Hasil Pencarian Gambar di Google Kini Bisa Di-Bookmark

Mencari gambar di Google adalah sesuatu yang kita lakukan hampir setiap hari. Entah itu sekedar untuk mengingat-ingat bentuk dari Nokia 3310, atau untuk mencari model rambut yang sedang ngetren. Tapi pertanyaannya, apa yang kita lakukan setelah menemukan gambar yang dicari?

Kalau di Pinterest, kita bisa mengelompokkan gambar-gambar tersebut dengan mudah untuk dijadikan referensi di lain waktu. Bagaimana dengan Google? Well, Anda bisa menyimpan gambarnya atau menerapkan trik umum yaitu mengambil screenshot dari hasil pencarian gambar yang ditampilkan.

Sayangnya dua cara tersebut terbukti kurang efisien ketika sebuah gambar hendak dijadikan referensi lanjutan. Semisal kita berkunjung ke sebuah salon lalu minta dibentuk rambutnya sesuai tren terkini, kita harus mencari gambar yang tadi kita simpan di antara ratusan foto yang terdapat di dalam galeri milik smartphone.

Maka dari itu, Google pun meluncurkan sebuah fitur baru yang memungkinkan kita untuk menandai setiap gambar yang kita temukan dan menyimpannya sebagai bookmark. Harapannya, saat Anda datang ke salon di kesempatan lain, Anda tak perlu repot-repot ‘berburu’ gambar yang disimpan di galeri foto atau melakukan pencarian ulang di Google.

Google Image Bookmark

Semua gambar yang ditandai akan dijadikan satu supaya mudah diakses kapan saja. Namun pengguna juga punya opsi untuk mengelompokkan masing-masing gambar berdasarkan tag – mirip seperti yang ditawarkan Pinterest. Dengan demikian, gambar model rambut terkini yang dicari tak akan tercampur dengan gambar kamar hotel yang telah dipesan untuk liburan akhir tahun.

Sayangnya, fitur ini baru tersedia buat pengguna yang tinggal di Amerika Serikat saja. Tapi nanti kalau sudah tersedia di sini, fitur ini bisa dinikmati langsung lewat browser perangkat mobile, baik Android maupun iOS. Syaratnya cuma satu, yaitu pengguna harus login menggunakan akun Google-nya terlebih dulu.

Sumber: Google Search Blog. Gambar header: Google Search via Shutterstock.

Aplikasi Startup Indonesia Dominasi Daftar Aplikasi Terbaik Google Play 2015 di Indonesia

Google merilis 10 aplikasi terbaik dan 10 game terbaik di Google Play Indonesia sepanjang tahun 2015. Kategori terbaik ini didasari jumlah pengunduh (best seller), rating, dan pembaruan menarik yang diluncurkan sepanjang tahun 2015. Aplikasi karya startup Indonesia sudah menjadi raja di negeri sendiri, sedangkan untuk kategori gamee baru dua pengembang lokal yang masuk ke daftar ini.

Secara umum, Google menyimpulkan bahwa aplikasi bertema komunikasi dan sosial masih terus menjadi minat utama pengguna di Indonesia. Berbeda dengan daftar tahun sebelumnya yang masih didominasi karya pengembang asing, tahun ini aplikasi dari pengembang lokal sudah mampu bersaing dan bahkan menguasai daftar ini.

Tercatat aplikasi transportasi Go-Jek, aplikasi travel Traveloka, aplikasi hiburan Mivo, aplikasi membaca berita BaBe, aplikasi e-commerce Tokopedia, dan aplikasi media sosial Sebangsa berada di jajaran aplikasi terbaik.

Empat posisi sisa ditempati oleh Periscope, Dubsmash, Bestie, dan Brainly.

Kondisi berbeda ditemui di kategori game terbaik. Karya pengembang luar masih mendominasi. Billionaire dari Alegrium dan Dazzle – Dagelan Puzzle dari Touchten adalah hasil karya pengembang lokal yang mengisi daftar ini.

Duel Otak Premium dan Bima-X yang juga populer di Indonesia dan terkesan sebagai produk dalam negeri, sayangnya dikembangkan oleh pengembang luar.

Melengkapi daftar ini adalah Vainglory, Minecraft: Story Mode, Asphalt Nitro, Magic Rush: Heroes, Godus, dan Minions Paradise.

