Belajar Tentang Google Adwords, Platform Iklan yang Bantu Bisnis untuk Berkembang

Di era serba digital ini, pelaku bisnis dapat memperluas pasarnya melalui pemanfaatan internet. Salah satunya, melalui fitur iklan berbayar dari mesin pencari Google, yang bernama Google Adwords atau sering juga disebut Google Ads.

Ketika mencari suatu kata kunci di Google, pada hasil pencarian, sering kali ditemukan kata “Iklan” atau “Ad”. Itu lah yang dimaksud dengan Google Adwords. Lantas, apa sebenarnya fitur dari Google ini, dan mengapa cocok digunakan untuk pelaku bisnis?

Pertanyaan demikian sering muncul dari pelaku bisnis yang ingin mendalami digital marketing, sebagai upaya memperluas jangkauan target pasarnya. Untuk menjawab rasa penasaran itu, simak penjelasan berikut ini.

Apa Itu Google Adwords?

Google Adwords adalah sebuah fitur yang digunakan untuk mengiklankan produk bisnis, yang nantinya produk tersebut akan muncul pada halaman pencarian Google, dengan suatu kata kunci tertentu yang berkaitan dengan produk yang diiklankan.

Sebagai informasi, sebenarnya Google Adwords telah berganti nama menjadi Google Ads, sejak 2018 lalu. Meski begitu, adanya rebranding ini tidak berpengaruh pada cara kerja dan penggunaannya.

Adanya Google Ads diklaim mampu menjawab keresahan yang dirasakan para pelaku bisnis, terutama bagi yang ingin atau telah merambah ke dunia digital. Fitur ini memfasilitasi kemampuan pelaku bisnis dalam merencanakan strategi pemasaran digital.

Pelaku bisnis dapat mengatur sendiri penempatan iklannya tampil di Google Search, serta kriteria lainnya seperti kata kunci, topik, lokasi, hingga bahasa, sesuai dengan target pasar yang disasar oleh pelaku bisnis.

Tak hanya itu, durasi lamanya iklan ditayangkan serta kisaran jumlah klik per harinya, juga dapat diatur oleh pelaku bisnis, sesuai dengan budget pemasaran yang dimiliki.

Mekanisme Pembayaran Google Adwords

Terkait dengan biaya beriklan di Google Adwords, ada beberapa cara pembayaran yang diterapkan oleh fitur tersebut, antara lain:

  • Bayar per 1,000 Impresi (Pay per Thousand Impression)

Bagi yang beriklan di Google Adwords akan dikenakan biaya iklan, setiap ada seribu orang yang melihat iklan tersebut. Cara ini cocok diterapkan untuk melihat seberapa besar awareness yang dibangun dari iklan yang dipasang.

  • Bayar per Klik (Pay per Click)

Pemasang iklan akan dikenakan biaya iklan, setiap kali ada yang meng-klik iklan tersebut. Jika audiens hanya melihat iklan, tanpa berkunjung ke situs produk yang diiklankan, maka tidak akan dikenakan biaya apa-apa.

  • Biaya per Konversi (Pay per Conversion)

Biaya hanya akan dikenakan apabila tujuan beriklan terpenuhi. Misalnya, tujuan beriklan yang diekspektasikan adalah audiens melakukan pendaftaran akun member hingga pembelian produk. Maka, pemasang iklan itu hanya membayar setiap tujuan tersebut terlaksana.

Pelaku bisnis yang memanfaatkan fitur Google Adwords ini, artinya sudah mengambil langkah maju menuju kedunia bisnis digital. Fitur ini dapat meningkatkan brand awareness hingga penjualan produk yang diiklankan. Sehingga, menjadi strategi yang tepat digital marketing.

Riset Produk Bisnis di Google Trends, Cara Mudah Menemukan Winning Product

Riset produk menjadi salah satu hal krusial dalam bisnis. Tujuannya untuk mengetahui tren pasar terkini. Riset produk penting dilakukan guna menghindari potensi kerugian di masa mendatang.

Bagi pelaku bisnis pemula, riset produk kini dapat dilakukan dengan metode yang murah dan sederhana. Caranya adalah dengan memaksimalkan pemanfaatan teknologi digital, salah satunya Google Trends.

Penggunaan Google Trends untuk riset produk dapat membantu proses persiapan produksi hingga pemasaran pada bisnis. Pelaku bisnis dapat mengetahui produk yang paling dibutuhkan, paling disukai hingga paling dicari oleh masyarakat saat ini.

Sekilas Tentang Google Trends

Google Trends adalah sebuah layanan dari Google yang menyediakan data dan grafik terkait hal populer dari waktu ke waktu di halaman pencarian Google. Google Trends menunjukkan kepada pengguna, frekuensi sebuah istilah masuk ke mesin pencari Google.

Data dan grafik yang disediakan Google Trends, dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk melakukan riset produk, khususnya bagi pelaku bisnis. Mulai dari melihat istilah pencarian populer, menjelajahi kata kunci, hingga perbandingan hal populer di tiap wilayah.

Lantas, bagaimana cara pelaku bisnis memanfaatkan layanan Google Trends untuk menunjang riset produk bagi kepentingan bisnis? Berikut penjelasannya.

Cara Riset Produk di Google Trends

Sebelum melakukan riset produk, pelaku bisnis perlu menentukan target pasarnya terlebih dulu. Target pasar dapat membantu pelaku bisnis untuk fokus dalam melakukan riset produk, hingga nantinya memulai proses produksi dan pemasaran produk.

Setelah itu, lakukan langkah-langkah berikut ini:

  • Pertama-tama, pelaku bisnis dapat mengunjungi beberapa marketplace tertentu. Cara ini, dilakukan guna melihat produk seperti apa yang paling laris di tempat jual beli online, berdasarkan kategori produk yang sesuai dengan target pasar.
  • Sebagai contoh: pelaku bisnis menyasar target wanita dewasa. Setelah melakukan riset produk di berbagai marketplace, diketahui:

Produk terlaris di marketplace A adalah tas selempang, marketplace B undangan pernikahan, marketplace C masker wajah, dan marketplace D kuas masker silikon.

  • Kemudian, bandingkan produk terlaris dari masing-masing marketplace menggunakan layanan Google Trends, dengan masuk ke laman di sini.

Cara ini dilakukan karena riset dari marketplace saja tidak cukup, sebab Google Trends dapat menunjukkan produk terlaris secara keseluruhan, dari seluruh marketplace yang ada.

  • Lalu, pelaku bisnis dapat melakukan filter sesuai dengan informasi yang diinginkan. Untuk riset produk, dapat mengatur filter penelurusan menjadi “Google Shopping”.

  • Setelahnya, Google Trends akan menampilkan grafik perbandingan tren masing-masing produk, dari waktu ke waktu, yang masuk pada mesin pencari Google.

  • Dari hasil penelusuran tersebut, pelaku bisnis dapat menentukan sendiri produk mana yang akan diproduksi dan dipasarkan, yang berpotensi banyak meraup keuntungan.

Bagi pelaku bisnis, mempelajari tren produk merupakan langkah tepat sebelum mulai memproduksi dan memasarkan produk, baik secara online mau pun offline. Dengan begitu, risiko kerugian karena sepinya peminat produk dapat dihindarkan.

Tutorial Riset Produk Terlaris Google Trends

Krafton Kembali Menggugat Garena Terkait Kemiripan Free Fire dengan PUBG

Tidak bisa dimungkiri, Free Fire punya banyak kemiripan dengan PUBG Mobile. Saking banyaknya, Krafton berniat untuk memerkarakan hal itu di meja hijau. Dilansir dari Bloomberg Law, perusahaan induk PUBG Studios itu baru saja melayangkan surat gugatan terhadap Garena.

