Petinggi Dana, GoPay, LinkAja, dan Ovo Tanggapi Strategi Bakar Uang

Strategi ‘bakar uang’ lumrah dipakai oleh perusahaan baru dalam mengakuisisi konsumen dalam waktu yang singkat. Ada pro kontra bila ini dilakukan dalam waktu lama. Selain tidak sehat untuk industri, juga konsumen akan didorong untuk hidup konsumtif.

Bagaimana para pemain fintech pembayaran menanggapi strategi ini? Pertanyaan ini diangkat dalam salah satu sesi di Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 hari kedua, kemarin (24/9). Mengundang Aldi Haryopratomo (GoPay), Harianto Gunawan (Ovo), Vincent Iswara (Dana), Danu Wicaksana (LinkAja), dimoderatori oleh Ketua Aftech Niki Luhur.

Seluruh pemain sepakat bahwa promosi dilakukan untuk mengedukasi masyarakat yang sehari-harinya masih menggunakan transaksi tunai dalam kesehariannya. Harianto mengelaborasi lebih dalam. Dia menjelaskan ada dua hal yang membuat konsumen mau beralih dan menggunakan aplikasi pembayaran, yakni kepercayaan dan kenyamanan.

“Proses bank dalam bangun kepercayaan di pasar sampai bertahun-tahun, kita [perusahaan teknologi] tidak bisa melakukan seperti itu. Cara tercepat dalam meraih kepercayaan, siapa itu kita, perlu dengan insentif. Ini adalah investasi terbesar yang perlu dilakukan untuk bangun kepercayaan,” katanya.

Untuk bisa mendorong orang pindah dari transaksi tunai ke nontunai, butuh proses. Terlebih, menurutnya mayoritas penduduk di Asia Tenggara masih menggunakan tunai. Di Indonesia saja, layanan pembayaran digital masih di bawah 10%.

Sepakat dengan Harianto, Aldi menambahkan insentif itu dibutuhkan untuk mengalihkan orang dari tunai ke non tunai. Namun dia menekankan, insentif yang diberikan harus kepada orang yang tepat dan waktu yang tepat pula. Pun, insentif tidak hanya diberikan ke pembeli saja, tapi juga ke mitra penjual.

“Mitra kami mayoritas adalah UKM, ketika kami beri insentif, mereka bisa merasakan langsung dampaknya. Penjualan mereka naik double. Dari sini, mereka akan merasa perlu untuk geser ke non tunai.”

Sementara itu, Vincent juga menekankan bahwa promosi itu bukan satu-satunya hal yang mendorong masyarakat untuk beralih ke digital. Menurutnya yang terpenting adalah akses, bagaimana mereka bisa memanfaatkan layanan ini untuk top up dan cash out semudah bertransaksi tunai.

Pasalnya, bertransaksi digital ini tidak mengurangi nominal saldo yang ada di ATM. Makanya Dana fokus perbanyak kerja sama untuk keagenannya, beberapa nama di antaranya Ramayana, Bukalapak, dan Alfa Group.

“Pada akhirnya ini mengenai edukasi, burning money untuk mengubah gaya hidup digital itu tidak murah, butuh effort, waktu, dan mindset.”

Vincent mencontohkan, kejadian nyata ini dialami sendiri oleh Dana saat menggelar acara offline. Konsumen tidak perlu bayar apapun asalkan mengunduh aplikasi Dana untuk bertransaksi di dalamnya. Menariknya dari total pengunjung, hanya 20% yang mau untuk pakai Dana.

“Kejadian ini mindblowing. Saya tanya ke mereka kenapa tidak mau pakai? Mereka bilang kurang nyaman sehingga lebih baik pakai tunai saja. Ini memperlihatkan butuh effort ekstra untuk mengubah mindset.”

Terakhir, Danu mengaku pihaknya lebih memilih untuk bakar uang secara tepat guna. Dengan menggabungkan pengalaman dari tiga bank pemegang saham di balik Dana dengan semangat agility dari startup, menghasilkan insight penting agar perusahaan lebih cerdas dalam bakar uang.

“Ada dua metrik yang kita ukur sebelum bakar uang, dari persentase orang yang datang dari tunai dan nasabah bank ke LinkAja. Itu terlihat seberapa tinggi yang butuh e-money. Lalu peta distribusinya, apakah dari 2nd atau 3rd tier. Ini penting buat tahu investasi yang kita tempatkan benar-benar sentuh mereka.”

