Benar-benar Tiba di App Store, Google Assistant Tantang Siri

Seperti yang sudah diprediksi sebelumnya, bertepatan dengan gelaran Google I/O, raksasa internet Google akhirnya secara resmi meluncurkan aplikasi AI pintarnya, Assistant ke platform iOS. Mulai hari ini, pengguna iPhone dengan iOS 9.1 yang berlokasi di Amerika Serikat sudah bisa mengunduh asisten digital pintar itu dari App Store.

Keputusan Google menghadirkan Assistant ke platform milik salah satu rival terberatnya dinilai sebagai sebuah langkah cerdas mengingat persaingan teknologi kecerdasan buatan sudah semakin ketat. Di sisi lain, Apple tak kunjung melakukan perbaikan untuk Siri, satu-satunya jagoan yang diharapkan dapat menghalau kedigdayaan Google Assistant. Situasi ini menjadi celah bagi Google untuk mengesankan pengguna iOS, mempertontonkan kelebihannya langsung di depan mata pengguna iPhone.

Keunggulan Google Assistant terhadap Siri tidak hanya di atas kertas. Asisten pintar yang pertama kali debut di Google Pixel dan Allo ini mampu melakukan berbagai tugas yang dalam praktiknya tidak disanggupi oleh Siri. Misalnya, ia dapat membantu Anda memutar musik langsung dari aplikasi musik yang paling disukai pengguna, mengajarkan pengucapan kata dalam bahasa yang berbeda, merespon pertanyaan dengan akurat, memutar film dari Chromecast dan lain sebagainya. Dan tak seperti Siri, Google Assistant bisa merespon input berbasis teks, sehingga pengguna tak harus mengucapkan perintah yang didengar oleh orang lain.

screen696x696

Namun ada satu celah yang membuat Google Assistant menjadi kurang praktis. Tak seperti Google Now di Android atau di Allo, Google Assistant untuk iOS berwujud aplikasi mandiri yang terpisah sehingga untuk menggunakannya pengguna harus menjalankan aplikasinya terlebih dahulu, bukan dengan mengucapkan Ok Google seperti di platform lainnya.

Pengguna iPhone yang mulai jatuh cinta dengan Google Assistant juga tampaknya belum bisa menjadikannya sebagai asisten digital utama menggantikan Siri. Hal ini dikarenakan arsitektur iOS tidak memungkinkan skenario itu dilakukan.

Sumber berita PhoneArena.

Google Assistant Segera Meluncur ke Platform iOS?

Kita tahu Google memboyong aplikasi mesin pencarinya ke iOS satu paket dengan Google Now – asisten virtual pintar yang bisa dimanfaatkan mencari dan melakukan berbagai perintah. Kini, banyak orang bertanya-tanya bagaimana cara Google mengemasi asisten virtual barunya, Google Assistant ke dalam platform yang sama tersebut. Nah, menurut yang dilaporkan oleh AndroidPolice, Google Assistant memang akan diluncurkan ke iOS, tetapi dalam wujud aplikasi mandiri, tidak dalam kemasan Google Search atau sejenisnya.

Seperti apa yang dilaporkan oleh AndroidPolice, aplikasi Google Assistant untuk iOS akan menampilkan tatap muka bergaya chat seperti yang disuguhkan oleh aplikasi Allo. Artinya, pengguna bakal berinteraksi dengan otak kecedasan buatan di Assistant menggunakan format teks, bukan suara. Namun opsi perintah suara disebut tetap akan disediakan untuk pengguna yang memerlukannya.

Pengumuman Google Assistant untuk iOS dipercaya akan terealisasi di ajang Google I/O yang sebentar lagi akan digelar. Manuver ini cukup masuk akal mengingat Google Assistant SDK sudah mulai dibuka untuk para pengembang beberapa waktu yang lalu. Catatan penting lainnya, seperti kebanyakan aplikasi asisten virtual, Google Assistant untuk iOS baru akan bisa dipergunakan oleh pemilik iPhone di kawasan Amerika Serikat.