Ini bukan pertama kalinya Krafton menuntut Garena. Di tahun 2017, Krafton sebenarnya sempat mengajukan gugatan terhadap Garena di pengadilan Singapura terkait penjualan Free Fire. Sengketa tersebut akhirnya selesai, namun Krafton rupanya masih tidak terima. Gugatan serupa pun kembali dilayangkan, namun kali ini melalui pengadilan Amerika Serikat.

Krafton mengklaim bahwa setelah perkaranya selesai di tahun 2017, Garena masih lanjut memublikasikan Free Fire di Apple App Store dan Google Play Store tanpa mendapat izin maupun perjanjian lisensi dari Krafton. Garena bahkan juga sempat merilis game yang berbeda di bulan September 2021 (Free Fire Max), dan itu pun juga mencontek banyak aspek dari PUBG Mobile.

“Free Fire dan Free Fire Max secara ekstensif menjiplak beragam aspek dari Battlegrounds, baik secara individu maupun gabungan, termasuk adegan pembuka permainan “air drop“, struktur dan mekanisme permainan, kombinasi dan pilihan senjata, armor, objek-objek unik, lokasi, dan keseluruhan pemilihan skema warna, material, dan tekstur,” tulis Krafton di surat gugatannya.

Krafton tidak lupa menyertakan sejumlah screenshot yang menunjukkan kemiripan antara PUBG Mobile dan Free Fire. Mereka bahkan juga sempat menyinggung soal bagaimana Free Fire turut mencontek ekspresi kemenangan “chicken dinner” yang sudah sangat lekat asosiasinya dengan PUBG.

Tidak puas sampai di situ saja, Krafton juga ikut menyeret Apple dan Google, menggugat keduanya dengan alasan mereka menolak memenuhi permintaan Krafton untuk menyetop distribusi Free Fire di platform milik masing-masing perusahaan. Bahkan YouTube pun juga ikut diperkarakan karena menolak menghapus video-video gameplay Free Fire dari platformnya.

“Tindakan Apple dan Google memperjelas bahwa mereka memilih untuk melindungi hak cipta hanya jika mereka tidak diberi kompensasi oleh pelanggar yang berkantong tebal,” tulis Krafton. Ya, meskipun penghasilan Free Fire masih kalah jauh dari PUBG Mobile, Garena tetap kaya raya berkat pendapatan dari Free Fire.

Sumber: Games Industry. Gambar header: Onur Binay via Unsplash.

Android 12 Go Edition Baru Lebih Pintar, Cepat, dan Ramah Privasi

Sistem operasi Android versi terbaru telah hadir. Para pabrikan ponsel tengah sibuk menguji dan mulai menggulirkan pembaruan Android 12 ke perangkat unggulannya.

Kini Google secara resmi mengumumkan kehadiran Android 12 (Go edition). Versi ringan dari OS berfitur lengkap terbarunya ini didesain untuk perangkat entry-level yang terjangkau dengan kapasitas RAM 2GB atau kurang.

Google sendiri pertama kali meluncurkan Android Go pada tahun 2017. Sekarang lebih dari 200 juta orang secara aktif menggunakan smartphone Android Go dan iterasi berikutnya menghadirkan pengalaman yang lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih ramah privasi.

Perangkat yang menjalankan Android 12 (Go edition) akan dapat meluncurkan aplikasi hingga 30% lebih cepat dibandingkan versi sebelumnya dan dengan animasi yang lebih halus. Android 12 (Go edition) juga menambahkan API SplashScreen, yang memungkinkan pengembang membuat animasi peluncuran aplikasi yang ditampilkan saat pengguna meluncurkan aplikasi mereka.

Dengan menghibernasi aplikasi yang tidak digunakan dalam waktu lama, perangkat yang menjalankan Android 12 (Go edition) menawarkan daya tahan baterai lebih lama dan sekaligus dapat menghemat ruang penyimpanan. Anda akan diberi tahu saat aplikasi yang tidak digunakan dihibernasi.

Aplikasi Files Go yang diperbarui akan memungkinkan Anda memulihkan file dalam waktu 30 hari setelah dihapus. Anda dapat menyingkirkan barang-barang yang menurut Anda tidak perlu untuk mengosongkan ruang penyimpanan sementara waktu.

Selain itu, recent apps di Android 12 (Go edition) memberikan Anda opsi untuk mendengarkan berita dan menerjemahkan konten apa pun di layar ke dalam bahasa pilihan Anda. Melalui Nearby Share dan Google Play, Anda dapat menghemat data dengan berbagi aplikasi secara langsung dengan perangkat terdekat.

Pengguna smartphone Android 12 (Go edition) juga dapat meminjamkan perangkat mereka ke keluarga atau teman tanpa perlu khawatir privasi. Google mempermudah pengguna untuk beralih ke guest profile dan menyetel ulang profil setelah selesai menggunakannya. Guest profile juga tersedia secara langsung di layar kunci untuk menyederhanakan prosedur ini.

Privacy dashboard Android 12 yang baru juga tersedia di Android Go. Anda mendapatkan snapshot yang sama tentang aplikasi mana yang mengakses data sensitif, dengan indikator yang memberi tahu Anda saat mikrofon atau kamera sedang digunakan.

Dengan izin akses lokasi perkiraan baru, Anda dapat membatasi aplikasi untuk hanya melihat perkiraan lokasi Anda, bukan lokasi yang tepat. Semua itu akan dinikmati di perangkat Android 12 (Go edition) yang akan diluncurkan pada tahun 2022.

Sumber: Blog Google

[Review] Realme 8i: Smartphone 120 Hz dengan Harga Terjangkau

Di penghujung tahun 2021, realme kembali memiliki sebuah perangkat yang memiliki harga terjangkau. Perangkat yang satu ini memiliki sebuah fitur yang mungkin sebelumnya tidak pernah terpikirkan bisa dimiliki pada harga di bawah 2,5 juta. Perangkat yang dimaksud adalah realme 8i dengan varian 4/64 GB.

Perangkat dengan varian yang satu ini pun datang ke meja pengujian tim Dailysocial. Sayangnya, fitur yang diberikan oleh realme pada versi 4/64 GB cukup berbeda dengan yang ada pada varian atasnya. Hal tersebut termasuk DRE atau Dynamic RAM Expansion yang bisa membantu RAM dalam menyimpan segala cache yang terjadi selama pemakaian. Padahal, penggunaan RAM 4 GB tentu saja membutuhkan ruang lebih agar pemakaian bisa menjadi lebih lancar.

Realme mengedepankan layarnya yang digunakan refresh rate 120 Hz. Mereka bahkan menyebutnya sebagai smartphone dengan layar 120 Hz pertama dengan harga di bawah 3 juta rupiah, yang berarti juga termurah di Indonesia untuk saat ini. Realme 8i juga menjadi yang pertama di Indonesia yang menggunakan Mediatek Helio G96.

