Aldi Haryopratomo is Appointed as eFishery Commissioner

The Aquaculture startup eFishery appointed Aldi Haryopratomo as a commissioner. Aldi’s figure as the former CEO of GoPay is considered relevant for a company that is currently entering a hypergrowth period, in order to reach millions of fish cultivators in Asia.

Aldi will step down as CEO effective January 2021, after serving for three years. Now Andre Soelistyo, Hans Patuwo, and Ryu Suliawan are jointly developing the payment sector at Gojek Group.

In an official statement, eFishery Founder & CEO Gibran Huzaifah said the company needed an experienced person in the startup field in developing the eFishery business. He expects Aldi can provide direction so that eFishery can grow and reach 1 million fish farmers over the next three years, increasing positive socio-economic impacts in the aquaculture ecosystem.

“Aldi shares the same vision with us. In addition, he has superior experience and expertise in developing products and building organizations that target MSMEs, rural communities, and the informal sector to have an impact on a massive scale, such as when GoPay and Mapan reached millions of users,” Gibran said, Thursday (21/1).

eFishery itself received series B funding from Go-Ventures and Northstar Group in August 2020, targeting to provide comprehensive and integrated services, from cultivation operations, financing, to distribution.

Personally, Aldi and Gibran met for the first time in 2015, when Gibran was chosen to be Endeavor Entrepreneur and Aldi became a mentor. Finally, the two of them meet regularly to discuss eFishery direction.

There is a common vision & mission between the two, both promote the community in the village. At that time, Aldi was building Mapan (formerly known as RUMA), an online social gathering application that focuses on rural communities, right before Mapan was fully acquired by Gojek in 2017.

Aldi also said that Indonesia needs more entrepreneurs like Gibran and startups like eFishery to reach MSMEs which still find it difficult to benefit from technology. “I am grateful to be a small part of eFishery until now. Hopefully, eFishery can continue to recruit the nation’s best young generation and help millions of fish cultivators.”

Last year, eFishery reached a 4 times increase in revenue compared to the previous year. The company’s innovations have been acknowledged to have helped farmers increase their production capacity by 26% which resulted in an increase in farmers’ income by up to 45%.

This year, the company targets to launch an integrated Smart Farming Solution service specifically designed to increase the efficiency and productivity of shrimp farming. The company wants to participate in realizing the government’s target to increase shrimp exports by 250% in 2024.

Application Information Will Show Up Here

Aldi Haryopratomo Ditunjuk sebagai Komisaris eFishery

Startup akuakultur eFishery mengangkat Aldi Haryopratomo sebagai komisaris. Sosok Aldi selaku eks CEO GoPay dianggap relevan buat perusahaan yang saat ini memasuki periode hypergrowth, dalam rangka merangkul jutaan pembudidaya ikan di Asia.

Aldi mundur sebagai CEO efektif per Januari 2021, setelah menjabat selama tiga tahun. Kini Andre Soelistyo, Hans Patuwo, dan Ryu Suliawan bersama-sama mengembangkan lini pembayaran di Gojek Group.

Dalam keterangan resmi, Founder & CEO eFishery Gibran Huzaifah mengatakan, perusahaannya membutuhkan sosok berpengalaman di bidang startup dalam pengembangan usaha eFishery. Ia berharap Aldi dapat memberikan arahan agar eFishery dapat tumbuh dan menjangkau 1 juta pembudidaya ikan selama tiga tahun ke depan, meningkatkan dampak sosial ekonomi yang positif dalam ekosistem akuakultur.

“Aldi berbagi visi yang sama dengan kami. Selain itu, ia memiliki pengalaman dan keahlian unggul dalam mengembangkan produk dan membangun organisasi yang menyasar UMKM, masyarakat rural, dan sektor informal untuk bisa memberikan dampak di skala yang masif, seperti saat GoPay dan Mapan yang sudah mencapai jutaan pengguna,” kata Gibran, Kamis (21/1).

eFishery sendiri memperoleh pendanaan seri B dari Go-Ventures dan Northstar Group pada Agustus 2020, menargetkan untuk menyediakan layanan menyeluruh dan terintegrasi, mulai dari operasional budidaya, pembiayaan, hingga distribusi.

Secara personal, Aldi dan Gibran bertemu pertama kali di 2015, ketika Gibran terpilih menjadi Endeavor Entrepreneur dan Aldi menjadi mentor. Akhirnya, mereka berdua bertemu secara rutin untuk berdiskusi terkait arahan buat eFishery.

Ada kesamaan visi misi antara keduanya, yakni sama-sama memajukan masyarakat di desa. Kebetulan saat itu, Aldi sedang membangun Mapan (dulu bernama RUMA), aplikasi arisan online yang fokus ke masyarakat desa, tepat sebelum Mapan diakuisisi penuh oleh Gojek pada 2017.

Aldi turut menambahkan, Indonesia membutuhkan lebih banyak entrepreneur seperti Gibran dan startup seperti eFishery yang ingin menjangkau UMKM yang sulit memperoleh manfaat dari teknologi. “Saya bersyukur bisa menjadi bagian kecil dari eFishery hingga kini. Semoga eFishery bisa terus merekrut pemuda pemudi terbaik bangsa dan membantu jutaan pembudidaya ikan.”

