Visio Incubator Announces 15 Selected Startups to Undergo Training

Following their first debut for incubating startups in Indonesia, Sumatera in particular, Visio Incubator has announced 15 selected startups to undergo the incubation program session two. In this incubation program called “Visio Incubator Batch 2”, the selected startups will be trained for three months by national class mentors. The registration is already held for two months, from September 2017. There are 169 startups registered in this program.

“These top 15 startups are selected from 169 applicants coming from various regions in Indonesia. Through strict selection, the 15 startups will start their journey in the incubation program,” Visio Incubator’s Co-founder & CEO, Hendriko Firman explained.

He also said, there are several assessment aspects such as problems to solve, the solutions offered, the impact presented, business model, traction, founder’s profile, and their overall preparation. For intensive incubation, will be started in early next year.

After completing the incubation, selected startups will have to take part in “Demo Day and Date with Investor”; it is estimated to be held in April 2018. In Demo Day, they will get a chance to pitch in front of potential investors and stakeholders. On the other hand, chances for networking and obtaining funding from investor will be wide open.

“Indonesia is the next investment from around the world. To be able to prepare the best product-market fit startups having the signal to be a unicorn, it is necessary to give them basic program as the intensive incubation. These top 15 batch 2 startups are expected to grow as Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, BukaLapak by being the next startup unicorn in Indonesia,” said Visio Incubator’s Co-founder & CMO, Ogy Winenriandhika.

Below are the select 15 startups which managed to pass the Visio Incubator selection for Batch 2:

Startup Details
Worqers A technology recognition provider and reward system for employees in a company in order to make them more productive and have a sense of ownership
GroupBuyId E-commerce service for purchasing certain goods in large quantities to get more affordable price
Spasium.com An online gallery for purchasing artworks (photography, painting, illustration, etc.) by Indonesia’s local artists
Musikmall A marketplace that brings together music teachers with prospective students to learn music in private
Amproker A mobile platform that allows buyers to make their wishlist, and the sellers will compete to provide the best deals on the items
Swivel Coffee A marketplace specifically for coffee and tea, begins with e-commerce to get traction, data, market, sales, income and profit
Muztreat On-demand service for Muslim beauty salon
Cilsy An online platform providing exclusive IT tutorial
KlikAcara A marketplace of vendors liaison and event organizers which provides buying and selling services as well as renting the needs of the event
Qelisa An application helping farmers to be more accountable, to improve their financial knowledge, and to ease their financial services access
Tripi A one-stop-solution application for tourists (help them on planning their travel trip)
AdaKopi.id A liaison platform to connect coffee farmers’ and the end consumers with two sales schemes that capable to increase farmers’ profits by more than 50%
Design for Dream A platform to help people with disabilities in Indonesia
Tanijoy A liaison platform for landowners and small farmers with no farming land
AntriBos A platform providing the latest queue information and booking queues by taking advantage of mobile apps development


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Visio Incubator Umumkan 15 Startup Terpilih untuk Dibina

Melanjutkan debut pertamanya untuk menginkubasi startup di Indonesia, khususnya wilayah Sumatera, Visio Incubator kembali mengumumkan 15 startup yang berhasil lolos dan berhak mengikuti program inkubasi sesi kedua. Dalam program inkubasi bertajuk “Visio Incubator Batch 2”, selama tiga bulan para startup terpilih akan dididik oleh mentor berkelas nasional. Sebelumnya proses pendaftaran sudah diadakan selama dua bulan, mulai September 2017 lalu. Total ada 169 startup yang mendaftarkan dirinya di program ini.

“Top 15 startup ini disaring dari 169 aplikasi yang masuk yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.  Setelah dilakukan seleksi yang ketat, maka diloloskanlah 15 startup yang akan memulai perjalanan mereka untuk mendapatkan inkubasi di program ini,” ujar Co-founder & CEO Visio Incubator Hendriko Firman.

Turut disampaikan Firman, ada beberapa kriteria penilaian yang dilakukan, yakni berdasarkan permasalahan yang coba diselesaikan, solusi yang ditawarkan, dampak yang coba disajikan, model bisnis, traksi, profil pendiri, dan kesiapan startup secara keseluruhan. Untuk kegiatan inkubasi intensif sendiri akan dimulai awal tahun depan.

Selanjutnya setelah menyelesaikan inkubasi, para startup terpilih akan diminta mengikuti kegiatan “Demo Day and Date with Investor”, estimasinya diselenggarakan bulan April 2018 nanti. Dalam Demo Day, mereka akan berkesempatan melakukan pitching langsung di hadapan para investor dan stakeholder potensial. Dengan kata lain, kesempatan networking maupun memperoleh pendanaan dari para investor semakin terbuka lebar.

“Indonesia adalah the next investment dari seluruh penjuru dunia. Untuk bisa mempersiapkan startup terbaik yang product market-fit dan memiliki sinyal menjadi unicorn, maka harus diberikan program basic semacam program inkubasi intensif. Top 15 startup tahap dua inilah yang akan dibimbing dan didorong hingga ke depannya diharapkan akan mengikuti jejak Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, BukaLapak menjadi startup unicorn Indonesia selanjutnya,” ujar Co-founder & CMO Visio Incubator Ogy Winenriandhika.

