JBL Link Bar Adalah Soundbar Plus Set-Top Box Android TV dalam Satu Kemasan

JBL memulai tren smart display speaker berintegrasi Google Assistant melalui perangkat bernama Link View di bulan Januari lalu. Anak perusahaan Harman ini tampaknya hobi menggabungkan satu kategori perangkat dengan yang lainnya. Ini bisa dilihat juga lewat perangkat terbaru yang sedang mereka kerjakan, JBL Link Bar.

Dari luar, Link Bar jelas kelihatan seperti sebuah soundbar. Namun yang menarik adalah, ia sebenarnya juga merupakan sebuah set-top box berbasis Android TV. Ini berarti TV apapun yang tersambung dengannya bakal disulap seketika itu juga menjadi sebuah smart TV.

JBL Link Bar

Dikembangkan dengan berkolaborasi langsung bersama Google, Link Bar tidak lupa mengusung integrasi Google Assistant supaya perangkat dapat dioperasikan via perintah suara. Lebih menarik lagi, perintah suara ini masih berlaku bahkan ketika TV sedang mati, yang berarti pengguna bisa memutar musik di Link Bar tanpa harus menyalakan TV lebih dulu.

Lebih lanjut, pengguna juga bisa memanfaatkan perintah suara untuk mengganti mode input dari TV ke perangkat lain yang tersambung, macam game console misalnya. Secara total, Link Bar mengemas empat port HDMI yang bisa dimanfaatkan.

JBL sejauh ini masih belum mengungkapkan kisaran harganya, namun yang pasti perangkat ini bakal dipasarkan mulai musim semi mendatang. Di sisi lain, Google juga bilang bahwa Link Bar barulah awal dari kategori baru soundbar + set-top box ini, yang berarti ke depannya bakal ada brand lain yang menyusul jejak JBL.

Sumber: Harman dan The Verge.

Google Sempurnakan Integrasi Assistant pada Smartwatch Wear OS

Konferensi developer Google I/O baru akan dimulai tanggal 8 Mei nanti, akan tetapi Google tampaknya sudah tidak sabar mengumumkan pembaruan untuk lini smartwatch Wear OS, atau yang dulunya dikenal dengan nama Android Wear. Pembaruan ini berkaitan dengan integrasi Google Assistant pada perangkat.

Fitur yang pertama adalah yang Google sebut dengan istilah smart suggestion, di mana Assistant dapat memberikan sederet anjuran pertanyaan atau respon yang sesuai dengan konteks instruksi pertama dari pengguna. Semisal Anda menanyakan kondisi cuaca, yang akan ditampilkan pastinya adalah informasi cuaca pada saat itu, akan tetapi pengguna juga bisa memunculkan deretan opsi untuk melihat informasi cuaca di malam hari, keesokan hari maupun di akhir pekan nanti.

Jawaban dari Google Assistant di smartwatch Wear OS kini juga dapat disampaikan secara lisan. Memang terkesan sepele, akan tetapi mendengarkan respon Google Assistant terkadang bisa terasa lebih masuk akal ketimbang membaca responnya di layar mungil milik perangkat.

Google Assistant Actions Wear OS

Terakhir, Google Assistant di smartwatch Wear OS kini telah mendukung fitur Actions seperti pada perangkat macam Google Home. Sejak fitur Actions diluncurkan beberapa bulan lalu, Google dengan bangga bilang bahwa sudah ada lebih dari satu juta Actions, alias hal yang bisa dilakukan bersama Google Assistant, yang tersedia.

Dukungan atas fitur Actions ini sejatinya krusial apabila kita ingin Google Assistant bisa tersambung dengan layanan maupun perangkat lain, dan sekarang Assistant di smartwatch pun juga sudah kebagian jatah. Bicara soal sambungannya dengan perangkat lain, Google mengungkapkan bahwa sejauh ini sudah ada lebih dari 5.000 perangkat smart home dari beragam kategori yang dapat Assistant ajak berkomunikasi.

Sumber: Google.

Google Search di Android Dapat Berfungsi Sebagai Aplikasi Podcast, Lengkap dengan Fitur Subscription

Berbeda dari iOS, Android sampai sekarang belum punya aplikasi podcast bawaan. Hal inilah yang pada dasarnya menjadi alasan mengapa konsumsi podcast jauh lebih besar di kalangan pengguna iOS. Bahkan kalau dirata-rata, pengguna iPhone bisa mendengarkan 10 kali lebih banyak podcast ketimbang pengguna Android.