Spesifikasi dari realme 8i yang saya dapatkan bisa dilihat pada tabel berikut

SoC Mediatek Helio G96
CPU 2 x 2.05 GHz Cortex-A76 + 6 x 2.0 GHz Cortex-A55
GPU Mali-G57 MC2
RAM 4  GB LPDDR4x
Internal 64 GB UFS 2.1
Layar 6.6 inci 2412×1080 IPS 120 Hz
Dimensi 164.1 x 75.5 x 8.5 mm
Bobot 194 gram
Baterai 5000 mAh 18 watt
Kamera 50 MP / 12,5 MP utama, 2 MP makro, 2 MP bokeh, 16 MP Selfie
OS Android 11 Realme UI 2

Hasil dari CPU-Z, AIDA64, serta Sensor Box dapat dilihat sebagai berikut:

Sayangnya, dengan menghadirkan 120Hz pada smartphone yang satu ini, membuat realme mengurangi beberapa fitur. Hal tersebut seperti speaker stereo dan NFC. Walaupun begitu, kedua fitur tersebut memang tidak terlalu penting. Seperti NFC yang belum banyak digunakan selain untuk mengisi kartu uang elektronik dan speaker stereo yang bisa disubstitusi dengan menggunakan earphone.

Unboxing

Seperti inilah isi dari paket penjualan smartphone realme 8i. Didalamnya hanya akan ditemukan kabel USB-C, charger, serta back case. Realme menyertakan charger 18 watt untuk mengisi baterai pada smartphone ini.

Desain

Desain belakang dari setiap perangkat realme memang didesain berbeda satu dengan lainnya. Seperti perangkat yang saya dapatkan yang memiliki warna bernama space purple. Realme menggunakan konsep desain mengalir sehingga terlihat seperti galaksi berwarna ungu. Desain ini juga terlihat cukup minimalis tanpa campuran warna lain dengan logo realme yang berada di sebelah kiri bawah.

Kamera terletak pada sebelah kiri atas dari sisi belakang realme 8i. Terdapat 4 bundaran yang terdiri dari kamera utama, makro, depth, serta lampu flash LED. Kamera utama dengan resolusi 50 MP terletak pada sebelah kiri atas diikuti dengan depth sensor pada sebelah kanannya. Di baris bawahnya, terdapa kamera makro yang disertai dengan LED flash.

Layar realme 8i memiliki resolusi 2412 x 1080 pada layar dengan dimensi 6,6 inci dengan model punch hole pada sebelah kiri atas. Smartphone ini menggunakan layar jenis IPS dengan refresh rate 120 Hz yang sayangnya tidak dilindungi dengan lapisan pelindung seperti Gorilla Glass. Walaupun begitu, realme 8i sudah terlapisi dengan lapisan tahan gores sehingga cukup menahan goresan saat berada didalam kantong celana. Terus terang saja, perangkat yang kami dapatkan sudah terkena goresan semenjak dibuka dari paket penjualannya dan untungnya hanya lapisan tersebut yang kena.

Pada sisi sebelah kiri, dapat ditemukan slot SIM serta tombol volume naik dan turun. Untuk sebelah kanannya, terdapat tombol power yang juga sekaligus sebagai sensor sidik jari. Untuk bagian bawahnya, dapat ditemukan port audio 3.5 mm, microphone, USB-C, serta speaker. Tidak ditemukan apa pun pada sisi sebelah atasnya.

Realme 8i sudah menggunakan sistem operasi Android 11 dengan antarmuka realme UI 2.0. Antar muka yang digunakan pada realme 8i masih memiliki app drawer sehingga Anda akan menemukan semua aplikasi di sana. Homescreen-nya juga memiliki beberapa gesture seperti swipe up untuk membuka app drawer dan swipe down untuk membuka fungsi search.

Jaringan

Realme 8i menggunakan chipset Mediatek Helio G96 yang ditujukan untuk para gamer dan pengguna mainstream. Oleh karena itu, perangkat ini sudah menggunakan modem yang sudah mendukung teknologi terkini, seperti Carrier Aggregation untuk 4G. Kategori LTE yang ada pada perangkat ini masuk dalam Cat 13 untuk download.

Kanal LTE yang didukung pada smartphone ini meliputi band 1, 3, 5, 8, 38, 40, dan 41. Tentunya, band yang didukung adalah yang sudah digunakan oleh operator seluler di Indonesia. Selain mendukung Dual 4G, perangkat ini juga sudah mendukung fitur dual VoLTE.

Perangkat ini juga sudah mendukung teknologi WiFi 5 atau yang dikenal dengan 802.11 ac. Hal tersebut tentu membuat realme 8i memiliki koneksi WiFi yang jauh lebih kencang karena menggunakan jaringan 5 GHz. Realme 8i juga sudah mendukung bluetooth versi 5.0.

Kamera

Selain layarnya yang memiliki refresh rate 120 Hz, realme 8i juga mengedepankan kamera utamanya. Perangkat yang satu ini menggunakan sensor ISOCELL JN1 50 MP untuk kamera utamanya. Kamera ini menggunakan teknologi ISOCELL 2 yang mampu menangkap cahaya lebih baik dari pendahulunya. Selain itu, sensor ini juga menggunakan algoritma Tetracell yang menggabungkan 4 piksel menjadi 1 yang menghasilkan gambar dengan resolusi 12,5 MP.

ISOCELL S5KJN1 dengan format 1/2.76″ mampu menangkap gambar dengan baik saat dalam kondisi cahaya yang cukup. Bahkan, mode malam pada realme 8i mampu mengambil gambar dengan bagus pada saat kondisi cahaya redup. Namun, gambar yang dihasilkan sepertinya menjadi tidak terlalu tajam saat fungsi HDR-nya dinyalakan. Walaupun begitu, hal tersebut tidak membuat gambar yang dihasilkan menjadi lebih buruk.

Untuk kamera makro, seperti biasa gambar yang dihasilkan tidak terlalu tajam. Apalagi, kamera ini membutuhkan jarak yang pas sehingga hasilnya tidak blur. Saya sendiri membutuhkan waktu khusus untuk membiasakan diri dengan jarak untuk mengambil foto makro. Berikut adalah contoh gambarnya

Kamera selfie-nya ternyata juga bisa menangkap gambar dengan cukup baik. Sensor SK Hynix Hi-1364Q mampu mengambil gambar dengan tingkat noise yang cukup rendah. Sama dengan kamera utamanya, saat HDR dinyalakan maka tingkat ketajamannya sedikit menurun.

Pengujian

Realme 8i menggunakan chipset 4G terbaru dari Mediatek, yaitu Helio G96. Cip yang satu ini ternyata memiliki spesifikasi CPU yang sama dengan Helio G95, yaitu 2 core Cortex A76 dengan kecepatan 2,05 GHz pada cluster kinerja dan 6 inti prosesor Cortex A55 pada cluster efisiensi berkecepatan 2 GHz. Bedanya, Helio G96 menggunakan GPU yang lebih lambat, yaitu Mali G57 MC2.

Hal tersebut tentu saja membuat saya penasaran dan mencobanya pada 2 skenario yang sering digunakan, yaitu bekerja dan bermain. Kedua skenario tersebut tentu saja menggunakan aplikasi yang ada pada Google Play Store. Untuk menjalankan pengujian ini, saya sudah menggunakannya selama 2 minggu penuh.

Bermain Game

Seri G dari Mediatek memang ditujukan untuk mereka yang gemar bermain game. Apalagi dengan menggunakan Cortex A76 yang memang kencang untuk menjalankan game yang ada pada platform Android. Namun, penggunaan Mali G57 MC2 memang kadang tidak lebih kencang dari G76 MC4 yang digunakan pada Helio G95. Jadi, akan ada beberapa game yang pengalaman bermainnya akan menjadi lebih rendah.

