Hiip Matangkan Ekspansi, Berebut Pasar “Influencer Marketing” yang Makin Diminati

Hiip adalah startup di bidang pemasaran asal Singapura yang mengembangkan platform digital untuk menjembatani pemilik brand dengan influencer di media sosial. Selain di negara asalnya, mereka juga sudah resmikan kehadiran di Indonesia, Vietnam, dan Thailand.

Di tengah pandemi, baru-baru ini mereka umumkan perolehan pendanaan terbaru dari Vulpes Special Opportunities Fund dalam bridge fund, melanjutkan pendanaan sebelumnya yang didukung 500 Startups dan sejumlah investor lainnya. Dana segar difokuskan untuk penguatan bisnis di negara ekspansinya.

Kepada media, Founder & CEO Hiip Phi Nguyen menyampaikan, hingga saat ini mereka telah memfasilitasi kegiatan pemasaran 500 brand dan menghubungkan mereka dengan sekitar 10 ribu pilihan influencer. Di Indonesia sendiri Hiip telah beroperasi sejak 2019, dan pada akhir semester pertama tahun ini Hiip Indonesia mengklaim berhasil membukukan peningkatan pendapatan 65% dibandingkan tahun sebelumnya.

Hiip Indonesia
Peluncuran Hiip di Indonesia pada April 2019 lalu / Hiip

“Bisnis kami di Vietnam, Indonesia dan Thailand telah pulih dengan cepat setelah mengalami sedikit penurunan akibat pandemi. Kami akan menggunakan dana investasi untuk terus memperkuat posisi perusahaan melalui ekspansi di negara lainnya di kawasan Asia Tenggara,” ujar Nguyen.

Pemain lain yang sudah hadir

Belum lama berselang, Partipost platform influencer asal Singapura juga baru matangkan ekspansi ke Indonesia, setelah mendapatkan pendanaan seri A yang dipimpin SPH Ventures. Kepada DailySocial COO Benyamin Ramli menjelaskan, mereka cukup optimis brand bakal menerima dengan baik model pemasaran ini. Karena model iklan digital yang biasa dilakukan kian kurang efektif.

“Orang-orang mempunyai mindset untuk menghindari iklan, mereka menggunakan adblock, YouTube ads di-skip, dan kepercayaan terhadap billboards juga sudah berkurang. Setelah melakukan survei dan riset, kami mendapatkan jawaban kalau mereka lebih yakin jika rekomendasi dari influencer yang terpercaya,” ujarnya.

Beberapa pemain lokal juga jajakan layanan serupa. Misalnya Verikool, mereka menyajikan platform endorse influencer dan analitik. Perusahaan atau UKM dapat memilih influencer yang relevan dengan kebutuhannya, melakukan pembayaran, hingga melakukan evaluasi konten. Sementara yang berbentuk marketplace juga ada beberapa, misalnya SociaBuzz, IconReel, dan Allstars.

Tren pertumbuhan pangsa pasar

Menurut laporan Influencer Marketing Benchmark Report 2020, tahun ini pemasaran berbasis influencer akan mencapai nilai $9,7 miliar secara global. Tahun lalu tercatat, lanskap tersebut sudah mulai digarap sekitar 1120 platform dan agensi.

Estimasi pertumbuhan influencer marketing / Influencer Marketing Hub
Estimasi pertumbuhan influencer marketing / Influencer Marketing Hub

Kemudian dari perspektif bisnis, masih dari hasil riset yang sama, 91% dari brand yang menjadi responden mengatakan influencer marketing adalah cara yang efektif dilakukan untuk mencapai tujuan mereka. Dari situ, 78% mengatakan akan meningkatkan pengeluaran untuk kebutuhan tersebut.

Kemudian terkait ekspektasi keluaran yang diharapkan masih cukup beragam, sebagian mengharapkan konversi penjualan, sebagian lagi engagement, lainnya impresi dari brand.