Ini bukan kata saya, melainkan kata Zack Reneau-Wedeen yang menjabat sebagai Podcasts Product Manager di Google, ketika diwawancarai oleh Pacific Content belum lama ini.

Lho, Google punya product manager spesifik untuk podcast? Ya, saya tidak tahu pastinya sejak kapan, namun ini pertanda Google ingin lebih serius menyikapi industri podcast. Inisiatif Google terkait konsumsi podcast ini bahkan sudah bisa dinikmati hari ini juga oleh pengguna perangkat Android.

Google Search podcast player

Memang belum dalam wujud aplikasi, melainkan masih melalui Google Search. Pada gambar di atas, bisa Anda lihat bahwa hasil pencarian suatu podcast bakal meliputi daftar episode-episode terbarunya, lengkap dengan tombol untuk memutarnya. Klik tombol “More episodes”, maka pengguna dapat menjadi subscriber podcast tersebut, sekaligus membuatkan shortcut-nya di home screen perangkat.

Shortcut ini pada dasarnya merupakan aplikasi podcast, di mana kita bisa menemukan semua subscription dan episode yang tersedia. Aspek discovery pun tidak dilupakan berkat adanya segmen-segmen seperti “Top Podcasts” dan “Trending Podcasts”.

Lalu kenapa Google tidak mengemasnya menjadi aplikasi native yang bisa diunduh lewat Play Store saja? Entahlah. Sang product manager pun enggan berkomentar, meski ia setuju kalau mendistribusikannya dalam bentuk aplikasi via Play Store merupakan langkah yang masuk akal kalau memang mau menjangkau lebih banyak pengguna.

Google Search podcast player

Meski belum berbentuk aplikasi, Google rupanya juga menawarkan fitur sinkronisasi antar perangkat dengan bantuan Google Assistant. Jadi semisal episode podcast yang Anda dengarkan selagi dalam perjalanan pulang belum selesai, Anda tinggal melanjutkannya di rumah melalui speaker Google Home, atau bisa juga sebaliknya.

Fitur sinkronisasi ini sudah sejak lama menjadi komponen penting dalam aplikasi podcast, dan sangat menarik melihat Google bisa menawarkannya dengan memanfaatkan Assistant. Di samping itu, integrasi Assistant juga membuka peluang untuk menyempurnakan aspek discovery, di mana Assistant bisa mempelajari selera pengguna dan menyajikan rekomendasi podcast baru yang semestinya menarik buat masing-masing.

Zack percaya bahwa inisiatif ini bisa membantu mendongkrak jumlah pendengar podcast sampai dua kali lipat. Angka yang masuk akal kalau melihat betapa besarnya user base Android. Sekarang yang dibutuhkan adalah mengemasnya menjadi aplikasi podcast resmi Google yang bisa diunduh dari Play Store, namun selagi menunggu, kita manfaatkan saja Google Search.

Sumber: Pacific Content via Engadget.

Google Assistant Berbahasa Indonesia Kini Tersedia untuk Android dan iOS

Google tampaknya sedang menggeber adopsi Google Assistant di ekosistem mobile dan perangkat pintar. Setelah meluncurkan versi Go di platform Android dalam bentuk aplikasi mandiri Februari lalu, asisten virtual pintar yang disiapkan untuk menjegal Alexa-nya Amazon itu juga bakal mendukung 30 bahasa baru sebagai tambahan untuk delapan bahasa yang sudah ada, termasuk dijanjikan untuk bahasa Indonesia. Google Assistant juga mencuri perhatian di ajang MWC bulan lalu, di mana sejumlah perangkat pintar mengandalkan asisten pintar ini sebagai “penghuni”-nya.

Google sendiri menjadwalkan dukungan 30 bahasa tersebut akan tuntas seluruhnya pada akhir tahun 2018, tetapi Anda tak harus menunggu selama itu karena tepat di 1 April 2018 kemarin, Google secara resmi meluncurkan dukungan Google Assistant untuk bahasa Indonesia yang bisa dijumpai di aplikasi Google versi Android dan juga iOS.

Dalam rilis resminya, Google mengatakan bahwa dukungan baru ini hadir untuk pengguna perangkat Android yang sudah menjalankan minimal Android 5.0 Lollipop dan iOS 9.1 atau yang lebih baru.

