Platform Pencarian Kerja “KitaLulus” Raih Pendanaan Awal Dipimpin Go-Ventures

Platform jaringan profesional dan pencarian kerja KitaLulus, berhasil meraih pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh Go-Ventures. Putaran ini juga diikuti beberapa angel investor termasuk Phil Opamuratawongse (Shipper), JJ Chai (Rainforest), Aldi Haryopratomo, YC Ng (AC Ventures), dan Abhinay Peddisetty (BukuWarung).

Tidak disebutkan nilai pendanaan yang disalurkan pada putaran ini. Perusahaan berencana menggunakan dana segar ini untuk memperkuat tim produk dan teknologi, selain itu juga memperluas jangkauan pasarnya di Indonesia. Perusahaan memiliki visi untuk membantu Indonesia bangkit bekerja setelah Covid-19 dengan menghubungkan massa dengan jaringan dan kesempatan kerja yang tepat.

Co-Founder KitaLulus Stevien Jimmy turut mengungkapkan bahwa dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, penduduk usia produktif di Indonesia diproyeksikan meningkat hingga 20%. Sementara itu, masih banyak tantangan yang ditemui termasuk akses dan peluang yang belum inklusif. Di sisi lain, solusi konvensional dinilai kurang efisien dan tidak efektif. KitaLulus ingin mencoba menyelesaikan masalah ini dengan menawarkan solusi yang menyeluruh.

Sebelumnya, KitaLulus telah meluncurkan platform jaringan dan pekerjaan profesionalnya pada bulan Oktober 2021. Terdapat tiga fungsi utama yang ditawarkan dalam platform. Pertama, program upskill untuk tujuan profesional dan pemerintahan. Dalam kursus online ini, pengguna dapat mengukur dan melatih kemampuan dengan mengerjakan soal. Disediakan juga video tutorial untuk mendukung pendalaman topik. Saat ini program yang tersedia adalah untuk persiapan CPNS, PPPK Guru, dan sekolah kedinasan.

Selain itu, pengguna juga bisa bergabung dengan jaringan profesional yang sesuai dengan latar belakang pendidikan, profesional atau pengalaman kerja yang serupa. Utamanya, melalui aplikasi KitaLulus, pengguna bisa membangun portofolio pengalaman, menemukan peluang kerja yang sesuai dan berinteraksi langsung dengan perusahaan potensial melalui WhatsApp. Beberapa perusahaan yang sudah bekerja sama dengan platform ini termasuk Apotek K-24, Hangry, J&T Express, dan Seryu Cargo.

Dalam menjalankan bisnisnya, Jimmy yang sebelumnya adalah Co-Founder dari Baca (aplikasi agregator berita) turut didukung oleh sosok yang memiliki kehadiran kuat di industri teknologi tanah air. Selaku Co-Founder Wei-Chuan Chew (Wibowo) pernah terlibat sebagai Co-Founder Rukita (perusahaan co-living) dan Junior Partner di McKinsey. Keduanya juga didukung oleh Head of Engineering, Septiana Wijayanti, yang sebelumnya terlibat dalam pengembangan awal platform Sayurbox (online grocery).

Rencana ke depan

Belum satu tahun beroperasi, perusahaan telah mengklaim pertumbuhan signifikan. Hingga saat ini, sebanyak 1 juta lamaran kerja telah diproses dalam platform tiap bulannya. Jaringan profesional mereka telah merangkul lebih dari 20 komunitas dan menjangkau enam area metropolitan di Indonesia, termasuk Bandung, Jabodetabek, Makassar, Medan, Semarang, dan Surabaya.

“Ke depannya, kami berencana melakukan ekspansi ke seluruh Indonesia. Secara khusus, kami menargetkan kota seperti Malang, Palembang, dan Serang. Selain memperluas wilayah, kami juga akan menginvestasikan dana ini untuk memperkuat tim. Tujuannya tidak lain untuk membangun tim produk dan teknologi kelas dunia, yang akan mengembangkan produk kami menjadi yang jejaring profesional dan platform pekerjaan terdepan di Indonesia,” ungkap Stevien.

Dalam pernyataan resmi, Partner Go-Ventures Aditya Kamath turut mengungkapkan, “Seiring pemulihan ekonomi Indonesia dari pandemi COVID-19, kami berharap bisa melihat peningkatan permintaan tenaga kerja di tanah air. Selain itu, dengan peningkatan penetrasi internet di Indonesia, hal ini tentunya semakin memperkuat dukungan bagi KitaLulus. Kami senang bisa mendukung KitaLulus, karena kami melihat perusahaan memainkan peran kunci dalam membantu masyarakat Indonesia untuk meningkatkan keterampilan, memajukan diri, dan menemukan pekerjaan impian mereka”.

Go-Ventures sendiri merupakan perusahaan modal ventura milik Gojek yang fokus berinvestasi pada startup tahap awal. Hingga saat ini, Go-Ventures telah berinvestasi di lebih dari 25 perusahaan teknologi Indonesia yang bergerak di berbagai bidang, termasuk dalam portofolionya startup wealthtech Pluang, eFishery (aquatech), Segari, Food Market Hub, dan lainnya.

Platform job marketplace di Indonesia

Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah banyak platform job marketplace yang menawarkan layanan perekrutan dengan value added yang berbeda. Misalnya Kalibrr, sebagai perusahaan perekrutan asal Filipina yang sudah hadir di Indonesia sejak tahun 2016. Mereka menggabungkan platform rekrutmen berbasis AI dan layanan employer branding untuk membantu perusahaan menunjukkan nilai-nilai mereka, menarik kandidat tepat, dan merealisasikan proses yang mulus.

Untuk pemain lokal juga ada beberapa platform yang menangani kebutuhan serupa seperti Urbanhire, Ekrut, Nusatalent, dan beberapa lainnya. Selama pandemi mereka juga cukup aktif membantu perusahaan untuk melakukan digitalisasi sistem HR. Misalnya yang dilakukan Urbanhire, kini mereka tidak hanya memosisikan diri sebagai portal lowongan pekerjaan saja, tetapi HR technology dan talent solutions, berkat kemitraan strategisnya dengan Mercer.

