Bukit Vista to Help with Management of Accommodation and Property Players

Exploring the potential of the accommodation business around tourist attractions in Indonesia, Bukit Vista is to help lodging business owners to promote and improve their business. Founded by Jing Cho Yang, Bukit Vista first launched in Bali in 2012, which is a favorite tourist spot for domestic and foreign tourists.

In particular, Bukit Vista platform provides technology-based management tools to accommodation business owners. Starting from homes, villas, and resorts which are then managed professionally on behalf of the property owner by the Bukit Vista team. With the objective of strengthening their exposure on major travel booking sites, especially Airbnb.

The founder with experience working at Airbnb sees considerable potential in Indonesia to later take advantage of the platform and technology presented by Bukit Vista.

“Bukit Vista was founded on the opportunities we saw in the market. Very few hosts received a number of bookings. Most of the properties have good locations, good hardware but management is not available,” Bukit Vista’s CEO Jing Cho Yang said.

Bukit Vista applies a subscription-based business model. The company does not take any income unless the property is booked. The business-driven is profit sharing that has been stated in a certain percentage and agreed by both parties.

With many other platforms offering hospitality-related services, Bukit Vista claims to be the only platform in Indonesia that improves management to be technology-based and always innovates in its processes and systems. In accordance with the company’s dream of becoming the most innovative hospitality company.

The pandemic effect

Currently, partners who have joined Bukit Vista can access web-based services directly. Bukit Vista provides guest arrival lists, automatic income reports, staff management, and more. Bukit vista has more than 180 properties that are managed exclusively in the regions of Bali, Yogyakarta, and Nusa Penida. The company also plans to expand markets outside Indonesia and throughout the world.

Regarding Bukit Vista business growth during the Covid-19 pandemic, as it presents services for accommodation, Bukit Vista experiencing the direct impact of the pandemic. However, the business manages to keep running, with some strategies launched by the company.

“Bukit Vista was directly affected by this pandemic due to the closure of access in and out of Bali and the drastic reduction in the number of tourists during this pandemic. However, there are still opportunities for us to overcome this problem, namely by utilizing trapped tourists and offering discounts for long stays,” Jing said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bukit Vista Bantu Kelola Manajemen Pemilik Usaha Akomodasi dan Properti

Memanfaatkan potensi bisnis akomodasi yang tersebar di tempat wisata di Indonesia, Bukit Vista hadir untuk membantu pemilik usaha penginapan untuk mempromosikan dan meningkatkan bisnis mereka. Didirikan oleh Jing Cho Yang, Bukit Vista meluncur pertama kali di Bali tahun 2012 lalu, yang merupakan lokasi wisata favorit bagi wisatawan domestik hingga mancanegara.

Secara khusus platform Bukit Vista menyediakan alat manajemen berbasis teknologi kepada pemilik usaha akomodasi. Mulai dari rumah, villa, dan resor yang kemudian dikelola secara profesional atas nama pemilik properti oleh tim Bukit Vista. Dengan tujuan memperkuat eksposur mereka di situs pemesanan perjalanan utama, terutama Airbnb.

Sang pendiri yang pernah memiliki pengalaman bekerja di Airbnb, melihat potensi yang cukup besar di Indonesia untuk kemudian memanfaatkan platform dan teknologi yang dihadirkan oleh Bukit Vista.

“Bukit Vista didirikan berdasarkan peluang yang kami lihat di pasar. Sangat sedikit tuan rumah (host) yang mendapatkan jumlah pemesanan. Sebagian besar properti memiliki lokasi yang baik, hardware yang baik tetapi manajemennya tidak ada,” kata CEO Bukit Vista Jing Cho Yang.

Model bisnis Bukit Vista adalah berbasis berlangganan (subscription). Perusahaan tidak mengambil pendapatan apa pun kecuali properti dipesan. Motor bisnis perusahaan adalah bagi hasil yang telah dinyatakan dalam jumlah persentase tertentu dan disetujui oleh kedua belah pihak.

Meskipun saat ini sudah banyak platform lain yang menawarkan layanan terkait hospitality, namun Bukit Vista mengklaim sebagai satu-satunya platform di Indonesia yang meningkatkan manajemen untuk menjadi berbasis teknologi dan selalu berinovasi dalam proses dan sistem yang dimiliki. Sesuai dengan impian perusahaan yaitu menjadi perusahaan perhotelan paling inovatif.