Tahun lalu eFishery mencatatkan peningkatan pendapatan hingga empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Inovasi perusahaan yang sudah dirilis, tercatat telah membantu pembudidaya dalam meningkatkan kapasitas produksi sebesar 26% yang berdampak pada peningkatan pendapatan para pembudidaya hingga 45%.

Pada tahun ini perusahaan menargetkan dapat meluncurkan layanan terpadu Smart Farming Solution yang didesain khusus untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas budidaya komoditas udang. Perusahaan ingin turut serta dalam merealisasikan target pemerintah untuk meningkatkan ekspor udang hingga 250% di 2024 mendatang.

Application Information Will Show Up Here

Endeavor Indonesia Ingin Rangkul Lebih Banyak Startup di Daerah

Telah hadir sejak 2012, program Endeavor Indonesia yang fokus menyeleksi dan membantu high-impact entrepreneur berbasis teknologi telah memiliki beberapa rencana dan target yang bakal dilancarkan tahun depan. Mereka juga baru mengumumkan suksesi dengan masuknya jajaran 4 board member baru, salah satunya Co-CEO Gojek Andre Soelistyo.

Dalam sesi temu media secara virtual, Arif P. Rachmat yang baru saja ditunjuk sebagai Chairman Endeavor Indonesia 2020 mengungkapkan, tahun 2021 mendatang diharapkan organisasi ini bisa menjaring lebih banyak startup yang saat ini masih terbilang ‘overlooked’ dan belum banyak diincar oleh venture capital dan program akselerator.

“Kami ingin mencari lebih banyak startup yang berasal dari daerah, memiliki latarbelakang unik namun memiliki impact yang besar. Bisa jadi mereka yang berasal dari kalangan menegah kebawah dan memiliki perhatian dengan lingkungan akan menjadi prioritas kami ke depannya.”

Selama ini Endeavor Indonesia telah membantu entrepreneur berpengaruh mengakselerasi pertumbuhan usaha mereka dengan memperkenalkan mereka ke pakar industri lokal dan global yang menjadi mentor mereka. Saat ini terdapat 73 mentor dengan 436 jam mentoring yang telah didedikasikan. Endeavor Indonesia juga memberikan akses komprehensif ke pasar, permodalan dan talenta.

“Negeri ini butuh lebih banyak high-impact entrepreneur karena mereka dapat membawa Indonesia menjadi negara maju. Presiden Jokowi menyatakan bahwa salah satu syarat menjadi negara maju adalah jumlah entrepreneur di negara tersebut mencapai 14% dari jumlah penduduknya. Dan di Indonesia, angkanya baru sekitar 3%,” kata Arif.

Dukungan mentoring selama program

Gibran Huzaifah (dua dari kiri) dalam acara Endeavor Scaleup Asia Clinic (Speed mentoring) 2016

Salah satu kegiatan yang dinilai cukup menarik dan menjadi keunggulan dari Endeavor Indonesia adalah, kegiatan mentoring yang diberikan kepada startup selama program berlangsung. Salah satu startup yang merupakan lulusan Endeavor Indonesia adalah eFishery.

Menurut Co-Founder & CEO eFishery Gibran Huzaifah, bukan saja berkesempatan bertemu dengan para mentor yang berkualitas, namun insight yang kemudian didapatkan selama mengikuti program adalah, agar startup bisa dream big dan memiliki impian hingga cita-cita yang sangat besar untuk startup yang dimiliki.

“Selama mengikuti program saya juga memiliki kesempatan menjalin relasi dengan penggiat startup yang sudah berpengalaman. Salah satu contohnya adalah pertemuan saya dengan Aldi Haryopratomo dari GoPay yang akhirnya membawa eFishery menjalin kerja sama strategis dengan Gojek saat ini,” kata Gibran.

Gibran Huzaifah bersama dengan Christian Sutardi (Co-Founder, Fabelio) merupakan dua startup asal Indonesia terpilih sebagai Endeavor Entrepreneur of The Year 2020. Penghargaan ini diberikan berdasarkan prestasi yang mereka raih, yaitu berhasil membawa startup mengalami perkembangan positif dan sukses melakukan penggalangan dana.

“Bukan hanya memperkuat skill dan wawasan dari pendiri startup, Endeavor Indonesia juga memiliki Endeavor Academy yang bertujuan untuk memperkuat tim. Kami juga memiliki program untuk memperkuat masing-masing bidang, seperti sales, HR dan lainnya. Kami juga memiliki bantuan terkait legal/hukum, terutama untuk isu yang saat ini sedang hangat yaitu omnibus law,” kata Managing Director Endeavor Indonesia Wayah Wiroto.

Tips Mengawali Hari dari Founder Fabelio, Gadjian, dan eFishery

Selain membawa pertumbuhan untuk bisnisnya, founder startup memiliki tugas lain yang tak kalah penting, yakni selalu tampil prima sepanjang hari. Produktivitasnya selalu dituntut 100%, selain karena demi bisnis yang mereka kelola tetapi juga sebagai contoh tim yang lain. Hari yang produktif sangat dipengaruhi bagaimana pagi dilewati. Kebiasaan-kebiasaan di pagi hari yang baik tidak hanya membuat mood sepanjang hari jadi lebih baik tetapi juga dipercaya membuat hari menjadi terorganisasi dengan baik.