Application Information Will Show Up Here

Pluang Secures 787 Billion Additional Funding, to Further Democratize Investment Access

The wealthtech platform Pluang has raised $55 million funding or equivalent to IDR 787 billion led by Accel, a Silicon Valley based venture capital firm. This is the follow-up round of the latest series B funding in September, Pluang has currently secured a total funding of $110 million throughout 2021.

Other investors involved in this round were Trung Nguyen, Andy Ho, Aleksander Leonard Larsen, and Jeffrey Zirlin (founder of Axie Infinity), Alexa von Tobel (former CEO of Learnvest), Daniela Binatti (CTO of Pismo), Jannick Malling and Leif Abraham. (Co-CEO of Public.com), Raghu Yarlagadda (CEO of FalconX), Sergio Jimenez (CEO of Flink), The Chainsmokers, BRI Ventures, Gold House, along with previous investors, including Square Peg, Go-Ventures, UOB Venture Management, and Openspace Ventures.

Pluang will use the fresh money to continue democratizing investment access to various asset classes for all levels of society. Pluang also plans to expand its business coverage to Southeast Asia. It is in line with the company’s mission to empower and increase financial literacy and inclusion in the region.

“With this additional funding, our team can accelerate momentum and provide the tools, resources, knowledge and insights to enable more people building a long-term wealth. We are excited to have a world class investor like Accel, as well as our new investors, which supports Pluang to grow to the next level,” Pluang’s Co-Founder, Claudia Kolonas said in an official statement.

Democratizing investment access

Was founded in 2019 by Claudia Kolonas and Richard Chua, Pluang started the business by providing access to gold investments. Within 3 years of operation, Pluang has had over 4 million registered users in Indonesia and the number is rapidly growing.

Pluang recorded a 22-fold user growth, making active transactions between January 2020 and November 2021. In addition, they also recorded a 28.5-fold user growth with active balances in the same period.

Pluang’s growth cannot be separated from the product diversification available on its platform. Starting from gold, capital markets, mutual funds, and the recently added, Micro E-mini Nasdaq 100 Index Futures investment asset class. It is a derivative futures product that is traded on the Chicago Merchantile Exchange (CME).

In addition, partnerships with several super apps in the Southeast Asia region have also opened up wider access to investment for the public. Pluang has several partners, incluuding Gojek, DANA, Bukalapak, and Tokopedia. This December, Pluang has officially entered Tokopedia’s ecosystem as an alternative option for gold investment.

Regarding novice investor as a target market, Claudia also mentioned that Indonesia’s investment penetration is still below 1 percent, resulting in a very large opportunity in this sector. Therefore, Pluang, by all means, eager to improve financial literacy and encourage democratization of investment access for all audiences.

“Financial literacy for the young generation is one solution to overcome economic inequality in Indonesia. We are so excited to contribute in reducing this economic gap by providing access to products that used to be out of reach,”  Claudia said in a webinar held by Pluang (1/12).

In the near future, Pluang is to launch the first investment product in Indonesia that allows users to invest in US stocks starting from 0.1 units .

Investment in the wealthtech sector

Global investors have also realized the size and potential of the digital economy market in Southeast Asia. In 2020 alone, the total investment disbursed into startups in Southeast Asia has reached $8.2 billion. The wealthtech sector itself takes part of the total investment.

Claudia also mentioned, “As the largest country in Southeast Asia, we are very proud to see rapid developments in the capital market and digital assets. Currently, more than 10 million people have invested in Indonesia. Hopefully, Indonesia can be an example and an incubator for other countries in Southeast Asia to develop the wealthtech sector in each respective countries.”

Aside from Pluang, several platforms that provide similar services have also succeeded to raise funding throughout 2021. DailySocial.id managed to create a list of those companies :

Platform Stage Funding
Moduit Pra-Seri A (November) 65 miliar Rupiah
Bareksa Seri C (November) Tidak disebutkan
Ajaib Seri B (Oktober) >2,1 triliun Rupiah
Bibit Lanjutan Seri A (Mei) 938 miliar Rupiah
FUNDtastic Seri A (Februari) 108 miliar Rupiah


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Raih Pendanaan Tambahan Senilai 787 Miliar Rupiah, Pluang Dorong Demokratisasi Akses Investasi

Platform wealthtech Pluang berhasil meraih pendanaan senilai $55 juta atau setara 787 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Accel, perusahaan modal ventura global berbasis di Silicon Valley. Sebagai putaran lanjutan dari pendanaan seri B yang sudah diumumkan sebelumnya, Pluang kini telah mengantongi total pendanaan sebesar $110 juta sepanjang 2021.

Beberapa investor lain yang turut terlibat dalam putaran ini adalah Trung Nguyen, Andy Ho, Aleksander Leonard Larsen, dan Jeffrey Zirlin (pendiri Axie Infinity), Alexa von Tobel (mantan CEO Learnvest), Daniela Binatti (CTO Pismo), Jannick Malling dan Leif Abraham (Co-CEO Public.com), Raghu Yarlagadda (CEO FalconX), Sergio Jimenez (CEO Flink), The Chainsmokers, BRI Ventures, Gold House, beserta investor sebelumnya yang terdiri dari Square Peg, Go-Ventures, UOB Venture Management, dan Openspace Ventures.

Pluang akan menggunakan dana segar ini untuk terus mendemokratisasi akses investasi di beragam kelas aset kepada seluruh lapisan masyarakat. Selain memperluas akses investasi di dalam negeri, Pluang juga berencana memanfaatkan dana tersebut untuk memperbesar cakupan bisnisnya ke Asia Tenggara. Ekspansi tersebut sejalan dengan misi perusahaan untuk memberdayakan dan meningkatkan literasi serta inklusi keuangan di kawasan Asia.

