Tips Mengikuti Inkubator dan Akselerator Startup Bagian 1: Persiapan

Mengikuti program inkubator atau akselerator menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan startup untuk memantapkan bisnisnya. Program inkubator umumnya diikuti oleh startup di tahap awal (early-stage). Biasanya mereka masih butuh memvalidasi relevansi ide/produk dengan pangsa pasar. Sedangkan program akselerator diikuti oleh startup yang beranjak ke tahap lanjut (growth). Di tahap ini yang mereka lakukan ialah mengembangkan proses bisnis –melalui monetisasi atau pendanaan lanjutan.

Di Indonesia sudah cukup banyak program inkubator atau akselerator yang diselenggarakan untuk startup. Kebanyakan program tersebut terafiliasi langsung dengan pemodal ventura, sebagai unit yang membantu startup dalam urusan pendanaan. Masing-masing program juga biasanya memiliki spesialisasi sendiri, terkait dengan lanskap bisnis atau tahapan startup yang dibina. Masing-masing program juga memiliki program unggulan dan penawaran khusus kepada startup yang tergabung di dalamnya.

Namun sebelum memutuskan untuk mengikuti dan memilih program inkubator atau akselerator, ada beberapa hal yang perlu disiapkan oleh founder.

Siapkan mentalitas belajar

Founder startup tahap awal lahir dengan idealismenya. Membawa asumsi tentang kesempurnaan ide bisnis yang dibawa. Isunya di program inkubator ide tersebut akan diuji ulang dengan berbagai metodologi untuk memastikan ketika dijalankan ada konsumen yang tertarik menggunakan. Pemikiran terbuka (open-minded) perlu menjadi bekal seorang founder ketika menginjak pintu inkubasi.  Di program inkubasi atau akselerasi, biasanya dihadirkan mentor dari kalangan pakar, komunitas, hingga investor.

Fokuskan pikiran untuk belajar dari mereka, bersama-sama mereka melakukan validasi dan pematangan konsep produk/model bisnis. Di program ini bahkan founder perlu meluangkan waktu penuh untuk belajar. Karena selain belajar, dalam keigiatan inkubasi biasanya founder juga diberi kesempatan untuk mebangun mitra stratgeis dan orang-orang yang akan mendukung bisnis secara langsung, misalnya untuk menjadi advisor.

Sempurnakan pitch deck startup

Banyak program inkubator dan akselerator melakukan seleksi awal startup berdasarkan kecakapan pitch deck yang dibuat. Tujuan utama dari sebuah pitch-deck ialah memberikan gambaran besar tentang startup, produk, dan model bisnis yang dikembangkan. Di tahap selanjutnya, pitch-deck harus dipresentasikan, menjelaskan lebih detail tentang poin-poin yang ingin dicapai oleh founder. Tidak ada cara lain untuk menyempurnakan pitch-deck dan cara penyampaiannya selain berlatih.

pitch-deck startup
Poin-poin dalam sebuah pitch-deck

Saat membuat pitch-deck, founder perlu menanamkan pola pikir bahwa dirinya sedang meyakinkan orang lain tentang konsep bisnis yang akan benar-benar memberikan keuntungan besar. Saat presentasi, founder harus memberikan energi optimis tentang visi keberhasilan bisnis. Tunjukan bahwa dengan startup berafiliasi dengan program inkubator/akselerator akan mempercepat mencapai garis sukses tersebut.

Temukan kecocokan program

Sebelum menentukan untuk mengikuti program inkubator/akselerator yang mana, founder harus terlebih dulu melakukan riset. Ada beberapa hal yang wajib dipertimbangkan. Selain pertimbangan teknis terkait bidang startup yang dibina, terdapat pertimbangan lain cukup normatif, misalnya dengan melihat benefit apa yang mereka tawarkan? Siapa saja startup sukses yang berhasil dibina? Adakah startup yang gagal, dan apa yang terjadi dengan mereka? Informasi ini tidak bisa hanya ditemukan melalui laman web, melainkan harus berinteraksi langsung dengan penyelenggara program ataupun startup yang pernah terlibat.

Tunjukkan komitmen

Penyelenggara program inkubator atau akselerator berinvestasi pada founder/tim startup, berterima kasihlah dengan menunjukkan komitmen untuk fokus pada hasil keberhasilan. Komitmen tersebut dapat ditunjukkan oleh founder dengan memberikan dorongan dan motivasi kepada tim untuk dapat bekerja lebih maksimal. Karena dedikasi orang-orang di dalam tim startup tersebut yang akan berkorelasi langsung pada kesuksesan startup.


Tulisan ini diambil dari beberapa nasihat founder startup yang pernah mengikuti program inkubator/akselerator.

Indigo Creative Nation Kukuhkan Sembilan Startup Baru yang Akan Dibina

Pada hari Rabu (29/08) lalu, Indigo Creative Nation –program inkubator/akselerator startup milik Telkom—telah menyelenggarakan Indigo Day ke-3. Dalam acara tersebut turut dikukuhkan 9 startup baru yang akan turut serta dalam program Indigo Batch I tahun 2018.

