brawl Stars dari Supercell. Namun, pemasukan Honor of Kings jauh lebih besar dari Brawl Stars, yang mendapatkan US$320 juta pada Januari-Agustus 2021. Posisi ketiga ditempati oleh Mobile Legends: Bang Bang, yang mendapatkan US$220 juta pada periode Januari-Agustus 2021, lapor GamesIndustry.

StreamElements Akuisisi Jaringan Multichannel YouTube, Paragon

StreamElements mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi Paragon, jaringan multichannel YouTube yang menaungi beberapa kreator konten ternama, seperti SyperPK, xNestorio, dan Kiingtong. Sebagai perusahaan “YouTube Network & Digital Media”, Paragon menawarkan layanan pada kreator konten untuk membantu mereka meningkatkan kualitas konten serta jangkauan konten mereka. CEO StreamElements, Gil Hirsch mengatakan, dengan mengakuisisi Paragon, mereka ingin bisa memperluas jangkauan mereka ke industri video-on-demands.

“Dengan menjadikan Paragon sebagai bagian dari keluarga StreamElements, kami akan bisa membantu banyak YouTubers ternama untuk memperkaya penawaran mereka dan membantu mereka menambah jumlah penonton mereka,” ujar Hirsch, dikutip dari VentureBeat. “Kami tidak akan memotong komisi para YouTubers dari pemasukan iklan standar. Hal ini sesuai dengan misi kami sebagai perusahaan yang mengutamakan kreator.”

Bandai Namco Pamer Logo Baru

Developer dan publisher Jepang, Bandai Namco, memamerkan logo baru mereka pada minggu lalu. Logo baru ini akan mulai digunakan pada April tahun depan. Logo ini diharapkan dapat mencerminkan tujuan baru perusahaan, yaitu “kebahagiaan untuk semua orang di masa depan.” Dalam logo barunya, Bandai Namco menggunakan “Fukidashi” atau balon kata, yang merupakan cerminan potensi perusahaan untuk menjalin hubungan dengan semua orang dan menginspirasi mereka dengan berbagai “ide yang mengagumkan”, menurut laporan Nintendo Life.

Sony Akuisisi Bluepoint Games

Sony baru saja mengakuisisi Bluepoint Games, yang telah menjadi rekan mereka sejak lama. Bluepoint dikenal berkat sejumlah game remasters dan remakes mereka, seperti versi remake dari Demon’s Souls untuk PlayStation 5, remake Shadow of Colossus untuk PlayStation 4, serta versi remasters dari Uncharted: The Nathan Drake Collection, lapor GamesIndustry.

Sejak Bluepoint didirikan, Sony memang telah menjalin hubungan erat dengan studio itu. Faktanya, Sony menjadi publisher dari game pertama buatan Bluepoint, yaitu Blast Factor, game untuk PlayStation 3 yang dirilis pada 2006. Sebelum ini, Bluepoint juga pernah diprecayakan untuk membuat remake dan remaster dari God of War dan Gravity Rush.

Pengalaman Bermain Game Pokemon Unite Grafis Tinggi di OPPO Reno6

Mendarat pertama kali untuk Nintendo Switch, Pokemon Unite tiba di Android pada 21 September lalu. Berbeda dengan game Pokemon lain, game ini mengusung konsep MOBA 5 vs 5 sebagai basis gameplay utamanya.

Namun Pokemon Unite tak sepenuhnya sama dengan game MOBA lain seperti Mobile Legends, Arena of Valor, League of Legends, dan lainnya. Tujuan utamanya bukan untuk menghancurkan tower di markas lawan, melainkan untuk mengumpulkan poin dan mencetak skor tertinggi dalam waktu 10 menit.

Ya, durasi pertandingannya dibatasi hanya 10 menit, relatif singkat tidak menyita banyak waktu. Saya memainkan game Pokemon Unite ini di OPPO Reno6, perangkat yang ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 720G ini dapat menjalankan Pokemon Unite dengan pengaturan grafis rata kanan. Yuk simak pengalaman bermain game Pokemon Unite di Reno6 berikut ini.

Fitur Gaming OPPO Reno6 untuk Optimalkan Pokemon Unite

Sebagai game kompetitif, Pokemon Unite menuntut respon yang cepat. Layar dengan refresh rate 90Hz dan touch sampling rate 180Hz di Reno6, memastikan gerakan di dalam gameplay berjalan mulus dan layar dapat merespon dengan cepat input sentuhan sehingga skill dapat dilepas tepat sasaran.

Chipset Snapdragon 720G dan berpadu RAM 8GB, memungkinkan Reno6 mengatur kualitas grafis ‘highest‘ dan mendukung frame rate ‘high‘. Panel AMOLED 6,4 inci beresolusi FHD+ pun dapat menampilkan grafis yang sangat memanjakan mata. Pada game space, jangan lupa memilih mode performa ‘pro gamer mode’ untuk mengeluarkan kekuatan penuh dari Snapdragon 720G.