“Dengan pendanaan tambahan ini, tim kami bisa mempercepat momentum dan menyediakan alat, sumber daya, pengetahuan, serta wawasan yang diperlukan agar lebih banyak masyarakat mampu menciptakan kekayaan jangka panjang. Kami sangat senang memiliki investor kelas dunia seperti Accel, dan juga para investor baru kami, yang mendukung Pluang untuk bertumbuh ke tingkatan selanjutnya,” ujar Co-Founder Pluang Claudia Kolonas dalam pernyataan resmi.

Demokratisasi akses investasi

Didirikan pada tahun 2019 oleh Claudia Kolonas dan Richard Chua, Pluang memulai bisnis dengan menyediakan akses ke investasi emas. Selama kurang lebih 3 tahun Pluang telah memiliki lebih dari 4 juta pengguna terdaftar di Indonesia dan angkanya terus berkembang pesat.

Pluang berhasil mencetak pertumbuhan pengguna yang aktif melakukan transaksi sebanyak 22 kali lipat antara Januari 2020 hingga November 2021. Di samping itu, mereka juga mencatat pertumbuhan pengguna yang memiliki saldo aktif sebanyak 28,5 kali lipat di periode yang sama.

Pertumbuhan yang dialami Pluang tidak lepas dari ragam diversifikasi produk yang tersedia pada platformnya. Mulai dari emas, pasar modal, reksa dana, serta belum lama ini menambah kelas aset investasi Micro E-mini Nasdaq 100 Index Futures, produk berjangka derivatif yang ditransaksikan pada Chicago Merchantile Exchange (CME).

Selain itu, kemitraan dengan beberapa aplikasi super apps di kawasan Asia Tenggara juga turut membuka akses investasi yang lebih luas ke masyarakat. Beberapa partner Pluang seperti Gojek, DANA, Bukalapak, dan Tokopedia. Mulai Desember ini, Pluang telah resmi hadir di aplikasi Tokopedia sebagai alternatif pilihan berinvestasi emas.

Mengenai segmen pasar yang adalah investor pemula, Claudia mengungkapkan bahwa penetrasi investasi di Indonesia yang masih di bawah 1 persen menunjukkan peluang yang sangat besar di sektor ini. Maka dari itu, Pluang dengan segala cara mencoba meningkatkan literasi finansial serta mendorong demokratisasi akses investasi bagi seluruh khalayak.

“Literasi finansial pada generasi muda menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan ekonomi di Indonesia. Kami berharap bisa berkontribusi untuk mengurangi kesenjangan ekonomi ini dengan memberikan akses pada produk yang sebelumnya sulit dijangkau,” ujar Claudia dalam webinar secara virtual yang diadakan Pluang (12/1).

Selain itu, dalam waktu dekat Pluang juga akan meluncurkan produk investasi pertama di Indonesia yang memungkinkan pengguna untuk berinvestasi saham AS mulai dari 0,1 unit saham saja.

Investasi di sektor wealthtech

Para investor global juga telah menyadari besarnya ukuran dan potensi pasar ekonomi digital di Asia Tenggara. Pada tahun 2020 saja, total investasi yang telah disalurkan ke perusahaan rintisan di Asia Tenggara sudah mencapai $8,2 miliar. Sektor wealthtech sendiri mengambil bagian dari total investasi tersebut.

Claudia juga mengungkapkan, “Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, kami sangat bangga kami melihat perkembangan pesat di bidang pasar modal dan aset digital. Saat ini sudah lebih dari 10 juta orang sudah berinvestasi di Indonesia. Semoga Indonesia bisa menjadi contoh dan inkubator bagi negara lain di Asia Tenggara untuk mengembangkan sektor wealthtech di negara masing-masing.”

Selain Pluang, beberapa platform yang menyediakan layanan serupa juga berhasil meraih pendanaan di sepanjang tahun 2021. Berikut daftar perusahaan yang berhasil terangkum oleh DailySocial.id:

Platform Tahapan Pendanaan
Moduit Pra-Seri A (November) 65 miliar Rupiah
Bareksa Seri C (November) Tidak disebutkan
Ajaib Seri B (Oktober) >2,1 triliun Rupiah
Bibit Lanjutan Seri A (Mei) 938 miliar Rupiah
FUNDtastic Seri A (Februari) 108 miliar Rupiah

Application Information Will Show Up Here

AC Ventures Leads Series A+ Funding of Malaysian Based SaaS F&B Startup Food Market Hub

AC Ventures led Series A+ funding for Malaysian based SaaS startup Food Market Hub (FMH) worth of $8.5 million (over 121 billion IDR). As for the latest funding, FMH’s valuation is estimated to reach $40 million. FMH is a platform provider that simplifies and automates back-end operations for food and beverage (F&B) businesses.

In this round, AC Ventures invested through a special fund in Malaysia named Penjana Kapital Fund. Participated also new investors, including East Ventures, Velocity Ventures, Capital Code, and several angel investors. There are also  previous investors, including Go-Ventures, SIG, and 500 Global.

FMH received a total fresh funds of $12.5 million (more than 179 billion Rupiah) through the Series A and Series A+ rounds due to the company’s rapid growth and the digital acceleration in the F&B sector.

The funding allows FMH to accelerate its expansion to Indonesia, deeper penetration into the Malaysian market, and strengthen its presence in Singapore and Thailand by 2022.

In an official statement, Food Market Hub‘s CEO, Anthony See said, the platform built by FMH has helped many F&B businesses reduce their food costs. In addition, it helps them thrive, especially during the difficult times caused by this pandemic.

“We have observed a significant increase in demand for our solutions as more and more businesses recognize the value of technology in enabling them to achieve greater efficiencies – especially in today’s evolving business climate,” Anthony said.

Founded in 2017, the FMH platform automates the purchasing process and inventory tracking, helping F&B businesses minimize waste while managing food and inventory costs more efficiently.

By leveraging FMH function, F&B restaurants can easily order from the existing and new suppliers while automatically synchronizing data from Point-of-Sales (POS), inventory, and accounting systems for procurement decision making on a single platform. In addition, other integrations to third-party software, provide comprehensive real-time data for business owners to enable them to manage their business efficiently.

