SMDV Pimpin Pendanaan $20 Juta untuk Eko, Startup SaaS Bisnis Asal Thailand

Startup pengembang platform komunikasi dan kolaborasi bisnis asal Thailand bernama Eko baru saja mengumumkan pendanaan seri B senilai $20 juta. Pendanaan tersebut dipimpin Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), dengan partisipasi beberapa investor lain termasuk RedBeat Ventures (unit investasi dari AirAsia), Eas Ventures, dan Gobi Partners.

Founder & CEO Eko, Korawad Chearavanont, mengatakan bahwa perolehan modal kali ini akan digunakan untuk melakukan ekspansi pasar ke Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat. Sebagai informasi, Korawad merupakan keluarga dari konglomerat bisnis Chearavanont di Thailand, memimpin Charoen Pokphand Group.

Aplikasi Eko sekilas mengingatkan pada beberapa platform, seperti Slack, Microsoft Teams, juga Facebook Workplace. Namun demikian Korawad menyampaikan, bahwa produk yang dikembangkan lebih dari sekadar alat untuk komunikasi dan kolaborasi. Karena di dalamnya juga didesain berbagai fitur untuk menunjang pekerjaan secara jarak jauh.

Ada berbagai fitur yang didesain untuk alur kerja di dalam aplikasi Eko. Beberapa di antaranya sistem persetujuan hierarki, penugasan, tanda tangan digital hingga fasilitas untuk keperluan audit. Solusi Eko didesain untuk memfasilitasi beragam jenis bisnis, mulai dari perhotelan, ritel, korporasi, konstruksi hingga bidang kesehatan.

Sebagai sebuah SaaS, Eko dijajakan dalam bentuk berlangganan – disediakan dalam paket-paket sesuai ukuran bisnis. Menurut penelitian IDC, potensi platform kolaborasi seperti itu cukup besar. Nilainya akan mencapai $31 miliar pada 2022 mendatang. Hal ini dikarenakan adanya tren perusahaan yang berbondong-bondong mencoba mengubah kultur internal dalam transformasi digital.

Application Information Will Show Up Here

Gobi Partners Siapkan 152 Miliar Rupiah untuk Investasi Startup Tahap Awal

Gobi Partners (Gobi) mengumumkan penyediaan dana hingga $10 juta (setara 152 miliar rupiah) yang akan dikelola oleh Gobi-Agung Fund. Target investasinya adalah startup tahap awal di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Gobi-Agung Fund akan berada di bawah kendali Arya Masagung, partners dari Gobi yang baru bergabung awal tahun untuk mengawasi strategi investasi tahap awal di Indonesia.

“Mengingat pengalaman Gobi sebagai pemain regional, kami berada dalam posisi yang unik untuk menjadi jembatan bagi startup di wilayah ini. Dengan berinvestasi di keduanya, dalam dan luar negeri, kami akan dapat memanfaatkan ekosistem regional kami untuk potensi tertinggi dalam menciptakan nilai bagi perusahaan-perusahaan ini,” terang Arya seperti dikutip dari DealStreetAsia.

Sebelumnya Agung Fund telah melakukan investasi pertamanya di Indonesia dengan mengucurkan dana untuk platform freelancer Fastwork. Gobi-Fund sendiri disebutkan akan menginvestasikan dana hingga $1 juta per transaksi.

Dana dari Gobi tersebut akan dikelola paralel dengan dana yang disediakan untuk berinvestasi di Filipina, hasil kerja sama dengan Core Capital. Kedua program investasi tersebut akan berfungsi sebagai discovery fund bagi perusahaan dan akan didukung oleh Meranti ASEAN Growth Fund dari Gobi.

“Kami sekarang dapat terlibat lebih awal dengan para pengusaha dan membangun hubungan yang lebih dalam di ekosistem. Pada saat yang sama, kami dapat membawa pendanaan lanjutan dan sumber daya/jaringan Gobi yang lebih luas,” terang Managing Partner Gobi untuk ASEAN Kay Mok Ku.

