Pendanaan, Pendekatan dan Perspektif Angel Investor Terhadap Startup di Indonesia

Angel investor saat ini menjadi salah satu tipe penanam modal yang banyak membantu startup digital di Indonesia untuk berkembang, terutama di fase awal. Dari sisi kuantitas, minat pemodal dengan gaya yang terkesan lebih “personal” ini pun terpantau terus bertambah. Tak mengherankan, karena sektor digital kini tampak sexy untuk menjadi perhatian pebisnis. Mengulas tentang sejauh mana pandangan seorang angel investor terhadap startup di Indonesia, DailySocial mencoba mendiskusikannya bersama Michael Tampi.

Selain berinvestasi secara personal, Michael saat ini juga tergabung dalam Kinara Indonesia, lembaga investasi yang memfokuskan pada pendanaan sektor UMKM.

Michael Tampi / Dok. Pribadi
Michael Tampi / Dok. Pribadi

Mengawali perbincangan kami mencoba menggali pendapat pribadinya sebagai angel investor terkait dengan perkembangan lanskap startup digital tanah air yang ada saat ini.

“Melihat perkembangan selama 5 tahun ini, percepatan perkembangan startup digital di Indonesia terjadi begitu signifikan dalam 3 tahun terakhir. Success story Kaskus, Tokopedia, dan Go-Jek menurut saya menjadi trigger terbesar. Potensi market yang selalu didengungkan karena besarnya jumlah penduduk Indonesia pun menjadi daya tarik startup lokal maupun luar negeri masuk di Indonesia,” ujar Michael.

Tak luput Michael juga mengomentari pertumbuhan startup lokal dari sisi kualitas. Kendati dari sisi jumlah berkembang sangat pesat, menurutnya harus diakui bahwa dari kualitas masih sangat kurang. Masih banyak ide startup yang mengadopsi dari kreativitas yang ada di luar negeri, padahal tidak semua konsep tersebut siap terap di Indonesia. Fokus untuk membuat sebuah startup digital yang benar-benar menjadi problem solver dari masalah yang ada di Indonesia perlu ditekankan kembali.

Pendekatan investasi dan mekanisme pendanaan oleh angel investor

Sedikit berbeda dengan venture capital atau jenis pemodal lain yang berbentuk lembaga, angel investor umumnya memiliki mekanisme yang lebih personal, tidak begitu bersifat struktural atau birokratif. Bagi Michael faktor kepercayaan kepada founder menjadi kunci dari keputusan berinvestasi. Beberapa hal yang dilihat oleh angel investor dalam menilai tim pendiri meliputi (1) apakah memiliki passion dan pengalaman di bidang terkait, (2) apakah memiliki komposisi yang tepat dalam membentuk tim, dan (3) bagaimana visi mereka terhadap bisnis yang dibuat.

Poin lain yang turut menjadi perhatian adalah bagaimana skabilitas dari bisnis yang dikembangkan tersebut. Dan yang tak kalah penting adalah penilaian terhadap perencanaan bisnisnya, apakah masuk akal atau tidak. Berbagai konsep tersebut menjadi pertimbangan penting, karena kebanyakan angel investor mendukung startup di tahap early stage. Nama besar seperti Facebook atau Tokopedia di tahap awal pendirian bisnisnya juga didukung oleh pendanaan angel investor untuk akselerasi bisnis.

“Baik di dunia maupun di Indonesia, peran angel investor sangat penting di ekosistem startup digital. Khusus di Indonesia, menurut saya diperlukan pula upgrade bagi angel investor yang selama ini terbentuk sebagai investor konvensional di sektor real, untuk bisa mendapatkan sharing knowledge mengenai risiko, ekosistem digital, dan juga pengalaman berinvestasi di early stage startup digital,” ungkap Michael.

Di tahap awal, startup sering terlalu berlebihan memfokuskan pada ide

Dari perjalanan Michael dalam berkolaborasi dengan startup dalam berbagai kesempatan, termasuk pitching, sering ia temui antusiasme pada ide produk. Menurutnya hal tersebut baik, namun seringkali terlalu berlebihan, sehingga tidak tervalidasi dengan target konsumen. Sejatinya para pelaku bisnis di early stage perlu untuk bisa fokus pada customer behaviour.

“Kita bisa belajar dari Alibaba mengalahkan eBay di Tiongkok, di mana Jack Ma sangat fokus dengan local customer insight, dan meyakini bahwa konsep Silicon Valley yang dibawa eBay belum tentu cocok dengan behaviour dan keinginan customer lokal di Tiongkok. Untuk di Indonesia yang potensinya sangat besar, kita bisa melihat local hero seperti Go-Jek yang bahkan pesaing terdekatnya dari luar yaitu Grab,” ungkap Michael.