Dampak pandemi

Saat ini mitra yang telah bergabung dengan Bukit Vista bisa mengakses langsung layanan yang berbasis web. Bukit Vista menyediakan daftar kedatangan tamu, laporan pendapatan otomatis, manajemen staf, dan lainnya. Bukit vista telah memiliki 180 lebih properti yang dikelola secara eksklusif di kawasan Bali, Yogyakarta, dan Nusa Penida. Perusahaan juga memiliki rencana untuk memperluas pasar tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.

Disinggung seperti apa pertumbuhan bisnis Bukit Vista saat pandemi virus Covid-19 berlangsung saat ini, disebutkan karena menghadirkan layanan untuk akomodasi, secara langsung Bukit Vista mengalami impact dari pandemi. Namun demikian agar bisnis bisa terus berjalan, terdapat strategi yang kemudian dilancarkan oleh perusahaan.

“Bukit Vista terkena dampak langsung dari pandemi ini dikarenakan tutupnya akses keluar masuk Bali dan berkurangnya jumlah wisatawan secara drastis selama pandemi ini. Namun, masih ada peluang untuk kami mengatasi masalah ini, yaitu dengan memanfaatkan wisatawan yang terjebak dan menawarkan potongan harga untuk long stay,” kata Jing.

Perkuat Bisnis di Indonesia, OYO Siapkan Dana Investasi 4,2 Triliun Rupiah

OYO mengumumkan komitmen baru dalam investasi mereka di Indonesia menjadi US$300 juta atau setara 4,2 triliun Rupiah. Komitmen anyar ini diumumkan setelah keberhasilan perusahaan menembus 5 juta pelanggan sepanjang 2019 ini.

Pendiri dan CEO OYO Ritesh Agarwal menyampaikan langsung sejumlah pencapaian yang sudah mereka peroleh selama beroperasi di Indonesia. Ritesh mengatakan, saat ini OYO sudah menggandeng 1.000 hotel dan 27.000 kamar di 100 kota di Indonesia. Ia menyebut angka itu tercapai lebih cepat dari target mereka yakni satu tahun.

“Kami pernah menyampaikan bahwa kita akan berinvestasi US$100 juta pada tahun lalu. Sekarang kami akan memperbarui investasi itu menjadi US$300 juta berkaca dari kesuksesan kita di sini,” ucap Ritesh.

Country Head OYO Indonesia Rishabh Gupta menjelaskan, tambahan investasi US$200 juta itu dianggarkan untuk satu tahun ke depan. Menurutnya, dana itu akan digunakan utamanya untuk revitalisasi bangunan hotel dan pelatihan staf yang tersebar

Country Head of Business Development OYO Indonesia Agus Hartono Wijaya turut menambahkan, pengucuran investasi itu diputuskan karena mereka menyadari ada cukup banyak hotel di sejumlah kota yang kualitasnya di bawah standar. Renovasi jadi langkah prioritas mereka untuk menarik pelanggan.

Let’s say okupansi mereka di bawah 50 persen misalnya. Justru itu value OYO untuk meningkatkan okupansi mereka jadi di atas 50 persen. Bagaimana caranya ya dengan direnovasi dulu,” imbuh Agus.

Perbedaan akses dan infrastruktur suatu daerah turut berpengaruh pada kualitas hotel yang beragam. Disparitas kualitas hotel inilah yang hendak diselesaikan oleh OYO lewat tambahan investasi mereka.

Fokus di timur

Salah satu fokus ekspansi OYO di Indonesia berada di wilayah timur. Potensi wisata yang besar dan industri perhotelan yang masih berkembang di sana jadi alasan OYO membidik ke sana.

Kendati demikian, upaya ekspansi itu tak akan mudah karena gairah bisnis perhotelan di sana sedang lesu.

Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani mengutarakan, tingkat okupansi hotel di kawasan timur merosot 30 persen. Serupa dengan data PHRI, Badan Pusat Statistik pun mencatat penurunan tingkat hunian hotel berbintang pada Maret 2019 sebesar 4,21 poin menjadi 52,89 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Haryadi menyebut kenaikan harga tiket pesawat jadi penyebab utama hal itu terjadi.