Pada realme 8i, saya hanya menggunakan 2 buah game saja. Hal ini memang cukup berkaitan dengan waktu uji dari perangkat yang satu ini. Genshin Impact yang merupakan sebuah keharusan karena sangat memakan resource dari smartphone pasti digunakan untuk menguji. Pokemon Unite juga digunakan karena mampu diajak bermain pada grafis tinggi dan framerate 60 fps.

Genshin Impact hanya bisa dijalankan dengan cukup lancar pada saat game berada pada profile lowest dan diubah ke 60 fps. Rata-rata framerate yang saya dapatkan kali ini adalah sekitar 40 fps. Untuk Pokemon Unite, perangkat ini bisa menjalankan dengan rata-rata framerate 57 fps pada seting grafis tertinggi. Kedua game tentu saja dapat berjalan tanpa masalah.

Untuk mengukur framerate, saya menggunakan aplikasi GameBench yang akurat dalam menghitung frame per detiknya

Bekerja dan hiburan

Untuk kali ini, penggunaan aplikasi yang saya gunakan sehari-hari memang tidak selengkap biasanya. Hanya aplikasi sosial media seperti Facebook, Tiktok, Twitter, Instagram, Zoom, dan Whatsapp serta aplikasi editor Filmora Go saja yang digunakan. Walaupun tidak menggunakan Trello dan Slack pada perangkat ini, namun sepertinya beberapa aplikasi tersebut sudah mewakili sebagian besar yang ada di Google Play.

Saya juga menonton Youtube dengan menggunakan perangkat ini saat ada beberapa peluncuran pada bulan Desember 2021. Dan hasilnya memang tidak ada masalah. Bahkan masalah panas pun tidak muncul pada perangkat yang satu ini. Namun karena speaker-nya hanya satu, saat menonton video ada baiknya menggunakan earphone agar suaranya lebih enak didengar.

Benchmarking

Realme 8i menggunakan cip baru dari Mediatek dengan Helio G96. Tentunya akan banyak yang penasaran bagaimana kinerjanya dibandingkan dengan G95. Untuk itu, saya menghadirkan kembali Helio G95, SD 678, dan SD 720. Berikut adalah hasilnya

Sayangnya, ada beberapa benchmark yang menolak berjalan pada perangkat yang satu ini. Entah apakah karena penggunaan RAM 4 GB atau memang masih ada bug pada perangkat ini. Namun, sebagian benchmark yang saya gunakan seharusnya sudah menggambarkan kinerja perangkat ini secara keseluruhan.

Uji baterai: 5000 mAh

Untuk menguji baterai dengan kapasitas 5000 mAh memang membutuhkan 1 hari khusus untuk menjalankannya. Namun, aplikasi yang ada saat ini belum bisa merepresentasikan pemakaian sehari-hari. Sebuah pengujian menunjukkan bahwa pemakaian smartphone tidak didominasi untuk bermain game, namun untuk hiburan seperti menonton video dan mendengarkan musik serta sosial media.

Saya mengambil patokan dengan menggunakan sebuah file MP4 yang memakai resolusi 1920 x 1080 yang diulang sampai baterai habis. Realme 8i dapat bertahan hingga 13 jam 2 menit. Setelah habis, saya langsung mengisi kembali baterainya dengan menggunakan charger bawaan 18 watt. Hasilnya, baterai akan terisi penuh dalam waktu kurang dari 2,5 jam.

Verdict

Banyaknya teknologi yang ditanamkan pada smartphone dengan harga premium memang membuat semua orang ingin merasakannya. Sayang memang, teknologi layar dengan refresh rate tinggi membuat orang cukup iri karena tidak memiliki dana untuk membelinya. Realme melihat masalah yang satu ini dan berusaha membawa teknologi 120 Hz dengan harga yang lebih terjangkau. Hal tersebut terwujud dengan realme 8i.

Kinerja smartphone yang satu ini memang cukup baik. Dengan menggunakan Mediatek Helio G96 membuatnya menjadi salah satu perangkat yang cukup kencang pada rentang harganya. Kinerja tersebut pun disokong dengan baterai 5000 mAh yang mampu bertahan seharian. Sayangnya, pada perangkat yang saya dapatkan tidak memiliki DRE, yang seharusnya mampu meningkatkan kinerja perangkat yang hanya memiliki RAM 4 GB saja.

Untuk kamera yang dimiliki oleh realme 8i, hasilnya memang benar-benar bagus. Kamera 50 MP yang ada mampu menangkap gambar dengan bagus pada kondisi cahaya yang terang maupun rendah. Sayangnya memang, kamera ultrawide sepertinya bukan pilihan realme untuk dipasangkan pada perangkat yang satu ini. Padahal, kamera tersebut lebih banyak digunakan dibandingkan dengan kamera makro.

Realme 8i dengan konfigurasi RAM 4G dengan penyimpanan internal 64 GB seperti yang saya dapatkan dijual dengan harga Rp. 2.499.000. Tentunya harga ini terlihat cukup murah untuk merasakan layar 120 Hz yang saat ini diketahui memiliki harga yang mahal. Dan dengan kinerja yang cukup baik pada smartphone ini, membuat realme 8i menjadi salah satu perangkat untuk hiburan dan bermain game yang memiliki harga terjangkau.

Sparks

  • Layar nyaman dengan 120 Hz
  • Kamera yang bagus untuk sebuah smartphone dengan harga di bawah 3 juta
  • Kinerja yang cukup baik untuk kebutuhan sehari-hari dan bermain game
  • Daya tahan baterai yang cukup panjang
  • Realme UI 2 yang responsif
  • Desainnya yang cukup menarik perhatian

Slacks

  • RAM 4 GB tidak memiliki DRE yang seharusnya membuat perangkat ini lebih nyaman digunakan
  • Hanya memiliki 1 speaker
  • Tidak memiliki kamera wideangle

Mengintip Seri Smartphone ASUS RoG Phone 5s Terbaru, si Kembar yang Lebih Kencang

ASUS kembali akan meluncurkan 2 smartphone gaming terbarunya di tahun 2021. Kali ini, tentu saja kinerjanya akan lebih kencang jika dibandingkan dengan ASUS ROG Phone 5 yang sudah diluncurkan pada pertengahan tahun 2021 yang lalu. Dan seperti biasa, ASUS mengumpulkan para jurnalis untuk melakukan sneak peek pada 2 perangkat terbarunya tersebut. Seri yang akan diluncurkan adalah ASUS ROG Phone 5s.

Pada seri tersebut, 2 smartphone yang bakal dihadirkan di Indonesia adalah ASUS ROG Phone 5s dan ASUS ROG Phone 5s Pro. Jika dilihat, kedua smartphone ini hampir tidak memiliki perbedaan dengan ASUS ROG Phone 5 dan ASUS ROG Phone 5 Ultimate. Untuk ROG 5s Pro dan ROG 5 Ultimate, perbedaannya ada pada ROG Vision yang menyala di bagian belakangnya, di mana smartphone terbarunya ini akan memiliki animasi yang berwarna.

Kedua smartphone ini nantinya akan ditenagai dengan Qualcomm Snapdragon 888+. Tentu saja, hal tersebut membuat ASUS ROG Phone 5s series ini menjadi yang pertama di Indonesia yang menggunakan SoC tersebut. Perbedaan antara Snapdragon 888 dan 888+ sendiri terletak pada clock speed prosesor Cortex X1, di mana Snapdragon 888 ada pada 2,84 GHz dan Snapdragon 888+ ada pada 3 GHz.