Selain terkait dengan validasi dan customer behaviour, ada hal lain yang menurut Michael perlu ditingkatkan, yakni terkait dengan data. Startup di early stage kebanyakan belum memanfaatkan big data untuk melakukan analisis konsumen mereka. Analisis tersebut dibutuhkan untuk bisa mendapatkan insight bagi produk yang fit untuk pangsa pasar. Bagi Michael, pemanfaatan big data di startup akan sangat membantu menggerakkan bisnis dan investasi ke arah yang benar.

Industri startup digital kini semakin terlihat menjanjikan. Potensinya dalam menumbuhkan perekonomian nasional tak diragukan lagi. Sejalan dengan itu, banyak hal yang harus diteruskan, diperbaiki dan diselaraskan. Seperti yang menjadi harapan Michael terhadap ekosistem startup yang ada di Indonesia saat ini.

“Saya berharap kolaborasi seluruh stakeholder untuk membangun ekosistem dunia digital, berfokus pada peningkatan kualitas engineer, mentorship, dan menghasilkan produk-produk yang menjawab permasalahan lokal untuk kemudian dapat diduplikasi bahkan menembus regional serta dunia,” pungkas Michael.

Proses Negosiasi dengan Investor Juga Butuh Strategi

Startup mengalami banyak perjuangan saat memulai dan menjalankan bisnisnya. Selain ide dan validasi pasar, masalah yang sering dikeluhkan adalah modal. Maka tak ayal jika akhirnya banyak startup yang mengharapkan bantuan modal dari para investor. Tidak mudah memang mendapatkan pendanaan dari investor, perlu perjuangan dan perlu strategi yang matang.

Mendapat pendanaan bukan perkara mudah. Selain meyakinkan investor terhadap bisnis yang sedang dikembangkan, proses negosiasi di belakangnya juga butuh usaha yang cukup ekstra. Alih-alih membayangkan dana segar, startup justru bisa tidak berkembang karena hanya berfokus pada investor, investor dan investor. Salah satu trik yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi hal ini adalah dengan membagi tim dalam startup.

Jadwal pengembangan dalam startup adalah hal krusial. Mereka harus dijaga untuk memastikan startup dalam jalan yang benar untuk berkembang. Urusan modal dan investor harusnya tidak mengganggu jadwal pengembangan, untuk itu startup harus memiliki setidaknya dua atau tiga orang yang berposisi sebagai pemimpin, baik pemimpin dalam hal pengembangan dalam hal ini bisa teknis atau orang-orang analisis dan yang lainnya bisa berperan sebagai orang yang menghubungkan startup dengan investor. Tentu dengan kewajiban rapat, koordinasi dan keperluan-keperluan lain selama proses negosiasi.

Setelah strategi mengelola internal, negosiasi dengan investor juga butuh kewaspadaan. Artinya tidak semua investor itu bisa membawa kebaikan bagi startup, bisa jadi menjalin kesepakatan dengan investor justru menghambat laju startup. Untuk itu perlu hati-hati dalam memilih.

Yang paling bahaya dari semua proses negosiasi dengan startup adalah keraguan investor. Terlebih mereka yang keraguannya muncul setelah puluhan kali bertemu dan berkoordinasi. Untuk itu perlu mewakilkan orang yang jeli melihat potensi dan minat investor. Jangan menghabiskan energi untuk investor yang ragu-ragu.

Selain itu ketahui posisi startup saat ini, pastikan kesepakatan yang ditawarkan pantas untuk startup. Jangan sampai terlalu tinggi atau terlalu rendah menilai startup. Ini penting untuk bisa memperjuangkan potensi dan harapan perkembangan startup sesuai dengan yang dijanjikan. Tidak berlebihan juga tidak terlalu rendah. Harus benar-benar presisi.

Program Akselerator Plug and Play Indonesia Resmi Diluncurkan

Satu lagi program akselerasi dari Silicon Valley hadir di Indonesia, kali ini menggandeng venture capital lokal yaitu Gan Kapital, program tersebut bernama Plug and Play Indonesia. Plug and Play sendiri merupakan perusahaan global akselerator bisnis dengan spesialisasi pada pengembangan startup berbasis teknologi. Dengan kantor pusatnya di Silicon Valley, jaringan bisnis Plug and Play mencakup lebih dari 200 mitra korporasi, investor, universitas dan mitra terkait lainnya di bidang ritel, teknologi finasial (fintech), Internet of Things (IoT), media dan komputasi awan.