Kendati demikian, Rishabh meyakini kenaikan harga tiket pesawat tak begitu berpengaruh pada industri perhotelan. Di samping upaya pemerintah Indonesia yang terus membenahi infrastruktur pariwasata, pihaknya juga terus berinvestasi untuk memperbaiki kualitas pelayanan hotel yang bekerja sama dengan OYO.

“Lagipula orang Indonesia tidak hanya berwisata melalui pesawat, banyak juga yang pakai infrastruktur darat seperti kalau ke Bandung atau Yogyakarta. Bagi OYO, okupansi hotel tidak terdampak oleh kenaikan tiket pesawat,” cetus Rishabh.

Program OPEN untuk pemilik aset

Pada saat yang sama, OYO juga meluncurkan OPEN yang ditujukan untuk mitra pemilik aset. Sederhananya, program ini merupakan wadah bagi para pemilik aset untuk bertukar ide, informasi, dan lainnya yang dapat menunjang bisnis.

Dalam program itu OYO berkomitmen untuk membagi hasil pendapatan tepat waktu, memberikan akses pembiayaan yang terjangkau, membantu pemasaran hotel, dan menyediakan teknologi sebagai solusi untuk pemilik hotel.

[Panduan Pemula] Cara Pesan Hotel dengan Aplikasi Booking.com

Makin banyak alternatif, makin mudah bagi konsumen untuk menemukan penawaran terbaik. Dalam hal misalnya memesan penginapan atau hotel, sekarang selain via Traveloka, Pegi-pegi atau Tiket.com, kita juga bisa mencari penawaran terbaik dari aplikasi Booking.com.

Cara pakainya tak kalah simple.

  • Install dahulu aplikasi Booking.com dari Play Store.
  • Buat akun atau login langsung menggunakan Facebook dan Gmail, pilih yang paling mudah menurut Anda.
  • Setelah login, Anda akan disambut form pencarian dengan dua menu tab yaitu Accommodations dan Car Rental.
  • Karena kita mau pesan hotel, maka pilih Accommodation, kemudian tap kolom pencarian.

Cara Pesan Hotel dengan Aplikasi Booking (1)

  • Tentukan tujuan, kemudian pilih tanggal kunjungan.

Cara Pesan Hotel dengan Aplikasi Booking (2)

  • Saat kembali ke panel pencarian, tap tombol Search dan biarkan sistem mencarikan rekomendasi penginapan terbaik untuk Anda.

Cara Pesan Hotel dengan Aplikasi Booking (3)

  • Hasilnya akan seperti ini. Pilih hotel atau penginapan yang sesuai dengan budget Anda.

Cara Pesan Hotel dengan Aplikasi Booking (4)

  • Perhatikan dengan seksama fasilitas yang mereka punyai dan layanan yang akan diberikan dalam setiap pemesanan kamar. Jika merasa oke, sekarang tap Select Room untuk memilih ruangan yang cocok untuk Anda.

Cara Pesan Hotel dengan Aplikasi Booking (5)

  • Pilih kamar yang sesuai, kemudian tap Pesan/Book dan isi biodata Anda dengan lengkap. Lanjutkan dengan men-tap tombol Next Step.

20190806220413_IMG_0975

  • Terakhir, tap Book Now untuk memesan kamar di hotel atau penginapan yang Anda pilih.

20190806220614_IMG_0977

Berikutnya Anda akan diminta melakukan pembayaran sesuai dengan nominal yang tertera di dalam tagihan. Di beberapa hotel, Anda juga diperbolehkan untuk melakukan pembayaran saat tiba dan check in di hotel.

Gambar header Booking.

Bobobox Terima Pendanaan dari Surge Sequoia, Agaeti Ventures, Everhaus dan Investor Sebelumnya

Startup akomodasi hotel kapsul Bobobox belum lama ini menerima pendanaan dalam seed round dari beberapa investor, termasuk Sequoia Capital India (Surge), Agaeti Ventures, dan Everhaus. Investor sebelumnya yakni Aplha JWC dan Ganesia Ventures turut terlibat dalam pendanaan ini. Tidak disebutkan nominal keseluruhan yang didapat.

Menurut informasi yang beredar, Surge memberikan kontribusi sebesar $1,5 juta (atau setara 21,6 miliar Rupiah). Tidak hanya untuk Bobobox, beberapa startup di Asia turut mendapatkan pendanaan dari Surge, dari Indonesia ada startup insurtech Qoala.

