HyperX Luncurkan Cloud Stinger Wireless, Gaming Headset Nirkabel untuk PC dan PS4 Seharga $100

Mencari gaming headset berkualitas dengan harga di bawah $100 bukanlah tugas yang sulit. Namun kalau kriterianya juga harus mencakup konektivitas wireless tanpa menambah budget, maka pilihannya akan jadi sangat terbatas.

Salah satu yang dapat menjadi alternatif adalah kreasi terbaru HyperX. Dijuluki Cloud Stinger Wireless, ia merupakan versi nirkabel dari Cloud Stinger yang juga masuk dalam kategori budget gaming headset. Alhasil, desainnya nyaris tidak berbeda.

Cloud Stinger Wireless datang bersama sebuah USB receiver yang harus ditancapkan ke PC, PS4 atau PS4 Pro demi mewujudkan konektivitas wireless-nya, dengan jarak paling jauh 12 meter. Dalam satu kali pengisian, baterainya diperkirakan bisa bertahan sampai 17 jam nonstop.

HyperX Cloud Stinger Wireless

Menariknya, kehadiran baterai rechargeable ini tak membuat perangkat jadi kelewat berat. Pada kenyataannya, bobotnya hanya berkisar 270 gram, atau 5 gram lebih ringan ketimbang versi standarnya yang tidak dibekali baterai.

Kinerja audionya mengandalkan sepasang driver berdiameter 50 mm, lengkap dengan mikrofon noise cancelling di luar yang dapat di-mute hanya dengan melipatnya ke atas. Tombol-tombol kontrolnya sendiri diposisikan pada sisi luar earcup.

Di Amerika Serikat, HyperX Cloud Stinger Wireless saat ini sudah dipasarkan seharga $100. Belum benar-benar di bawah $100, tapi setidaknya tidak lebih. Satu catatan terakhir, meski kesannya terjangkau, banderol Cloud Stinger Wireless rupanya dua kali lipat lebih mahal ketimbang saudara berkabelnya.

Sumber: Business Wire dan The Verge.

Berbekal Sebuah Terobosan Inovatif, Corsair Kian Percaya Diri Merangkul Konsep Gaming Gear Wireless

Saat ini, hal paling menantang bagi produsen periferal gaming adalah meyakinkan gamer pro untuk menggunakan periferal nirkabel. Alasan mereka tetap berpegang pada teknologi lawas kemungkinan besar tak jauh berbeda: sambungan fisik lebih bisa diandalkan dan peluang adanya interferensi jauh lebih kecil. Namun keadaan pelan-pelan berubah. Sistem wireless mulai dipercaya dan Corsair ialah salah satu nama yang mempionirkannya.

Bahkan sebelum menyuguhkan solusi kustomisasi all-in-one lewat software iCUE, Corsair Components sudah lama menawarkan kapabilitas nirkabel di gaming gear mereka sembari terus mengembangkan teknologinya. Di awal tahun ini, tersingkaplah satu terobosan wireless yang berpeluang merevolusi ranah penyajian periferal komputer. Dan dalam acara Corsair Press Tour 2019 di Jakarta minggu kemarin, perusahaan asal Fremont itu mengungkapnya lebih detail.

Corsair Press Tour 2019 1

Di presentasinya, senior product line manager Corsair Michael Grey menjelaskan bagaimana signifikansi teknologi wireless lambat laun diakui dan bertambah esensial. Namun begitu, ia menyadari ada sejumlah aspek yang perlu diperbaiki jika produsen ingin produk-produk mereka diadopsi lebih banyak konsumen. Langkah ini boleh dikatakan sebagai lanjutan kampanye Unplug and Play tahun lalu yang dimaksudkan buat membebaskan pengguna dari ‘jeratan kabel’.

Corsair Press Tour 2019 18

Agar perangkat berkonektivitas wireless dapat bekerja sebaik varian berkabel, Corsair menetapkan bahwa waktu respons 1-milidetik harus tercapai dan jadi standar. Beberapa nama dapat menyajikannya, tapi memang masih ada banyak kendala yang harus diatasi. Gray mengkungkap tiga kekurangan terbesar dari teknologi nirkabel. Pertama, jangkauannya terbatas; kemudian penggunaan dua receiver berpeluang lebih besar menciptakan gangguan; dan terakhir, bunyi-bunyian di sekitar bisa menyebabkan hilangnya informasi atau memperlambat aliran data.

Corsair Press Tour 2019 2

 

Slipstream

Melihat eksistensi dari kendala-kendala itu, Corsair menyodorkan solusi lewat terobosan bertajuk Slipstream. Teknologi ini menjanjikan sinyal yang lebih kuat (hingga radius 20-meter), stabilitas terlepas dari banyaknya interferensi via pemanfaatan Intelligent Frequency Shift, serta kecepatan tinggi dalam mengirim data ke unit receiver dengan waktu cuma 0,5-milidetik.

Corsair Press Tour 2019 11

Slipstream merupakan sebuah protokol racikan Corsair sendiri yang didesain agar mampu mengirimkam paket data per bandwidth di satuan milidetik dua kali lebih besar. Rahasia kemampuannya itu ialah Intelligent Frequency Shift, yaitu layer pintar yang berfungsi untuk mengirimkan ulang data jika ada kendala dan menjaganya alirannya tetap optimal. IFS secara terus-menerus melakukan pemindaian demi mencari transmisi terbaik dan paling stabil (di 0,5-milidetik).

Corsair Press Tour 2019 8

Slipstream diklaim mampu menghasilkan sinyal berkekuatan dua setengah kali lebih besar dari teknologi wireless generasi selanjutnya berbekal upgrade pada platform RF, dan diharapkan bisa menjadi jalan keluar bagi mereka yang pernah kecewa dengan performa gaming gear berbasis frekuensi 2,4GHz. Itu berarti di atas kertas, Slipstream menghidangkan kecepatan yang lebih tinggi dibanding teknologi Lightspeed 1-milidetik punya Logitech.

