Grab Mulai Akomodasi Pembelian Tiket Bus

Grab kembali menambahkan fitur baru. Kali ini dengan menghadirkan layanan pemesanan tiket bus komuter di dalam aplikasi. Di masa awal, Grab bermitra dengan Lorena, Aoshuttle, dan AgraMas untuk melayani rute Cibubur, Cikarang, sejumlah kawasan di Jakarta, dan BSD.

Teknologi Grab memungkinkan pengguna memesan/membeli tiket bus langsung melalui aplikasi. Pengguna akan mendapatkan informasi real time mengenai bus, layaknya armada lainnya yang didukung Grab, termasuk memungkinkan pembayaran menggunakan Ovo. Setelah menyelesaikan transaksi pembeli tiket pengguna akan mendapatkan e-ticket yang bisa langsung ditunjukkan ketika menaiki bus.

Sepanjang tahun ini Grab telah menghadirkan fitur Tiket (bekerja sama dengan Bookmyshow), fitur Video (bermitra dengan Hooq), dan menjajaki penyewaan e-skuter GrabWheels yang segera hadir di BSD.

Segmen pembelian tiket bus secara digital saat ini mulai digarap sejumlah startup, seperti Redbus, Traveloka, Bukalapak, Bustiket, Bosbis, dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Grab Announces Investment to Ninja Van, Strengthen GrabExpress Logistics System

Grab announces the latest investment with undisclosed amount for last mile logistics startup Ninja Van, starts from strategic partnership. Ninja Van as the first to be announced of the company’s commitment to partner with six startup during this year.

“We’re so glad to have this partnership [..] Looking at the amount of Grab’s users, we can offer the easiest way to enjoy our complete logistics services, and a reliable and easy delivery service supported by technology,” Ninja Van’s Co-Founder and CEO, Chang Wen said in the official release.

Head of GrabExpress, Adelene Foo added,”The partnership with Ninja Van enables us to offer a complete kinds of delivery services in Southeast Asia through Grab app. It facilitates sellers, buyers, and merchants to send and receive items.

Ninja Van is to be integrated in the Grab application through GrabExpress and to be available at the second quarter of 2019. It’ll gradually available in the Southeast Asia.

The partnership expands GrabExpress’ network coverage significantly outside the on-demand courier and same day services, therefore, shipping are scheduled throughout the region.

GrabExpress’ coverage is also affected, it’s now available in 150 cities around Singapore, Malaysia, Thailand, Philippines, and Indonesia. It’s claimed between March to December 2018, GrabExpress’ instant delivery and same day service grew over three times.

Ninja Van is said to be the fastest growing last mile logistics company in Southeast Asia, reaching more than 450 cities and connecting six countries. Grab, as a company, will be the vehicle to reach more users from SMEs and social seller community.

Customers can deliver items easier through one app and enjoy the best logistics experience on Ninja Van.

In the previous interview, NinjaExpress Indonesia’s Country Head, Eric Saputra revealed that the company’s overall business could grow three times. NinjaExpress couriers in Indonesia has reached 3 thousand units, 70% are two-wheelers.

The company has a special dashboard for its users. The app not only provide tracking order feature, but also has intelligence reporting to be used to help users in recaping the total delivery over the past year in order to increase business in the following year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Grab Umumkan Investasi ke Ninja Van, Perkuat Sistem Logistik GrabExpress

Grab mengumumkan investasi terbaru dengan nilai yang tidak disebutkan untuk startup logistik last mile Ninja Van, dimulai lewat kemitraan strategis. Ninja Van menjadi startup pertama yang Grab umumkan dari komitmen perusahaan yang ingin gandeng enam startup sepanjang tahun ini.

“Kami sangat senang dengan kerja sama ini [..] Melihat jumlah pengguna Grab yang sangat banyak, kami dapat menawarkan mereka cara termudah untuk menikmati layanan logistik kami yang lengkap, serta menawarkan layanan pengiriman barang andal dan mudah yang didukung oleh teknologi,” terang Co-Founder dan CEO Ninja Van Lai Chang Wen dalam keterangan resmi.

Head of GrabExpress Adelene Foo menambahkan, “Kerja sama dengan Ninja Van memampukan kami untuk menawarkan berbagai pilihan pengantaran yang terlengkap di Asia Tenggara melalui aplikasi Grab. Memudahkan penjual, pembeli, serta merchant untuk mengirim dan menerima barang mereka.”