Berikut ini nama 9 startup yang berhasil masuk dalam program inkubasi Telkom kali ini:

  1. Cyber Army
  2. RUN IProbe
  3. Segain
  4. Mountable.id
  5. Sadora
  6. Cazh
  7. Edudok
  8. DNS Bersih
  9. Panenmart

Nama-nama di atas merupakan startup yang berada dalam tahapan beragam. Mulai dari Customer Validation (Problem/Solution Fit) dengan tantangan agar berhasil mengidentifikasi masalah yang dihadapi konsumen dan mengidentifikasi solusi yang dibutuhkannya. Hingga Product Validation (Product/Market Fit) yang  akan memvalidasi kecocokan produk/layanan terhadap pasar sehingga disukai oleh penggunanya.

Direktur Digital & Strategic Portfolio Telkom Group, David Bangun, dalam sambutan pembukaannya mengatakan, “Yang kita lakukan di Indigo itu, bagaimana bisa menginkubasi, me-nurture idea, men-scout talent, untuk nantinya menjadi manusia-manusia yang menghasilkan sesuatu yang benar-benar istimewa.”

Peran Indigo dalam proses inkubasi adalah memandu startup dari berbagai bidang industri melalui proses pemberian pendanaan, membukakan akses pasar, dan mentoring berkala secara intensif dalam rentang periode waktu tertentu.

Pada acara yang berlangsung di Telkom Landmark Tower tersebut, Indigo Creative Nation mengangkat tema besar “Kolaborasi dalam Bidang Inovasi Teknologi”. Melalui acara ini Telkom berharap bisa mendorong sinergi antara startup binaan mereka dengan anak perusahaan Telkom Group, dengan menjalin kolaborasi mutualisme yang saling menguntungkan, bersama para startup binaan mereka.

Kolaborasi dalam bidang inovasi teknologi ini memang potensial mengakselerasi bisnis seperti yang disebutkan Ongki Kurniawan (Executive Director Grab Indonesia) dalam sesi diskusi panel dengan Albert Lucius (Co-Founder & CEO Kudo).

“Ekosistem dunia startup itu sangat luas, dan kolaborasi bisa membuat segala sesuatunya menjadi lebih cepat, oleh karena itu kolaborasi ekosistem itu sangat penting apabila sebuah perusahaan ingin terus berevolusi dan survive,” tutur Ongki Kurniawan.

Kolaborasi dalam bidang inovasi teknologi ini juga ditegaskan oleh Ery Punta Hendraswara selaku Managing Director Indigo Creative Nation, “Indigo ini ingin membuka kolaborasi dan mempercepat perkembangan dunia digital nasional. Kombinasi antara startup dengan perusahaan-perusahaan besar dapat memberikan nilai lebih ke dalam industri.“

Ajang Indigo Day ke-3 kali ini juga menghadirkan lebih dari dua puluh startup binaan Telkom yang ditampilkan di area eksibisi maupun sesi pitching, baik dari program eksternal (Indigo) maupun program internal Telkom (Amoeba), seperti Qualitiva, Goto Sehat, Wakuliner, Peto, Tripal, Kofera, Amtiss, Sonar, Qontak, Nodeflux, Prime System, Bahaso, Qiscus, Nodeflux, Jasa Connect, Authentic Guards, Paket ID, dan Sonic Boom.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara Indigo Day dari Indigo Creative Nation

BEKUP 2018 Tekankan Pembinaan Karakter “Founder”

Bekraf for Pre-Startup (BEKUP) kembali diadakan untuk kali ketiga. Program ini memiliki tujuan memunculkan founder startup digital berkualitas melalui program pendampingan dan edukasi. Tahun ini, BEKUP ingin lebih fokus pada penguatan karakter tim dan ide solutif. Pelaksanaannya akan meliputi kota Bandung, Yogyakarta, Semarang, Malang, Makassar, Padang, Denpasar, Medan, Tangerang dan Balikpapan.

“Yang juga berbeda di BEKUP 2018, di ujung acara kami akan adakan acara pleno mempersilakan tiga perwakilan startup dari masing-masing kota untuk presentasi di depan calon inkubator. Ini sesuai dengan misi BEKUP sebagai program pra-inkubasi,” ujar Deputi Infrastruktur BEKRAF Hari Santosa Sungkari kepada DailySocial.

Hari melanjutkan, proses pendidikan yang diterapkan adalah Lean Startup, meliputi customer discovery, customer validation, customer creation dan company building. BEKUP akan memfokuskan pada proses customer discovery. Presentasi oleh startup yang terbentuk tadi juga baru mencakup tahap customer discovery dan pembuatan minimum viable product.

“Setelah menilai dan memilih startup binaan dari presentasi, masing-masing inkubator juga akan memiliki tujuan, mau dibawa ke mana startup yang mereka pilih nantinya. BEKUP memberikan keleluasaan kepada inkubator untuk mengambil startup sesuai bidang dan spesialisasinya. Target BEKUP 2018 adalah membina 200 pre-startup lulus.”