ASUS ROG Phone 5s yang dihadirkan pada saat acara sneak peek memiliki RAM 8GB, persis dengan ASUS ROG Phone 5 yang sudah diluncurkan sebelumnya. Saya belum mendapatkan informasi apakah nantinya akan keluar versi 12 GB juga atau tidak. ASUS ROG Phone 5s Pro juga hadir dengan RAM 18 GB pada saat acara sneak peek tersebut. Sepertinya versi Pro juga bakal keluar dalam 1 varian saja dan akan memiliki bonus AeroCool 5.

ASUS ROG Phone 5s dan versi Pro-nya akan diluncurkan pada tanggal 4 Desember 2012. Untuk informasi varian dan harga juga bakal dibuka pada peluncurannya nanti. Oleh karena itu, mari kita tunggu saja kehadirannya.

ROG Phone 5 akan Discontinue?

Saya sempat bertanya kepada Advent Jose sebagai Product Marketing ASUS Indonesia mengenai nasib dari ASUS ROG Phone 5. Dengan munculnya ASUS ROG Phone 5s, tentu saja versi lamanya tersebut akan memiliki kinerja yang tidak lebih kencang. Lalu apakah ASUS memutuskan untuk men-discontinue ASUS ROG Phone 5?

Jose mengatakan bahwa ASUS ROG Phone 5 saat ini masih tersedia di pasaran dan masih bisa dibeli. Nantinya, orang juga akan bisa memilih untuk kekuatan smartphone-nya sendiri seperti apa dan harga yang mereka suka yang mana. Untuk harganya sendiri nantinya akan cukup menarik. Jadi, hal ini akan menambah alternatif pilihan untuk konsumen di Indonesia.

kiri ke kanan: ASUS ROG Phone 5, ASUS ROG Phone 5s, dan ASUS ROG Phone 5s Pro

Untuk saat ini pula, Jose mengatakan bahwa ROG Phone 5 masih akan tetap diproduksi. Lini ROG Phone 5 dan 5s nantinya akan dihentikan produksinya saat ASUS sudah meluncurkan ROG Phone generasi berikutnya. Untuk aksesoris sendiri nantinya antara ROG Phone 5 dan 5s akan compatible satu sama lainnya.

Bug WiFi pada Snapdragon 888, bagaimana ASUS menanggulanginya?

Saat ini, beberapa smartphone yang menggunakan chipset Snapdragon 888 tidak luput dari beberapa masalah. Salah satunya adalah sebuah bug di mana fungsi WiFi akan mati pada saat mencapai suhu tertentu. Masalah ini pun juga terlihat pada beberapa perangkat ASUS ROG Phone 5. Lalu bagaimana tanggapan dari ASUS Indonesia mengenai hal ini?

Jose mengatakan bahwa ASUS aware terhadap masalah tersebut dan sedang menangani isu mengenai matinya WiFi pada Snapdragon 888. Intinya jika ada pengguna ada yang terkena, agar langsung datang ke service center untuk melakukan servis. ASUS akan menjamin produk itu akan benar-benar kembali normal. Oleh karena itu, konsumen tidak perlu khawatir mengenai bug yang satu ini karena ASUS sudah pasti akan menangani unit tersebut.

Penanganan mengenai masalah ini juga sudah dilakukan dengan mengeluarkan sebuah firmware. Nantinya untuk ASUS ROG Phone 5s sendiri juga akan terlindungi dari bug WiFi ini juga. Jadi setelah membeli ASUS ROG Phone 5, konsumen disarankan untuk langsung melakukan update firmware ke versi yang paling baru. Firmware tersebut juga saat ini sudah disediakan oleh ASUS, sehingga diharapkan pengguna akan bisa langsung terlindungi pada saat sudah membuka paket penjualannya.

[Review] Samsung Galaxy Watch 4 Classic: Lebih Elegan dengan Wear OS, Lengkap dengan Pengukur Tekanan Darah

Seperti yang kita ketahui, selama ini Samsung selalu menggunakan sistem operasi Tizen pada perangkat AIoT-nya. Seperti halnya Samsung Galaxy Watch yang selalu menggunakan sistem operasi buatan dapur mereka sendiri. Namun, saat ini sepertinya Samsung mengambil keputusan yang besar. Pada jam tangan pintar terbarunya, Samsung Galaxy Watch 4 Classic, Samsung menggunakan Wear OS dari Google!

Samsung Galaxy Watch 4 Classic yang datang ke DailySocial ternyata merupakan versi yang memiliki eSIM. Hal tersebut terlihat dari kartu eSIM dari salah satu operator seluler di Indonesia yang menjadi bundling dari paket penjualannya. Jam tangan pintar ini juga mengedepankan fitur pendeteksi tekanan darah yang selama ini sudah ditunggu-tunggu. Fitur lain yang juga dibawa oleh perangkat ini adalah electrocardiogram yang saat ini masih jarang ditemukan pada perangkat jam tangan pintar lain.

Spesifikasi dari Samsung Galaxy Watch 4 Classic yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

SoC Exynos W920
CPU 2 x 1.18 GHz Cortex-A55
GPU ARM Mali-G68
Layar 1.4 inci AMOLED 450 × 450 Gorilla Glass DX+
Baterai 361 mAh
Konektivitas Bluetooth 5
Sertifikasi IP68
Dimensi 44.4 x 43.3 x 9.8 mm
Bobot 30 gram

Dapat dilihat bahwa pada Galaxy Watch 4 Classic ini, Samsung menggunakan SoC Exynos W920. Exynos W920 sendiri sudah menggunakan proses pabrikasi 5 nm, dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang masih menggunakan 10 nm pada Exynos 9110. Peningkatan dari Cortex A53 ke A55 tentu saja membuat kinerjanya menjadi lebih baik.

Charger

Didalam kotak paket penjualannya, hanya akan ditemukan sebuah alat pengisi baterai. Samsung menggunakan Qi Wireless Charging yang juga bisa digunakan untuk mengisi smartphone Samsung lainnya. Tentunya, charger ini juga sudah dilengkapi dengan magnet sehingga tidak akan tergeser saat mengisi dayanya.

Desain

Seperti semua Galaxy Watch yang dikeluarkan oleh Samsung, perangkat yang satu ini juga memiliki desain bundar. Hal tersebut tentu saja  seperti layaknya sebuah jam tangan pada umumnya. Warna yang saya dapatkan adalah hitam.

Jam tangan yang satu ini menggunakan layar dengan dimensi 1,4 inci dengan resolusi 450 x 450 piksel. Layar dari Samsung Galaxy Watch 4 Classic ini pun sudah menggunakan Corning Gorilla Glass DX+, yang lebih tahan terhadap goresan dibandingkan dengan DX dan generasi yang sebelumnya. Di samping layarnya terdapat bundaran dial yang bisa diputar. Dengan dial tersebut, pengguna bisa menggeser pilihan ke menu lainnya.

Pada sisi sebelah kanan dari Samsung Galaxy Watch 4 Classic, terdapat dua buah tombol. Yang bagian atas dengan warna merah merupakan tombol daya, home, serta untuk memanggil Bixby saat ditahan lama. Tombol yang bawah digunakan sebagai back. Menu pada smartwatch ini dapat dilihat saat menggeser layarnya ke kanan atau ke kiri atau dengan menggunakan dial. Saat menggeser ke atas akan ditemukan app drawer dan sebaliknya saat digeser ke bawah akan ditemukan layar quick setting.

Strap pada jam tangan pintar ini juga bisa diganti, sehingga pengguna tidak bosan saat menggunakannya. Mengganti strap-nya juga cukup mudah, tinggal menggeser pin yang berada pada ujungnya sampai terlepas. Pengguna juga bisa menggunakan strap 20 mm yang dijual pada toko-toko jam tangan.