DailySocial mengumpulkan tips yang mungkin bisa jadi rujukan bagi para pembaca, baik sebagai founder maupun mereka yang tengah menghadapi masalah dengan manajemen waktu, dari founder Fabelio, Gadjian, dan e-Fishery.

Tips yang pertama datang dari Christian Sutardi. Salah satu pendiri Fabelio ini memiliki rutinitas pagi yang cukup unik. Ia selalu bangun pagi tanpa alarm setelah menjalani tidur berkualitas selama tujuh jam. Selanjutnya, membuka laporan KPI Fabelio hari sebelumnya sambil memesan Iced Americano tanpa gula, diikuti memeriksa pesan yang diterima tentunya dengan urutan berdasaran urgensi.

“Setelah itu saya pergi ke ruang tamu, mengambil segelas besar air dan memeriksa headline berita; biasanya berita internasional di aplikasi Bloomberg. Saya mulai dengan politik internasional, pembaruan Covid-19, pasar saham, dan berita apa pun yang disarankan Google. Preferensi berita saya ditetapkan untuk furnitur, startup, pasar saham, sepak bola, dan olahraga lainnya, ” terang Christian.

Christian “secara resmi” menjalani kerjanya mulai pukul 8.30. Untuk menjaga produktivitasnya Christian juga menerapkan sebuah framework produktivitas yang disebut dengan “eat the frog first“. Frog yang dimaksud adalah task penting atau pekerjaan yang memiliki urgensi tinggi. Secara sederhana framework tersebut berisikan instruksi, tentukan pekerjaan apa yang paling penting. Cukup satu saja. Kemudian segera kerjakan task tersebut sebagai yang pertama di pagi hari. Sebisa mungkin task tersebut harus selesai saat itu juga, sehingga esok hari bisa menyelesaikan hal penting lainnya.

Tips selanjutnya datang dari co-founder dan CEO Fast8 Group (Gadjian, Hadirr & Benefide) Afia Fitriati. Bagi Afia, tidur yang cukup adalah faktor penting dalam menjaga produktivitas. Menurutnya dengan memberikan waktu tidur yang cukup, otak bisa beristirahat setelah bekerja keras seharian, sekaligus mengendapkan proses berpikir agar tetap bisa melihat suatu masalah dengan jernih.

“Waktu sih gak akan pernah cukup, jadi kemampuan menentukan prioritas sangatlah penting bagi seorang founder atau siapa pun yang bekerja di startup. Kalau salah menentukan prioritas, kita akan membuang waktu yang sangat berharga dan tidak bisa ditarik kembali untuk melakukan aktivitas yang kurang signifikan. Jadi, tips dari saya, setiap hari kita harus menanyakan ulang: apakah yang saya lakukan hari ini hal penting atau tidak?” cerita Afia.

Tips terakhir datang dari CEO dan Founder eFishery Gibran Huzaifah. Sama seperti keduanya Gibran termasuk morning person yang selalu mengawali hari dengan sempurna. Kondisi badan dan pikiran yang masih fresh dimanfaatkan Gibran untuk berolahraga, merencanakan hari, dan mempelajari hal baru.

“Pagi adalah waktu paling cerah, bening, dan bergairah dalam hari kita, makanya saya selalu memulai dengan aktivitas yang biasanya bikin semangat: exercise, day planning. Exercise ini kadang bisa lari di sekitar rumah atau dengan 7-minute workout. Workout ini membantu menambah energi dan menjaga kesehatan mental.”

“Setelah itu, saya ada slot waktu untuk membaca atau belajar. Kalau tidak membaca, saya ikut online course di Udemy. Di hari sabtu dan minggu, saya ada slot 4 jam untuk learning activities semacam ini, pagi dan malam hari. Dan dengan adanya slot ini, saat ada role atau tasks baru, kita jadi lebih paham dan kompeten karena meluangkan waktu untuk terus belajar,” cerita Gibran.

Gibran juga percaya bahwa segala sesuai yang urgent atau big impact harus dikerjakan di pagi hari, seperti strategic thinking, planning, dan sejenisnya. Dilanjutkan dengan update internal dan membantu tim menyelesaikan masalah. Selanjutnya, jika ada project kunci atau metrik yang didelegasikan untuk orang lain, di sore hari Gibran akan meluangkan waktu untuk nudging project, problem solving atau membuat sesuatu hal yang berkaitan dengan hal terssebut.

“Bagian terpenting lainnya ada di malam hari, di mana setelah family time dan saat anak lagi mau tidur, saya melakukan retro untuk agenda hari itu, mana yang berjalan optimal, mana yang tidak. Biasanya pertanyaannya sederhana: ‘apa yang perlu saya lakukan supaya besok bisa 5–10% lebih baik dari sekarang?’. Khusus di akhir minggu, saya juga punya satu sheet untuk tracking apakah waktu yang dibuat sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Setelah itu, saya membuat improvement plan untuk pekan depan,” lanjut Gibran.

Ketiga narasumber sepakat bahwa manajemen waktu adalah kunci. Bagi Gibran, membentuk sistem kerja yang baik membantu kita mengelola pikiran, energi, dan waktu. Termasuk di dalamnya membangun rutinitas yang baik setiap harinya dan evaluasi setiap waktu.

