KoinWorks Nabbed 230 Billion Rupiah Series A Funding

P2p lending startup KoinWorks receives the Series A funding of IDR 230 billion led by Mandiri Capital Indonesia (MCI). It was also supported by Gunung Sewu and Convergence Venture.

Aside from the equity distribution and additional bonds, this also started the strategic partnership between KoinWorks and Mandiri Group. It’s focused on developing safe and relevant financial facilities for Indonesia’s digital SME market.

Mandiri Group will participate in supervising the development of safe and affordable financial products in KoinWorks. KoinWorks is hoping to strengthen its position as the market leader in p2p lending for SME.

Since officially registered in OJK by 2016, KoinWorks has been supporting digital SMEs development in five main verticals: fashion, electronics, cosmetics, gadget, and food & beverage industries. According to the data, most of the SMEs registered in KoinWorks are under five years operation.

“Most of the SMEs in Indonesia have gone digital, retails are getting decreased. The market potential becomes KoinWorks’ focus. This business goes along with our spirit in improving Indonesia’s financial inclusion,” Benedicto Haryono, KoinWorks’ Co-Founder and CEO, added.

In addition, he also revealed that this funding will be focused on developing technological innovations in each of KoinWorks financial product.

“With the presence of data showing positive prospect from digital SME market, it’s important for them to gain access to an easy and safe financial service. P2p lending concept is very suitable as a leading financial service for their business development,” Eddi Danusaputro, Mandiri Capital Indonesia’s CEO, said.

In terms of funding, Koinworks claims to have controlled most of the p2p retail investor market in Indonesia. Lenders in KoinWorks have access to the filtered investment products, complete with a transparent risk level, loan tenor, and investment interest. All features are there and lenders in Koinworks are expected to be able to make an investment based on data analysis.

“We believe that technology is the key differentiator. Our focus is on technology development and user satisfaction. Along with the increasing number of smartphone users and a combination of affordable investment, it’ll change the behavior. KoinWorks will change the way people invest digitally,” Willy Arifin, KoinWorks’ Co-Founder and Chairman, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

KoinWorks Dapatkan Pendanaan Seri A Senilai 230 Miliar Rupiah

Startup p2p lending KoinWorks hari ini (22/8) mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai Rp230 miliar yang dipimpin oleh Mandiri Capital Indonesia (MCI). Pendanaan tersebut turut didukung oleh Gunung Sewu dan Convergence Venture.

Selain dalam bentuk pembagian ekuitas dan penambahan obligasi, prosesi ini turut memulai kerja sama strategis antara KoinWorks dengan Mandiri Group. Kerja sama difokuskan untuk mengembangkan sarana keuangan yang aman dan relevan bagi pasar UKM digital di Indonesia.

Nantinya Mandiri Group akan turut memberikan supervisi dalam pengembangan produk finansial yang terjangkau dan aman di KoinWorks. Sehingga diharapkan KoinWorks mampu menguatkan statusnya sebagai market leader dalam p2p lending di pasar UKM.

Semenjak resmi terdaftar di OJK pada tahun 2016, KoinWorks telah mendukung perkembangan UKM digital yang beroperasi di lima vertikal utama yaitu: industri fashion, elektronik, kosmetik, gadget dan food & beverage. Dari data yang ada terungkap, sebagian besar UKM digital yang terdaftar sebagai peminjam di KoinWorks berusia di bawah 5 tahun operasional.

“Sebagian besar UKM di Indonesia sudah go-digital, kehadiran toko fisik dari brand lokal pun mulai berkurang. Potensi pasar inilah yang menjadi fokus dari KoinWorks. Geliat bisnis ini selaras dengan semangat kami untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia,” sambut Co-Founder & CEO KoinWorks, Benedicto Haryono.

Selain itu Benedicto juga mengungkapkan, pendanaan seri A ini akan difokuskan untuk mengembangkan inovasi teknologi di setiap produk finansial Koinworks.

“Dengan hadirnya data yang menunjukkan prospek positif dari pasar UKM digital, penting bagi mereka untuk mampu meraih akses terhadap jasa finansial yang aman dan mudah. Konsep p2p lending sangat cocok untuk menjadi jasa finansial unggulan bagi pengembangan bisnis mereka,” ujar CEO Mandiri Capital Indonesia, Eddi Danusaputro.

Dari segi pendana, hingga saat ini, KoinWorks mengklaim telah menguasai sebagian besar pasar investor ritel p2p di Indonesia. Pendana di KoinWorks memiliki akses terhadap produk investasi yang telah tersaring, lengkap dengan tingkat risiko yang transparan, tenor pinjaman dan bunga investasi. Seluruh fitur ini hadir dan diharapkan agar pendana di KoinWorks mampu melakukan investasi yang berlandaskan analisis data.

“Kami percaya bahwa teknologi merupakan the key differentiator. Fokus kami terletak di pengembangan teknologi serta kepuasan pengguna. Seiring dengan semakin banyaknya pengguna smartphone serta kombinasi investasi yang terjangkau, akan mengubah behaviour. KoinWorks akan mengubah cara orang berinvestasi secara digital,” ujar Co-Founder & Chairman KoinWorks, Willy Arifin.