“Diluncurkannya Plug and Play Indonesia setelah kunjungan Presiden Joko Widodo ke kantor pusat Plug and Play di Silicon Valley beberapa waktu lalu, kami dari Plug and Play ingin memberikan kontribusi sekitar 20% dari apa yang diinginkan oleh Presiden Joko Widodo yaitu menciptakan 1000 startup hingga tahun 2020,” kata Founder dan CEO Plug and Play Saeed Amidi kepada media hari ini di Jakarta.

Plug and Play telah berinvetasi di lebih dari 500 startup di seluruh dunia, di antaranya adalah Paypal, Lending Club dan Dropbox.

Kerja sama dengan korporasi hingga investor

Founder dan CEO Plug and Play Saeed Amidi saat acara peluncuran Plug and Play Indonesia

Nantinya Plug and Play Indonesia akan membangun sebuah sarana dan fasilitas yang dapat digunakan oleh startup untuk berinovasi di bidang teknologi. Plug and Play juga akan menhadirkan korporasi ternama untuk turut bergabung dalam program akselerasi dan memberikan bukan hanya dana segar namun juga mentoring kepada penggiat startup baru. Saat ini sudah ada BNI, BTN dan Astra Internasional yang menjadi mitra dari Plug and Play Indonesia.

“Dihadirkannya korporasi kedalam program akselerasi ini diharapkan bisa membuka jalan kepada penggiat startup baru untuk memperluas networking, mendapatkan edukasi yang krusial terutama dalam hal melakukan penggalangan dana, manajemen bisnis hingga mengembangkan potensi produk yang ada,” kata Saeed.

Selain menjalin kemitraan dengan korporasi, Plug and Play Indonesia juga akan menggelar kegiatan bersama universitas di Indonesia, pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mendapatkan entrepreneur baru yang memiliki potensi untuk mengikuti kegiatan program akselerasi Plug and Play.

“Kami harapkan para mahasiswa atau profesional yang menguasai dan memiliki pengetahuan tentang engineering, software dan lainnya bisa ikut bergabung dalam program ini. Akan menjadi lebih baik lagi jika anggota tim yang terdiri dari 2-3 orang telah memiliki prototype yang nantinya bisa diolah saat program akselerasi berlangsung,” kata Saeed.

Selama 3 bulan startup yang lolos seleksi program akselerasi akan diberikan dana, bimbingan, ruang kerja gratis juga dukungan lainnya melalui program akselerator. Plug and Play Indonesia akan melakukan investasi di 50 startup tahap awal setiap tahunnya.

“Fokus utama kami adalah startup yang menguasai bidang mobile dan financial technology (fintech), jika beruntung startup tersebut juga mendapat kesempatan untuk mendapatkan pembelajaran langsung dari korporasi yang telah bergabung dengan program akselerator Plug and Play,” kata Saeed.

Menggandeng Gan Kapital

Kehadiran Plug and Play Indonesia bisa terwujud berkat kerja sama yang dilancarkan oleh Gan Kapital dan Plug and Play. Perusahaan venture capital asal Indonesia ini berinisiatif untuk melakukan pendekatan dan menawarkan rekomendasi tiga korporasi yang saat ini sudah bergabung dengan program akselerasi Plug and Play Indonesia.

“Saya melihat apa yang dilakukan oleh Plug and Play sudah selaras dengan visi dan misi kita dari Gan Kapital untuk memberikan invetasi kepada startup Indonesia, untuk itu kami menginisiasikan kerja sama ini dengan Plug and Play,” kata CEO Gan Kapital Anthony P Gan.

Kerja sama antara Gan Kapital dan Plug and Play akan menghubungkan kekuatan unik masing-masing pihak dengan aksesnya terhadap venture capital, jaringan korporasi, mentor dan penasihat lokal hingga asing sesuai dengan masing-masing jaringan.

“Kami juga ingin mengajak lebih banyak lagi bukan hanya venture capital tapi korporasi hingga penggiat startup lainnya yang telah berpengalaman untuk menjadi bagian dari program akselerator Plug and Play,” pungkas Anthony.

Dukungan pemerintah

Untuk memperlancar jalannya program akselerasi, Saeed mengungkapkan diperlukannya dukungan pemerintah terutama dalam bentuk ketegasan regulasi, infrastruktur dan pendukung lainnya untuk bisa menghasilkan entrepreneur yang berkualitas. Diharapkan Plug and Play juga bisa menjadi trigger kepada para investor lainnya yang ingin memberikan bantuan dana kepada startup baru lulusan dari program akselerator Plug and Play.

“Kami sangat bersemangat untuk membawa dan menerapkan di Indonesia platform inovasi korporasi yang digabungkan dengan program akselerator Plug and Play, kami melihat ini sebagai peluang yang baik untuk melakukan investasi kepada startup Indonesia agar bisa tampil secara global,” kata Saeed.