Layanan Ninja Van nantinya akan terintegrasi ke dalam aplikasi Grab melalui GrabExpress yang akan tersedia pada kuartal II/2019. Secara bertahap layanan akan tersedia di Asia Tenggara.

Kerja sama ini memperluas jangkauan layanan GrabExpress secara signifikan di luar jasa pengantaran menggunakan kurir on-demand dan same day, jadi pengiriman terjadwal ke seluruh penjuru daerah secara nasional.

Cakupan wilayah GrabExpress juta ikut terpengaruh, kini tersedia di 150 kota tersebar di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Indonesia. Diklaim hingga Maret sampai Desember 2018, volume pengiriman barang instan dan same day GrabExpress tumbuh lebih dari tiga kali lipat.

Ninja Van disebutkan sebagai perusahaan logistik last mile dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara, menjangkau lebih dari 450 kota dan menghubungkan enam negara. Bagi perusahaan, Grab akan jadi kendaraan untuk menjangkau lebih banyak pengguna yang datang dari kalangan usaha kecil dan menengah, dan komunitas social seller.

Pelanggan dapat mengirim barang mereka dengan mudah melalui satu aplikasi dan menikmati pengalaman pengantaran terbaik di jaringan Ninja Van.

Dalam wawancara sebelumnya, Country Head Ninja Xpress Indonesia Eric Saputra mengungkapkan bisnis perusahaan secara keseluruhan dapat tumbuh tiga kali lipat. Armada Ninja Xpress di Indonesia saja ada 3 ribu unit, 70% di antaranya adalah kendaraan roda dua.

Perusahaan memiliki dasbor yang disediakan khusus untuk penggunanya. Di dalamnya, tidak hanya ada fitur tracking order, namun memiliki intelligence reporting yang dapat dimanfaatkan untuk membantu pengguna merekap total total pengiriman selama setahun ke belakang untuk peningkatan bisnis di tahun berikutnya.

Application Information Will Show Up Here

Grab and BookMyShow Introduces “Tiket” Service in App

In order to complete the super app ecosystem in the platform, Grab formed up with BookMyShow by launching “Tiket” feature in app. The India-based startup was chosen through Velocity program, Southeast Asia’s startup acceleratot initiated by Grab Ventures.

This collaboration allows Grab’s users can purchase cinema tickets through app based on the merchant list of BookMyShow, including CGV and Cinemaxx.

“We also integrated payment with OVO, for the easier payment process and to help users gain more GrabRewards,” Grab Indonesia’s Executive Director, Ongki Kurniawan said.

Grab plans to develop some services by Tiket, it’ll allow users to purchase tickets for other purposes through this tile.

“We’re having commitment to help startups accelerate their business growth. One is to become our partner while providing new options to all users,” he added.

Focus investment in Indonesia

In a separate interview with Bloomberg Technology, Grab’s Co-Founder, Tan Hooi Ling said, Grab will not only be known as a ride-hailing service and Indonesia to be the main focus in Southeast Asia.

Kurniawan confirmed, in its presentation, Grab plans to invest more this year in the company or startup which is compatible with their ecosystem.

“We plan to invest in six companies from Southeast Asia this year. Following Grab’s plan to add and acquire more companies. One is the partnership with BookMyShow we’ve just launched,” he added.

In addition, Grab plans to focus on healthtech and insurtech. An official partnership has formed with Ping An Good Doctor from China last September. Ping An Good Doctor is an integrated health service with artificial intelligence providing online based health consulting. It’s Ping An Good Doctor’s second time operation in Southeast Asia.

“According to plan,in the second or third quarter of 2019, we’ll launch in-app direct consulting with the doctor. It’s to be developed by implementing artificial intelligence. Therefore, the doctor can answer user’s massive questions immediately,” Kurniawan said.

He also mentioned, the drug delivery is included in the company’s roadmap. Although, it complies with the current regulation related to the e-prescription, Grab is preparing and approaching the relevant regulators.

Safety for users and drivers

Making sure the users enjoy the seamless experience, Grab is to focus on technology development. As to improve safety by placing cctv in some GrabCar and Emergency services for Grab’s users and drivers.