Menekankan pendidikan karakter bagi founder

Proses pendidikan dalam rangkaian BEKUP 2018 juga akan berfokus pada peningkatan karakter founder. Ini belajar dari rangkaian kegiatan yang sudah berjalan di tahun-tahu sebelumnya. Pemikiran yang terbuka dinilai penting untuk ditanamkan sejak dini, di samping perkembangan digital yang dinamis, bisnis harus bisa selalu beradaptasi dengan perubahan kebutuhan pangsa pasar.

“Salah satu yang dilihat nanti di ujung, baik investor atau rekanan, adalah karakter dari founder. Di Lean Startup ini kita juga tekankan kepada founder untuk siap pivot. Karena kebanyakan para founder startup tahap awal susah untuk berpikiran terbuka mengubah bisnis dan susah diyakinkan bahwa hipotesis yang diangkat mungkin tidak relevan, sementara ada tuntutan penyesuaian di pangsa pasar,” jelas Hari.

Karakter founder juga dianggap penting untuk kesehatan startup ke depan, karena pemimpin bisnis akan menjadi motor utama dalam kerja tim, relasi bisnis, dan lain-lain. Penilaian terhadap karakter sendiri akan disematkan saat proses seleksi hingga presentasi, dilakukan oleh para mentor dan perwakilan inkubator.

“Karakter nomor satu, termasuk karakter mau berubah. Kalau bisnis tidak mau berubah, mereka akan kelabakan ketika lima sampai sepuluh tahun lagi ada disrupsi dalam bisnis. Kita tidak mau menghasilkan pengusaha yang manja, misal ada disrupsi lalu minta perlindungan pemerintah, jangan sampai terjadi.”

Mentor lokal di tiap kota agar lebih intensif

Pada pertengahan Juli 2018 lalu, BEKRAF sudah membina calon mentor, yang terdiri dari Lead Mentor dan Local Mentor, untuk mengiringi BEKUP 2018. Mentor yang dipilih juga bukan sosok ternama, karena panitia meyakini bahwa dibutuhkan pendamping yang bisa menemani secara intensif. Yang jelas, syarat mentor harus sudah berpengalaman dalam bisnis digital, minimal tiga tahun. Mentor tersebut akan ada di setiap kota, dan disiapkan untuk siaga menjawab berbagai pertanyaan seputar isu bisnis yang ada.

“Para mentor nantinya akan membantu dalam rangkaian program, termasuk di acara bootcamp, coaching, hingga online coaching. Mereka bisa ditelepon kapan saja sesuai jadwalnya. Kalau kami pilih mentor yang terkenal biasanya sulit untuk dihubungi jika sewaktu-waktu startup binaan butuh,” ujar Hari.

Sebaran mentor di tiap kota juga akan disesuaikan dengan kebutuhan tim. Dalam sebuah tim yang akan dibentuk, minimal harus terdiri dari orang-orang berkemampuan teknologi (hacker), desain (hipster), dan bisnis (hustler).

Rangkaian acara BEKUP 2018

Program BEKUP 2018 akan dilaksanakan selama tiga bulan. Pada awal program, tim startup tersebut akan mengikuti dua program bootcamp masing-masing selama dua hari, yang bertujuan untuk memperkenalkan proses inovasi serta budaya kerja startup dengan didampingi oleh sejumlah mentor yang berkompeten.

Setelah menguasai proses dan metode inovasi yang diperlukan, berikutnya tim startup akan memasuki sejumlah sprint (tahapan kerja singkat) dengan target spesifik yang ditetapkan. Tim mentor yang memiliki latar belakang bisnis, teknis, dan desain akan memberikan pendampingan secara privat kepada masing-masing untuk memastikan tim dapat mengatasi kendala spesifik.

Setelah melalui sejumlah sprint diharapkan tim startup baru sudah dapat meluncurkan solusinya dan sudah memiliki sejumlah pengguna awal. Pada tahap ini, tim startup baru akan diperkenalkan kepada sejumlah pihak yang dapat mendukung pengembangan bisnisnya di masa yang akan datang, antara lain inkubator, akselerator, investor maupun mitra strategis lainnya.

Program Inkubator Telkom Akan Kembali Selenggarakan “Indigo Day”

Program inkubator dan akselerator startup milik Telkom, Indigo Creative Nation, akan kembali menyelenggarakan gelaran bertajuk “Indigo Day”. Acara tahunan yang akan diadakan untuk kali ketiga ini rencananya digelar pada 29 Agustus 2018 mendatang bertempat di Smart Auditorium, Telkom Landmark Tower.

Indigo Day memadukan kegiatan startup pitching, demo day, startup exhibition dan talkshow mengundang para pembicara setingkat C-level yang berasal dari kalangan startup unicorn, korporasi, venture capital dan pemerintah.

