Platform Belajar Investasi Ternak Uang Rampungkan Pendanaan Awal

Setelah resmi meluncur awal tahun 2021 lalu, platform pembelajaran investasi Ternak Uang yang didirikan oleh Timothy Ronald (CMO), Raymond Chin (CEO), dan Felicia Tjiasaka (CPO), mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dari sejumlah investor. Nilai investasi yang berhasil dikantongi disebutkan mencapai 7 digit. Pendanaan awal ini diberikan oleh Co-founder dan Managing Partner Northstar Group Patrick Walujo; didukung perusahaan modal ventura Kinesys Group dan Alto Partners.

Selanjutnya dana segar ini akan digunakan Ternak Uang untuk meningkatkan literasi finansial masyarakat Indonesia dengan memfokuskan kepada pengembangan produk. Di antaranya adalah dengan menghadirkan
pengalaman belajar keuangan dan investasi yang merata bagi setiap orang. Khususnya pada TU Academy, yang akan terus dikembangkan untuk membantu
proses belajar individu sesuai kebutuhan personal.

Lebih lanjut, fitur ini akan didukung dengan implementasi teknologi artificial intelligence (AI) dan machine learning. Hal ini diwujudkan untuk menghadirkan pengalaman belajar melalui pendekatan personalized learning, setiap pengguna dapat belajar dan meningkatkan literasi keuangan terlepas dari perbedaan kondisi finansial yang berbeda-beda. Ke depannya perusahaan juga memiliki rencana untuk mengarahkan pengembangan produk lebih ke ranah fintech dan produk finansial.

“Kondisi finansial setiap orang berbeda dari yang lainnya, ditentukan dari berapa besar pengeluaran dan pemasukan, tanggungan, prioritas tujuan keuangan dan karakter risiko orang yang berbeda-beda. Untuk itu, strategi keuangan setiap orang pun tentunya perlu dibedakan, untuk dapat mencapai kemandirian finansial sesuai dengan kondisi yang dialami secara personal,” kata Raymond.

Sebelumnya layanan pembelajaran investasi yang fokus pada analisis instrumen saham dan kripto, EMTRADE, juga umumkan pendanaan pra-awal dari angel investor Pandu Sjahrir. Hadirnya platform edukasi investasi ini tak lain dari bertumbuhnya minat investasi di kalangan muda, khususnya ditunjang kehadiran aplikasi wealthtech yang memudahkan proses pembelian/penjualan berbagai macam instrumen investasi.

Luncurkan fitur baru

Awal tahun ini Ternak Uang telah meluncurkan fitur Financial Checkup, setiap pengguna dapat menganalisis kondisi keuangan secara personal. Analisa dilakukan secara terperinci dengan menghitung rasio arus kas, tabungan, utang dan tanggungan, dana darurat, hingga total aset yang dimiliki. Setelah itu, pengguna akan mendapatkan rekomendasi modul dan pembelajaran personal untuk membantu meningkatkan kondisi keuangan.

Berbeda dengan platform serupa lainnya, Ternak Uang fokus kepada para generasi muda terutama kalangan milenial, dengan misi untuk mencetak 10 juta investor di Indonesia. Dengan alasan itulah, platform kemudian melakukan pendekatan melalui fitur-fitur yang didesain dan dikembangkan secara relevan dan modern untuk generasi muda dalam menghadapi isu finansial.

Hingga kini, Ternak Uang telah menghadirkan topik-topik terkait finansial dan investasi dengan bahasa utama, Bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan agar informasi yang diberikan dapat mudah dipahami dan dicerna oleh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan.

Application Information Will Show Up Here

Makmur Investment Platform Secures Seed Funding

Online investment platform Makmur secures seven-figure seed funding led by BEENEXT. A number of VCs and angel investors participated in this round, including Kinesys Group, Trihill Capital, Yiping Goh (Partner at Quest Ventures), Edward Tirtanata via Kenangan Kapital, Vidit Agrawal (CEO of GajiGesa), and Andrew Lee.

The money will be used to drive business growth by developing product features and portfolios. Makmur will also increase the number and develop the quality of its human resources.

“Currently, Indonesia’s capital market investors are experiencing significant growth, but only represent 2% of the total population in Indonesia. We expect this funding to support our efforts to close the financial inclusion gap and encourage literacy in Indonesia,” Sander said in his official statement.

Edward Tirtanata through his angel investment fund, Kenangan Kapital said that Indonesia is currently experiencing an unprecedented surge in investment from the retail market. Using this growth, Makmur focuses on financial advisory and goal-based investing to help assist novice investors. He considered this to provide different values ​​compared to wealthtech startups in Indonesia.

“Non-professional investors like me need financial advisors, and Makmur democratizes financial advisor services,” Edward told DailySocial.id in separate occation.

In general note, Makmur allows investors to invest with a minimum value of IDR 10,000. Makmur offers a number of features to strengthen the added value of its products. First, technology-based human advisors and Makmur Recipe to make it easier for novice investors to compare the right mutual funds. Users can also place mutual funds in different pockets according to their needs or investment goals (goal based investing).

Currently, Makmur provides eight investment managers, BNI Asset Management, Bahana TCW Investment Management, Trimegah Asset Management, Avrist Asset Management, Capital Asset Management, RHB Asset Management, FWD Asset Management, and Syailendra Asset Management.

Strengthen its position

In fact, Makmur is backed by a series of team work experiences at well-known technology and financial companies in Silicon Valley and Wall Street. Sander previously had an internship as a Facebook Software Engineer who was responsible for the algorithm for sorting posts on the News Feed and a Software Engineer at Motorola Solutions.

He has also held various positions in the financial industry, from KCG Holdings to Head of Quantitative Trading at Virtu Financial, one of the largest stock trading companies on Wall Street.

As DailySocial.id reached, Sander based his thought on a number of strategies in blending Makmur’s superior features, therefore, users can experience investing like having a personal wealth manager

For example, Makmur Recipe’s superior features were developed in several options, such as Makmur Recipe for emergency funds, retirement funds, and passive income. In addition, there is also a tech-enabled human advisor feature to design strategies according to the user’s investment goals. The recommended investment strategy will also follow the user’s risk profile.