“We also have launched the number masking technology to keep the phone number private while having conversation with drivers. In addition, we’ve launched VoIP, the free call feature,” Kurniawan said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Grab dan BookMyShow Hadirkan Layanan “Tiket” di Dalam Aplikasi

Bertujuan melengkapi ekosistem super app di dalam platform, Grab meresmikan menggandeng BookMyShow dengan meluncurkan fitur “Tiket” di dalam aplikasi. Startup yang berbasis di India ini merupakan startup terpilih dalam program Velocity, akselerator startup Asia Tenggara yang diinisiasi Grab Ventures.

Melalui kemitraan ini, pengguna Grab bisa membeli tiket bioskop langsung melalui aplikasi berdasarkan pilihan bioskop yang telah bekerja sama dengan BookMyShow, termasuk CGV dan Cinemaxx.

“Kami juga telah melakukan integrasi pembayaran melalui OVO untuk pengguna, sehingga bisa memudahkan proses pembayaran sekaligus membantu pengguna mengumpulkan lebih banyak GrabRewards,” kata Executive Director Grab Indonesia Ongki Kurniawan.

Grab berencana untuk mengembangkan daftar layanan yang ditawarkan melalui menu Tiket, sehingga ke depannya para pengguna dapat membeli tiket untuk acara-acara hiburan lain melalui tile ini.

“Kami ingin berkomitmen untuk membantu startup binaan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis mereka. Salah satunya adalah menjadi mitra kami sekaligus memberikan pilihan baru kepada pengguna Grab,” kata Ongki.

Fokus investasi di Indonesia

Dalam wawancara terpisah dengan Bloomberg Technology, Co-Founder Grab Tan Hooi Ling menyebutkan, Grab tidak lagi ingin dikenal hanya sekedar layanan ride-hailing dan Indonesia adalah negara Asia Tenggara yang menjadi fokus utama perusahaan.

Hal tersebut ditegaskan Ongki. Dalam presentasinya, Grab tahun ini berencana berinvestasi di lebih banyak perusahaan atau startup yang memiliki bisnis yang sejalan dengan ekosistem yang dimilikinya.

“Kami berencana berinvestasi kepada enam perusahaan di Asia Tenggara tahun ini. Sesuai dengan rencana Grab untuk menambah dan mengakuisisi lebih banyak perusahaan. Salah satunya adalah kemitraan dengan BookMyShow yang baru saja kita resmikan,” kata Ongki.

Selain menambah kemitraan, Grab juga berencana fokus ke healthtech dan insurtech. Salah satu kemitraan yang telah diresmikan adalah dengan Ping An Good Doctor dari Tiongkok pada September lalu. Ping An Good Doctor merupakan layanan kesehatan terintegrasi dengan artificial intelligence yang  menyediakan konsultasi kesehatan berbasis online. Ini pertama kalinya Ping An Good Doctor beroperasi di Asia Tenggara.

“Jika sesuai rencana, di kuartal dua atau tiga tahun 2019 kami akan meluncurkan layanan konsultasi langsung dengan dokter dalam aplikasi. Layanan ini kami perkuat dengan menerapkan teknologi artificial intelligence. Sehingga dalam waktu yang cepat, dokter bisa menjawab pertanyaan dari pengguna dalam jumlah yang besar,” kata Ongki.

Ongki menyebut layanan pesan antar obat ke pengguna termasuk dalam roadmap perusahaan. Meskipun demikian, menyesuaikan peraturan dari regulator terkait pemesanan resep obat secara online (e-precription), Grab masih melakukan persiapan dan pendekatan ke pihak regulator terkait.

Keamanan pengguna dan mitra pengemudi

Untuk memastikan pengguna menikmati pengalaman yang seamless, Grab juga akan fokus kw peningkatan teknologi kepada pengguna. Salah satunya adalah menambah unsur keamanan dengan menempatkan kamera di beberapa GrabCar dan layanan Emergency yang berguna untuk pengguna dan mitra pengemudi Grab.

“Kami juga telah meluncurkan teknologi number masking yang menjaga privasi nomor selular pengguna saat melakukan percakapan dengan mitra pengemudi. Selain itu kami juga telah meluncurkan VoIP, panggilan telepon yang tidak menggunakan pulsa pengguna,” kata Ongki.