Rencana Google membidik pengguna iOS merupakan langkah strategis yang diambil demi penguatan ekosistem semata. Perlu diketahui bahwa Microsoft sudah lebih dulu menghadirkan Cortana untuk iOS, memungkinkan pengguna untuk memperoleh asistensi yang sebelumnya secara eksklusif ditemukan di perangkat Microsoft. Apabila Google benar-benar menghadirkan Assistant untuk perangkat iOS, maka ini akan menyempurnakan cakupan ekosistem mereka yang sudah menjangkau platform beragam mulai dari Google Pixel, Google Home, aplikasi Allo dan ke depan pastinya ke perangkat Android secara meluas.

Sumber berita Softpedia dan gambar header Google.

Lighthouse Adalah Kamera Pengawas dengan Teknologi Sekelas Mobil Tanpa Sopir

Kamera pengawas yang dapat membedakan hewan peliharaan dari anak kecil maupun pencuri terdengar seperti properti dalam sebuah film sci-fi. Namun perkembangan teknologi computer vision yang begitu pesat sangat berpengaruh terhadap realisasi produk yang kita anggap fiktif itu tadi.

Buktinya adalah Lighthouse, sebuah kamera pengawas canggih dengan integrasi teknologi 3D sensing, deep learning sekaligus artificial intelligence (AI). Pengembangnya merupakan binaan Playground, sebuah inkubator teknologi yang didirikan oleh Andy Rubin setelah beliau meninggalkan Google. Siapa itu Andy Rubin? Anda pasti belum pernah membaca sejarah Android.

Lighthouse mengerti apa yang sedang dilihatnya dan mampu mengidentifikasi objek yang berbeda / Lighthouse AI
Lighthouse mengerti apa yang sedang dilihatnya dan mampu mengidentifikasi objek yang berbeda / Lighthouse AI

Kembali ke Lighthouse itu sendiri, perangkat ini bukan sembarang kamera pengawas berbekal konektivitas Wi-Fi. Ia sanggup mendeteksi objek yang sedang diawasinya secara akurat. Contoh yang paling gampang, ia tahu kalau yang sedang tidur-tiduran di depan pintu masuk rumah adalah anjing kesayangan Anda dan bukan putra bungsu Anda.

Kepintaran Lighthouse akan semakin terasa ketika Anda mencoba untuk memonitor hasil rekamannya. Di sini Anda bisa melontarkan pertanyaan sederhana seperti, “Siapa yang tadi pagi berdiri di pintu bersama anjing?”, atau yang lebih kompleks seperti, “Jam berapa anak-anak saya pulang hari Selasa lalu?”

Orang maupun hewan peliharaan yang Anda tanyakan akan di-highlight dalam warna biru dan kuning / Lighthouse AI
Orang maupun hewan peliharaan yang Anda tanyakan akan di-highlight dalam warna biru dan kuning / Lighthouse AI

Selanjutnya, Lighthouse akan memberikan jawaban dalam bentuk video dimana orang maupun hewan yang Anda tanyakan itu tadi telah di-highlight dalam warna yang berbeda. Semua ini disimpan dalam jaringan cloud dan dienkripsi, sehingga apapun yang terjadi Anda tetap punya arsip yang lengkap.

Anda bahkan bisa menginstruksikan Lighthouse untuk mengaktifkan fitur-fitur tertentu pada berbagai skenario. Contohnya, Anda bisa meminta Lighthouse untuk mengirim notifikasi ketika anak-anak Anda belum pulang lewat jam 4 sore.

Lighthouse menggunakan teknologi 'penglihatan' mirip seperti yang ada pada mobil tanpa sopir / Lighthouse AI
Lighthouse menggunakan teknologi ‘penglihatan’ mirip seperti yang ada pada mobil tanpa sopir / Lighthouse AI

Teknologi yang digunakan Lighthouse sejatinya mirip seperti teknologi yang digunakan pada mobil kemudi otomatis, dimana mobil dapat mengenali sekaligus membedakan objek di depan mereka dan bertindak menyesuaikan skenarionya. Pada kenyataannya, dua pendiri Lighthouse sebelumnya bisa dikatakan sebagai pionir pengembangan teknologi kemudi otomatis.

Saat ini Lighthouse masih dalam tahap akhir pengembangan sebelum siap dipasarkan mulai bulan September mendatang. Pengembangnya sudah menerima pre-order seharga $399 dengan bonus biaya berlangganan selama dua tahun, $499 selama empat tahun, dan $599 selama enam tahun. Setelahnya, Anda harus membayar biaya berlangganan sebesar $10 per bulan.

Sumber: Fast Company.