Di Asia Tenggara sudah cukup banyak portofolio pendanaan Gobi, nama-nama seperti Deliveree, iPrice, Orami, Picmix, Sale Stock, Travelio dan TripVisto masuk di dalamnya dengan jumlah investasi yang beragam. Pengumuman Gobi-Agung Fund ini menambah daftar perusahaan modal ventura yang menargetkan investasi ke Indonesia.

GoWork Raised Funding Worth of 150 Billion Rupiah

GoWork’s premium coworking space, today (10/10) announces funding worth of 150 billion Rupiah. It was led by China-based venture capital Gobi Partners and a leading property developer Indonesia Paradise Property.

GoWork was established from Rework and GoWork merger in early 2018. During the two-year operation, GoWork advanced to 16 locations in Jakarta, Surabaya, and Bali; runs 25,000 sqm of office space. In order to support acceleration, GoWork built a strategic partnership with a property organizer.

By gathering 8,000 members and 600 companies registered to the coworking space, GoWork is quite confident with its business to grow. It helps them to convince the founders to continue with the domestic expansion.

“The mission is simple, to facilitate public with the best by changing the way of working and socializing. It’s through GoWork, we can accelerate personal and company’s growth with the supporting network ecosystem. Using work&play philosophy, we provide exclusive access to more than 30 restaurants, cafes, business center, and meeting rooms through GoWork’s cellular app,” Vanessa Hendriadi, GoWork’s CEO, said.

Kay-Mok Ku, ASEAN Gobi Partners’ Managing Director, sounded his expectation of GoWork. Was previously invested in KR Space (the largest coworking space operator in China), they expect GoWork to develop with the best coworking space solution. Ku noticed GoWork’s innovative potential to make the revolution for office space in Indonesia.

The Paradise Group’s COO, Anthony Prabowo, added, “GoWork’s commitment towards the design quality, strategic location, and their concern to give the best experience for all tenants amazed us. This collaboration will be very beneficial for the short or long term, supported by our extensive property network.”

“Our focus is to create the community and ecosystem network by encouraging members to create more value for each other. The interaction happened because of the various community events we held,” Hendriadi concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

GoWork Dapatkan Pendanaan 150 Miliar Rupiah

Operator coworking space premium GoWork hari ini (10/10) mengumumkan perolehan pendanaan senilai 150 miliar Rupiah. Pendanaan ini dipimpin oleh venture capital asal Tiongkok Gobi Partners dan perusahaan pengembang properti/ritel terkemuka Indonesia Paradise Property.

GoWork terbentuk dari merger Rework dan GoWork di awal tahun 2018. Selama dua tahun beroperasi, GoWork berkembang di 16 titik lokasi di Jakarta, Surabaya, dan Bali; mengoperasikan 25.000 meter persegi ruang kerja. Untuk mendorong percepatan, GoWork menjalin kemitraan strategis dengan pengelola properti.

Dengan capaian 8.000 anggota dan 600 perusahaan yang tergabung ke dalam ruang kerja, GoWork cukup optimis bahwa bisnisnya akan terus bertumbuh. Hal tersebut yang turut meyakinkan para founder untuk segera memperluas jaringan pasar dengan ekspansi domestik.

“Misi kami sangat sederhana, membantu masyarakat mencapai yang terbaik dengan mengubah cara bekerja dan bersosialisasi. Melalui GoWork kita bisa mendorong pertumbuhan diri dan perusahaan dengan ekosistem jaringan pendukung. Dengan filosofi ‘work&play’, kami memberikan akses eksklusif ke lebih dari 30 restoran, kafe, pusat bisnis dan ruang pertemuan melalui aplikasi selular GoWork,” sambut CEO GoWork, Vanessa Hendriadi.