Samsung Galaxy Watch 4 Classic menggunakan Wear OS yang sudah dimodifikasi dengan antar muka One UI Watch 3. Untuk menghubungkan perangkat ini dengan sebuah smartphone, aplikasi Galaxy Wear memang dibutuhkan. Semua setting yang dibutuhkan akan ditemukan pada aplikasi yang satu ini.

Pengalaman menggunakan: Mudah sekaligus rumit

Jam tangan pintar dengan desain bundar? Tentu saja langsung menarik perhatian saya semenjak datang sekitar 3 minggu yang lalu. Oleh karenanya, saya langsung menggunakan Samsung Galaxy Watch 4 Classic pada saat bepergian untuk berbelanja mau pun keperluan lainnya. Hal tersebut tentu saja untuk menjajal sebagian kemampuannya pintarnya.

Saat membuka paket penjualannya yang cukup ramping, saya hanya menemukan jam tangannya dan sebuah paket eSIM dari Smartfren. Jam tangan ini langsung saya charge sambil melakukan setting lainnya. Hal pertama yang saya ingin coba tentu saja fitur kesehatan blood pressure. Namun, hal ini ternyata tidak mudah jika kita tidak memiliki sebuah smartphone Samsung.

Fitur pengukur tekanan darah ini membutuhkan sebuah perangkat yang bisa diinstal aplikasi Samsung Health dan Samsung Health Monitor. Untuk bisa melakukan instalasinya, harus menggunakan Samsung Galaxy Store. Aplikasi ini sayangnya hanya bisa dibuka melalui sebuah smartphone Samsung. Jadi, fitur-fitur kesehatan yang menarik tidak akan jalan jika Anda tidak memiliki smartphone Samsung.

Oleh karena itu, saya meminjam perangkat Samsung Galaxy Flip 3 untuk mencoba fitur ini. Dan benar saja, semua instalasi berjalan sangat lancar tanpa adanya masalah. Dan untung saja, untuk mencoba fitur pengukur tekanan darah ini harus memiliki sebuah alat pengukur tekanan darah digital untuk kalibrasi. Dan setelah melakukan kalibrasi, fitur pengukur tekanan darah ini langsung dapat digunakan kapan saja.

Saya melakukan percobaan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan alat pengukur digital melawan Samsung Galaxy Watch 4 Classic. Ternyata hasilnya cukup mirip antara jam tangan pintar ini dengan alat pengukur tekanan darah digital yang saya miliki. Bahkan setelah kalibrasi, pengukuran tekanan darah tersebut dapat digunakan orang lain dengan cukup akurat. Walaupun begitu, Samsung sendiri meminta agar pengguna tidak menjadikan hasilnya sebagai patokan kesehatan.

Saya juga mencoba fitur-fitur kesehatan lainnya seperti ECG, tingkat Stress, pemindai detak jantung, serta SpO2. Untuk ECG, saya tidak memiliki alat untuk membandingkan hasilnya. Untuk SpO2, hasilnya kurang lebih sama dengan alat pengukur pada jari di mana saya mendapatkan nilai 98%. Sayangnya, saya bukan orang yang sering berolah raga sehingga cukup sulit mencoba fitur olah raganya.

Setelah itu, saya mencoba untuk mendaftarkan eSIM pada jam tangan pintar ini. Ternyata cukup sulit. Hal pertama adalah pengguna harus memiliki SIM dari penyedia layanan yang sama dengan yang ingin diisi, dalam hal ini saya harus menggunakan SIM dari Smartfren agar bisa memasukkan eSIM dari Smartfren. Jika tidak ada SIM, setting pada Galaxy Wear akan menolak terbuka.

Sayang memang, eSIM yang saya dapatkan tidak bisa dimasukkan ke dalam Samsung Galaxy Watch 4 Classic. Aplikasi Galaxy Wear mengatakan bahwa eSIM saya sudah digunakan pada perangkat lainnya. Dan untuk mengganti QR, saya harus mengantri ke galeri Smartfren serta membayar uang Rp. 15.000. Karena pandemi masih belum selesai, hal ini tentu saja saya urungkan.

Saya pun mencoba apakah Samsung Galaxy 4 Classic bisa menerima telepon melalui aplikasi Telegram. Sayangnya, jam tangan pintar ini hanya bisa menolak panggilan tersebut. Saya mencoba untuk melihat apakah ada setting khusus untuk menerima pada jam tangan pintar ini. Namun, entah apakah kurang waktu untuk menelusuri, saya tidak menemukannya.

Sekarang tiba saatnya untuk menguji seberapa lama baterainya dapat bertahan. Tidak muluk-muluk, hampir setiap jam tangan pintar dari Samsung yang pernah saya coba hanya memiliki daya tahan hingga 2 hari saja. Tidak berbeda dengan Samsung Galaxy Watch 4 Classic yang juga memiliki daya tahan yang sama. Oleh karena itu, ada baiknya untuk memiliki sebuah power bank yang mendukung Qi wireless charging agar jam tangan ini bisa diisi ulang di luar rumah.

Saat mengisi Samsung Galaxy Watch 4 Classic, tidak ada masalah sama sekali yang saya temukan. Charger-nya sendiri memiliki magnet sehingga jam tangan ini tidak akan tergeser secara tidak sengaja. Mengisi daya pada jam tangan pintar ini akan memakan waktu sekitar 1,5 jam.

Menggunakan Android Wear OS membuat perangkat ini memiliki lebih banyak aplikasi pihak ketiga yang bisa diinstalasi. Namun sayang memang, untuk menambah aplikasi pada jam tangan ini mengharuskan pengguna untuk memakai smartphone Samsung. Untuk mereka yang memiliki smartphone merek lain (seperti saya), hanya bisa menggunakan fitur-fitur dasar saja.

Antar muka dari perangkat ini sudah menggunakan One UI Watch 3. Icon-iconnya sendiri juga sudah diubah menjadi bentuk bulat. Antar muka ini juga lebih memudahkan dalam pemakaian jam tangan pintar dibandingkan sebelumnya. Walaupun begitu, mereka yang sudah pernah menggunakan generasi sebelumnya, tentu tidak akan bingung karena memang antar mukanya mirip.

Verdict

Samsung memang tidak bisa dipungkiri lagi memiliki sebuah jam tangan paling pintar yang ada di pasaran saat ini. Hal tersebut ditandai dengan beberapa fitur-fitur kesehatan yang memang belum ada pada jam tangan pintar merek lainnya. Hal tersebut diteruskan oleh Samsung pada jam tangan terbarunya, yaitu Samsung Galaxy Watch 4 Classic.

Dengan menggunakan SoC terbaru yang memiliki prosesor Cortex A55, jam tangan pintar ini memiliki kinerja yang sangat baik. Selama penggunaan, saya tidak menemukan masalah dalam menjalankan aplikasi-aplikasi yang ada pada smartwatch ini. Hanya saja, jam tangan ini harus diisi ulang baterainya setiap 2 hari sekali sehingga pengguna tidak boleh lupa melakukan charging.

Samsung Galaxy Watch 4 Classic juga menawarkan fitur-fitur kesehatan yang dapat memberikan data langsung kepada pemakainya. Fitur pemindai tekanan darah, SpO2, serta ECG saat ini dibutuhkan agar kita bisa terhindar dari penyakit yang berkelannjutan, seperti darah tinggi dan COVID-19. Selain itu, jam tangan pintar ini juga sudah bisa disisipkan eSIM untuk melakukan panggilan suara. Sayang, semua itu hanya bisa terwujud pada saat smartphone yang digunakan juga dari Samsung.