Berkat Amazon Echo Look, Alexa Siap Menjadi Konsultan Busana Pribadi Anda

Keluarga speaker pintar Amazon Echo resmi kedatangan anggota baru, Echo Look. Berkat Echo Look, asisten virtual Alexa pun ikut bertambah pintar; ia sekarang tak hanya bisa mendengar Anda saja, tapi juga melihat dan menilai penampilan Anda.

Keunggulan utama Echo Look terletak pada kamera depth-sensing miliknya. Dibantu oleh sederet LED flash, kamera ini siap mengambil foto Anda secara menyeluruh sehingga koleksi selfie Anda tidak lagi berisikan wajah, wajah dan wajah saja. Video pendek pun juga bisa diambil, semuanya hanya dengan mengucapkan ‘mantra’ “Alexa, take a picture” atau “take a video.

Akan tetapi bagian yang paling mencuri perhatian adalah fitur bernama Style Check. Berkat fitur ini, Echo Look beserta Alexa pada dasarnya bisa beralih peran menjadi konsultan busana pribadi Anda. Caranya, cukup dengan mengambil dua foto dengan busana yang berbeda.

Berkat Echo Look, koleksi selfie Anda tidak lagi berisi wajah melulu / Amazon
Berkat Echo Look, koleksi selfie Anda tidak lagi berisi wajah melulu / Amazon

Dari situ, algoritma machine learning beserta input dari para ahli fashion akan mencoba menilai gaya penampilan mana yang paling cocok buat Anda berdasarkan sejumlah faktor, seperti misalnya warna, ukuran, model maupun tren terkini.

Sebelum Anda khawatir perihal privasi, Amazon telah membekali Echo Look dengan tombol untuk menonaktifkan mikrofon sekaligus kameranya. Selebihnya, fungsi Echo Look kurang lebih sama seperti kedua saudaranya, dimana Anda dapat mengakses berbagai informasi menggunakan perintah suara.

Untuk sekarang, Amazon Echo Look baru tersedia secara terbatas untuk konsumen yang telah mendapatkan undangan saja. Banderol harganya sendiri dipatok di angka $200, lebih mahal $20 dari Echo standar.

Sumber: TechCrunch.

Prediksi Serangan Jantung, Teknologi Kecerdasan Buatan Lebih Akurat Ketimbang Dokter

Meski selalu didahului dengan sejumlah gejala, namun banyaknya kasus kematian mendadak menjadi bukti bahwa memprediksi serangan jantung secara akurat bukanlah pekerjaan yang mudah, bahkan bagi seorang dokter ahli sekalipun. Dokter dibekali pengetahuan dan pengalaman dalam menilai faktor resiko dan memberikan peringatan dini kepada pasien akan resiko serangan jantung, tapi tampaknya teknologi komputer menawarkan solusi yang lebih baik dan akurat.

Sekelompok peneliti dari University of Nottingham telah mengembangkan program komputer yang diklaim mampu memprediksi serangan jantung lebih baik dari pada dokter. Algoritma tersebut bekerja dengan mengolah rekam medis pasien dan mengembangkan sendiri kriteria-kriteria faktor resiko melampaui standar yang ditetapkan oleh American College of Cardiology atau American Heart Association.

Adapun kriteria-kriteria yang diidentifikasi oleh American Heart Association meliputi beberapa faktor resiko seperti usia, tekanan darah dan obesitas. Makin tinggi nilai yang diperoleh maka makin tinggi pula peluang seseorang terkena serangan jantung. Kriteria ini menjadi panduan bagi para dokter ahli di Amerika. Namun teknologi komputer ini menawarkan pendekatan berbeda dan menemukan ruang untuk melakukan peningkatan yang tidak dapat dilakukan oleh manusia.

Dalam study ini, peneliti membandingkan kriteria rancangan AHA/ACC dengan empat jenis algoritma kecerdasan buatan yang mereka bangun, yaitu random test, logistic regression, gradien boosting dan terakhir, neural networks. Keempat teknologi kecerdasan buatan ini mampu belajar, kemudian menganalisa data dalam jumlah besar untuk membuat prediksi tanpa campur tangan manusia. Sedikitnya ada 378,256 rekam medis yang diolah oleh sistem. 78% data tersebut akan diolah oleh keempat metode, di mana masing-masing sistem mencoba menemukan pola dan membuat kriterianya sendiri, kemudian mengujinya ke rekam medis yang tersisa.