Berikut daftar 15 startup yang berhasil lolos seleksi inkubasi Visio Incubator tahap 2:

Nama Startup Keterangan
Worqers Penyedia teknologi rekognisi dan sistem reward untuk para karyawan dalam sebuah perusahaan agar mereka menjadi semakin produktif dan menyatu terhadap perusahaan
GroupBuyId Layanan e-commerce untuk pembelian barang tertentu dalam jumlah banyak sehingga harga satuannya semakin terjangkau
Spasium.com Galeri online untuk pembelian karya seni (fotografi, lukisan, ilustrasi dll) hasil karya seniman lokal dari Indonesia
Musikmall Marketplace yang mempertemukan guru musik dengan calon siswa untuk belajar musik secara privat
Amproker Platform mobile yang memungkinkan pembeli dapat menyebutkan barang apa yang ingin dibeli, dan penjual nantinya akan bersaing memberikan penawaran terbaik terkait barang tersebut
Swivel Coffee Marketplace khusus kopi dan teh, dimulai dari e-commerce untuk mendapatkan traction, data, market, penjualan serta pendapatan dan keuntungan
Muztreat Layanan on-demand untuk salon kecantikan khusus muslimah
Cilsy Platform online penyedia tutorial IT eksklusif
KlikAcara Marketplace penghubung vendor dan penyelenggara acara dengan menyediakan layanan jual-beli serta sewa-menyewa kebutuhan penyelenggaraan acara
Qelisa Aplikasi untuk petani agar petani lebih akuntabel, pengetahuan keuangannya meningkat, dan aksesnya untuk layanan keuangan semakin mudah
Tripi Aplikasi one-stop-solution pariwisata bagi para wisatawan (membantu perencanaan perjalanan wisatawan)
AdaKopi.id Platform penghubung petani kopi dengan konsumen akhir dengan dua skema penjualan yang mampu meningkatkan keuntungan petani hingga lebih dari 50%
Design for Dream Sebuah platform untuk membantu penyandang disabilitas di Indonesia
Tanijoy Platform penghubung antara landowner dengan petani kecil yang tidak memiliki lahan bertani
AntriBos Platform untuk mendapatkan informasi antrean terkini dan booking antrean dengan memanfaatkan pengembangan aplikasi mobile

Observing Incubator Roles in Campus Ecosystem

Building startup has become a trend for Indonesia’s youth. Captivating solution comes in vary as product innovation form. Incubator and accelerator programs are elevating, including the investors in line. Lately, there are many universities begin to launch incubator program. It supposed, students or else who graduated from the program will be more prepared for market competition.

The next question is, how does the incubator works in those universities?

Basically, incubator was made to help early-time business growth by improving in every aspects. For startup, incubator holds a very important role in its journey, particularly those who started from the bottom line – i.e with merely technical worker, no business team. Incubator is expected to help startup associates with industry’s stakeholders through a series of networking events which are parts of incubator program.

In Indonesia, many Incubators rise withing campus ecosystem. Some of which are Binus Startup Accelerator of Bina Nusantara, Skystar Ventures of Universitas Multimedia Nusantara, UBPreneur of Universitas Bakrie, Mercupreneur of Universitas Mercubuana, Sinibis UI (a part of Universitas Indonesia), and few others.

Indonesia’s universities begin to view startup as an opportunity to create solution, practice skills and business opportunity. The latest, Universitas Indonesia (UI) is rumored to have launched Perusahaan Startup Binaan program and facilitate selected startups to do pitching in front of the investors. It is a positive climate for university ecosystem.

In the paper written by Ir. L. Setyobudi, MS., PhD (Universitas Brawijaya’s Head of Entrepreneurship Study at that time), it’s described the way business incubator works in university level. Setyobudi claims the presence of business incubator concept in university level is a starting point to bring them closer to the stakeholders.

In addition, university’s business incubator also useful for teaching and learning process in providing real-impact experience. It is for all students entity in the incubator to be able to feel the on-field atmosphere closer.

Business incubators in academic ecosystem are very strategic in spotting university as a progressive place to take student into different level of study environment with conventional class.

On the other hand, incubators provide companies the opportunity to participate in research without having to invest a large resource. Businesses also have the opportunity to get the best intellectuals and talents, directly from each university. Thus, business incubator brings opportunity for those who involved in it.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Menilik Peran Inkubator di Lingkungan Kampus

Membangun startup mulai menjadi tren di kalangan anak muda Indonesia. Beragam solusi menarik mulai bermunculan sebagai wujud inovasi produk. Program inkubator dan akselerator pun bermunculan, termasuk investor yang siap menyuntikkan dananya. Bahkan belakangan ini banyak kampus yang mulai meluncurkan program inkubator. Harapannya tentu mahasiswa atau siapa pun yang masuk dan lulus dari program inkubator tersebut menjadi lebih siap bersaing ke pasar.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana sebenarnya peran inkubator bisnis atau startup yang ada di kampus-kampus itu?

Pada dasarnya inkubator diciptakan untuk membantu bisnis di tahap awal berkembang dengan berbenah di segala aspek. Bagi startup, inkubator bisa memegang peranan sangat penting dalam perjalanannya, terutama bagi mereka yang berangkat dari keterbatasan –misalnya hanya berisi orang teknis saja, tidak ada tim yang berlatar belakang bisnis. Inkubator juga diharapkan bisa membantu startup mengenal para stakeholder di industri mereka melalui serangkaian acara networking yang kerap menjadi bagian dari program inkubator.

Di Indonesia sudah mulai banyak inkubator lahir di lingkungan kampus. Beberapa di antaranya adalah Binus Startup Accelerator milik Universitas Bina Nusantara, Skystar Ventures milik  Universitas Multimedia Nusantara, UBPreneur milik Universitas Bakrie, Mercupreneur milik Universitas Mercubuana, Sinibis UI yang menjadi bagian dari Universitas Indonesia, dan beberapa lainnya.

Universitas di Indonesia mulai melihat startup sebagai salah satu peluang untuk menciptakan solusi, menyalurkan ketrampilan dan sebagai ladang usaha. Terbaru, Universitas Indonesia (UI) dikabarkan telah meluncurkan program Perusahaan Startup Binaan dan sekaligus memfasilitasi startup terpilih melakukan pitching di depan para investor. Iklim yang positif untuk lingkungan universitas.