Sander said this feature was designed by experts in their fields with the support of research and data-based investment technology. He considered that human advisors better understand the investment needs of users than robo advisors that have been circulating on similar platforms.

“We see that Indonesia has a quite low investment literacy. Most people invest because they join in or are attracted to sweet returns. In fact, a good investment must be based on data and research, not just feeling or simply following. Therefore, we made a quantitative investment strategy which draws on decades of data and research results used by Wall Street, not just academic theory,” Sander said.

Business development

This year, Sander revealed that his team will increase the mutual funds options by adding investment manager partners with good reputation and track record. His team will also collaborate with several mutual fund sales outlet partners

“We strictly select investment manager partners. In terms of mutual fund products, we consider some factors, such as performance, top holding, managed funds, and management fees for similar mutual funds,” he said.

In terms of products, Makmur will add new features to make it easier for users to invest, such as payment methods. According to Sander, the GoPay and Direct Debit payment methods are in the process of being integrated and are targeted for release in the next two months.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Platform Investasi “Makmur” Mengamankan Pendanaan Tahap Awal

Platform investasi online Makmur mengamankan pendanaan tahap awal dengan nominal tujuh digit yang dipimpin oleh BEENEXT. Sejumlah VC dan angel investor turut berpartisipasi pada putaran ini, antara lain Kinesys Group, Trihill Capital, Yiping Goh (Partner di Quest Ventures), Edward Tirtanata via Kenangan Kapital, Vidit Agrawal (CEO GajiGesa), dan Andrew Lee.

Pendanaan ini akan digunakan untuk mendorong pertumbuhan bisnisnya dengan mengembangkan fitur dan portofolio produk. Makmur juga akan menambah jumlah dan mengembangkan kualitas SDM-nya.

“Saat ini, investor pasar modal di Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan, tetapi baru mewakili 2% dari total populasi di Indonesia. Kami harap pendanaan awal ini dapat mendukung upaya kami menutup gap inklusi keuangan dan mendorong literasinya di Indonesia,” ungkap Sander dalam keterangan resminya.

Edward Tirtanata melalui angel investment fund miliknya di Kenangan Kapital mengatakan saat ini Indonesia tengah mengalami lonjakan investasi dari pasar ritel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan pertumbuhan ini, Makmur berfokus pada financial advisory dan goal-based investing yang dapat membantu mendampingi investor pemula. Ia menilai fokus tersebut memberikan nilai berbeda dibandingkan startup wealthtech yang ada di Indonesia.

“Investor non-profesional seperti saya membutuhkan financial advisor, dan Makmur mendemokratisasi layanan financial advisor,” ungkap Edward dihubungi terpisah oleh DailySocial.id.

Sekadar informasi, Makmur memungkinkan investor untuk berinvestasi dengan nilai minimal Rp10.000. Makmur menawarkan sejumlah fitur untuk memperkuat nilai tambah produknya. Pertama, human advisor berbasis teknologi dan Makmur Recipe untuk mempermudah investor pemula dalam membandingkan reksa dana yang tepat. Pengguna juga dapat menempatkan reksa dana pada kantong berbeda sesuai kebutuhan atau tujuan investasi (goal based investing).

Saat ini Makmur menyediakan delapan manajer investasi, yaitu BNI Asset Management, Bahana TCW Investment Management, Trimegah Asset Management, Avrist Asset Management, Capital Asset Management, RHB Asset Management, FWD Asset Management, dan Syailendra Asset Management.

Memperkuat posisi Makmur

Sebagai informasi, Makmur diperkuat deretan pengalaman kerja tim di perusahaan-perusahaan teknologi dan keuangan ternama di Silicon Valley dan Wall Street. Sander sebelumnya pernah magang sebagai Software Engineer Facebook yang bertanggung jawab atas algoritma pengurutan postingan di News Feed dan Software Engineer di Motorola Solutions.

Ia juga pernah menduduki berbagai posisi di industri keuangan, mulai dari KCG Holdings hingga menjadi Head of Quantitative Trading di Virtu Financial, salah satu perusahaan trading saham terbesar di Wall Street.

Dihubungi DailySocial.id, Sander berpatokan pada sejumlah strategi dalam meracik-racik fitur unggulan Makmur agar pengguna dapat merasakan pengalaman berinvestasi layaknya memiliki wealth manager pribadi

Contohnya, fitur unggulan Makmur Recipe yang dikembangkan dalam beberapa opsi, yaitu Makmur Recipe untuk dana darurat, dana pensiun, dan penghasilan pasif. Selain itu, ada pula fitur tech-enabled human advisor yang dapat merancang strategi sesuai tujuan investasi pengguna. Strategi investasi yang direkomendasikan juga akan mengikuti profil risiko pengguna.

Sander mengatakan, fitur ini dirancang oleh para ahli di bidangnya dengan dukungan teknologi investasi berbasis riset dan data. Ia menilai human advisor lebih memahami kebutuhan investasi pengguna daripada robo advisor yang telah banyak beredar di platform sejenis.

“Kami melihat literasi investasi di Indonesia masih sangat rendah. Kebanyakan orang berinvestasi karena ikut-ikutan atau kepincut imbal hasil yang manis. Padahal, investasi yang baik harus berdasarkan data dan riset, bukan sekadar feeling atau following. Maka itu, kami membuat quantitative investment strategy yang mengacu pada data puluhan tahun dan hasil riset yang digunakan oleh Wall Street, bukan sekadar teori dunia akademis,” papar Sander.