Application Information Will Show Up Here

Nanobubble Ingin Tingkatkan Potensi Budidaya Perikanan Melalui Nanoteknologi

Besarnya potensi perikanan d Indonesia ternyata masih memiliki kendala dalam produktivitas budidaya, serangan virus atau penyakit, kondisi air tambak yang rusak, dan lainnya sehingga menyebabkan gagal panen di mana-mana. Di sisi lain, kebutuhan pasar lokal maupun ekspor sangat tinggi, khususnya udang.

Berawal dari riset, Nanobubble didirikan oleh CEO Hardi Junaedi, CBDO Dedi Cahyadi, dan CPO Rizki Nugraha Saputra. Startup ini memanfaatkan nanoteknologi yang berfokus meningkatkan produktivitas budidaya perikanan. Mereka disebut berhasil mematenkan dan membuat mesin yang dapat menginjeksi gas (baik oksigen, nitrogen, karbondioksida, maupun gas lainnya) ke dalam suatu air (atau larutan lainnya).

“Kelebihan mesin kami adalah gas yang diinjeksi akan dipecah dan dilarutkan dalam air di dalam milling zone (zona pemecahan) sehingga menghasilkan luaran air dengan kelarutan gas yang tinggi dengan ukuran gelembung (bubble) di kisaran 200-900 nanometer. Gas yang berada di dalam bubble akan mudah larut dalam air. Dampaknya kadar gas menjadi lebih tinggi daripada kondisi pada umumnya,” kata Hardi kepada DailySocial.

Gas yang dimaksud adalah oksigen dan bermanfaat meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam tambak udang sehingga pada panen pertama mampu meningkatkan hasil panen hingga empat kali lipat.

Nanobubble mendapatkan pengetahun ini setelah melakukan studi banding ke Jepang.

“Alhamdulillah sepulang dari Jepang tim kami terinspirasi untuk mengembangkan teknologi Nanobubble dengan teknologi yang dimodifikasi menggunakan material lokal dan terjangkau. Harapannya Nanobubble ini bisa menjadi bisnis teknologi yang mampu menghilirisasi hasil penelitian Nanobubble selama dua tahun ke belakang dan bisa dikomersialkan,” kata Hardi.

Fitur Nanobubble

Mesin yang dikembangkan Nanobubble secara otomatis menginjeksi oksigen ke dalam tambak saat kondisi kadar oksigen rendah dan mesin dengan timer otomatis. Diharapkan dalam waktu 2-3 bulan ke depan Nanobubble mampu melengkapi fitur dan menyelesaikan kontrol otomatis parameter DO (oksigen), suhu, dan pH sehingga petambak dan pengguna mampu mengontrol secara real time kondisi budidaya udang pada aplikasi di smartphone.

“Tim kami, selain berfokus pada fitur mesin Nanobubble untuk menunjang kadar oksigen pada air tambak udang sehingga produktivitas meningkat, juga pernah bekerja sama dengan BUMN untuk penerapan Nanobubble nitrogen untuk pengawetan ikan tuna. Hasilnya pun sangat memuaskan dan menambah masa kesegaran ikan,” kata Hardi.

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai Nanobubble. Di antaranya adalah bisa merevolusi dunia budidaya perikanan dengan meningkatkan produktivitas dengan luasan tambak yang lebih kecil sehingga mendukung terciptanya optimalisasi lahan tambak di Indonesia. Kemudian membantu penyediaan stok udang atau ikan untuk pasar lokal maupun ekspor, serta mampu meningkatkan kesejahteraan petambak atau buruh tambak yang terlibat dalam proses budidaya.

“Selain itu tim research & development kami juga masih dalam tahapan penelitian penerapan di dunia pertanian, terutama terobosan pupuk cair nitrogen ataupun untuk mendukung oksigen dan nutrisi pada budidaya sistem hidroponik. Pada tahun 2017 kami sebenarnya juga sudah pernah berhasil menerapkan Nanobubble nitrogen untuk pengawetan ikan tuna. Sehingga besar harapan kami untuk mampu menjadi solusi permasalahan perikanan dan pertanian dengan terobosan nanoteknologi,” kata Hardi.