Hasilnya, keempat program mampu melampui akurasi yang dibuat oleh dokter menggunakan panduan dari AHA/ACC, di mana metode menggunakan neural networks mampu memprediksi dengan benar 7.6% lebih sering ketimbang kriteria AHA dan ACC, dan hanya dengan 1,6% tingkat kesalahan. Artinya, dari 83.000 sampel yang diolah, 355 orang pasien bisa diselamatkan.

Sumber berita Science dan gambar header Pixabay.

Adobe Pamerkan Aplikasi Mobile yang Bisa Memperbaiki Foto Selfie

Machine learning atau mesin pembelajaran merupakan salah satu ide cemerlang yang bakal membuat piranti lunak makin berdaya guna dan pintar. Walhasil, aplikasi-aplikasi tersebut secara otomatis memberikan lebih banyak opsi dan kemudahan kepada para pengguna. Facebook, Google, Microsoft dan sejumlah perusahaan teknologi papan atas dunia sudah mulai serius dan fokus mengembangkan teknologi ini. Dan Adobe rupanya tak ingin duduk di kursi belakang sebagai penonton.

Baru-baru ini Adobe merilis video demonstrasi cara kerja sebuah aplikasi mobile yang mempunyai kemampuan memperbaiki jepretan foto selfie menggunakan teknologi kecerdasan buatan dan machine learning. Aplikasi tersebut menggunakan platform AI bernama Adobe Sensei yang pertama kali diumumkan pada bulan November 2016 lalu. Platform yang sama digunakan di tool Creative Cloud dan layanan Marketing and Document Cloud.

Dalam video berdurasi 1 menit-an tersebut Adobe menunjukkan potensi kapabilitas yang dipunyai Sensei sebagai aplikasi edit foto pintar di perangkat smartphone. Video tersebut mempertontonkan bagaimana aplikasi yang belum punya nama itu memperbaiki foto selfie yang diabadikan melalui kamera.Video demo menayangkan bagaimana pengguna dapat menambahkan background blur dengan tingkatan yang diinginkan, menyesuaikan sudut pandang dengan menggeserkan kepala di dalam foto dan bahkan memperbaiki distorsi lensa sehingga membuat foto terlihat lebih akurat.

Bukan hanya itu, pemeran dalam video tersebut juga memperlihatkan bagaimana ia mengaplikasikan Style yang dapat ditemukan di dalam platform dengan hanya sekali sentuh. Hebatnya lagi, pengguna bahkan dapat mereplikasi sebuah foto dan menerapkannya ke foto selfie dirinya. Fitur ini disebut dengan Style Transfer. Foto sampel bahkan dapat dicari di platform yang berbeda, misalnya Google Image. Pengguna cukup menyentuh foto yang ia sukai, kemudian aplikasi Adobe akan menyalin dan menerapkannya ke foto selfie pengguna. Mengesankan, bukan?

Hampir sebagian besar fitur yang ada di video teaser ini sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Adobe. Tetapi, kala itu diterapkan dengan menggunakan perangkat komputer desktop. Ini adalah kali pertama Adobe mendemonstrasikan kemampuan tersebut di sebuah perangkat smartphone.

Kendati terlihat matang dan siap pakai, namun belum jelas kapan dan apakah Adobe berencana merilis aplikasi inovatifnya tersebut ke publik dalam waktu dekat.

Sumber berita Techcrunch, Gizmodo dan gambar header Adobe.

AI Buatan Facebook, M, Resmi Menyapa Pengguna Messenger

Pada bulan Agustus 2015, Facebook memperkenalkan M, asisten virtual bertenaga AI yang kurang lebih memiliki fungsi serupa seperti Siri atau Cortana. Awalnya cuma berupa eksperimen kecil, Facebook kini sudah siap meluncurkannya untuk pengguna di Amerika Serikat.

M menyapa pengguna Messenger secara tidak langsung, tidak seperti Siri atau Cortana yang blak-blakan memberikan pertanyaan kepada kita. M bekerja secara proaktif di balik layar, merekomendasikan konten dan fitur-fitur yang relevan selagi pengguna sedang berkomunikasi satu sama lain.