Saat bermain game, panggilan telepon masuk dapat mengganggu kualitas jaringan yang berakit kehilangan koneksi. Di game assistant Reno6, terdapat fitur game focus mode yang akan memblokir telepon masuk, notifikasi, alarm, quick settings, dan navigation gesture – untuk mengurangi gangguan yang tidak diinginkan.

Kekuatan chipset, layar refresh rate tinggi, dan rangkaian fitur gaming di Reno6 merupakan satu kesatuan untuk memberikan pengalaman gaming yang menyenangkan. Tentu saja, di game kompetitif seperti Pokemon Unite dapat memperbesar peluang kemenangan.

Tips Bermain Game Pokemon Unite

Ada banyak hal yang harus dipelajari untuk menjadi seorang trainer Pokemon yang kuat di Pokemon Unite, setidaknya tips dasar berikut harus dipahami. Mulai dari jenis role Pokemon dan menguasai penggunaan skill-nya secara optimal, beberapa Pokemon dapat berevolusi di dalam pertandingan.

Di arena Aeos Island, hanya ada dua jalur yang masing-masing terdapat lima goal zone – dua di sisi atas, dua di bawah, dan satu lagi dekat markas. Ingat tujuan utamanya ialah bersaing untuk mendapatkan skor tertinggi dengan cara mengumpulkan Aeos Energy ke dalam Pokeball dan memasukkan ke dalam goal zone lawan.

Di early game, kita bisa farming untuk menaikkan level dengan mengumpulkan Aeos Energy yang bisa didapat dengan cara mengalahkan Pokemon liar yang tersebar di sekitar peta dan membunuh Pokemon di tim lawan. Jangan lupa, Aeos Energy harus dimasukkan ke goal zone lawan yang dapat hancur setelah tim mencetak 100 poin.

Biasanya setelah memasuki mid game, bentrokan tidak bisa dihindari. Setelah goal zone lawan terluar berhasil dihancurkan, untuk mencapai goal zone lawan bagian dalam dibutuhkan kerja sama tim yang baik. Tanpa koordinasi yang baik, bukan tidak mungkin hanya akan jadi bulan-bulanan tim lawan.

Bila Pokemon terbunuh, trainer akan dikeluarkan dari permainan untuk jangka waktu tertentu dan semakin lama seiring berjalannya permainan. Sebagian Aeos Energy yang telah dikumpulkan akan hilang, trainer lain dapat mengambilnya dan mencetaknya ke skor mereka sendiri.

Ya, Pokemon Unite sangat berbeda dengan game Pokemon lain, sama serunya dengan game MOBA lain, dan malah lebih unik. Banyak para reviewer lain mengatakan masih banyak pekerjaan rumah terkait keseimbangan skill Pokemon, namun hal itu akan semakin baik seiring waktu.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

Harga Diri Gamers: Jadi Alasan untuk Lakukan Gatekeeping?

Dulu, jumlah gamers tidak sebanyak sekarang. Bermain game menjadi hobi bagi segelintir orang saja. Selain itu, dulu, gamers juga punya konotasi negatif. Sekarang, memang masih ada stigma buruk yang melekat pada game, tapi, semakin banyak orang yang sadar bahwa game tidak melulu membawa efek negatif. Game telah tumbuh menjadi industri yang nilainya mengalahkan industri perfilman dan musik. Industri game bahkan mendorong munculnya industri baru, seperti streaming game dan juga esports.

Namun, seiring dengan bertambahnya jumlah gamers, muncul segregasi. Biasanya, gamers dikelompokkan berdasarkan platform yang mereka gunakan — PC, konsol, atau mobile — atau berdasarkan dedikasi mereka saat mereka bermain game — kasual atau hardcore. Mengelompokkan gamers berdasarkan preferensi mereka sebenarnya bukan masalah. Hanya saja, ketika sebagian gamers mulai membatasi sebagian orang untuk bergabung dengan komunitas game, hal inilah yang menjadi masalah.

Gatekeeping: Definisi dan Penyebab

Mencegah seseorang atau sekelompok orang untuk mendapatkan akses akan sesuatu, begitulah pengertian gatekeeping secara sederhana. Sebenarnya, gatekeeping tidak hanya terjadi di industri game. Namun, karena Hybrid.co.id adalah media yang membahas soal game dan esports, artikel ini hanya akan membahas tentang fenomena gatekeeping di dunia game.

Lalu, bagaimana cara seorang gatekeeper mencegah orang lain untuk masuk ke dunia game? Memang, siapapun bisa membeli game dan memainkannya. Namun, gatekeepers punya cara untuk mencegah seseorang atau sekelompok orang untuk masuk ke dunia game.