Rencana penggalangan dana

Meskipun masih baru, Nanobubble telah memiliki strategi monetisasi, yaitu berkolaborasi dengan komunitas dan praktisi budidaya udang. Untuk kegiatan pemasaran, Nanobubble memanfaatkan media sosial, situs, seminar dan workshop, serta forum berbagi teknologi lainnya.

“Untuk model bisnis kami saat ini adalah skema persewaan mesin Nanobubble dan bagi hasil kerja sama budidaya,” kata Hardi.

Nanobubble berhasil mengumpulkan pendanaan dari dewan juri Thinkubator sebesar Rp825 juta sebagai pemenang utama program. Modal tersebut nantinya akan dimanfaatkan perusahaan untuk menambah demonstration plot (demplot) ukuran tambak 1000m2, menambah talenta di bidang perikanan dan IoT, serta memproduksi sekitar 18-20 mesin untuk penerapan di tambak daerah Sukabumi dan Situbondo.

Terkait penggalangan dana, Nanobubble saat ini sedang dalam komunikasi dengan tiga mitra. Selain dari Grab, Nanobubble juga telah mendapatkan tambahan modal dari research grant PPTI Kemenristek DIKTI dan Coremap CTI LIPI.

Grab Ventures Velocity Angkatan Kedua Incar Pemberdayaan Usaha Mikro

Grab resmi mengumumkan Grab Ventures Velocity (GVV) angkatan kedua, Rabu (10/4) kemarin. Berbeda dari angkatan pendahulunya, program flagship Grab ini akan fokus pada inovasi dan penyelesaian masalah di bidang agrikultur dan pemberdayaan usaha mikro.

Dalam pembukaannya, Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menegaskan, sejak awal bahwa kehadiran program ini diharapkan dapat memberikan dampak luas. Tidak hanya untuk Grab, tetapi juga masyarakat.

“Kami meyakini dua fokus tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang besar di Asia Tenggara. Melalui program ini, kami juga ingin nurturing bakal unicorn selanjutnya (nexticorn) di Asia Tenggara,” tutur Ridzki di Jakarta.

GVV merupakan program khusus pengembangan startup yang berstatus post seed dan ingin melakukan scale up. Sebanyak 3-5 startup terpilih akan mendapatkan mentorship, akses ke basis pelanggan dan teknologi Grab, serta mereka dapat menguji coba solusinya di platform Grab.

Head of Investments & Programs Grab Ventures Aditi Sharma menambahkan, ada banyak peluang yang dapat digali dari agrikultur, terutama yang berkaitan dengan rantai pasokan makanan segar tradisional, seperti buah dan sayur-sayuran.

Indonesia dinilai punya banyak persoalan berkaitan dengan rantai pasokan produk pertanian. Rumitnya jalur perdistribusian hingga kondisi geografis di Indonesia membuat prosesnya menjadi lama dan tidak efisien.

Diharapkan GVV dapat memaksimalkan potensi startup dalam membawa bahan makanan segar secara terjangkau dan berkualitas kepada seluruh target pasarnya di Asia Tenggara.

Demikian juga pemberdayaan terhadap pedagang kecil yang bertujuan memotong biaya operasional agar dapat meningkatkan pendapatan mereka. Aditi menyebutkan uji coba solusi mereka akan mengandalkan jaringan agen Kudo yang saat ini telah dipakai di 250 ribu wirausahawan digital Indonesia.

“Di angkatan sebelumnya, startup hanya menguji coba layanannya di negara asal mereka sendiri. Pada angkatan kedua, mereka berkesempatan untuk pilot di semua negara di Asia Tenggara,” ungkap Aditi.

Selain fase pendanaan post seed, kriteria lain yang dicari pada program ini adalah startup yang memiliki product market fit, telah memiliki basis pengguna, dan memiliki strong early traction. Pendaftaran telah dimulai sejak 29 Maret hingga 15 Mei. Program ini sendiri akan berjalan dua bulan (Mei dan Juni).

GVV didukung sejumlah instansi pemerintah terkemuka di Indonesia, seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dan Badan Kreatif Ekonomi (BEKRAF).

Grab Aims for Follow on Funding Over 28 Trillion Rupiah

Grab announces follow on funding worth of US$2 billion (around 28.33 trillion Rupiah) to ease the expansion plan in Southeast Asia. It is to be used for investment or acquisition, there should be six companies by this year.