Today, many businesses have been forced to digitize in order to address the challenges posed by the COVID-19 pandemic. Since early 2020, FMH has experienced exponential growth, doubling its active users to 5,000 with an overall retention rate of 87%. Its total annual order value has quadrupled in the past 12 months to $600 million in October 2021.

Most FMH users use the platform daily to process 90% of all purchase transactions, showing how important FMH is to their operations. Some FMH users come from cafe chains, large restaurant groups, and franchises, such as The Coffee Academics, Din Tai Fung, Yum Brands, KFC, and Pizza Hut.

The company recently expanded its offerings by launching a payment service in Malaysia, enabling F&B businesses to seamlessly send invoices and collect payments within the platform.

“Our mission is to support disruptions that will create value through their technological innovations, especially in the ASEAN. Food Market Hub’s track record in Hong Kong, Singapore, Malaysia and Taiwan has shown strong potential to accelerate the transformation of the F&B business. We look forward to their continued growth across the region and beyond,” AC Ventures’ Partner, Ng Yi Chung said.

This year, FMH becomes one of three winners of HLB Launchpad 2020 collaborating with Hong Leong Bank on a pilot project. The company recently signed a Memorandum of Understanding (MoU) with Saladplate, a marketplace for F&B and hospitality, to help provide local businesses source F&B digitally.

Moreover, they also partner with Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC) in the virtual Go-eCommerce Expo 2021 to encourage local businesses to adopt eCommerce. It also encourages partnership with Southeast Asia’s first Hospitality and Travel technology investor, Velocity Ventures to strengthen its position in the FMH F&B industry and expand into new markets rapidly.

Aside from Malaysia, FMH has a footprint in other Asian markets such as Hong Kong, Taiwan, Thailand and Singapore. With its recent expansion into Indonesia, the company is already available in six countries.

The company will continue to support the digitization of Southeast Asian businesses with deeper regional coverage and a desire to enter new markets such as Vietnam. Over the next year, FMH plans to provide financing tools to support the recovery of the regional F&B business.

SaaS solution in Indonesia

In the list AC Ventures portfolios, there is a startups that offers similar solutions for the F&B industry like Esensi Solusi Buana (ESB). ESB is an all-in-one culinary business operational system software provider that connects front-end, back-end, consumers, and supply chain partners for restaurants.

On a general note, based on the 2021 MSME Empowerment Report published by DSInnovate, there are several basic problems experienced by MSME players in Indonesia, including:

In order to overcome this problem, 83% of MSME players admit to using services from digital startups. From this hypothesis, the founders are passionate about presenting a variety of products with different value propositions. Currently, there are dozens of startups that present various types of SaaS in this segment.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

AC Ventures Pimpin Pendanaan Seri A+ untuk Startup SaaS F&B Malaysia Food Market Hub

AC Ventures memimpin pendanaan Seri A+ untuk startup SaaS Malaysia Food Market Hub (FMH) sebesar $8,5 juta (lebih dari 121 miliar Rupiah). Pasca perolehan dana ini, valuasi FMH diperkirakan mendekati $40 juta. FMH adalah penyedia platform yang menyederhanakan dan mengautomatisasi operasi back-end untuk bisnis makanan dan minuman (F&B).

Di putaran ini, AC Ventures berinvestasi melalui fund khusus di Malaysia bernama Penjana Kapital Fund. Juga menjadi investor baru adalah East Ventures, Velocity Ventures, Capital Code, dan beberapa angel investor. Investor terdahulu yang turut berpartisipasi termasuk Go-Ventures, SIG, dan 500 Global.

Secara total, di putaran Seri A dan Seri A+, FMH memperoleh dana segar $12,5 juta (lebih dari 179 miliar Rupiah) akibat pertumbuhan perusahaan diklaim sangat cepat dan dorongan percepatan digitalisasi di sektor F&B.

Pendanaan ini memungkinkan FMH mempercepat rencana ekspansinya ke Indonesia, menembus lebih dalam ke pasar Malaysia, dan memperkuat kehadirannya di Singapura dan Thailand pada tahun 2022.

Dalam keterangan resmi, CEO Food Market Hub Anthony See menuturkan, platform yang dibangun FMH berhasil membantu banyak bisnis F&B mengurangi biaya makanan dan pemborosan mereka. Tak hanya itu, membantu mereka berkembang pesat, terutama selama masa-masa sulit yang disebabkan oleh pandemi ini.

“Kami telah mengamati peningkatan permintaan yang signifikan untuk solusi yang kami berikan karena semakin banyak bisnis menyadari nilai teknologi dalam memungkinkan mereka mencapai efisiensi yang lebih besar – terutama dalam iklim bisnis yang terus berkembang saat ini,” kata See.

Didirikan pada tahun 2017, platform FMH mengotomatiskan proses pembelian dan pelacakan inventaris, membantu bisnis F&B meminimalkan pemborosan sambil mengelola biaya makanan dan inventaris dengan lebih efisien.

Dengan memanfaatkan FMH, restoran F&B dapat dengan mudah memesan dari pemasok mereka yang sudah ada dan yang baru sambil secara otomatis menyinkronkan data dari Point-of-Sales (POS), inventaris, dan sistem akuntansi untuk pengambilan keputusan pengadaan pada satu platform. Selain itu, integrasi lain ke perangkat lunak pihak ketiga, menyediakan data yang komprehensif secara real-time untuk pemilik bisnis agar mereka dapat mengelola bisnis secara efisien.

Saat ini, banyak bisnis telah dipaksa untuk melakukan digitalisasi dalam mengatasi tantangan yang dibawa oleh pandemi COVID-19. Sejak awal 2020, FMH telah mengalami pertumbuhan eksponensial, menggandakan pengguna aktifnya menjadi 5.000 dengan tingkat retensi keseluruhan 87%. Nilai total pesanan tahunannya telah tumbuh lebih dari empat kali lipat dalam 12 bulan terakhir menjadi US$600 juta pada Oktober 2021.