Rencana pengembangan Makmur

Pada tahun ini, Sander mengungkap pihaknya akan menambah pilihan reksa dana dengan menambah partner manajer investasi yang memiliki reputasi dan rekam jejak yang baik. Pihaknya juga akan menggandeng beberapa partner gerai penjualan reksa dana

“Kami selalu menyeleksi partner manajer investasi dengan ketat. Untuk produk reksa dana, kami mempertimbangkan sejumlah faktor, seperti kinerja, top holding, dana kelolaan, dan management fee reksa dana sejenis,” ungkapnya

Dari sisi produk, Makmur akan menambah fitur-fitur baru untuk mempermudah pengguna berinvestasi, seperti metode pembayaran. Menurut Sander, metode pembayaran GoPay dan Direct Debit sedang dalam proses integrasi dan ditargetkan rilis dalam dua bulan mendatang.

Application Information Will Show Up Here

Noice Tutup Putaran Pendanaan Pra-Seri A, Dipimpin Alpha JWC Ventures dan Go Ventures

Platform audio on-demand Noice resmi menutup putaran pendanaan pra-seri A yang dipimpin Alpha JWC Ventures dan Go-Ventures dengan nominal yang dirahasiakan. Beberapa investor lainnya kembali berpartisipasi pada putaran ini, yakni Kinesys Group dan Kenangan Kapital.

Sebelumnya, baik Alpha JWC Ventures, Kenangan Kapital, dan Kinesys Group sudah lebih dulu berpartisipasi pada pendanaan tahap awal Noice yang diumumkan Maret lalu.

Disampaikan dalam siaran persnya, Partner Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi mengatakan berkomitmen mendukung pertumbuhan bisnis Noice ke depan. Menurutnya, platform Noice telah menunjukkan perkembangan signifikan berkat konsep all-in-one yang diusung, strategi hyperlocal, serta ekspansi tim dan komunitasnya.

“Visi Noice untuk menciptakan ekosistem konten audio menjadi alasan kuat yang meyakinkan kami terhadap potensi Noice sebagai yang terbaik di ranah lokal. Apa yang ditawarkan Noice ke depan sangat menarik dan ini akan membawa perubahan besar bagi industri konten di Indonesia,” ujarnya.

Sementara bagi SVP of Investments Go Ventures Aditya Kumar, kenaikan konsumsi konten digital di Indonesia menunjukkan adanya kesenjangan cukup signifikan dari segmen konten audio. “Kebutuhan konten hiburan berkualitas meningkt karena semakin banyak kegiatan kerja dan belajar yang dilakukan dari rumah. Noice hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut,” tuturnya.

Noice berdiri di bawah naungan PT Mahaka Radio Digital pada 2018 yang merupakan perusahaan patungan milik PT Mahaka Radio Integra Tbk (IDX: MARI) dan PT Quatro Kreasi Indonesia. Adapun Quatro adalah hasil konsorsium perusahaan rekaman di Indonesia, antara lain Musica, Aquarius, My Music, dan Trinity.

Gencar kembangkan produk dan tim

Putaran pendanaan ini cukup menjelaskan langkah agresif yang diambil Noice sejak awal 2021 untuk merealisasikan targetnya sebagai platform konten audio lokal terbaik di Indonesia. Pihaknya berupaya memperkuat tiga aspek lewat pendanaan baru ini, yaitu produk, program, dan ekspansi.

“Kami terus mengembangkan teknologi, konten original dan menambah jumlah tim kami dari berbagai latar belakang terbaik. Kami juga tengah menggabungkan fitur-fitur baru untuk memperluas distribusi konten, membangun sistem untuk kreator, monetisasi, serta meningkatkan interaksi antara kreator dan pendengar di aplikasi NOICE,” papar CEO Rado Ardian.

Dalam artikel sebelumnya, Noice mulai menambah jumlah timnya, terutama untuk memperkuat divisi teknologi. Perusahaan juga menunjuk dua pimpinan baru, yakni Rado Ardian sebagai Chief Executive Officer dan Niken Sasmaya sebagai Chief Business Officer. Keduanya sama-sama veteran dari raksasa teknologi Google dengan berbagai pengalaman kerja di kawasan Asia Pasifik.

Per kuartal ketiga 2021, Noice telah mengantongi sebesar lebih dari 1 miliar menit konten yang telah diputar oleh pengguna. Jumlah penggunanya juga meningkat 144% dalam satu tahun terakhir dengan 800 ribu registered listener. Dari sisi konten, Noice telah memiliki lebih dari 3.100 episode podcast, dan 200 katalog podcast, baik konten orisinal maupun eksklusif. Noice juga telah bekerja sama dengan lebih dari 100 podcaster.

Salah satunya adalah Noice Live, fitur pelengkap pada konten podcast, audiobook, dan radio streaming. Rado berujar, Noice Live akan menawarkan pengalaman social networking yang berbeda dalam format audio, di mana akan ada interaksi real-time antara para kreator, pendengar, musisi, fans, dan bahkan para ahli.

Sementara Niken menambahkan, pihaknya berupaya mengakomodasi kebutuhan konten pengguna yang berada di luar Jakarta. Dengan strategi hyperlocal, Noice akan menggandeng berbagai macam kreator lokal yang menciptakan konten yang relevan sesuai daerahnya masing-masing. “Visi kami adalah menciptakan ekosistem kreator konten audio sehingga kreator dapat berkembang dan terhubung dengan para pendengarnya.”

Berdasarkan data Spotify, Indonesia mendominasi konsumsi podcast terbanyak se-Asia Tenggara pada 2020. Sebanyak 20% dari total pengguna Spotify di Indonesia mendengarkan podcast setiap bulan, dan jumlah tersebut lebih tinggi dari persentase rata-rata global.

Application Information Will Show Up Here

Noice Succession and Ambition to be the Best Local Audio Content Platform

After securing seed funding in the first quarter of 2021, audio content platform Noice has officially welcomed two new executives to its board of directors. They are Rado Ardian as Chief Executive Officer (CEO) and Niken Sasmaya as Chief Business Officer (CBO).

Both of the Google veterans’ involvement is in line with Noice’s efforts to become the best local audio platform in Indonesia. Moreover, public has been lingering to the growth of audio content, such as podcasts.

In an interview with DailySocial, Mahaka Radio’s President Director, Adrian Syarkawie, who at that time was in charge with Noice, said that his team had difficulty developing this platform business. The thing is, Mahaka Radio’s parent company was not a technology company since the very beginning, therefore, there are such limitations in its development.