Gadjian Gandeng KoinWorks untuk Pinjaman Karyawan

Platform penggajian Gadjian mengumumkan kolaborasi bisnis dengan p2p lending KoinWorks untuk pasarkan pinjaman karyawan guna memberikan nilai tambahan bagi klien perusahaan Gadjian untuk para karyawannya. Kolaborasi ini hadir dalam modul Benefide yang dikeluarkan secara perdana oleh Gadjian.

“Benefide ini kami luncurkan dengan mitra perdana dimulai dari KoinWorks. Jadi dalam Benefide ini ada nilai tambah yang bisa perusahaan berikan kepada karyawannya, selain memberi gaji saja,” tutur CEO dan Co-Founder Gadjian Afia R Fitriati, Kamis (3/5).

Menurut Afia, pinjaman karyawan adalah alat retensi yang bisa dimanfaatkan perusahaan agar karyawan tetap bisa fokus bekerja tanpa perhatiannya terganggu saat ada kebutuhan uang tiba-tiba. Bagi perusahaan mengeluarkan kasbon itu adalah beban tersendiri karena tidak termasuk anggaran inti.

“Tapi dengan kolaborasi ini perusahaan tetap memberikan benefit kepada karyawannya tanpa membebani keuangan perusahaan.”

Pihaknya mengaku akan terus menambah benefit lainnya untuk para klien dalam modul Benefide. Seluruh benefit ini diharapkan akan memberikan daya tarik tersendiri buat para klien Gadjian, sekaligus upaya menarik klien baru.

Terhitung saat ini Gadjian telah memiliki klien sekitar 300-500 perusahaan dengan total karyawan mencapai 6-10 ribu orang.

Prosedur pengajuan

CEO dan Co-Founder KoinWorks Benedicto Haryono menambahkan untuk proses pengajuan pinjaman ini, sebelumnya tim HRD perlu mengaktifkan fitur pinjaman dalam dashboard-nya. Kemudian mengisi form dan di-submit langsung ke KoinWorks.

Dalam proses tersebut, KoinWorks akan melakukan penilaian sebelum menerbitkan MoU kepada klien. Setelahnya, karyawan dari perusahaan tersebut dapat langsung mengajukan pinjaman lewat dashboard mereka. Proses review akan kembali dilakukan selama satu hari kerja.

“Karyawan yang mau pinjam juga ada persyaratan standar, seperti minimal sudah bekerja enam bulan di perusahaan tersebut, statusnya masih aktif bekerja, berumur minimal 21 tahun dan menyerahkan dokumen KTP, KK, dan mutasi rekening tiga bulan,” terang Benedicto.

Setiap karyawan yang mengajukan pinjaman ke KoinWorks, memiliki keuntungan dapat meminjam dana maksimal 6 kali di atas gaji, bunga 1-1,2% per bulan dengan tenor maksimal 12 bulan, dana pun dapat ditransfer di rekening manapun.

Besaran bunga yang dibayarkan ini, menurut Benedicto, cukup kompetitif apabila meminjam dengan cara yang reguler. Besaran bunga untuk pinjaman usaha berkisar antara 0,75-1,7% per bulan atau 9-20% per tahunnya.

Benedicto optimis perusahaan dapat melayani klien Gadjian seiring upayanya merealisasikan target penyaluran pinjaman hingga Rp1 triliun sampai akhir tahun ini. Hingga akhir April 2018, perusahaan baru merealisasikan penyaluran sekitar Rp170 miliar dengan total 50 ribu pendana.

Tiga Startup Fintech Tunjukkan Komitmen Atasi Masalah Pendidikan

Tiga startup fintech yang bergerak di lending, Dana Cita, Dana Didik, dan KoinWorks, menunjukkan komitmennya untuk terus mengembangkan solusi pembiayaan pendidikan bagi mahasiswa dengan terus menambah kemitraan dengan institusi pendidikan tinggi. Lewat kemitraan, diharapkan bakal semakin banyak mahasiswa yang terbantu dan bisa merintis karier lebih baik ke depannya.

Komitmen tersebut kian agresif ditunjukkan pasca Presiden Joko Widodo meminta perbankan mendorong penyaluran kredit pendidikan seperti di Amerika Serikat yang dilontarkan pada pertengahan Maret lalu saat rapat terbatas.

Tantangan yang diberikan Presiden tersebut dijawab sejumlah perbankan, seperti BNI dan BRI dengan meluncurkan kredit pendidikan atau student loan. BRI menghadirkan Briguna Flexi Pendidikan ditujukan bagi mahasiswa S2 dan S3 dalam negeri yang sudah memiliki penghasilan tetap.

Sementara BNI memanfaatkan kemitraan dengan ITS untuk program BNI Fleksi-Pendidikan dengan menyasar mahasiswa dan dosen dari S1 hingga S3 di lembaga pendidikan dalam dan luar negeri.

Yang berbeda dengan institusi perbankan tersebut, ketiga fintech ini bermain ke sektor pendidikan yang lebih “berani” karena masuk ke ranah pembiayaan mahasiswa untuk jenjang diploma, sampai ke sarjana S1. Jenjang tersebut notabene penuh risiko karena mahasiswa belum lulus kuliah dan belum memiliki karir yang jelas, sehingga kurang diminati oleh perbankan.