Lima Cara Tepat Menghadapi Investor yang “Sulit”

Salah satu kunci kesuksesan startup adalah hubungan yang terjalin dengan baik antara pemilik startup dengan investor. Mulai dari awal melakukan pitching hingga kemudian investor menyetujui untuk memberi dukungan dana kepada startup Anda.

Jika saat ini startup Anda tengah bersiap melakukan pendekatan dengan investor, ada baiknya untuk mencari tahu seperti dulu karakter dari investor yang ingin didekati. Ketika penolakan terjadi, Anda telah menyiapkan mental dan tetap bisa membina hubungan yang baik dengan investor tersebut. Artikel berikut akan membantu Anda menghadapi investor yang terkesan ‘sulit’ untuk didekati.

Kenali investor

Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah mencari tahu tujuan dari investor tersebut, apakah pertanyaan yang dilontarkan sulit untuk dimengerti, sulit untuk di jawab dan sedikit tidak masuk akal. Atau pertanyaan yang dilemparkan justru sarat dengan kritik membangun, solusi serta ide-ide baru yang bisa diterapkan untuk startup Anda. Dari masing-masing pertanyaan tersebut bisa dimpulkan, investor mana yang tertarik dengan ide Anda dan investor mana yang tidak tertarik sama sekali.

Hargai kesempatan yang diberikan

Kebanyakan investor melakukan pertemuan atau pitching dengan startup dalam jumlah banyak di waktu tertentu. Ketika startup Anda mendapatkan kesempatan untuk melakukan pitching, hargai kesempatan tersebut dan pastikan proses pitching berjalan dengan lancar. Yang perlu dicermati adalah, investor akan langsung mengenali startup yang memiliki potensi, bahkan sebelum Anda melakukan pitching. Untuk itu hargai waktu yang diberikan.

Berapa banyak waktu yang dihabiskan

Saat melakukan proses pitching, coba cermati berapa lama waktu yang Anda habiskan untuk memberikan presentasi tentang produk yang Anda miliki. Idealnya semakin banyak waktu yang dibutuhkan oleh investor untuk bertanya, mencari tahu dan mengenal lebih dekat startup yang Anda miliki bisa menjadi tanda bahwa investor tersebut tertarik dengan startup Anda. Namun jika investor hanya tertarik dalam waktu yang tidak cukup lama dan hanya bertanya sekedarnya saja, bisa dipastikan investor tidak tertarik.

Terima semua kritikan

Sebagai Founder kebanyakan terlalu percaya dan yakin terhadap ide yang dimiliki sehingga ketika kritikan dan feedback dengan nada negatif datang dari investor, para Founder cenderung untuk melakukan pembelaan dan enggan untuk mendengarkan masukan dari investor.

Agar startup Anda bisa berkembang, terima semua masukan yang diberikan oleh investor dan coba lakukan percakapan secara intensif untuk bisa menemukan solusi terbaik yang diharapkan oleh Anda pemilik startup dan investor. Yang perlu diingat adalah para investor ingin seminimal mungkin menghindari risiko, dan jika kritikan terkesan sedikit ‘kasar’ hal tersebut dilakukan untuk kebaikan dari startup.

Jaga hubungan baik

Ketika proses pitching telah dilakukan kepada lebih dari satu atau dua investor dan Anda belum juga mendapatkan feedback yang baik hal tersebut sudah menjadi tanda bahwa investor tidak cukup tertarik dengan produk yang Anda buat. Jika hal tersebut terjadi jangan kecewa dan menjadi emosi, ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan dan tetap jaga hubungan yang baik dengan investor.

Hindari melakukan tindakan yang tidak sopan atau kurang tepat dengan investor akibat dari rasa kecewa tadi. Yang perlu diingat adalah, ketika startup Anda telah di blacklist oleh satu investor, informasi tersebut akan menyebar ke investor lainnya. Untuk itu jagalah hubungan baik dengan investor.

5 Cara Tepat Melakukan Pitching Startup

Sebelum Anda melakukan penggalangan dana ke investor yang sudah diincar, ada baiknya untuk mempelajari terlebih dahulu latar belakang, jenis startup favorit hingga jumlah investasi yang biasanya diberikan oleh calon investor tersebut. Hal ini penting untuk dilakukan, agar Anda sebagai Founder bisa mendapatkan gambaran dan tentunya latar belakang yang tepat untuk mulai melakukan pendekatan kepada investor. Artikel berikut ini akan mengupas 5 cara yang baiknya dilakukan untuk mendapatkan investor yang ideal untuk startup Anda.