Tema besar Indigo Day batch ke-1 tahun 2018 ini akan mengusung tema “semangat kolaborasi dalam bidang inovasi teknologi”, diisi Ridzki Kramadibrata (Managing Director Grab Indonesia) dan Albert Lucius (Co-Founder & CEO of Kudo). Keduanya akan menjelaskan dampak kolaborasi inovasi teknologi kedua perusahaan yang digawanginya.

Mewakili PT Telkom Indonesia, David Bangun selaku Direktur Digital & Strategic Portfolio, akan berbagi seputar strategi korporasi dalam pengembangan digital business service untuk mendukung pertumbuhan portofolio bisnis Telkom Group.

Sementara Ery Punta Hendraswara, Managing Director Indigo Creative Nation, akan berbagi bagaimana program Indigo bisa menjadi salah satu program corporate innovation dalam pengembangan startup eksternal yang bertahan hingga tahun ke-5. Berikutnya Nicko Widjaja, CEO MDI Ventures, akan berbagi bagaimana strategi melakukan investasi terhadap startup tahap seri A ke atas yang inovasinya mendukung digital business service milik Telkom Group.

Sejak tahun 2013, Indigo Creative Nation telah menginkubasi 111 startup. Saat ini sekitar 37 startup telah menghasilkan secara komersial, bahkan 16 startup di antaranya telah mendapatkan pendanaan tambahan dari para investor dalam dan luar negeri. Ada juga beberapa startup yang telah berhasil menciptakan kolaborasi bernilai miliaran rupiah bersama Telkom Group seperti PrivyID, Kofera, dan Run System.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara Indigo Day dari Indigo Creative Nation

Estubizi Rilis Platform Komunitas Berbasis Cloud “Estubizi Network”

Estubizi, pemain coworking space lokal, mulai melirik potensi bisnis komunitas online lewat peluncuran platform Estubizi Network. Peluncuran platform tersebut ditujukan untuk membantu startup mengembangkan usahanya dengan konsep kolaborasi.

Kepada DailySocial, Chief Entrepreneur Officer Estubizi, Benyamin Ruslan Naba menuturkan, platform ini diluncurkan karena merujuk dari data yang dimiliki perusahaan yang menyatakan tingkat keberhasilan pebisnis pemula untuk bertahan dan berhasil ialah 50%.

Angka tersebut diklaim lebih baik ketimbang yang ditulis berbagai media bahwa tingkat kegagalan pebisnis pemula bisa mencapai 90%. Kegagalan ini, menurutnya, disebabkan karena kondisi bisnis menurun, jumlah pelanggan/proyek berkurang, dan semakin banyak persaingan.

Apalagi bagi pebisnis di luar Jakarta, punya banyak keterbatasan dalam hal menjangkau mentor bisnis, akses terhadap pengetahuan yang memadai soal startup dan kewirausahaan, dan hubungan ke investor.

“Kehadiran Estubizi Network, kami harapkan dapat mengurangi tingkat kegagalan. Karena member akan dibantu oleh lebih dari 50 partner Estubizi dan 50 mentor,” terangnya.

Platform Estubizi Network

Dengan konsep kolaborasi, atau lebih dikenal dengan istilah gotong royong, Estubizi Network dapat menjadi cara yang bisa dipilih para pebisnis dalam meningkatkan bisnisnya. Estubizi Network merupakan platform komunitas online berbasis cloud yang didukung oleh Salesforce, salah satu pemain CRM terbaik. Didukung pula perusahaan implementor PT Langit Kreasi Solusindo.

Di dalamnya, Estubizi berkolaborasi dengan perusahaan yang bergerak di berbagai bidang seperti konsultan legal, akuntansi, email marketing, digital marketing, logistik, jasa keuangan, media dan masih banyak lagi. Kemudian ada juga mentor yang terdiri dari pengusaha, praktisi profesional, dan eksekutif di berbagai profesi.

Anggota komunitas Estubizi Network dapat memanfaatkan lebih dari 50 jaringan coworking space di seluruh Indonesia, berisi ruang kantor privat, virtual office, ruang rapat, dan ruang seminar/pelatihan berkapasitas 100 orang. Anggota dapat mengikuti beragam acara yang diadakan coworking tersebut.

“Tersedia pengetahuan berupa artikel dan video tentang bisnis startup dan enterpreneurship, kelompok percakapan menurut lini bisnis dan kategori anggota, online mentoring, dan informasi kegiatan di berbagai coworking space.”

Tak sekadar menyediakan platform komunitas online saja, Estubizi menerapkan konsep keanggotaan dengan tiga jenis, biayanya mulai dari Rp100 ribu sampai Rp250 ribu per bulannya.

“Kelak para member dapat saling berkolaborasi antar startup dan entrepreneur, antar daerah, dan kita semua dapat maju bersama berkat perpaduan antara gotong royong dan platform berbasis cloud ini.”

Estubizi sendiri sudah lebih dulu hadir sejak sembilan tahun lalu, membantu lebih dari 800 freelancer, startup, entrepreneur dan UKM. Diharapkan Estubizi Network dapat menjangkau lebih banyak pelaku hingga 10 ribu UKM dan startup sampai akhir 2019 mendatang.