Keluaran yang diharapkan brand dari kampanye influencer yang dilakukan / Influencer Marketing Hub
Keluaran yang diharapkan brand dari kampanye influencer yang dilakukan / Influencer Marketing Hub

Sebagai pembanding, hasil riset lain yang dirilis Mediakix disebutkan tahun 2020 budget yang dikeluarkan brand untuk influencer marketing akan meningkat 65%, sebanyak 33% masih akan mengalokasikan nilai yang sama dengan tahun lalu. Bahkan 17% dari pemasar mengatakan akan mengalokasikan setengah dari dana yang mereka miliki untuk influencer marketing. Sementara 98% responden mengatakan pendekatan ini sama dan/atau lebih baik dari model pemasaran yang telah mereka lakukan sebelumnya, ditinjau dari capaian return of investment.

Mengenai anggaran yang dikeluarkan cukup beragam, karena menyesuaikan dengan skala bisnis masing-masing. Seperti diketahui layanan tersebut kini mulai digunakan oleh bisnis skala mikro hingga korporasi.

Rata-rata biaya yang dikeluarkan brand untuk influencer marketing / Mediakix
Rata-rata biaya yang dikeluarkan brand untuk influencer marketing / Mediakix

Terkait platform, dua riset mengemukakan temuan yang serupa, Instagram menjadi yang paling banyak diminati. Dilanjutkan dengan Facebook, YouTube, Twitter, TikTok dan lain-lain.

Tokopedia Luncurkan ByMe, Fitur “Affiliate Marketing” dengan Komisi

Tokopedia secara resmi meluncurkan fitur affliate marketing ByMe, memungkinkan setiap pengguna mempromosikan barang-barang dari merchant Tokopedia dan mendapat komisi dari pembelian yang terjadi di halaman profilnya.

Business Tribe Lead for Category & Content Tokopedia Cynthia Limin menjelaskan, ByMe diharapkan dapat menjawab semua hal yang dianggap pengguna susah menjadi gampang saat berkeinginan menjadi pengusaha. Kerap khawatir tidak memiliki modal, risiko, dan menyimpan stok.

Di satu sisi, memberikan rekomendasi ke orang lain sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Orang cenderung lebih percaya dengan rekomendasi produk dari orang yang sudah dikenal atau punya pengaruh. Dengan ByMe, siapa pun kini bisa menjadi influencer untuk orang lain dan mendapatkan keuntungan dari setiap pembelian di halaman profilnya.

“Kami percaya bahwa rekomendasi dari lingkungan sekitar sangatlah penting dalam perihal membeli segala kebutuhan. Ada jutaan barang yang bisa direkomendasikan dan komisinya bervariasi,” terangnya, Senin (22/4).

Dia melanjutkan, tiap unggahan di halaman profilnya, influencer dapat berkreasi bebas memproduksi konten yang menjual dan menarik orang. Di situ influencer dipersilakan memajang konten video, foto, dan tulisan, beserta tiga jenis produk yang ingin dijual. Lalu menyebar link tersebut ke laman profil media sosial mereka.

Influencer dapat memantau hasil produknya di dashboard, mempelajari produk apa yang paling banyak dibeli orang-orang, berapa komisi yang sudah didapat dan langsung mencairkannya ke saldo masing-masing.

Dari sisi merchant, siapa pun, tanpa ada persyaratan khusus, dapat ikut memasukkan produk dagangannya ke ByMe dan dipasarkan oleh para pengguna Tokopedia. Merchant cukup memasukkan besaran komisi sesuai keinginan terhadap barang yang ingin dipasarkan dan membayar komisi ketika barang telah terjual.

Cynthia menerangkan, sejauh ini perusahaan belum turut berpartisipasi dalam memberikan komisi untuk influencer, namun tidak menutup kemungkinan hal tersebut bakal terjadi. Channel ByMe ini juga menjadi salah satu strategi monetisasi, bakal ada sepersekian persen komisi yang ditetapkan merchant akan masuk ke kantong perusahaan.

Untuk ke depannya, Tokopedia akan mengembangkan lebih jauh fitur ByMe ini. Salah satunya dengan memperbanyak format baru yang lebih interaktif, tidak hanya foto dan video.

Tidak disebutkan spesifik target yang ingin dibidik perusahaan dari fitur teranyar ini ataupun jumlah produk yang telah listed dan pengguna yang bergabung sebagai influencer.