Kay-Mok Ku, Managing Partner for ASEAN Gobi Partners, menyampaikan harapannya kepada GoWork. Setelah sebelumnya mendanai KR Space (operator coworking space terbesar di Tiongkok), mereka ingin GoWork tumbuh menawarkan solusi coworking space terbaiknya. Kay-Mok menilai GoWork memiliki potensi inovatif untuk merevolusi ruang kerja di Indonesia.

Sementara itu Anthony Prabowo Susilo selaku COO The Paradise Group menyampaikan, “Komitmen tim GoWork terhadap kualitas desain, pemilihan lokasi prima, dan perhatian mereka untuk memberikan pengalaman luar biasa untuk semua tenant membuat kami terkesan. Kerja sama ini akan sangat bermanfaat untuk waktu dekat dan jangka panjang, didukung oleh jaringan luas properti kami.”

“Fokus kami menciptakan jaringan ekosistem dan komunitas dengan mendorong para anggota giat menciptakan nilai lebih bagi satu sama lain. Interaksi ini terjalin karena berbagai acara komunitas yang kami adakan,” tutup Vanessa.

Application Information Will Show Up Here

Marketplace Mobil Bekas Carsome Raih Pendanaan 260 Miliar untuk Memperkuat Pertumbuhan di Indonesia dan Thailand

Marketplace mobil bekas Carsome mengumumkan perolehan dana Seri B senilai $19 juta (sekitar 261 miliar Rupiah) yang dipimpin Burda Principal Investments. Dana bakal digunakan untuk memperkuat kehadiran dan pertumbuhan pasarnya di Indonesia dan Thailand. Keduanya adalah pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara dengan total penjualan 3,6 juta kendaraan setiap tahunnya. Investor terdahulu, yaitu Gobi Partners, InnoVen Capital, dan Lumia Capital, juga turut berpartisipasi dalam putaran kali ini.

Pendanaan untuk Carsome adalah yang ketiga untuk marketplace mobil bekas Asia Tenggara awal tahun ini setelah di bulan Januari BeliMobilGue memperoleh pendanaan 50 miliar Rupiah dan Carmudi memperoleh 137 miliar Rupiah. Hal ini menegaskan menariknya pasar ini untuk disrupsi teknologi. Secara total nilai tahunan pasar mobil bekas Asia Tenggara diperkirakan mencapai $30 miliar (lebih dari 400 triliun Rupiah).

Secara regional, Carsome mengklaim total nilai transaksinya telah naik empat kali lipat dibanding Januari 2017. Mereka juga telah menambah jumlah pegawai menjadi lebih dari 150 orang di empat negara untuk mendukung pertumbuhan bisnis yang pesat ini.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO Carsome Eric Cheng mengatakan operasional Carsome di Indonesia sudah hadir di Indonesia sejak tahun lalu. Eric menyebutkan pihaknya memiliki mitra lokal yang membangun pondasi dan memiliki pemahaman tentang pasar otomotif lokal.

Berbeda dengan BeliMobilGue yang mensyaratkan inspeksi dilakukan di pusat inspeksi, Carsome saat ini mengatur proses inspeksi di berbagai tempat yang disukai konsumen, termasuk di rumah. Meskipun demikian, Eric menyebutkan pihaknya akan mulai menyediakan pusat inspeksi di berbagai area di kawasan Jabodetabek (dan kota-kota lain lebih lanjut tahun ini), karena ia menyadari kehadiran pusat inspeksi akan meningkatkan brand awareness. Dengan demikian penjual dan memiliki pemilihan terhadap kegiatan inspeksi ini.

Lebih lanjut, tentang proses inspeksi, Eric mengatakan, “Tim inspeksi kami memperoleh pelatihan intensif selama tiga minggu sebelum diterjunkan untuk melayani penjualan mobil. Inspeksi kami sangat teliti tapi cepat, sangat efisien karena hanya dilakukan selama satu jam. Setelah itu melalui aplikasi mobile mobil tersebut akan tersedia untuk ditawarkan ke semua dealer. Ketika penawaran diterima, kami memfasilitasi proses transfer kepemilikan dan pembayaran secara langsung. Proses ini [kami klaim] cepat, adil, dan gratis, untuk memastikan penjual mobil menikmati proses penjualan mobil yang tidak ribet.”