Corsair Press Tour 2019 4

Hal menarik di sini adalah, Corsair memutuskan agar teknologi canggih ini inklusif dan bisa mudah dijangkau oleh lebih banyak konsumen. Buat sekarang, Slipstream bisa ditemukaan di mouse gaming Harpoon RGB Wireless yang saya ulas di Januari kemarin. Dari sisi desain, perangkat ini identik seperti varian standarnya, dan saya sempat penasaran mengapa kehadiran opsi wireless di sana membuat harganya melonjak cukup tinggi. Namun saya juga mengakui istimewanya kinerja mode nirkabel Harpoon RGB Wireless dan kini memahami alasannya.

Corsair Press Tour 2019 13

Ke depannya, Slipstream tak hanya berguna untuk meningkatkan stabilitas koneksi wireless dan menyuguhkan kecepatannya tinggi saja. Corsair sempat menyingkap agenda mereka terkait Slipstream selanjutnya.

Corsair Press Tour 2019 6

Corsair meyakini, Slipstream nantinya juga akan jadi hal esensial di ranah audio, terutama di aspek komunikasi. Saat ini memang ada banyak pilihan headphone dengan output high definition, tapi mayoritas dari mereka dibekali microphone berperforma pas-pasan karena komponen chipset memangkas frekuensi input. Slipstream siap menjawab kendala tersebut berkat dukungan bandwidth dua arah serta sambungan nirkabel berjarak jauh – mencapai 30-meter.

Corsair Press Tour 2019 10

Selain itu, teknologi Slipstream juga memungkinkan satu unit adaptor tersambung ke tiga periferal – sehingga kita bisa menambahkan keyboard dan headset tanpa perlu mencantumkan dongle USB berbeda. Sayangnya, masih terlalu dini untuk membicarakan produk-produk anyar Corsair yang akan mengusungnya…

Corsair Press Tour 2019 15

 

Tradisi Corsair dan perkenalan anggota keluarga baru

Tentu saja, Corsair Press Tour 2019 bukan cuma mengenai Slipstream. Lewat acara ini, sang produsen meluncurkan beragam aksesori PC baru, di antaranya ada mouse top-end M65 RGB Elite (dibanderol Rp 1,05 juta) dan Ironclaw RGB (Rp 950 ribu), fan & pump head LL120 RGB putih, case PC pintar Crystal 680X RGB (Rp 3,95 juta) serta case mid-tower Carbide 678C (Rp 2,8 juta). Di sana, Corsair tak lupa menghadirkan keyboard khusus hiburan K83 yang mereka perkenalkan beberapa minggu lalu.

Corsair Press Tour 2019 16

Menjawab pertanyaan saya, Michael Grey menyampaikan bahwa K83 Entertainment Keyboard belum dilengkapi teknologi Sliptream karena ia memang tidak membutuhkannya. Berbeda dari sebagian besar papan ketik Corsair, K83 dirancang untuk menjadi pusat kendali segala jenis konten hiburan ‘kasual’. Produk tidak dikhususkan buat gaming walaupun mempunyai thumb stick, sebuah shoulder button dan satu tombol trigger di area kanan.

Corsair Press Tour 2019 19

Corsair Press Tour 2019 juga menandai pelepasan produk-produk khusus streamer buatan Elgato di Indonesia, yang jadi bagian dari perusahaan setelah Corsair mengakuisisinya di pertengahan tahun lalu. HD60 Pro, HD60S, Stream Deck, Cam Link 4K, Key Light sampai Elgato Green Screen rencananya akan hadir di bulan April 2019.

Corsair Press Tour 2019 5

Corsair Press Tour 2019 12

Corsair Press Tour 2019 20

Razer Luncurkan Keyboard, Headset dan Mouse Baru dengan Harga Lebih Bersahabat

Saya kira tidak ada satu pun gamer yang tidak mengenal Razer. Cukup banyak teman-teman saya yang fanatik terhadap brand berlambang mirip minuman larutan penyegar itu, tapi tidak sedikit juga yang kurang menyukainya. Salah satu alasan terpopuler dari mereka yang tak menyukai Razer adalah, produk-produknya sering kali kelewat mahal.

Untuk tahun 2019 ini, Razer sepertinya ingin sedikit mengubah citranya sebagai merek mahal dengan meluncurkan tiga periferal baru: keyboard BlackWidow, mouse Basilisk Essential, dan headset Kraken. Ketiganya meneruskan jejak pendahulunya masing-masing yang bernama sama.

Razer BlackWidow

Razer BlackWidow 2019

BlackWidow bukanlah nama yang asing di telinga para pengguna keyboard mekanis, dan selama ini ia selalu masuk dalam kategori premium. Edisi 2019-nya ini memang masih bisa dikategorikan premium, tapi setidaknya banderol harga $120 masih jauh lebih bersahabat ketimbang BlackWidow Elite yang dipatok $170.

Kendati demikian, sejumlah fitur BlackWidow Elite masih eksis di sini, utamanya memory internal untuk menyimpan hingga 5 profil sekaligus. Yang berbeda, pilihan switch mekanisnya cuma ada satu, yakni Razer Green, yang memiliki karakter taktil, dengan suara klik yang mencolok.

Pencahayaan RGB sejatinya sudah tidak perlu dibahas lagi di titik ini, sebab itu sudah bisa dicap sebagai nyawa produk-produk Razer. Sayangnya di ujung kanan atas tidak ada tombol multimedia khusus, namun setidaknya semua tombol pada BlackWidow masih bisa diprogram sesuai kebutuhan masing-masing pengguna.

Razer Kraken

Razer Kraken 2019

Beralih ke Kraken, ia merupakan suksesor langsung dari Kraken Pro V2, dengan sejumlah perbaikan desain yang banyak terinspirasi oleh Kraken Tournament Edition. Perubahan desain ini tentunya ditujukan demi menyuguhkan kenyamanan ekstra, seperti bisa kita lihat dari bantalan kepala yang lebih tebal, serta bantalan telinga yang dilengkapi gel pendingin.