Kesediaan untuk menerapkan ekosistem terbuka

Pertanyaan lain yang diajukan moderator kepada para panelis adalah apakah keempat pemain ini bersedia untuk merelakan infrastruktur yang sudah dibangun untuk dipakai bersama pemain sejenis yang tak lain adalah kompetitor langsungnya.

Menanggapi ini, Harianto menegaskan Ovo bukan kompetitor dengan GoPay, LinkAja, dan Dana. Justru kompetitor keempatnya adalah uang tunai. Untuk itu pihaknya sangat terbuka dengan kolaborasi, terutama dengan perbankan.

Dia juga mengapresiasi penerapan QRIS oleh BI, yang dinilai sangat brilian dalam mendukung integrasi antar pemain dan interoperabilitas satu sama lain. Imbas akhirnya adalah pemain dapat menekan ongkos yang harus mereka keluarkan untuk mengakuisisi merchant.

“Kita sangat terbuka, makanya menganut open ecosystem. Jika kita bisa bersatu maka bisa mengalahkan dominasi cash.”

Aldi menanggapi pertanyaan ini dengan mengumbar info terbaru bahwa saat ini mesin EDC dari GoPay sudah bisa menerima pembayaran dari LinkAja, dalam mendukung ekosistem terbuka. Dari sisi LinkAja, tentunya hal ini bisa mengurangi ongkos perusahaan dalam investasi mesin EDC baru dan menempatkannya di merchant mereka.

“Ekosistem terbuka itu adalah gol kita, infrastruktur yang kita bangun bisa dipakai oleh partner. QRIS juga sangat menguntungkan kita untuk mencapai gol kita,” tutupnya.

GoPay Jadi Alternatif Pembayaran SIM di Polda Metro Jaya

Polda Metro Jaya menggandeng GoPay sebagai mitra pembayaran non tunai untuk pembuatan dan perpanjangan SIM. Inisiasi ini diklaim menjadikannya sebagai Polda pertama yang menerapkan metode pembayaran untuk transaksi pengumpulan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) dalam bentuk SIM.

Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusuf mengatakan pihaknya terus berupaya meningkatkan layanan publik dengan mengikuti perkembangan teknologi. Diharapkan inovasi ini bisa menciptakan layanan publik yang cepat, aman, mudah, dan transparan sehingga masyarakat semakin percaya dengan kinerja pelayanan publik.

“Sebagai dari langkah awal, layanan transaksi untuk pembayaran PNBP SIM sudah bisa dimanfaatkan masyarakat di Satpas Ditlantas Polda Metro Jaya Daan Mogot, Jakarta Barat. Ke depannya, akan dilanjutkan di wilayah Polda Metro Jaya lainnya, termasuk layanan SIM keliling dan gerai pelayanan Satpas,” kata Yusuf dalam keterangan resmi.

Selayaknya bertransaksi pada umumnya di GoPay, pengguna yang ingin melakukan pembayaran PNBP SIM, baik untuk buat baru maupun perpanjang, cukup membuka aplikasi Gojek dan memilih menu “Bayar” untuk melakukan scan kode QR yang tersedia pada loket. Lalu memasukkan jumlah yang ingin dibayar dan melakukan konfirmasi pembayaran.

“Dalam meningkatkan layanan publik, kami tidak hanya berupaya untuk memudahkan masyarakat namun juga pemerintah dan kepolisian dalam mengumpulkan PNBP sehingga menjadi lebih mudah dan transparan,” tambah Head of Ecosystem Expansion GoPay Edwin Ariono.

Sebelumnya, kedua pihak telah menjalin kerja sama di tingkat kota dan kabupaten dengan Polres di sembilan kota di Indonesia untuk memberikan kemudahan pembayaran perpanjangan SIM dan SKCK.

Penetrasi GoPay untuk alternatif pembayaran di level layanan publik, perlahan mendalam. Baru-baru ini GoPay juga tersedia untuk pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Jawa Timur, bekerja sama dengan pemerintah Semarang untuk pembayaran PBB dan Trans Semarang. Di Bandung, GoPay bisa dipakai untuk bayar bus wisata Bandung on Tour (Bandros).