“We are aware that we cannot solely develop content in the future, we have to use technology. Therefore, we are trying to find investors who can provide support on the technology side,” Ardian said to DailySocial.id.

In his recent official statement, Ardian admitted that he would continue to play an active role in supporting the future development of Noice under Rado and Niken.

To begin with, Noice was developed as a streaming radio platform. However, he said, this service is considered insufficient to meet the needs of a growing market. Meanwhile on-demand content is rapidly growing in some countries, including Indonesia.

Originally designed as a streaming radio platform, Noice began to expand its service segment by venturing into on-demand audio content. Noice was established under PT Mahaka Radio Digital in 2018 which is a joint venture company owned by PT Mahaka Radio Integra Tbk (IDX: MARI) and PT Quatro Kreasi Indonesia. Quatro is the consortium of some record companies in Indonesia, including Musica, Aquarius, My Music, and Trinity.

Based on the latest data, Noice has secured as many as 800 thousand registered listeners throughout Indonesia with more than 3,100 podcast episodes, and 200 podcast catalogs, both original and exclusive content. Noice has also worked with more than 100 podcasters.

The ex-Google influence

Prior to the appointment of Rado and Niken, Noice had actually started to address the current limitations. First, Noice started looking for investors who Eventually, Noice found investors from a number of well-known VCs with strong portfolios in technology. Those are Kenangan Kapital, Alpha JWC Ventures, and Kinesys Group.

Furthermore, the company is starting to add new talents from India specifically placed for the development of the Noice technology and platform in the future. This is enough to explain the company’s roadmap in the first half of 2021, Noice launched a beta version with UI/UX followed by version 2.X with excellent features of personalized content.

In the official statement, it is said that Rado and Niken have worked for almost ten years at Google and YouTube for the Asia Pacific region. Rado has various experiences at Google from developing the Google Ads business in the FMCG industry to handle customer experience strategies for Google Maps and the Google Store with product and engineering teams in India, Japan, Indonesia, Singapore, and Australia.

While Niken has held a number of important positions on Google and YouTube. It includes working with sales, partnerships, and program development team in Singapore and Japan, she also used to be a Global Program Manager at YouTube which focuses on developing its global creator ecosystem. Niken became the first person to run this position in Southeast Asia/Australia and New Zealand.

“Learning from our experience at Google and YouTube, we want to build Noice to be able to support audio content creators in Indonesia and build their own community through the technology and features we launch. We also facilitate creators to produce original and exclusive content in recording studio facilities by Noice’s production team,” Niken said.

Noice Roadmap

Rado said, his team will continue the first development plan in order to realize its vision as the best local audio platform and build an audio content ecosystem in Indonesia. Apart from platform development and content localization, Rado and Niken also focus on three main areas.

First, Noice will focus on prioritizing features that can allow creators/podcasters to interact two-way with their listeners. Niken said, Noice has built a recording studio and production team to facilitate the production of original and exclusive content on Noice. Currently, Noice presents a number of audio content, ranging from podcasts, live audio, streaming radio, audiobooks, and music.

Second, Noice will strengthen the audio content creators ecosystem in Indonesia. Rado said, although there are many successful content creators in Indonesia, most of them are still running on video platforms. Meanwhile, the audio-based platforms options that focus on the local market is quite limited.

“Therefore, we want to create an ecosystem of audio content creators in Indonesia for them to be successful, to perform, and connect with their listeners. We also want to provide variety of content and acquire big creators by opening the Noice platform for non-original content. In addition, we want to facilitate brands to be able to build and find their community on our platform,” he explained.

Also, Noice continues searching to fill the required positions. Currently, Noice’s product and engineering teams are based in India. Meanwhile, the Indonesian team is dedicated to business development, such as content, production, marketing, partnership & sales, and PR.

“We will start focusing on monetization when our user base, Monthly Active Users (MAU), and time spend on our platform increase significantly. We have prepared several monetization schemes to test for selected creators before fully rolling out to other creators,” he added.

Audio content market growth

Currently, Indonesia is harvesting the growth of increasing audio-based digital content. Based on Spotify’s data, Indonesia dominates the most podcast consumption in Southeast Asia in 2020. As many as 20% of the total Spotify users in Indonesia listen to podcasts every month, and this number is higher than the global average percentage.

It is undeniable that the Covid-19 pandemic is one of the big factors behind the consumption of podcast content. Digital consumers are getting attached to this specific content, especially in the season of working and studying from home.

In Indonesia, the average user spends 8 hours online. However, as many as 56% dominated by Gen Z and millennials complain of screen fatigue due to being exposed to too much visual content. Therefore, audio content is considered the right escape for Indonesian internet users.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Suksesi Noice dan Ambisinya Jadi Platform Konten Audio Lokal Terbaik

Usai mengamankan pendanaan tahap awal pada kuartal pertama 2021, platform konten audio Noice resmi menyambut dua petinggi baru dalam jajaran direksinya. Mereka adalah Rado Ardian sebagai Chief Executive Officer (CEO) dan Niken Sasmaya sebagai Chief Business Officer (CBO).

Keterlibatan kedua veteran Google tersebut sejalan dengan upaya Noice untuk menjadi platform audio lokal terbaik di Indonesia. Apalagi, pertumbuhan konten audio, seperti podcast, saat ini tengah digandrungi oleh masyarakat.

Dalam wawancara dengan DailySocial, Presiden Direktur Mahaka Radio Adrian Syarkawie yang kala itu masih menangani langsung Noice berujar bahwa pihaknya sempat kesulitan mengembangkan bisnis platform ini. Pasalnya, sejak awal perusahaan induk Mahaka Radio bukanlah perusahaan teknologi sehingga pasti ada keterbatasan dalam pengembangannya.

“Kami sadar ke depannya tidak bisa berkembang dari konten saja, tetapi juga teknologi. Maka itu, kami coba cari investor yang dapat memberikan support dari sisi teknologi,” ujar Ardian saat itu kepada DailySocial.id.