Sedang Merintis Startup di Tahap Awal? Ikuti Program “Project Alpha” dari SeedPlus dan AWS

Project Alpha adalah program pemberdayaan startup tahap awal di Asia Tenggara yang diinisiasi oleh SeedPlus dan Amazon Web Services (AWS). Melalui program tersebut, beberapa kegiatan penumbuhan startup dilakukan, mulai dari penyaluran pendanaan hingga bimbingan untuk pengembangan bisnis dan go-to-market.

Tahun 2018, Project Alpha mulai debutnya di Jakarta, memberikan kesempatan bagi startup tahap awal di Indonesia untuk bergabung dalam rangkaian program. Startup yang berminat diminta untuk mengirimkan pitch-deck, untuk seleksi pemilihan keikutsertaan program.

Sebagai informasi, SeedPlus sendiri merupakan pemodal ventura berbasis di Singapura yang fokus pada pendanaan startup tahap awal. Sementara AWS adalah pemimpin pasar komputasi awan global yang menyediakan berbagai alat untuk pengembangan produk digital. Sehingga ini adalah sebuah kesempatan bagi startup untuk memperkuat jaringan bisnis sembari belajar untuk bertumbuh.

Di Indonesia, Project Alpha menggandeng beberapa mitra dari kalangan startup sukses yang nantinya akan turut membimbing dan membagikan pengetahuannya tentang membangun bisnis di Indonesia. Beberapa startup yang terlibat meliputi GO-JEK, Bizzy, dan Modalku.

Jika tertarik, pendaftaran untuk startup masih dibuka hingga 23 Agustus 2018 mendatang. Pitch-deck dan informasi seputar startup yang tengah dijalani dapat disubmisikan melalui formulir yang terdapat pada tautan berikut ini: http://alpha.seedplus.com.

Selain itu pada 9 Agustus nanti akan diselenggarakan roadshow, menjelaskan tentang program ini dan beberapa kiat penting bagi startup di tahap awal. Acara akan diselenggarakan di GO-JEK HQ (Pasaraya Blok M, Building B, 6th Floor, Jakarta) dimulai pukul 13.00 WIB. Pemateri terdiri dari tim Project Alpha dan perwakilan startup mitra, yakni Dayu Dara Permata (SVP GO-JEK, Co-Founder of GO-LIFE), Ahmed Aljunied (GO-LIFE VP of Engineering and Product), dan Norman Sasono (Co-founder and CTO of Bizzy).

SIAP Kembali Buka Pendaftaran Program Inkubasi untuk Startup di Bidang Sosial

Laporan tentang perkembangan startup bidang sosial di Indonesia yang dirilis Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) pada tahun 2017 mengemukakan bahwa sekitar 80% dari pemain yang ada tidak bertahan lama. Penyebab utamanya para startup masih kesulitan melakukan validasi bisnis dan menyesuaikan dengan kebutuhan pasar. Kondisi tersebut juga membuat startup kesulitan dalam menerima pendanaan dari investor. Terlebih di Indonesia sangat minim kisah sukses dari sebuah startup sosial yang dapat dijadikan rujukan.

Kurangnya jejaring, sumber pendanaan, akses pengetahuan, jiwa kewirausahaan dan juga belum terbentuknya ekosistem wirausaha sosial yang memadai menambah permasalahan para pendiri startup sosial untuk berkembang. Melihat hal tersebut, William Hendradjaja (Co-Founder Impact Hub Jakarta), Aldi Ulaan (General Manager Kolaborasi.co), dan Aghnia Banat (Managing Partner SIAP), menginisiasikan sebuah program bernama Social Innovation Acceleration Program (SIAP).

SIAP adalah sebuah program edukasi dan inkubasi yang bertujuan meningkatkan kapasitas founder startup sosial melalui dua program utama, yaitu: Social Enterprise Development (SED) Bootcamp dan Advancement Stage. SED Bootcamp adalah program mentoring yang berlangsung intensif selama dua bulan bagi para founder. Pada program ini, para founder berkesempatan untuk mendapatkan hands-on mentoring, networking, dan akses kerja sama dengan stakeholder di bidang sosial seperti NGO.

Setelah lulus dari bootcamp ini, SIAP akan mengurasi 3 startup ke dalam Advancement Stage, dengan 3 program yang lebih mendalam, yaitu: product development, network enhancement, dan impact assessment. Pada batch pertama, SIAP telah menginkubasi 10 startup, terdiri dari iBeasiswa, WarungKebunku, SehatMental.id, PiBo, LeloqBelu, SiPanen, Venambak, Obabas, SiPanen dan SecondChance.  Antusiasme baik dari pelaku startup di Jakarta membuat SIAP bersemangat membuka program SED Bootcamp batch kedua pada 11 Agustus – 22 September 2018 mendatang.