Application Information Will Show Up Here

WhatsApp Dikabarkan Sedang Cari Mitra untuk Rilis Fitur Pembayaran di Indonesia

WhatsApp dikabarkan tengah dalam pembicaraan dengan beberapa perusahaan fintech di Indonesia untuk menawarkan layanan pembayaran mereka. Beberapa perusahaan tersebut termasuk GoPay, Dana dan Ovo. Sebelumnya platform messenger di bawah naungan grup Facebook tersebut konon juga tengah melakukan pendekatan untuk menjalin kerja sama dengan Bank Mandiri.

Jika inisiatif ini terealisasi, Indonesia akan jadi negara kedua yang disinggahi oleh layanan pembayaran dari WhatsApp. Saat ini mereka tengah mengupayakan implementasi sistem di India –perkembangan terkini sedang menunggu persetujuan dari otoritas setempat, terutama terkait dengan kebijakan data yang harus disimpan di pusat data lokal.

Namun demikian secara produk akan berbeda, jika di India fokusnya pada peer-to-peer payment, di Indonesia layanan WhatsApp akan bertindak sebagai platform pembayaran –memanfaatkan kapabilitas dompet digital milik mitranya (agregator). Regulasi yang ketat dikatakan oleh narasumber sebagai salah satu alasannya mengapa opsi kolaborasi dengan digital wallet yang sudah ada dilakukan.

Dari sisi internal perusahaan, pasar Indonesia dipilih lantaran untuk dijadikan studi kasus. Ke depannya formula serupa akan diterapkan di negara berkembang lainnya yang memiliki jumlah besar untuk pengguna WhatsApp. Termasuk terkait strategi perusahaan menyiasati peraturan tentang pemain asing yang mengoperasikan dompet digital di wilayah terkait.

WhatsApp sendiri sudah mulai menguji fitur pembayaran mereka sejak awal tahun 2018 lalu di India. Fitur pembayaran dapat diakses dari tombol Attachment yang terpajang di jendela percakapan. Opsi Payment terletak di pilihan lain di samping Document, Camera, Gallery, Audio, Location dan Contact. Ketika dipilih, pengguna akan melihat jendela pemberitahuan aturan main yang diikuti oleh daftar bank untuk dikaitkan ke akun pengguna.

Application Information Will Show Up Here

User’s Feedback on Using Popular E-money Amidst the Tight Business Competition

The payment-app (e-money) competition in Indonesia is entering a new chapter. The more players penetrate the market, the more interesting goes the war of strategy.

Nolimit, a company worked on online media analytics has recently released a report on social media perspective related to some payment apps. They highlighted the social media issue about each company in July 2019.

LinkAja is actively posting on Instagram, Facebook and Twitter with 120, 179 and 189 posts each during July 2019. Dana is quite active on Youtube with 4 videos. These include posting for promos, inspiration, education or any other interaction.

On Instagram, LinkAja with 584,300 followers has reached 118,220 engagement with 0.17 ratio per post. This is far behind Doku with only 11,035 followers but getting 49,929 total engagement with 4,16% ratio.

In terms of followers in July 2019, Dana is leading the table with 12.01% growth on Instagram, 13.23% on Facebook and 30.09% on Youtube. On Twitter, Go-Pay made the most of followers with 18.52% percent.

Negative feedback comes from technical issues

In terms of feedback, LinkAja (26,354 feedback with +85,03%) and Doku (1,068 feedback with +85.55%), followed by Dana (49,570 feedback with +76.67%), GoPay (54,172 feedback with +45.41%) and Ovo (137,556 feedback with +3,26%).

Positive feedbacks mostly comes from promotions, such as 30% cashback from Ovo, GoPay PayDay and discount for BTS Bring The Soul ticket on Book My Show from Doku. The additional feature has an impact on social media. It’s easier to buy game vouchers using LinkAja, transfer via Dana or making Google Play transaction through GoPay.

Previously, iPrice Group and App Annie mentioned in their report; Gojek, including GoPay, Ovo, Dana and LinkAja placed as the e-wallet with the highest user rate. Observing the activity and feedback on Nolimit’s report, it shows LinkAja’s effort to accelerate user growth using social media interaction. Posts related to promotion, education and other interactions are quite high on various platform.