“Total APBN untuk sektor pemerintah adalah 20%, namun keseluruhannya masih menyasar untuk pendidikan dasar dan menengah. Bagaimana dengan pendidikan tingginya? Itu butuh peran dari swasta, maka dari itu fintech hadir untuk bantu menyelesaikan masalah tersebut,” ucap Co-Founder Dana Cita Susli Lie, Selasa (3/4).

Susli menuturkan, Dana Cipta hadir pada awal tahun lalu dengan fokus pinjaman pembiayaan pendidikan untuk pelajar yang masih duduk di bangku perguruan tinggi dan vokasi di Indonesia. Saat ini perusahaan telah memfasilitasi pembiayaan untuk 50 mahasiswa yang berasal dari 27 PTN dan PTS, termasuk di antaranya UI, ITB, IPB, PNJ, dan STMIK.

Dana Cipta memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan hingga 100% dari biaya kuliah, tenornya maksimal enam tahun dan bunga yang bervariasi tergantung profil pemohon dan program studinya.

Mahasiswa dapat mengajukan permohonan melalui situs, apabila disetujui biaya akan dicairkan langsung ke lembaga pendidikan terkait sesuai dengan jadwal pembayaran. Untuk mengatasi kredit macet, perusahaan mewajibkan setiap pemohon mengajukan permohonan bersama dengan orang tua atau saudara yang memenuhi syarat sebagai peminjam pendukung dan penanggung jawab.

“Sebanyak 12% dari total peminjam kami adalah generasi pertama yang ingin meraih gelar sarjana. 33% peminjam memiliki orang tua dengan pekerjaan sebagai wiraswasta, yang punya cashflow tapi tidak menentu. Dari sini terlihat bahwa duduk di bangku perguruan tinggi punya potensi untuk meraih karier pekerjaan yang lebih baik meski belum terukur waktunya itu kapan terwujud,” kata Suslie.

Sedikit mirip dengan Dana Cita, Dana Didik memanfaatkan dana pinjaman dengan sistem crowdfunding. Perusahaan memberikan pinjaman dengan tenor maksimal empat tahun dengan model pembagian pendapatan sehingga tidak membebani siswa. Co-Founder Dana Didik Dipo Satria Ramli mengatakan perusahaan memiliki tiga produk pembiayaan untuk program pendidikan di bidang kesehatan, teknologi, dan pinjaman pendidikan umum.

Untuk pengembalian dana, apabila sebelum masa kelulusan dan/atau belum berpenghasilan mahasiswa sudah mampu mengembalikan pinjaman, mereka dapat keringanan bunga 0%. Sementara untuk yang sudah berpenghasilan menganut skema bagi hasil dengan kisaran antara 10%-30% tergantung besaran pendapatan mahasiswa nantinya.

“Secara personal, banyak investor yang tertarik berinvestasi di sektor pendidikan karena mereka ingin bantu anak-anak yang ingin serius sekolah. Secara bunga memang tinggi, namun mereka ada kepuasan di sana. Dari mahasiswa yang sudah melunasi cicilan di kami, penghasilan mereka tercatat naik 3x lipat dari besaran pinjaman,” ucap Dipo.

Minta insentif

Kendati secara bisnis ketiga startup fintech ini cukup berani untuk terjun ke ranah yang masih enggan dimasuki perbankan, mereka meminta bantuan insentif kepada pemerintah untuk dorong geliat pembiayaan di sektor pendidikan jadi lebih bergairah.

CEO KoinWorks Benedicto Haryono menuturkan insentif tersebut bisa berupa peringanan pajak untuk para investor, bantuan pendanaan agar tenor bisa lebih panjang, dan lain sebagainya.

“Tentunya kalau ada insentif akan lebih menyenangkan buat investor dan perusahaan, kalau ada peringanan PPh tentunya akan lebih senang,” tuturnya.

KoinWorks memiliki dua produk lending yang menyasar target konsumen berbeda, untuk pengusaha UKM dan pendidikan (Koin Pintar). Secara bertahap, perusahaan mengembangkan Koin Pintar dengan sasaran awal pelajar untuk program kursus singkat (non formal), kemudian mengembangkan ke tahap lebih lanjut ke sektor formal perguruan tinggi.

Sejak pertama kali berdiri di 2015, perusahaan telah membiayai pendidikan untuk 100 mahasiswa dengan komposisi 30% di antaranya untuk pendidikan formal dan sisanya untuk pendidikan non formal.

“Kami harapkan komposisinya nanti bisa berimbang 50:50, untuk itu kami akan perbanyak kemitraan dengan perguruan tinggi.”

Dalam memberikan penyaluran ke sektor pendidikan, selama ini KoinWorks mengandalkan sumber dana dari institusi luar negeri, seperti dari Jepang dan Hong Kong, sebagai investor.

KoinWorks’ RoboLending Automates Profit Estimation and Investment Process

P2P lending provider KoinWorks announces new features in its platform. It’s a feature designed for giving comprehensive information related to potential benefit for lenders that already being estimated within a certain period.

The feature automates every investment process and funding allocation of specified investment. RoboLending is developed using machine learning, studying the existing transaction model for the whole year (in 2017).

For KoinWorks, having an autorun service becomes a necessity in the midst of increasing number of enthusiasts. Currently, there are more than 40 thousand lenders in KoinWorks. There are 600 investors participate for all loan applications in average. Using RoboLending, KoinWorks side mission is to facilitate newcomer investors, especially those expecting quick results.