“Ini masih tahap awal karena kami lihat potensi ByMe ini ke depannya akan luar biasa. Bahkan kami kira bisa melahirkan ikon influencer baru yang datang dari orang-orang biasa,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

IconReel is a Platform to Connect Influencer and Brand

Are you familiar with the term “selebtweet” or “selebgram”? It’s a word to call those who gain many followers on Twitter and Instagram. They’re influencing. They’re called influencer and people often hire them for any kind of product marketing campaigns or activities. The increasing use of influencer is utilized by Mumu.id (a pivot from formerly grocery service) by making an influencer discovery platform called IconReel. This platform works by connecting influencers with campaigners and brands.

IconReel provides a search engine for an easy way to find content creators, “selebtweet”, “selebgram”, and Key Opinion Leaders (KOLs) with brands to collaborate. For an optimal support, IconReel claims to use Artificial Intelligence technology for social media analysis data in helping a brand to find the suitable criteria.

In the search column, there are kinds of categories or filters that can help brands to find a specific influencer. Start from followers limit, the platforms they used, related industry, location, also countries.

Founded by Winston Muljadi and Bradian Muliadi, IconReel has been operating since August 27, 2016. As time goes by, IconReel is trying to be a leading platform for influencer marketing in Indonesia with variant features, completed with accurate analysis.

IconReel facilitates not only brands to find the right influencers, but also provide full-service agency to help brands from planning, recruitment, execution, and evaluate campaign activities. A full package for brands or those in need of social media exposure with the role of influencers.

“We look forward to empower local business and communities globally through data analytics and social media-based technology products as our vision in Building Power and Democratizing Social Empowerment Platforms,” IconReel representative told DailySocial.

To complement IconReel as influencer discovery platform, Mumu.id is about to launch another new product called Analisa.io. It is an SaaS platform with artificial intelligence technology for Instagram’s hashtag and account analysis.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

IconReel Jadi Platform Penghubung “Influencer” dan “Brand”

Pernah mendengar istilah “selebtwit” atau “selebgram”? Sebuah istilah yang diberikan kepada mereka yang memiliki banyak pengikut di platform Twitter dan Instagram. Mereka berpengaruh. Mereka ini disebut juga dengan influencer, tak jarang jasa mereka digunakan untuk berbagai jenis kampanye pemasaran produk atau kegiatan. Meningkatnya penggunaan influencer ini disambut Mumu.id (yang sudah pivot dari awalnya membuat layanan grocery) dengan membuat platform pencarian influencer IconReel. Platform ini bekerja dengan menghubungkan influencer dengan mereka yang memiliki rencana kampanye dan juga brand.

IconReel menyediakan mesin pencarian untuk memudahkan mencari para konten kreator, “selebtwit”, “selebgram” dan Key Opinion Leaders (KOLs) dengan brand untuk berkolaborasi. Untuk mendukung pencarian yang optimal, pihak IconReel mengklaim telah menggunakan teknologi artificial intelligence untuk menyuguhkan data analisis media sosial untuk membantu brand menemukan kriteria yang cocok dengan mereka.

Di dalam kolom pencarian juga disediakan berbagai macam kategori atau filter yang bisa membantu brand menemukan influencer yang spesifik. Mulai dari batasan jumlah followers, jenis media sosial yang digunakan, industri yang terkait dengan influencer, lokasi, hingga negara.

Diprakarsai Winston Muljadi dan Bradian Muliadi, IconReel sudah beroperasi sejak 27 Agustus 2016. Seiring berjalannya waktu, IconReel mencoba hadir sebagai salah satu pemimpin untuk platform influencer marketing di Indonesia dengan beragam fitur lengkap dengan analisis yang akurat.

Selain memudahkan brand dalam mencari influencer yang tepat, IconReel juga menyediakan full service agency yang bisa membantu brand, mulai dari planning, rekrutmen, eksekusi, hingga mengevaluasi kegiatan kampanye. Paket lengkap yang ditujukan untuk brand atau siapa pun yang membutuhkan exposure media sosial dengan memanfaatkan peran influencer.

“Kami berharap untuk [bisa] memperdayakan komunitas dan bisnis lokal, secara global melalui produk teknologi berbasis social media dan data analytics dengan visi kami Building Power and Democratizing Social Empowerment Platforms,” terang co-founder IconReel Winston Muljadi ketika dihubungi DailySocial.