Terkait performa, Kraken mengusung driver berdiameter 50 mm. Mikrofon retractable-nya diklaim lebih mumpuni dalam hal memblokir suara luar, sehingga komunikasi antar pemain bisa berjalan lebih lancar. Harganya? $80, sama persis seperti harga Kraken Pro V2 ketika pertama dirilis.

Razer Basilisk Essential

Razer Basilisk Essential

Terakhir ada Basilisk Essential bagi penggemar mouse berdesain ergonomis, bukan ambidextrous. Total ada tujuh tombol yang dapat diprogram pada mouse ini, dan switch-nya semua sudah memakai tipe mekanis yang lebih kokoh ketimbang tipe membran biasa.

Namun yang menjadi nilai jual utamanya tidak berubah dari Basilisk orisinal, yakni kehadiran satu tombol clutch yang cara kerjanya mirip kopling kendaraan bermotor. Turut menunjang performanya adalah sensor optik dengan sesntivitas 6.400 DPI.

Ya, sensornya memang tidak sesensitif milik Basilisk orisinal, tapi kabar baiknya, harganya pun juga lebih terjangkau: $50, dibandingkan $70 yang merupakan banderol Basilisk orisinal.

Sumber: Razer.

HyperX Cloud Mix Adalah Gaming Headset Sekaligus Headphone Bluetooth

Divisi gaming Kingston, HyperX, kembali meluncurkan gaming headset. Namanya HyperX Cloud Mix, tapi ia berbeda dari gaming headset pada umumnya, sebab ia dapat beralih fungsi menjadi headphone wireless di luar sesi gaming.

Secara default, Cloud Mix dapat disambungkan ke PC menggunakan kabel dengan konektor 3,5 mm standar. Dalam posisi ini, sepasang driver 40 mm dan teknologi dual chamber yang diusungnya sanggup memberikan respon frekuensi antara 10 – 40.000 Hz, membuatnya pantas menyandang sertifikasi Hi-Res Audio.

HyperX Cloud Mix

Namun ketika yang dibutuhkan adalah kepraktisan, pengguna tinggal melepas kabel beserta mikrofonnya, lalu menyambungkannya ke smartphone via Bluetooth 4.2. Dalam posisi ini, Cloud Mix masih bisa dipakai untuk menerima panggilan telepon berkat mikrofon internalnya, dan baterainya bisa tahan sampai 20 jam pemakaian.

Sayang sekali charging-nya masih mengandalkan micro USB, bukan USB-C, dan belum ada fitur noise cancelling. Terlepas dari itu, fleksibilitasnya tentu bisa menjadi nilai jual lebih di mata konsumen, terutama para gamer yang kerap bepergian.

HyperX Cloud Mix

Yang saya suka dari Cloud Mix adalah penampilannya yang terkesan simpel dan tidak terlalu wah seperti kebanyakan gaming headset. Rangkanya terbuat dari aluminium, sedangkan bantalan earcup berukuran besarnya (circumaural alias over-ear) menggunakan material memory foam yang dilapis kulit sintetis.

Penampilan yang terkesan ‘kurang gaming‘ ini wajar mengingat statusnya yang juga dipasarkan sebagai produk lifestyle. Bobotnya pun tidak lebih dari 260 gram tanpa mic yang terpasang, cukup bersaing dengan headphone Bluetooth di pasaran.

HyperX Cloud Mix

HyperX saat ini telah memasarkan Cloud Mix di Amerika Serikat seharga $200.

Sumber: Business Wire.

Lewat iCUE, Corsair Tunjukkan Bahwa RGB Bukanlah Sekadar Pemanis Mata

Kepopuleran RGB di gaming gear merupakan hal yang dipuji sekaligus dicemooh. Di satu sisi, kehadirannya membuat periferal jadi terlihat jauh lebih menarik, terutama untuk kalangan casual, sangat cocok bagi mereka yang gemar memamerkan perangkat gaming kesayangannya. Tapi di sisi lain, gamer hardcore berpendapat bahwa RGB tidak banyak membantu meningkatkan performa bermain.

Namun apakah benar begitu? Beberapa brand seperti SteelSeries dan MSI mulai memanfaatkan warna-warni RGB untuk menyampaikan informasi dalam permainan. Contohnya, LED bisa menampilkan tingkat health atau jumlah amunisi yang tersisa, atau dapat pula menyampaikan notifikasi voice chat. Fitur ini belakangan juga diadopsi oleh perusahaan hardware PC asal Fremont, Corsair Components.

Corsair 4

Langkah Corsair dalam mengintegrasikan fungsi notifikasi gaming ke sistem RGB dimulai lewat kolaborasi bersama Ubisoft belum lama ini: gamer Far Cry 5 yang bermain menggunakan periferal Corsair dapat menikmati pertunjukan LED serta memperoleh notifikasi status game via pencahayaan. Sejauh ini, kapabilitas tersebut baru hadir di Far Cry 5, tapi Corsair sempat mengungkap rencana untuk mengekspansinya ke game shooter survival Metro Exodus.

Corsair 8

Bagi saya, integrasi antara LED dan game merupakan suatu arahan menarik yang membuat kehadirannya memberikan dampak positif bagi gamer dan bukan sekadar pemanis mata. Sejumlah pertanyaan saya ajukan pada tim Corsair Indonesia tentang kolaborasi mereka dengan publisher serta implementasi sistem tersebut. Sebagai respons mereka, Corsair malah meminjamkan satu set PC lengkap dan mempersilakan saya dan tim DailySocial menjajalnya langsung.

 

iCUE

Namun sebelum saya membahas pengalaman menikmati Far Cry 5 dengan sistem RGB Corsair, kita perlu tahu satu teknologi yang memungkinkan hadirnya kapabilitas tersebut. Dahulu, perusahaan menyediakan aplikasi Corsair Utility Engine sebagai medium untuk mengonfigurasi periferal serta mengutak-atik pola LED. Fungsi ini diperluas lagi via iCUE, memungkinkan software membaca seluruh produk Corsair yang terpasang di PC dan menyinkronkan mereka.