Contoh yang paling sederhana, saat Anda sedang berpamitan dengan lawan bicara, M akan menampilkan deretan sticker berpesan “Thank you” atau “Bye-bye”. Kalau Anda merasa itu kurang relevan, abaikan saja. Facebook juga membebaskan pengguna untuk menonaktifkan M secara total lewat menu pengaturan Messenger.

Sejatinya ada banyak skenario dimana M bisa menyodorkan bantuannya. Saat Anda sedang mendiskusikan rencana ketemuan misalnya, akan muncul logo M diikuti oleh tombol “Start Plan”. Dari situ Anda bisa melengkapi detailnya, dan M akan membuatkan reminder secara otomatis buat Anda dan lawan bicara Anda.

Dalam konteks percakapan grup, M dapat membantu Anda membuatkan polling sehingga semua bisa memberikan input terkait rencana ketemuan tadi. Selanjutnya, M juga dapat memberikan rekomendasi “Get A Ride” via layanan seperti Uber atau Lyft.

M juga bisa memahami ketika Anda sedang membicarakan mengenai pembayaran, lalu memberikan opsi untuk mengirim atau meminta uang dengan mudah. Terakhir, Anda juga bisa memanfaatkan M untuk membagikan lokasi Anda dalam percakapan.

Meski untuk sementara baru tersedia di AS saja, Facebook berjanji untuk menghadirkan M ke hadapan pengguna di negara-negara lainnya. Prosesnya mungkin cukup lama, mengingat M harus bisa mengakses database konten lokal supaya bisa berfungsi dengan baik.

Sumber: Facebook.

Duo Adalah Cermin Pintar Berbekal Sistem Kecerdasan Buatan

Film Iron Man yang dirilis di tahun 2008 banyak menginspirasi imajinasi kita akan gadget masa depan. Di saat kita baru mengenal iPhone selama setahun, Iron Man menunjukkan kalau asisten virtual berbasis AI bakal berperan besar dalam perkembangan teknologi. Sekarang, kita sudah punya Siri, Alexa, Google Assistant, dan yang paling baru, Bixby.

Saya yakin Iron Man juga merupakan salah satu film favorit startup asal New York bernama Duo AI berikut. Mereka menciptakan sebuah cermin pintar dengan pengoperasian berbasih sentuh dan perintah suara. Sontak saya teringat dengan adegan yang menunjukkan isi rumah mewah Tony Stark, dimana jendela panoramiknya dapat menampilkan berbagai macam info, dan Jarvis yang menjadi otak dari segalanya.

Semua komponen elektronik Duo tersimpan dalam kotak kecil ini / Duo AI
Semua komponen elektronik Duo tersimpan dalam kotak kecil ini / Duo AI

Oke, perangkat bernama Duo ini pastinya belum secanggih itu. Secara mendasar ia merupakan komputer mini yang tersambung ke layar 27 inci beresolusi full-HD. Layar ini begitu reflektif, hingga akhirnya bisa berperan sebagai cermin.

Namun peran sebenarnya jauh lebih besar dari itu. Duo ingin menjadi pusat kendali rumah Anda lewat integrasi perangkat smart home, memungkinkan Anda mengontrol thermostat atau lampu via sentuhan pada layar maupun perintah suara. Mengecek informasi seperti ramalan cuaca atau berita terkini juga bisa dilakukan sembari Anda berdandan.

Duo didampingi oleh asisten virtual bernama Albert, yang saya yakin namanya diambil dari pelayan pribadi Bruce Wayne, alter-ego dari Batman. Panggil namanya, maka Albert siap menjalankan perintah Anda, mulai dari memutar playlist Spotify sampai video YouTube.

Tidak ada informasi mendetail mengenai sistem operasi yang Duo jalankan, tapi saya menduga Android yang telah dimodifikasi. Duo dibekali dengan sejumlah aplikasi, tapi pengembangnya juga akan menyematkan app store beserta SDK-nya agar developer pihak ketiga juga bisa memberikan kontribusi.

Duo rencananya akan dipasarkan mulai bulan Oktober mendatang, namun pengembangnya sudah menerima pre-order dengan harga $399 – harga retail-nya dipatok $200 lebih mahal. Jujur pertama-tama saya cukup skeptis dengan Duo, tapi setelah melihat video demonstrasinya di bawah dan bukan yang berupa iklan tadi, sepertinya perangkat ini dapat terealisasi sesuai visi pengembangnya.

Sumber: Wareable dan Duo AI.