Dalam keterangan resminya baru-baru ini, Ardian mengaku akan tetap berperan aktif dalam mendukung pengembangan Noice ke depan di bawah nakhoda Rado dan Niken.

Semula Noice dikembangkan sebagai platform radio streaming. Namun, menurutnya, layanan ini dinilai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar yang kian berkembang. Sementara konten on-demand tumbuh pesat di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Dirancang semula sebagai platform radio streaming, Noice mulai memperlebar segmen layanannya dengan merambah pada konten audio on-demand. Noice berdiri di bawah naungan PT Mahaka Radio Digital pada 2018 yang merupakan perusahaan patungan milik PT Mahaka Radio Integra Tbk (IDX: MARI) dan PT Quatro Kreasi Indonesia. Adapun Quatro adalah hasil konsorsium perusahaan rekaman di Indonesia, antara lain Musica, Aquarius, My Music, dan Trinity.

Berdasarkan data terakhir, Noice telah mengantongi sebanyak 800 ribu registered listener di seluruh Indonesia dengan lebih dari 3.100 episode podcast, dan 200 katalog podcast, baik konten orisinal maupun eksklusif. Noice juga telah bekerja sama dengan lebih dari 100 podcaster.

Kiprah eks petinggi Google

Sebelum penunjukan Rado dan Niken, Noice sebetulnya sudah mulai melakukan sejumlah upaya untuk menangani keterbatasan ini. Pertama, Noice mulai mencari investor yang dapat memberikan guidance, baik dari sisi teknologi maupun kolaborasi bisnis. Hingga akhirnya, Noice pun mendapatkan investor dari sejumlah VC ternama yang memiliki portofolio kuat di teknologi. Mereka adalah Kenangan Kapital, Alpha JWC Ventures, dan Kinesys Group.

Kedua, perusahaan juga mulai memperbanyak talent baru dari India yang ditempatkan khusus untuk pengembangan teknologi dan platform Noice ke depan. Ini cukup menjelaskan roadmap perusahaan di paruh pertama 2021, Noice meluncurkan versi beta dengan UI/UX yang berlanjut pada versi 2.X dengan fitur unggulan personalized content.

Dalam keterangan resminya disebutkan, Rado dan Niken telah berkarir selama hampir sepuluh tahun di Google dan YouTube untuk kawasan Asia Pasifik. Rado memiliki berbagai pengalaman di Google mulai dari mengembangkan bisnis Google Ads di industri FMCG hingga menangani strategi customer experience untuk Google Maps dan Google Store bersama tim product dan engineering di India, Jepang, Indonesia, Singapura, dan Australia.

Sementara Niken telah mengemban sejumlah posisi penting di Google dan YouTube. Di antaranya sales, partnership, dan program development di Singapura dan Jepang serta menjabat sebagai Global Program Manager di YouTube yang fokus untuk mengembangkan ekosistem kreatornya di global. Niken menjadi orang pertama yang mengemban tanggung jawab posisi ini di Asia Tenggara/Australia dan Selandia Baru.

“Belajar dari pengalaman kami di Google dan YouTube, kami ingin membangun Noice agar dapat mendukung kreator konten audio di Indonesia dan membangun komunitasnya sendiri lewat teknologi dan fitur yang kami luncurkan. Kami juga memfasilitasi para kreator untuk memproduksi konten orisinal dan eksklusif di fasilitas studio rekaman dengan tim produksi milik Noice,” ujar Niken.

Roadmap Noice

Menurut Rado, pihaknya masih akan terus melanjutkan rencana pengembangan Noice yang sudah ditetapkan sejak awal demi mewujudkan visinya sebagai platform audio lokal terbaik an membangun ekosistem konten audio di Indonesia. Selain pengembangan platform dan lokalisasi konten, ada tiga hal yang menjadi fokus utama Rado dan Niken

Pertama, Noice akan fokus mengutamakan fitur yang dapat memungkinkan kreator/podcaster untuk berinteraksi dua arah dengan pendengarnya. Sebagaimana disampaikan Niken sebelumnya, Noice juga membangun studio rekaman beserta tim produksi untuk memfasilitasi produksi konten orisinal dan eksklusif di Noice. Saat ini, Noice menghadirkan sejumlah konten audio, mulai dari podcast, live audio, radio streaming, audiobook, dan musik.

Kedua, Noice akan memperkuat ekosistem kreator konten audio di Indonesia. Menurut Rado, meski sudah banyak kreator konten yang sukses di Indonesia, tetapi kebanyakan masih bermain di platform video. Sementara, pilihan platform berbasis audio yang berfokus pada pasar lokal dirasa masih terbatas.

“Maka itu, kami ingin menciptakan ekosistem kreator konten audio di Indonesia agar mereka bisa sukses, tampil, dan terkoneksi dengan para pendengarnya. Kami juga ingin memberikan variasi konten dan mengakuisisi kreator besar dengan membuka platform Noice untuk konten non-orisinal. Selain itu, kami ingin memfasilitasi brand-brand agar dapat membangun dan menemukan komunitasnya di platform kami,” jelasnya.

Terakhir, Noice terus melanjutkan perekrutan untuk mengisi posisi yang dibutuhkan. Saat ini, tim product dan engineering Noice masih berlokasi di India. Sementara, tim di Indonesia diperuntukkan bagi pengembangan bisnis, seperti konten, produksi, marketing, partnership & sales, dan PR.

“Kami akan mulai fokus monetitasi apabila user base, Monthly Active Users (MAU), dan time spend di platform kami meningkat cukup besar. Kami sudah menyiapkan beberapa skema monetisasi yang rencananya kami uji untuk beberapa kreator pilihan sebelum diluncurkan sepenuhnya ke kreator lain,” tambahnya.

Pertumbuhan pasar konten audio

Saat ini, Indonesia tengah mengecap pertumbuhan manis dari meningkatnya konten digital berbasis audio. Berdasarkan data Spotify, Indonesia mendominasi konsumsi podcast terbanyak se-Asia Tenggara pada 2020. Sebanyak 20% dari total pengguna Spotify di Indonesia mendengarkan podcast setiap bulan, dan jumlah tersebut lebih tinggi dari persentase rata-rata global.