Dengan iCUE, sistem tak hanya bisa membaca periferal semisal headset atau mouse saja, tapi juga solusi pendingin, RAM, hingga LED strip di casing. Kabarnya, Corsair mengeluarkan banyak biaya riset dan pengembangan untuk menggarap iCUE. Dan begitu revolusioner-nya iCUE, teknologi ini bahkan diadopsi oleh Lenovo di notebook gaming Legion mereka.

Corsair 7

iCUE memungkinkan pengguna memilih pola pencahayaan menyeluruh atau malah mengustomisasinya secara berbeda satu per satu. Misalnya, Anda dapat menerapkan pola pelangi atau menggunakan efek riak yang dipicu oleh sentuhan di tombol keyboard, menyambung hingga ke RAM, kipas dan water cooling. Proses kustomisasi disuguhkan secara sederhana, via UI yang mudah dipahami. Anda bisa mengimplementasikan dua atau lebih efek pencahayaan di gaming gear, menghapusnya, serta menyimpan profil itu jika sudah puas dengan hasilnya.

Corsair 1

PC yang Corsair pinjamkan mempunyai spesifikasi hardware sebagai berikut:

  • Case Corsair Crystal 460X RGB
  • Power supply unit Corsair RM750X
  • Cooler Corsair Hyrdro Series H150i Pro
  • RAM Corsair Vengeance RGB Pro DDR4-3200 32GB
  • SSD Corsair Force LE200 480GB

Dan ini merupakan daftar gaming gear-nya:

  • Keyboard Corsair K70 RGB MK.2 Special Edition
  • Mouse Corsair Glaive RGB
  • Mousepad Corsair MM800 RGB Polaris
  • Headset Corsair HS70 Wireless
  • Headset stand Corsair ST1000

 

Far Cry 5

Tak ada langkah rumit yang harus dilakukan untuk menikmati fitur integrasi Corsair iCUE di game shooter Ubisoft ini. Setelah semua hardware terpasang dan tersambung dengan baik, Anda hanya perlu menginstal software iCUE di PC. Selanjutnya, ia secara otomatis akan mendeteksi seluruh komponen Corsair, mencantumkan daftarnya, dan mempersilakan Anda mengaksesnya dari software.

Corsair 2

Corsair 12

Sistem iCUE segera membaca Far Cry 5 di PC terlepas dari versi yang Anda gunakan, baik Steam ataupun Uplay. Begitu permainan dimulai, seluruh pola RGB yang Anda gunakan akan digantikan oleh setting default Far Cry 5, dan mengubah pencahayaan jadi menyerupai bendera Amerika. Dominasi warna merah, putih dan biru di sana benar-benar mengekspos tema satir permainan ini.

Corsair 6

Corsair 13

RGB kembali bertransformasi ketika Anda memulai petulangan di Hope County, kali ini transisinya lebih dinamis. Dalam keadaan normal, LED di casing akan menampilkan warna biru muda, namun akan berubah jadi merah saat musuh mengetahui posisi Anda. Ketika berjalan di atas rumput di siang hari, LED pada keyboard menyuguhkan warna hijau dan kuning, dan segera beralih jadi biru tua sewaktu Anda berenang atau jadi merah menyala jika karakter Anda terbakar.

Corsair 3

Corsair 5

Kemampuan Corsair iCUE mengingatkan saya pada light bar di controller DualShock 4. Di sejumlah permainan PS4 (contohnya God of War), light bar bisa menunjukkan status atau kondisi karakter, menjadi biru saat Anda sedang mengarungi danau menggunakan sampan atau berubah merah jika karakter mendekati ajalnya. Bedanya, efek iCUE jelas lebih terasa karena cahaya RGB berada di sekeliling Anda.

Corsair 9

Corsair 14

iCUE bisa sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin menikmati Far Cry tanpa HUD – apalagi game menyediakan fitur untuk menonaktifkan elemen-elemen interface; dari mulai crosshair, indikator amunisi, kompas, sampai peringatan jika ada bahan peledak aktif di dekat Anda. Kombinasi setting tanpa head-up display dan iCUE membuat konten permainan tersaji lebih realistis sekaligus ‘immersive‘.

 

Harapan saya

Berkat penyajian yang menyeluruh dan dinamis, kehadiran iCUE dan RGB tersinkronisasi bisa membuat perbedaan pada game yang kita mainkan. Saya berharap akan ada lebih banyak permainan mendukungnya, dan sebagai penggemar berat genre action dan kompetitif, saya pribadi sangat ingin agar judul-judul multiplayer turut menggunakannya.

Corsair iCUE memberikan kesempatan bagi developer untuk meminimalkan penyajian HUD yang sering kali membingungkan karena memenuhi tampilan in-game, contohnya Monster Hunter: World, Warframe, hingga Titanfall 2. Dan bayangkan apiknya iCUE seandainya ia diintegrasikan dengan game simulasi seperti Project CARS 2. Bermain tanpa HUD, Anda tetap bisa mengetahui jika ada bagian mobil yang tidak sehat, ditunjukkan oleh perubahan warna LED.

Catatan: Corsair meminjamkan satu unit PC lengkap beserta segala gaming gear-nya sebagai bagian dari program kolaborasi antara Corsair dengan DailySocial.

Hati-Hati, Nintendo Switch Pro Controller Palsu Mulai Beredar di Internet

Periferal seperti Joy-Con, DualShock 4, atau Xbox One controller bukan hanya berfungsi sebagai sistem kendali utama, tapi juga berperan sebagai identitas tak terpisahkan dari console yang didukungnya. Gamepad-gamepad ini selalu dibundel bersama paket penjualan, dan umumnya para produsen hanya menyediakan sedikit pilihan yang dijual terpisah.