Sekadar mengingatkan, Google Assistant ini adalah teknologi asisten virtual seperti halnya Siri dan Bixby, di mana ia mengandalkan mesin pembelajar yang mampu memahami konteks perintah suara. Dengannya, Anda dapat memberi perintah sederhana seperti membuat pesan singkat baru, membuat alarm, memutar musik, menelpon seseorang hingga perintah rumit yang penting bagi orang Indonesia misalnya menemukan resep nasi goreng, menerjemahkan bahasa Jawa atau membuat lelucon. Syaratnya, Anda harus mengubah bahasa default perangkat Anda ke bahasa Indonesia terlebih dahulu.

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang bisa Anda tanyakan ke Google Assistant:

  • Sebutkan Pancasila
  • Pasang alarm jam 6 pagi
  • Kasih lelucon
  • Cari restoran Indonesia dekat sini
  • Ingetin aku beli jeruk nanti jam 6 sore
  • Bagaimana suara harimau?
  • Telepon ibu
  • Lihat resep nasi goreng
  • Berapa lama perjalanan ke Sentral Senayan?
  • Ada apa hari ini?
  • Putar musik Jazz di YouTube
  • Nyalakan wifi
  • Bacakan horoskop saya hari ini

Penulis sempat mencoba beberapa perintah di atas, dan hasilnya sangat memuaskan, hampir 100% perintah-perintah tersebut direspon dengan akurat. Bahkan, Google Assistant juga mampu melakukan perintah lanjutan untuk beberapa perintah di atas, misalnya ketika sudah membuat alarm di jam tertentu, Anda juga bisa meminta Google Assistant untuk membuka alarn dan melakukan tindakan lanjutan dari sana.

Screenshot_2018-04-02-15-11-09-029_com.google.android.googlequicksearchbox

Berikutnya, saya juga mencoba meminta Google Assistant untuk memutar lagu Sheila on 7, dan menirukan suara harimua, hasilnya 100% akurat.

Screenshot_2018-04-02-15-10-12-641_com.google.android.googlequicksearchbox

Seru, kan? Mulai sekarang, Anda bisa mengistirahatkan jari dan mulai menggunakan perintah suara untuk mengirim SMS, membuka aplikasi atau mencari informasi di internet.

Beberapa Bulan Lagi, Google Assistant Bakal Tersedia dalam Bahasa Indonesia

Awalnya hanya tersedia di smartphone, Google Assistant kini sudah merambah banyak perangkat, bahkan sempat melahirkan kategori produk baru. Langkah alami selanjutnya tentu saja adalah merambah lebih banyak konsumen, dengan cara menghadirkannya ke lebih banyak negara.

Google Assistant sebenarnya sudah bisa diakses di Indonesia, akan tetapi pengguna masih diharuskan memakai bahasa Inggris (atau tujuh bahasa lain yang didukung). Idealnya, Assistant juga harus mendukung bahasa ibu para konsumennya, dan inilah misi yang tengah dikejar Google.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, Google Assistant ditargetkan bakal tersedia dalam lebih dari 30 bahasa pada akhir tahun nanti. Prosesnya akan dijalankan secara bertahap, di mana dalam beberapa bulan ke depan, Google bakal menghadirkan Assistant dalam berbagai bahasa (termasuk bahasa Indonesia) di ponsel Android atau iPhone, lalu menyusul di perangkat-perangkat lainnya.

Tidak kalah menarik adalah kapabilitas multilingual yang juga akan dirilis tahun ini. Ini berarti Assistant dapat mendengar dan merespon dalam beberapa bahasa yang berbeda tanpa harus diutak-atik dulu pengaturannya. Pada awalnya, fitur multilingual ini baru akan mendukung bahasa Inggris, Perancis dan Jerman terlebih dulu.

Google Assistant pun sudah bisa diakses dari dashboard mobil berkat integrasinya pada Android Auto / Google
Google Assistant pun sudah bisa diakses dari dashboard mobil berkat integrasinya pada Android Auto / Google

Dalam waktu dekat, Google juga akan merilis fitur reminder berbasis lokasi pada smart speaker, dengan cara kerja yang persis seperti di smartphone. Jadi, Anda bisa meminta Assistant untuk membuat reminder menggunakan smart speaker, lalu ketika berada di lokasi, Assistant di ponsel akan mengingatkan Anda.