Layanan Streaming Songza Siap Dilebur ke Google Play Music Awal Tahun Depan

Setelah setahun lebih, Google akhirnya memutuskan untuk memensiunkan Songza pada tanggal 31 Januari 2016 mendatang. Sekedar informasi, Songza adalah layanan streaming musik yang diakuisisi oleh Google pada bulan Juli 2014. Songza sendiri sudah beroperasi sejak tahun 2007, menawarkan playlist terkurasi berdasarkan mood maupun aktivitas pengguna.

Kini keunikan tersebut sudah diwariskan ke Google Play Music. Pada kenyataannya, selama ini Google cukup sibuk mengintegrasikan fitur-fitur milik Songza ke dalam layanan streaming musiknya sendiri. Prosesnya memang memakan waktu, tapi pada akhirnya Songza pun bisa melebur dengan Play Music secara sempurna.

Namun para penggemar Songza tak perlu khawatir, karena mereka akan diberi kesempatan untuk memindahkan akunnya ke Google Play Music. Dengan demikian, semua history maupun playlist yang telah dicantumkan sebagai favorit juga akan muncul di Google Play Music.

Google juga memastikan bahwa seluruh fitur Songza bisa dinikmati secara cuma-cuma di Google Play Music. Biaya berlangganan cuma diperlukan kalau pengguna hendak mengakses katalog lagu secara on-demand dan mengunggah koleksi lagu pribadinya ke cloud.

Bicara soal biaya berlangganan, Google juga berencana meluncurkan family plan dalam waktu dekat, yang mencakup enam anggota keluarga sekaligus seharga $15 per bulan – mirip seperti yang ditawarkan oleh Apple Music.

Yang disayangkan, Google Play Music tak kunjung tersedia di tanah air sampai saat ini. Dalam email yang dikirim ke seluruh pengguna Songza, dikatakan bahwa Google akan terus mengekspansi Play Music ke negara-negara lainnya. Namun tidak ada kepastian mengenai kapan Indonesia kebagian jatah.

Mungkin saja Google selama ini masih fokus mewariskan fitur-fitur Songza ke Play Music, memperkuat posisinya terlebih dahulu dalam kompetisi layanan streaming musik. Kini semuanya sudah siap dan mereka pun bisa berfokus pada ekspansi internasional yang lebih agresif lagi. Semoga saya tidak salah…

Sumber: TechCrunch. Gambar header: YouTube.

Fitur Data Saver di Chrome Kini Bisa Menghemat Data Hingga 70 Persen

“Sudah lambat, kuotanya sedikit lagi,” keluh teman saya selagi menatapi sebuah situs di layar smartphone yang tak kunjung terbuka. Seperti yang kita tahu, kehabisan kuota data adalah salah satu musuh utama pengguna smartphone selain kehabisan baterai. Maka dari itu, Google pun sudah cukup lama menghadirkan fitur Data Saver pada browser Chrome.

Teman saya tadi tentu saja tidak sendirian. Saya yakin masih banyak pengguna smartphone yang kerap mengalami skenario serupa, dimana koneksi internetnya terasa lambat dan ia ‘dihantui’ oleh ancaman kehabisan kuota data. Beruntung, Google baru saja meng-update fitur Data Saver di Chrome agar kinerjanya lebih efisien lagi.

Sekarang, fitur ini diyakini bisa menghemat penggunaan data saat browsing hingga 70 persen. Jadi semisal sebuah situs sebelumnya memakan data 1 megabyte, dengan fitur Data Saver konsumsi datanya jadi cuma berkisar 300 kilobyte. Pencapaian ini dimungkinkan berkat kemampuan fitur Data Saver menyembunyikan sebagian besar gambar yang ada pada situs.

Chrome Data Saver

Fitur ini akan aktif ketika Chrome mendeteksi koneksi internet sedang lambat. Setelah situs selesai dimuat, jika memang berkenan pengguna bisa memunculkan semua gambar hanya dengan satu sentuhan – atau pengguna juga bisa memunculkan gambar satu per satu dengan menyentuh bingkainya satu per satu pada layar.

Penyempurnaan fitur Data Saver ini bakal bisa dinikmati lebih dulu oleh pengguna di India dan Indonesia. Harapannya, berkelana di web bisa lebih cepat dan terjangkau meski kecepatan koneksinya cukup terbatas.

Sumber: Chrome Blog. Gambar header: Google Chrome via Shutterstock.

Mercedes-Benz Terapkan Strategi Khusus untuk Hadapi Google dan Uber di Era Baru Industri Otomotif

Siapa yang tidak mengenal Mercedes-Benz? Perusahaan asal Jerman ini seringkali dicap sebagai pionir industri otomotif, dan usianya saat ini sudah mencapai hampir satu abad – lebih, kalau perusahaan pendahulunya, Benz & Cie. dan Daimler-Motoren-Gesellschaft, dimasukkan dalam hitungan.