Untungnya, beberapa perusahaan third-party sangat berdedikasi untuk menyediakan alternatif dari controller standar. Nama-nama yang mungkin sudah akrab di telinga Anda meliputi Hori, 8BitDo, hingga Razer. Langkah serupa bahkan diikuti oleh sejumlah startup, yang mencoba menjajakan produk-produknya di platform crowdfunding. Namun banyaknya opsi ini tidak menghentikan segerombolan oknum memasarkan produk palsu.

Nintendo Life melaporkan bahwa saat ini banyak beredar Switch Pro Controller imitasi yang dijual di situs eCommerce raksasa semisal eBay. Barang tiruan tersebut tidak seperti produk ilegal murahan yang ada di pasaran: Pro Controller palsu itu punya wujud meyajkinkan. Penampilannya menyerupai versi aslinya; dari mulai penempatan tombol, bentuk, warna, hingga pemakaian case semi-transparan.

Switch Pro Controller palsu.

Senjata utama dari controller imitasi ini ialah harganya. Di eBay Inggris, ‘Wireless Pro Controller Gamepad Joypad Remote For Nintendo Switch Console UK’ dibanderol € 20 atau kisaran US$ 23. Sedangkan harga eceran termahal versi orisinal Switch Pro Controller adalah US$ 70. Untuk mengelabui calon konsumen lebih jauh, sang oknum bahkan menggunakan gambar-gambar promosi Nintendo Switch.

Switch Pro Controller palsu 1

Yang membuat muslihat dari Switch Pro Controller palsu itu terkuak ialah detail-detail kecil di sana. Selain terlalu murahnya, produk tersebut tidak mempunyai logo/branding Nintendo Switch, baik pada tubuh maupun boks penjualan. Sayangnya, perbedaan-perbedaan kecil di sana boleh jadi hanya dapat diketahui oleh gamer berpengalaman. Konsumen awam kemungkinan bisa mudah terperdaya.

Belum dapat dipastikan dampak negatif yang dibawa oleh produk palsu pada Switch, tapi kita bisa menduga ia akan mengacaukan sistem console jika digunakan dalam durasi lama.

Di Indonesia sendiri, harga dari Switch Pro Controller sudah melampaui Rp 1 juta – jauh lebih tinggi dibandingkan DualShock 4 dan Xbox One controller di kisaran Rp 700 ribuan. Menyadari harga yang sangat mahal itu, sejumlah toko game turut menyediakan opsi gamepad third-party buatan Nyko dengan harga hampir sepertiga Switch Pro Controller orisinal.

Namun jika betul-betul menginginkan periferal berlisensi resmi, Anda bisa memilih Hori GameCube Controller buat Switch atau Wired Controller racikan PowerA. Tapi dengan harga yang lebih ekonomis, Anda harus mau menerima kekurangannya: hanya tersedia koneksi wired, tanpa NFC, gyro, serta HD Rumble.

Hori Siapkan Alternatif Joy-Con yang Lebih Nyaman Untuk Menikmati Game Fighting dan Action

Namanya memang tidak seterkenal Logitech atau Razer, namun Hori merupakan salah satu perusahaan aksesori gaming third-party tertua di dunia. Berbisnis sejak tahun 1983, Hori memperoleh lisensi resmi untuk memproduksi periferal console Nintendo, Sony dan Microsoft; serta punya hubungan baik dengan studio-studio game ternama seperti Capcom, Konami hingga Sega.

Dan belakangan, produsen aksesori asal Jepang itu memfokuskan perhatiannya pada console hybrid Nintendo Switch. Minggu lalu, mereka memperkenalkan controller GameCube buat Switch bertema Pikachu, Mario dan Zelda. Dan hampir berbarengan dengan momen pengungkapan itu, Hori turut menyingkap alternatif controller Joy-Con sebelah kiri yang menyimpan directional pad.

Hori D-Pad Joy-Con Controller 3

Pendekatan desain ala GameCube Controller diusung lagi di Hori D-Pad Joy-Con Controller berupa decal dan stiker yang merepresentasikan tema The Legend of Zelda: Breath of the Wild dan Super Mario. Aksesori ini kabarnya menawarkan solusi atas keluhan utama pengguna Switch terhadap unit D-Pad Joy-Con orisinal,  terutama pada aspek input.

Selain buat digunakan secara personal, Nintendo sengaja merancang agar bagian kiri dan kanan Joy-Con dapat dijadikan dua controller terpisah, sehingga memungkinkan dua orang menikmati game (misalnya Mario Kart 8 Deluxe) via mode multiplayer split-screen. Walaupun penampilan Joy-Con kanan dan kiri tidak betul-betul simetris, Nintendo memang berusaha membuat wujud mereka identik.

Hori D-Pad Joy-Con Controller

Kendalanya muncul begitu Anda ingin bermain sendiri secara on-the-go. Directional pad berupa empat tombol terpisah memang kurang nyaman dan intuitif, apalagi buat menangani game-game fighting atau action side-scrolling. Melalui D-Pad Joy-Con Controller-nya, Hori menyuguhkan directional pad secara ‘utuh’ berupa satu tombol plus.

Tapi perlu diketahui bahwa Hori D-Pad Joy-Con Controller hanya bisa digunakan di mode handheld oleh seorang pengguna. Alasan mengapa produk dijajakan di harga yang cukup terjangkau (hanya US$ 25) adalah absennya sejumlah teknologi dan fitur, misalnya tidak adanya modul Bluetooth, gyroscope, HD Rumble, baterai, serta tombol SL/SR. Dengan begini, ia juga tidak siap menunjang mode couch/console via grip.

Hori D-Pad Joy-Con Controller 2

Ketiadaan baterai internal juga membuat Hori D-Pad Joy-Con Controller menyedot daya lebih banyak dari Switch, bahkan jika console berada dalam mode tidur. Hori berjanji untuk membereskan kendala ini di produk yang akan mereka pasarkan global pada bulan September 2018 nanti.

Hori D-Pad Joy-Con Controller – baik yang versi standar berwarna biru atau varian bertema Zelda dan Mario – kabarnya telah dipasarkan di secara lokal di Jepang mulai tanggal 26 Juli kemarin.

