Google Umumkan ARCore 1.2, Kini Konten AR Bisa Dinikmati Secara Multiplayer

Google merilis ARCore secara resmi sekitar tiga bulan yang lalu. Dalam kurun waktu yang terbilang singkat itu, komunitas developer sudah melahirkan deretan aplikasi augmented reality yang sangat menarik untuk ekosistem Android. Namun bukan developer pihak ketiga saja yang sibuk mengerjakan pekerjaan rumahnya, tim internal ARCore pun juga.

Di event Google I/O 2018, mereka mengumumkan ARCore versi 1.2. Versi baru ini tentunya membawa sejumlah penyempurnaan, dari yang sesederhana kemampuan untuk mendeteksi permukaan vertikal – yang berarti selain di atas meja kita juga bisa menempatkan objek virtual di tembok – sampai fitur yang cukup kompleks bernama Cloud Anchors.

Cloud Anchors ini pada dasarnya memungkinkan kita untuk menikmati konten AR secara bersama-sama (multiplayer). Semisal kita menggambar menggunakan Just A Line, orang lain yang berada di satu ruangan juga bisa ikut bergabung dan mencorat-coret di atas ‘kanvas’ yang sama.

Rahasianya terletak pada kemampuan Cloud Anchors untuk mencatat lokasi suatu objek virtual di dalam ruangan dan menyimpan informasinya di jaringan cloud. Info tersebut kemudian diteruskan ke perangkat milik teman yang bergabung tadi, sehingga pada akhirnya kedua pengguna dapat melihat objek virtual yang berada di lokasi yang sama persis.

Yang lebih menarik lagi, Google merancang agar Cloud Anchors kompatibel dengan teknologi ARKit milik iOS. Ini berarti multiplayer tadi bisa dinikmati meski pengguna lainnya sedang menggunakan iPhone. Kalau suatu aplikasi AR memang tersedia di Android dan iOS, saya yakin developer-nya tak akan kesulitan menerapkan Cloud Anchors ini.

Terakhir, Google juga menjanjikan proses pengembangan konten AR yang lebih simpel dan lebih cepat melalui SDK baru bernama Sceneform. Bagi para konsumen, ini berarti kita bakal menjumpai lebih banyak lagi aplikasi AR yang menarik tanpa harus menunggu lama.

Sumber: Google dan Ars Technica.

Google Kembali Rombak Maps, Kini Kedepankan Aspek Kurasi

Pada awal kemunculannya di smartphone, Google Maps tidak lebih dari sekadar pengganti peta kertas yang lebih mudah dibawa, sekaligus penunjuk jalan di saat dibutuhkan. Dalam beberapa tahun terakhir, Maps pada dasarnya telah berevolusi menjadi sumber inspirasi lokasi-lokasi yang menarik, dan itu semakin dimatangkan pada versi terbarunya nanti.

Dalam event Google I/O 2018, Google mengumumkan sejumlah pembaruan atas Maps. Kata kunci yang paling tepat untuk menggambarkan pembaruan ini adalah kurasi, di mana aspek tersebut semakin ditonjolkan agar kita bisa lebih mudah menemukan berbagai lokasi baru yang menarik untuk dikunjungi.

Tampilan tab “Explore” telah dirombak cukup signifikan. Saat memantau suatu area, Maps bakal menyuguhkan deretan opsi kuliner maupun event yang tersedia di kawasan tersebut. Anda bahkan juga bisa meninjau lokasi berdasarkan aktivitas yang dapat dilakukan.

New Google Maps

Saat kepincut dengan suatu restoran misalnya, Maps akan menampilkan persentase kecocokan tempat tersebut dengan Anda, lengkap dengan penjelasannya. Persentase ini tidak hanya dikalkulasi berdasarkan ulasan-ulasan untuk restoran tersebut, tapi juga menyesuaikan dengan selera yang kita tetapkan masing-masing, riwayat perjalanan kita dari lokasi ke lokasi, dan apakah kita pernah mengulas suatu restoran atau menempatkannya ke list tertentu.