Salah satu caranya adalah harassment. Misalnya, stereotipe gamers adalah laki-laki muda. Jadi, orang-orang yang tidak masuk dalam kategori ini bisa jadi korban dari harassment. Gangguan itu bisa membuat seseorang berhenti main game atau enggan untuk ikut aktif dalam komunitas.Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Reach3 Insights dan Lenovo, 59% perempuan merahasiakan gender mereka untuk menghindari harassment. Gender tidak selalu menjadi pemicu dari harassment. Terkadang, pemicunya adalah ras dan warna kulit.

Contoh harassment yang ditujukan pada perempuan. | Sumber: HuffPost

Menurut IGN, biasanya gatekeepers punya alasan kenapa mereka mencegah kelompok tertentu untuk masuk ke komunitasnya. Salah satu alsaannya adalah karena mereka menganggap komunitas gaming sebagai “safe space” mereka. Dan ketika ada orang lain di luar kelompoknya — alias outsider — mencoba untuk masuk, mereka menganggap hal itu sebagai ancaman akan ruang yang dia miliki. Apalagi karena dulu, gamers sering mendapat cap buruk.

Sementara itu, menurut Kotaku, harga diri bisa jadi awal dari gatekeeping. Banyak gamers yang merasa bangga menjadi gamers. Dengan mengklaim diri sebagai gamers, mereka ingin agar orang lain tahu akan kecintaan mereka pada game dan menghargai identitas mereka sebagai gamers. Masalah muncul ketika gamers mengelompokkan orang-orang berdasarkan apakah mereka bermain game atau tidak, yang menciptakan pertikaian antara “kita” dan “mereka”.

Di satu sisi, membuat komunitas eksklusif untuk gamers ini bisa mempererat hubungan antara para gamers. Karena, mereka akan merasa seolah-olah mereka ada di komunitas yang memiliki pemikiran yang serupa. Di sisi lain, pengelompokkan gamers dan non-gamers ini bisa membuat gamers secara otomatis mengasingkan orang-orang yang dianggap bukan bagian dari kelompok mereka.

Masalah menjadi semakin keruh ketika industri game tumbuh pesat dan jumlah gamers meroket. Orang-orang tidak lagi dikelompokkan berdasarkan apakah mereka bermain game atau tidak, tapi juga berdasarkan platform yang mereka gunakan atau genre yang mereka mainkan. Sebagian gamers akan dianggap “gamers sejati”, sementara yang lain tidak. Sebagian akan menjadi bagian dari kelompok, dan sebagian lagi tidak. Dan orang-orang yang bukan bagian dari kelompok akan diasingkan — atau didiskriminasi.

Dampak Gatekeeping

Salah satu masalah yang muncul karena gatekeeping adalah diskriminasi. Pada awalnya, game merupakan media hiburan yang ditujukan untuk laki-laki. Hal ini bisa terlihat dari tipe-tipe game yang muncul pada awal industri game. Namun, sekarang, jumlah gamers tidak hanya bertambah pesat, tapi juga menjadi semakin beragam. Di Asia, sekitar 38% gamers merupakan perempuan. Sayangnya, meningkatnya jumlah gamers perempuan tidak menjadi jaminan bahwa mereka akan diperlakukan dengan baik. Banyak gamers perempuan yang mengalami diskrimasi berdasarkan gender.

Selain diskriminasi, masalah lain yang mungkin muncul karena gatekeeping adalah ableism. Masalah ini muncul ketika sekelompok gamers memandang rendah orang-orang yang bermain game dengan mode easy. Memang, tidak semua game harus punya easy mode. Beberapa game memang didesain untuk menawarkan tantangan, seperti Dark Souls. Meskipun begitu, hal itu bukan berarti bahwa para gamers yang memainkan game kasual atau bermain game di easy mode pantas untuk dihina dan direndahkan.

Kabar baiknya, sekarang, developer mulai memperhatikan masalah accessibility dari game mereka. Sehingga, penyandang disabilitas pun tetap bisa memainkan game tersebut. Salah satu contoh fitur accessibility yang ada pada game adalah fitur text-to-speech atau pengaturan warna bagi penyandang buta warna, lapor TechRadar. Difficulty settings juga merupakan bagian dari fitur accessibility dalam sebuah game, karena keberadaannya membuat semakin banyak orang bisa memainkan game itu.

Terakhir, masalah terbesar yang bisa muncul akibat gatekeeping adalah mematikan kreativitas pelaku industri game. Tujuan utama dari gatekeeping adalah mencegah sekelompok orang memasuki dunia game. Jadi, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa ikut aktif dalam komunitas game. Pada akhirnya,  komunitas game menjadi homogen, karena hanya terdiri dari orang-orang yang berasal satu kelompok saja. Padahal, keberagaman justru bisa menguntungkan ekosistem game. Seperti yang disebutkan oleh Kotaku, tanpa ide baru yang berbeda di dunia game, maka game sebagai media hiburan akan menjadi stagnan dan akhirnya, mati.

Sumber header: InvenGlobal