Fitur lainnya yang juga akan hadir dalam beberapa minggu ke depan adalah Routines, meski sayangnya baru di Amerika Serikat saja. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan Assistant untuk menjalankan sejumlah tugas sekaligus hanya dengan satu instruksi saja.

Contohnya, semisal pengguna mengucapkan “Hey Google, I’m home,” Assistant akan merespon dengan menyalakan lampu, mengirim notifikasi reminder, memutar musik favorit pengguna, dan masih banyak lagi. Pada awalnya, ada enam tipe Routines yang tersedia, yang diracik untuk kebutuhan di pagi hari, di perjalanan, dan setibanya kembali di rumah pada malam hari.

Terakhir, Google juga mengumumkan sebuah program bernama Assistant Mobile OEM di ajang MWC 2018. Program ini sejatinya memungkinkan mitra-mitra Google seperti LG, Sony dan Xiaomi untuk membubuhkan integrasi Google Assistant yang lebih mendalam pada perangkat-perangkat besutannya masing-masing.

Sumber: Google.

Nest Cam IQ Indoor Kini Dilengkapi Integrasi Google Assistant

Sejak diakuisisi Google di awal tahun 2014, Nest Labs yang dikenal sebagai pionir kategori produk termostat pintar ini pada dasarnya dibiarkan beroperasi sendiri, mengeksplorasi ranah smart home yang kala itu masih tergolong baru. Namun per tanggal 7 Februari 2018 kemarin, Nest resmi menjadi bagian dari divisi hardware Google, dengan tujuan untuk memperkuat integrasi hardware dan software di seluruh ekosistem produk Google.

Hasilnya sudah bisa kita lihat sekarang, di mana kamera pengawas Nest Cam IQ Indoor baru saja menerima software update gratis yang menghadirkan integrasi Google Assistant. Integrasi ini pada dasarnya telah mengubah Nest Cam IQ Indoor menjadi Google Home, hanya saja yang kebetulan dilengkapi kamera dan tidak bisa memutar musik.

Semua yang bisa kita instruksikan ke Google Assistant di Google Home bisa dilakukan di sini, mulai dari yang sesimpel membuat reminder sampai yang lebih kompleks, seperti mengontrol lampu pintar Philips Hue, atau produk-produk lain yang kompatibel dengan ekosistem Nest maupun Google Assistant sendiri.

Nest Cam IQ Indoor with Google Assistant

Namun entah kenapa, Anda tidak bisa meminta Google Assistant untuk mengontrol Nest Cam IQ Indoor itu sendiri, setidaknya untuk sekarang. Padahal andai fitur ini tersedia, nilai kepraktisannya jelas bakal bertambah, di mana pengguna dapat menginstruksikan Google Assistant untuk menyalakan kamera saat ia hendak keluar rumah, atau sebaliknya mematikan kamera ketika sudah pulang.

Dalam kesempatan yang sama, Nest juga memperkenalkan paket baru untuk layanan berlangganan Nest Aware. Kini ada paket seharga $5 per bulan, yang akan memberikan konsumen akses ke hasil rekaman video selama 5 hari ke belakang.

Nest Aware pun juga kedatangan dua fitur baru. Yang pertama untuk membedakan antara orang dan objek pada zona-zona yang sudah ditentukan oleh pengguna. Yang kedua untuk menghapus duplikat pada daftar wajah orang yang berhasil diidentifikasi oleh kamera, atau dengan kata lain, kapabilitas facial recognition yang lebih baik.

Sumber: Nest dan The Verge.

Sejumlah Printer HP Kini Dapat Berkomunikasi dengan Alexa, Cortana dan Google Assistant

Asisten virtual seakan menjarah kemeriahan event CES tahun ini. Ketika perangkat seperti air fryer saja sudah membawa integrasi asisten virtual, kesannya tidak aneh apabila fitur yang sama juga tersedia di printer. Masalahnya, sampai sekarang belum ada produsen printer yang mau menerapkannya.

HP pun mencoba memberanikan diri untuk memulai tren baru ini. Sejumlah printer-nya yang mengemas konektivitas internet kini dapat berkomunikasi dengan Alexa, Cortana maupun Google Assistant. Komunikasinya memang tidak langsung, melainkan via bantuan smart speaker maupun perangkat lain yang mengusung integrasi asisten virtual dari masing-masing platform.