Yang namanya restoran, tentu semuanya bergantung pada selera, dan selera tiap pengguna jelas berbeda. Jadi apabila Anda hendak merencanakan makan malam bersama sejumlah orang, mendiskusikan lokasinya jelas menjadi prioritas nomor satu.

New Google Maps

Kabar baiknya, diskusi ini bisa langsung dilakukan via Google Maps. Anda sebagai pencetus ide ketemuan bisa menetapkan sejumlah opsi lokasi, lalu membagikan daftarnya ke teman-teman yang ingin diajak. Dari situ Anda sekalian bisa langsung memulai proses voting untuk menentukan lokasi finalnya.

New Google Maps

Pembaruan Google Maps ini rencananya bakal hadir di versi Android maupun iOS dalam beberapa bulan mendatang, dan yang paling penting, secara global.

Sumber: Google.

Gmail Kedatangan Fitur Smart Compose, Tulis Email dari Awal Sampai Akhir Dibantu Anjuran Berbasis AI

Satu per satu inovasi seputar artificial intelligence (AI) Google pamerkan dalam konferensi developer tahunannya, baik dalam bentuk pembaruan terhadap Google Lens maupun aplikasi yang benar-benar baru macam Google News. Gmail pun tidak luput dari campur tangan AI, hingga akhirnya lahir fitur bernama Smart Compose.

Smart Compose pada dasarnya merupakan evolusi setingkat lebih lanjut dari fitur Smart Reply yang pertama muncul bersama aplikasi Inbox, dan kini sudah tersedia di Android maupun iOS, serta bakal diterapkan pada semua aplikasi pesan. Cara kerjanya mirip, hanya saja Smart Compose berlaku untuk penulisan email dari awal sampai akhir.

Berkat Smart Compose, Gmail jadi bisa mengenali nama penerima email, lalu menganjurkan kata sambutan untuk orang tersebut. Fitur ini bekerja di background dan tidak mengganggu kita sama sekali. Selagi kita mengetik, akan muncul anjuran kalimat yang diprediksi Smart Compose, dan kita hanya perlu menekan tombol “Tab” untuk langsung menggunakannya.

Gmail Smart Compose

Tujuan Smart Compose tidak lebih dari menghemat waktu kita selama menulis email yang biasa diisi dengan frasa dan kalimat repetitif, semisal basa-basi di bagian awal (“lama tak jumpa” dan sebagainya). Tentunya Smart Compose untuk sekarang baru berlaku untuk bahasa Inggris saja.

Google juga bilang bahwa Smart Compose bisa membantu mengurangi risiko kesalahan yang berkaitan dengan pengejaan atau tata bahasa (grammar). Juga menarik adalah kemampuannya menganjurkan frasa kontekstual, semisal “have a greet weekend” sebagai frasa penutup apabila email ditulis di hari Jumat.

Smart Compose dijadwalkan meluncur dalam beberapa minggu ke depan. Google tidak lupa menegaskan bahwa fitur ini masih bersifat eksperimental, dan pengguna harus mengaktifkan opsi “Experimental Access” terlebih dulu di menu pengaturan tampilan Gmail yang baru.

Sumber: Google.

Google Lens Kini Makin Cerdas dan Bisa Diakses Lewat Aplikasi Kamera Bawaan Berbagai Perangkat

Diluncurkan bersama smartphone Pixel 2 dan Pixel 2 XL tahun lalu, Google Lens pada dasarnya bisa dianggap sebagai Google Search versi yang lebih visual. Ketimbang mengetikkan kata kunci pencarian, kita tinggal mengarahkan kamera smartphone untuk menggali informasi mengenai beragam objek di sekitar kita, entah itu monumen bersejarah, poster film, atau sesederhana jajanan pasar.

