Nvidia Luncurkan GPU Khusus untuk Crypto Mining

Seperti yang sudah kita ketahui, dunia sedang dilanda krisis kartu grafis. Begitu langkanya stok kartu grafis di pasaran, Nvidia sampai harus memproduksi kembali GPU lawas demi memenuhi demand.

Namun langkah tersebut jelas tidak bisa dijadikan satu-satunya solusi, dan Nvidia sadar betul soal itu. Berhubung salah satu alasan di balik kelangkaan stok kartu grafis adalah diborongnya produk tersebut oleh para penambang cryptocurrency, Nvidia pun memutuskan untuk membuat GPU khusus mining.

Nvidia CMP (Cryptocurrency Mining Processor), demikian nama dari GPU kategori khusus ini. Ada empat model yang ditawarkan: CMP 90HX, 50HX, 40HX, dan 30HX. Dua digit angka tersebut menggambarkan efisiensi masing-masing kartu dalam menambang cryptocurrency, spesifiknya Ethereum yang sedang naik daun belakangan ini.

Lebih jelasnya mengenai spesifikasi masing-masing model bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Nvidia CMP

Kalau kita perhatikan, spesifikasi tersebut rupanya cukup mirip dengan yang ditawarkan oleh lini GeForce. Kita ambil CMP 90HX sebagai contoh, yang memiliki hash rate 86 MH/s untuk Ethereum, dengan TDP 320 W dan memory sebesar 10 GB. Angka TDP dan memory-nya ini sama persis seperti GeForce RTX 3080, dan kartu tersebut juga tercatat memiliki Ethereum hash rate 86 MH/s atau lebih.

Bisa jadi itu hanya suatu kebetulan, sebab Nvidia memastikan bahwa eksistensi lini CMP ini tidak akan mempengaruhi suplai lini GeForce untuk kalangan gamer. Bisa jadi yang mereka gunakan untuk lini CMP adalah chip GeForce yang tidak lolos quality control, dan yang mengemas tipe memory di bawah GDDR6.

Yang mungkin bisa menjadi problem adalah, lini kartu Nvidia CMP ini tidak memiliki output video sama sekali, dan itu bisa berarti harga jual kembalinya rendah karena sudah pasti tidak akan laku jika ditawarkan ke kalangan gamer. Kemungkinan Nvidia bakal mengantisipasi hal ini dengan mematok harga yang sangat menggiurkan buat lini CMP.

Menariknya, Nvidia masih belum selesai. Mereka masih punya satu ‘jurus’ lagi untuk mencegah para crypto miner memborong habis stok kartu grafis yang sebenarnya ditujukan buat para gamer: kartu grafis anyar yang bakal mereka rilis dalam waktu dekat, RTX 3060, telah dimanipulasi demi menekan efisiensinya ketika dipakai untuk menambang Ethereum.

Caranya adalah dengan merancang software driver RTX 3060 agar dapat mendeteksi atribut spesifik dari algoritma yang digunakan untuk menambang Ethereum. Ketika terdeteksi, hash rate-nya otomatis akan dibatasi hingga 50%. Dengan kata lain, penambang yang menggunakan RTX 3060 hanya bisa meraup separuh keuntungan dari potensi aslinya, membuat kartu ini jadi kurang menarik untuk keperluan crypto mining.

Sumber: Nvidia.

Atasi Kelangkaan Stok Kartu Grafis, Nvidia Produksi Kembali RTX 2060 dan GTX 1050 Ti

Anda yang berencana atau sempat membeli kartu grafis baru dalam beberapa bulan terakhir pasti tahu bahwa stok kategori produk ini sedang langka-langkanya. Bukan cuma kartu generasi baru saja (Nvidia RTX 30 Series dan AMD Radeon RX 6000 Series), melainkan juga kartu-kartu dari generasi sebelumnya.

Kelangkaan stok kartu grafis semakin diperparah dengan meningkatnya tren cryptocurrency mining. Produk yang tadinya ditujukan untuk para gamer malah diborong habis oleh para penambang Bitcoin, Ethereum, Dogecoin dan lain sebagainya. Berdasarkan pengakuan Nvidia sendiri, kemungkinan kelangkaan stok ini akan terus berlanjut sampai setidaknya bulan April 2021.

Belum lama ini, Nvidia memperkenalkan RTX 3060, dan para vendor sedang bersiap untuk segera memasarkannya mulai 25 Februari mendatang. Namun kalau melihat tren dalam beberapa bulan terakhir, hampir bisa dipastikan bahwa kartu grafis anyar ini akan terjual habis dengan sangat cepat.