Para pengguna FMH sebagian besar menggunakan platform setiap hari untuk memproses 90% dari semua transaksi pembelian, menunjukkan betapa pentingnya FMH untuk operasi sehari-hari mereka. Beberapa pengguna FMH datang dari jaringan kafe (cafe chain), grup restoran besar, dan waralaba, seperti The Coffee Academics, Din Tai Fung, Yum Brands, KFC, dan Pizza Hut.

Perusahaan baru-baru ini memperluas penawarannya dengan meluncurkan layanan pembayaran di Malaysia, memungkinkan bisnis F&B untuk mengirim faktur dan mengumpulkan pembayaran dengan lancar di dalam platform.

“Misi kami adalah untuk mendukung disrupsi yang akan menciptakan nilai melalui inovasi teknologi mereka, terutama di kawasan ASEAN. Rekam jejak Food Market Hub di Hong Kong, Singapura, Malaysia, dan Taiwan telah menunjukkan potensi yang kuat untuk mempercepat transformasi bisnis F&B. Kami menantikan pertumbuhan berkelanjutan mereka di seluruh kawasan dan sekitarnya,” kata Partner AC Ventures Ng Yi Chung.

Pada tahun ini, FMH adalah salah satu dari tiga pemenang HLB Launchpad 2020 yang berkolaborasi dengan Hong Leong Bank dalam proyek percontohan. Perusahaan baru-baru ini menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Saladplate, marketplace untuk F&B dan perhotelan, untuk membantu bisnis lokal mendapatkan sumber F&B secara digital.

Serta, bermitra dengan Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC) dalam virtual Go-eCommerce Expo 2021 untuk mendorong bisnis lokal mengadopsi eCommerce. Ini juga menandai dimulainya kemitraan dengan investor teknologi Perhotelan dan Perjalanan pertama di Asia Tenggara, Velocity Ventures untuk memperdalam pijakan industri F&B FMH dan memperluas ke pasar baru dengan cepat.

Di luar Malaysia, FMH telah memiliki jejak di pasar Asia lainnya seperti Hong Kong, Taiwan, Thailand, dan Singapura. Dengan ekspansi baru-baru ini ke Indonesia, perusahaan kini hadir di enam negara.

Perusahaan akan terus mendukung digitalisasi bisnis Asia Tenggara dengan cakupan wilayah yang lebih dalam dan keinginan untuk memasuki pasar baru seperti Vietnam. Selama tahun depan, FMH berencana untuk menyediakan alat pembiayaan untuk mendukung pemulihan bisnis F&B regional.

Solusi SaaS di Indonesia

Dalam portofolio AC Ventures, juga terdapat startup dengan solusi sejenis untuk industri F&B, yakni Esensi Solusi Buana (ESB). ESB adalah penyedia software sistem operasional bisnis kuliner all-in-one yang menghubungkan front-end, back-end, konsumen, dan mitra rantai pasokan untuk restoran.

Secara umum, menurut laporan MSME Empowerment Report 2021 yang diterbitkan DSInnovate, terdapat beberapa permasalahan mendasar yang saat ini dialami oleh pelaku UMKM di Indonesia, di antaranya:

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, 83% dari pelaku UMKM mengaku menggunakan layanan dari startup digital. Dari hipotesis tersebut, para founder pun bergairah untuk menghadirkan ragam produk dengan proposisi nilai yang berbeda-beda. Saat ini ada puluhan startup yang menghadirkan berbagai jenis SaaS di segmen tersebut.

Bagian dari Integrasi Ekosistem GoTo, Pluang Kini Masuk ke Tokopedia Emas

Pluang resmi hadir di aplikasi Tokopedia sebagai alternatif pilihan berinvestasi emas. Pluang sendiri merupakan portofolio dari Go Ventures, bagian dari GoTo Group, sehingga bisa dikatakan bahwa kehadiran Pluang adalah bagian dari integrasi ekosistem grup.

Go-Ventures terlibat dan memimpin pendanaan Pluang dari pendanaan awal, seri A, dan seri B.

Dalam perjalanan Tokopedia Emas, sejak dirilis pertama kali pada 2018, perusahaan bermitra dengan e-mas, platform investasi emas yang dimiliki Orori. Namun berhenti lantaran, pada saat itu e-mas belum memiliki izin dan diminta OJK untuk menghentikan operasionalnya hingga mendapat izin dari Bappebti. Kemudian, kemitraan beralih ke Pegadaian, tertanda dimulai sejak awal 2019 sampai akhirnya Pluang mulai bergabung.

Ekosistem layanan investasi di aplikasi GoTo Group / DailySocial.id

VP of Fintech and Payment Tokopedia Vira Widiyasari menjelaskan, kolaborasi dengan mitra strategis, selalu menjadi komitmen perusahaan untuk membantu masyarakat dari segala latar belakang untuk mulai berinvestasi secara daring.

“Beberapa nilai tambah yang bisa dinikmati masyarakat berkat adanya kolaborasi dengan Pluang di Tokopedia Emas, antara lain: proses beli dan jual emas yang lebih mudah, sehingga bisa diikuti oleh siapa pun, bebas biaya tambahan, serta selisih harga jual dan harga beli (spread) yang relatif stabil,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Hal senada juga diutarakan Co-Founder Pluang Claudia Kolonas. Ia berharap kerja sama ini bisa membuat masyarakat lebih mudah dalam membeli kelas aset investasi karena dapat dilakukan, bahkan melalui platform e-commerce sekalipun.

Secara terpisah saat dihubungi DailySocial.id, Head of Investment and Insurance Tokopedia Marissa Dewi memaparkan data internal Tokopedia per Juni 2021 mencatat selama lebih dari dua tahun belakang, jumlah pengguna terdaftar di Tokopedia Emas tumbuh hampir 24 kali lipat dan berasal dari berbagai latar belakang.