Dalam sebuah makalah yang ditulis oleh Ir L. Setyobudi, MS.PhD (pada saat makalah tersebut dibuat berperan sebagai Kepala Divisi Pendidikan Enterpreneurship Universitas Brawijaya) menguraikan bagaimana peranan inkubator bisnis di tingkat universitas. Menurut Setyobudi hadirnya konsep inkubator bisnis di universitas tinggi merupakan langkah awal untuk mendekatkan universitas dengan para stakeholder.

Selain itu konsep inkubator bisnis di universitas juga bermanfaat untuk proses belajar mengajar maupun pembelajaran yang memberikan dampak pengalaman secara lebih riil. Hal ini dikarenakan semua entitas mahasiswa yang terlibat di dalam inkubator bisa merasakan atmosfer yang mendekati kondisi di lapangan.

Inkubator bisnis di lingkungan akademis memang sangat strategis untuk memosisikan universitas sebagai tempat yang progresif untuk membawa mahasiswa ke lingkungan belajar yang berbeda dengan kelas konvensional.

Di sisi lain inkubator juga memberikan kesempatan perusahaan untuk berpartisipasi dalam penelitian tanpa harus menginvestasikan sumber daya yang besar. Bisnis juga berkesempatan mendapatkan modal intelektual dan talenta terbaik, langsung dari universitas masing-masing. Jadi inkubator bisnis di universitas membawa peluang untuk mereka yang berkecimpung di dalamnya.

Google Developer Launchpad Fokus Matangkan Produk Startup di Tahap Awal

Sebagai upaya tindak lanjut dari pendirian Google Lounge di Menara by Kibar beberapa waktu lalu sebagai wadah komunitas dan ekosistem startup Indonesia, Google mengumumkan program barunya yang diberi nama “Google Developer Launchpad Indonesia”. Program ini akan didesain untuk inline dengan agenda pemerintah –dalam hal ini oleh Kominfo—untuk membentuk 1000 startup di tahun 2020 mendatang.

Nama “Launchpad” cukup akrab di telinga penggiat startup di Indonesia, sebelumnya program akselerasi Google yakni Launchpad Accelerator telah dikenalkan. Beberapa startup juga telah terlibat dalam program tersebut, untuk dibina langsung secara intensif oleh mentor dari Google, di markas pusat Google. Sedangkan untuk program Launchpad lokal ini bisa dikatakan levelnya di bawah program akselerasi yang ada sebelumnya, karena fokus pada pematangan konsep startup untuk masuk di tahap early stage.

Program ini akan berisi serangkaian kegiatan mentoring, berupa pelatihan dan diskusi, dengan menghadirkan lebih dari 22 mentor berkelas global. Program ini akan berjalan intensif selama tiga hari fokus pada pematangan produk –guna mencapai product-market fit. Nantinya para startup dengan produk yang sudah matang, akan diarahkan untuk berlanjut di program Google Launchpad Accelerator.

Head of Policy Google Indonesia Shinto Nugroho menyampaikan pada saat meresmikan program ini, bahwa fokus Google Developer di Indonesia untuk membantu pertumbuhan startup –termasuk UMKM, pengembang dan content creator untuk mengoptimalkan kinerjanya menggunakan sumber daya yang dimiliki Google. Dan menurutnya program 1000 Startup Digital milik pemerintah sejalan dengan visinya.

CEO Kibar Yansen Kamto yang terlibat langsung dalam program tersebut turut mengutarakan bahwa program ini sangat penting untuk menjadi bagian dari agenda yang sudah dibentuk bersama pemerintah, karena saat ini butuh banyak dukungan untuk meningkatkan kualitas pengembang lokal.

“Dengan banyak dukungan untuk program ini [1000 Startup] seperti dari pemerintah, mentor dan media, kemungkinan besar akan membantu para startup berkembang lebih cepat dalam penyiapan untuk terjun,” ujar Yansen.

Di sesi pembukaan kemarin, sudah disebutkan beberapa nama yang akan mengisi jajaran mentor di program Google Developer Launchpad Indonesia, di antaranya:

  1. Organization Development Tech Google APAC Martin Gonzalez; akan fokus memberikan pengetahuan tentang manajerial tim dan penguatan bisnis dari sisi finansial.
  2. CEO & Co-Founder UX Indonesia Eunice Sari; akan fokus membantu pengembang dalam menciptakan antar muka dan pengalaman pengguna pada rancangan aplikasi, sehingga lebih bisa diterima oleh pengguna.
  3. Mastermind MOB Makers Barcelona Cecillia Tham; akan fokus membantu penyusunan strategi dalam menjangkau masyarakat dalam menggunakan produk.
  4. CEO Growth Mechanics Emil Lamprecth; akan fokus membantu startup dapat tumbuh melalui pendekatan pengembangan produk.
  5. Co-Founder Agrahyah Tecnologies Sreeraman Thiagarajan; akan fokus membantu pengembang lokal untuk membangun teknologi baru sesuai dengan kultur dan kebutuhan pasar lokal.
  6. Global Program Manager Google Launchpad Mark Masterson; akan fokus untuk membangun leadership yang kuat bagi para punggawa startup.

Melalui kolaborasi dengan program ini, pemerintah dan Kibar menargetkan akan ada pelatihan di 50 kota untuk menjangkau lebih banyak pengembang. Harapannya dalam sesi tiga hari yang akan diadakan di masing-masing wilayah, dapat menghasilkan persembahan ide produk, prototipe hingga susunan tim yang berpotensi untuk mendapat pembinaan lanjutan dari Google.