Di event Google I/O 2018, Google mengumumkan sejumlah pembaruan untuk Lens. Yang paling utama, Lens sekarang bisa bekerja secara real-time, secara proaktif menampilkan informasi mengenai objek yang tampak di kamera secara instan. Pencapaian ini tak mungkin bisa terwujud tanpa perkembangan pesat teknologi artificial intelligence yang menjadi prioritas Google dalam beberapa tahun terakhir.

Google Lens

Lens juga ideal dipakai selagi berburu busana baru. Semisal Anda melihat baju atau tas keren di suatu butik, tinggal buka Lens untuk menguak informasi lebih mendetail mengenai pakaian-pakaian tersebut. Anda bahkan juga bisa melihat-lihat model lain yang gayanya mirip-mirip.

Pembaruan yang ketiga dan yang menurut saya paling menarik adalah kemampuan Lens untuk mendeteksi dan menyeleksi teks secara real-time. Ini berarti copy-paste teks dari dunia nyata ke ponsel bisa dilakukan dengan mudah, entah itu sebatas password Wi-Fi, resep dan masih banyak lagi.

Google Lens

Lebih lanjut, Lens juga bisa membantu memberikan kita pemahaman lebih terkait teks yang diseleksi dengan memberikan gambar dan informasi yang relevan Ini sangat berguna ketika kita sedang, misalnya, berkunjung ke restoran dan ada nama masakan yang tidak kita kenal di menu. Cukup arahkan kamera dan biarkan Lens menyeleksi teksnya, lalu tap pada nama masakan yang hendak ditelusuri.

Namun semua ini akan terasa sia-sia apabila kita tidak punya sarana untuk mengaksesnya, yakni Pixel 2. Kabar baiknya, Google bilang bahwa Lens kini bakal tersedia secara langsung di aplikasi kamera bawaan milik perangkat-perangkat besutan LG, Motorola, Sony, Nokia, Xiaomi, OnePlus, Asus dan masih banyak lagi.

Sumber: Google.

Aplikasi Google News Generasi Baru Andalkan AI untuk Menyoroti Berita dari Seluruh Jagat Maya

Di titik ini sejatinya sudah menjadi tradisi bagi Google untuk menyoroti kebolehan AI (artificial intelligence) yang dikembangkannya dalam konferensi developer tahunannya. Di Google I/O 2018, mereka kembali melakukannya, menyingkap banyak fitur dan layanan yang memanfaatkan AI sebagai fondasi teknologinya.

Salah satu yang paling menarik adalah aplikasi baru bernama Google News, yang bakal menggantikan Google Play Newsstand dan Google News & Weather secara sepenuhnya. Google mendeskripsikan aplikasi ini sebagai cara mereka memaksimalkan potensi AI dalam menguak kecerdasan umat manusia, spesifiknya hasil jerih payah para jurnalis di seluruh dunia.

Google News tidak lagi sebatas menyortir artikel demi artikel dan mengelompokkanya ke dalam topik-topik tertentu. AI telah diberi kepercayaan penuh untuk menganalisa semua artikel berita yang dipublikasikan ke internet secara real-time, sebelum akhirnya dikelompokkan menjadi alur cerita yang berbeda satu sama lain.

Dalam tab “For You” misalnya, pengguna bakal disambut oleh lima berita terkini yang disesuaikan dengan ketertarikan masing-masing. Untuk mendalami salah satunya, cukup klik tombol “Full Coverage”, maka News akan menampilkan deretan artikel teratas dari beragam sumber dan perspektif, video, timeline berita, serta opini dari para pengamat.

Kalau mau mengakses berita ‘tanpa filter‘, cukup pindah ke tab “Headlines”, dan News akan menampilkan deretan berita terkini yang istilahnya sedang happening. Andai Anda lebih suka membaca dari satu sumber berita saja, ada tab “Newsstand”, dan dari situ Anda pun bisa mengakses berita dari media publikasi yang menetapkan layanan berlangganan.