“Walaupun kami belum bisa menyampaikan data spesifik terkait nominal transaksi, yang bisa kami sampaikan bahwa transaksi jual-beli emas lewat Tokopedia Emas bertumbuh hampir 28 kali lipat selama lebih dari dua tahun ke belakang (data per Juni 2021),” ujar Marissa.

Salah satu program perusahaan untuk mendorong investasi adalah menggencarkan Gerakan Rabu Nabung untuk membiasakan masyarakat berinvestasi emas atau reksa dana lewat Tokopedia.

Dalam situs FAQ di Tokopedia, tidak ada perbedaan spesifik antara transaksi jual-beli di Pluang maupun Pegadaian, sama-sama bisa mulai investasi emas mulai dari Rp5 ribu. Namun untuk selisih harga beli dan harga jual, di Pegadaian dilihat secara fluktuatif, sementara di Pluang ditetapkan sebesar 3%.

Pengguna dapat memanfaatkan kedua partner ini untuk berinvestasi, tapi tabungan di masing-masing platform ini tidak bisa digabung dan dialihkan. Jika pengguna sudah menjadi pengguna Pegadaian dan ingin mendaftar di Pluang harus melakukan registrasi, begitu pun sebaliknya.

Dalam upayanya mendorong penetrasi investasi di kalangan usia muda, Tokopedia mengambil posisinya sebagai pintu masuk untuk memperkenalkan produk investasi kepada mass market yang masih awam dengan dunia investasi. Makaya, pilihan kelas investasinya condong ramah untuk pemula, yakni emas, reksa dana pasar uang (bermitra dengan Bareksa).

Strategi Pluang sebagai embedded platform

Tokopedia menambah jajaran kemitraan yang dilakukan Pluang untuk memperluas penetrasi investasi –dengan strategi embbedded platform— setelah DANA, Bukalapak, dan Gojek. Keseluruhan kemitraan ini untuk perluasan kelas aset investasi emas digital.

Saat ini, diklaim ada lebih dari 3 juta pengguna yang sudah terdaftar melalui Pluang. Dalam wawancara bersama DailySocial.id beberapa waktu lalu, Claudia menyebut emas masih menjadi favorit pengguna Pluang dalam berinvestasi. Kendati begitu, Pluang terus memperkenalkan berbagai kelas aset investasi lainnya, mulai dari Micro E-Mini Index Futures, mata uang kripto, dan reksa dana.

Dalam menyediakan kelas aset tersebut, perusahaan juga bekerja sama dengan pemain industri. Misalnya untuk aset kripto, dengan Tokocrypto dan Zipmex, sementara untuk reksa dana bermitra dengan berbagai manajer investasi terpercaya.

“Dengan posisi sebagai one stop investment app, Pluang ingin merangkul semua calon pengguna yang datang dari beragam profil risiko. Untuk saat ini, mayoritas user kami memang masih memilih emas sebagai portofolio mereka, untuk S&P 500, aset kripto, dan reksa dana dapat dibilang kelas aset yang baru saja booming. Pluang sendiri baru meluncurkan untuk reksa dananya,” ucap Claudia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Maudy Ayunda Chips In to Segari’s Series A Funding

Segari online grocery startup announced public figure Maudy Ayunda as one of the angel investors participating in its series A round. The fundraising was previously announced in early September 2021 of $16 million led by Go-Ventures.

SIG, Alfamart, Gunung Sewu Group (one of the largest agricultural and food groups in Indonesia), and Intrinity Capital (affiliated with Gulaku) also participated in this round. In addition, the ranks of investors in its previous stage, including Beenext, AC Ventures, and Saison Capital.

Both Maudy Ayundy and Segari’s Co-founder, Farand Anugerah know each other, it is due to their educational background that took place in the United States.

“When we were studying in America, we wanted to return to Indonesia and make a positive impact by using technology. When I told the Segari team’s dream to develop e-grocery services, Maudy expressed a very positive response,” Farand said in an official statement, Tuesday (19/10).

Maudy Ayunda added, “Before decided to invest, I was already a Segari customer and I immediately became a fan since I always get fresh products and directly come from farmers. Ordering products is also very easy and delivered directly to the house.”

She also said, Segari’s impact in helping local farmers to earn a fair income from the products they sell encouraged her to invest more in Segari. “I think this is a business model that can be the future of the Indonesian e-grocery industry.”

The company is committed to simplifying complex distribution chains by leveraging technology and empowering communities as more efficient sales and distribution partners. Thus, farmers can continue to sell their crops at a more fair price.

Segari has a network of farmer partners in Java and Sumatra and utilizes a decentralized warehouse system to maintain product quality in the A+ grade category. Also, cooperate with sales partners to deliver goods within 15 hours of ordering.

Within just one year of operation, Segari’s business is thriving. The company managed to boost its performance and rose over 20 times for the number of customers and revenue. They offered various products, ranging from fruit, vegetables, meat, basic necessities, to ready-to-cook ingredients.

Instead only using e-commerce platform, the company has a social commerce service called Mitra Segari. This service is to target housewives and SMEs to open an online supermarket business from home and earn additional income. Farand explained that partners only need to have a smartphone and WhatsApp to be able to sell.

“In addition to these opportunities, Mitra Segari also received additional assistance in the form of marketing materials and guidance from the Segari team to continue developing their business.”

Online grocery market size

The online grocery industry has fierce competition, however, there’s still a space for growth because its penetration is still concentrated in big cities.

A report from Statista said, last year the online grocery market share in this country only reached 0.3%, it is predicted that it will increase by 20 basis points to 0.5% in 2022. The pandemic is said to be one of the main factors that triggered the increase in the popularity of online grocery services among consumers.

Based on the data, a further impact of the pandemic apart from changing consumer online buying behavior, is a change in consumer mindset in shopping. “Concerned about the economic impact of the pandemic, many Indonesian consumers are becoming more budget conscious. Also, it’s visible that consumers are making basic necessities and health purchase as the priority during the pandemic,” the report said.