Sebagai solusi sementara, Nvidia kabarnya sedang memproduksi kembali GPU lama, spesifiknya RTX 2060 dan GTX 1050 Ti. Harapannya adalah, dengan bertambahnya stok barang, kedua kartu grafis lawas ini tidak ikut melambung harganya seperti sekarang. Kabar ini bukan lagi sebatas rumor, melainkan sudah dikonfirmasi langsung oleh perwakilan Nvidia kepada PC World.

Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, kenapa harus RTX 2060 dan GTX 1050 Ti? Kenapa tidak yang lain saja, semisal RTX 2070 atau GTX 1660? Nvidia memang tidak memberikan penjelasan, tapi setidaknya kita bisa berspekulasi.

Nvidia GeForce GTX 1050 Ti

Untuk RTX 2060, kemungkinan premisnya adalah menghadirkan kartu grafis lawas yang performanya tidak melampaui kartu baru. RTX 2060 juga lebih mudah untuk diproduksi karena masih menggunakan proses pabrikasi 12 nm, dan itu berarti Nvidia tidak akan kesulitan memenuhi permintaan yang tinggi.

Untuk GTX 1050 Ti, kemungkinan alasannya berkaitan dengan spesifikasi teknisnya, yaitu memory GDDR5 berkapasitas 4 GB yang diusungnya. Kabarnya, agar bisa menambang Ethereum secara efisien, dibutuhkan kartu grafis dengan besaran memory lebih dari 4 GB. Berkaca pada asumsi ini, GTX 1050 Ti semestinya tidak akan dilirik oleh para crypto miner dan bisa memenuhi dahaga para gamer yang sedang berniat untuk meng-upgrade PC tuanya.

Fakta bahwa tipe memory yang digunakan masih GDDR5 juga menjadi jaminan bahwa Nvidia tidak akan menjumpai kesulitan dalam memproduksinya. Pasalnya, kalau berdasarkan rumor yang beredar, salah satu alasan di balik kelangkaan stok kartu grafis generasi baru adalah menipisnya suplai komponen memory GDDR6.

Membeli kartu grafis lawas di saat yang lebih baru sudah eksis mungkin terkesan kurang bijaksana. Namun kalau memang PC sedang memerlukan upgrade secara mendesak, kartu grafis lama tentu bisa menjadi alternatif di saat kartu generasi baru sedang krisis stok seperti sekarang. Problemnya cuma soal harga, dan semoga saja tambahan stok dari Nvidia ini bisa membantu menekan harganya sampai ke batas rasional.

Sumber: PC World.

Intel Mulai Produksi Kartu Grafis Diskret untuk Perangkat Desktop

Setahun yang lalu, Intel menyingkap Iris Xe DG1, kartu grafis diskret perdananya setelah sekitar 20 tahun mereka meninggalkan segmen tersebut. Tahun ini, perangkat tersebut rupanya sudah siap dipasok ke sejumlah produsen, dimulai dari Asus dan Colorful.

Dua produsen komponen tersebut telah menyingkap kartu grafis DG1 versinya masing-masing. Versi Asus mengandalkan sistem pendingin pasif (tanpa kipas), sedangkan versi Colorful mengusung sepasang kipas yang bentuknya mirip seperti milik kartu grafis kelas entry-level besutan mereka. Meski berbeda, keduanya sama-sama tidak memiliki konektor daya PCIe.

Fakta bahwa DG1 tidak membutuhkan asupan daya dari power supply unit (PSU) merupakan indikasi bahwa ia hanyalah sebatas kartu grafis kelas budget. DG1 tidak dirancang untuk menggantikan penawaran Nvidia maupun AMD di kelas mainstream, tapi kalau memang ingin dipakai untuk gaming, setidaknya beberapa judul AAA bisa dijalankan di 30 – 60 fps pada resolusi 1080p.

Kartu grafis DG1 versi Colorful / Intel
Kartu grafis DG1 versi Colorful / Intel

Secara teknis, kartu grafis ini menggunakan arsitektur GPU yang sama persis dengan chip grafis yang terintegrasi di seri prosesor Tiger Lake. Spesifikasinya pun hampir identik dengan GPU Iris Xe Max yang terdapat di sejumlah laptop. Persisnya, DG1 memiliki 80 Execution Unit (EU) dengan video memory (VRAM) berkapasitas 4 GB. Untuk output-nya, baik penawaran Asus maupun Colorful sama-sama dilengkapi port HDMI, DisplayPort, dan DVI.

Belum diketahui produsen mana lagi yang akan menjadi mitra Intel ke depannya, tapi yang pasti Intel tidak akan menjual kartu grafis ini langsung ke konsumen. Sebagai gantinya, DG1 akan dibundel bersama sejumlah PC pre-built untuk keperluan kantoran.

Kedengarannya memang mengecewakan, akan tetapi kalangan gamer yang terbiasa merakit PC sendiri sejatinya tidak perlu menyayangkan keputusan Intel ini. Pasalnya, performa yang ditawarkan DG1 kemungkinan besar masih di bawah kartu grafis yang mereka gunakan sekarang.