Modal tambahan yang didapat akan difokuskan untuk pengembangan outlet, improvisasi teknologi, dan inovasi pengembangan. Sejak hadir di tahun 2017, Bobobox menjadi game changer yang fokus pada pasar milenial/traveler yang membutuhkan akomodasi terjangkau.

Bisnis yang berpusat di Bandung tersebut menghadirkan pods, kapsul ruang tidur, yang dilengkapi dengan aplikasi untuk mengendalikan akses pintu, nyala lampu yang bisa disesuaikan, fitur keamanan, bluetooth speaker, hingga pendingin ruangan.

Pasca pendanaan ini pihak Bobobox turut menyampaikan akan membuka unit di 10-20 lokasi baru. Cukup percaya diri, pasalnya mereka mengklaim traksi yang didapat cukup tinggi dari pangsa pasar yang ditargetkan.

Untuk tetap unggul di pasar, Bobobox miliki tiga strategi utama. Pertama ialah dengan pengembangan produk dan teknologi secara berkelanjutan. Kedua dengan pengembangan sistem yang meningkatkan pengalaman tamu. Dan ketiga adalah penambahan lokasi dan varian unit yang ditawarkan.

Application Information Will Show Up Here

A Hotel Management Service Developer, Zuzu, Receives Series A Funding Worth 52 Billion Rupiah

Zuzu Hospitality Solutions (formerly known as Zuzu Hotels) today (3/19) announces series A funding worth of $3.7 million or equivalent to 52,5 billion rupiah. This round was led by Wavemaker Partners, the previous investor which leads the seed funding. Other investors involved are Golden Gate Ventures, Convergence Venture, Alpha JWC Ventures, and Line Ventures.

The additional capital is to be focused on its operational in Indonesia, Taiwan, and Singapore. They also planed an expansion to some Asia Pacific’s region. Zuzu, along with this, also appointed some industry’s veteran, such as Jake Coleiro for Australia’s Country Manager,and Prae Wattanalapa for Thailand’s Country Manager.

“Acquiring advanced support from investors show that we’re still in line with mission to provide an independent hotel management service. We also glad to have new investors in supporting our next international expansion phase,” Zuzu’s Co-Founder,Dan Lynn said.

After pivot and stopped doing budget hotel business (B2C), Zuzu focused on providing management solution for hotel operation system (B2B). Through their digital system implementation, hotel can provide efficiency to increase online profit up to 30% in average. Their mission is to assure hotels can provide the best service for its customers without any barrier of operational and complicated software implementation for services.

Previously, there has been similar service in Indonesia offering operational system to help hospitality management. One example is Caption, a Yogyakarta based hospitality startup.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pengembang Layanan Manajemen Hotel “Zuzu” Dapatkan Pendanaan Seri A Senilai 52 Miliar Rupiah

Zuzu Hospitality Solutions (dulu dikenal dengan nama Zuzu Hotels) hari ini (19/3) mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $3,7 juta atau setara dengan 52.5 miliar Rupiah. Putaran pendanaan ini dipimpin oleh Wavemaker Partners, investor sebelumnya yang juga memimpin dalam pendanaan awal. Turut berpartisipasi beberapa investor termasuk Golden Gate Ventures, Convergence Venture, Alpha JWC Ventures, dan Line Ventures.

Penambahan modal yang didapat difokuskan untuk menguatkan operasionalnya di Indonesia, Taiwan, dan Singapura. Pihaknya juga berencana melakukan ekspansi ke beberapa wilayah di Asia Pasifik. Bersama dengan ini, Zuzu turut menunjuk beberapa veteran industri, yakni Jake Coleiro untuk menjadi Country Manager Zuzu Australia dan Prae Wattanalapa sebagai Country Manager Zuzu Thailand.

“Mendapatkan dukungan berkelanjutan dari investor menunjukkan bahwa kami masih selaras dengan misi untuk memberikan manajemen layanan hotel yang independen. Kami juga bersyukur telah mendapatkan investor baru untuk membantu fase ekspansi internasional berikutnya,” ujar Co-Founder Zuzu Dan Lynn.