However, e-grocery platforms in this country is still at its premature stage. In terms of coverage, almost all services are still focused on tier-1 cities. The biggest players like HappyFresh covers only the Greater Jakarta area, Surabaya, and several other big cities. Meanwhile, newcomers such as Segari still serve a limited area in Jadetabek.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Maudy Ayunda Berpartisipasi dalam Putaran Pendanaan Seri A Segari

Startup online grocery Segari mengumumkan figur publik Maudy Ayunda sebagai salah satu angel investor yang berpartisipasi dalam putaran seri A. Penggalangan ini sebelumnya sudah diumumkan pada awal September 2021 senilai $16 juta dipimpin oleh Go-Ventures.

SIG, Alfamart, Gunung Sewu Group (salah satu grup perusahaan pertanian dan pangan terbesar di Indonesia), dan Intrinity Capital (afiliasi dengan Gulaku) turut berpartisipasi dalam putaran tersebut. Serta, jajaran investor di tahap sebelumnya, meliputi Beenext, AC Ventures, dan Saison Capital.

Baik Maudy Ayundy maupun Co-founder Segari Farand Anugerah saling mengenal, tak lain dikarenakan keduanya sama-sama pernah bertemu saat menempuh pendidikan di Amerika Serikat.

“Saat kami menempuh pendidikan di Amerika, kami ingin kembali ke Indonesia dan memberikan dampak positif dengan menggunakan teknologi. Begitu saya menceritakan impian tim Segari untuk mengembangkan layanan e-grocery, Maudy memberikan respons yang sangat positif,” ucap Farand dalam keterangan resmi, Selasa (19/10).

Maudy Ayunda turut menambahkan, “Sebelum memutuskan untuk berinvestasi, saya sudah menjadi pelanggan Segari dan saya langsung menjadi penggemar karena produk yang saya dapatkan selalu segar karena langsung dari petani. Pemesanan produk juga sangat mudah dan diantarkan langsung ke rumah.”

Menurutnya, dampak Segari yang membantu petani lokal untuk mendapatkan penghasilan yang adil dari produk yang mereka jual, membuat dirinya semakin tertarik dengan Segari. “Saya rasa ini adalah model bisnis yang bisa menjadi masa depan industri e-grocery Indonesia.”

Perusahaan berkomitmen untuk menyederhanakan rantai distribusi yang kompleks dengan memanfaatkan teknologi dan memberdayakan komunitas sebagai mitra penjualan dan distribusi yang lebih efisien. Dengan demikian, para pertani bisa tetap menjual hasil kebunnya dengan harga yang lebih adil.

Segari memiliki jaringan mitra petani di Jawa dan Sumatera dan memanfaatkan sistem desentralisasi gudang untuk menjaga kualitas produk tetap dalam kategori grade A+. Serta, bekerja sama dengan mitra penjualan untuk mengirim barang dalam waktu 15 jam setelah pemesanan.

Meski baru beroperasi selama satu tahun, bisnis Segari tumbuh subur. Perusahaan berhasil mendongkrak kinerja perusahaan yang naik lebih dari 20 kali lipat untuk jumlah pelanggan dan pendapatan. Produk yang tersedia semakin lengkap, mulai dari buah, sayur, daging, sembako, hingga bahan siap masak.

Tak hanya memanfaatkan platform e-commerce, perusahaan memiliki layanan social commerce Mitra Segari. Layanan tersebut hadir untuk menyasar ibu rumah tangga dan pelaku UMKM membuka usaha supermarket online dari rumah dan mendapat penghasilan tambahan. Farand menjelaskan, mitra cukup bermodalkan smartphone dan WhatsApp untuk dapat berjualan.

“Selain peluang tersebut, Mitra Segari juga mendapatkan bantuan tambahan berupa bahan pemasaran dan bimbingan dari tim Segari untuk terus mengembangkan usahanya.”

Pangsa pasar online grocery

Industri online grocery memiliki persaingan yang sengit, namun masih memiliki ruang tumbuh yang tinggi karena penetrasinya yang masih terpusat di kota-kota besar.

Laporan dari Statista menyampaikan, pada tahun lalu pangsa pasar online grocery di negara ini baru mencapai 0,3%, diprediksi akan meningkat 20 basis poin menjadi 0,5% pada 2022 mendatang. Pandemi yang melanda tanah air disebut-sebut sebagai salah satu faktor utama yang memicu peningkatan popularitas layanan online grocery di kalangan konsumen.

Menurut data, dampak lebih lanjut dari pandemi selain mengubah perilaku pembelian online konsumen, adalah perubahan pola pikir konsumen dalam berbelanja. “Karena khawatir akan dampak ekonomi dari pandemi, banyak konsumen Indonesia menjadi lebih sadar anggaran. Selain itu, prioritas pembelian kebutuhan pokok dan kesehatan di kalangan konsumen juga terlihat selama pandemi,” tulis laporan tersebut.

Namun demikian, apa yang dilakukan platform e-grocery masih di tahap yang sangat awal. Mengenai cakupan sendiri, hampir semua layanan masih fokus di kota tier-1. Pemain terbesar seperti HappyFresh masih mencakup kawasan Jabodetabek, Surabaya, dan beberapa kota besar lainnya. Sementara pendatang baru seperti Segari masih melayani area terbatas di Jadetabek.

Application Information Will Show Up Here

Pluang Announces 499 Billion Rupiah Follow-on Funding

Pluang today (13/9) announced that it has secured further funding of $35 million or equivalent to 499.3 billion Rupiah. This investment round was led by Square Peg with the involvement of SIG, UOB Venture Management, and several previous investors including Go-Ventures and Openspace Ventures.

This acquisition continues the pre-Series B investment received in March 2021 of $20 million. In total, the company has posted $55 million in this year’s round. Fresh funds will be focused on accelerating the launch of new products to meet the investment needs of users. In addition, strengthening the internal team will also be the next focus.