Google bilang bahwa News generasi baru ini siap meluncur minggu depan di 127 negara. Saya cukup yakin Indonesia merupakan salah satunya, dan ini penting jika kita juga ingin mengonsumsi berita dari sumber-sumber lokal melalui Google News.

Sumber: Google.

Google Ciptakan AI yang Dapat Menciptakan AI Lain dengan Sendirinya

Artificial intelligence alias AI mendapat porsi pembicaraan yang cukup besar dalam event Google I/O tahun ini, dan Google pada dasarnya ingin mengimplementasikan AI di mana saja – bahkan di luar platform-nya sendiri. Namun mengembangkan AI dengan kemampuan deep learning tentunya tidak mudah dan memakan waktu. Untuk itu, perlu dilakukan otomasi.

Atas alasan itulah Google menggarap proyek bernama AutoML. Dari kacamata sederhana, AutoML adalah AI yang dapat menciptakan AI lain dengan sendirinya. “AI inception“, demikian gurauan tim internal Google, merujuk pada film Inception karya Christopher Nolan.

Google sejatinya merancang AutoML untuk mengotomasi proses pembuatan neural network. Komponen ini merupakan bagian penting dalam penerapan teknologi deep learning, dimana prosesnya melibatkan data yang diteruskan melalui lapisan demi lapisan neural network.

Semakin banyak neural network, semakin bagus pula kinerja AI, kira-kira demikian pemahaman kasarnya. Kehadiran AutoML pun akan sangat meringankan beban para engineer Google dalam mengembangkan neural network yang bisa dianggap sebagai tulang punggung AI.

Sejauh ini Google sudah memanfaatkan AutoML untuk meracik neural network yang dibutuhkan dalam penerapan teknologi pengenal gambar maupun suara. Menurut pengakuan Google sendiri, AutoML bisa mengimbangi kinerja tim internal Google untuk bidang pengenalan gambar, sedangkan untuk bidang pengenalan suara kinerja AutoML bahkan melampaui para engineer tersebut.

Lalu apa manfaat yang bisa kita ambil dari AutoML sebagai konsumen? Banyak. Yang paling utama tentu saja adalah penyempurnaan teknologi pengenal gambar dan suara. Software macam Google Photos misalnya, dapat mengenali wajah maupun objek dalam foto secara lebih akurat, sedangkan perangkat seperti Google Home juga bisa mendeteksi perintah suara pengguna dengan lebih baik lagi.

Sumber: Futurism.

Google Photos Hadirkan Tiga Fitur Sharing Baru

Tidak terasa sudah dua tahun sejak layanan Google Photos diperkenalkan pada ajang Google I/O 2015. Dalam kurun waktu tersebut, Google Photos sudah menggaet lebih dari 500 juta pengguna yang aktif menggunakannya setiap bulan, dan menyimpan lebih dari 1,2 miliar foto serta video setiap harinya.

Merayakan ulang tahun keduanya, Google sudah menyiapkan sejumlah fitur baru untuk Photos. Yang pertama adalah Suggested Sharing, ditujukan supaya Anda tidak lupa membagikan kenangan berharga bersama teman atau keluarga, tapi tanpa perlu merepotkan dan mengharuskan Anda memilihi foto satu demi satu.

Berbekal kecanggihan machine learning, Photos akan memilih foto-foto yang tepat dengan sendirinya, lalu merekomendasikan kepada siapa Anda harus membagikannya berdasarkan orang-orang yang ada pada foto tersebut. Yang perlu Anda lakukan tidak lebih dari sekadar menekan tombol Send.

Dalam beberapa minggu ke depan, fitur ini beserta semua aktivitas sharing sudah bisa diakses melalui tab baru berlabel Sharing pada Google Photos versi Android, iOS maupun web.

Shared Libraries akan sangat bermanfaat buat pasangan suami-istri atau teman baik / Google
Shared Libraries akan sangat bermanfaat buat pasangan suami-istri atau teman baik / Google

Masih seputar pengalaman berbagi, update terbaru Photos nantinya juga akan menghadirkan fitur Shared Libraries. Fitur ini sejatinya memungkinkan Anda untuk mengirim dan menerima foto dari pengguna lain secara otomatis.