Buat Intel sendiri, langkah ini setidaknya bisa menjadi awal yang baik bagi mereka untuk mengusik dominasi Nvidia dan AMD di kategori GPU. Intel sendiri juga tengah sibuk mengembangkan arsitektur GPU lain yang ditujukan secara spesifik untuk kebutuhan gaming. Semoga saja realisasinya bisa berjalan lancar.

Sumber: AnandTech.

Penerus Chipset Exynos 2100 Bakal Ditenagai GPU RDNA Besutan AMD

Kalau Anda masih ingat, pada pertengahan tahun 2019, Samsung pernah mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama dengan AMD untuk membawa arsitektur GPU RDNA ke kategori smartphone dan tablet. Samsung rupanya tidak lupa akan rencana tersebut, dan mereka sudah punya update progres terbarunya.

Dalam acara peresmian chipset Exynos 2100 – chipset yang akan menenagai seri Galaxy S21 – Samsung turut mengumumkan bahwa upayanya bersama AMD untuk mengintegrasikan GPU berbasis RDNA ke chipset Exynos sudah hampir membuahkan hasil. Dengan kata lain, GPU RDNA besutan AMD ini bakal bisa kita jumpai pada chipset flagship Samsung yang selanjutnya.

Kapan penerus Exynos 2100 ini akan hadir masih tanda tanya. Namun kalau semuanya berjalan sesuai tradisi, sepertinya Samsung bakal memperkenalkannya di awal tahun depan bersama seri Galaxy S22. Kalau benar, Galaxy S22 semestinya bakal menawarkan performa gaming yang cukup fenomenal.

Asumsi ini tentu didasari oleh performa GPU RDNA di PC yang memang cukup mengesankan. GPU seperti Radeon RX 5600 XT dan RX 5700 XT terbukti mampu memberikan keseimbangan yang pas antara harga dan performa – setidaknya sebelum Nvidia mengumumkan GeForce RTX 30 Series dan AMD yang menyusul dengan Radeon RX 6000 Series.

Salah satu kartu grafis Radeon RX 5600 XT yang cukup laris di pasaran / Sapphire
Salah satu kartu grafis Radeon RX 5600 XT yang cukup laris di pasaran / Sapphire

RDNA memang bukanlah arsitektur terbaru yang AMD punyai sekarang, tapi paling tidak itu yang menjadi basis utama arsitektur yang mereka gunakan saat ini, yakni RDNA 2 yang terdapat pada console next-gen maupun seri kartu grafis RX 6000 Series tadi.

Di sektor mobile, hal terpenting yang harus dilakukan adalah menyeimbangkan antara performa dan efisiensi daya, sebab performa yang kencang saja bakal percuma kalau baterai perangkat jadi cepat habis. Semestinya inilah yang menjadi fokus utama Samsung dan AMD, apalagi mengingat arsitektur RDNA sendiri dikenal jauh lebih efisien daripada arsitektur yang AMD gunakan sebelumnya.

Tentunya akan sangat menarik membandingkan performa GPU RDNA pada chipset Exynos dengan performa GPU Adreno besutan Qualcomm. Selama ini, banyak konsumen yang mengeluhkan mengapa smartphone flagship Samsung di luar pasar Amerika Serikat tidak menggunakan chipset Qualcomm Snapdragon, dan salah satu alasannya berkaitan dengan perbedaan kinerja GPU yang cukup lumayan.

Bagaimana seandainya situasinya berbalik ketika chipset Exynos sudah menggunakan GPU RDNA nantinya?

Via: AnandTech.

Nvidia Perkenalkan RTX 3060 dan RTX 30 Series untuk Laptop

Nvidia belum selesai melengkapi keluarga kartu grafis berarsitektur Ampere besutannya. Di CES 2021, mereka secara resmi memperkenalkan RTX 3060, model yang paling terjangkau di seluruh lini RTX 30 Series, dengan banderol harga yang dimulai di angka $329.

Banderol tersebut menempatkan 3060 lebih murah lagi ketimbang 3060 Ti yang dipatok seharga $399. Pertanyaannya, apa saja yang dipangkas di 3060? Yang pertama adalah jumlah CUDA core; 3060 dibekali 3.584 CUDA core, sedangkan 3060 Ti dibekali 4.864 CUDA core. Memory bus width-nya juga lebih kecil, 192-bit dibanding 256-bit pada 3060 Ti.

Menariknya, 3060 justru punya VRAM yang lebih besar, persisnya 12 GB tipe GDDR6. Ini penting mengingat Nvidia baru saja mengumumkan teknologi Resizable BAR, yang memungkinkan prosesor untuk mengakses memory milik GPU secara keseluruhan demi semakin mendongkrak performa, dengan catatan motherboard-nya mendukung teknologi tersebut.