“RoboLending is a machine learning-based feature we create from our investment activities during 2017. We hope this feature can help to increase financial inclusion, for young investors wanting to invest, can allocate funds using this feature. RoboLending is one of KoinWorks innovation in technology because we believe that innovation is the base of economic development,” KoinWorks’ CEO & Co-Founder Benedicto Haryono responded.

He explains with lumpsum return method, all lenders using RoboLending feature will get a refund according to the interest of the terms approved. This feature also considered being a breakthrough in Indonesia’s p2p lending network, complementing KoinWorks commitment to present innovations within the framework of p2p lending service it provides.

Previously, KoinWorks has launched Dana Proteksi to minimize lender’s loss everytime the borrower fails to pay back. Other services such as KoinBisnis, KoinPintar, KoinSehat, and KoinInvoice are presented to cover a variety of loan needs. In 2017, KoinWorks has launched Multi Auto Purchase that allows autorun funding distribution to all existing investment products based on investor’s preference.

So far, KoinWorks has managed to distribute funding to over 824 borrowers. This feature is expected to increase the amount of investment and recruit more lenders with the easy investment.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

RoboLending dari KoinWorks Otomasi Proses Investasi dan Estimasi Keuntungan

Penyedia layanan p2p lending KoinWorks mengumumkan kehadiran fitur baru di platformnya. Bernama RoboLending, fitur tersebut didesain untuk mampu memberikan informasi komprehensif bagi pemberi dana seputar potensi keuntungan yang sudah diestimasi dalam jangka waktu tertentu.

Fitur ini membuat otomatis seluruh proses investasi dan alokasi dana investasi yang ditentukan.  RoboLending dikembangkan dengan memanfaatkan kapabilitas machine learning, mempelajari model transaksi yang telah berjalan sepanjang tahun 2017.

Bagi KoinWorks, memiliki layanan yang dapat berjalan secara otomatis menjadi kebutuhan tersendiri di tengah peminat layanan yang makin banyak. Diinformasikan saat ini sudah ada lebih dari 40 ribu pendana di KoinWorks. Rata-rata untuk setiap pengajuan pinjaman yang dilakukan pengguna, ada 600 pendana yang turut andil meminjamkan investasinya. Melalui fitur RoboLending, misi lain KoinWorks ialah untuk memudahkan pendana pemula, khususnya bagi mereka yang ingin cepat mengetahui hasil yang didapat.

“RoboLending ini sebagai fitur yang kami ciptakan berdasarkan machine learning yang belajar dari aktivitas pendana kami selama 2017. Kami berharap fitur ini dapat membantu meningkatkan inklusi finansial, jadi bagi para investor muda yang ingin mencoba berinvestasi, dapat mengalokasikan dananya menggunakan fitur ini. RoboLending merupakan salah satu inovasi KoinWorks dalam sisi teknologi, karena kami yakin bahwa inovasi merupakan landasan dari perkembangan ekonomi,” sambut Co-Founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono.

Benedicto turut menerangkan, dengan menggunakan metode pengembalian lumpsum, setiap pendana yang menggunakan fitur RoboLending akan mendapatkan pengembalian sesuai bunga yang tertera pada akhir jangka waktunya. Hadirnya fitur ini juga dinilai menjadi terobosan baru dalam dunia p2p lending tanah air juga melengkapi komitmen KoinWorks dalam menghadirkan inovasi demi inovasi dalam kerangka layanan p2p lending yang disediakannya.

[Baca juga: Penerapan Teknologi Kecerdasan Buatan untuk Startup Fintech]

Sebelumnya KoinWorks juga menghadirkan layanan Dana Proteksi untuk meminimalkan kerugian modal lender setiap kali peminjam gagal bayar. Layanan lain, seperti KoinBisnis, KoinPintar, KoinSehat, hingga KoinInvoice, dihadirkan demi mencakup beragam kebutuhan pinjaman. Terakhir di tahun 2017 KoinWorks meluncurkan Multi Auto Purchase, memungkinkan pendana untuk mengotomasi pendistribusian dana investasinya ke berbagai produk investasi yang tersedia sesuai preferensi.

Sejauh ini KoinWorks sudah berhasil menyalurkan dana ke lebih dari 824 peminjam. Hadirnya fitur ini diharapkan akan menambah jumlah penyaluran dana investasi dan merekrut lebih banyak pendana dengan kemudahan berinvestasi yang dimilikinya.

Application Information Will Show Up Here

Penerapan Teknologi Kecerdasan Buatan untuk Startup Fintech

Fintech (financial technology) pada dasarnya merupakan layanan finansial yang mencoba memberikan nilai lebih dalam penyampaian layanannya melalui pendekatan berbasis teknologi. Dari perkembangan yang ada saat ini di Indonesia, hampir semua jenis layanan finansial telah coba didigitalkan oleh para inovator. Salah satu yang paling populer adalah layanan pinjaman, atau kini dikemas dalam bentuk peer-to-peer lending.

Di balik operasional layanan berbasis fintech, berbagai varian teknologi masa kini diterapkan, untuk menghadirkan otomatisasi layanan. Kami mencoba berbincang dengan CTO KoinWorks Willy Wirawan untuk mengetahui gambaran bagaimana teknologi berperan dalam sebuah bisnis keuangan. Mengawali perbincangan, Willy memaparkan bahwa di balik platform aplikasi KoinWorks ada algoritma kecerdasan buatan yang telah diterapkan saat ini, mengusung konsep Computer Vision, Natural Language Processing, dan Modelling.