A small distinction with Ovo as many were talking about. They gain more negative feedback due to customer complaints on decreasing balance and login issue. Other players as GoPay, Dana, LinkAja and Doku also face the same complaints on social media about technical issues, such as top-up and transaction failure. However, positive feedback covers it all.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mengamati Sentimen Pengguna E-money Populer di Tengah Kencangnya Persaingan Bisnis

Persaingan aplikasi pembayaran (e-money) di Indonesia memasuki babak baru. Semakin banyak pemain yang penetrasi di pasar, semakin menarik untuk mengamati perang strategi yang dilakukan.

Nolimit, perusahaan bergerak di bidang analisis media online belum lama ini mengeluarkan laporan mengenai sentimen media sosial terkait beberapa aplikasi pembayaran. Laporan ini menyoroti bagaimana sentimen media sosial masing-masing perusahaan di bulan Juli 2019.

LinkAja cukup aktif di Instagram, Facebook, dan Twitter dengan masing-masing 120, 179, dan 189  postingan selama bulan Juli 2019. Sementara Dana cukup aktif di Youtube dengan 4 video yang dikeluarkan. Postingan ini yang dimaksud termasuk postingan promo, inspirasi, edukasi, atau interaksi lainnya.

Di Instagram, LinkAja yang memiliki 584.300 followers berhasil mendapatkan total 118.220 engagement, dengan rasio engagement per post 0,17. Rasio ini masih jauh ketinggalan jika dibanding dengan Doku dengan followers 11.035 mereka mendapatkan engagement total sebesar 49.929, dengan rasio 4,16%.

Untuk pertumbuhan pengikut di bulan Juli 2019, Dana menjadi juaranya dengan pertumbuhan 12,01% Instagram, 13,23% Facebook, dan 30,09% Youtube. Sedangkan pertumbuhan pengikut paling banyak di Twitter didapatkan Go-Pay dengan persentase 18,52%.

Sentimen negatif banyak muncul dari kendala teknis

Dari segi sentimen, LinkAja (26.354 talk dengan sentimen +85.03%) dan Doku (1.068 talk dengan sentimen +85.55%) menempati peringkat pertama dan kedua, disusul Dana (49.570 talk dengan sentimen +76.67%) dan GoPay (54.172 talk dengan sentimen +45.41%), baru kemudian Ovo (137.556 talk dengan sentimen -3.26%).

Sentimen positif paling banyak datang dari penawaran promo. Seperti cashback 30% yang ditawarkan Ovo, promo GoPay PayDay, dan potongan untuk pembelian tiket BTS Bring The Soul di Book My Show yang dikeluarkan Doku. Penambahan fitur juga memiliki peran untuk sentimen di media sosial. Kemudahan pembelian voucher game menggunakan LinkAja, fitur transfer di aplikasi Dana, integrasi pembayaran Google Play dengan GoPay.

Sebelumnya, dari laporan yang dikeluarkan iPrice Group dan App Annie; Gojek, termasuk GoPay di dalamnya, Ovo, Dana dan LinkAja ditempatkan sebagai aplikasi e-wallet dengan pengguna tertinggi. Jika menilik keaktifan dan sentimen dari laporan Nolimit, terlihat upaya LinkAja menggenjot pertumbuhan pengguna memanfaatkan interaksi yang ada di media sosial. Postingan terkait informasi promo, edukasi, dan interaksi lainnya cukup tinggi di berbagai platform.

Sedikit berbeda, Ovo menjadi yang paling banyak diperbincangkan dibandingkan yang lainnya. Hanya saja mereka mendapatkan sentimen negatif, karena Juli silam banyak terjadi keluhan pelanggan karena terpotongnya saldo secara otomatis dan kesulitan login. Keluhan juga diterima pemain lainnya seperti GoPay, Dana, LinkAja, dan Doku, kaitannya dengan kendala teknis seperti kesulitan top up dan transaksi yang gagal. Hanya saja prosentase positif dibanding negatif masih lebih tinggi.

iPrice Report: GoPay as E-wallet with The Biggest Monthly Active Users in Indonesia

iPrice Group collaborates with App Annie on summarizing e-wallet service evolution from the fourth quarter of 2017 to the second quarter of 2019. Gojek, including GoPay and its services, become the most downloaded and used app monthly, followed by Ovo, Dana, LinkAja and Jenius.