Namun reputasi setenar itu rupanya tidak bisa menjauhkan rasa khawatir akan persaingan industri otomotif yang semakin keras, khususnya yang berasal dari perusahaan teknologi AS yang dalam beberapa tahun terakhir ikut memegang andil besar dalam perkembangan industri. Sebut saja Google dan Uber – atau malah Apple, kalau saja rumornya tidak meleset.

Kehadiran Google dan Uber dinilai cukup ‘mengancam’ buat industri otomotif. Google, seperti yang kita tahu, sudah bertahun-tahun menguji mobil tanpa sopir, sedangkan Uber juga punya misi serupa. Belum lagi layanan yang disediakan Uber juga berpotensi membuat hasrat kepemilikan mobil menurun secara perlahan.

Apa yang sangat ditakutkan oleh Mercedes-Benz maupun pabrikan otomotif lainnya adalah era dimana mobil akhirnya dianggap sebagai suatu komoditas. 20 tahun yang lalu, Google bahkan belum lahir ke dunia, tapi sekarang proyek mobil tanpa sopirnya berhasil mempengaruhi pabrikan-pabrikan otomotif untuk melangkah ke arah yang sama.

Namun bukan pionir namanya kalau saja Mercedes-Benz menyerah dan menggantungkan semuanya pada takdir. Strategi yang mereka terapkan adalah menyerang balik dari segala arah. Produksi mobil konvensional tidak akan dihentikan begitu saja, dan Mercedes-Benz pun turut menyelipkan fitur-fitur kemudi otomatis ke sejumlah model kelas atasnya.

f-015-luxury-02

Mercy pun juga punya konsep mobil tanpa sopir. Proses pengembangannya akan semakin dimatangkan berkat akuisisi layanan peta digital HERE Maps belum lama ini – untuk bisa mengemudi dengan baik, mobil tanpa sopir perlu mendapat gambaran yang tepat atas kondisi jalanan di sekitarnya, dan layanan peta digital ini jelas akan sangat membantu.

Di sisi lain, Mercy rupanya juga ikut mencoba peruntungan di bidang layanan. Lewat perusahaan induknya, Daimler, lahir sebuah layanan car-sharing bernama car2go, yang sejauh ini sudah aktif di 31 kota di seluruh dunia. Layanan taksi privat macam Uber pun juga dilangsungkan, meski konsepnya agak sedikit berbeda dengan target konsumen yaitu anak-anak.

f-015-luxury-03

Laboratorium R&D milik Mercedes-Benz di Amerika juga tidak santai-santai begitu saja. Salah satu proyek yang tengah dikerjakan adalah teknologi kecerdasan buatan (AI) yang sifatnya prediktif. Berkat teknologi ini, nantinya Anda bisa masuk ke mobil di pagi hari, lalu mobil akan tahu bahwa tujuan Anda adalah ke kantor. Navigasi menuju kantor akan segera ditampilkan, dan Anda pun juga akan disambungkan ke asisten pribadi via telepon.

Soal pengembangan teknologi kemudi otomatis, Mercedes-Benz mungkin masih bisa dibilang ketinggalan dibanding Google. Modal riset yang dikerahkan mungkin juga masih kalah besar. Pun demikian, berbekal pengalaman dan ambisi yang kuat, Mercedes-Benz siap bersaing di era baru industri otomotif yang tidak terelakkan.

Sumber: Re/code. Sumber gambar: Mercedes-Benz.

Rayakan Star Wars, Google Ajak Kita ‘Membangkitkan Force Dalam Diri’

Masih ada berapa minggu lagi sampai waktu penayangannya tiba, namun Star Wars episode VII dilaporkan berhasil memecahkan rekor. Berdasarkan laporan sumber internal, transaksi penjualan tiket The Force Awakens menghasilkan uang lebih dari US$ 50 juta. Jutaan penggemar mengantisipasinya, dan demi merayakannya, Google dan Disney melakukan sebuah kolaborasi.

Sang penyedia layanan internet terbesar di dunia dan perusahaan hiburan multinasional itu mengumumkan program kemitraan kreatif, mengangkat judul Awaken The Force Within, demi menyambut pemutaran film baru dalam franchise fiksi ilmiah ciptaan George Lucas tersebut. Karena diusung Google, tentu saja Awaken The Force Within hadir berupa ‘pengalaman berinternet’. Dan sebelum memulai, Google meminta Anda memilih: light side atau dark side.