Ketika pendekatan teknologi tersebut sebenarnya sudah diinisiasi di kancah ilmuwan sejak lama, namun penerapannya dalam algoritma yang dimanfaatkan di sektor riil baru mulai terasa akhir-akhir ini. Pada dasarnya Computer Vision mencoba mengoptimalkan kinerja mesin (dalam hal ini sistem aplikasi) untuk mampu mengekstraksi informasi sehingga dapat menyelesaikan tugas tertentu secara mandiri. Sedangkan Natural Language Processing merupakan sebuah ilmu komputer untuk mengondisikan mesin dapat berinteraksi secara alamiah dengan bahasa manusia.

Melihat perkembangannya, pemanfaatannya harus segera digulirkan, karena bisa jadi ditemukan mekanisme optimasi kecerdasan buatan untuk ekonomi Indonesia.

KoinWorks sendiri memanfaatkan konsep kecerdasan buatan untuk dua skenario, yakni Automation dan Prediction. Willy menceritakan, skenario Automation diterapkan untuk mengurangi proses bisnis manual sehingga bisa semi-otomatis menangani operasional khususnya yang berulang. Sedangkan skenario Prediction digunakan untuk menebak informasi dengan memahami pola perilaku data yang terekam sistem.

“Salah satu contoh pemanfaatannya, kami menggunakan teknologi tersebut untuk memprediksi nasabah yang baik berdasarkan psikometri dari digital footprint yang dimiliki,” ujar Willy.

Ia turut menjelaskan, bahwa industri finansial seperti payment, lending dan sebagainya merupakan bagian dari risk mitigation, sehingga dibutuhkan sentuhan teknologi untuk dapat mendeteksi dan memprediksi kemungkinan terjadinya risiko tadi secara lebih cepat dan akurat. Proses ini mutlak dibutuhkan oleh perusahaan seperti KoinWorks, karena turut membantu pemangku kepentingan membuat keputusan secara lebih cepat dan baik.

“Cukup optimis dengan efektivitas penerapan kecerdasan buatan. Optimisme ini berbanding lurus dengan growth company in terms of user dan transaction karena teknologi kecerdasan buatan is all about data points yang digunakan untuk melatih teknologi yang diterapkan itu sendiri,” terang Willy.

Fitur terbaru dari KoinWorks menerapkan algoritma Machine Learning untuk layanan RoboLending, yakni untuk memudahkan pelanggannya (kini sudah mencapai lebih dari 34 ribu) untuk menambah pilihan lender dalam berinvestasi melalui peer to peer lending. Hadirnya fitur RoboLending ini diharapkan mempermudah dan memaksimalkan return investasi sesuai jangka waktu yang dikehendaki. Tidak hanya itu, RoboLending pun memberikan potensi keuntungan yang sudah diestimasi lengkap dengan jangka waktunya sehingga lender dapat dengan mudah memilih untuk menginvestasikan dana hingga potensi keuntungan tersebut tercapai.

“Untuk ke depannya, kami tetap berinovasi dengan landasan teknologi yang disertai pengembangan financial inclusion sebagai tujuannya. Tidak hanya itu, kami akan mencoba menciptakan lebih banyak awereness dan meningkatkan produk kami untuk lebih baik bagi para user KoinWorks,” pungkas Willy.

Application Information Will Show Up Here

10 Video Terpopuler #DStour Sepanjang Tahun 2017

Sepanjang tahun 2017 DailySocial dengan program #DStour telah mengunjungi beberapa kantor startup di Indonesia. Selain mendapatkan perhatian khusus dari pembaca, segmen #DStour juga ternyata dinantikan oleh pembaca setia DailySocial dan audience dari channel YouTube DailySocial. Dalam kesempatan berikut kami rangkum 10 liputan #DStour terfavorit berdasarkan jumlah kunjungan audience di YouTube DStv.

1. Go-Jek

Setelah sebelum menempati beberapa kantor di kawasan Kemang Jakarta Selatan, sekitar pertengahan tahun 2017 lalu Go-Jek memindahkan ribuan karyawannya ke gedung kantor baru di Pasaraya Blok M Jakarta Selatan. Kantor dua lantai tersebut di desain dengan gaya modern, nyaman dan sarat dengan ruangan meeting hingga open space untuk bekerja.

2. Indosat Ooredoo

Memasuki posisi kedua kantor Indosat Ooredoo ternyata mendapatkan perhatian lebih dari pembaca DailySocial. Gedung yang direnovasi dengan nuansa dinamis sarat dengan fasilitas bekerja lengkap dan bermain, menjadikan kantor Indosat Ooredoo menarik perhatian dari audience.

3. Female Daily

Di urutan ketiga kantor startup Female Daily ternyata paling banyak dicari oleh pembaca DailySocial. Gedung kantor yang terletak di Kemang Jakarta Selatan ini, diwarnai dengan ruang kerja open space dan halaman belakang yang asri dengan kolam renang dan studio milik Female Daily.