Anda tinggal memilih dengan siapa Anda hendak memiliki Shared Libraries – pasangan Anda misalnya – lalu tentukan apakah orang itu bisa mengakses koleksi foto dan video Anda secara keseluruhan, atau yang diambil mulai tanggal tertentu saja, atau foto-foto orang tertentu saja.

Photo Books untuk sementara baru tersedia buat pengguna di Amerika Serikat / Google
Photo Books untuk sementara baru tersedia buat pengguna di Amerika Serikat / Google

Terakhir, Google juga memperkenalkan fitur Photo Books, dimana pengguna dapat mencetak koleksi fotonya dengan mudah. Di sini sekali lagi teknologi machine learning Google akan mengambil peran, memilih foto-foto terbaik dan menghapus duplikat, lalu menyajikan template desain yang bersih sekaligus modern.

Khusus fitur Photo Books, sejauh ini baru pengguna di AS saja yang bisa menikmatinya, akan tetapi Google sudah punya niatan untuk menghadirkannya di negara-negara lain. Satu album soft cover berisi 20 lembar dihargai $10, sedangkan album hard cover dibanderol $20.

Sumber: Google.

Google Umumkan Android Go, Versi Ringan Android untuk Smartphone Kelas Budget

Semua orang tahu kalau Android merupakan sistem operasi mobile paling populer. Mulai dari smartphone yang harganya paling murah sampai yang setara dengan DP mobil sama-sama menjalankan Android. Kendati demikian, pengalaman yang tersaji jelas berbeda, dimana pengguna smartphone kelas budget umumnya harus tabah dengan versi Android yang sudah bisa dibilang antik.

Google tampaknya ingin mengubah anggapan tersebut mulai Android O nanti. Di ajang Google I/O 2017, mereka mengumumkan sebuah inisiatif baru yang secara internal mereka sebut dengan istilah Android Go.

Android Go bisa dianggap sebagai Android O yang telah dimodifikasi supaya bisa berjalan optimal di smartphone berspesifikasi rendah, khususnya yang memiliki kapasitas RAM kurang dari 1 GB. Dari penjelasan ini saya langsung teringat dengan inisiatif Project Svelte yang Google luncurkan bersama Android KitKat empat tahun silam.

Di Android Go, Google Play Store memiliki seksi khusus yang menampilkan aplikasi-aplikasi versi ringan / Google
Di Android Go, Google Play Store memiliki seksi khusus yang menampilkan aplikasi-aplikasi versi ringan / Google

Dalam menu pengaturan Android Go, akan ada opsi khusus untuk memonitor konsumsi data. Fitur Data Saver pada browser Chrome juga akan diaktifkan secara default, dan dalam Google Play Store akan ada seksi khusus yang berisikan aplikasi-aplikasi versi ringan macam YouTube Go, Facebook Lite dan lain sebagainya.

Lewat Android Go, Google juga berkomitmen untuk mengoptimalkan aplikasi-aplikasi buatannya supaya tidak terlalu rakus resource dan kuota data. Kendati demikian, pengguna tetap memiliki akses penuh ke koleksi aplikasi standar Android pada Google Play Store.

Ke depannya, semua smartphone dengan RAM kurang dari 1 GB otomatis akan menjalankan Android Go. Jadwal rilisnya sendiri mengikuti Android O yang rencananya bakal diluncurkan mulai musim semi mendatang – kemungkinan besar bersama versi baru smartphone Google Pixel.

Sumber: Ars Technica dan Google.

HTC dan Lenovo Sedang Kembangkan VR Headset Standalone untuk Platform Google Daydream

Platform Daydream dan headset Daydream View merupakan bukti keseriusan Google dalam memajukan ranah virtual reality. Daydream View sendiri barulah awal dari visi besar Google untuk VR, seperti yang mereka tunjukkan pada ajang Google I/O tahun ini.