Samsung Galaxy Watch 4 Classic di Indonesia dijual pada harga Rp. 4.999.000. Walaupun termasuk dalam harga yang premium, namun pengguna akan bisa mendapatkan fitur-fitur kesehatan yang cukup akurat yang nantinya bisa menyelamatkan nyawa. Hal tersebut tentunya akan terlihat lebih terjangkau untuk mereka yang suka berolah raga serta menjaga kondisi kesehatan setiap saat.

Sparks

  • Build kokoh dengan bingkai aluminium dan kaca Gorilla Glass
  • Fitur kesehatan yang cukup akurat dengan pendeteksi tekanan darah, SpO2, ECG, detak jantung, stress, dan lainnya
  • Mendukung 4G dengan eSIM
  • Responsif dengan SoC baru dan Android Wear OS
  • Mendukung charger Qi dan beberapa powerbank
  • Nyaman digunakan

Slacks

  • Fitur kesehatan mengharuskan penggunaan smartphone Samsung
  • Daya tahan baterai hanya 2 hari
  • Harganya cukup tinggi

Pokemon Unite Rebut Gelar Game Android Terbaik 2021 Versi AS, Versi Indonesia Dimenangkan Ragnarok X

Melanjutkan tradisi tahunan, Google mengumumkan para pemenang dari ajang penghargaan Google Play’s Best of 2021. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, yang masuk nominasi bukan cuma deretan game dan aplikasi smartphone saja, melainkan juga yang dibuat untuk tablet, smartwatch maupun smart TV.

Untuk kategori game Android terbaik 2021, titel juaranya jatuh pada Pokémon Unite. MOBA versi Pokémon ini berhasil merebut gelar yang sebelumnya dipegang oleh Genshin Impact (2020), Call of Duty: Mobile (2019), dan PUBG Mobile (2018). Menurut Google, Pokémon Unite layak menjadi pemenang berkat gameplay-nya yang dinamis dan pengalaman lintas platform yang ditawarkan.

Dirilis di Nintendo Switch pada bulan Juli 2021, kemudian di Android dan iOS pada bulan September 2021, Pokémon Unite memang terbukti sangat populer. Per Oktober 2021, game tersebut tercatat sudah diunduh lebih dari 25 juta kali di semua platform. Pencapaian ini rupanya di luar ekspektasi tim pengembangnya, seperti diakui oleh Masaaki Hoshino selaku produser dari Pokémon Unite. “Saya ragu game-nya bakal diterima dengan baik oleh pemain di seluruh dunia,” ucapnya.

Itu versi Amerika Serikat. Kalau untuk versi Indonesia, titel game terbaik 2021 rupanya dimenangkan oleh Ragnarok X: Next Generation. Well, tampaknya gamer Indonesia memang masih sangat suka dengan genre MMORPG, dan menurut saya kesulitan bersosialisasi selama masa pandemi turut berkontribusi atas popularitas genre tersebut.

Ragnarok X: Next Generation / Nuverse

Sementara itu, untuk kategori User’s Choice Game yang penilaiannya didasarkan pada pemungutan suara pengguna, gelar juaranya jatuh pada Garena Free Fire MAX, baik untuk versi AS maupun Indonesia.

Beralih ke aplikasi non-gaming, kategori aplikasi terbaik 2021 versi AS dimenangkan oleh aplikasi relaksasi Balance, sedangkan kategori User’s Choice App dimenangkan oleh aplikasi streaming Paramount+.

Di Indonesia, yang terpilih sebagai aplikasi terbaik 2021 adalah SejutaCita yang berfokus pada pengembangan diri dan karier. Lalu untuk kategori User’s Choice App versi Indonesia dimenangkan oleh aplikasi toko online Tokko.

Daftar lengkap pemenangnya bisa langsung dicek di situs Google Play, termasuk game yang memenangkan kategori-kategori yang lebih spesifik seperti Best Game Changers dan Best Indies, maupun Best Hidden Gems dan Best Everyday Essentials untuk aplikasi non-gaming. Untuk versi AS, Anda bisa lihat langsung daftar pemenangnya di blog Google.

Sumber: Digital Trends.

Realme Hadirkan 2 Smartphone Terakhir di Tahun 2021, Realme 8i dan C25Y

Tidak terasa saat ini sudah hampir sampai di penhujung tahun 2021. Pada saat ini pula, biasanya para vendor sedang berlomba-lomba mempersiapkan produk mereka untuk menyambut 12.12 dan libur Nataru. Realme juga sudah mempersiapkan perangkat terbarunya untuk para konsumen entry level serta mainstream. Kedua perangkat tersebut adalah realme 8i dan C25Y.

“Bagi realme, tahun 2021 merupakan tahun dengan lompatan performa dan desain yang serba trendsetting. Kami sangat bersemangat untuk menghadirkan realme 8i sebagai smartphone 120Hz yang belum pernah ada di kisaran harga di bawah Rp 3 juta sebelumnya, serta memperkenalkan chipset 4G paling mutakhir dan powerful dari MediaTek yaitu Helio G96. realme 8i didefinisikan sebagai smartphone ultra-smooth dan ultra-powerful menetapkan standar bagi smartphone midrange. Selain itu, kami melakukan pembaruan pada kamera realme C25Y dengan menghadirkan kamera tertinggi dan pertama di seri entry-level realme, 50MP AI Camera dan chipset powerful dari Unisoc, dilengkapi baterai 5000mAh untuk menghadirkan performa seharian,” ungkap Palson Yi – Marketing Director realme Indonesia.

Realme 8i digadang sebagai smartphone dengan layar 120 Hz termurah. Smartphone ini juga ditenagai dengan chipset 4G terkencang dari Mediatek saat ini, yaitu Helio G96. Menggunakan proses produksi 12nm, Helio G96 menggunakan prosesor dua core Cortex A75 dan enam core Cortex A55 yang memiliki frekuensi utama hingga 2,05GHz dan memiliki GPU  ARM Mali-G57.

Realme 8i hadir dalam dua konfigurasi memori, yakni 4GB + 64GB dan 6GB+128GB. Untuk varian memori 6GB + 128GB, mendukung memori virtual DRE hingga 5GB sementara versi 4GB tidak mendukungnya. Kedua varian ini juga menggunakan kamera dengan resolusi 50 MP. Baterai yang terpasang memiliki kapasitas 5000 mAh.

Smartphone selanjutnya adalah realme C25Y. Smartphone yang satu ini menggunakan SoC dari Unisoc dengan T610.  Unisoc T610 menggunakan proses pabrikasi 12nm, memakai prosesor yang terdiri dari dua inti Cortex A75 berkecepatan 1.8GHz dan enam inti prosesor Cortex A55 1.8GHz.  GPU yang digunakan pada SoC ini adalah ARM Mali G52 3EE 2-Core. Konfigurasi yang dikeluarkan oleh realme hanya 1 macam saja, yaitu 4 + 64 GB.

Realme C25Y juga membawa kamera 50 MP sebagai sensor utamanya. Untuk layarnya, realme C25Y memiliki dimensi 6,5 inci rasio layar-ke-bodi hingga 88,7% berkat desain mini-drop klasik.Realme juga memasangkan baterai dengan kapasitas 5000 mAh yang dapat diisi ulang dengan charger 18 watt.

Smartphone realme 8i dengan varian 4+64 GB dijual dengan harga Rp. 2.499.000. Untuk versi 8+128 GB dijual dengan harga Rp. 2.999.000. Realme C25Y sendiri dijual pada harga Rp. 1.999.000.