Saya yakin tidak sedikit yang bakal menganggap fitur ini sebatas gimmick, namun coba bayangkan skenario berikut: Anda baru saja meminta Alexa untuk menambahkan sejumlah produk ke daftar belanja di akun Amazon Anda (lewat speaker Echo). Ketimbang harus membuka ponsel untuk mengecek apakah ada yang kurang, Anda tinggal bilang, “Alexa, ask my printer to print my shopping list.”

HP printer Cortana support

Contoh lain: usai membuat reminder dan menambahkan sejumlah agenda lain ke Google Calendar dengan bantuan speaker Google Home, Anda bisa bilang, “Ok Google, ask HP printer to print my calendar.” Semuanya memang terdengar sepele, akan tetapi lain ceritanya kalau kedua tangan kita selalu disibukkan dengan berbagai hal.

Seperti yang sudah disebutkan, fitur ini masih membutuhkan smart speaker sebagai perantaranya, akan tetapi ini hanya sementara. HP sudah punya rencana untuk membubuhkan integrasi asisten virtual langsung ke printer, sehingga nantinya mengecek sisa tinta pun bisa sesimpel menanyakan ke Alexa atau Google Assistant.

Sumber: HP.

Google Assistant Go Kini Tersedia di Play Store

Sudah menjadi rahasia umum apabila sistem operasi Android cukup rakus dalam hal penggunaan RAM, dan ini pada akhirnya memunculkan masalah tersendiri di saat sebagian besar penggunanya memakai perangkat dengan RAM hanya 1 GB. Lebih parah lagi, sering kali versi Android yang dijalankan sudah berusia di atas dua tahun dan tidak ada tanda-tanda bakal menerima update.

Dari situ Google mencoba menawarkan solusi melalui inisiatif bernama Android Go, yang sederhananya bisa dianggap sebagai versi ringan Android Oreo untuk smartphone kelas budget, smartphone yang berspesifikasi rendah dan mengemas RAM tidak lebih dari 1 GB. Menemani sistem operasi khusus tersebut adalah sejumlah aplikasi yang juga diikuti oleh embel-embel “Go”.

Salah satu yang paling populer adalah YouTube Go. Kemudian ada juga Files Go, yang ternyata bermanfaat juga untuk melegakan memori ponsel, Google Maps Go dan Google Go. Aplikasi-aplikasi ini secara umum menawarkan fitur-fitur esensial yang ada pada versi standarnya, minus sejumlah fitur tertentu.

Google Assistant Go

Yang paling baru, Google juga merilis aplikasi Google Assistant Go. Versi ringannya ini bisa menyampaikan informasi seputar prakiraan cuaca, agenda pengguna maupun pengetahuan-pengetahuan umum. Mengirim pesan teks, melakukan panggilan telepon, memutar video musik di YouTube maupun menavigasikan peta di Google Maps juga dapat dilakukan bersama Assistant Go.

Yang absen di sini adalah kemampuan membuat reminder, mengontrol perangkat smart home dan dukungan fitur Actions on Google, yang bisa dikatakan tidak terlalu penting untuk sebagian besar konsumen. Tidak seperti versi standarnya, Assistant Go juga hanya mendukung bahasa Inggris saja (untuk sekarang). Namun yang terpenting, aplikasi tak akan menghabiskan begitu banyak RAM dan membuat ponsel jadi lambat bukan main.

Sumber: Android Police.

Application Information Will Show Up Here

Tren Voice Assistant dan Kemunculan Kategori Produk Baru, Smart Display Speaker

Ada pemandangan yang tidak biasa saat perwakilan DailySocial bertandang ke Las Vegas guna menghadiri perhelatan CES 2018 dua pekan lalu: logo Alexa dan Google Assistant tampak bertebaran di mana-mana. Dari keduanya, Google tampil lebih agresif, menempatkan personil-personilnya di semua booth perangkat yang mendukung Google Assistant, sampai menyulap kereta monorel Las Vegas menjadi baliho berjalan bertuliskan “Hey Google”.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kehadiran Google begitu terasa di CES meskipun mereka sama sekali tidak membawa perangkat keras buatannya sendiri, dan ini juga bukan disebabkan oleh sejumlah smartphone Android yang dipamerkan. Virtual assistant, voice assistant, smart assistant, atau apapun nama yang lebih sreg di benak Anda, bakal menjadi kunci di balik inovasi-inovasi teknologi yang bakal kita jumpai sepanjang tahun 2018 ini.