Di Indonesia sendiri Carsome akan fokus dulu ke pasar Jadebotabek dan akan menyusul kota-kota besar lainnya akhir tahun ini.

“Karena Indonesia adalah salah satu pasar kunci bagi Carsome, kami akan mengalokasikan sebagai besar dana [yang kami peroleh] untuk mendukung pertumbuhan. Kami yakin kami bisa menjadi pemimpin pasar di Indonesia. Dana tersebut akan digunakan untuk meningkatkan operasi dan meningkatkan usaha-usaha pemasaran untuk memastikan Carsome sebagai ‘kebiasaan baru’ untuk menjual mobil,” tutup Eric.

Raih Pendanaan Seri A, Deliveree Fokuskan Ekspansi

Layanan logistik on-demand Deliveree mengumumkan raihan pendanaan seri A senilai US$14,5 juta (setara dengan 196 miliar rupiah) dipimpin oleh Gobi Partners. PSA Unboxed, Asia Summit Capital, dan Inspire Ventures juga turut berpartisipasi dalam pendanaan putaran ini. Investor Seri A ini menambah deretan investor terdahulu, Inspire Ventures dan Ardent Capital.

Berkaitan dengan pendanaan ini, Co-Founder dan CEO Deliveree Tom Kim menekankan kepada DailySocial, bahwa pendanaan Deliveree adalah tentang ekspansi. Pihaknya kini tengah menyiapkan rencana membuka operasional ke beberapa kota dan negara di Asia Tenggara. Disampaikan juga bahwa Indonesia akan menjadi yang paling banyak berpengaruh, mengingat Indonesia adalah pangsa pasar terbesar dibandingkan 2 negara lainnya (Thailand dan Filipina).

“Deliveree saat ini telah diunduh lebih dari 350 ribu pengguna di mobile — total aplikasi Deliveree untuk Indonesia, Thailand, dan aplikasi Transportify untuk Filipina. Plus, Deliveree juga memiliki pelanggan yang aktif melakukan pengiriman dengan melalui platform web. Jadi, secara keseluruhan, ada total sekitar 500 ribu pelanggan, mulai dari yang kurang aktif hingga sangat aktif,” ujar Tom.

Di Indonesia, inovasi terakhir yang dihadirkan adalah peluncuran Engkel Box (CDE) berkapasitas 2 ton untuk pengiriman ke seluruh Jabodetabek. Untuk selanjutnya, Deliveree berencana menghadirkan truk Dobel Engkel (CDD truck), termasuk armada komersial lain yang lebih besar dan melakukan ekspansi ke kota lain di Indonesia tahun depan.

“Selain itu, kami juga sedang mengembangkan satu teknologi baru yang menarik, yang akan membuat Deliveree menjadi mitra logistik tak tergantikan untuk pengiriman jalur darat dengan biaya yang efisien,” lanjut Tom.

Memfokuskan pada investasi dan profit

Selama beberapa tahun terakhir, investasi pada pengiriman untuk paket kecil, dan ke konsumen akhir (last-mile) semakin bertambah seiring meningkatnya bisnis e-commerce di Asia Tenggara. Kendati demikian, sektor ini dinilai kurang berpotensi dari segi ekonomi. Untuk itu, Deliveree lebih memfokuskan untuk memberikan solusi pada pengiriman barang dan kargo berukuran besar yang dihadapi oleh pebisnis. Deliveree percaya hal ini lebih jauh lebih menguntungkan dari segi investasi dan profit.