Flickr Permudah Pencarian Gambar Lewat Fitur Similarity Search

Dengan koleksi miliaran foto, sudah sewajarnya apabila Flickr terus berupaya menyediakan cara baru untuk mempermudah proses pencarian gambar di situsnya. Selama ini, kita sudah diberi sejumlah tool seperti filter warna atau style guna melakukan pencarian yang lebih spesifik. Sekarang, giliran artificial intelligence (AI) yang berperan.

Flickr baru-baru ini memperkenalkan sebuah fitur bernama Similarity Search. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan pengguna untuk mencari gambar yang mirip secara visual dengan suatu gambar yang ditunjuknya, entah itu seekor kucing dari spesies tertentu atau malah sebuah mobil klasik dari tahun tertentu.

Menariknya, pengguna tidak perlu menambahkan kata kunci atau filter khusus untuk melakukan pencarian semacam ini. Dari hasil pencarian, cukup arahkan kursor mouse ke salah satu gambar, lalu klik menu “…” yang muncul di atas kanan dan pilih opsi “Search for similar photos”. Setelahnya, biarkan AI yang bekerja.

Sistem yang dirancang Flickr akan menganalisa gambar tersebut sebelum menyajikan deretan gambar lain yang serupa. Teknologi yang sama sebenarnya sudah Flickr terapkan sejak lama untuk menentukan apakah sebuah gambar tergolong NSFW (not safe for work), alias berbau porno.

Pada akhirnya fitur ini dimaksudkan supaya pengguna tidak perlu men-scroll halaman demi halaman guna menemukan gambar yang diinginkan. Similarity Search saat ini sudah bisa dinikmati di web, sayang tidak ada informasi apakah fitur ini juga tersedia di aplikasi mobile Flickr.

Sumber: Flickr.

Line Perkenalkan Clova, Asisten Virtual ‘Berdarah’ Asia

Selain sama-sama merupakan asisten virtual, apa persamaan lain dari Alexa, Siri dan Google Assistant? Mereka sama-sama datang dari daerah barat, sehingga pada akhirnya kurang begitu relevan dalam penggunaan sehari-hari di kawasan Asia.

Di Asia, salah satu pihak yang cukup paham dengan pola penggunaan konsumen adalah Line. Baik aplikasi pesan instan maupun layanan-layanannya yang lain sudah dipakai secara rutin oleh ratusan juta konsumen di Asia, dan sekarang mereka ingin memanfaatkan pengetahuan yang berharga itu untuk mengembangkan platform artificial intelligence (AI) berbasis cloud bernama Clova.

Sesuai dugaan, Clova adalah singkatan dari Cloud Virtual Assistant. Fungsinya mirip-mirip seperti trio asisten virtual yang saya sebutkan tadi, mengandalkan teknologi speech recognition dan natural language understanding guna berinteraksi dengan pengguna via percakapan yang terdengar alami.

Clova dapat memberikan beragam informasi, mulai dari ramalan cuaca sampai berita-berita terkini maupun terjemahan bahasa, semuanya tanpa mewajibkan pengguna menyentuh layar ponsel. Cukup gunakan perintah suara, maka Clova akan merespon sesuai permintaan.

Teknologi-teknologi yang pada akhirnya membentuk platform Clova / Line
Teknologi-teknologi yang pada akhirnya membentuk platform Clova / Line

Line sepertinya banyak belajar dari Amazon maupun Google. Pasalnya, produk pertama yang akan datang membawa integrasi Clova nantinya adalah sebuah speaker pintar bernama Wave, yang rencananya akan diluncurkan di Jepang dan Korea pada musim panas mendatang. Bersamaan dengan itu, mereka juga akan merilis Clova App untuk smartphone.

Rencana lebih ke depan lagi tidak luput dari perhatian Line. Mereka turut mengumumkan kemitraannya dengan Sony Mobile maupun produsen mainan TOMY guna mengembangkan potensi Clova. Sejenak saya langsung kepikiran sebuah headset buatan Sony yang mengusung integrasi Clova, tapi Sony sendiri juga punya Xperia Ear, jadi mungkin saya terlalu berkhayal.

Line memastikan Clova akan segera menyusul ke negara-negara lain setelah ia dirilis di Jepang dan Korea terlebih dulu. Bisa jadi ini merupakan asisten virtual pertama yang relevan dengan penggunaan konsumen tanah air nantinya.