Tak dimungkiri, pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor besar di balik konsumsi konten-konten podcast. Konten ini menjadi buruan konsumen digital, terutama ketika dihadapkan pada situasi bekerja dan sekolah dari rumah.

Di Indonesia, rerata pengguna menghabiskan 8 jam untuk online. Namun, sebanyak 56% yang didominasi gen Z dan milenial mengeluhkan screen fatigue akibat terlalu banyak terpapar konten visual. Maka itu, konten audio dinilai menjadi nice escape bagi sebagai pengguna internet Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Kinesys Jalin Kerja Sama dengan The-Wolfpack, Fokus Perkuat Ekosistem D2C

Perusahaan modal ventura Kinesys Group menjalin kerja sama strategis dengan The-Wolfpack, yang merupakan fund management berbasis di Singapura. Didirikan oleh Jin Wei Toh dan Simon Nichols, firma investasi tersebut fokus kepada startup D2C.

Kepada DailySocial, Managing Partner Kinesys Group Steven Vanada mengungkapkan, D2C telah menjadi salah satu sektor fokus dari Kinesys Group. Hal tersebut yang turut mendorong kemitraan strategis ini terjalin dengan tujuan menggabungkan kedua jaringan agar dapat membawa nilai tambah ke ekosistem.

Dalam ulasan di laman Linkedin, Co-founder & Managing Partner The-Wolfpack Jin Wei Toh menyebutkan, Kinesys akan membawa fokus high-tech dan keahlian mendalam mereka di pasar Indonesia yang berkembang pesat ke pengalaman operasional perusahaannya dan koneksi di Asia Pasifik.

Sejak 2019 Kinesys telah berinvestasi ke 15 startup dan memiliki rencana menggelontorkan 5 pendanaan lagi sampai akhir tahun 2021. Ada lima sektor utama yang menjadi fokus meliputi D2C, entertainment, lifestyle, travel, dan education. Meski ditujukan untuk startup di kawasan Asia Tenggara, dana yang dikelola akan diprioritaskan untuk startup Indonesia, khususnya yang bergerak di segmen konsumer ritel.

“Di Kinesys kami telah melakukan kesepakatan sebagian besar pada teknologi konsumen dan beberapa B2B. Kami telah berinvestasi di berbagai sektor seperti Zenius, Wahyoo, Dailybox, Sabtu, dan banyak lainnya. Kami masih percaya ada banyak potensi di lifestyle, entertainment, D2C, healthtech, dan solusi yang mempercepat digitalisasi UMKM,” kata Steven

Diinisiasi Yansen Kamto di awal tahun 2019 dengan debut investasi di Wahyoo, Kinesys juga didukung Co-Founder & Managing Partner Northstar Group Patrick Walujo sebagai advisor.

“Memanfaatkan semua insight dari pengalaman yang dimiliki [Patrick], memberikan pandangan holistik tentang kondisi pasar,” kata Steven.

Investasi ke startup D2C

Menjamurnya startup D2C tidak lain karena terbukanya kanal penjualan yang efektif melalui digital. Pengembang merek dari berbagai jenis produk (fesyen, makanan, kosmetik, dll) bisa menjangkau pasar melalui berbagai medium, mulai dari situs pribadi, online marketplace, sampai media sosial (social commerce).

Penerimaan pasar yang besar dibuktikan dengan GMV yang dihasilkan dari layanan online tersebut. Sejauh ini Indonesia menjadi penyumbang nilai terbesar, didukung ekosistem yang semakin matang dan ukuran pasar dari populasi penduduk yang sangat besar.

Fenomena tersebut turut dilihat baik oleh para investor. Jika dalam gelombang sebelumnya investasi mereka banyak memfokuskan pada teknologi yang mendukung kegiatan consumer retail tersebut dalam menjalankan bisnis, kini tidak sedikit investor yang turut berinvestasi langsung kepada para pengembang brand.

Berikut ini beberapa daftar investor yang telah berinvestasi ke startup D2C di Indonesia:

Pemodal Ventura/Investor Portofolio D2C/New Economy
Kinesys Group Saturdays, Dailybox
East Ventures Mohjo, Greenly, Fore
Alpha JWC Ventures Hangry, Kopi Kenangan, Goola, Lemonilo, Mangkokku, Saturdays
AC Ventures Rose All Day, Segari, Fore, KLAR
SALT Ventures SYCA, Hangry, dr soap
Hypefast Boonels, Soleram, Nona, Noore, dll

Pandemi dan peluang startup

Salah satu pemicu inovasi startup dalam waktu satu tahun terakhir adalah pandemi. Meskipun di awalnya sempat mengganggu pertumbuhan bisnis, seiring berjalannya waktu pandemi telah menciptakan layanan dan inovasi baru. Hal ini dilihat baik oleh Kinesys, pandemi dinilai memberikan peluang lebih kepada berbagai jenis bisnis untuk tumbuh.

“Kami telah melihat beberapa portofolio mengalami pertumbuhan yang cepat selama pandemi. Dan kebanyakan proses akuisisi pengguna menjadi lebih teroptimasi, dengan adopsi pada end-user untuk menjelajahi berbagai layanan online, yang menjadi pilihan saat pandemi,” kata Steven.

Ke depannya Kinesys Group melihat kondisi ini menjadi titik balik untuk semua startup. Bagi para entrepreneur yang berniat untuk meluncurkan startup, saat ini menjadi waktu yang paling tepat, dilihat dari makin besarnya jumlah kapital yang masuk ke Indonesia.

Noice On-Demand Audio Platform to Close Funding Round in Second Quarter of 2021

Noice’s audio-on-demand platform has received seed funding from several investors, including Kenangan Kapital, Alpha JWC, and Kinesys Group. This round will be used to accelerate the development of Noice’s local content and technology this year. Although the value is undisclosed.