“Kebutuhan logistik kargo dan barang besar banyak terjadi pada distribusi mid-mile. Marketplace Deliveree menggabungkan lebih dari 15 ribu truk, van, pickup, dan armada ekonomi di seluruh Asia Tenggara, dan melayani ribuan pelanggan yang melakukan distribusi mid-mile setiap hari, mencakup korporasi besar, brand, dan perusahaan logistik,” jelas Tom.

Diluncurkan tahun 2015, Deliveree mencoba menghadirkan revolusi bagi pemilik usaha untuk mengirimkan paket besar, barang dagangan, dan kargo di seluruh daerah Bangkok, Jakarta, dan Manila. Platform mobile dan webapp Deliveree memberikan perusahaan akses kepada ribuan pengemudi kendaraan komersial dengan model pay-as-you-go. Model ini dinilai dapat mengurangi biaya pengiriman hingga 50%.

Application Information Will Show Up Here

Sale Stock Raih Pendanaan Seri B+ Senilai 360 Miliar Rupiah

Salah satu sektor startup digital di tanah air yang tengah berkembang cukup jauh adalah bisnis e-commerce. Kabar terbaru adalah pendanaan yang didapat Sale Stock pasca masuk dalam jajaran startup di Meranti ASEAN Growth Fund oleh Gobi Partners.

Dalam rilis yang kami terima, Sale Stock menjadi startup e-commerce pertama yang masuk di jajaran portofolio Meranti ASEAN Growth Fund. Pendanaan kali ini merupakan pendanaan Series B+ bagi Sale Stock. Selain Gobi ada venture capital lain seperti Alpha JWC Ventures, Convergence Ventures, KIP, MNC, dan SMDV.

Di putaran kali ini Sale Stock disebut mendapatkan pendanaan sebesar $27 juta atau setara dengan 360 miliar rupiah. Angka yang cukup besar untuk berbuat banyak memenangi persaingan bisnis e-commerce di Indonesia.

Menanggapi pendanaan kali ini salah satu co-founder Sale Stock Lingga Madu mengungkapkan keseriusan Sale Stock dalam menghadapi pasar e-commerce di Indonesia.

“Penyuntikan modal baru ini akan digunakan untuk memperkuat posisi kita sebagai pemimpin pasar di Indonesia dan mencoba mendapatkan keuntungan di dalam waktu dekat.”

Rencana untuk bisa menghasilkan profit ini juga diamini oleh President Sale Stock Jeffrey Yuwono. Dikutip dari e27 Jeffrey menuturkan salah satu tujuan utama mereka adalah menjadi startup yang profitable di Indonesia.

“Tujuan pertama kami adalah menjadi profitable di Indonesia, yang kami rencanakan untuk tahun depan. Dan setelah itu kami akan berpikir tentang ekspansi regional,” ujarnya.

Di sisi lain Lingga secara tersirat juga menyebutkan bahwa pihaknya mengundang orang-orang yang memiliki kemampuan teknologi dan big data untuk bergabung dengan Sale Stock. Pernyataan tersebut menggambarkan rencana besar Sale Stock yang berusaha memperkuat jajaran teknologinya untuk bersaing di pasar Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Asosiasi Venture Capital Indonesia dan Singapura Bentuk ASEAN Venture Council

Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (AMVESINDO) dan Singapore Venture Capital and Private Equity Association (SVCA) hari ini mengumumkan kolaborasinya dalam pembentukan ASEAN Venture Council. Melalui kesepakatan SVCA dan AMVESINDO akan bersama-sama memanfaatkan kekuatan masing-masing bersinergi dengan praktik terbaik untuk memperkuat, mempromosikan dan mendukung ekosistem kewirausahaan dan ekosistem finansial pendukungnya di kawasan ASEAN.

Secara khusus ASEAN Venture Council dimaksudkan untuk membantu asosiasi dan anggota mereka mempromosikan peranan venture capital di wilayah Asia Tenggara. Hal ini dilandasi oleh pertumbuhan startup dan perusahaan digital, terutama di wilayah Indonesia dan Singapura. Penandatanganan kesepakatan ini dilakukan bersama dengan pagelaran Fintech Festival and Conference di BSD yang turut dihadiri oleh Presiden Jokowi.