Awaken The Force Within akan memberikan cita rasa Star Wars saat Anda mengakses aplikasi-aplikasi serta servis dari Google semisal Calendar, Chrome, Chromecast, Gmail, Inbox, Maps, Translate, Waze dan YouTube. Tampilan segera mengikuti ‘kecondongan moral’ Anda: light side tampak cerah (dan bagi saya sedikit membosankan); sedangkan seperti namanya, dark side didominasi latar belakang gelap dipadu warna lightsaber merah – cocok bagi para Anda pengikut setia Sith.

Fans trilogi orisinil boleh jadi sedikit kecewa karena kedua kubu diwakilkan oleh tokoh-tokoh baru, bukan nama-nama legendaris seperti Han Solo atau Darth Vader. Ada Rey di light side dan Kylo Ren di dark side. Hal itu menandakan bahwa The Force Awakens merupakan babak baru di saga Star Wars. Sedikit informasi latar belakang mengenai dua karakter ini, Rey ialah seorang gadis pemulung yang tinggal di planet Jakku, sedangkan Ren adalah komandan First Order dan anggota Knights of Ren.

Proyek ini adalah salah satu realisasi dari ide Google dalam memperingati peluncuran The Force Awakens. VP product management Clay Bavor mengaku ia dan timnya telah mengumpulkan begitu banyak ide. Akhirnya mereka mengubungi rekan di Lucasfilm dan Disney, dan mulai mengerjakan Awaken The Force Within. Baginya, kreasi tersebut didedikasikan untuk para fans, digarap oleh sesama penggemar.

Bavor tak lupa bilang, pengalaman Star Wars di Google hanyalah permulaan. Mereka sudah menyiapkan kejutan lain, memuncak di malam perilisan Star Wars: The Force Awakens. Salah satunya ialah ‘menggabungkan’ virtual reality dengan Millennium Falcon…

Silakan kunjungi Google.com/StarWars untuk segera menjajalnya.

Google Maps Offline Kini Hadir di Indonesia

Beberapa waktu lalu Google mengumumkan bahwa salah satu layanan andalan mereka Google Maps tersedia secara offline. Kini fitur Google Maps offline tersebut bisa dinikmati oleh pengguna di Indonesia. Dengan fitur tesebut pengguna tidak perlu khawatir tidak bisa mengakses Google Maps meski tidak berada dalam jangkauan Internet di Indonesia. Continue reading Google Maps Offline Kini Hadir di Indonesia

Percakapan di Google Hangouts Kini Tidak Memerlukan Akun

Belum seminggu setelah merombak Google+, kini layanan video call Google Hangouts yang mendapat update. Pembaruan ini berkaitan dengan fitur guest access yang sudah lebih dulu dihadirkan sejak tahun lalu.

Sebelum ini, kita memang sudah bisa mengirimkan link ke siapa saja untuk mengundang mereka masuk ke dalam percakapan. Kalau yang diundang punya akun Google, tidak ada masalah. Tapi kalau ternyata tidak punya, maka dibutuhkan alternatif layanan video call lain.

Nah, mulai hari ini, masalah tersebut sudah dituntaskan. Semua tamu yang diundang untuk ikut bercakap-cakap di Google Hangouts kini tak membutuhkan akun sama sekali. Jadi setelah menerima link, sang tamu cuma perlu mencantumkan namanya saja untuk ‘meminta izin’ masuk.

Guest Access Google Hangouts

Mengapa masih memerlukan izin? Supaya keamanan tetap bisa dijaga, dalam artian percakapan Anda tidak bakal dirusuhi oleh orang yang tak dikenal. Tapi jangan khawatir, semua peserta video call yang tergabung dalam organisasi bisa mengklik “Accept” saat ada tamu yang meminta izin masuk, bukan cuma yang menjadi host saja.

Buat yang melewatkan, Skype sebenarnya sudah lebih dulu memperkenalkan fitur serupa. Malahan, Skype memberikan kebebasan buat pengguna untuk membagikan link menuju percakapan via email atau media sosial. Pengguna Google Hangouts di sisi lain cuma bisa mengirim link melalui Google Calendar – meski sang penerima tidak harus ikut menggunakan Google Calendar.

Sumber: Google for Work. Gambar header: Video calling via Shutterstock.

YouTube Kids Mulai Go International, Diawali di UK dan Irlandia

YouTube Kids, aplikasi yang diciptakan secara khusus untuk menyuguhkan konten terkurasi bagi anak-anak kini mulai go international. Sebelumnya, aplikasi ini hanya bisa diunduh oleh pengguna yang tinggal di Amerika Serikat saja. Dan selama sekitar 9 bulan sejak dirilis, jumlah download-nya sudah mencapai lebih dari 10 juta kali.