Gojek has consistently led the table as the most used app since late 2017 to date. Meanwhile, there’s always movement in the top five, the impact of each app provider’s strategy.

LinkAja, with the previous name TCash was only a row away from Gojek then. After Ovo emerged, both continuously exchange position from second to third, until Ovo tag along with Gojek in the second position from the third quarter last year to the second this year.

gopay

Ovo consistency in keeping up with its users can’t be separated from its partners. After they become the official payment for Grab and one of the payment options in Tokopedia replacing TokoCash. Ovo has acquired the user base from Grab and Tokopedia for its service.

On the other side, LinkAja has been through another issue. After being replaced by Ovo, they’re getting outgrown by Dana, a new player since the fourth quarter of 2018. The joint venture of Emtek Group and Ant Financial has to leave LinkAja behind by the second quarter of 2019. If it’s not for their strategy as one of the payment options on Bukalapak, the moment might not be there. It includes all the discount campaign on merchants in top-tier cities.

Based on the iPrice Group data on LinkAja, they’re now in the fourth position of e-wallet with the biggest monthly active users. The effort made by state-owned enterprises “collaboration project” LinkAja has shown since early 2019, they’ve been seeking a strategic partnership with service providers, government, and other e-wallet developers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Laporan iPrice: GoPay Jadi E-wallet dengan Pengguna Bulanan Tertinggi di Indonesia

iPrice Group berkolaborasi dengan App Annie merangkum perkembangan layanan e-wallet di Indonesia mulai dari kuartal keempat 2017 hingga kuartal kedua 2019. Gojek, termasuk GoPay dan seluruh layanannya, menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh dan digunakan tiap bulannya. Disusul Ovo, Dana, LinkAja dan Jenius.

Gojek sendiri cukup konsisten memimpin sebagai aplikasi yang paling sering digunakan sejak akhir tahun 2017 hingga sekarang. Sementara itu di posisi lima besar terus terjadi perubahan, efek dari strategi yang diterapkan oleh masing-masing perusahaan penyedia aplikasi.

LinkAja, yang kala itu masih tercatat sebagai TCash sempat membuntuti Gojek di posisi kedua. Kemudian bergantian dengan Ovo mengisi posisi kedua dan ketiga, hingga pada akhirnya Ovo menempel ketat Gojek mulai dari kuartal ketiga hingga kuartal kedua tahun ini.

E-wallet dengan pengguna aktif bulanan terbanyak di Indonesia

Konsistensi Ovo dalam mempertahankan jumlah pengguna tidak terlepas dari strategi kerja sama yang mereka lakukan. Dampak cukup terasa ketika mereka resmi menjadi layanan pembayaran untuk Grab dan menjadi opsi pembayaran di Tokopedia hingga akhirnya menggantikan posisi TokoCash. Tak dapat dimungkiri Ovo berhasil mengakuisisi basis pengguna Grab dan Tokopedia untuk menggunakan layanannya.

Cerita cukup berbeda dilalui oleh LinkAja. Setelah tersalip Ovo mereka juga akhirnya ketinggalan dari Dana, pemain baru yang muncul di kuartal keempat tahun 2018. Layanan hasil kerja sama Emtek Group dan Ant Financial ini berhasil unggul dari LinkAja di kuartal kedua tahun 2019. Momen ini juga tak lepas dari strategi mereka menjadi salah satu pilihan pembayaran di Bukalapak, hingga pada akhirnya jadi platform pembayaran digital utama menggantikan BukaDompet. Termasuk juga kampanye diskon di banyak merchant yang sering bisa dijumpai di kota-kota besar.

Dari data yang dipaparkan iPrice Group LinkAja saat ini masih menduduki peringkat keempat aplikasi e-wallet untuk kategori pengguna aktif bulanan. Upaya e-wallet hasil “kolaborasi” BUMN ini pun mulai terlihat sejak awal tahun, strategi kerja sama dengan penyedia layanan, pemerintah bahkan sesama e-wallet pun dijajaki.

Akuisisi Moka oleh Gojek, Jika Benar, adalah Langkah Logis

Kabar burung Gojek akuisisi Moka pertama kali dibawa oleh KrAsia, kemudian diperkuat DealStreetAsia selang sehari kemudian. Representatif Gojek maupun Moka kompak mengeluarkan pernyataan tidak berkomentar terhadap rumor pasar.