Selain itu ASEAN Venture Council juga berharap mampu menjadi payung yang mewadahi asosiasi dari venture capital atau asosiasi yang terlibat untuk dapat mengembangkan sepak terjang dan strateginya di seluruh wilayah cakupan dewan secara terpadu. Khususnya strategi di bidang advokasi, penelitian, edukasi, hingga dalam pembuatan kesepakatan.

Menanggapi tentang pembentukan dewan ini, Ketua AMVESINDO Jefri Sirait berujar:

“Negara-negara di ASEAN terus bekerja sama mencapai integrasi ekonomi yang lebih ketat, AMVESINDO percaya bahwa venture capital Indonesia dan komunitas startup akan menjadi lebih besar dan lebih kuat melalui kerja sama dan sinergi dengan asosiasi di wilayah ini (Asia Tenggara). Kami berharap untuk dapat berkontribusi dan bekerja sama dengan SVCA membuat ASEAN Venture Council mendulang sukses.”

Turut memberikan komentar juga Ku Kay Mok dari Gobi Partners (ASEAN) selaku Committee Member of the SVCA and Partner. Ia mengatakan bahwa pembentukan dewan ini sangat memungkinkan untuk mendukung berbagai industri yang bertumbuh di kawasan ini. Ia mencontohkan pertumbuhan startup yang ada di Indonesia, termasuk yang paling subur di wilayah ASEAN dan diharapkan mampu menjadi penyokong ekonomi digital terbesar pada tahun 2025.

PicMix Amankan Pendanaan Seri A Sebesar 40 Miliar Rupiah

PicMix, startup Indonesia yang bergerak sebagai platform content discovery dan social commerce hari ini mengumumkan perolehan pendanaan Seri A sebesar $3 juta (sekitar mendekati 40 miliar Rupiah) dari dua investor yang berbeda. Yang pertama didapat dari Gobi Partners sebesar $1 juta dan sisanya berasal dari investor strategis yang belum disebutkan namanya.

Dengan pendanaan ini PicMix berencana untuk meningkatkan aplikasi dan pengalaman pengguna dengan berbagai fitur dan kemampuan dan juga ekspansi ke pasar baru di Asia Tenggara. Untuk membantu mengembangkan fitur baru dan untuk memahami kebutuhan dan kebiasaan dari pengguna PicMix juga akan fokus pada pengembangan teknologi machine learning dan big data.

CEO dan Founder PicMix Calvin Kizana kepada DailySocial memastikan bahwa investasi yang diperoleh akan digunakan untuk secara agresif menambah talenta pengembang dan budget pemasaran. Calvin mengakui bahwa selama ini layanannya sudah cukup self-funded dengan monetisasi berbasis kontes dan konten bersponsor. Dengan layanannya merambah sektor e-commerce, pembiayaan operasional secara organik tidak lagi mencukupi untuk bersaing.

PicMix memperoleh pendanaan awal di akhir tahun 2012 dari Erajaya.

Calvin  mengungkapkan ada tiga hal utama yang membuat mereka menyambut dengan gembira pendanaan dari Gobi kali ini, yaitu jaringan, pengetahuan dan integrasi dengan portofolio Gobi yang lainnya.

“Sinergi dan integrasi di antara portofolio Gobi adalah aset yang paling berhaga bagi PicMix. Berbagai portofolio dari Gobi startup untuk startup dengan konten seperti BaBe, Qraved akan dipastikan beritergrasi dengan baik dengan PicMix content discovery. Integrasi dengan Camera360 [juga] masih dalam pembahasan untuk memperkaya fitur PicMix,” jelas Calvin.