The plan is also part of Series H round, closes at US$6.5 billion. Previously, Grab’s Co-Founder and CEO, Anthony Tan said this round is still open for interested investors.

In March 2019, Grab has just announced US$1.46 billion funding (around Rp20.65 trillion) from SoftBank Vision Fund. In this round, Grab has received US$4.5 billion, fully supported by SoftBank and other investors.

The partnership between Grab and SoftBank is tighter and has reached the next level, which has been going on since 2014.

In the official release, Anthony said he met Masayoshi (SoftBank CEO) last week and provided unlimited support for Grab’s growth. The support, along with other investors, will enable Grab to develop intensely this year in all payment, transportation and food services.

“At the current growth rate, we expect to be four times greater than our closest competitors in Indonesia and throughout Southeast Asia by the end of this year,” he added.

In addition, he also said that he would continue to develop Indonesia’s startups and technology talents through such programs as Grab Ventures Velocity and Thinkubator.

Ming Maa, Grab’s President added, along with the massive transformation, there are opportunities to grow in various services such as health, finance and others. For this reason, Grab will do at least six investments or acquisitions this year.

“Among other major markets, Indonesia have privilege to get this latest investment significantly. It will get us on the right track to be 4x bigger than our closest competitor and remain a leader in the on-demand transportation.”

In a previous press conference, Grab’s business is said to grow rapidly with double revenue in 2018. GrabFood is also in line, it has covered 178 cities in Indonesia, growing from 13 cities at the beginning of last year. GrabFood’s shipping volume increased almost 10 times in the same year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Grab Incar Pendanaan Tambahan Lebih dari 28 Triliun Rupiah

Grab mengumumkan rencana pendanaan tambahan sebesar US$2 miliar (setara 28,33 triliun Rupiah) untuk melancarkan rencana ekspansinya di Asia Tenggara. Dana tersebut akan dipakai untuk berinvestasi atau akuisisi perusahaan, ditargetkan akan ada enam perusahaan tahun ini.

Rencana tersebut masih merupakan bagian dari putaran seri H yang akan ditutup senilai US$6,5 miliar. Sebelumnya Co-Founder dan CEO Grab Anthony Tan menyatakan pihaknya masih membuka putaran ini untuk investor yang berminat.

Pada Maret 2019, Grab baru saja mengumumkan perolehan dana US$1,46 miliar (setara dengan Rp20,65 triliun) dari SoftBank Vision Fund. Pada putaran H ini, Grab telah mengantongi US$4,5 miliar yang didukung penuh oleh SoftBank dan investor lainnya.

Tentunya kemitraan antara Grab dan SoftBank semakin kuat dan dinyatakan telah mencapai tingkat selanjutnya, yang sebelumnya sudah terjalin sejak 2014.

Dalam pernyataan resminya, Anthony mengatakan dirinya bertemu Masayoshi (CEO SoftBank) minggu lalu dan dia memberikan dukungan yang tidak terbatas untuk pertumbuhan Grab. Dukungan tersebut, bersama dengan investor lainnya, akan memungkinkan Grab untuk berkembang sangat agresif di tahun ini di seluruh layanan pembayaran, transportasi, dan makanan.

“Pada tingkat pertumbuhan kami saat ini, kami berharap dapat menjadi empat kali lebih besar dari pesaing terdekat kami di Indonesia dan di seluruh Asia Tenggara pada akhir tahun ini,” katanya.

Di samping itu, dia juga menyatakan akan terus mengembangkan potensi startup dan talenta teknologi di Indonesia melalui program seperti Grab Ventures Velocity dan Thinkubator.

President Grab Ming Maa menambahkan sejalan dengan transformasi yang luar biasa, ada kesempatan yang sudah terbuka untuk terus tumbuh di berbagai layanan seperti kesehatan, keuangan, dan lainnya. Untuk itu, Grab akan melakukan setidaknya enam investasi atau akuisisi di tahun ini.

“Di antara pasar-pasar utama lainnya, Indonesia khususnya akan mendapatkan investasi terbaru ini secara signifikan. Hal ini akan membuat kami berada di jalur yang tepat untuk menjadi 4x lebih besar dari pesaing terdekat kami dan tetap menjadi pemimpin dalam layanan on-demand transport.”