Via IGN & Nintendo Life.

Hori Umumkan 3 Gamepad GameCube Bertema Pikachu, Mario dan Zelda Untuk Switch

Produsen console memang tak begitu banyak memberikan banyak pilihan controller, namun mereka bisa bersantai karena perusahaan periferal third-party seperti Hori sudah lama menyediakan alternatif – dari mulai menghadirkan senjata andalan gamer PC di console hingga gamepad rasa Xbox di PlayStation 4. Kali ini produk current-gen Nintendo menjadi fokus mereka.

Lewat akun Twitter resminya, Hori memperkenalkan tiga varian controller berpenampilan klasik khusus bagi para gamer veteran yang ingin bernostalgia dengan GameCube – console Nintendo pertama yang dibekali optical drive. Diberi nama GameCube Controller, Hori menyiapkan periferal ini buat mendukung console hybrid laris buatan sang perusahaan hiburan asal Jepang, Nintendo Switch.

Hori 1

Sebagai apresiasi perusahaan aksesori tersebut pada sang console maker, Hori menyediakan tiga pilihan tema GameCube Controller berbeda yang terinspirasi dari karakter-karakter di franchise Nintendo. Pilihannya terdiri dari Pikachu, Mario dan Zelda – masing-masing dibedakan oleh warna dan logo di tengah-tengah controller. Mario dan Zelda memiliki tubuh transparan merah dan hitam, sedangkan Pikachu mengusung body kuning non-transparan.

Hori 5

Hori GameCube Controller mempunyai penampilan yang hampir identik dengan versi lawasnya. Anda kembali disuguhkan desain wing grip serta bagian directional pad dan stick yang menonjol ke luar. Kedua thumb stick-nya juga diposisikan secara asimetris; tapi ketika controller GameCube hanya menyuguhkan enam tombol fisik, Hori menambahkan lagi jumlahnya. Jangan cemas, layout dan wujudnya tidak diubah, produsen hanya membubuhkan tombol-tombol baru di area tengah serta sepasang trigger button lagi.

Hori 3

Tentu saja Hori juga menyertai GameCube Controller bersama sejumlah fitur baru. Pertama, Anda dipersilakan mengustomisasi fungsi tombol L dan R, serta ZL dan ZR. Selanjutnya, produsen membubuhkan lapisan bertekstur pada bagian grip dan memastikan bobot gamepad ini tetap ringan (memiliki berat 230g) – agar tetap nyaman digunakan ber-gaming dalam waktu lama.

Hori 2

GameCube Controller tersambung ke unit docking Switch via kabel USB sepanjang 3-meter. Hori mengingatkan bahwa mengingat periferal ini adalah reproduksi dari gamepad klasik GameCube dengan ‘fungsi dasar’, ia tidak optimal untuk dipakai menikmati game-game yang mengharuskan dukungan sensor gyro, kamera motion inframerah, fitur HD vibration, NFC dan accelerometer.

Hori berencana buat melepas GameCube Controller bertema Pikachu, Mario dan Zelda pada bulan Oktober 2018. Produk dijajakan di harga yang cukup menggoda, yaitu ¥ 3.218 atau sekitar US$ 30. Sayangnya untuk sekarang, Hori belum mengabarkan kapan mereka akan memasarkan GameCube Controller di wilayah luar Jepang.

Via IGN.

Controller Xbox One Edisi Spesial Baru Dipersembahkan Buat Para Fans Game Olahraga

Sebagai sistem kendali utama pendukung console current-gen, DualShock 4 dan controller Xbox One menawarkan keunggulannya masing-masing. Ukuran dan desain gamepad Sony membuat-nya fleksibel untuk menangani genre game berbeda, sedangkan penempatan thumb stick yang asimetris dan tubuh ‘berisi’ controller Xbox One ideal buat permainan-permainan shooter.

Jika Anda menikmati game di platform berbeda, kompatibilitas controller Xbox One di perangkat Windows memastikannya jadi salah satu pilihan pertama  gamer PC saat mereka membutuhkan gamepad (meski DualShock 4 juga bisa dipasangkan ke PC berbekal app third-party). Keunggulan lain penawaran Microsoft adalah banyaknya varian periferal Xbox. Misalnya, jika Anda butuh gamepad berfitur lebih lengkap dan canggih, tersedia Elite Wireless Controller.

Xwhite 2

Dan melihat tingginya antusiasme gamer terhadap permainan-permainan ber-genre olahraga, Microsoft memperkenalkan Xbox Wireless Controller Sport White Special Edition. Segala hal yang Anda sukai mengenai gamepad Xbox kembali muncul di sana; namun di tubuhnya, produsen mengimplementasian warna putih yang dipadu bersama hijau mint serta abu-abu cerah (pada thumb-stick, D-Pad, teks action button dan pola segitiga pada grip).

Xwhite 1

Kombinasi putih, mint dan abu-abu tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesan energetik dan segar. Namun Microsoft juga tidak melupakan aspek fungsionalitasnya. Tim desainer mencantumkan lapisan rubberized berpola diamond di area belakang untuk meningkatkan daya cengkeram sehingga controller tetap nyaman dipakai di waktu lama dan tidak mudah tergelincir walaupun jari Anda mulai berkeringat.

Xwhite 3

Untuk membuat pengalaman gaming jadi lebih praktis, Microsoft juga telah menyiapkan aksesori Xbox Pro Charging Stand dengan warna dan desain serupa unit Xbox Wireless Controller Sport White Special Edition. Tanpa perlu mencolokkan kabel USB ke gamepad, setelah selesai bermain, Anda hanya tinggal menaruh controller di docking dan ia akan segera mengisi baterai ‘Sport White’.

Xwhite 4

Xbox Pro Charging Stand Sport White Special Edition dijual secara terpisah. Di dalam bungkusnya, Anda akan menemukan kabel sepanjang 180-sentimeter dan baterai rechargeable. Baterai tersebut bukanlah baterai AA biasa yang dibundel dalam boks controller Xbox One versi standar, melainkan baterai Xbox Play & Charge Kit.