Batch kedua ini akan dibuka untuk 30 startup yang bergerak di bidang pertanian, pendidikan, dan kesehatan. Sekurangnya akan ada 14 orang mentor yang akan mengisi sesi, beberapa di antaranya Aria Widianto (VP Strategy & Partnership Amartha), Iqbal Hariadi (Head of Marketing Kitabisa.com), Dimas Pramudya (Internal Growth GO-JEK), Dondi Hananto (Partner Patamar Capital), Aldi Adrian Hartanto (Head of Investment Mandiri Capital Indonesia) dan Afifa Urfani (Chief Marketing Crowde).

Bagi startup yang berminat, pendaftaran akan dibuka hingga tanggal 4 Agustus mendatang. Pendaftaran dapat dilakukan melalui tautan berikut ini http://bit.ly/batch2siap.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Social Innovation Acceleration Program

Konsistensi AMIKOM Business Park Menginkubasi Startup di Yogyakarta

Salah satu pendekatan yang banyak dilakukan berbagai pihak untuk menumbuhkan ekosistem startup ialah mendirikan inkubator. Pemerintah, korporasi, hingga kalangan edukasi berbondong-bondong membuat program inkubasi. Tak terkecuali Yayasan AMIKOM yang membawahi Universitas AMIKOM Yogyakarta dan beberapa unit perusahaan pendidikan lainnya. Program inkubator bertajuk “AMIKOM Business Park (ABP)” didirikan untuk mengakomodasi calon pengusaha digital di Yogyakarta.

“Untuk startup yang kami bina tidak harus dari mahasiswa AMIKOM. Kami terbuka membina startup yang berdomisili di Yogyakarta yang memiliki produk menarik serta memiliki tim yang mempuni. Berdasarkan pengalaman kami, rata-rata startup yang kami bina sudah lulus kuliah, atau tinggal skripsi,” cerita Donni Prabowo, General Manager Inkubator ABP kepada DailySocial.

ABP juga membantu startup binaannya untuk kebutuhan pendanaan. Pihaknya memfasilitasi pendanaan melalui grant pemerintah terkait startup dan kewirausahaan. Selain itu, melalui jaringan yang dimiliki yayasan, ABP juga menghubungkan startup dengan angel investor di area Yogyakarta. Saat ini pihaknya masih terus menggencarkan upaya kolaborasi dengan berbagai pihak untuk penguatan ekosistem digital di Yogyakarta yang lebih luas.

Strategi menjaring mahasiswa

Berada di lingkungan kampus, salah satu misi AMIKOM Business Park adalah meningkatkan awareness soal kewirausahaan digital untuk kalangan mahasiswa. Donni menceritakan ada beberapa hal yang dilakukan melalui program informal di luar kelas untuk hal tersebut. Secara rutin ABP menyelenggarakan program #StartupTalk untuk program inkubator.

“Melalui kegiatan #StartupTalk yang rutin kami selenggarakan dua minggu sekali, kami mencoba untuk mengedukasi tentang industri digital dengan cara mengundang praktisi-praktisi yang sudah lebih dulu terjun di dunia startup untuk sharing mengenai pengalamannya. Acara ini free dan terbuka untuk umum. Setelah selesai acara, para peserta kami masukkan ke dalam grup messenger agar mereka tetap saling dapat berbagi dan berdiskusi,” jelas Donni.

Pada awalnya inkubator ABP diinisiasi berdasarkan kerja sama antara AMIKOM dan Kominfo pada tahun 2011 dengan nama “Inkubator Industri Telematika Yogyakarta”. Seiring berakhirnya program Kominfo pada akhir tahun 2015, inkubator dikelola secara mandiri di bawah unit usaha Yayasan AMIKOM dan berganti nama menjadi AMIKOM Business Park.

Beberapa capaian program inkubator ini meliputi:

  • Pada tahun 2015, ABP menginkubasi satu startup dan memfasilitasi pendanaan Rp250 juta.
  • Pada tahun 2016, ABP menginkubasi dua startup, dan satu startup di antaranya memperoleh pendanaan Rp300 juta.
  • Pada tahun 2017, ABP menginkubasi 11 startup dan memfasilitasi pendanaan masing-masing kurang lebih Rp350-500 juta.
  • Pada tahun 2018, ABP menginkubasi empat startup dan memfasilitasi pendanaan kurang lebih Rp250-350 juta.

“ABP sendiri memiliki tagline ‘Transforming IT talent into successful startup IT companies’. Kami berambisi untuk mengantarkan startup binaan kami untuk naik level ke tahap berikutnya dengan cara memfasilitasi mereka dari berbagai hal, contohnya dari segi jaringan, dari segi peningkatan hard/soft skill, maupun akses funding. Kami berharap setelah 7-8 bulan masa inkubasi, mereka bisa lebih siap untuk naik level ke tahap berikutnya, misalnya masuk ke akselerator atau putaran pendanaan lanjutan,” lanjut Donni.