Resizable BAR pada dasarnya adalah jawaban Nvidia terhadap fitur Smart Access Memory yang dihadirkan oleh AMD Radeon RX 6000 Series. Yang istimewa, Nvidia merancang Resizable BAR supaya kompatibel dengan prosesor bikinan Intel maupun AMD.

Masih soal spesifikasi, 3060 memiliki base clock 1,32 GHz dan boost clock 1,78 GHz. Di atas kertas, 3060 semestinya bakal menyuguhkan sekitar tiga perempat dari performa 3060 Ti kalau hanya memperhatikan selisih jumlah CUDA core-nya tadi. Itu artinya performanya mungkin belum bisa menyaingi 2080 Super secara ketat seperti 3060 Ti.

Pada kenyataannya, Nvidia justru menyiapkan 3060 sebagai opsi upgrade yang rasional bagi mereka yang masih menggunakan GTX 1060. Berdasarkan survei Steam, 1060 masih merupakan GPU yang paling banyak digunakan, tapi belakangan usianya sudah mulai kelihatan ketika dipakai untuk menjalankan deretan game terbaru.

Nvidia sendiri mencontohkan bagaimana 1060 mampu menjalankan Watch Dogs 2 (game tahun 2016) di 60 fps menggunakan setting high, tapi hanya kuat menjalankan Watch Dogs: Legion di 24 fps. Menggunakan 3060, performa yang dihasilkan diperkirakan mencapai dua kali lipat performa 1060, dan itu belum termasuk fakta bahwa 3060 mendukung fitur-fitur seperti ray tracing dan DLSS – dua fitur yang sepenuhnya absen di GTX 1060.

Berbeda dari kakak-kakaknya, 3060 tidak akan hadir dalam versi Founders Edition. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai akhir Februari, meski mungkin stoknya juga bakal cukup langka seperti sederet GPU baru lainnya. $329 sendiri merupakan banderol yang sangat menarik, sebab RTX 2060 dihargai $349 pada awal peluncurannya dua tahun silam.

RTX 30 Series untuk laptop

GeForce RTX 30 Series laptops

Di samping memperkenalkan RTX 3060, Nvidia juga mengumumkan ketersediaan GPU RTX 30 Series untuk laptop. Sejauh ini Nvidia bilang sudah ada lebih dari 70 model laptop dari beragam merek yang hadir mengusung GPU RTX 30 Series, dan lebih dari separuhnya dilengkapi dengan layar yang memiliki refresh rate 240 Hz atau lebih.

Dukungan refresh rate setinggi itu mengindikasikan performa bengis RTX 30 Series versi laptop. Kalau dijabarkan, Nvidia menawarkan tiga model sebagai berikut:

RTX 3060, dengan kemampuan menjalankan game di 90 fps menggunakan setting ultra pada resolusi 1080p. Laptop yang dibekali RTX 3060 dimulai di harga $999, istimewa mengingat performanya diklaim lebih kencang daripada laptoplaptop yang dibekali RTX 2080 Super yang biasanya dihargai $2.500 atau lebih. Kalau dibandingkan dengan PS5, Nvidia optimis performa yang dihasilkan RTX 3060 di laptop bisa 1,3 kali lebih cepat.

RTX 3070, yang sanggup menyajikan 90 fps pada resolusi 1440p dengan setting ultra. Harga jual laptop yang menggunakan RTX 3070 dimulai di angka $1.299, dan kinerjanya dipastikan 50% lebih gegas daripada laptop yang ditenagai RTX 2070.

RTX 3080, dengan memory GDDR6 16 GB untuk memenuhi kebutuhan gamer sekaligus kreator yang paling menuntut. Game dengan setting ultra pada resolusi 1440p dapat dijalankan dengan sangat mulus di lebih dari 100 fps, atau di kisaran 240 fps untuk gamegame esport macam Overwatch atau Valorant. Harga laptop yang mengusung RTX 3080 kabarnya dimulai di angka $1.999.

Sumber: Nvidia 1, 2.

AMD APU Cezanne Engineering Sample Desktop Dijual di Pasar Tiongkok

AMD Ryzen seri 5000 saat ini sudah diluncurkan dan mudah dibeli di Indonesia. Namun, Ryzen seri 5000 yang beredar saat ini merupakan sebuah prosesor tanpa grafis terintegrasi atau APU. Integrated graphics sendiri juga sering menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi beberapa orang. Hal ini membuat orang bisa melakukan upgrade secara pelan-pelan pada sisi GPU.

Ternyata AMD telah mempersiapkan sebuah APU dari arsitektur terbaru mereka, Zen 3 yang ditujukan untuk desktop. Dengan nama kode Cezanne, APU ini akan memiliki prosesor 8 inti dan 16 thread. Grafis terintegrasi yang terdapat didalamnya memiliki 8 inti GPU dan masih menggunakan Vega.