In his interview with DailySocial, Mahaka Radio’s President Director, Adrian Syarkawie revealed there’s another investor, claimed to be a unicorn startup, that is involved. He said this unicorn will provide opportunities for synergy between the two companies and greater technology transfer. “I can’t announce the name yet. We will push [closing] in the second quarter,” Adrian said.

Noice was first developed as a streaming radio platform. However, Adrian said this service is considered insufficient to the growing market. Meanwhile on-demand content is growing rapidly in some countries, including Indonesia.

“If it’s only streaming radio, it seems [lacking] for digital applications. Also, people can still access radio from other media. Therefore, we are looking forward to what will be attractive to consumers through this application, and then we will get to the podcast content,” he said to DailySocial.

With PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI) strong position in the radio business, the company also formed a joint venture with PT Quatro Kreasi Indonesia to establish PT Mahaka Radio Digital, Noice’s parent company. Quatro is a consortium of four recording companies in Indonesia, including Musica, Aquarius, My Music, and Trinity.

This consortium, Adrian said, is linked to the common vision of each music label owner to develop applications that focus on local voice-based content.

Investors in tech

This year, Noice will focus on developing application platforms and content localization. Those two things had was not the company’s main focus at first, considering that Mahaka Radio Integra’s main business was producing content. Adrian also said that the Noice platform was not quite optimal at that time in terms of technology as it was developed by a third party.

“We are not a tech company. However, we are aware that we cannot develop from content alone in the future, technology is necessary. Therefore, we have two concerns, content and technology. Mahaka Radio Integra and Quatro are strong in content, and we try to find investors who can provide support in technology,” Adrian said to DailySocial.

Kenangan Kapital is an angel fund owned by Kopi Kenangan’s Co-founder and CEO, Edward Tirtanata, which focuses on portfolios in consumer tech. Kopi Kenangan is also part of the Alpha JWC portfolio. Meanwhile, Kinesys Group focuses on early-stage startup funding.

“Currently, investors are yet to act as shareholders because [their investment] is in the form of convertible loans, which will then be converted into equity. We are looking for partners who can provide guidance in terms of technology and collaboration. For example, investors invest in other portfolios, to be synergized with Noice. We do it gradually as we focus on developing content,” he explained.

With this rank of investors, Noice has added new resources that will focus on the technology side. The company formed a special team from India to internally develop the platform.

Business roadmap 2021

Furthermore, Adrian said that Noice’s technology focuses divided into three phases. First, the launch of the Noice 2.0 beta platform with the new UI / UX this March. Second, the company will launch the 2.X version in May. In this phase, Noice starts to enter an open platform, aka content that can be uploaded individually or personalized content. Third, Noice will begin monetization, either with an advertising or subscription scheme.

With this platform, the company began to boost the number of podcast content this year targeting 4,000-5,000 episodes. As of December, Noice has more than 3,000 podcast episodes, 62 podcast content titles, and signed up to 80 podcasters.

Adrian said, entertainment content, especially comedy and horror, is currently the most popular genre in Indonesia. Nevertheless, Noice will continue to expand its content into various categories, such as education and business. “We produce 95% of the content on Noice ourselves. We hired an exclusive podcaster. We run the idea and podcaster execute the content,” he explained.

For now, Noice content can still be accessed for free. Monetization will only be discussed if the user base, monthly active users (MAU), and time spend increase. Regarding target, Noice is aiming for an increase in user base up to four times from its current position, total play up to eight times, and the amount of exclusive original content increased by two times.

“Currently, we have not focused on monetization as resistance is still an issue with the Indonesian market when talking about the subscription system. Of course, we will start to accelerate advertising and subscription schemes in the future, maybe later in the third stage.”

Based on Spotify data, Indonesia will dominate the most podcast consumption in Southeast Asia in 2020. As many as 20% of the total Spotify users in Indonesia listen to podcasts every month, and this number is higher than the global average percentage.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Audio On-Demand Noice Targetkan Tutup Putaran Pendanaan di Kuartal II 2021

Platform audio on-demand Noice telah menerima perolehan pendanaan tahap awal dari sejumlah investor, yakni Kenangan Kapital, Alpha JWC, dan Kinesys Group. Investasi ini akan digunakan untuk menggenjot pengembangan teknologi dan konten lokal Noice pada tahun ini. Nilai investasinya sendiri tidak disebutkan.

Dalam wawancaranya dengan DailySocial, Presiden Direktur Mahaka Radio Adrian Syarkawie mengungkap bahwa ada satu investor lagi, diklaim adalah startup unicorn, yang akan masuk ke pendanaan ini. Menurutnya, keterlibatan unicorn ini bakal memberikan peluang sinergi kedua perusahaan dan transfer teknologi yang lebih besar. “Saya belum bisa announce namanya. Kami akan push [closing] di kuartal kedua ini,” ujar Adrian.

Semula Noice dikembangkan sebagai platform radio streaming. Namun, menurut Adrian, layanan ini dinilai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar yang kian berkembang. Sementara konten on-demand tumbuh pesat di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

“Kalau hanya dari radio streaming saja, kelihatannya [kurang] untuk aplikasi digital. Terlebih orang masih bisa mendengar radio dari media lain. Jadi, kami melihat ke depan apa yang menarik bagi konsumen lewat aplikasi ini, dan maka itu kami masuk ke konten podcast,” ujarnya kepada DailySocial.

Dengan posisi kuat PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI) di bisnis radio, perusahaan pun membentuk joint venture dengan PT Quatro Kreasi Indonesia untuk mendirikan PT Mahaka Radio Digital yang menaungi Noice. Quatro merupakan konsorsium dari empat perusahan rekaman di Indonesia, antara lain Musica, Aquarius, My Music, dan Trinity.

Konsorsium ini, ujar Adrian, terjalin dari kesamaan visi dari masing-masing pemilik label musik untuk mengembangkan aplikasi yang fokus pada konten lokal berbasis suara.