Selain memiliki IconReel sebagai platform pencarian influencer dalam waktu dekat, Mumu.id juga akan meluncurkan produk terbaru lainnya, Analisa.io. Produk ini adalah sebuah platform SaaS dengan teknologi artificial intelligence untuk analisis akun dan hashtag Instagram yang akan melengkapi peran IconReel.

Melakukan Kegiatan Pemasaran Memanfaatkan “Influencer”

Maraknya kegiatan pemasaran memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan Facebook telah melahirkan pilihan kegiatan pemasaran memanfaatkan influencer.

Istilah influencer mulai hadir ketika pengguna media sosial telah memiliki eksistensi yang kuat dalam menampilkan jati diri mereka secara online. Bukan hanya sekedar memiliki pengikut dalam jumlah yang banyak, influencer  memiliki cara unik tersendiri menampilkan kreativitas mereka yang bersifat menghibur dan informatif ke pengikut mereka di masing-masing platform.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO GetCRAFT Indonesia Anthony Reza mengungkapkan, di tahun 2015, Nielsen menyatakan bahwa “word of mouth” adalah salah satu strategi pemasaran yang paling efektif. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan obyektif yang ingin dicapai dari kegiatan pemasaran tersebut. Kemudian lakukan analisis audiens yang menjadi target, seperti perilaku konsumsi mereka yang mencakup produk, informasi, media, dan influencer yang mereka ikuti.

“Tergantung dari obyektif pemasaran, brand bisa menentukan skala influencer yang akan diajak kerja sama dan juga frekuensi keterlibatan dari influencer ini, apakah hanya untuk campaign tertentu atau terus menerus,” kata Anthony.

Mengukur efektivitas influencer

Menurut hasil survei yang dikeluarkan Sociabuzz soal penggunaan influencer untuk kegiatan pemasaran, terungkap sebanyak 98,8% digunakan untuk meningkatkan awareness, sementara 62,7% untuk mengedukasi target konsumen, 50,6% untuk penjualan, dan sisanya yaitu 39,8% untuk meningkatkan jumlah follower. Pemanfaatan influencer yang sifatnya cenderung viral dianggap mampu mengubah cara pandang konsumen saat melihat tampilan produk.

Hal menarik lainnya yang bisa dipertimbangkan ketika ingin memanfaatkan influencer untuk kegiatan pemasaran adalah tidak selamanya artis atau selebriti memiliki efek yang lebih baik, dibandingkan dengan “selebgram”, istilah bagi pemilik akun media sosial Instagram yang populer.

Jika konsep yang dimiliki menarik, memanfaatkan influencer dari kalangan selebriti internet kini menjadi preferensi utama. Menurut survei Sociabuzz tersebut, sebanyak 59,0% responden memiliki influencer berdasarkan kategori selebriti internet, disusul dengan artis sebesar 22,9% dan sisanya adalah micro influencer sebesar 14,5%.

Menurut survei tersebut, ternyata sekitar 70% memilih efektivitas penggunaan influencer mencapai skala 7-10, artinya dinilai efektif untuk mendukung target yang ingin dicapai.

Skala influencer yang ideal

Saat ini secara organik influencer terbagi menjadi tiga kategori, yaitu mega influencer (selebriti), macro influencer, dan micro influencer. Kategori ini menyesuaikan jumlah pengikut, engagement, kreativitas masing-masing influencer.

Brand saat ini banyak mengunakan influencer marketing sebagai salah satu strategi channel PR mereka untuk meningkatkan engagement dengan target pelanggan. Terutama di Indonesia, Instagram [saat ini] paling populer untuk influencer,” kata Country Manager AdAsia Holdings Indonesia Lidyawati Aurelia.

Apabila brand ingin mendapatkan awareness yang besar, seperti peluncuran produk baru, dapat menggunakan mega dan macro influencer karena jumlah follower mereka yang sangat banyak. Namun jika obyektifnya adalah engagement, seperti pembelian produk, dapat menggunakan micro influencer karena tingkat engagement-nya lebih tinggi.

“Setelah memilih influencer yang sesuai, kita harus mengarahkan influencer ini untuk membuat konten yang dapat mendorong follower mereka untuk mencoba langsung pengalaman yang dirasakan influencer,” kata Lydia.