Kiat Bagi Founder dalam Mengoptimalkan Program Akselerasi Startup

Setiap perusahaan rintisan atau startup dunia memulai bisnis dari nol sampai menyandang unicorn atau IPO. Dalam perkembangannya, program inkubator dan akselerator memberikan banyak dampak, tak terkecuali untuk lanskap startup di Indonesia..

Umumnya sebelum masuk ke program akselerator, startup tahap awal akan mengikuti rangkaian kegiatan inkubasi. Saat produk dan proses bisnis telah mapan, maka akan beranjak ke proses akselerasi. Umumnya program akselerasi berjalan lebih cepat. Waktu yang relatif lebih singkat dari program akselerator ini karena potensi startup tinggal dimatangkan dan memaksimalkan strategi.

Ketika startup ada dalam program akselerasi, founder akan berperan cukup sentral. Sehingga perlu memiliki berbagai persiapan agar program dapat berjalan dengan maksimal. Berikut tips yang dapat diikuti founder agar kegiatan akselerasinya dapat menuai hasil lebih baik.

Memperhitungkan persiapan

Sebagai pemimpin startup, ketika bisnisnya ada dalam program akselerasi, dapat menjadi momentum untuk secara intensif memperhitungkan fase perkembangan startupnya. Hal tersebut dikarenakan dalam proses akselerasi beragam proses bisnis ataupun produk akan divalidasi ulang, untuk mampu merangkul pangsa pasar yang lebih luas.

Memiliki pemahaman tentang program akselerator yang diikuti menjadi kunci penting, agar dapat mengikuti setiap prosesnya, dan bahkan mempersiapkan berbagai kemungkinan untuk mematangkan validasi.

Penyesuaian startup

Jangan gegabah dalam mengambil keputusan untuk mengikuti program akselerator. Ketika startup diterima akselerator, setiap visi yang dimiliki juga akan diuji ulang. Founder harus membawa sebuah keyakinan bahwa visi tersebut terukur dan bisa direalisasikan dengan beragam strategi yang dilansir.

Agar diterima dalam program akselerator, startup juga perlu menunjukkan ide awal yang telah mampu dikembangkan dengan baik. Utarakan juga apa yang sebenarnya menjadi tujuan utama bisnis tersebut. Dengan begitu mentor dapat membantu membimbing startup untuk berjalan.

Memosisikan produk

Setelah mengikuti akselerator, startup kemungkinan akan mengalami proses pemasaran yang lebih gencar, mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk perluasan pangsa pasar. Manfaatkan program ini untuk mendapatkan masukan tentang bagaimana masuk ke area pasar baru tersebut, keahlian para mentor atau rekanan pada program akselerasi akan banyak membimbing.

Jaringan bisnis juga akan dapat berkembang baik manakala founder mampu memosisikan diri dengan baik di program tersebut. Menjalin hubungan yang menguntungkan bagi bisnis.

Mimpi Visio Incubator Mendukung Ekosistem Startup Sumatra Barat

Masih minimnya inovasi dan semangat anak muda di Pulau Sumatra untuk membangun perusahaan rintisan berbasis digital, merupakan salah satu alasan mengapa pada akhirnya Visio Incubator didirikan.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO Visio Incubator Hendriko Firman mengungkapkan kehadiran Visio Incubator diharapkan bisa memancing lebih banyak startup baru di pulau Sumatra, meskipun untuk saat ini masih fokus kepada startup yang berada di kawasan Sumatra Barat (Sumbar).

“Kenapa di Sumatra Barat, karena kita berdomisili di Sumbar dan masih ingin dekat dengan keluarga dan ingin melihat dulu awal proses kerja inkubator, which is not [as] costly seperti di Jakarta.”

“Sistem kita kan inkubasi, jadi batch pertama kita sudah selesai inkubasi 3 bulan di Padang dan berakhir Juli 2017. Nah untuk startup yang kita inkubasi sebelumnya mereka bisa di mana saja mengoperasikan startup,” kata Hendriko.

Mulai tumbuhnya ekosistem startup di Sumbar

Visio Incubator sendiri saat ini masih berbasis di kota Padang Sumbar dan berkantor di Kubik Workingspace. Hingga kini program inkubator Visio Incobator telah memiliki 27 startup dengan 84 Founder.

“Saat ini kita telah mengerjakan batch pertama inkubasi, sprintcubator, hackathon, demo day, dan Startup Padang Lab,” kata Hendriko.

Secara perlahan ekosistem startup di Sumbar diklaim mulai tumbuh. Dari data yang ada tercatat sudah mulai banyak universitas yang secara khusus memberikan edukasi soal Teknik Informatika kepada talenta muda di Sumbar. Selain mendukung tumbuhnya talenta muda dalam bidang TI, di Sumbar saat ini juga banyak hadir komunitas startup yang berisikan para startup enthusiast sekaligus angel investor asli Minang.

“Sedikitnya sudah ada 10 kampus yang fokus kepada pengajaran jurusan S1 TI di Sumbar. Sementara untuk komunitas kami memiliki komuntas Android Padang, komunitas Android minang, komunitas Neo-Telemetri, dan relawan TIK,” kata Hendriko.

Untuk memberikan edukasi dan pengalaman berharga kepada pendiri startup yang bergabung dalan program inkubator, Visio Incubator juga menjalin kemitraan dengan 10 profesional dan pakar teknologi, salah satunya adalah dengan Software Engineer lulusan Universitas Carnegie Mellon Amerika Serikat, Imre Nagi.

Rencana ekspansi ke Jakarta

Setelah menggelar kegiatan dan program inkubasi batch pertama di Sumbar, Visio Incubator juga sudah membuka pendaftaran batch kedua program inkubator di Jakarta. Tidak hanya fokus kepada startup asal Sumatra, Visio Incubator juga mengajak startup lainnya di seluruh Indonesia untuk bergabung.