Semua ini bisa jadi hanya strategi atau memang benar-benar sedang berproses. Masih ingat hal yang sama juga terjadi di Tokopedia dan Bridestory? Awalnya sama-sama tegas menolak komentar, meski akhirnya dikonfirmasi langsung oleh CEO Tokopedia William Tanuwijaya.

Mengapa Gojek mengakuisisi Moka? Alasan paling logis adalah sebagai salah satu pemimpin pasar, Moka memiliki akses yang luas ke UKM yang menjadi segmen fokus Gojek, melalui GoBiz.

Ketimbang diakuisisi kompetitor, jelas Gojek berharap Moka menjadi bagian ekosistemnya untuk mendominasi pasar, apalagi Moka baru saja mengakomodasi GoPay sebagai salah satu alat pembayarannya. Gojek dan Moka sama-sama menjadi portofolio investor ternama Sequoia (melalui cabangnya di India).

Yang menarik, sesungguhnya Gojek sejak tahun lalu, menurut sumber terpercaya, telah mengelola layanan POS sendiri melalui akuisisi terhadap Nadipos. Saat ini produk mPOS yang beredar di merchant GoFood itu adalah produk Nadipos, di bawah kelolaan Spots, dengan branding “Powered by Gojek.”

Keunggulan Moka

Moka sendiri bisa dikatakan sebagai pemain mPOS terdepan di Indonesia. Ekosistemnya sudah luas, menerima berbagai opsi pembayaran dari pemain uang elektronik (Ovo, Dana, dan LinkAja) dan bisa mencicil lewat Akulaku dan Kredivo, atau lewat kartu kredit dan debit.

VP Marketing and Brand Moka Bayu Ramadhan sempat mengatakan kerja sama lebih lanjut kemungkinan akan membawa perusahaan masuk dan terhubung dengan merchant GoFood yang selama ini belum menjadi merchant Moka. Ketika semua sistem pembayaran terjadi di dalam Moka, bagi sisi merchant tentunya pembukuan akan jauh lebih mudah memantaunya.

Buat Moka, jika benar terjadi proses akuisisi, keuntungan yang bisa didapat adalah lebih tingginya brand awareness mereka di kalangan UMKM. Dengan nama besar Gojek, GoPay dan luasnya merchant GoFood lebih dari 400 ribu, Moka akan lebih mudah mengembangkan bisnisnya dan terintegrasi dengan berbagai ekosistem Gojek.

Sementara buat Gojek, mereka ingin sebanyak-banyaknya memberikan nilai tambah buat para merchant dan memperkuat eksistensi perusahaan lewat ekosistemnya yang sudah melebar ke berbagai elemen bisnis. Kompetitor terdekatnya bisa dianggap belum sampai ke tahap ini.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Warga Jawa Timur Bisa Bayar Pajak Kendaraan dengan GoPay

GoPay kini resmi bisa digunakan oleh masyarakat Jawa Timur untuk pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) melalui fitur GoBills yang ada di aplikasi Gojek. Ini merupakan bentuk perwujudan kerja sama pihak GoPay dengan Bank Jatim.

Head of Sales GoPay Arno Tse menyampaikan bahwa pihaknya saat ini berupaya untuk terus menghadirkan kemudahan di tengah masyarakat Indonesia, termasuk dalam hal pembayaran pajak. Harapannya mereka bisa ikut turut serta dalam peningkatan pengumpulan pajak.

“Kami juga berupaya untuk membantu meningkatkan layanan publik. Kami harap inovasi pembayaran nontunai untuk pembayaran pajak ini bisa membantu pengumpulan pajak menjadi lebih mudah, aman dan transparan sehingga masyarakat pun juga jadi semakin percaya dengan kinerja pelayanan politik,” terang Arno Tse.

GoPay sebagai salah satu e-money populer di Indonesia sudah mulai menjajaki kerja sama dengan banyak pihak termasuk pemerintahan. Akhir 2018 silam mereka bekerja sama dengan Polrestabes Surabaya untuk solusi pembayaran PNBP SIM dan SKCK menggunakan Go-Pay.