Founder di program inkubasi 2018: Bima (CEO Kawan Messenger), Ruslan (CEO Pigmi Mini 3D Printer), Angga (CEO Ichibot), Adji (CEO Lunasbos) / ABP
Founder program inkubasi 2018: Bima (CEO Kawan Messenger), Ruslan (CEO Pigmi Mini 3D Printer), Angga (CEO Ichibot), Adji (CEO Lunasbos) / ABP

Mekanisme pembagian ekuitas di program inkubator ABP

Program inkubasi di ABP memakan waktu 8 bulan untuk masing-masing sesi. Program tersebut meliputi:

Tahapan program inkubasi AMIKOM Business Park
Tahapan program inkubasi AMIKOM Business Park

Dalam rangkaian kegiatan tersebut, beberapa materi yang diberikan antara lain seputar idea validation, market validation, business model validation, funding strategy, lean startup, dan beberapa materi teknis yang dikemas dalam kegiatan #StartupTalk.

“Berkaitan dengan komitmen, sebagai timbal balik dari program inkubasi dan akses funding yang kami berikan, ABP akan mengambil sebagian kecil equity dari startup binaan. Besaran equity yang kami akan kami ambil tergantung dari negosiasi dan valuasi startup saat datang ke kami,” jelas Donni soal mekanisme inkubasi.

Donni menambahkan, ada beberapa hal yang selalu ditekankan untuk startup binaan ABP, salah satunya soal tim. Ia percaya bahwa produk yang hebat terlahir dari komposisi tim yang hebat, namun kenyataannya masih banyak startup yang ditemui belum matang soal penguatan tim. Permasalahan dari sisi tim yang sering ditemui di antaranya: (1) founder kesulitan merekrut anggota tim yang tepat; (2) tim bubar karena founder sudah tidak memiliki visi yang sama; (3) beberapa founder keluar karena mendapatkan pekerjaan yang lebih menjanjikan; dan (4) founder sulit menjaga komitmen anggota tim.

Ekosistem startup di Yogyakarta

Berada di lingkungan akademik, ABP juga mengamati ketertarikan mahasiswa terhadap startup digital. Menurutnya saat ini ketertarikan tersebut terpantau menurun jika dibandingkan dua tahun terakhir. Analisisnya karena mulai banyak yang menyadari bahwa membuat startup sukses bukan perkara mudah, sehingga butuh mengasah pengalaman lebih dalam.

“Tantangan yang masih perlu diperbaiki adalah membuat lebih banyak mahasiswa lebih aware untuk menghadiri kegiatan-kegiatan berkaitan dengan industri digital di luar kelas, sehingga mindset entrepreneur-nya dapat terbentuk lebih cepat. Di samping itu, menyadarkan mahasiswa bahwa membuat startup itu bukan hanya untuk keren-kerenan saja itu juga merupakan tantangan tersendiri,” ujar Donni.

Donni saat melakukan kegiatan sharing session sebagai salah satu agenda inkubasi / ABP
Donni saat melakukan kegiatan sharing session sebagai salah satu agenda inkubasi / ABP

Namun, jika melihat ekosistem startup di Yogyakarta secara umum, ABP melihat pertumbuhan konsisten dari tahun ke tahun. Indikasinya dari sisi raw material talent dengan supply lulusan yang cukup tinggi di bidang teknologi. Selain itu komunitas juga sudah banyak berkembang, seperti JogjaJS yang spesifik membahas teknologi Java Script, Dev-C, YAC, PhytonID dan sebagainya. Pun dari sisi program inkubator, beberapa mulai bermunculan.

“Hal yang menurut saya belum bertumbuh secara masif adalah local angel investor (dari Yogyakarta). Menurut saya masih banyak startup di Yogyakarta yang butuh dukungan funding di tahapan pre-seed agar mereka bisa mencapai round selanjutnya,” pungkas Donni.

Program Edukasi “SIAP” Kembali Inkubasi Startup di Bidang Sosial

Di antara banyak lanskap yang digeluti oleh startup Indonesia, social enterprise atau kewirausahaan berbasis sosial menjadi salah satu yang cukup diminati. Startup yang fokus pada social enterprise umumnya menekankan pada dua aspek sekaligus, yakni bagaimana mereka memberikan dampak kepada masyarakat secara umum dan bagaimana mereka dapat bertahan dengan model bisnis berkelanjutan. Dalam realisasinya, ternyata masih banyak tantangan untuk mencapai dua tujuan utama tadi.

Beberapa faktor yang masih menjadi PR bagi para pelaku kewirausahaan sosial di antaranya kurangnya jejaring, sumber pendanaan, akses pengetahuan, mentorship, dan belum terbentuknya sebuah ekosistem wirausaha sosial yang memadai. Untuk itu William Hendradjaja (Co-Founder Impact Hub Jakarta), Agustian Hermanto (Co-Founder Collective.id), Aldi Ulaan (General Manager Kolaborasi.co), dan Aghnia Banat (Project Director LocalStartupFest) menginisiasi sebuah program bernama Social Innovation Acceleration Program (SIAP).