“Kenapa tidak memulai langsung di Jakarta, karena perhitungan A/B test dari kita. Sekarang kita sudah tahu proses kerja inkubator di lapangan dan sudah saatnya pindah ke Jakarta karena lebih mudah menjaring startup, bertemu stakeholder, dan bergaul dengan ekosistem yang selangkah lebih maju,” kata Hendriko.

Meskipun mengklaim telah memiliki komunitas yang cukup dan minat angel investor di Sumbar, namun secara keseluruhan belum membantu Visio Incubator mengakselerasi pembangunan ekosistem startup di Sumbar. Untuk meneruskan pekerjaan di Sumbar nantinya akan ditempatkan Managing Director yang bertanggung jawab mengelola dan memperluas komunitas di Sumatra Barat. Diharapkan hingga tahun 2020 nanti Visio Incubator bisa merangkul sebanyak 500 startup dalam program inkubatornya.

Daftar Program Inkubator dan Akselerator Startup Indonesia

Program akselerator dan inkubator memang sangat lekat dengan dunia startup. Kendati keduanya memiliki misi yang sama –yakni memperlancar laju startup—namun terdapat perbedaan antara akselerator dan inkubator. Secara umum perbedaan akselerator dan inkubator ialah pada jangkauannya.

Akselerator mencoba mempercepat atau mengakselerasi laju bisnis startup yang sudah berjalan. Bisanya dengan memberikan investasi, pendampingan ataupun konsultasi. Sedangkan inkubator lebih kepada proses pembinaan pada startup di tahap awal, mulai dari mematangkan model bisnis, konsep produk hingga pangsa pasar. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk sebuah startup prosesnya adalah membentuk tim, mengikuti program inkubator lalu mematangkan bisnis melalui program akselerator.

Di Indonesia, saat ini sudah mulai banyak program inkubator dan akselerator startup. Mulai yang dikelola oleh perusahaan modal ventura, korporasi hingga pemerintah. Berikut daftar program inkubator dan akselerator yang dapat diikuti oleh startup Indonesia. Untuk program inkubator ditandai dengan (i), sedangkan program akselerator ditandai dengan (a).

1000 Startup (i)

Diinisiasi oleh Kominfo dan Kibar, program inkubasi ini terbagi menjadi lima fase, yakni Ignition penanaman pola pikir kewirausahaan, Workshop pembekalan keahlian dasar startup, Hacksprint pembentukan tim untuk membuat prototipe, Bootcamp pembinaan bersama mentor, dan Incubation pembinaan lanjutan hingga siap diluncurkan. Ditargetkan tahun 2020 akan tercetak sebanyak 1000 startup yang menjadi solusi atas berbagai masalah dengan memanfaatkan teknologi digital.

Diadakan di berbagai kota, kegiatan ini menjadi sebuah jembatan bagi individu yang berminat mengembangkan karier di dunia kewirausahaan digital. Pasalnya jika dirunut dari awal hingga akhir, kegiatan yang ada dalam Gerakan Nasional 1000 Startup ini memang mempersiapkan talenta dari nol, hingga siap untuk menjadi bagian dari ekosistem startup digital di tanah air. Hingga saat ini program 1000 startup masih terus berjalan dan membuka kesempatan kepada semua anak muda di Indonesia.

Alpha Startup (a)

Program ini akselerasi ini merupakan hasil kemitraan strategis antara 1337 (Leet) Ventures, Convergence Ventures, Baidu Indonesia, dan Gobi Partners. Batch pertama program ini sudah dimulai sejak pertengahan tahun 2016 lalu. Tidak ada spesifikasi khusus untuk kategori startup yang dapat masuk ke program ini. Alpha Startup juga memberikan fasilitas berupa program bimbingan dan beragam fasilitas, termasuk ruang bekerja, fasilitas pendukung produktivitas dari AWS, dan juga suntikan investasi senilai Rp 325 juta.

Namun sejatinya jika melihat materi yang disampaikan, Alpha Startup ini masuk dalam skala pre-accelerator. Mereka berada di antara startup yang sudah memiliki ide namun sedang tahap validasi. Proses pembinaan di dalamnya membantu startup melakukan validasi, terkait produk dan pangsa pasar. Bahkan salah satu outcome yang dihasilkan dari program ini ialah pematangan MVP (Minimum Viable Product).

Bekraf for Pre-Startup (i)

Bekraf for Pre-Startup (BEKUP) adalah program yang dirancang khusus untuk mematangkan integrasi ekosistem startup dari hulu sampai ke hilir, yaitu pematangan calon-calon sumber daya manusia yang akan membangun startup di tanah air. Kegiatannya berupa workshop, baik terkait manajemen bisnis maupun teknis pengembangan produk. Program BEKUP lebih cocok ditempatkan pada fase pre-incubation, pasalnya kegiatan ini memfokuskan pada pembinaan individu dari 0, hingga pembentukan tim yang siap untuk masuk tahap inkubasi awal.

Tidak melepas begitu saja startup pemula yang menjadi lulusan di program ini, melainkan BEKUP menghubungkannya dengan kanal inkubasi lanjutan melalui koneksi Bekraf. Termasuk membawa startup pemula yang dilahirkan ke dalam program inkubator dan akselerator lain yang telah bekerja sama dengan Bekraf.

BNV Labs (i)

BNV Labs didirikan oleh Bank Bukopin bekerja sama dengan Kibar. Program tersebut terfokus kepada tiga elemen utama, yaitu pembentukan tim terbaik, melancarkan program inkubasi dan memfasilitasi co-working space yang berfungsi sebagai wadah bagi pelaku startup berinovasi. Fokusnya ialah untuk startup pada sektor finansial (fintech). Beberapa kegiatan pengembangan startup termasuk menghubungkan peserta terhadap ekosistem kewirausahaan digital, membuka akses pasar, dukungan bisnis, pembinaan, juga pengembangan kapasitas pelaku di dalamnya.