4. Bhinneka

Salah satu layanan e-commerce pertama di Indonesia Bhinneka menempati posisi ke empat dalam peringkat liputan DailySocial terfavorit. Kantor yang memiliki toko ini, juga dilengkapi dengan kafe dan layanan untuk pelanggan Bhinneka. Memadukan gaya kasual dan nuansa kental Indonesia, menjadikan kantor Bhinneka unik dan menarik.

5. Amartha

Masih dari kawasan Kemang Jakarta Selatan, kantor startup yang satu ini dulunya adalah gudang furnitur yang kemudian diubah menjadi kantor startup dengan dua tingkat. Sarat dengan nuansa kayu dan konsep open space, menjadikan kantor Amartha tampil elegan untuk sebuah kantor startup.

6. Rework Coworking Space

Sepanjang tahun 2017 juga diramaikan dengan kehadiran coworking space dengan konsep unik, menarik sarat dengan fasilitas pendukung lengkap. Salah satu coworking space yang menjadi perhatian dari DailySocial adalah Rework, yang terletak di kawasan Kuningan Jakarta Selatan. Menempati posisi ke enam, coworking space Rework mendapatkan minat audience dari channel Youtube DailySocial.

7. Koinworks

Sebagai startup fintech P2P lending, KoinWorks memiliki gedung kantor yang menarik dengan konsep open space. Sarat dengan murral dan lukisan unik, kantor startup yang terletak di Jakarta Pusat ini menarik untuk dinikmati dan menjadi pilihan ketujuh oleh audience.

8. Freeware

Satu lagi liputan coworking space yang menarik perhatian banyak audience. Memiliki konsep premium dan terletak di kawasan bisnis Jakarta Selatan SCBD, coworking space Freeware sarat nuansa modern dan elegan sekaligus fasilitas pendukung lengkap untuk bekerja.

9. Blanja

Sebagai salah satu layanan e-commerce yang semakin eksis di Indonesia, Blanja juga memiliki gedung kantor yang menarik untuk dinikmati. Terletak di kawasan Pancoran Jakarta Selatan, kantor Blanja dilengkapi dengan ruang fitness dan olah raga, pantry hingga lounge dan konsep open space untuk bekerja pegawai.

10. Gowork

Di urutan terakhir coworking space yang satu ini ternyata menjadi perhatian dari audience. Terletak di Jakarta Pusat, coworking space yang satu ini memiliki konsep yang casual layaknya sedang berada di rumah atau apartemen. Dengan desain yang minimalis namun cukup luas untuk bekerja.

Layanan yang Membantu Berjualan di Era Digital

Saat ini banyak sekali startup yang menghadirkan solusi untuk masalah yang ada di sekitar kita. Jika Anda seorang penjual yang ingin berjualan offline maupun online dan membutuhkan bantuan kemajuan teknologi, berikut beberapa hal yang kini bisa dioptimalkan atau dimudahkan dengan adanya layanan-layanan dari startup atau yang dikenal sebagai perusahaan teknologi.

Kemudahan akses modal

Modal adalah sesuatu yang kerap menjadi masalah bagi bisnis dan para penjual, terlebih modal finansial. Secara konvensional para pebisnis mengandalkan layanan perbankan untuk mencari modal namun berkat teknologi digital modal bisa diakses dengan lebih mudah.

Layanan sepeti KoinWorks, Modalku, Sofis, Amartha hingga UangTeman merupakan layanan yang telah menghadirkan solusi untuk memudahkan mendapatkan modal. Para penjual bisa mengajukan pinjaman ke layanan-layanan tersebut dengan nominal yang bisa disesuaikan setelah penjual melengkapi berkas pengajuan pinjaman. Selain mudah layanan peminjaman yang dikenal dengan istilah peer to peer lending (P2P) memiliki fleksibilitas bentuk pinjaman termasuk memudahkan dalam membayar cicilan yang telah ditentukan. Semua bisa dilakukan di mana saja melalui teknologi digital yang dikembangkan layanan-layanan tersebut.

Pemasaran

Sebagai penjual, baik offline maupun online memasarkan produknya merupakan sebuah tantangan. Memilih strategi yang tepat untuk meningkatkan konversi dari target pemasaran menjadi pengguna adalah pekerjaan rumah yang tidak mudah. Butuh perhitungan, butuh alat dan butuh data-data yang valid untuk menghindarkan dari pemasaran yang sia-sia.

Dari sekian banyak cara memasarkan barang ada beberapa startup asal Indonesia yang memiliki solusi untuk pemasaran yang unik dan menjanjikan kualitas jangkauan yang baik. Layanan tersebut adalah layanan iklan yang dipasang di kendaraan, baik mobil atau motor. Namun untuk kemudahan pengelolaan dan pembayaran disuguhkan dalam bentuk dashboard digital yang bisa diakses dengan mudah sehingga pengelolaan iklan dan laporannya bisa terukur dengan baik.

Tercatat startup seperti Sticar, Promogo, StickEarn, Klana, HipCar memberikan opsi pemasaran atau iklan melalui armada mobil dari mitra yang tergabung di masing-masing. Sementara layanan sepeti Karsa menawarkan iklan yang ditempel di kendaraan roda dua.

Ada beberapa keunggulan yang ditawarkan masing-masing. Namun tiga hal utama yang ditawarkan yakni kemudahan pengajuan iklan, iklan yang bisa dipantau dan sistem laporan efektivitas iklan yang ditayangkan yang bisa jadi bahan pertimbangan penjual. Semua dikembangkan dengan pendekatan teknologi.