“Mayoritas hidup kita habis untuk hal-hal yang kita lakukan di pekerjaan. Dengan menjadi lebih produktif, kita bisa melakukan lebih banyak hal dalam waktu yang lebih singkat sehingga kita punya lebih banyak waktu untuk melengkapi dimensi kehidupan kita yang lain dan merealisasikan sepenuhnya potensi kita sebagai manusia, atau membuat sebanyak-banyaknya amalan dan karya yang bisa kita tinggalkan,” tutup Gibran.

Tips Bagaimana Startup Menjalin Kolaborasi

Kolaborasi menjadi langkah strategis untuk memperkuat bisnis, baik dengan sesama startup, UKM, korporasi, maupun lembaga pemerintah. Sebelum startup memutuskan untuk melakukan kolaborasi, ada beberapa langkah yang baiknya diperhatikan, agar kolaborasi tidak mandek dan malah merugikan untuk kedua belah pihak.

DailySocial mencoba merangkum pengalaman beberapa startup saat memutuskan berkolaborasi. CEO eFishery Gibran Hufaizah, CEO Akseleran Ivan Tambunan, Co-Founder Lemonilo Shinta Nurfauzia, dan CEO Kiddo Analia Tan menceritakan pengalamannya.

Memperluas kapabilitas perusahaan

Alasan utama sebagian besar kolaborasi adalah untuk memperluas kapabilitas dari bisnis perusahaan. Untuk startup yang masih belia usianya, langkah ini bisa menjadi cara efektif memperkuat postioning perusahaan dan meningkatkan awareness ke target pengguna.

Bagi eFishery yang cukup aktif melancarkan kolaborasi, langkah ini harus dilakukan dengan cerdas. Artinya partner yang menawarkan kolaborasi cukup relevan dengan kebutuhan startup saat ini.

Di sisi lain, sebagai startup dengan model bisnis tergolong niche, Gibran Hufaizah melihat upaya eFishery berkolaborasi sepenuhnya untuk meng-cater kebutuhan petani ikan dan udang di tanah air.

“Kami selalu mendengarkan keperluan para petani sebelum melakukan kolaborasi. Apakah dalam bentuk finansial, pemasaran hingga teknologi. Jika masih bisa dibantu secara internal kita bantu. Namun jika sifatnya sudah diluar dari bisnis kami, kolaborasi merupakan cara terbaik untuk dilakukan,” kata Gibran.

Sementara menurut Ivan Tambunan, kolaborasi perlu dilakukan karena setiap pelaku usaha memiliki keunggulannya masing-masing. Dengan berkolaborasi, pelaku usaha bisa menciptakan sinergi. Sebagai layanan fintech, Akseleran menjadi salah satu platform yang memiliki peluang besar berkolaborasi dengan startup di sektor yang berbeda.

“Faktor yang menentukan kolaborasi [..] haruslah sama-sama bersinergi dan saling memberikan keuntungan satu sama lain,” kata Ivan.

Hal senada diungkapkan Shinta Nurfauzia. Pada akhirnya harus jelas benar apakah kolaborasi tersebut bisa membuahkan hasil yang positif kepada masing-masing startup. Pastikan end result bisa menjadi win win solution.

“Lemonilo selama ini sudah sering melakukan kolaborasi antar startup. Salah satunya adalah dengan brand fashion. Alasan utama kami melakukan kolaborasi dengan sektor yang berbeda tersebut adalah, memperkenalkan produk kami kepada pasar dari mereka dan juga sebaliknya,” kata Shinta.

Seiring berkembangnya bisnis, Lemonilo mulai masuk ke segmen mass market. Target pasarnya semakin lebar. Hal ini turut dipicu kehadiran mi instan Lemonilo sebagai produk yang dianggap cocok untuk gaya hidup sehat masyarakat Indonesia.

Sementara bagi platform edtech untuk anak Kiddo, kolaborasi yang dilakukan harus didukung target atau pencapaian. Selama ini Kiddo melakukan beberapa kolaborasi dengan beberapa platform. Salah satunya dengan GogoKids dari Malaysia.

“Kolaborasi yang kami lakukan harus punya target yang secara langsung maupun tidak langsung [untuk] mendukung obyektif perusahaan. Caranya (how) bisa bervariasi, tapi alasannya (why) harus jelas dari awal.” kata Analia.

Memperkuat positioning perusahaan

Tentang kapan waktu yang tepat melakukan kolaborasi, para penggiat startup mengungkapkan tidak bisa ditentukan secara pasti. Yang perlu diperhatikan adalah pondasi bisnis startup harus kuat dan memiliki penawaran yang lebih, sehingga dilirik mitra yang dibutuhkan.

Untuk eFishery sendiri, kolaborasi strategis yang telah dilancarkan adalah bersama dengan Gojek. usai menerima pendanaan dari Go Ventures dan Northstar beberapa waktu yang lalu. Gibran menyebutkan bakal terjadi integrasi yang masif antara ekosistem Gojek yang raksasa dengan ekosistem eFishery sendiri.