Hal ini diketahui karena salah seorang pengguna Twitter dengan nama HXL melaporkan penjualan prosesor engineering sample APU tersebut di Wexin oleh IVA Computer Hardware Group. Sang pengguna Twitter menyebutnya sebagai Ryzen 7 5700G atau Ryzen 7 5750G. Huruf G pada bagian belakang menandakan kehadiran grafis terintegrasi.

APU AMD ini dijual dengan harga 1888 yuan atau sekitar Rp. 4,2 juta. Dia menggunakan marketplace Taobao dengan pengiriman gratis. Sang penjual juga menulis 8C16T Zen3 Cezanne 7nm L316M ES, lengkap dengan hasil benchmark yang didapat dari CPU-Z 1.94.9. APU tampaknya memiliki 4MB cache L2 dan menggunakan cache L3 16MB.

Menurut tangkapan layar CPU-Z, Ryzen 7 5700G memiliki clock hingga 4.4GHz, yang mirip dengan Ryzen 7 4700G. Namun, perbedaan IPC pada kedua arsitektur dijanjikan sebesar 19%, sehingga seharusnya APU baru ini akan lebih kencang. Bahkan, sang penjual melakukan overclocking pada Ryzen 7 5700G tersebut menjadi 4,7 GHz dengan Vcore 1.468V.

Pada saat dalam keadaan standar, APU ini mendapatkan nilai 613,6 untuk benchmark single core dan 6296 untuk multi-core. Sang penjual membandingkan dengan Ryzen 7 3700X di mana mendapatkan 511 poin untuk single core dan 5433 untuk  multi-core. Saat di overclock ke 4,7 GHz, nilai benchmark CPU-Z yang didapatkan adalah 6960.

AMD sendiri bakal menggelar acara keynote pada CES 2021 yang diadakan secara online. Apakah nantinya prosesor ini bakal disinggung pada acara tersebut? Jika iya, maka tentunya hal tersebut tidak akan membuat kaget akibat dari penjualan engineering sample ini.

Namun jika dilihat dari Ryzen 7 4750G yang sudah beredar, sepertinya AMD memang bakal meluncurkan sang penerusnya tersebut. Lalu apakah bakal masuk ke Indonesia? Well, jika Ryzen 7 4750G saja bisa ditemukan didalam negeri, bukan tidak mungkin lagi jika Ryzen 7 5700G/5750G ini akan masuk ke Indonesia.

Sumber dan gambar: Wexin, Twitter HXL

Nvidia Luncurkan RTX 3060 Ti, Cuma $399 tapi Performanya Sekelas RTX 2080 Super

Menyusul kedatangan kartu grafis RTX 3070, RTX 3080, dan RTX 3090 di bulan September lalu, sekarang giliran RTX 3060 Ti yang hadir menyapa gamer kelas mainstream, terlepas dari minimnya stok barang yang ada di pasaran.

Sepintas, premis yang diusung RTX 3060 Ti terdengar amat sangat menarik. Dengan bermodalkan $399, konsumen bisa meminang kartu grafis yang performanya setara atau tidak jarang malah melampaui RTX 2080 Super, yang sendirinya dihargai $699 ketika diluncurkan.

Ya, ini merupakan kartu grafis kelas mainstream yang kinerjanya sekelas kartu grafis high-end dari generasi sebelumnya. Lalu kalau dibandingkan dengan pendahulunya secara langsung, yakni RTX 2060 Super yang juga meluncur dengan banderol $399 tahun kemarin, Nvidia bilang kinerja RTX 3060 Ti rata-rata 40% lebih kencang.

Dari sudut pandang teknis, RTX 3060 Ti merupakan RTX 3070 yang sedikit dipangkas di beberapa bagian. Unit GPU berarsitektur Ampere yang digunakan sama persis, yakni model GA104, hanya saja jumlah CUDA core yang tertanam yang lebih sedikit: 4.864 dibanding 5.888 pada RTX 3070.

Terkait clock speed, RTX 3060 Ti memiliki base clock 1.410 MHz dan boost clock 1.665 MHz, lagi-lagi sedikit lebih rendah daripada kakaknya yang dihargai $100 lebih mahal tersebut. Untuk memory-nya, RTX 3060 Ti dan RTX 3070 identik: GDDR6 8 GB dengan total bandwith 448 GB per detik.

Sebagai bagian dari seri RTX, tentu saja 3060 Ti kapabel dalam hal penyajian efek ray tracing maupun teknik super sampling berbasis AI yang Nvidia sebut dengan istilah DLSS. Singkat cerita, segala fitur yang ada pada keluarga RTX 30 Series juga tersedia sebagai standar di sini.