Pasca pivot dan tidak menjalankan bisnis budget hotel (B2C), Zuzu fokus memberikan solusi manajemen untuk sistem operasi hotel (B2B). Melalui implementasi sistem digital miliknya, rata-rata hotel dapat menghadirkan efisiensi untuk meningkatkan pendapatan online hingga 30%. Misi Zuzu ialah memastikan hotel dapat fokus memberikan suguhan layanan terbaik bagi para tamunya, tanpa harus pusing mengurus operasional dan implementasi perangkat lunak yang berbelit untuk pelayanan.

Di Indonesia sebelumnya juga sudah ada layanan serupa yang memberikan sistem operasi untuk membantu manajemen perhotelan. Salah satunya ialah Caption, startup hospitality berbasis di Yogyakarta.

Tahun Depan Oyo Targetkan Miliki Jaringan di Seratus Kota

Setelah meresmikan kehadirannya dua bulan yang lalu, Oyo sebagai jaringan hotel yang telah beroperasi di lebih dari 500 kota di 6 negara mengklaim telah mengalami pertumbuhan bisnis yang signifikan di Indonesia. Saat ini di jaringan Oyo sudah ada lebih dari 150 hotel di 16 kota di Indonesia.

Tahun 2019 mendatang Oyo memiliki target ekspansi di lebih dari 100 kota. Selama ini Oyo juga telah memperkuat jaringan hotel di Indonesia dengan menambahkan lebih dari 70 hotel per bulan ke jaringannya. Sebelumnya perusahaan mengumumkan komitmen investasi lebih dari US$100 juta (sekitar Rp1,5 triliun) untuk menjadi pemain terdepan di Indonesia.

“Dengan total investasi sebesar $100 juta, kami telah menyiapkan strategi pertumbuhan bisnis yang agresif untuk tahun 2019. Kami berencana akan memperluas jaringan di lebih dari 100 kota di Indonesia. Kami juga terus mengeksplorasi berbagai peluang pertumbuhan organik selagi membangun sinergi lewat berbagai kerja sama dengan entitas lokal,” kata Country Lead Oyo Hotels Indonesia Rishabh Gupta.

Besarnya permintaan dari masyarakat terkait dengan hotel di Indonesia menurut Oyo tidak diimbangi dengan penyediaan akomodasi berkualitas. Dalam hal ini Oyo dengan kapasitas yang dimiliki ingin mengakomodasi kebutuhan tersebut lewat model bisnis berbasis teknologi.

“Kota besar seperti Jakarta dan Surabaya menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan Oyo di Indonesia, namun kami melihat bahwa peluang bisnis yang tidak kalah besar justru datang dari kota-kota lain yang menjadi pusat bisnis regional maupun destinasi wisata baru. Berbagai program pengembangan destinasi wisata dari Kementerian Pariwisata Indonesia juga turut memiliki andil besar dalam mendukung pengembangan bisnis hospitality di Indonesia ke depannya,” tambah Rishabh.

Untuk pendanaan sendiri, Oyo sebelumnya telah mengantongi funding dari Softbank, Lightspeed, Sequoia, dan Greenoaks Capital senilai US$1 miliar. Ada pula tambahan $200 juta yang diambil dari neraca keuangan perusahaan.

Baru-baru ini Oyo juga dikabarkan telah mendapatkan dana segar dari Grab senilai $103,4 juta (Rp1,5 triliun) dalam seri E. Rencananya investasi Grab ini akan digunakan untuk membantu mengembangkan layanan Oyo di Asia Tenggara, terutama di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Alienware Sulap Kamar di Hotel Hilton Panama Menjadi Surganya para Gamer

Saya bukan gamer hardcore, tapi setiap hari saya selalu menghabiskan setidaknya satu sampai dua jam untuk bermain game. Satu-satunya saat di mana saya tidak bermain game sama sekali dalam sehari adalah ketika masa liburan tiba, dan saya bertamasya bersama keluarga.

Namun di luar sana, rupanya ada banyak orang yang benar-benar tidak bisa lepas dari jeratan game, bahkan selagi mereka melancong. Hal ini bisa dibuktikan dari kerja sama antara jaringan hotel Hilton dan Alienware (Dell): mereka menyulap satu kamar di Hilton Panama menjadi surganya para gamer.