Dalam konferensi developer tahunan itu, Google mengumumkan bahwa produk selanjutnya untuk platform Daydream adalah VR headset bersifat standalone. Sekadar mengingatkan, standalone berarti headset tersebut sama sekali tidak perlu disambungkan ke PC ataupun dijejali smartphone; cukup pasangkan di kepala, maka Anda sudah langsung masuk ke realita maya.

Istimewanya, headset ini bakal mengusung sistem tracking luar-dalam, mirip seperti headset Windows Mixed Reality besutan Acer dan HP. Sederhananya, sistem ini memungkinkan perangkat untuk membaca pergerakan pengguna tanpa perlu mengandalkan perangkat terpisah seperti HTC Vive atau Oculus Rift.

Untuk mewujudkannya, Google mengadaptasikan teknologi augmented reality besutannya sendiri, Tango, menjadi sebuah sistem tracking VR yang mereka sebut dengan istilah WorldSense. WorldSense menjanjikan pengalaman bergerak yang sangat alami dalam VR, seperti yang bisa Anda lihat pada video di bawah ini.

Saat ini Google sudah punya prototipe VR headset standalone ini, dan mereka pun juga telah bekerja sama dengan Qualcomm untuk menciptakan desain blueprint yang bisa dijadikan referensi oleh pabrikan yang tertarik. Sejauh ini sudah ada dua yang berminat, yakni HTC dan Lenovo.

Baik HTC dan Lenovo dikabarkan siap merilis VR headset standalone-nya masing-masing dalam beberapa bulan mendatang. Harganya diperkirakan berada di kisaran $600 – $700, sekelas dengan HTC Vive maupun Oculus Rift.

Sumber: The Verge dan Google.

Audi dan Volvo Bakal Kembangkan Mobil dengan Android Auto Terintegrasi

Update terakhir yang dirilis Google untuk Android Auto menuntaskan masalah seputar kompatibilitas. Artinya, Anda tidak perlu mobil yang kompatibel untuk bisa menikmati Android Auto. Kendati demikian, masih ada sejumlah manfaat ekstra seandainya Android Auto bisa terintegrasi ke sistem bawaan mobil.

Yang pertama menyangkut aspek kenyamanan. Satu sistem untuk mengontrol sistem pendingin, membuka-tutup sunroof, menampilkan rute GPS pada Google Maps dan memutar playlist favorit di Spotify sudah pasti lebih memudahkan ketimbang harus mengaksesnya dari dua sistem terpisah (mobil dan ponsel).

Yang kedua, tampilan Android Auto pastinya bisa lebih optimal di layar dashboard yang berukuran lebih besar, plus informasi yang disajikan juga bisa lebih banyak atau lebih lengkap. Itulah mengapa Audi dan Volvo memutuskan untuk mengintegrasikan Android Auto pada sejumlah mobil besutan mereka ke depannya.

Dashboard mobil konsep Audi Q8 Sport dengan integrasi Android Auto / Google
Dashboard mobil konsep Audi Q8 Sport dengan integrasi Android Auto / Google

Selain manfaat yang sudah saya sebutkan tadi, integrasi Android Auto pada sistem infotainment bawaan mobil ini juga berarti Anda tetap bisa berinteraksi dengan Google Assistant meskipun ponsel Anda tertinggal di rumah. Lebih lanjut, karena hampir semua panel instrumen pada mobil-mobil generasi terkini sudah digital, pengemudi bisa langsung menyimak informasi yang ditampilkan Android Auto di balik lingkar kemudi.

Integrasi Android Auto ini rencananya bakal didemonstrasikan pada ajang Google I/O mulai 17 Mei besok. Volvo sendiri berniat untuk merilis mobil baru dengan integrasi Android Auto setidaknya dalam waktu dua tahun, sedangkan Audi bakal memamerkannya bersama mobil konsep baru Q8 Sport.

Sumber: Google dan The Verge.