Investment diversification for consumers

Starting with providing access to gold investments, Pluang has expanded to several other instruments on its platform, including stocks, mutual funds, and cryptocurrencies. This makes them one of the most comprehensive investment applications and makes it easy for users to diversify assets in one dashboard.

Pluang allows its users to save and invest starting from IDR 10,000, this will be an interesting opportunity to open new markets, especially for young generations who are still learning to invest.

The company has typical collaboration strategy between digital players. In order to present a variety of investment instruments, they cooperate with several entities. In terms of crypto, Pluang is working with Zipmex and Tokocrypto to process transactions through the application backend. Even for service distribution, Pluang is currently integrated in several consumer applications, such as Gojek, Dana, and Bukalapak.

Wealthtech gets more attractive

Founded in 2019 by Claudia Kolonas and Richard Chua, Pluang has reached around 3 million registered users. The potential is still huge, as to the first half of 2021, only 2% of the total productive age population in Indonesia has access to investment products in the capital market – a total of 4.5 million people. For crypto investors alone has higher number, there are currently more than 6.5 million people.

“We are very fortunate to contue adding to our investment in Pluang with each funding series, making Pluang one of our main portfolios. We are always amazed by the product innovation, growth of Pluang’s business and the best-in-class economy unit. We look forward to continuing to work closely with the team. Prosperity in the years to come,” Go-Ventures’ Partner, Aditya Kamath said.

During the year, several investment applications received equity funding from investors. Aside from Pluang, there are Bibit, Ajaib, and FUNDtastic wwith follow on funding round. This is a separate validation regarding the market potential validity worked on by players in the vertical.

Application Google Play Rank (Finance) Latest Fund
Ajaib 20 Seri A, $90 juta
Bibit 16 Pre-Series B, $65 juta
Stockbit Series C, $35 juta
Pluang 26 Pre-Series B, $55 juta
FUNDtastic Series A, $7,7 juta
Bareksa 193 Series B

Apart from those mentioned above, there are many applications users can use to make investments, such as Tanamduit, Raiz Invest, E-mas, Lakuemas, Treasury, Tamasia, Indogold, Tokocrypto, Indodax, Luno, Pintu, etc.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pluang Umumkan Pendanaan Lanjutan 499 Miliar Rupiah

Pluang hari ini (13/9) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan lanjutan senilai $35 juta atau setara 499,3 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh Square Peg dengan keterlibatan SIG, UOB Venture Management, dan beberapa investor sebelumnya termasuk Go-Ventures dan Openspace Ventures.

Perolehan ini melanjutkan investasi pra-seri B yang diterima pada Maret 2021 lalu senilai $20 juta. Jika ditotal, perusahaan telah membukukan dana $55 juta di putaran tahun ini. Dana segar akan difokuskan untuk percepatan peluncuran produk baru untuk memenuhi kebutuhan investasi penggunanya. Selain itu penguatan tim internal juga akan menjadi fokus berikutnya.

Mudahkan konsumen diversifikasi investasi

Dimulai dengan menyediakan akses ke investasi emas, kini Pluang telah memiliki beberapa instrumen lain di platformnya, termasuk saham, reksa dana, dan kripto. Ini menjadikan mereka menjadi salah satu aplikasi investasi yang cukup lengkap dan memudahkan pengguna untuk melakukan diversifikasi aset di satu dasbor.

Pluang memungkinkan penggunanya untuk menabung dan berinvestasi mulai dari Rp10.000, tentu ini menjadi menarik untuk membuka pasar baru, khususnya bagi kalangan gen Z dan milenial yang masih belajar berinvestasi.

Strategi kolaborasi antarpemain digital juga khas dilakukan Pluang. Untuk menghadirkan varian instrumen investasi, mereka juga menggandeng banyak pihak. Misalnya kripto, saat ini Pluang bekerja sama dengan Zipmex dan Tokocrypto untuk memproses transaksi melalui backend aplikasi. Pun untuk distribusi layanan, Pluang saat ini terintegrasi di beberapa aplikasi konsumer, seperti Gojek, Dana, dan Bukalapak.

Wealthtech makin memikat

Didirikan sejak tahun 2019 oleh Claudia Kolonas dan Richard Chua, Pluang saat ini telah memiliki sekitar 3 juta pengguna terdaftar. Potensinya juga masih besar, karena hingga H1 2021 ini baru 2% dari total penduduk usia produktif di Indonesia yang mengakses produk investasi di pasar modal – secara total ada 4,5 juta orang. Untuk investor kripto sendiri, saat ini memiliki jumlah lebih banyak yakni 6,5 juta orang.

“Kami beruntung terus menambah investasi kami di Pluang pada setiap seri pendanaannya, menjadikan Pluang sebagai salah satu portofolio utama kami. Kami selalu kagum atas inovasi produk, pertumbuhan bisnis Pluang, dan unit ekonomi yang terbaik di kelasnya. Kami berharap untuk terus bekerja sama dengan tim Pluang dalam tahun-tahun mendatang,” ujar Partner Go-Ventures Aditya Kamath.

Sepanjang tahun ini, beberapa aplikasi investasi mendapatkan pendanaan ekuitas dari investor. Selain Pluang, ada Bibit, Ajaib, dan FUNDtastic yang juga mendapatkan pendanaan lanjutan. Ini menjadi validasi tersendiri terkait keabsahan potensi pasar yang dapat digarap oleh para pemain di vertikal tersebut.

Aplikasi Peringkat Google Play (Finance) Pendanaan Terakhir
Ajaib 20 Seri A, $90 juta
Bibit 16 Pre-Seri B, $65 juta
Stockbit Seri C, $35 juta
Pluang 26 Pra-Seri B, $55 juta
FUNDtastic Seri A, $7,7 juta
Bareksa 193 Seri B

Selain yang disebutkan di atas, masih banyak aplikasi yang dapat digunakan oleh pengguna untuk melakukan investasi, seperti Tanamduit, Raiz Invest, E-mas, Lakuemas, Treasury, Tamasia, Indogold, Tokocrypto, Indodax, Luno, Pintu, dll.

Application Information Will Show Up Here