Investor yang memberikan dukungan di teknologi

Tahun ini, Noice akan fokus pada pengembangan platform aplikasi dan lokalisasi konten. Kedua hal tersebut tadinya belum menjadi fokus utama perusahaan mengingat bisnis utama Mahaka Radio Integra adalah memproduksi konten. Adrian juga menyebut platform Noice belum optimal dari sisi teknologi karena saat itu dikembangkan oleh pihak ketiga.

“Kami memang bukan tech company. Namun kami sadar ke depannya tidak bisa berkembang dari konten saja, tetapi juga dari teknologi. Dari sini, kami punya dua concern, yakni konten dan teknologi. Karena Mahaka Radio Integra dan Quatro kuat di konten, kami coba cari investor yang bisa memberikan support di teknologi,” ungkap Adrian kepada DailySocial.

Kenangan Kapital merupakan angel fund milik Co-founder dan CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata yang fokus pada portofolio di consumer tech. Kopi Kenangan juga merupakan bagian dari portofolio Alpha JWC. Sementara, Kinesys Group fokus terhadap pendanaan startup tahap awal.

“Saat ini, investor belum masuk sebagai pemegang saham karena [investasinya] masih dalam bentuk convertible loans, nanti baru dikonversi menjadi equity. Kami memang mencari partner yang bisa memberikan guidance dari sisi teknologi dan kolaborasi. Misal, investor berinvestasi ke portofolio lain, ini bisa disinergikan ke Noice. Kami lakukan bertahap karena kami fokus perkuat di konten,” paparnya.

Dengan keterlibatan investor ini, Noice telah menambah resource baru yang akan fokus dari sisi teknologi. Perusahaan membentuk tim khusus dari India untuk mengembangkan platform Noice secara internal ke depannya.

Roadmap bisnis 2021

Lebih lanjut, Adrian menyebutkan fokus pada pengembangan teknologi Noice terbagi dalam tiga fase. Pertama, peluncuran platform Noice 2.0 beta dengan UI/UX baru pada Maret ini. Kedua, perusahaan akan meluncurkan platform Noice versi 2.X pada Mei mendatang. Di fase ini, Noice mulai masuk ke jenis konten yang bisa open platform alias konten yang dapat diunggah sendiri atau personalized content. Ketiga, Noice akan mulai melakukan monetisasi, baik dengan skema iklan maupun berlangganan.

Dengan pengembangan platform ini, perusahaan mulai menggenjot jumlah konten podcast di tahun ini dengan target konten mencapai 4.000-5.000 episode. Per Desember, Noice telah memiliki lebih dari 3.000 episode podcast, 62 judul konten podcast, dan mengontrak sebanyak 80 podcaster.

Menurut Adrian, saat ini jenis konten hiburan, terutama komedi dan horor, masih menjadi genre paling diminati di Indonesia. Kendati demikian, Noice akan terus memperluas konten ke depan ke berbagai kategori, seperti edukasi dan bisnis. “Sebanyak 95% konten di Noice itu kami produksi sendiri. Kami kontrak podcaster secara eksklusif. Kami godok idenya dan podcaster yang eksekusi kontennya,” jelasnya.

Untuk sekarang, konten Noice masih bisa diakses secara gratis oleh pengguna. Monetisasi baru akan digodok apabila user basemonthly active users (MAU), dan time spend meningkat. Targetnya, Noice mengincar kenaikan user base hingga empat kali lipat dari posisinya sekarang, total play hingga delapan kali lipat, dan jumlah konten original eksklusif hingga dua kali lipat.

“Saat ini kami belum fokus monetisasi karena pasar Indonesia masih ada penolakan jika bicara sistem berlangganan. Tentu skema iklan dan berlangganan akan kami mulai genjot ke depan, mungkin nanti di tahap ketiga.”

Berdasarkan data Spotify, Indonesia mendominasi konsumsi podcast terbanyak se-Asia Tenggara pada 2020. Sebanyak 20% dari total pengguna Spotify di Indonesia mendengarkan podcast setiap bulan, dan jumlah tersebut lebih tinggi dari persentase rata-rata global.

Saturdays Boosts Omnichannel Network Expansion After Seed Funding

The direct-to-consumer startup, Saturdays, has just announced seed funding from three venture capitals, including Alpha JWC Ventures, Kinesys Group, and Alto Partners. In fact, this round was closed in 2020, the announcement is just arrived. The fresh funds will be focused on expanding offline stores and strengthening the omnichannel network.

In a general note, Saturdays offers lifestyle products with eyewear as its main business. With the DTC model, Saturdays produced its own lens and frame materials, from design, manufacturing, to direct delivery to consumers. Saturdays was founded by Rama Suparta and Andrew Kandolha in 2016.

In terms of sales, Saturdays has adopted the online-to-offline (O2O) model through websites and retail stores. Its first flagship store is located at Lotte Shopping Avenue, Jakarta, which is integrated with a coffee shop for a lifestyle effect.

Today, Saturdays also announced a new online sales channel, the Saturdays Lifestyle. This application allows users to shop for eyewear products on an O2O basis. Users can now download it via iOS and Android devices.

In his statement, Saturdays’ Co-founder Rama Suparta said that there are some integrated O2O shopping features available for users, such as online purchases, then picking them up at offline stores. Saturdays also present several payment options, including Buy Now Pay Later from Kredivo.

“One of the best features in this application is the Home Try-On reservation. This is Saturdays’ breakthrough by presenting an at-home eyeglass trial program. Customers only need to set a date, select ten frames, set an address, and get selected Arabica coffee, all for free,” Rama said.

Furthermore, Saturdays will continue to add offline store chains with a lifestyle to other big cities this year. Currently, the company has eight offline stores spread across the Jabodetabek area.

According to Rama, since the beginning, Saturdays was inspired by the unicorn startup Warby Parker who kicked off the conventional eyewear industry, by creating products that were authentic, affordable, and easy. Thus, by cutting significant brokerage fees, the company shares a vision of offering high-quality eyewear at affordable prices.

“We want to provide an extraordinary shopping experience for customers who are used to shopping with conventional and boring models. In the future, we will continue to innovate to become the dominant market leader in Indonesia,” Rama concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here