Temukan investor yang tepat

Tidak semua investor memiliki kriteria yang sama dalam hal tahapan pendanaan startup yang mereka pilih. Beberapa investor hanya fokus untuk pendanaan seri A atau seed-funding. Cara terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan mengategorikan investor tersebut dalam 5 karakteristik berikut ini:

  • Tahapan investasi (seed, seri A, B, C)
  • Jumlah/nominal pendanaan
  • Berapa banyak investasi yang telah diberikan dalam 6 bulan terakhir
  • Kategori startup yang diminati
  • Lokasi sebagai fokus pendanaan

Kurasi cerita Anda

Kebanyakan Founder startup memiliki kebiasaan untuk menceritakan semua latar belakang, sejarah hingga visi dan misi startup kepada investor saat sedang melakukan pitching. Agar cerita Anda bisa terangkum dengan padat, jelas dan to the point, kurasi terlebih dahulu cerita Anda sebelum melakukan pitching di hadapan investor.

Lakukan pitching secara profesional

Saat melakukan pitching, Anda sebagai Founder harus memiliki dua mindset yang krusial, di antaranya adalah mengapa Anda orang yang paling tepat dan mengapa investor bersedia untuk memberikan investasi. Mulai pitching Anda dengan membuka presentasi dengan membahas traksi, pengguna, produk, kompetitor hingga tren di pasar.

Melihat gambaran secara keseluruhan

Cobalah untuk memberikan fakta serta latar belakang yang ‘masuk akal’ saat Anda melakukan pitching dengan investor. Hindari penyampaian yang terlalu berlebihan atau terlalu membanggakan ide Anda sendiri. Pastikan Anda mengerti bisnis yang ingin Anda jalankan secara luas. Sebagai Founder Anda juga bertanggung jawab untuk memberikan gambaran siapa saja kompetitor startup Anda, pasar yang diincar, manajemen keuangan, legalitas hingga kebijakan.

Follow-up usai pitching

Tidak semua startup mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan investor, jika startup Anda berhasil melakukan pertemuan dan pitching langsung dengan investor jangan lupa untuk melakukan follow-up kepada pihak investor usai pitching dilakukan. Cara-cara sederhana yang bisa dilakukan di antaranya adalah mengucapkan terima kasih, mengirimkan informasi lanjutan, hingga mengatur pertemuan selanjutnya.

Enam Cara Mendapatkan Investor untuk Pendanaan Startup

Pertanyaan yang satu ini pasti sering dilontarkan oleh para pendiri startup yang berencana meluncurkan startup atau bersiap untuk melakukan penggalangan dana, bagaimana cara terbaik untuk bertemu dengan para investor?

Tidak semua pendiri startup memiliki jaringan hingga mentor yang cukup berpengaruh dan memiliki nama besar untuk mendukung bisnis yang akan dikembangkan, masih banyak pendiri startup yang bukan berawal dari lingkungan startup, tidak memiliki latar belakang bisnis hingga tidak mengenal jaringan investor lokal hingga asing. Artikel berikut ini membantu Anda pendiri startup yang hingga kini masih kesulitan untuk bertemu dengan para investor lokal hingga asing untuk mendanai startup.

Kompetisi startup

Saat ini sudah banyak kegiatan atau kompetisi yang diinisiasi oleh venture capital, korporasi hingga perusahaan. Manfaatkan acara tersebut untuk Anda pendiri startup berkenalan dan tentunya mempromosikan produk yang dimiliki. Jika startup Anda belum beruntung lolos sebagai finalis, tetap datang dan berkenalan dengan investor yang pastinya akan hadir di kegiatan tersebut.

Angel network 

Saat ini sudah banyak grup investor perorangan yang meluncurkan angel network atau jaringan angel investor untuk membantu startup baru yang membutuhkan modal usaha di awal berdirinya startup. Angel network di Indonesia yang bisa didekati di antaranya adalah Angel Investor Network Indonesia (Angin) yang secara aktif memberikan investasi kepada startup baru yang memiliki potensi menjadi besar.

Situs crowdfunding

Cara lain yang bisa dilakukan untuk startup mendapatkan modal awal adalah melalui situs crowdfunding. Saat ini sudah banyak situs crowdfunding lokal hingga asing yang memberikan kesempatan untuk startup baru mendapatkan modal dengan cara crowdfunding. Masing-masing situs crowdfunding memiliki sistem dan cara tersendiri bagaimana mereka mengelola proses crowdfunding. Idealnya pelajari dan temukan situs crowdfunding yang sesuai dengan startup Anda.

Inkunbator dan akselerator

Selain kompetisi cara lain yang bisa dicermati ketika waktunya menemukan investor yang tepat adalah dengan mengikuti program akselerator atau inkubator. Sebelum startup Anda bersiap untuk mengikuti program ini, pastikan produk dan model bisnis telah dimiliki dan pastinya memiliki potensi untuk tampil lebih unggul dengan startup lainnya yang juga berlomba-lomba ingin menjadi bagian dari program inkubator dan akselerator yang ada.