Xwhite 6

Xbox Wireless Controller Sport White Special Edition serta Xbox Pro Charging Stand versi putih rencananya akan mulai dipasarkan secara global pada tanggal 7 Agustus nanti. Unit controller dibanderol US$ 70, lalu dock charging-nya dijajakan seharga US$ 50. Belum diketahui apakah Microsoft menyiapkan versi bundel lengkapnya…

Sumber: Xbox.com.

[Review] Logitech G512 Carbon, Keyboard Gaming Elegan Untuk Menangani Beragam Permainan

Nama Logitech akan selalu dibahas ketika gamer sedang mencari gaming gear bermutu dan terjangkau. Meski begitu, mereka tak selalu menawarkan produk ‘ekonomis’. Perusahaan asal Swiss ini juga tak jarang memproduksi periferal premium, dam jika bersedia memilihnya, uang yang Anda keluarkan senilai dengan apa yang akan didapatkan. Salah satu contohnya ialah G512 Carbon.

Logitech G12 Carbon adalah papan ketik mekanis high-performance yang dibangun berlandaskan desain G413 dan G513. Keyboard menawarkan tiga jenis profil switch racikan Logitech sendiri, yakni Romer-G; terdiri dari opsi tactile, linier dan switch baru GX Blue. Selama hampir sebulan, saya diberikan kesempatan oleh tim Logitech Indonesia untuk menjajal langsung G512 Carbon bersenjata Romer-G Linear.

Melihat profil dan menakar dari pengalaman penggunaannya, Romer-G Linear dispesialisasikan untuk menangani judul-judul yang menuntut refleks serta keakuratan tinggi. Tapi secara mengejutkan, saya juga tidak menemukan ada yang bisa dikeluhkan dari G512 Carbon ketika menggunakannya sebagai alat penunjang kerja. Silakan simak ulasan lengkapnya di bawah.

 

Desain

Tren desain hardware dan periferal gaming belakangan kembali mengalami perubahan. Beberapa brand memang tetap mempertahankan keunikan karakteristik rancangan produknya, namun desain simpel kembali menjadi ‘standar keren’ terkini, dan arahan inilah yang diusung Logitech dalam meramu G512 Carbon.

G512 25

G512 11

Melalui pemanfaatan pelat aluminium 5052 (kelas pesawat terbang) brushed kelabu di sisi atas, keycap dan tubuh berwarna hitam, dipadu dengan potongan persegi dan ujung membundar yang tampak sederhana, Logitech berhasil menonjolkan kesan elegan dan industrial – tema desain yang jadi favorit saya. Alasannya sederhana: pendekatan ini membuat G512 fleksibel dan netral, tetap pas jika disandingkan dengan PC stylish di ruang kerja minimalis ataupun menemani komputer monster custom rakitan Anda.

G512 13

G512 15

G512 Carbon adalah keyboard full-size berdimensi 455x132x34mm berbobot 1,1-kilogram. Berpedoman pada konsep minimalis, G512 Carbon disajikan tanpa wrist rest, tapi karena poisisi papan plus keycap yang tidak terlalu tinggi, saya tidak menemui masalah saat mengetik/bermain dengan menempatkan telapak tangan langsung di atas meja. Tingkat kemiringannya bisa Anda tambah lagi dengan menarik kedua kakinya dari slot. Itu artinya, menentukan tinggi kursi dan meja yang pas sangat penting buat mendapatkan posisi ternyaman.

G512 8

G512 9

Layaknya periferal gaming modern,  G512 Carbon tak lupa dilengkapi sistem pencahayaan LED RGB – baik di tombol serta lampu indikator Caps Lock dan G-key. Satu-satunya branding Logitech dibubuhkan secara halus di pojok kanan atas lewat huruf ‘G’ yang khas. Anda bisa menemukan slot USB pass-through di bagian atas area tersebut, dan dengannya, Anda dipersilakan mencolokkan mouse sampai mengisi ulang baterai smartphone.

Logitech G512 Carbon.

G512 12

Namun berkiblat pada tema simpel mungkin tidak sepenuhnya disukai gamer: keyboard ini tak mempunyai tombol multimedia dan utility mandiri, mengharuskan kita menggunakan kombinasi dua tombol keyboard buat mengatur volume, mengaktifkan fungsi play/next/previous/stop, mengubah pola serta kecerahan RGB hingga menyimpan profile.

G512 22

G512 Carbon tersambung ke PC melalui kabel braided berkepala USB sepanjang 1,8-meter. Di area mendekati ujung, kabel ini bercabang jadi dua, salah satunya digunakan untuk mentenagai RGB. Saya paham alasan mengapa sejumlah produsen memproteksi bagian kabel periferal mereka dengan lapisan kain braided, tapi efeknya, kabel tersebut jadi sangat kaku.

G512 7

G512 6

 

RGB dan Logitech Gaming Software 9.00

G512 Carbon bisa segera bekerja begitu Anda menyambungkan kedua colokannya ke slot USB 2.0 selama PC Anda berjalan di platform Microsoft Windows (7 sampai 10). Namun seluruh potensi dan teknologi dari keyboard ini baru terbuka lebar begitu Anda menginstal Logitech Gaming Software.

G512 1

Di versi terbarunya,9.00, Anda dipersilakan mengonfigurasi macro, menyala-matikan tombol tertentu (tombol Windows misalnya), hingga mengutak-atik pencahayaan RGB. Ketika software ini pertama kali dibuka, ia akan memindai permainan-permainan kompatibel yang ada di PC. Di sistem saya, LGS segera mendeteksi Assassin’s Creed Origins, Overwatch dan Titanfall 2. Dan Anda bisa mengustomisasi fungsi-fungsi spesifik masing-masing game lebih jauh lagi via aplikasi.

G512 2

G512 4

Logitech Gaming Software juga menyediakan tool analisis menarik, mempersilakan Anda mencari tahu tombol-tombol apa saja yang paling sering digunakan. Fitur ini bisa diterapkan saat Anda bekerja ataupun ber-gaming.