Dalam konferensi pers sebelumnya, Grab mengklaim bisnisnya berkembang sangat pesat dengan pendapatan lebih dari dua kali lipat pada 2018. GrabFood juga berkembang pesat, wilayahnya telah mencakup di 178 kota di Indonesia tumbuh dari 13 kota pada awal tahun lalu. Volume pengiriman GrabFood meningkat hampir 10 kali lipat di tahun yang sama.

Application Information Will Show Up Here

GrabFood Hadir di 200 Kota Asia Tenggara, 89% Berlokasi di Indonesia

Grab mengumumkan layanan pesan-antar makanan GrabFood telah tersebar di 200 kota di enam negara. Pendapatannya diklaim tumbuh 45 kali lipat dari Maret-Desember 2018.

Indonesia menjadi negara yang paling digencarkan untuk pengembangan GrabFood, khususnya pasca pendanaan terakhir yang diterima perusahaan. GrabFood mengklaim telah hadir di 178 kota Indonesia, padahal pada awal tahun lalu baru tersedia di 13 kota.

Tanpa menyebut angka detail, Presiden of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menjelaskan bertambahnya cakupan berpengaruh pada peningkatan volume pengiriman yang tumbuh hampir 10 kali lipat secara year on year. Datangnya pemesanan ini mayoritas datang dari kota besar.

Kini jumlah merchant tumbuh 8 kali lipat dan lebih dari 80% datang dari pengusaha UKM. Tak hanya fokus ke merchant UKM, Grab menggaet merchant dengan banyak gerai dari brand lokal dan internasional, seperti McDonald’s, Bonchon, Dominos, Starbucks, dan lainnya.

“Target GrabFood menjadi layanan pesan-antar makanan tercepat untuk kuliner lokal. Caranya dengan teknologi yang mumpuni dan dibantu oleh tim R&D di berbagai negara,” terangnya, Jumat (29/3).

Dia mengklaim para mitra pengemudi memperoleh penghasilan 40% lebih tinggi dengan mengambil pemesanan makanan di samping layanan transportasi. Merchant juga memperoleh 88% pendapatan tambahan dalam kurun waktu lima bulan setelah mereka bergabung bersama GrabFood. Konsumen pun dalam rerata waktu tunggu pesanan sampai barang tiba kini hanya sekitar 29 menit.

Pada saat yang bersamaan, Grab juga memperkenalkan fitur subscription (paket berlangganan) GrabFood untuk mendorong loyalitas pengguna. Dalam paket ini, konsumen ditawarkan paket berlangganan dari Rp75 ribu sampai Rp125 ribu.

Pengembangan teknologi untuk GrabFood

Ridzki menjelaskan, dalam rangka mendorong eskalasi GrabFood yang cukup pesat selama setahun ini, perusahaan memanfaatkan perpaduan teknologi machine learning dan kecerdasan buatan.

Kedua teknologi tersebut membantu perusahaan melihat seberapa cepat suatu pesanan dibuat oleh merchant di area tertentu, mengoptimalisasi sistem pemetaan, dan mempelajari pengalaman merchant sebelumnya saat memproses pesanan.

Dari sisi proses, antara pengemudi dan penumpang ada sistem chat yang otomatis memberi notifikasi sehingga memudahkan dan persingkat waktu pengantaran. Grab juga aktif memberikan pelatihan untuk mitra pengemudi bagaimana menangani pesanan dalam cepat, tata cara bayarnya, dan saat pengantarannya.

Di sisi lain, dalam mendukung unsur kecepatan, Grab akan menambah jumlah kehadiran central kitchenKitchen by GrabFood” yang diperkenalkan pertama kali bulan September lalu.

Untuk mendukung keamanan pesanan tetap aman, Grab menyediakan tas berdesain insulated yang khusus menjaga makanan tetap panas atau dingin sampai ke tujuan. Ukuran tas ini juga dapat di-upsize agar mitra dapat menyimpan pesanan dalam jumlah banyak.

Menurut Ridzki, tas khusus ini sudah didistribusikan untuk 500 mitra pengemudi di Jabodetabek.

“Seluruh hal ini kita lakukan secara menyeluruh. Makanya durasi pesan-antar di GrabFood semakin cepat, yaitu sekitar 29 menit.”

Application Information Will Show Up Here