Platform pinjaman peer-to-peer

Dengan makin ketatnya peraturan yang diterapkan oleh bank juga venture capital, memanfaatkan platform lending peer-to-peer nampaknya bisa dijadikan pilihan utama. Saat ini sudah banyak startup hingga perusahaan keuangan yang menawarkan pinjaman dengan konsep peer-to-peer. Selain peraturan lebih mudah, proses peminjaman seperti ini juga lebih cepat untuk dilakukan.

Perusahaan ekuitas swasta

Banyak yang menganggap pilihan yang satu ini sebagai cara yang tradisional untuk mendapatkan pendanaan dari investor. Perusahaan ekuitas swasta biasanya akan memberikan akses berupa dana yang bervariasi, mulai dari jumlah ribuan hingga jutaan dollar, khususnya untuk startup baru yang masih dalam early stage dari berbagai industri dan memiliki potensi untuk berkembang.

Investor Beberkan Alasan Pengetatan Seleksi Pemberian Pendanaan

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia adalah negara di kawasan Asia Tenggara yang cukup kebanjiran investor, baik lokal maupun asing, yang antusias untuk berinvestasi di startup yang makin menjamur jumlahnya. Meskipun masih dianggap pasar yang sangat potensial, perlahan investor mulai memperketat kebijakannya dalam memberikan pendanaan, terutama tahun ini. Apa pasalnya?

Dalam 3 tahun terakhir, sejumlah investor menggelontorkan uang dengan jumlah besar kepada startup di tahap lanjutan, misalnya  Emtek untuk Bukalapak (kabarnya sekitar Rp 433 Miliar), Softbank Internet Media (SIMI) dan Sequoia Capital untuk Tokopedia sebesar Rp 1,3 triliun, dan Sequoia Capital untuk Go-Jek yag rumornya mencapai Rp 260 miliar. Kini para investor mulai membatasi jumlah uang yang dikucurkan dan melakukan seleksi ketat terhadap startup yang mengajukan pendanaan.

Alasan utama mengapa pada akhirnya investor “mengencangkan ikat pinggang” adalah karena di antara startup yang telah mendapatkan pendanaan dengan jumlah yang besar, masih sedikit yang pada akhirnya mendapatkan keuntungan dan kesuksesan bisnis dalam jangka panjang.

Masih tingginya ‘burn rate’, profit yang tidak stabil, hingga revenue yang masih rendah merupakan permasalahan yang banyak ditemui startup secara global, tidak hanya di Indonesia.

“Kalau Ideosource sendiri memang selalu memperhatikan rencana business model dan revenue dari awal ketika memilih porftolio, meskipun revenue tidak harus terjadi sebelum atau di awal masa investasi. Bisa saja masih berupa rencana di masa depan,” kata VP Business Development Ideosource Andrias Ekoyuono.

Dalam hal ini startup bertanggung jawab untuk memberikan keyakinan kepada investor untuk bisa memenuhi target serta perjanjian yang sejak awal telah dibuat, apakah nantinya produk tersebut bisa mendapatkan traksi hingga jumlah pengguna yang cukup banyak. Yang paling penting startup harus bisa menjalankan bisnisnya dengan stabil.

E-commerce masih menjadi sektor favorit investor

Meskipun investor melakukan penyeleksian ketat untuk pemberian investasi, satu sektor yang masih menjadi primadona dan selalu diminati oleh investor adalah e-commerce. Besarnya potensi layanan e-commerce apa pun untuk menjadi besar, menjadi alasan utama mengapa pada akhirnya banyak investor lokal hingga asing yang bersemangat untuk memberikan kucuran dana segar baru atau tahapan selanjutnya di sektor ini.

“Hingga kini e-commerce dan marketplace masih menarik perhatian para investor karena unit ekonomi yang makin meningkat dan stabilnya bisnis e-commerce bukan hanya sekedar momentum saja,” kata Founder & Managing Partner Convergence Ventures Adrian Li.

Hal tersebut juga ditegaskan Senior Associate MDI Ventures Kenneth Li usai pendanaan untuk layanan e-commerce enabler Thailand aCommerce.

”Alasan yang kami lihat [untuk berivestasi] adalah bahwa e-commerce belum melihat tanda-tanda melambat di Indonesia dan bagian dari pertumbuhan ini melibatkan infrastruktur yang mendukung bisnis e-commerce. Cina memiliki sekitar 9% penetrasi e-commerce, tetapi di Indonesia hanya sekitar 1%. Kami percaya bahwa semua infrastruktur pendukung pertumbuhan harus dibangun juga [logistik, pembayaran, dan lainnya].”