SIAP adalah sebuah program edukasi yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas founder social enterprise melalui 4 program utama, yaitu: Social Enterprise Development (SED) Bootcamps, Project Matchmaking, Product Development Week dan Demo Day. Para founder yang bergabung dalam SIAP berkesempatan untuk mendapatkan mentorship, networking dan akses pendanaan yang tepat. Pada program bootcamp pertama di tahun 2017, SIAP telah menginkubasi 6 social enterprise dari berbagai bidang, mulai dari kesehatan, lingkungan, pariwisata, hingga edukasi.

“Dengan mengikuti program Social Enterprise Development Bootcamp, para founder dapat belajar berbagai kurikulum seperti Change Theory, Product Validation Method, Growth Hacking, Impact Assessment & Metrics, sampai Sustainability Strategy dalam 2 bulan. Setelah menyelesaikan program tersebut, terdapat Advancement Program untuk pengembangan produk dan sesi mentoring personal agar para founder bisa mendapatkan feedback mendalam mengenai social enterprise-nya dari para mentor,” ujar Aghnia sebagai salah satu inisiator SIAP.

Di tahun 2018 ini SIAP akan fokus menginkubasi social enterprise pada bidang agrikultur, edukasi, dan kesehatan. Mentor-mentor yang telah tergabung dan akan berpartisipasi pada bootcamp tahun ini antara lain Vikra Ijas (Co-founder dan CMO Kitabisa.com), Sofian Hadiwijaya (Co-Founder Warung Pintar), Yohanes Sugihtononugroho (Co-Founder dan CEO Crowde), Fajar Anugerah (Partner Patamar Capital), dan Stephanie Arrowsmith (Co-founder ImpactHub).

Tahun ini SIAP membuka kesempatan bagi 30 peserta untuk mengikuti program bootcamp. Acara akan diselenggarakan pada tanggal 31 Maret – 19 Mei 2018 mendatang.  Peminat dapat memperoleh informasi lebih lanjut dan melakukan pendaftaran dengan mengunjung laman resmi SIAP www.socialinnovation.id.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Social Innovation Acceleration Program 2018

Fokus Visio Incubator Membina 100 Startup Baru di Tahun 2018

Setelah mengumumkan program inkubasi sesi kedua, program inkubator yang berbasis di Padang, Sumatra Barat Visio Incubator, kembali mengumumkan update terkini. Kali ini adalah undangan khusus dari Uprise Festival 2018 di Dublin, Irlandia sebagai perwakilan Indonesia dalam salah satu perhelatan startup festival terbesar di Eropa.

Kepada DailySocial Co-Founder dan CEO Visio Incubator Hendriko Firman mengungkapkan, berawal dari permintaan untuk kerja sama melalui email dengan Uprise Festival, kemudian menjadi sebuah undangan untuk menghadiri kegiatan tersebut di Dublin, Irlandia.

“Kita sangat bangga bisa menjadi wakil Indonesia di kegiatan ini. Semoga bisa banyak membawa pulang pengetahuan, ilmu dan skill practice yang kita terapkan saat kembali ke Indonesia,” Ujar Hendriko.

Untuk menambah jumlah mitra Visio Incubator mengklaim kerap mengikuti berbagai kegiatan inkubasi hingga akselerasi di dalam dan luar negeri.

“Uprise Festival 2018 di Dublin ini adalah salah satunya, di mana setiap tahunnya akan berkumpul para pelaku startup di ajang startup terbesar di dunia ini. Tidak hanya membantu para startup, event ini juga membantu para bisnis inkubator/akselerator,” kata Hendriko.

Agresif melancarkan kemitraan

Sebagai salah satu inkubator daerah, Visio Incubator selama ini cukup aktif melancarkan kemitraan dengan perusahaan hingga startup lokal dan asing. Saat ini Visio telah membantu menginkubasi 42 startup, meluncurkan 12 startup baru, membina 166 pendiri startup baru, menjaring dan menarik sekitar 41 relawan.

“Rencana Visio di tahun 2018 ini adalah melakukan dua kali pendaftaran inkubasi. Dan dua kali demo day agar bisa menginkubasi 100 startup baru,” kata Hendrico.

Disinggung tentang rencana fundraising, Hendrico menegaskan hingga saat ini masih belum memiliki rencana untuk melakukan kegiatan tersebut. Masih fokus mengumpulkan startup baru asal Sumatra Barat dan sekitarnya, Visio Incubator memiliki misi untuk menciptakan ekosistem kewirausahaan digital di Indonesia, dan dimulai di kawasan Sumatra.

“Sebagai negara yang menjadi sasaran utama dari Venture Capital dan Venture Philanthropy dalam menginvestasikan pendanaannya, masih belum banyak startup yang memilik produk hingga kemampuan dari pendirinya yang cukup matang.” tutup Hendriko.

Melalui program Visio Incubator Hendriko menegaskan, diharapkan bisa mencetak pendiri startup berkualitas, terutama di kawasan Sumatra dan sekitarnya.