Didirikan tahun 2012, PicMix sejauh ini mengklaim telah mendapatkan jumlah download lebih dari 100 juta dari semua platform yang disediakan dan juga telah memiliki 27 juga pengguna terdaftar dengan 50% diklaim adalah pengguna aktif. 35% pengguna disebutkan berasal dari Indonesia, diikuti oleh Afrika Selatan, Nigeria, dan Venezuela. Yang menarik, Calvin mengakui pengguna layanannya masih banyak yang menggunakan platform BlackBerry versi lama (10 dan ke sebelumnya). Oleh karena itu PicMix akan terus mempertahankan dukungan bagi sistem operasi tersebut.

Beberapa waktu lalu dalam sebuah kesempatan wawancara dengan Dailysocial Calvin mengungkapkan bahwa tahun ini PicMix berinovasi dengan fitur social commerce. Untuk mendukung hal itu PicMix telah menggandeng lebih dari 15 e-commerce teratas di Indonesia, termasuk Blibli dan Rakuten (yang sekarang sudah tidak beroperasi lagi) untuk mengisi item di menu PicMix Mall, sebuah layanan yang mirip dengan LINE Shopping ini ke depan akan ditargetkan untuk pengguna UKM.

Cerita pivot

Berdasarkan perbincangan DailySocial dengan Calvin, satu setengah tahun terakhir ini PicMix telah banyak melakukan perubahan dan bisa dibilang melakukan pivot dari sekedar sebuah aplikasi berbagi foto. Ia mengakui PicMix tidak akan mungkin bisa bertahan jika tidak berkembang seperti saat ini.

Calvin menyebutkan PicMix saat ini telah menambah fitur machine learning untuk memahami dan memberikan rekomendasi berdasarkan perilaku pengguna dan mencoba mengadopsi tren e-commerce di layanan media sosial dengan mengembangkan PicMix Mall, yang mirip dengan LINE Shopping, selama 8 bulan terakhir. Sebagai pilot project, PicMix menggandeng 18 marketplace besar dan dalam jangka panjang ingin menjadi rumah bagi para pedagang online yang bersifat UKM ini.

Hal terpenting dari pivot PicMix adalah menjadi platform content discovery yang tak hanya mengakomodasi konten foto, tetapi juga konten video dan bahkan artikel. Calvin menyebutkan PicMix saat ini sudah memiliki 30 vertikal konten. Konten-konten tersebut ditampilkan sesuai dengan minat dan perilaku pengguna yang dipelajari oleh mesin.

Application Information Will Show Up Here

MoxyBilna Rebranding Menjadi Orami

Hari ini secara resmi merger yang sebelumnya telah dilakukan oleh Bilna dan Moxy pada awal tahun 2016 kini melebur menjadi satu nama baru yaitu Orami. Di bawah payung Orami, mereka menargetkan konsumen perempuan dengan produk andalan seperti keperluan bayi, perlengkapan rumah, fashion, kebutuhan harian, dan perlengkapan hewan peliharaan.

Merger yang dilakukan oleh Bilna dan Moxy telah melalui proses sekitar dua tahun lamanya, disertai dengan perbincangan serta diskusi lebih mendalam dengan pihak investor, yaitu Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), Gobi Partners, Ardent Capital, Velos Partners, dan co-founder Facebook Eduardo Saverin. Secara keseluruhan funding yang diterima Orami berjumlah $15 juta (sekitar 202 miliar Rupiah).

“Sebuah hal yang luar biasa kami bisa bekerja sama dengan berbagai investor SMDV dengan kekuatan lokalnya, Ardent Capital dengan jangkauannya yang luas di regional, Gobi Partners yang berpengalaman di social commerce dan ekonomi wanita, serta tambahan kekuatan dari orang-orang hebat seperti Eduardo Saverin dan Velos Partners,” kata CEO Orami Jeremy Fichet saat jumpa pers hari ini di JW Marriot Jakarta.

Sinergi dalam bentuk Orami ini disebutkan dilakukan untuk menciptakan sebuah destinasi online paling luas dan besar yang didedikasikan untuk para perempuan, serta turut ambil bagian dalam pertumbuhan ekonomi perempuan yang pesat di regional.