Nvidia merekomendasikan penggunaan power supply unit (PSU) dengan kapasitas minimal 600 W, dan RTX 3060 Ti sendiri diprediksi mampu menyedot hingga 200 W pada performa puncaknya (20 W lebih rendah daripada RTX 3070). Secara fisik, model RTX 3060 Ti Founders Edition ini sama persis seperti RTX 3070, hanya saja dengan balutan warna yang berbeda.

Seperti yang saya bilang, Nvidia GeForce RTX 3060 Ti bakal dijual dengan SRP (suggested retail price) $399, dan pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai 2 Desember ini juga, termasuk penawaran dari pihak ketiga. Nvidia secara spesifik bilang bahwa ini merupakan anggota pertama dari keluarga RTX 3060, yang berarti ke depannya mereka juga akan merilis RTX 3060 versi non-Ti.

Sumber: Nvidia.

Intel Perkenalkan OneAPI Toolkit dan GPU untuk Server

Bagi Anda yang belum tahu, pada bulan Desember 2018 yang lalu, Intel meluncurkan OneAPI. OneAPI ini sendiri merupakan model pemrograman berbasis open source yang memungkinkan pengembang memilih akselerator mana yang akan menjalankan software mereka. Akselerator tersebut bisa berupa CPU atau GPU. Visi inilah yang saat ini mereka sebut sebagai XPU.

“Hari ini adalah momen penting dalam perjalanan ambisius oneAPI dan XPU kami. Dengan kehadiran OneAPI Toolkit kami, kami telah memperluas pengalaman pengembang dari library dan alat pemrograman CPU yang sudah dikenal hingga menyertakan arsitektur vektor-matriks-spasial kami. Kami juga meluncurkan GPU pusat data pertama kami berbasiskan mikroarsitektur Xe-LP yang berfokus pada segmen cloud gaming dan streaming media yang berkembang pesat “– Raja Kaduri, Intel senior vice president, chief architect dan General Manager dari Architecture, Graphics dan Software.

Intel Raja Koduri

Intel oneAPI Toolkit memanfaatkan kapabilitas dan instruksi hardware, seperti Intel® AVX-512 dan Intel® DL Boost pada CPU, bersama dengan fitur-fitur unik untuk XPU. Intel oneAPI Toolkits juga menghadirkan bahasa pemrograman dan standar yang sudah dikenal sekaligus memberikan kesinambungan penuh dengan kode yang ada. Intel oneAPI Toolkits akan tersedia secara gratis dan akan segera mentransisikan rangkaian alat Intel® Parallel Studio XE dan Intel® System Studio ke dalam produk oneAPI-nya.

Bahasa pemrograman yang digunakan oleh Intel bernama Data Parallel C++. Data Parallel C++ juga dibangun dengan basis pemrograman OpenCL. Oleh karena itu, developer nantinya akan mudah untuk menggunakannya karena memiliki basis perintah yang sama. Misalnya para developer sudah membuat software untuk NVIDIA CUDA, maka akan mudah menerjemahkannya ke Data Parallel C++

Jika kita lihat, maka fungsi dari OneAPI ini mirip dengan apa yang dilakukan oleh NVIDIA dengan CUDA-nya. Bedanya, NVIDIA sudah melakukannya selama bertahun-tahun dengan GPU buatan mereka sendiri. Jadi, Intel juga membutuhkan GPU buatan mereka sendiri.

H3C XG310 PCIe card

Selain OneAPI, Intel juga meluncurkan sebuah GPU untuk server yang bernama HC3 XG310 yang ditujukan untuk aplikasi streaming video serta game. XG310 sendiri terdiri dari empat GPU Intel Xe-LP dengan pipeline 128 bit dan memori DDR4 8 GB per GPU. Intel tidak semata-mata mengejar performa pada cip yang satu ini, namun menyediakan fitur untuk menyajikan lebih banyak streaming video pada pemakaian daya tertentu.

Intel juga mengatakan bahwa kartu tersebut dirancang untuk streaming Android. Selain itu, Intel juga mengatakan bahwa pada server juga terdapat CPU Xeon yang mampu menjalankan 100 game secara bersamaan pada resolusi dan frame rate yang tinggi.

AMD Ungkap GPU Radeon RX 6000 Series, Siap Bersaing Melawan Nvidia di Segmen High-end

2020 resmi menjadi tahun pembuktian bagi AMD. Belum lama ini, lewat Ryzen 5000 Series, AMD membuktikan bahwa prosesor bikinan mereka bisa mempunyai performa gaming yang lebih kencang daripada Intel. Sekarang, AMD ingin membuktikan bahwa mereka juga bisa bersaing melawan Nvidia di segmen kartu grafis high-end.