“Perbincangan investasi dan kolaborasi strategis antara eFishery dan Gojek sudah kami bicarakan dalam waktu yang cukup lama. Masing-masing pihak melihat, jika kolaborasi dilakukan bisa membantu masing-masing ekosistem untuk tumbuh dan berkembang lebih luas dan lebih cepat lagi,” kata Gibran.

Sementara menurut Ivan, kolaborasi dapat dilakukan sejak awal. Dalam hal ini startup dapat lebih pintar dan bijak dalam melihat peluang, baik itu terkait kondisi internal maupun eksternal. Bagaimanapun juga, jika kolaborasi berhasil dilakukan dengan baik, efeknya akan berdampak baik bagi perusahaan, konsumen, dan para mitra.

“Kiddo sendiri merupakan platform yang sudah melakukan kolaborasi sejak hari pertama: kolaborasi dengan para penyedia aktivitas anak [merchant]. Selain dengan merchant, kami juga cukup sering melakukan kolaborasi dengan perusahaan lain seperti perbankan, startup retail, brand yang menyasar anak dan keluarga, komunitas ibu, dan banyak lagi. Kami percaya kolaborasi yang pas akan menguntungkan kedua belah pihak,” kata Analia.

Pada akhirnya, kolaborasi yang dilakukan harus berimbas kepada kebutuhan. Jangan sampai tidak memberikan impact dan nilai yang positif untuk masa depan startup.

“jika startup sudah cukup percaya diri, didukung dengan base yang kuat, dan [memiliki] positioning yang menjanjikan, kolaborasi dengan startup yang telah memiliki nama besar dan penawaran lebih baik bisa langsung dilakukan,” kata Shinta.

Kiat eFishery Menempatkan Nilai dan Tujuan sebagai Pedoman Kolaborasi

Kata-kata seperti “kolaborasi” dan “kemitraan” sering terlontar dari forum-forum bisnis teknologi atau dari para punggawa startup. Namun apa sebenarnya yang menjadi tujuan kolaborasi atau kemitraan dalam bisnis startup? Kami membahas topik ini dalam edisi #SelasaStartup teranyar bersama Founder & CEO eFishery, Gibran Huzaifah.

Dalam bisnis digital, kolaborasi kerap disebut sebagai kunci dalam membuka kemandekan pertumbuhan startup. Dengan fokus dan keahlian yang berbeda-beda, maka kolaborasi menjadi faktor penting dalam membesarkan suatu startup. Tak terkecuali bagi Gibran melalui eFishery. Berikut adalah pandangan Gibran perihal kolaborasi demi menggenjot pertumbuhan perusahaan.

Nilai dan tujuan sebagai landasan

Gibran menceritakan, startup yang ia dirikan selalu melandaskan keputusan berdasarkan kebutuhan petani budidaya ikan dan udang. Dari sana mereka dapat menciptakan inovasi produk yang dapat menciptakan nilai hingga dampak baru.

Begitu pula dengan kolaborasi, prinsip tersebut menjadi pegangan eFishery. Gibran percaya setiap startup punya misi besarnya masing-masing. Namun startup juga punya batas kemampuannya. Itu sebabnya sebelum memutuskan bekerja sama dengan pihak tertentu, ia mementingkan nilai apa yang bisa dilengkapi lewat kerja sama tersebut.

“Di sisi lain ambisi kita besar juga. Itulah pentingnya kolaborasi. Kita bisa bekerja sama dengan orang-orang yang punya value berbeda sehingga nilainya lebih lengkap dan lebih besar,” ujar Gibran.

Menurutnya suatu kolaborasi selalu bermula dari masalah yang dihadapi oleh petani budidaya. Contohnya seperti yang halnya yang mereka wujudkan dalam produk pembiayaan, eFisheryFund. Beberapa petani mengalami kendala untuk mengakses permodalan. Maka eFishery menggandeng fintech untuk mengembangkan fitur pembiayaan itu.

“Kita enggak pernah start dari dengan siapa berkolaborasi. Kita selalu start dari masalahnya,” imbuh Gibran.

Membuka peluang

Fokus terhadap nilai dan tujuan itu terbukti mampu membawa eFishery sebagai salah satu startup terpandang di sektor perikanan. Mereka kini sudah melayani ribuan petani budidaya di 240 kabupaten/kota dari 24 provinsi. Belum lama eFishery juga mengantongi pendanaan seri B yang dipimpin oleh Northstar dan GoVentures.

Gibran menilai pencapaian tersebut tak lepas dari konsistensi mereka melayani kebutuhan pelanggan mereka selama bertahun-tahun.

“Dari dulu kita enggak melakukan apa yang tidak kita lakukan. Baru 1,5 tahun terakhir saja kita eksperimen membesarkan model bisnis yang lain karena kita tahu kita punya scale dan resources untuk itu. Tapi 5 tahun pertama itu kita cuma melakukan satu hal saja,” cetus Gibran.

Selain kepercayaan petani budidaya ikan dan udang, konsistensi layanan eFishery menyebabkan mereka dipandang oleh pemerintah, dari daerah hingga pusat. Sejumlah kerja sama dilakukan untuk mengembangkan potensi ekonomi perikanan.