Terlepas dari persaingan panas antara Alexa dan Google Assistant, tidak bisa dipungkiri bahwa pengaruh yang dibawa keduanya begitu besar. Begitu besarnya, voice assistant pada dasarnya berhasil memicu kemunculan kategori produk baru, dan produk ini lebih menjurus ke sisi lifestyle ketimbang gadget secara umum.

Tren voice assistant dan kemunculan kategori smart display speaker

Amazon Echo Show / Amazon
Amazon Echo Show / Amazon

Produk yang saya maksud adalah smart display speaker, yang sejatinya merupakan smart speaker dengan imbuhan layar sentuh interaktif. Amazon memulai kategori ini lewat Echo Show yang diperkenalkan Mei tahun lalu, kemudian Google menyusul baru-baru ini melalui mitra-mitranya seperti JBL, Lenovo, LG dan Sony. Dalam kesempatan yang sama, Baidu juga memamerkan perangkat serupa dengan voice assistant besutannya sendiri.

Bagi saya pribadi, smart display speaker semacam ini lebih cocok dikategorikan sebagai produk lifestyle. Mengapa? Ada banyak alasan. Salah satunya, hampir semuanya mengusung desain apik yang lebih pantas dijadikan dekorasi rumah ketimbang disembunyikan di sudut ruangan.

JBL Link View / Harman
JBL Link View / Harman

Foto produk Amazon Echo Show dan JBL Link View sama-sama menunjukkan skenario penggunaannya di dapur. Perpaduan layar yang menampilkan resep masakan, plus voice assistant yang bertugas membacakan konversi satuan-satuan bahan makanan yang dipakai, membuat smart display speaker begitu ideal untuk skenario ini.

Namun dalam hati saya bertanya, bukankah tablet yang didudukkan di atas unit docking sebenarnya juga bisa difungsikan serupa? Benar saja, tapi smart display speaker tetap lebih unggul soal ini karena mengemas mikrofon yang selalu aktif mendengarkan instruksi dari pengguna. Dengan tablet, pengguna harus lebih dulu membuka aplikasi voice assistant-nya.

Singkat cerita, hampir semua yang smart display speaker bisa lakukan sebenarnya juga bisa dilakukan oleh tablet. Akan tetapi menyebut smart display speaker sebagai sebuah speaker yang ditempeli tablet adalah oversimplification alias penyederhanaan yang terlalu berlebih.

Komponen spesifik seperti mikrofon yang always-on dan yang biasanya mengadopsi teknologi beam-forming (bisa menangkap suara dari kejauhan meski sedang ada musik yang diputar cukup keras), membuat kinerja smart display speaker lebih efektif untuk semua hal yang mengandalkan perintah suara sebagai interface utamanya.

Smart display speaker vs. smart speaker

Google Home Max / Google
Google Home Max / Google

Smart display speaker di sisi lain juga tidak bermaksud menjadi smart speaker versi premium. Segmen itu sebenarnya sudah diisi oleh produk seperti Google Home Max, dan tidak lama lagi, Apple HomePod. Setidaknya untuk sekarang, kualitas audio premium dan layar sentuh interaktif masih belum bisa dijadikan satu paket.

Kalau melihat tampilan layar JBL Link View misalnya, wajar apabila kita berasumsi bahwa smart display speaker menjalankan sistem operasi Android, sedangkan smart speaker tidak. Pada kenyataannya, Google sudah menyiapkan platform baru untuk smart display speaker yang dijuluki Android Things.

Lenovo Smart Display / Lenovo
Lenovo Smart Display / Lenovo

Dari kacamata sederhana, Android Things adalah varian khusus Android yang diperuntukkan perangkat IoT (Internet of Things). Anda tidak bisa menjalankan aplikasi Android seperti biasa di smart display, yang ada justru adalah tampilan berbasis web yang telah dikemas dalam interface serba kartu seperti di Google Now.

Meng-install software update di smart display pastinya lebih mudah karena bisa langsung dari layarnya sendiri, sedangkan di smart speaker seperti Google Home, dibutuhkan smartphone sebagai perantaranya. Terlepas dari itu, baik smart display maupun smart speaker sama-sama didampingi oleh voice assistant yang sama cerdasnya.