Sebelumnya, mari kita mengingat kembali penawaran terbaru yang Nvidia umumkan di bulan September kemarin. Kala itu, Nvidia memperkenalkan tiga kartu grafis yang dibangun di atas arsitektur Ampere: RTX 3070, RTX 3080, dan RTX 3090. Di posisi paling rendah dengan banderol $499, RTX 3070 diklaim punya performa yang sama, atau bahkan melampaui RTX 2080 Ti yang dihargai $1.200, dan klaim itu sudah dibuktikan oleh banyak reviewer baru-baru ini.

AMD di sisi lain tidak punya GPU yang sanggup menyaingi RTX 2080 Ti. GPU terkuat mereka sebelum ini, Radeon VII, hanya mampu bersaing melawan RTX 2080 biasa, dan kartu tersebut pun sudah di-discontinue sejak lama. Yang masih dijual sampai sekarang adalah Radeon RX 5700 XT, tapi kartu tersebut hanya menduduki level yang sama seperti RTX 2070.

Kondisinya berubah drastis pasca peluncuran Radeon RX 6000 Series pada tanggal 28 Oktober kemarin. Dengan memaksimalkan arsitektur barunya, RDNA 2, AMD tak hanya berniat menggulingkan RTX 2080 Ti, tapi juga RTX 3090 sekaligus. Kedengarannya mungkin kelewat ambisius, tapi itulah kesan yang saya dapat setelah menyimak presentasi AMD.

Sama seperti Nvidia, AMD turut menyingkap tiga kartu grafis baru: RX 6800, RX 6800 XT, dan RX 6900 XT. Berikut spesifikasi lengkap ketiganya:

AMD Radeon RX 6800

AMD Radeon RX 6800 XT

AMD Radeon RX 6900 XT

Compute Unit

60

72

80

Base Clock

1.815 MHz

2.015 MHz

2.015 MHz

Boost Clock

2.105 MHz

2.250 MHz

2.250 MHz

VRAM

16 GB GDDR6

16 GB GDDR6

16 GB GDDR6

Memory Bus Width

256-bit

256-bit

256-bit

Infinity Cache

128 MB

128 MB

128 MB

Total Board Power

250 W

300 W

300 W

Jadwal Rilis

18 November 2020

18 November 2020

8 Desember 2020

Harga

$579

$649 $999

Melihat tabel di atas, Anda mungkin langsung bertanya-tanya mengenai Infinity Cache. AMD menggambarkan teknologi ini berfungsi layaknya L3 cache di prosesor, dan pada praktiknya mampu menggenjot performa selagi menekan konsumsi daya. AMD mengilustrasikan bahwa kombinasi memory bus 256-bit plus Infinity Cache pada RX 6000 Series mampu menghasilkan bandwith dua kali lebih besar daripada memory bus 384-bit, tapi di saat yang sama konsumsi dayanya tercatat cuma 90%.

Kalau bicara benchmark, AMD mengklaim RX 6800 menawarkan performa rata-rata 18 persen lebih baik daripada RTX 2080 Ti, dan ini menempatkannya di level yang hampir sama seperti RTX 3070 meski harganya terpaut $80. Lalu untuk RX 6800 XT, AMD cukup berbangga kinerjanya mampu menyaingi RTX 3080 selagi mengonsumsi daya yang lebih rendah.

Terakhir, ada RX 6900 XT yang siap berkompetisi secara langsung melawan RTX 3090. Dalam beberapa permainan, RX 6900 XT bahkan mencatatkan selisih frame rate yang cukup banyak dibanding RTX 3090. Semua itu lagi-lagi dengan efisiensi energi yang lebih baik dan harga jual yang jauh lebih terjangkau.

Juga sangat menarik adalah teknologi yang AMD juluki dengan istilah Smart Access Memory. Idenya adalah, kita bisa mendapatkan performa yang lebih baik lagi jika menandemkan GPU RX 6000 Series dengan prosesor Ryzen 5000 Series dan motherboard B550 atau X570. Berdasarkan pengujian internal AMD, peningkatan performanya berkisar antara 5 – 11 persen di beberapa game.

Dari kacamata sederhana, teknologi ini memungkinkan prosesor Ryzen 5000 Series untuk mendapat akses penuh atas memory yang dimiliki GPU RX 6000 Series demi semakin meminimalkan bottleneck. Tanpa Smart Access Memory, prosesor cuma bisa mengakses 256 MB dari total VRAM yang tersedia.

Terakhir, AMD tidak lupa memastikan kalau RX 6000 Series mendukung teknologi ray tracing sepenuhnya dengan merujuk pada API DirectX 12 Ultimate. AMD juga sempat menyinggung sedikit soal Super Resolution, yang sepintas terdengar seperti ekuivalen dari teknologi DLSS besutan Nvidia. Sayang AMD belum mau berbicara lebih jauh soal ini.