Ideosource sendiri adalah investor lokal yang pada bulan November 2015 silam berani memberikan investasi kepada layanan e-commerce Bhinneka senilai Rp 300 miliar. Bagi Ideasource, pendanaan yang diberikan kepada Bhinneka merupakan pendanaan terbesar yang pernah dikucurkan.

“Bukan hanya ketika memilih startup yang masih tahap awal, Ideosource juga memperhatikan hal-hal tersebut ketika memilih portfolio dengan jumlah investasi cukup besar seperti pada Bhinneka.com, yang saat ini merupakan perusahaan e-commerce besar yang sudah terbukti sustainable dan profitable,” kata Andrias.

Ketika startup telah menunjukkan kemajuan (traksi) yang cepat dan mampu mempertahankan model bisnis yang ada dan memiliki rencana yang baik untuk skalabilitas, investor tidak akan segan untuk memberikan dana dalam jumlah besar.

Jika saat ini Anda melihat peluang startup Anda mendapatkan investasi masih kecil, bukan berarti produk yang dimiliki tidak baik atau kurang populer di kalangan investor. Idealnya coba untuk mengkoreksi dan memperhatikan dengan benar, apakah produk Anda profitable, memiliki pengguna yang loyal dan aktif, dan pastinya bisa bertahan lama. Kesempatan untuk mendapatkan pendanaan dalam jumlah besar terbuka lebar jika Anda bisa membuktikan startup memiliki masa depan yang cerah.

“Diharapkan semua entrepreneur bisa mengelola keuangan dengan baik paling tidak memiliki simpanan hingga 6 bulan kedepan dan melanjutkan penggalangan dana. Hal ini yang wajib diperhatikan oleh early-stage startup,” tutup Adrian.

KK Fund Siapkan Fund II untuk Pendanaan Startup Asia Tenggara, Hong Kong, dan Taiwan

KK Fund yang berbasis di Singapura mengumumkan telah menutup pendanaan Fund II, meski tidak mengungkapkan berapa besaran dana kelolaannya. Fund II ditargetkan untuk mendanai startup di tahapan awal (pre-seed dan seed) di kawasan Asia Tenggara, Hong Kong, Taiwan.

General Partner KK Fund Koichi Saito kepada DailySocial mengatakan, “Fund pertama kami biasanya memberikan $200 ribu [sekitar Rp 2,6 miliar] untuk tiap startup. Untuk yang kali ini, ukuran pendanaan tiap startup lebih besar, $400-500 ribu [sekitar Rp 5,2-6,5 miliar] di tahapan pre-seed dan seed.”

KK Fund II akan meneruskan fokus pencarian startup di segmen Marketplace, Fintech, Logistics, dan Media/Entertainment. Fund tahap pertama secara total berinvestasi di 13 startup. Startup Indonesia yang memperoleh pendanaan dari KK Fund adalah Fabelio.

Sejumlah investor baru yang masuk dalam Fund II antara lain Saga Sammy Holdings, Septeni Holdings, Mistletoe, sejumlah perusahaan keluarga dan individu yang berasal dari Jepang.

Saito dalam rilisnya menyebutkan, “Kemampuan KK Fund untuk menilai startup tahap awal dan kekuatannya sesuai dengan keinginan investor kami untuk [menangkap] peluang yang terus berkembang di kawasan ini dan akan terus menjadi faktor kunci untuk meningkatkan pertumbuhan kami.”

Saito sebelumnya adalah Direktur IMJ Investment Partner yang juga telah berinvestasi di sejumlah startup Indonesia.

KK Fund juga menginformasikan bergabungnya Honma, Co-Founder dan General Partner Incubate Fund, sebagai Partner. Sebelum mendirikan Incubate Fund, Honma mendirikan dan menjalankan pengembang permainan mobile Pokelabo, mengelola angel fund selama 5 tahun, dan juga bekerja di firma investasi Mitsubishi Corporation Group.

 

Beberapa Hal yang Dilirik Investor dari Sebuah Startup

Beberapa startup membutuhkan investor untuk membantu mengakselerasi bisnisnya. Biasanya jika memang menargetkan ingin mendapatkan investor startup sudah menyiapkannya jauh-jauh hari. Bahkan tidak jarang pula mempelajari bagaimana cara mendapatkan perhatian para investor. Ada beberapa hal yang menjadi fokus investor, yang paling sering disebut-sebut adalah soal founder dan timnya. Juga mengenai momen dan ketepatan peluncuran produk atau layanan.