G512 5

Sebagai pengguna ‘awam’, Logitech Gaming Software lebih banyak saya habiskan untuk mengoprek warna-warni RGB di G512 Carbon. Baru dengan software ini Anda akan menyadari bahwa keyboard mengusung sistem RGB per-key. Dan jika kebetulan Anda punya periferal Logitech G lain, pencahayaan red-green-blue-nya bisa diselaraskan melalui fitur Lightsync.

G512 3

Penggemar utak-atik pasti akan tersenyum girang: Logitech sudah menyiapkan banyak sekali opsi pola, dan Anda dibebaskan buat mengubah hampir seluruh aspek di sana; misalnya, menentukan sendiri warna tiap tuts, memilih efek (dari mulai key press, riak, perputaran warna, ripple) serta mengubah kecepatan transisinya. Sejauh ini favorit saya ialah pola datafall ala The Matrix.

G512 24

 

Romer-G Linear dan pengalaman penggunaan

Buat Anda yang kurang familier dengan switch mekanis buatan Logitech ini, Romer-G Linear memiliki karakteristik hampir serupa Cherry MX Red: tidak ada sensasi clicky dan ringan. Romer-G Linear mempunyai actuation force (resistensi) di 45gf, namun jarak ke titik actutation dan jarak total tempuh tombol lebih pendek, masing-masing 1,5mm serta 3,2mm. Mungkin inilah alasan mengapa G512 Carbon lebih nyaman digunakan untuk mengetik dibanding Corsair K63 yang jadi andalan saya selama ini.

G512 21

Beberapa orang mungkin mengasosiaikan switch mekanis linier dengan game-game MMO dan action. Namun bagi saya, varian ini juga ideal buat menikmati permainan shooter bertempo cepat. Beberapa game FPS yang saya gunakan untuk mengujinya antara lain Titanfall 2, Far Cry 5 dan Quake Champions.

G512 14

Dengan gembira saya informasikan, G512 Carbon sekali tidak memerlukan proses adaptasi. Segala hal di sana terasa familier: penempatan tombol, hingga ukuran dan tinggi keycap-nya. Saya segera tahu bagian mana di jari kelingking yang dibutuhkan untuk menekan Ctrl buat menunduk, serta jarak ke tombol tertentu untuk mengaktifkan suatu skill. Resistensi tiap tuts-nya juga konsisten – tidak ada yang lebih empuk atau lebih keras dari tombol lain, termasuk pada tombol lebar seperti Space dan Shift.

G512 18

G512 17

G512 Carbon ditunjang oleh fitur anti-ghosting 26-key rollover, menjanjikan kemampuan meregistrasi 26 input tombol secara bersamaan. Kecuali Anda gamer paling hardcore, jarang sekali kita menekan lebih dari enam tombol berbarengan.

G512 16

Keycap terpasang dengan mantap di posisinya, dan saya tidak menemukan satu pun yang bergerak di luar batas kewajaran. Daya tahan pemakaian Romer-G Linear ini dijanjikan sangat lama, hingga 70 juta kali tekan – kurang lebih 40 persen lebih awet dibanding switch mekanis ‘standar’ berdasarkan uji coba Logitech. Perlu diketahui bahwa slot keycap G512 Carbon berbeda dari slot di keyboard Cherry MX, jadi Anda tidak bisa menukarnya sembarangan.

G512 19

Bagian keycap tersebut terbuat dari bahan plastik ABS dengan tekstur doff halus. Permukaannya terasa mulus sewaktu ujung jari menyentuhnya. Cat hitam diimplementasikan ke seluruh keycap, termasuk pada sisi dalam. Seperti keyboard bertombol ABS lainnya, saya sangat menyarankan Anda untuk menjaga kebersihan G512 Carbon karena bekas minyak – baik dari tangan maupun makanan – dapat menyebabkan keycap jadi mengilap secara permanen.

G512 23

Satu kekurangan yang saya temukan di G512 Carbon berhubungan dengan konsep minimalisnya, yaitu absennya tombol pengaturan fungsi multimedia dan utility dedicated. Untuk mengatur volume saat bermain, saya harus menggunakan kedua tangan buat menekan FN dan Sroll Lock/Pause; begitu pula ketika mengatur brightness atau mengubah pola RGB tanpa Logitech Gaming Software.

G512 20

 

Konklusi

Di jajakan di harga Rp 1,8 juta, Anda mungkin bisa menemukan keyboard gaming racikan kompetitor yang tidak kalah canggih dari Logitech G512 Carbon. Namun buat saya, bagian desain merupakan aspek yang paling menonjol dari produk ini. Kemampuan G512 dalam menjadi rekan Anda menikmati game tak perlu dipertanyakan, tapi penampilannya juga ‘tidak berlebihan’ sewaktu disandingkan bersama perangkat kerja.

Meski demikian, memang ada sejumlah aspek yang masih dapat diperbaiki. Masalah ketiadaan tombol utility dedicated bisa dimaklumi, tapi saya harap Logitech menemukan alternatif koneksi wired selain menggunakan kabel braided yang keras dan kaku di sana. Saya tidak keberatan jika produsen menukarnya dengan kabel karet lentur ala Zowie.

Dengan penyajian plug-and-play tanpa mengurangi keleluasaan kustomisasi, Logitech G512 Carbon siap menjadi pertimbangan bagi kalangan gamer kelas antusias yang ‘tak mau ribet’ serta menginginkan keyboard gaming berkualitas tinggi.

G512 10

 

Sparks

  • Desain elegan dan fleksibel untuk menemani beragam jenis PC
  • Akurat, nyaman, empuk, responsif
  • Plug-and-play
  • LGS memberikan keleluasaan kustomisasi
  • Ada slot USB pass-through serbaguna

 

Slacks

  • Tidak bisa bebas menukar keycap dengan produk third-party
  • Kabel braided kaku, tenunan dapat rusak jika Anda sembarangan menekuknya
  • Harganya tergolong mahal