Influencer biasanya memiliki cara yang kreatif dan storytelling yang menarik untuk membuat follower tertarik mengetahui lebih lanjut mengenai brand yang mereka dukung.

“Ketika bekerja sama dengan influencer, penting memosisikan mereka seperti creative media partner yang ahli dalam melakukan produksi konten dan memiliki ide kreatif untuk menyampaikan pesan brand kepada audiens mereka. Jadi sifatnya kolaboratif dan dua arah.”

Setelah menemukan influencer yang dirasa tepat, untuk memperkuat informasi, sebaiknya kegiatan pemasaran memanfaatkan influencer juga didukung strategi pemasaran lainnya, termasuk konten bersponsor menggunakan publisher.

Memanfaatkan marketplace influencer

Mulai banyak marketplace influencer yang menawarkan opsi beragam dan harga terjangkau yang bisa dimanfaatkan brand dan UKM. Salah satunya GetCRAFT yang baru saja meluncurkan marketplace tempat praktisi pemasaran (brand dan agency) menemukan lebih dari empat ribu influencer, media online, penulis, fotografer, videographer, dan desainer grafis di Asia Tenggara.

“Marketplace ini juga memberikan kemampuan penggunanya untuk mencari content creator dengan lebih mudah melalui fitur filter mulai dari kategori konten, jangkauan konten, harga, dan lainnya,” kata Anthony.

Sementara CastingAsia, yang telah melokalkan platform-nya di Indonesia, Vietnam, Thailand, Taiwan, dan Jepang, menggunakan deteksi penipuan untuk menyaring influencer yang memanfaatkan pengikut berbasis bot.

“Hal ini penting bagi kami untuk mempertahankan pasar yang aman untuk brand. Pada saat yang sama, kami akan meluncurkan aplikasi CastingAsia Marketplace sehingga influencer dapat disiagakan untuk setiap kampanye di mana pun mereka berada,” kata CEO & Co-Founder AnyMind Group Kosuke Sogo.

Apa pun pilihannya, pengunaan influencer menjadi opsi menarik bagi brand dan UKM bereksplorasi untuk berbagai kegiatan pemasaran. Marketplace influencer bisa menjadi awal penjajakan tersebut.

Aplikasi Aidoru Permudah Influencer Media Sosial Kelola Pekerjaannya

Kehadiran influencer saat ini menjadi alternatif bagi brand untuk melancarkan kegiatan pemasaran. Tidak hanya mengandalkan televisi dan iklan digital, influencer yang biasanya memiliki jumlah pengikut cukup banyak di akun media sosial telah menjadi pilihan baru yang terbukti memberikan hasil yang cukup viral.

Melihat fenomena tersebut, Aidoru Entertainment sebagai talent management yang kini telah menaungi ratusan micro influencer di Indonesia dan Thailand meluncurkan aplikasi “Aidoru” di awal bulan Maret 2018. Tujuannya untuk mempermudah influencer dalam mengatur jadwal pekerjaan yang diterimanya. Aplikasi ini diklaim oleh Aidoru Entertainment sebagai aplikasi influencer marketing management pertama di Indonesia.

“Aplikasi Aidoru ini diharapkan dapat menjadi jalan keluar agar ke depannya tidak ada lagi kejadian lupa posting atau lupa ada jadwal shooting yang dapat merugikan brand dan juga influencer,” kata Direktur Aidoru Entertainment Yummi Zahra.

Masih menjalankan bisnis secara bootstrap, Aidoru menargetkan satu juta influencer untuk bergabung dengan aplikasi di akhir tahun 2018 ini.

Platform pilihan untuk influencer

Berfungsi sebagai pengatur load kerja endorsement dari influencer Aidoru, secara keseluruhan Aidoru mendapatkan profit ketika klien memesan profil influencer di Aidoru untuk melancarkan kegiatan pemasaran memanfaatkan one-click unique link, yang rencananya segera diluncurkan. Hal tersebut nantinya akan memudahkan klien yang ingin melakukan kerja sama dengan influencer Aidoru.