Begitu pula dari aspek pendanaan. Gibran mengenang begitu sulitnya menggelar babak pendanaan awal. Selain jarangnya startup yang bergerak di perikanan, layanan internet of things (IoT) yang dijual eFishery juga tergolong sangat baru bagi para petani budidaya ikan dan udang.

“Untung masih ada yang mau funding,” ujar Gibran berseloroh.

Melewati krisis pandemi

Meski sudah cukup besar, eFishery masih punya begitu banyak ruang untuk tumbuh. Pasalnya total petani budidaya di Indonesia mencapai 3,5 juta. Terlebih saat ini eFishery sudah melebarkan usahanya hingga pembiayaan dan distribusi.

Perluasan bisnis eFishery tersebut nyatanya jadi alternatif penting bagi petani budidaya di masa pandemi. Gibran bercerita sewaktu kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) terjadi, penyerapan ikan hasil budidaya berkurang drastis. Keadaan itu nyaris menempatkan petani tak bisa menjual ikan sama sekali.

“Nanti ketika kondisi normal lagi, kita justru bisa kesulitan suplai. Malah jangan-jangan kita bisa impor karena pembudidaya ikan mati. Makanya kita coba crafting bangun kemitraan bareng stakeholder untuk bantu mereka,” tukasnya.

Meski sempat ada rumor eFishery akan ekspansi ke luar negeri, sepertinya sejauh ini mereka masih tetap menargetkan menggali potensi perikanan domestik. Gibran menyebut mereka saat ini menargetkan bisa menjangkau satu juta petani budidaya ikan dan udang di 34 provinsi Indonesia.

Membesarkan keempat produk yang mereka miliki saat ini jadi prioritas mereka. Dengan pendanaan yang belum lama mereka terima bertekad menjadi penyedia layanan end to end bagi ekosistem perikanan budidaya.

“Jadi fokusnya ke pengembangan unit bisnisnya dan ekspansinya,” pungkas Gibran.

Application Information Will Show Up Here

eFishery Kantongi Dana Hibah dari Barclays dan Unreasonable Group, Bantu Mitra Terdampak Pandemi

Bertujuan untuk membantu petani ikan mengembangkan usaha selama pandemi Covid-19, platform agritech eFishery menerima pendanaan dalam bentuk grant atau hibah dari Barclays and Unreasonable Group. eFishery nantinya berhak mengantongi dana senilai US$100 ribu atau setara 1,4 miliar Rupiah yang diharapkan bisa dimanfaatkan untuk memberikan impact kepada bisnis dan ekosistem yang dimiliki.

Kepada DailySocial CEO eFishery Gibran Huzaifah mengungkapkan, sebelumnya eFishery sudah menjadi bagian dari program tersebut, dan kesempatan serta pendanaan yang diperoleh bukan berdasarkan pilihan secara random namun ditawarkan berdasarkan rencana yang akan di implementasikan.

Disinggung apa rencana jangka pendek eFishery melalui dana ini selanjutnya, Gibran menegaskan akan membantu petani secara langsung yang terkena imbas pandemi Covid-19.

“Selama ini pembudidaya ikan banyak yang sulit menjual hasil panennya dan UKM kuliner juga banyak yang tutup. Jadi kami akan membeli ikan petani, diproses, dibumbui dan di-branding dengan kerja sama UKM kuliner, kemudian dibagikan ke pihak terkait seperti tenaga kerja kesehatan atau informal workers melalui bansos,” kata Gibran.

Untuk proses kurasi bakal dilakukan oleh eFishery melalui data yang dimiliki, terkait dengan petani dan nelayan yang relevan untuk dibantu. Dengan dana segar ini rencana dari eFishery selanjutnya adalah membantu untuk memberikan solusi di sektor perikanan yang terdampak dari Covid-19.

Sebelumnya eFishery juga telah meluncurkan eFisheryFund yang ditujukan untuk membantu para petani ikan/udang mendapatkan tambahan modal, menggandeng Alami Sharia sebagai mitra dan mendorong kehadiran paylater berbasis syariah. Layanan pembiayaan eFishery yang diperkenalkan awal tahun ini juga telah bermitra dengan iGrow, BRI Syariah, Amartha, dan Batumbu.

Logo baru dan eFisheryFresh

Bulan Juni lalu perusahaan juga telah melakukan pembaruan logo, yang diklaim menandai semangat dan komitmen baru perusahaan yang lebih kuat. eFishery telah menjadi ekosistem yang mencakup seluruh aspek aquaculture. Prestasi tersebut tentunya melibatkan seluruh unit bisnis, sesuai dengan tujuan awal perusahaan.

Porudk B2C terbaru mereka, eFisheryFresh, diklaim juga sudah mengalami pertumbuhan yang positif dan dinilai sangat relevan dengan kondisi saat ini. Bermitra dengan platform marketplace dan e-commerce seperti Blibli dan Tokopedia.

Melalui marketplace tersebut, pelanggan bisa langsung membeli ikan segar yang ditawarkan oleh agen eFishery. Mulai dari ikan lele, nila, dori fillet, gurame dan masih banyak lagi.

“Layanan baru paling dari kami adalah eFisheryFresh yang mulai merambah untuk segmen pelanggan B2C. Jadi pembeli retail bisa melakukan pemesanan ikan ke kami juga,” kata Gibran.