Founder dan tim adalah salah satu hal yang sudah pasti diperhatikan oleh para investor. Rekam jejak founder dalam dunia bisnis maupun pendidikannya bisa menjadi hal yang sangat berpengaruh bagi keputusan investor, demikian juga dengan tim. Startup yang baik di dalamnya terpelihara iklim kerja yang bagus. Hal ini bisa menjadi fondasi yang bagus bagi startup untuk berkembang.

Selanjutnya hal yang bisa menarik perhatian investor adalah mengenai kejelasan, baik tujuan atau pasar yang dituju, dan juga kejelasan mengenai permasalahan apa yang ingin diselesaikan dengan produk atau layanan yang dijalankan. Hal ini cukup krusial mengingat ini berisi hal yang paling mendasar dari didirikannya sebuah startup. Berkaitan juga dengan bisnis model jangka panjang yang bisa diterapkan atau tidak. Termasuk momentum kapan produk atau layanannya diluncurkan.

Tidak dapat dipungkiri matriks seperti penjualan, pertumbuhan pengguna, dan loyalitas pengguna memiliki pengaruh besar dalam keputusan investor. Data-data tersebut dijadikan bahan riset untuk melihat sejauh mana startup berkembang sekaligus memprediksikan sampai sejauh mana perkembangan startup satu atau dua tahun setelah ini.

Faktor selanjutnya adalah mengenai valuasi. Jika saat presentasi di hadapan investor Anda terlalu tinggi menetapkan nilai valuasi perusahaan Anda ini akan membawa dampak negatif. Tidak hanya terhadap startup, tetapi juga Anda. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang angel investor Basil Peter, menurutnya over-valuation merupakan salah satu masalah paling umum yang dihadapi seorang investor. Hal ini terjadi karena biasanya founder terlalu terburu-buru untuk mendapatkan sesuatu yang besar di awal.

Pendiri dan Tim Menjadi Salah Satu Pertimbangan Investor Saat Memutuskan Berinvestasi

Bagi founder (pendiri) atau co-founder startup yang masih mencari dana dari para investor, selain harus menyiapkan diri sebaik mungkin, mengetahui apa yang ada di kepala investor adalah hal paling wajib lainnya. Para investor tidak hanya memandang dari keuntungan atau pasar dari startup baru yang akan mereka berikan suntikan dana, orang-orang yang menjalankan startup tersebut juga memberikan pengaruh atas keputusan jadi tidaknya investasi diberikan.

Dalam rangkuman percakapan Product Hunt Live Chat yang dirangkum oleh Founder Product Hunt Ryan Hoover dalam sebuah tulisan di akun LinkedIn pribadinya, disebutkan bahwa banyak investor melihat startup dari siapa-siapa yang ada di baliknya.

Team, team, team, market, team,” ujar General Partner Upfront Ventures ketika ditanya untuk menyebutkan secara singkat tentang pertimbangannya saat memberikan investasi.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Partner Venrock David Pakman. Menurutnya sebelum menentukan investasi di suatu startup ia berusaha keras untuk memastikan pendiri dan tim yang di belakangnya pantas dan berpotensi menjadi besar dalam beberapa tahun ke depan.

Beberapa karakteristik mendasar dari founder juga diperhitungkan oleh para investor. Seperti obsesinya, latar belakang pendidikan dan kemampuannya menyelesaikan masalah-masalah yang ada.

Soal latar belakang ini biasanya menjadi pertanyaan banyak orang. Seperti seberapa pentingnya founder memiliki latar belakang yang sama dengan solusi yang mereka tawarkan. Di jelaskan Partner First Round Capital, pengalaman founder di bidang yang sama dengan produk atau solusi yang ditawarkan tidak terlalu penting. Bahkan terkadang orang-orang yang berada di industri yang sama selama beberapa puluh tahun justru memiliki sudut pandang yang biasa dan cenderung tidak bisa mengambil peluang.

Berbeda dengan mereka yang berada di luar industri. Mereka punya sudut pandang sebagi orang awam dan tentu bisa mengidentifikasi kebutuhan yang pengguna lainnya inginkan. Amazon misalnya, tidak didirikan oleh orang yang berada di industri buku. Demikian juga AirBnB yang juga tidak didirikan oleh orang-orang dengan pengalaman di bidang hotel.

Pendiri yang tidak memiliki kemampuan teknis pun masih dipertimbangkan para investor. Founder 500 Startups Dave McClure menjelaskan tidak masalah jika founder startup tidak memiliki kemampuan teknis. Hanya saja mereka setidaknya memiliki satu atau lebih dari kemampuan dalam kategori membuat produk (desain visual atau kode), menjual produk, atau mengelola dan menumbuhkan tim. Dave juga melihat potensi pertumbuhan dan akuisisi pelanggan sebagai pertimbangan sebelum ia memutuskan untuk berinvestasi di salah satu startup.