“Kami ingin menciptakan transaksi yang aman untuk seluruh ekosistem, di mana influencer dapat fokus berkarya,” kata Yummi.

Sebagai aplikasi manajemen influencer yang berfungsi untuk mengatur pekerjaan yang diterima, Aidoru saat ini telah memiliki sekitar 100 ribu lebih buzzer eksklusif sebelum aplikasi tersebut diluncurkan. Jumlah tersebut terbagi dalam beberapa segmen, yaitu fashion, beauty, food, travel, music, sport, parenting, lifestyle dan hijab.

Application Information Will Show Up Here

“Influencer Marketing Platform” Sociabuzz dan Rencana Bisnis di Tahun 2017

Implementasi media sosial untuk sebuah brand telah membawa cara baru dalam mengembangkan bisnis untuk menyentuh pasar dalam pendekatan yang lebih ramah. Peluang ini dimanfaatkan oleh SociaBuzz yang memposiskan dirinya sebagai influencer marketing platform. Setelah mendapatkan pendanaan awal di tahun 2015 silam, kini SociaBuzz berencana untuk memperluas jaringan influencer mereka yang berasal dari luar Indonesia dan merambah platform media sosial baru di tahun 2017 nanti.

SociaBuzz adalah influencer marketing platform yang pada dasarnya mengusung konsep online marketplace yang menghubungkan bisnis dengan social media influencer. Hal ini bertujuan untuk menciptakan pemasaran word-of-mouth di media sosial seperti Instagram, Blog, Youtube, dan Twitter.

SociaBuzz sendiri sebenarnya sudah hadir sejak 2012 dalam versi beta, tetapi baru berbentuk PT dan operasional secara penuh mulai dari Maret 2015. Sebulan setelahnya, SociaBuzz berhasil mendapatkan pendanaan awal sebesar $62.500 dari angel investor. Adalah Rade Tampubolon yang kini menjabat sebagai CEO dan Eddy Yansen sebagai CTO yang menginisiasi lahirnya SociaBuzz di Indonesia.

Rade mengatakan, Awal terbentuknya SociaBuzz adalah karena masalah yang saya alami sendiri saat masih bekerja di brand dalam menjalankan influencer marketing secara manual. Banyak waktu dan tenaga yang terbuang hanya untuk menjalankan campaign dengan beberapa influencer dan untuk melakukannya dengan banyak lagi akan lebih painful. Maka dari itu, tercetus ide untuk automate semua prosesnya. Lalu saya menghubungi rekan saya Eddy Yansen untuk membuat sebuah influencer marketing platform.”

Pencapaian dan operasional di tahun 2016

Tidak lama setelah mendapatkan pendanaan tahap awal, SociaBuzz sendiri berhasil menjadi salah satu startup terpilih yang berhak untuk mengikuti batch ketiga program akselerator Ideabox. Di tahun 2016, Rade menyampaikan bahwa mereka telah berhasil menyelesaikan program tersebut hingga ke ajang DemoDay. Ini merupakan salah satu pencapaian SociaBuzz di tahun 2016.

Di sisi operasional, Rade juga mengklaim bahwa kini jumlah brand  yang menggunakan layanan SociaBuzz telah mencapai lebih dari 550 brand. Sedangkan untuk jumlah influencer, SociaBuzz berhasil merangkul lebih dari 10.000 akun social media influencer dalam platform mereka.

Terkait dengan monetisasi layanan, Rade mengungkapkan bahwa pihak SociaBuzz akan menerima komisi dari setiap penghasilan yang didapat oleh influencer yang terdaftar. Sementara itu bagi influencer yang ingin bergabung akan ada proses penyaringan secara manual oleh pihak SociaBuzz dengan melihat konten dari masing-masing akun yang ada. Namun, Rade menekankan bahwa siapa saja sebenarnya bisa bergabung dengan Sociabuzz, mulai dari selebriti, selebgram, youtuber, blogger, buzzer, sampai micro-influencer.

Dari sisi advertiser, SociaBuzz menyediakan layanan escrow yang dapat di top-up melalui metode transfer antar bank. Jadi, saat advertiser mempekerjakan influencer, biayanya akan akan ditahan SociaBuzz terlebih dahulu yang kemudian baru diteruskan ke pihak influencer jika pekerjaannya sudah selesai. Sementara kinerja dari para influencer sendiri, menurut Rade, secara umum dapat diukur dengan melihat beberapa parameter seperti engagement dan clicks.