Di Indonesia, Orami menggunakan branding “Bilna by Orami”, sementara di Thailand mereka menggunakan branding “Moxy by Orami”.

Orami berpusat di Jakarta dan mengklaim Januari dan Februari 2016, pasca merger, menjadi bulan terbaik dalam sepanjang sejarah perusahaan. Penggabungan hampir 500 karyawan di Indonesia diklaim berhasil menyatukan dua kultur yang berbeda menjadi satu kesatuan yang saling membangun.

Dengan sistem marketplace yang terkurasi serta model ritel Orami menjanjikan produk berkualitas untuk perempuan yang berasal dari vendor asal Indonesia, Thailand, hingga Tiongkok. Dengan menyasar pasar Indonesia yang semakin pesat perkembangannya, diharapkan semua kebutuhan dapat terakomodir sesuai dengan tagline dari Orami yang baru yaitu “have it all”.

“Indonesia merupakan pasar yang besar, baik dari perkembangan e-commerce hingga minat pasar yang ada. Selain menargetkan konsumen yang cukup besar jumlahnya kami juga ingin bermitra dengan vendor-vendor yang memiliki produk berkualitas dari Indonesia,” kata Jeremy.

Orami mengklaim sebagai satu-satunya layanan e-commerce yang menerapkan model ritel dalam layanan bisnisnya, karena itu menjadi penting untuk memilih vendor berkualitas, melakukan pengiriman barang kepada pelanggan secara seamless hingga penanganan layanan pelanggan yang terbaik.

Social commerce dan collection sebagai kelebihan Orami

Dalam acara peresmian tersebut, disebutkan pula keunggulan yang membedakan Orami dengan e-commerce lainnya, yaitu fitur Social Commerce dan Collection. Dengan fitur Collection, pengguna bisa melakukan kurasi secara personal produk apa saja yang diinginkan mulai dari harga, merek, dan lainnya, kemudian pilihan tersebut bisa dibagikan di semua media sosial yang ada. Sementara untuk Social Commerce, Orami akan menyediakan magazine atau blog yang berisikan informasi, tips dan artikel menarik lainnya khusus untuk wanita.

“Karena 90% produk yang kami hadirkan khusus untuk wanita kami pun berupaya untuk menghadirkan platform yang lengkap untuk pengguna bukan hanya belanja namun juga mengekspresikan diri di media sosial mendapatkan informasi terkini seputar dunia perempuan dan lainnya,” kata Jeremy.

Modal dan kekuatan yang telah didapatkan ini akan digunakan untuk memperkaya pilihan produk-produk untuk wanita secara keseluruhan, fokus untuk memaksimalkan komponen social commerce, mengoptimalkan strategi mobile dan teknologi dalam sebuah platform yang sama dalam satu regional serta memperluas sebuah end-to-end user experience.

Saat ini kunjungan pengguna di situs Orami telah mencapai 3 juta pengunjung setiap bulannya dan 75% di antaranya adalah perempuan, dengan jumlah pemesanan per harinya bisa mencapai 12 ribu pesanan (dalam waktu tertentu).

Orami juga akan memaksimalkan jangkauan untuk berekspansi terhadap pasar-pasar baru di Asia Tenggara. Strategi pemasaran yang dilancarkan oleh Orami selain memanfaatkan media sosial dan lainnya adalah bekerja sama dengan komunitas perempuan yang tersebar di Indonesia.

Saat ini Orami baru bisa diakses di desktop dan mobile browser. Dalam dua bulan mendatang, aplikasi untuk platform Android akan dirilis. Dalam hal teknologi, Orami mengedepankan strategi mobile first.

“Selain memberikan produk berkualitas dan terlengkap, diharapkan dalam waktu 2 tahun ke depan Orami bisa menjelma menjadi e-commerce khusus perempuan terdepan di Indonesia,” tuntas Jeremy.