DRE pada realme 8i hanya pada varian tertinggi?

Salah satu fitur yang sangat mendukung kinerja sebuah smartphone yang muncul di tahun 2021 adalah Dynamic RAM Expansion. Teknologi ini sendiri akan membuat cache yang ada pada RAM untuk dipindahkan sementara ke penyimpanan internal pada saat penuh. Tentunya, hal ini akan sangat menguntungkan perangkat dengan RAM yang lebih kecil. Namun mengapa realme 8i 4+64 GB malah tidak mendapatkan fitur tersebut?

J.J. Kwan sebagai Global Product Marketing Lead, realme mengatakan bahwa DRE bekerja dengan memakan sebagian ruang penyimpanan internal. Untuk versi dengan penyimpanan 128 GB, tentunya perangkat tersebut memiliki ruang yang cukup untuk digunakan sebagai memori virtual dan data pengguna. Akan tetapi untuk versi dengan media penyimpanan 64 GB, tentunya akan semakin sempit pada saat perangkat tersebut terisikan foto, informasi personal, serta data lainnya. Hal ini akan sangat berimbas pada pengalaman penggunaan perangkat ini secara keseluruhan.

Tanpa NFC pada realme 8i?

NFC sampai saat ini merupakan salah satu faktor penting dalam penjualan smartphone di Indonesia. Namun, realme 8i yang baru saja diluncurkan ini tidak memiliki fitur NFC yang saat ini sangat dibutuhkan untuk mengisi kartu uang elektronik. Lalu apa alasannya realme 8i tidak menyertakan fitur tersebut?

J.J. Kwan menjelaskan bahwa secara global, tim produk tidak melihatnya sebagai fitur yang high priority. Realme 8i sendiri memberikan fitur yang terlihat lebih baik seperti layar 120 Hz, Mediatek Helio G96, dan lainnya di harga 2 jutaan saja. Realme sendiri merupakan trendsetter, sehingga ingin membuat orang-orang merasakan layar 120 Hz tanpa harus mengeluarkan biaya yang lebih. Oleh karena itu, jika menginginkan NFC, bisa memilih model lain dari realme.

Program Reward Google Play Points Resmi Hadir di Indonesia

Google mengumumkan kehadiran program Google Play Points secara resmi di Indonesia pada tanggal 5 November 2021 kemarin. Sebelumnya sudah hadir lebih dulu di beberapa negara lain, program ini dirancang untuk memberikan poin dan reward kepada pengguna perangkat Android atas berbagai aktivitas mereka di Google Play.

Program ini dapat diikuti tanpa biaya, dan pengguna dapat mengumpulkan Play Points dari pembelian aplikasi, film, buku, pembayaran subscription, in-app purchase, dan lain sebagainya. Selama masih dalam konteks Google Play, pada dasarnya semua transaksi dapat dikonversikan menjadi Play Points.

Di awal, peserta program bakal mendapatkan 1 poin di setiap kelipatan Rp1.500. Jadi semisal Anda membeli 250 Diamond di Mobile Legends seharga Rp75.000 (lewat store bawaan game-nya langsung), maka Anda bakal langsung menerima 50 Google Play Points.

Poin tersebut kemudian bisa ditukarkan dengan beragam reward; bisa berupa in-app atau in-game item, bisa berupa kupon diskon untuk membeli in-app atau in-game item, atau bisa juga berupa saldo Google Play Credit.

Seiring poinnya terakumulasi, jumlah poin yang didapat dari setiap transaksi juga bakal bertambah. Pasalnya, pengguna bisa mencapai empat tingkatan (tier) di program ini. Berikut rincian dari masing-masing tier:

  • Bronze: Tier pertama untuk semua peserta program Google Play Points. Tier ini memberikan 1 poin di setiap kelipatan Rp1.500, beserta kesempatan untuk mendapat hingga 4x lebih banyak poin di game, atau hingga 2x dari menyewa film dan buku dalam event bulanan.
  • Silver: Jika mengumpulkan setidaknya 300 poin dalam tempo satu tahun, maka pengguna akan naik ke tier yang kedua. Di sini mereka bakal mendapatkan 1,1 poin untuk setiap kelipatan Rp1.500 (bonus 10%), lalu kesempatan untuk mendapat hingga 4x lebih banyak poin di game, atau hingga 3x dari menyewa film dan buku dalam event bulanan. Mereka juga bisa mendapat hadiah langsung setiap minggunya dalam bentuk poin (sampai 100 poin).
  • Gold: Jika mengumpulkan paling tidak 1.000 poin dalam tempo setahun, maka pengguna akan naik ke tier yang ketiga. Nilai konversinya naik menjadi 1,2 poin untuk setiap kelipatan Rp1.500 (bonus 20%), dan hadiah mingguannya juga naik menjadi up to 200 poin. Kesempatan untuk mendapat hingga 4x lebih banyak poin di game masih ada, tapi tier Gold juga bisa menerima sampai 4x dari menyewa film dan buku selama event bulanan.
  • Platinum: Saat akumulasi poin dalam setahun mencapai 5.000 poin, maka pengguna akan mencapai tier yang teratas. Di tier ini, setiap kelipatan Rp1.500 akan menghasilkan 1,4 poin (bonus 40%), dan hadiah langsungnya bisa mencapai 500 poin per minggu. Pengguna di tier ini juga berkesempatan mendapatkan hingga 4x lebih banyak poin di game, atau sampai 5x dari menyewa film dan buku selama event bulanan, tidak ketinggalan pula respon tercepat dari tim support apabila membutuhkan.

Muriel Makarim, Head of Brand & Reputation, Google Indonesia, menjelaskan, “Kami ingin memberikan masyarakat Indonesia sebuah program yang dapat mengikuti peningkatan minat mereka terhadap berbagai aplikasi seluler. Orang di Indonesia makin banyak mencari hiburan baru, terutama terkait game, dan mereka ingin terus dihibur, aktif, dan berinteraksi dengan aplikasi. Kami ingin memberikan reward atas engagement itu dengan Google Play Points dan memberi mereka pengalaman yang menyenangkan.”

Ditanya mengenai tarif top up Google Play yang lebih mahal jika dibandingkan dengan berbagai layanan pihak ketiga, Muriel berdalih bahwa memberikan pengalaman yang terbaik kepada konsumen itu tidak selalu lewat harga yang murah, melainkan bisa juga dengan cara [top up] yang seamless.

Program Google Play Points ini pada dasarnya juga bisa dilihat sebagai respon Google terhadap kondisi tersebut. Kalau kita gunakan Mobile Legends lagi sebagai contoh, jadi meskipun jumlah Diamond yang didapat lebih sedikit jika top up langsung via Google Play, pengguna akan mendapatkan poin yang dapat ditukar dengan beragam reward itu tadi.

Google mengajak lebih dari 25 developer untuk ikut meramaikan program Google Play Points di Indonesia, termasuk halnya developer lokal macam Agate. Arief Widhiyasa, CEO sekaligus co-founder Agate, optimistis bahwa program ini bisa jadi cara yang bagus bagi developer untuk berinteraksi dengan para pemainnya dan memotivasi mereka untuk terus bermain.

Untuk mengikuti program Google Play Points, pengguna hanya perlu mencantumkan metode pembayaran pada akunnya, lalu buka menu profil pada aplikasi Play Store di perangkat Android. Supaya lebih menarik perhatian, semua anggota baru berhak mendapatkan tiga kali lebih banyak poin di setiap pembelian selama satu minggu pertama.