Contoh lain dari pemasaran yang berkembang di era teknologi adalah hadirnya media sosial. Facebook, Instagram, dan Twitter masih menjadi sarana yang cukup seru untuk menjangkau target pasar.

Penjualan dan pengelolaan barang

Berjualan offline maupun online tentu membutuhkan usaha yang cukup banyak untuk mendata atau mengelola barang dan menjualnya. Untuk memudahkan hal tersebut, dari segi administrasi atau pencatatan banyak startup asal Indonesia yang menghadirkan solusi yang bisa jadi pilihan.

Untuk mereka yang berjualan offline dan online, startup seperti Jubelio dan Jualio mungkin bisa menjadi pilihan. Jubelio misalnya, menyuguhkan layanan terintegrasi untuk memudahkan berjualan online di banyak tempat atau marketplace. Dengan Jubelio penjual bisa memantau dan mengelola jualan mereka di banyak marketplace sekaligus. Termasuk bagaimana mengelola barang-barang yang ada di gudang. Sistem real time yang ditawarkan juga sangat bermanfaat untuk sinkronisasi stok barang.

Solusi yang cukup menarik lainnya juga ditawarkan oleh Jualio. Mengusung konsep membantu penjual menjualkan barangnya Jualio memberikan solusi yang memungkinkan pengguna menjual dan bertransaksi melalu media sosial. Jualio di awal tahun ini bahkan dikabarkan tengah menyiapkan chatbot dan platform berjualan melalui instagram. Teknologi-teknologi yang tentu akan membantu para penjual-penjual di era digital.  Dan mungkin banyak lagi startup yang bermanfaat dalam hal pengelolaan barang dan penjualan yang muncul di kemudian hari.

Pencatatan dan operasional

Selain bermanfaat bagi penjual yang menjual barang secara online banyak juga startup asal Indonesia yang mendesain solusi untuk para penjual offline. Solusi tersebut kebanyakan hadir dari segi pencatatan atau administrasi dan operasional. Kebanyakan saat ini yang ada mulai menggunakan teknologi cloud untuk memudahkan integrasi apabila penjual memiliki cabang dan semacamnya. Sistem pencatatan atau administrasi penjualan sering juga disebut dengan Point of Sales (POS).

Di Indonesia produk POS ini sudah mulai banyak pilihan, tercatat nama-nama seperti NADIPOS, Jurnal, Zahir, Moka Pos, dan beberapa lainnya. Selain itu juga ada Turboly yang menyediakan sistem POS, stok, suplier, sistem akuntansi dan CRM (customer relationship management). Ada juga Sleekr yang menyediakan pilihan untuk menangani pengelolaan karyawan dan akuntansi. Atau Ukirama, startup yang menyuguhkan sistem ERP yang lengkap termasuk untuk urusan pembayaran karyawan.

Sistem POS dan beberapa fitur lainnya yang usung startup ini biasanya memudahkan para pengguna yang umumnya penjual untuk memantau penjualannya di lebih dari satu tempat atau cabang. Kemudahan itulah yang menjadi dasar keunggulan startup-startup di segmen POS.

Optimasi kepuasan pelanggan

Proses transaksi yang mudah mungkin menjadi kunci bagi para penjual. Untuk hal tersebut mungkin Prism masih menjadi unggulan. Menyediakan solusi chat to buy Prism memungkinkan pembeli membeli dan melakukan transaksi via chat. Ini tentu sangat efektif bagi penjual. Selain pengalaman pengguna pengelolaan transaksi juga dimudahkan. Salah satu keseriusan Prism di segmen ini adalah mengeluarkan aplikasi papan ketik untuk memudahkan pengelolaan nomor rekening yang bermanfaat bagi para penjual online. Fitur di papan tersebut bisa meringkas cara penjual menangani pembeli melalui smartphone mereka.

Startup lainnya yang tak kalah berguna untuk pembayaran adalah Flip. Konsepnya sederhana, Flip membantu para penjual memangkas biaya transfer antar bank. Selain berguna bagi penjual layanan ini juga bermanfaat bagi pembeli. Dengan Flip baik penjual maupun pembeli bisa menghemat untuk keperluan masing-masing.

Selanjutnya adalah pelayanan pelanggan, bagaimana penjual bisa tetap melayani pembeli 24 jam non stop. Salah satu teknologi terkini yang bisa diimplementasikan adalah teknologi chatbot. Dengan teknologi ini menjual bisa memberikan pengalaman bertransaksi melalui pesan singkat yang dilakukan secara otomatis kepada pelanggan. Pengalaman dan penghematan biaya menjadi salah satu keunggulannya.

Untuk berinvestasi di layanan ini butuh cukup pengetahuan dan biaya. Untuk itu ChatzBro dan juga EVA melihat ini sebagai peluang. Keduanya sama-sama menyuguhkan kemudahan bagi para penjual untuk membantun chatbot yang bisa diimplementasikan di beberapa platform pesan instan populer yang ada.

Cara Merintis Karier Sebagai “Data Scientist”

Data Scientist termasuk salah satu profesi yang kini sangat dicari oleh perusahaan teknologi. Kebutuhan yang besar ini rupanya tidak sejalan dengan ketersediaan talenta di Indonesia. Ketersediaan talenta di profesi ini masih langka, lagipula tidak semua orang tertarik menggeluti bidang ini.