Alexa punya Skills, Google Assistant punya Actions / Amazon
Alexa punya Skills, Google Assistant punya Actions / Amazon

Pernyataan terakhir ini penting karena pada akhirnya semua pertimbangan bakal jatuh pada platform voice assistant yang dipilih. Sebagus apapun layar milik Amazon Echo Show, Anda tidak bisa memakainya untuk menonton video YouTube akibat keegoisan Google. Pengorbanan besar ini mau tidak mau harus diterima oleh mereka yang banyak berlangganan layanan milik Amazon, sekaligus yang merasa Alexa lebih pas di hatinya ketimbang Google Assistant.

Di sisi sebaliknya, Google mulai mengejar ketertinggalannya dari Amazon dengan menyiapkan directory khusus terkait apa saja yang bisa dilakukan Google Assistant, yang mereka sebut dengan jargon “Actions”. Amazon sendiri menggunakan istilah “Skills” untuk Alexa, dan kini keduanya sedang dalam fase adu banyak dengan menarik perhatian developer.

Tidak peduli apa mediumnya (smart display atau smart speaker), sejarah bakal mencatat 2018 sebagai babak pertempuran sengit antara Alexa dan Google Assistant. Siri dan Bixby sengaja tidak saya masukkan hitungan, mengingat keduanya dari awal sudah dikembangkan secara tertutup oleh masing-masing pencetusnya (Apple dan Samsung); sedangkan untuk Cortana, well, Microsoft masih harus bekerja lebih keras lagi dari sekadar bermitra dengan Harman.

Altec Lansing Perkenalkan Lini Smart Speaker Google Assistant

Satu per satu produsen perangkat audio mulai menjajaki segmen smart speaker seiring bertambah agresifnya penetrasi Alexa dan Google Assistant. Tidak terkecuali Altec Lansing, pemain lama yang nyaris bangkrut di tahun 2012 sebelum akhirnya dibeli dan diselamatkan oleh investor bernama Infinity Group.

Di event CES 2018 kemarin, Altec Lansing memperkenalkan lini smart speaker perdananya yang ditenagai Google Assistant. Tidak tanggung-tanggung, lini tersebut langsung diisi oleh tiga produk sekaligus.

Yang pertama adalah GVA1 Live, yang secara konsep mirip seperti Google Home. Meski fisiknya cukup ringkas, di dalamnya tertanam woofer berdiameter 2 inci dan sepasang radiator pasif yang masing-masing juga berukuran 2 inci. Wi-Fi dan Bluetooth pastinya tersedia, demikian juga dengan kapabilitas multi-room.

GVA4 Live at Home / Altec Lansing
GVA4 Live at Home / Altec Lansing

Speaker yang kedua adalah GVA4 Live at Home yang berdimensi paling besar. Selain pastinya menawarkan performa audio yang lebih superior, speaker ini juga unik karena dilengkapi Qi wireless charger pada permukaan atasnya – meski saya pribadi penasaran apakah ponsel yang diletakkan di atasnya tidak terjatuh akibat getaran speaker yang sedang diputar dalam volume cukup keras.

Speaker yang terakhir adalah GVA3 Live To-Go, yang sesuai namanya, dimaksudkan untuk dibawa bepergian. Selain mengemas handle, speaker ini juga tahan air dengan sertifikasi IP67, serta dapat beroperasi selama 10 jam nonstop sebelum baterainya perlu diisi ulang.

Evo True Wireless Earbuds – MZX658

Altec Lansing EVO MZX658

Di samping lini smart speaker, Altec Lansing juga memanfaatkan expo teknologi terbesar itu untuk mengungkap true wireless earphone generasi terbarunya, yang dari gambarnya saja sudah kelihatan jauh lebih menarik ketimbang percobaan pertama mereka.

Dukungan voice assistant tentu saja tersedia, demikian pula dengan body tahan air bersertifikasi IPX6. Baterainya dapat bertahan selama empat jam, dan charging case-nya bisa menyuplai hingga empat kali lagi. Yang cukup unik, charging case-nya ini kompatibel dengan Qi wireless charger, sehingga pengguna benar-benar tidak perlu berhadapan dengan kabel sama sekali.

Keempat produk baru ini dijadwalkan hadir tahun ini juga, tapi belum dipastikan kapan. Harganya masing-masing adalah sebagai berikut: $100 untuk EVO MZX658, $130 untuk GVA1 Live, $150 untuk GVA3 Live To-Go dan $200 untuk GVA4 Live at Home.

Sumber: The Verge.