“Kami terus membawa semangat yang sama yaitu untuk memudahkan masyarakat dan mendukung pemerintah daerah mewujudkan layanan publik yang aman dan transparan dengan menghadirkan teknologi pembayaran nontunai di tengah-tengah masyarakat. Ke depannya, kami pun berharap agar manfaat inovasi transaksi nontunai untuk pembayaran pajak ini bisa dirakan oleh daerah-daerah lainnya di seluruh Indonesia,” jelas Arno.

Tak hanya GoPay yang sudah mulai menghadirkan pilihan pembayaran untuk pajak dan penerimaan lainnya, tapi juga perusahaan teknologi. Seperti Bukalapak dan Tokopedia. Tokopedia bahkan percaya diri menasbihkan dirinya sebagai perusahaan teknologi pertama dengan fitur pembayaran penerimaan negara paling lengkap melalui fitur “Penerimaan Negara”.

Application Information Will Show Up Here

Prestasi dan Reputasi, Dua Alasan GoPay Sponsori RRQ

GoPay resmi menjadi sponsor salah satu tim esports terbesar di Indonesia, RRQ. Hal ini diumumkan oleh RRQ melalui situs resminya pada hari Sabtu, 27 Juli 2019.

GoPay merupakan bagian dari Go-Jek, yang pada awalnya dikenal sebagai penyedia jasa ojek online. GoPay sendiri fokus menawarkan solusi pembayaran non-tunai.

Keputusan GoPay untuk menjadi sponsor tim esports menarik karena sekilas, tak ada hubungan antara fintech tersebut dengan esports. Namun, belakangan memang banyak perusahaan yang menjadi sponsor tim esports demi mendekatkan diri dengan para fans esports.

Merek makanan seperti Pop Mie dan Dua Kelinci pun tertarik untuk menarik perhatian fans esports dengan menjadi sponsor dari EVOS dan RRQ.

“Kami melihat industri gaming berkembang pesat di Indonesia,” kata SVP Digital Product, GoPay, Timothius Martin, saat ditanya mengenai keputusan GoPay untuk menjadi sponsor RRQ.

“Sudah semakin banyak juga nama-nama atlet esports yang muncul di Indonesia dan bahkan go international. Melihat potensi yang besar, GoPay berupaya memberikan dukungan untuk mengakselerasi industri esports di Indonesia.”

RRQ bukanlah tim esports pertama yang disponsori oleh GoPay. Pada Juli lalu, GoPay mengumumkan bahwa mereka akan menjadi sponsor dari Bigetron. Pada 2016, GoPay juga pernah bekerja sama dengan EVOS Esports yang ketika itu merupakan salah satu organisasi esports dengan perkembangan paling pesat.

Tidak sekadar menjadi sponsor dari berbagai tim esports, GoPay juga pernah mensponsori berbagai kompetisi esports, seperti PUBG Mobile Indonesia National Championship (PINC) 2019 yang diadakan pada 13-14 Juli lalu dan Mobile Legends: Bang Bang Professional League Season 2 pada 2018.

“Kami percaya, semakin banyak turnamen esports yang digelar di tingkat lokal dan nasional, akan semakin banyak memberikan kesempatan bagi gamers Indonesia berkarir lebih serius sebagai pemain profesional dan bisa menjadi perwakilan bangsa ke level dunia,” kata Timothius.

Menurut Timothius, ada dua alasan mengapa GoPay memutuskan untuk menjadi sponsor dari tim RRQ, yaitu prestasi dan reputasi tim yang sangat baik. “Reputasi dan kepiawaian RRQ telah terbukti dengan ratusan prestasi di berbagai jenis turnamen esports hingga membawa harum nama Indonesia di kancah internasional,” katanya.

Sebagai informasi, pada Juni lalu, RRQ.Athena menjadi juara dari PMCO SEA Finals 2019. RRQ juga sempat bertanding di MET Asia Series: PUBG Classic. Selain prestasi, RRQ juga memiliki fans dalam jumlah yang cukup besar. Akun Instagram resmi RRQ memiliki pengikut hingga 1,2 juta orang.

“Diharapkan, kami bisa terus merangkul pasar game yang lebih luas dan terus mendukung atlet profesional menjadi panutan bagi generasi muda di Indonesia agar dapat mengembangkan minat dan bakatnya di esports secara produktif dan bertanggung jawab,” ungkap Timothius.