Founder Institute (a)

Masuk ke dalam kategori pre-accelerator, program ini sebenarnya bersifat global, namun demikian sudah ada di Indonesia dalam Jakarta Founder Institute (JFI). Founder Institute menyajikan program pelatihan yang berjalan selama empat bulan per batch-nya. Sesuai namanya, program ini melatih founder baru untuk membentuk generasi terbaik di perusahaan. Program ini memfasilitasi sesi mingguan yang diisi dengan mentor berpengalaman di bidangnya untuk membantu para founder mengembangkan dan meluncurkan bisnis mereka.

Di Indonesia, JFI didukung oleh berbagai mitra, mulai dari Indosat Ooredoo, Baidu, Kejora, Mountain Partners, Bakti Barito, dan lainnya. Beberapa kurikulum yang diajarkan termasuk bagaimana memvalidasi visi dan ide, riset dan pengembangan konsumen, penentuan model bisnis, pengembangan produk, branding hingga pendanaan.

Global Entrepreneurship Program Indonesia (i)

Dimulai sejak awal tahun 2011, Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) telah didukung oleh pemimpin bisnis terkemuka di Indonesia. Program ini memiliki visi untuk mengkatalisis strategi kewirausahaan Indonesia dengan bekerja sama dengan program yang ada dan menghubungkan calon pengusaha Indonesia dengan perkembangan global dan prospek investasi.

GEPI juga merupakan bagian dari inisiatif global yang lebih luas yang disebut Global Entrepreneurship Program (GEP), yang tumbuh dari sebuah inisiatif Presiden Obama dan sekarang menjadi program inti di Departemen Luar Negeri AS, untuk mempromosikan kewirausahaan sebagai sebuah pilar utama pembangunan ekonomi di antara negara-negara berkembang. Saat ini di Indonesia beberapa mitra strategis dengan beberapa mitra seperti ANGIN.

GnB Accelerator (a)

Ini merupakan program akselerasi kerja sama antara Fenox VC dan Infocom Corporation. Program yang berjalan selama tiga bulan ini menawarkan mentorship, support, training hingga funding. Selama mengikuti program tersebut, setiap startup peserta akan mendapat investasi sekitar Rp666 juta, fasilitas co-working space, serta bimbingan dari para mentor.

Dari sisi materi, GNB Accelerator lebih fokus pada market-fit dan penyiapan tim untuk lebih siap dalam pendanaan. Kendati tidak menyasar kategori spesifik, startup health-tech, e-commerce, on-demand, dan fintech menjadi sasaran utama.

Google Launchpad Accelerator (a)

Sebuah program yang diinisiasi oleh Google dalam rangka membantu startup  terpilih untuk mengakselerasi bisnis dan teknologi mereka. Dengan Launchpad Accelerator, Google berkomitmen untuk terus membina sejumlah startup berbakat, termasuk di Indonesia. Selain Indonesia, Google Launchpad Accelerator juga membuka kesempatan untuk startup di beberapa negara seperti India, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Filipina dan beberapa negara di benua lain.

Prosesnya startup yang lolos seleksi akan diterbangkan langsung ke markas Google untuk dibina secara intensif. Selain bootcamp 2 minggu di kantor Google dan program inkubasi yang dilaksanakan selama 6 bulan, para startup (khusus pengembang solusi mobile) juga akan menerima pendanaan bebas ekuitas hingga $50.000. Program Launchpad Accelerator sendiri memang difokuskan untuk negara dengan pertumbuhan startup berpotensi. Program ini menargetkan mampu merangkul 50 startup baru per tahun.

Ideabox (a)

Ideabox merupakan program gabungan yang dimotori Indosat Ooredoo, Mountain Partners, dan Kejora yang bertujuan mengangkat potensi startup Indonesia melalui bantuan dana investasi tahap awal dan memberikan penghargaan khusus untuk startup yang bergerak di sektor internet dan telekomunikasi. Ideabox menonjolkan pada empat hal, yakni penguatan market-size, penguatan model bisnis dan operasional, penguatan produk, dan growth. Hingga pada akhirnya mempersiapkan startup untuk pitching pendanaan.

IDX Incubator (i)

IDX Incubator merupakan program inkubasi inisiatif Bursa Efek Indonesia (BEI). Visinya untuk membantu mengembangkan startup digital Indonesia, dari segi bisnis, legal, hingga membantu startup untuk melenggang ke lantai bursa saham atau melakukan IPO. Program inkubator ini terselenggara berkat kerja sama BEI dan Bank Mandiri.

BEI menjanjikan beberapa hal yang bisa didapatkan peserta, mulai fasilitas co-working space, program pengembangan bisnis, akses ke permodalan, dan workshop atau event lainnya yang tentunya bermanfaat bagi pengembangan bisnis startup, lengkap dengan beberapa mentor yang siap membina.

Indigo Creative Nation (i)

Indigo merupakan program pembinaan startup yang diselenggarakan Telkom untuk membangun ekosistem digitalpreneur di Indonesia, melalui fasilitas kreatif digital, pendanaan dan akses pasar untuk mempercepat industri kreatif digital Indonesia. Program Indigo merupakan penggabungan program sebelumnya yang sudah ada yakni Indigo Incubator, Indigo Accelerator, dan Indigo Venture. Program ini memberi kesempatan bagi para startup untuk merealisasikan karya kreatif mereka, baik yang masih dalam bentuk ide, produk yang sudah memiliki pengguna, bisnis yang sudah mendatangkan pendapatan, serta bisnis yang membutuhkan akselerasi dan pendanaan lebih lanjut.