“Secara ROI, studi dari luar membuktikan bahwa untuk setiap $1 yang di spend advertiser, ROI – adalah $6,50. Pengukuran yang umum dilakukan di influencer marketing adalah jumlah engagement yang terjadi [likes, comments, re-tweet, shares], impressions, views, reach, dan clicks,” jelas Rade.

Rencana SociaBuzz untuk tahun berikutnya

Saat ini influencer yang bergabung dengan SociaBuzz kebanyakan memang berasal dari tanah air. Pun begitu, Rade menyebutkan bawah ada beberapa influencer dari luar negeri yang bertanya apakah mereka bisa bergabung di SociaBuzz. Hal ini yang kemudian menjadi rencana selanjutnya SociaBuzz untuk mengarungi tahun 2017.

Rade mengatakan, “Kami berencana untuk menambah influencer dari luar Indonesia [tahun depan]. Kami akan bekerja sama dengan freelancer di negara-negara lain untuk membantu merekrut influencer  untuk bergabung di platform SocaBuzz dan juga melakukan partnership dan integration dengan platform atau network influencer lainnya di negara-negara tersebut.”

“Negara yang ingin kami fokuskan terlebih dahulu adalah yang berada di South East Asian. Namun, kami juga mau tes negara-negara lain karena beberapa waktu lalu sudah ada beberapa influencer dair Italia, Africa, dan lainnya yang menanyakan ke kami apakah mereka boleh bergabung di SociaBuz,” lanjutnya.

Di samping menambah jaringan influencer dari luar Indonesia, Rade juga mengungkapkan bahwa pihaknya akan mulai mencoba menambah jaringan media sosial yang akan terintegrasi. Namun, ini akan disesuaikan dengan kebutuhan advertiser dan juga perkembangan yang ada. Saat ini, menurut Rade, pihaknya tertarik untuk mengeksplorasi kemungkinan di platform seperti Snapchat, LINE, BBM, Pinterest, dan juga Bigo.

Rencana lainnya yang akan dijajaki kemungkinannya adalah penambahan metode pembayaran untuk top-up saldo di rekening escrow yang saat ini baru bisa menerima transfer antar bank. Di samping itu, untuk memudahkan kolaborasi antara advertiser dan influencer, Rade juga ingin SociaBuzz nantinya akan menghadirkan sebuah mobile application.

“Untuk memudahkan kolaborasi antara advertiser dan influencer, kami ingin menghadirkan mobile apps. Selain itu, kami juga ingin menghadirkan layanan atau fitur yang bisa membuat influencer dan content creator lebih menghasilkan dan sejahtera. Saat ini itu semua baru ide saja dan masih perlu kami validasi ke depannya,” ujar Rade.

Sebagai informasi, SociaBuzz sebenarnya tidak sendirian di ranah ini. Masih ada Blogmint, influencer marketing platform asal India, yang juga bermain di kolam yang sama dengan SociaBuzz di Indonesia.

Platform Influencer Marketing Blogmint Ingin Jaring 20.000 Influencer Indonesia Tahun Depan

Hadir satu lagi pemain yang meramaikan segmen pemasaran digital berbasis influencer di Indonesia bernama Blogmint. Layanan Blogmint sendiri dikembangkan pertama kali di India dan juga merupakan inisiatif dari To The New Venture yang berbasis di Singapura. Di Indonesia, Blogmint berencana untuk dapat menjaring 20.000 influencer pada tahun depan.

Continue reading Platform Influencer Marketing Blogmint Ingin Jaring 20.000 Influencer Indonesia Tahun Depan

SociaBuzz Received Seed Funding from Kudus-Based Angel Investor

The implementation of social media presents new method of business expansion strategy for brands to reach the market more effectively using friendlier approach. SociaBuzz is a social influencer marketing platform that connects brands with influencers in only several clicks. In its press release, SociaBuzz announced $62.500 seed funding it has just sealed from an anonymous Kudus-based angel investor. Continue reading SociaBuzz Received Seed Funding from Kudus-Based Angel Investor