Application Information Will Show Up Here

Perkuat eFisheryFund, eFishery Gandeng Alami Sharia Hadirkan “PayLater” Syariah

eFisheryFund, ditujukan membantu para petani ikan/udang mendapatkan tambahan modal, menggandeng Alami Sharia sebagai mitra dan mendorong kehadiran paylater berbasis syariah. Layanan pembiayaan eFishery yang diperkenalkan awal tahun ini juga telah bermitra dengan iGrow, BRI Syariah, Amartha, dan Batumbu.

Kepada DailySocial, CEO eFishery Gibran Huzaifah mengungkapkan, melalui eFisheryFund para petani kini bisa terhubung dengan institusi rekanan eFishery untuk mendapatkan pinjaman guna meningkatkan pengembangan bisnisnya.

“Kemitraan strategis ini merupakan bagian dari produk eFisheryFund dan eFisheryFeed yang sudah diluncurkan sebelumnya. Intinya adalah kami menciptakan program PayLater yang disebut Kabayan (Kasih, Bayar Nanti), di mana pembudidaya pengguna eFishery bisa membeli pakan dengan bayar nanti.”

Gibran menegaskan perbedaan antar mitra lebih kepada proses transaksi dan cara kerjanya.

“Dengan Alami Sharia bisa dibilang transaksinya adalah syariah, akad murabahah, proses transaksi dan disbursement bisa sesuai sama model Kabayan milik eFishery,” kata Gibran.

Meskipun masih baru, perusahaan mengklaim layanan ini mulai banyak dilirik oleh para pembudidaya ikan/udang. Kebanyakan pinjaman yang diajukan dimanfaatkan petani untuk membeli pakan yang langsung dibeli dari platform eFishery dan keperluan tambahan modal usaha.

Untuk memastikan para petani memiliki rekam jejak yang baik saat mengajukan pinjaman, eFishery menerapkan proses kurasi yang cukup ketat.

“Kami memiliki sistem credit scoring sendiri dengan menggunakan data yang ada dari IoT, aplikasi, serta data lapangan milik eFishery,” kata Gibran.

Saat ini eFisheryFund sudah diluncurkan di 10 kabupaten. Rencananya tahun  ini eFishery akan menambah area layanan pembiayaan hingga ke 100 kabupaten. Kebanyakan para peminjam berasal dari kawasan di luar Jabodetabek.

Memperluas kanal bisnis

eFishery smart feeder
eFishery smart feeder

Selain eFisheryFund, tahun ini eFishery juga telah meluncurkan produk eFisheryFresh. Inovasi ini dihadirkan berangkat dari masalah distribusi. Setelah pembudidaya panen, mereka cukup kesulitan menjual produk dengan nilai tawar yang tinggi, karena kurangnya kanal penjualan yang efisien.

Melalui eFisheryFund dan eFisheryFresh, perusahaan mencoba menambah kanal bisnis untuk membantu lebih banyak petani pembudidayaan ikan. Dua produk itu dikembangkan berdasarkan masukan dan riset mengenai permasalahan yang kerap dihadapi petani ikan/udang.

Perusahaan terakhir mendapatkan pendanaan Seri A senilai Rp58 miliar dari Wavemaker, 500 Startups dan sejumlah investor lain pada akhir tahun 2018 lalu. Hingga kini eFishery belum melancarkan penggalangan dana tahapan lanjutan.

Fokus perusahaan kini disebutkan adalah mengembangkan platform digital untuk membantu proses bisnis tambak dari hulu ke hilir.

Application Information Will Show Up Here

Menyimak Curhatan Pelaku Startup Soal Pembuatan Hak Paten

Dalam presentasi laporan yang disusun oleh INDEF (Institute for Development of Economics & Finance) disampaikan, ketika semakin banyak perusahaan dan penelitian yang mendaftarkan hak paten, maka akan semakin mendorong pertumbuhan ekonomi negara. Hak paten sangat lekat dengan inovasi dan perlindungan karya.

Berbicara soal inovasi dan industri startup di Indonesia –khususnya yang sarat dengan teknologi, saat ini belum banyak startup dan entrepreneur yang mendaftarkan hak paten mereka. Hal tersebut yang menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia peringkatnya masih di bawah Malaysia dan Vietnam soal hak paten.

Kurangnya sosialisasi pembuatan hak paten

Diskusi yang digelar oleh Qualcomm hari ini (09/11) menghadirkan CEO eFishery Gibran Huzaifah dan VP of Growth Amartha Fadilla Tourizqua Zain. Kedua pelaku startup tersebut mengungkapkan beberapa kendala hingga keluhan yang masih kerap dirasakan oleh startup saat mendaftarkan hak paten produk mereka.

“Untuk eFishery sendiri model bisnis kita berbeda dengan Tokopedia atau layanan e-commerce lainnya. Ketika melakukan fundraising, memiliki hak paten terhadap produk, akan membantu kami mendapatkan pendanaan,” kata Gibran.

Namun demikian fakta yang terjadi adalah masih minimnya sosialisasi, edukasi hingga layanan yang bisa dimanfaatkan oleh entrepreneur untuk membuat hak paten mereka saat ini. Belum lagi dengan durasi yang memakan waktu cukup lama hingga biaya besar yang harus dikeluarkan.