Program inkubasi diselenggarakan oleh Telkom Group bersama MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif TIK Indonesia) ditujukan bagi startup yang ingin mengembangkan bisnisnya di bidang digital. Startup yang terpilih akan mendapat dukungan inkubasi dari 1 bulan sampai dengan 18 bulan tergantung tahapannya dan mendapatkan berbagai fasilitas seperti, akses pasar melalui kanal pemasaran.

Inkubator Parama (i)

Untuk turut mengambil andil di pengembangan startup digital, Lima Ventura mendirikan program inkubasi bernama Parama Indonesia. Beberapa program unggulan yang ingin disajikan oalah terkait dengan strategi branding dan peningkatan valuasi oleh startup melalui kemitraan bisnis. Aktivitasnya ialah mengadakan kompetisi dan membina startup yang terjaring melalui kegiatan tersebut.

Kolaborasi.co (i)

Dimotori oleh empat orang dari startup berbeda, yakni Yohan Totting, Moon Leoma, Sutansyah  Marahakim, dan Adryan Hafizh, Kolaborasi.co berusaha menjadi sebuah wadah berkumpulnya startup, khususnya di wilayah Bandung, untuk belajar bersama. Tidak hanya untuk pebisnis di dunia online, Kolaborasi.co juga mengakomodasi startup yang bergerak dalam sektor offline. Tidak seperti program lain yang memfokuskan pada fasilitas atau pendanaan, sesuai namanya, konsep kolaborasi lebih ditekankan. Kelompok inkubasi startup ini sudah berdiri sejak tahun 2013.

Mandiri Capital (i)

Sebuah inkubator besutan Bank Mandiri yang memiliki visi untuk mendorong hadirnya startup di bidang teknologi finansial. Dalam prosesnya, program ini bekerja sama dengan Indigo Inkubator dan ActionCoach. Dari kategori fintech pun inkubator ini masih membaginya ke dalam tiga fokus utama, yakni payment, lending dan enterprise solution. Ketiga segmen ini dinilai dapat bersinergi langsung dengan Bank Mandiri Group. Mandiri Capital Indonesia (MCI) berfokus untuk membantu startup dalam empat hal, mulai dari investasi, mentoring, membantu startup dalam memperkuat jaringan, dan program inkubator eksklusif.

Plug and Play (a)

Plug and Play Indonesia (PNP Indonesia) adalah bagian dari PNP Tech Center, yakni sebuah akselerator startup global dengan misi membantu pada suksesi dalam teknologi digital. Dengan kantor pusatnya di Silicon Valley, jaringan bisnis Plug and Play mencakup lebih dari 200 mitra korporasi, investor, universitas dan mitra terkait lainnya di bidang ritel, fintech, Internet of Things (IoT), media dan komputasi awan.

Selama 3 bulan startup yang lolos seleksi program akselerasi akan diberikan dana, bimbingan, ruang kerja gratis juga dukungan lainnya melalui program akselerator. PNP Indonesia akan melakukan investasi di 50 startup tahap awal setiap tahunnya.

Skystar Ventures (i)

Skystar Ventures didirikan oleh grup Kompas Gramedia (KG) dan Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Keuntungan yang ditawarkan bagi startup yang terpilih mengikuti program ini adalah seed funding, mentoring yang intensif, fasilitas Skystar Ventures yang terdiri atas tempat kerja, serta paparan dengan jaringan Kompas Gramedia dan para investor.

Program ini menyasar startup segmen e-commerce, pendidikan, mobile, sosial, SaaS, media, dan infrastruktur, meskipun mereka tidak menutup kemungkinan bagi startup yang bergerak di segmen lain untuk mendaftarkan diri. Startup tersebut sebaiknya masih berada di tahap awal (early stage) dan sudah memiliki traksi, konsumen, dan pertumbuhan.

Start Surabaya (i)

Didirikan oleh pemerintah kota Surabaya, program ini berbentuk inkubasi untuk perusahaan startup di bidang teknologi. Misinya untuk memberdayakan anak muda di Surabaya agar meluncurkan bisnis atau produk berbasis teknologi yang berdampak positif dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat. Program ini menjadi salah satu inkubator tingkat kota pertama di Indonesia. Untuk kegiatannya, pemkot Surabaya menjalin kerja sama dengan Kibar dan beberapa mitra lainnya.

Startup Weekend (i)

Konsep Startup Weekend adalah memberikan kesempatan bagi para entrepreneur memvalidasi ide dan  mematangkan konsep untuk memulainya. Acara akan dimulai dengan open mic, setiap peserta berhak menyampaikan ide yang telah dimiliki di depan para hadirin. Presentasi harus meyakinkan, karena di sana juga berkesempatan untuk menemukan anggota tim guna merealisasikan ide tersebut.

Acara ini terbuka bagi siapa saja yang tertarik mengembangkan startup. Mulai dari mahasiswa, pengusaha, programer, desainer dan lainnya. Beberapa mentor yang dihadirkan adalah pelaku startup sukses dan managing partner dari perusahaan venture capital. Nantinya ide yang terpilih menjadi pemenang, karena dalam acara tersebut juga akan didadakan kompetisi, akan mendapatkan sesi privat berdiskusi dengan para mentor.

Visio (i)

Visio adalah program inkubator berbasis di Kota Padang. Dimotori oleh Hendriko Firman dan Ogy Winenriandhika, program ini memiliki visi untuk menumbuhkan ekosistem bisnis digital di kawasan Sumatera Barat. Program ini menginkubasi startup selama 3 bulan, hingga startup matang untuk mempresentasikan karyanya di depan investor.