Kalau melihat jadwal peluncurannya, November 2020 bakal menjadi salah satu tahun paling menarik di sepanjang sejarah gaming, terlepas dari pengaruh besar pandemi COVID-19. Selain kedatangan dua console next-gen sekaligus, kita juga bakal disambut oleh sederet komponen PC baru dari berbagai kubu.

Sumber: AMD dan AnandTech.

Qualcomm Indonesia Perkenalkan Snapdragon 732G: 730G Versi Lebih Kencang

Qualcomm kembali mengeluarkan sebuah chipset yang ditujukan untuk pasar hi end. Selama ini, kelas tersebut diisi oleh Snapdragon 720G dan 730G. Ternyata, kedua SoC tersebut sepertinya belum cukup bagi Qualcomm. Dan saat ini, Qualcomm mengeluarkan Snapdragon 732G.

Xiaomi dan Qualcomm mengadakan sebuah acara untuk memperkenalkan Snapdragon 732G. Walaupun tidak disebut pada acara yang diselenggarakan melalui aplikasi Zoom pada tanggal 16 September 2020 lalu, SoC ini bakal digunakan pada perangkat terbaru dari Poco. Yap, apa lagi kalau bukan Poco X3 NFC yang sudah diluncurkan di India beberapa waktu lalu.

qualcomm-umumkan-chipset-snapdragon-732g-mobile-platform

Snapdragon 732G sendiri sebenarnya versi overclocked dari Snapdragon 730G. Hal tersebut berarti perbedaan yang paling terlihat ada pada clock CPU dan GPU-nya. Pada sisi CPU, 732G memiliki clock 100 MHz lebih tinggi dibandingkan dengan 730G, yaitu 2,3 GHz pada Kryo 470 Gold. Sedangkan pada sisi GPU, perbedaan keduanya adalah 125 MHz.

Selain keduanya, tidak ada perbedaan mendasar yang dapat terlihat. Hal ini tentu saja membuat feature yang dimiliki oleh Snapdragon 730G sama dengan 732G.

Hal tersebut dapat dilihat dari proses pabrikasi 8 nm yang digunakan oleh keduanya. Lalu penggunaan modem Snapdragon X15 yang mendukung jaringan 4G LTE yang sama antara keduanya. Modem ini juga membawa teknologi WiFi 6 yang selama ini tidak dinyalakan pada beberapa smartphone yang menggunakannya, seperti Xiaomi Mi Note 10 Pro.

Kedua SoC ini sudah memiliki Snapdragon Elite Gaming yang diklaim mampu membuat game lebih lancar saat dimainkan. Dominikus Susanto selaku Senior Manager, Business Development mengatakan bahwa fitur yang ada pada Snapdragon Elite Gaming pada SoC 732G tidak akan selengkap Snapdragon seri 800. Namun, hal tersebut sudah membuat kinerjanya menjadi lebih tinggi.

Pada sisi kamera, Snapdragon 732G sudah menggunakan Spectra 350. Prosesor ini mampu mengambil gambar sampai dengan resolusi 192 MP. Selain itu, prosesor ini mampu menangkap beberapa gambar untuk membuat hasil fotonya lebih baik lagi. Dan pengambilan video dengan resolusi maksimal 4K HDR juga sudah didukung.

Hanya Upclocked saja?

Saya sempat menanyakan apakah sebenarnya Snapdragon 732G itu hanya versi overclocked dari Snapdragon 730G. Hal tersebut dengan jelas terlihat karena clock CPU dan GPU hanya menjadi pembeda antara kedua SoC. Lalu apakah ada hal lainnya yang menjadi pembeda?

Tahun ini, Pixel 5 tampaknya masih akan memakai chipset Snapdragon 865 / Qualcomm
Tahun ini, Pixel 5 tampaknya masih akan memakai chipset Snapdragon 865 / Qualcomm

Pak Susanto menjelaskan bahwa sebenarnya tidak hanya clock saja yang berbeda antara keduanya. Walaupun sebenarnya basis chipset-nya sama, namun masih ada peningkatan dari sisi software-nya. Hal tersebutlah yang membuat kinerja dari Snapdragon 732G lebih baik dari Snapdragon 730G.

Masih akan ada chipset 4 dari Qualcomm setelah 732G?

Dengan hadirnya Snapdragon 765G yang menggunakan modem 5G, membuat saya sempat berpikir apakah Qualcomm masih akan mengeluarkan chipset baru dengan modem 4G LTE. Sayangnya, pak Susanto tidak bisa menjawab mengenai road map mereka ke depannya seperti apa. Hal tersebut juga dikarenakan chipset Snapdragon 732G masih baru.

Namun, pak Susanto juga tidak menepis apakah bakal ada chipset baru di masa yang akan datang. Selama teknologi tersebut masih ada dan masih dibutuhkan, tentu saja akan disediakan oleh Qualcomm untuk para OEM.