#SelasaStartup edisi (12/12) mengundang Advisor Data ScienceKoinWorks Rifan Kurnia untuk berbagi seputar tips merintis karier sebagai Data Scientist, mulai dari sejarah profesi ini bermula, bagaimana deskripsi kerjanya, apa saja yang harus dikuasai, dan sebagainya.

Berikut rangkumannya:

1. Komponen dasar

Dalam bekerja, setidaknya data scientist membutuhkan tiga komponen dasar yang saling terkait satu sama lain. Komponen tersebut adalah ketersediaan data yang berlimpah, ketersediaan data scientist, dan terakhir ada riset, insight, dan rekomendasi.

Menurut Rifan, riset, insight, dan masukan adalah produk akhir yang dihasilkan sebagai value dari dua komponen sebelumnya.

Selanjutnya, data yang sudah dikumpulkan oleh data scientist digunakan untuk membangun machine learning. Ibaratnya, machine learning itu seperti bayi yang membutuhkan penyangga, ditopang oleh data sebagai dudukan agar bayi bisa duduk tegak.

Machine learning itu pada awalnya seperti bayi yang belum bisa apa-apa. Bayi butuh penyangga untuk menopang berat badannya dengan data-data yang dikumpulkan. Lalu diajari perlahan-lahan agar bisa pintar.”

2. Keahlian yang dibutuhkan

Untuk merintis karier sebagai data scientist setidaknya membutuhkan tiga keahlian. Menguasai ilmu matematika, setidaknya memiliki keahlian di bidang studi statistik. Selanjutnya menguasai keahlian programming, mulai dari computer science, software engineering, dan systems development. Terakhir, menguasai ilmu bisnis ekonomi/finansial/marketing/operasional/manajemen.

Seluruh keahlian ini harus dikuasai calon data scientist. Menurut Rifan, semua orang kini bisa menjadi data scientist, meski berasal dari bidang studi lainnya. Kini semua bahan-bahan bisa dipelajari lewat internet. Ada banyak situs yang menyediakan bahan materi tentang profesi data scientist.

“Teman-teman saya dari industri perbankan, dulunya bukanlah dari orang statistik. Tapi mereka bisa jadi data scientist karena belajar dari nol. Ada banyak situs yang bisa dikunjungi menyediakan materi berlimpah tentang data science. Jadi profesi ini tidak terbatas untuk orang statistik atau dari matematika saja,” kata Rifan.

Saat ini ada banyak modul yang tersebar secara online dan bisa diakses siapapun. Berbagai situs seperti Coursera, Udacity, Kaggler menjadi rekomendasi utama sebagai referensi untuk mulai belajar dari nol.

3. Pahami perbedaan deskripsi kerja

Data scientist, business analyst, data analyst, developer, data engineer, atau developer operations adalah profesi yang berbeda, namun mereka saling berkaitan satu sama lainnya karena bekerja berdasarkan data.

Data scientist dan data analyst seringkali disamakan, padahal kalau dilihat dari deskripsi kerjanya, data scientist sedikit bersinggungan dengan business analyst. Menurut Rifan, data scientist tidak hanya menganalisis data tapi juga melakukan eksperimen untuk membuktikannya. Sementara data analyst tugasnya hanya menganalisis data.

Sementara deskripsi kerja developer adalah melakukan kolaborasi dengan business analyst dan data analyst, menganalisis apa yang mereka inginkan dalam bentuk coding. Selanjutnya analisis tersebut dikonversi menjadi desain piranti lunak.

4. Komponen software untuk bekerja

Setidaknya ada lima komponen software yang diperlukan untuk bekerja sebagai data scientist. Mulai dari data warehouse, data treatment, status model, art, dan teknologi. Untuk data warehouse (DWH), misalnya sebagai tempat seluruh data disimpan, ada beberapa software yang bisa dimanfaakan, seperti mongoDB dan MySQL.

Kedua, mentransformasikan data dengan memanfaatkan software Spark dan SQL. Selanjutnya Anda bisa menggunakan software untuk memvisualisasikan data dengan sentuhan seni, memanfaatkan ggplot2 dan sejenisnya.

5. Pahami bisnis perusahaan

Data scientist tidak hanya harus mengerti cara menganalisis data tapi juga harus paham dengan dunia bisnis perusahaan yang dianalisis. Dengan memahami bisnis, Anda bisa berkomunikasi ke manajemen perusahaan dan konsumen bagaimana strategi yang harus dilakukan perusahaan berdasarkan analisis data yang Anda telusuri.

Kebutuhan data scientist sebenarnya tidak hanya untuk dunia teknologi. Tenaga ini dibutuhkan perusahaan dari berbagai sektor industri, seperti perbankan, dunia olahraga dan edukasi, kesehatan, transportasi & logistik, travel, media, IT, dan sebagainya.

6. Mulai bekerja

Setelah semua poin di atas sudah dilakukan, langkah berikutnya adalah memecahkan masalah. Caranya dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, kemudian membuat solusi. Contoh yang dilakukan data scientist di industri p2p lending adalah membuat prediksi churn rate, memetakan segmentasi konsumen, underwriting-nya seperti apa, dan bagaimana cross-sell dan up-sell-nya.