Ekspansi internasional ini diawali di UK dan Irlandia terlebih dulu. Google sepertinya tidak ingin terburu-buru karena mereka juga berusaha menggandeng sejumlah media publikasi untuk menyajikan konten-konten yang populer secara lokal. Jadi di setiap negara rekomendasi video yang disuguhkan pasti berbeda.

Semua kegiatan menonton di YouTube Kids tidak terikat pada suatu akun. Fitur-fitur seperti upload, share, like, atau yang lainnya yang membutuhkan akun telah disingkirkan dari YouTube Kids. Fokusnya hanya pada rekomendasi video yang ditampilkan pada home screen – yang terbagi menjadi 4 kategori, yakni Shows, Music, Learning dan Explore.

YouTube Kids juga menyediakan fitur search, tapi para orang tua juga bisa memilih untuk menonaktifkannya. Mengapa? Karena Google belum berani menjamin kalau konten yang muncul adalah yang benar-benar cocok buat anak-anak. Ada kemungkinan hasil pencariannya mencakup video yang tergolong kurang ramah bagi anak-anak.

Agar pengaturan yang telah ditetapkan tidak diubah-ubah, para orang tua juga bisa memasang password. Fitur menarik lain adalah timer, dimana aplikasi akan mengingatkan sang anak kalau waktu menontonnya sudah habis. Harapannya, yang ‘dimusuhi’ oleh sang anak adalah aplikasi YouTube Kids itu, bukan orang tuanya.

Semoga saja Google bisa membawa YouTube Kids ke Indonesia sesegera mungkin.

Sumber: YouTube UK Blog dan VentureBeat.

Google Plus Kini Punya Wajah Baru

Sekian tahun berjalan, Google tampaknya belum mau menyerah menggarap layanan jejaring sosial. Hal itu dibuktikan dengan dirilisnya wajah baru untuk jejaring sosialnya, Google Plus (Google+). Kini Google Plus dibuat lebih sederhana di mana Communities dan Collections ditempatkan di posisi tengah.

Posisi ini dianggap sebagai zona emas di mana pengguna lebih banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi. Kemudian mempertimbangkan bahwa dua fitur lainnya, yaitu Hangouts dan Photos telah berdikari sendiri di dunianya masing-masing.

google plus_1

Menurut Google, desain baru ini dirancang untuk memudahkan pengguna dalam mem-posting, mencari dan terhubung. Menyuguhkan pengalaman mobile yang lebih terfokus pada minat dan topik-topik spesifik.

Tapi desain baru ini tidak serta merta diterapkan ke semua pengguna, pada mulanya pengguna akan memperoleh opsi untuk mencoba desain baru. Update-nya pun diterapkan secara bertahap, termasuk ke depannya untuk perangkat Android dan iOS.

Desain baru juga tidak memboyong serta fitur di desain lama, salah satunya adalah fitur Events yang hanya akan ada di desain lama. Pengguna bisa kembali menggunakannya hanya dengan menekan tombol khusus untuk berganti tampilan yang disediakan nantinya. Belum diketahui sampai kondisi ini akan berlangsung.

Luke Wroblewski, direktur produk Google mengatakan bahwa mereka belum selesai dengan proyek desain ulang ini. “Kami masih mendengarkan dan mempelajari, ini akan terus kami lakukan.”

Google Plus dilahirkan pada tahun 2011, mulanya ia dirancang untuk menyaingi sang rival, Facebook. Dan seperti halnya Facebook, ia juga menawarkan tempat untuk bersosialisasi dalam hubungan pertemanan yang disebut dengan “Circles”. Unik, tapi sejauh ini rencana “mengkudeta” Facebook tak berjalan dengan baik.

Dalam perjalanannya, Google+ justru lebih dipilih sebagai tempat bagi komunitas untuk berbincang tentang topik tertentu. Melihat perkembangan itu Google kemudian mempromosikan Community di sela-sela pembaruan yang dirilis, termasuk memperkenalkan fitur Collections yang berisikan topik-topik spesifik terkurasi.

Masih sangat layak ditunggu apakah Google mampu menerjemahkan keinginan pengguna dunia maya generasi baru. Akankah Google berani menggebrak dengan sesuatu yang lebih segar dan mampu membuat perbedaan, atau mereka justru hanya bisa mengikuti arus dan beradaptasi seiring arah orientasi penggunanya saat ini? Let’s see!

Sumber berita Google.