Alienware Room Hilton Panama

Sederet perangkat gaming kelas sultan telah dijejalkan ke dalam kamar 2425 di hotel tersebut, ditata dengan rapi di satu zona khusus di samping sepasang ranjang besar. Bintang utamanya adalah desktop PC Alienware Aurora, dengan spesifikasi meliputi prosesor Intel Core i7-8700, GPU Nvidia GeForce GTX 1080 Ti dan RAM DDR4 32 GB.

PC tersebut menyambung ke TV OLED 4K berukuran 65 inci, serta sistem audio surround 5.1. Penggemar virtual reality pun tidak dilupakan, mengingat ada headset Oculus Rift yang juga menyambung ke PC tersebut. Kendati demikian, yang paling mengundang decak kagum adalah ‘singgasana’ yang berada tepat di depan setup ini.

Alienware Room Hilton Panama

Tentu saja ini bukan sembarang kursi, melainkan kursi simulator yang dirancang untuk memberikan sensasi immersive di sepanjang sesi gaming, terutama ketika bermain game VR. Bahannya terbuat dari perpaduan aluminium dan serat karbon, plus teknologi Outlast besutan NASA, yang pada dasarnya berfungsi untuk menyerap panas sehingga gamer bisa tetap duduk dengan nyaman di atasnya.

Di belakang kursi tersebut, ada setup lain yang terdiri dari laptop Alienware 15 dengan prosesor Core i7-7700HQ, GPU GTX 1070 dan RAM DDR4 32 GB, yang menyambung ke monitor curved 34 inci. Periferal pendukungnya tentu juga disuplai oleh Alienware, plus sepasang controller Xbox Elite.

Alienware Room Hilton Panama

Bagi yang berencana berkunjung ke Panama, kamar hotel kelas gamer hardcore ini sudah bisa dipesan sejak tanggal 19 April kemarin dengan tarif $349 per malam. Dari perspektif lain, ini merupakan salah satu contoh pemanfaatan gaming sebagai objek wisata – sekaligus materi promosi yang bombastis tentunya.

Sumber: HomeCrux dan Xataka.

Fokus Ekspansi Bisnis di Indonesia, RedDoorz Tunjuk Direksi Baru

Untuk memperkuat bisnisnya di Indonesia, hari ini platform pemesanan online hotel budget, RedDoorz, mengumumkan penunjukan anggota dewan direksi dan dewan penasihat, yakni Bhanu Chopra sebagai Direktur Independen dan Philip Wolf sebagai Penasihat Dewan.

Dalam rilisnya disebutkan langkah strategis ini dilakukan demi melancarkan rencana RedDoorz mengembangkan bisnis di Indonesia selama 2 tahun terakhir yang saat ini telah memiliki operasional di 10 kota di Indonesia, dan akan berekspansi ke sembilan kota lainnya selama dua belas bulan ke depan.

“Duduk di Dewan RedDoorz, pengalaman dari keduanya akan terbukti penting dalam membantu kami membentuk strategi ekspansi dari kota ke kota, sejalan dengan perluasan operasional RedDoorz di Indonesia dan untuk ke depannya mengaplikasikan model ini ke negara-negara lain di Asia Tenggara,” kata Founder & CEO, RedDoorz Amit Saberwal.

Ditambahkan oleh Amit, Indonesia telah menjadi titik awal yang penting bagi RedDoorz. Dengan menekankan pada program pelatihan keahlian bagi mitra (hotel budget kelas menengah, properti independen, dan penginapan) serta menciptakan pengalaman unik untuk menarik tamu, RedDoorz secara aktif telah menggapai ke lebih dari 130 juta konsumen yang sadar teknologi dari total 250 juta penduduk Indonesia.

“Melalui Upaya ini telah menghasilkan sebuah model yang berkelanjutan bagi hotel untuk memastikan okupansi,” kata Amit.

Berdiri sejak tahun 2015, RedDoorz telah membantu para pelaku bisnis perhotelan dan pemilik penginapan untuk mengiklankan properti mereka melalui platform yang responsif, yang memungkinkan mereka untuk menjangkau pasar yang lebih luas, meningkatkan distribusi, membangun brand serta memiliki standar operasional yang efisien.

Sesuai dengan Rencana, RedDoorz selanjutnya akan memperluas layanan ke tujuh kota di Indonesia, di antaranya adalah Aceh, Balikpapan, Batam, Lombok, Makassar, Manado, Medan, Palembang dan Solo. Hingga kini, RedDoorz telah melayani lebih dari setengah juta tamu di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here