“Karena selama ini kami di eFishery fokus kepada inovasi dan membuat produk secara cepat, sehingga jarang sekali berpikir untuk mematenkan produk kami, ketika kami ingin melakukan prosedur tersebut banyak sekali kendala yang kami hadapi,” kata Gibran.

Ditambahkan oleh Gibran, banyaknya “biro jasa” yang melayani pembuatan hak paten masih menyulitkan startup seperti eFishery untuk mengetahui lebih detail, bagaimana prosedur dan cara yang tepat untuk membuat hak paten. Di sisi lain pihak perguruan tinggi yang menawarkan layanan gratis untuk entrepreneur membuat hak paten, menetapkan peraturan bahwa nantinya jika hak paten tersebut diterbitkan akan menjadi milik dari perguruan tinggi tersebut.

Hal senada juga disampaikan oleh Fadilla dari Amartha yang sejak 24 bulan terakhir masih menunggu hasil dari pembuatan hak paten produk Amartha, setelah melalui prosedur dan proses yang sulit dan panjang.

Peran pemerintah membantu industri membuat hak paten

Meskipun sudah banyak kalangan startup yang memahami pentingnya mematenkan sebuah produk agar kemudian tidak dijiplak oleh orang lain, namun jika tidak didukung dengan regulasi yang seamless dari pemerintah maka akan makin berkurang minat mereka mematenkan produk tersebut. Dari sisi pemerintah baiknya untuk bisa membedakan ketika industri dan peneliti masing-masing berniat untuk mematenkan produk.

Meskipun saat ini berdasarkan informasi dari Direktur Paten, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST), dan Rahasia Dagang (RD), Kementerian Hukum dan HAM, undang-undang terkait hak paten sudah direvisi sejak tahun 2016 lalu yang memudahkan industri untuk mendaftarkan hak paten, namun masih minimnya sosialisasi hingga alternatif layanan yang lebih cepat dengan harga terjangkau, masih menyulitkan berbagai industri termasuk startup untuk melakukan proses tersebut.

eFishery Segera Hadirkan Teknologi IoT Smart Feeder untuk Tambak Udang

Produk Internet of Things (IoT) untuk penjadwalan pakan ikan eFishery saat ini tengah mempersiapkan platform baru untuk tambak udang. Kepada DailySocial, CEO eFishery Gibran Huzaifah mengatakan rencananya teknologi Shrimp Smart Feeder akan diluncurkan akhir tahun 2017 mendatang.

Mekanisme dan fungsi Shrimp Smart Feeder eFishery tidak jauh berbeda dengan smart feeder yang diterapkan kepada ikan, yaitu memberi pakan secara otomatis, dapat diatur dengan smartphone, mencatat data pakan, dan terhubung ke internet.

Perbedaan lebih kepada desain mesinnya yang kini memiliki pelontar dengan radius lontaran 360 derajat (sebelumnya 90 derajat). Lontaran ini sesuai dengan kebutuhan tambak udang yang luasnya ratusan meter persegi. Dengan pelontar ini pakan tersebar lebih merata ke seluruh sisi kolam.

Feeder ini merupakan feeder yang kita modifikasi untuk bisa sesuai dengan model budidaya udang yang punya beberapa perbedaan dibandingkan budidaya ikan yang kita target sebelumnya. Perbedaannya terletak di modifikasi mesin dan aplikasi yang mengatur feeder,” kata Gibran.

Dari sisi aplikasi, pengaturan untuk pemberian pakan juga disesuaikan dengan kebutuhan petambak udang. eFishery memperkenalkan metode continuous feeding/frequent feeding ke tambak udang yang bisa meningkatkan pertumbuhan udang lebih cepat serta lebih efektif dalam penggunaan pakan. Metode ini adalah dengan menggunakan feeder untuk memberikan pakan belasan hingga puluhan kali dalam sehari atau bahkan 24 jam yang membuat udang makan lebih banyak tetapi pakan tidak boros.

“Metode ini tidak mungkin dilakukan sebelumnya karena keterbatasan petambak yang sulit untuk mengelilingi kolam puluhan kali setiap hari untuk memberi makan. Dengan feeder cukup di-setting dengan smartphone dan pakan akan diberikan secara otomatis,” kata Gibran.

Target eFishery hingga akhir tahun 2017

Sejak mendapatkan pendanaan Pra-Seri A dengan jumlah yang tidak disebutkan dari Aqua-Spark Belanda dan Ideosource pada tahun 2015 lalu, hingga kini eFishery belum mengumumkan penggalangan dana baru. Disinggung tentang adanya rencana fundraising  tahun 2017 ini, Gibran enggan memberikan informasinya. Namun demikian hingga akhir tahun 2017 masih banyak rencana dan target yang ingin diwujudkan eFishery.

“Di 2017 ini target kami memantapkan pasar kami di perikanan air tawar terutama di wilayah Jawa dan Lampung yang merupakan wilayah sentra ikan tawar Indonesia dengan komoditas seperti nila, lele, patin, gurame, dan ikan mas. Selain itu kami juga memiliki target untuk menguasai pasar tambak udang di wilayah Jawa, terutama Jawa Barat dan Jawa Timur,” tutup Gibran.

Application Information Will Show Up Here