Fokus IDX Incubator Bantu Startup Cari Pendanaan dan Pengenalan “Good Corporate Governance” (UPDATED)

Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini tengah menyelenggarakan program IDX Incubator kloter pertama. Inkubator ini telah memiliki 23 startup peserta, saat ini semuanya masih dalam tahap pembinaan. Dengan program ini BEI berharap dapat membantu startup peserta dalam mencari pendanaan, mengembangkan produk, dan mengenal Good Corporate Governance (GCG).

Saat ini keseluruhan peserta melakukan pembinaan di fasilitas co-working space milik IDX Incubator. Di sana mereka mendapatkan pendampingan dan mentoring untuk akselerasi startup mereka selanjutnya. Dari penuturan Head of IDX Incubator Irmawati Amran, peserta yang bergabung di IDX Incubator memiliki beragam solusi dan permasalahan yang diselesaikan, seperti IoT, FinTech, layanan e-commerce, pendidikan, hingga pertanian. Demikian pula dengan stage atau kondisi bisnis startup. Ada yang baru diluncurkan ada pula yang sudah sampai tahap menghasilkan pemasukan.

Untuk batch pertama, demo day para peserta bakal dilakukan pada bulan November 2017. Namun untuk lebih membantu dari segi pendanaan pihak IDX Incubator juga sudah mengenalkan profil startup peserta ke beberapa venture capital yang mengunjungi IDX Incubator.

“Kami juga membuka akses kepada VC untuk memulai ‘engagement’ kepada startup binaan IDX Incubator,” papar Irma.

Serupa dengan inkubator lainnya, IDX Incubator juga memiliki komitmen untuk membantu startup dalam mengembangkan produk dan bisnisnya, termasuk mempertemukan mereka dengan calon investor hingga membantu mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk IPO suatu saat nanti.

Secara umum, diutarakan Irma, peserta masih belum paham mengenai proses IPO di BEI. Dengan mengikuti IDX inkubator ini diharapkan peserta bisa paham dan mengerti hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk IPO.

“Saat ini, IDX Incubator belum pada tahap proyeksi startup untuk pilot project IPO. Yang dilakukan saat ini adalah mempersiapkan startup untuk mengembangkan produk dan model bisnisnya dan mendirikan perusahaan yang mengenal GCG sejak dini. Dengan demikian, ketika secara bisnis perusahaan siap go public, secara tata kelola perusahaan pun siap untuk go public,” tutup Irma.

Untuk informasi tambahan, setelah menjalankan batch pertama ini IDX Incubator kembali membuka pendaftaran batch kedua. Pendaftaran sudah dibuka dan akan berakhir pada 14 Agustus 2017 mendatang.

Update : Informasi mengenai pembukaan batch ke-2

Program Inkubasi BNVLabs Gandeng 8 Startup Mitra (UPDATED)

Program inkubasi Bank Bukopin dan Kibar, BNVLabs, mengumumkan delapan startup mitra yang beberapa di antaranya akan mengikuti mentoring selama tiga bulan. Mereka berpeluang menjadi mitra bisnis bank dalam jangka panjang. Delapan startup tersebut adalah eFishery, 8Villages, Iwak, Riliv, Jojonomic, Reblood, Olride, dan Pasienia.

Selama masa inkubasi, peserta dapat bekerja di coworking space BNVLabs dan menerima berbagai bentuk dukungan dari Bank Bukopin. Bentuk dukungan berupa bantuan jaringan dari mitra-mitra bank.

Dalam sesi mentoring, peserta akan dibantu Agent of Change untuk memperkenalkan kepada mereka mengenai regulasi seputar perbankan yang kemungkinan besar bakal bersentuhan dengan model bisnis mereka. Agent of Change adalah tim khusus yang dipilih dari berbagai divisi Bank Bukopin, bertugas menjembatani dunia perbankan dengan startup mitra agar tetap sinkron.

Sebelum pemilihan startup, tim BNVLabs melakukan roadshow ke beberapa kota di antaranya Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya selama dua bulan.

Bila diperhatikan, startup mitra ini belum terfokus di segmen fintech, menyesuaikan bisnis Bank Bukopin itu sendiri. Mereka bergerak di segmen pertanian, pariwisata, kesehatan dan pendidikan, serta sistem pembayaran.

“Keempat segmen startup ini untuk sementara akan jadi fokus BNVLabs. Kami menilai seluruh startup ini memiliki potensi besar untuk dorong bisnis Bukopin dengan memberikan nilai lebih kepada nasabah kami,” terang Direktur Pengembangan Bisnis dan TI Bank Bukopin Adhi Brahmantya, Kamis (20/7).

CEO Pasienia Fadli Wilihandarwo mengatakan bergabungnya Pasienia sebagai mitra BNVLabs menjadi kesempatan bagi perusahaan untuk menjaring mitra bisnis yang kuat, sekaligus upaya Pasienia dalam menjalankan startup yang berkesinambungan.

“Mencari mitra adalah hal yang penting untuk dilakukan saat ingin berbisnis startup. Bermitra dengan Bukopin adalah nilai lebih yang bisa kami dapatkan karena banyak peluang yang bisa dilakukan. Tentunya ini juga bernilai dibandingkan hanya memberi suntikan dana saja,” ucapnya.

Pasienia adalah aplikasi yang menghubungkan antar pasien yang tengah menjalankan proses pengobatan. Mereka dapat berbagi informasi terkait penyakit yang diderita berdasarkan pengalaman masing-masing dan menghubungi dokter untuk berkonsultasi. Diklaim saat ini Pasienia sudah menjaring 8 ribu pengguna.

Menurut Fadli, salah satu bentuk kolaborasi dengan Bank Bukopin yang kemungkinan terjadi adalah menghadirkan layanan dompet elektronik. Fitur tersebut selama ini belum ada di dalam aplikasi dan diharapkan akan membantu bisnis Pasienia ke depannya.