Go-Jek Konfirmasi Perolehan Investasi dan Kolaborasi dengan Global Digital Niaga (GDN)

Hari ini Go-Jek meresmikan kemitraan serta investasi yang tidak disebutkan jumlahnya dari Global Digital Nusantara (GDN) yang merupakan bagian dari GDP Ventures. Bentuk kerja sama ini nantinya diharapkan bisa memperluas penggunaan Go-Pay, Go-Send dan lainnya, sekaligus menyejahterakan mitra UKM.

Melalui Blibli nantinya akan dihadirkan kolaborasi hingga kerja sama yang saat ini masih dalam pengembangan baik ide dan formula yang ideal. Turut hadir dalam acara peresmian tersebut, Menkominfo Rudiantara. Sebelumnya Go-Jek juga telah mengumumkan investasi sebesar US$150 juta (2 triliun Rupiah) dari Grup Astra.

Kolaborasi menyeluruh antara Go-Jek dan Blibli

Kepada media, CEO Go-Jek Nadiem Makarim menyebutkan, proses kerja sama dan fundraising dengan GDN telah berjalan selama 1,5 tahun. Diskusi panjang yang berakhir dengan bentuk kolaborasi dan sejumlah dana segar nantinya akan terintegrasi secara bertahap, melihat perkembangan dan kebutuhan mitra Go-Jek dan Blibli.

“Saya melihat selama ini GDN sudah menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak serta melakukan pemberdayaan kepada UKM di Indonesia. Visi dan misi tersebut, sejalan dengan kami dari Go-Jek.”

Dalam kesempatan tersebut turut hadir perwakilan dari GDN, CEO Tiket.com George Hendrata dan CEO Blibli Kusumo Martanto. Disinggung berapa jumlah investasi yang digelontorkan kepada Go-Jek, baik George dan Kusumo enggan mengungkapkannya.

“Bukan hanya investasi dalam bentuk uang saja, bersama dengan Go-Jek nantinya juga akan kami lakukan kolaborasi, untuk mendukung UKM di Indonesia. Di sisi lain kami juga ingin memanfaatkan teknologi yang saat ini dimiliki oleh tim dari Go-Jek,” kata Kusumo.

George menambahkan, nantinya akan ada sinergi yang berkesinambungan, antara semua layanan dan fitur di Blibli dengan Go-Jek.

“Investasi ini tidak hanya kami berikan satu kali, dalam beberapa kesempatan jika dibutuhkan akan kami berikan juga berupa akses dan lainnya. Investasi kali ini merupakan tahap yang pertama.”

Rencana Go-Jek terhadap Go-Pay di tahun 2018

Dalam kesempatan tersebut, Nadiem kembali menegaskan posisi Go-Pay yang tetap menjadi bagian dari Go-Jek. Hal tersebut merupakan rencana jangka panjang Go-Jek, untuk menjadikan platform pembayaran tersebut semakin lengkap dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat di Indonesia.

“Saya hanya ingin meluruskan adanya persepsi dari media selama ini yang menyebutkan bahwa Go-Pay akan berdiri sendiri dan keluar dari ekosistem Go-Jek. Hal tersebut saya tegaskan tidak benar. Go-Pay akan terus menjadi bagian dari Go-Jek,” kata Nadiem.

Nadiem menambahkan, selama ini Go-Pay sudah membantu banyak orang mendapatkan akses transaksi tanpa uang tunai yang sejalan dengan misi awal Go-Jek, yaitu membangun cashless society di Indonesia.

“Sejak awal Go-Pay kami hadirkan ingin membantu orang yang tidak memiliki uang tunai untuk melakukan transaksi dengan mudah melalui Go-Pay. Selanjutnya kami akan terus membantu mitra kami untuk mendapatkan manfaat lebih dari Go-Pay,” kata Nadiem.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Blibli Partners with Pos Indonesia, Targeting Consumers in Rural Areas

Blibli is getting intensive for business in rural areas by partnering with Pos Indonesia. Blibli expects the strategic partners can provide access for unbankable society to start online transaction.

One of its realizations is putting the Blibli InStore kiosk in post office. Therefore, its customers can do direct transaction via the kiosk and pay with cash using Pospay. Delivery service will be using Pos Kilat Khusus (special service), with free return.

“We see the strong network of Pos Indonesia has reached tier two and tier three. This is a great prospect to expand Blibli’s market, and help customers getting selected product online,” Kusumo Martanto, Blibli’s CEO, explained on Thu (2/1).

Pos Indonesia’s President Director Gilarsi W. Setijono added to this partnership that it is company’s breakthrough to keep up with e-commerce’s rapid growth. For him, there are 3 elements needed to win the digital economy era, those are people, network, and technology.

Pos Indonesia has two out of those three, but the technology is up to its expectation. Therefore, the company seeks to take advantage of the technology provided by partners.

The partnership between Pos Indonesia and Blibli is expected to push people in rural areas includes post office’s customer, employees, and other inhabitants to do online transaction.

“E-commerce presence in post office is expected to add new segment of customers, and increase our offering services,” Setijono mentioned.

For starters, Blibli InStore kiosks are available in Jabodetabek, Bandung, Pandeglang, Rangkasbitung, Serang and Cilegon areas. The kiosk has reached 32 points in total. Furthermore, it will be available in Central and East Java areas.

“We’ll focus and invest more in this. Online or offline is just the media, customer is our number one priority. We want them to be more connected with us.”

Additional warehouse

In shortening delivery time, Martanto mentioned adding eight more warehouses this year. Blibli targets to have 15 warehouses scattered around Indonesia.

“By having many warehouses, we can work with many logistic companies. The point is that delivery will be faster, instead of centralized in Jakarta.”

Blibli’s website and mobile app, in total, have 40 to 50 million unique visitors per month. It is targeted to have increased five times by the end of this year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gandeng Pos Indonesia, Blibli Incar Konsumen dari Area Rural

Blibli mulai gencar meningkatkan penetrasi bisnis ke area rural dengan menggandeng Pos Indonesia sebagai mitra strategis. Diharapkan strategi ini dapat membuka akses masyarakat yang unbankable untuk mulai transaksi secara online.

Salah satu realisasinya Blibli menempatkan kiosk Blibli InStore dalam Kantorpos. Di sana konsumen Pos Indonesia dapat secara langsung bertransaksi lewat perangkat yang disediakan dan membayarnya secara tunai menggunakan Pospay. Pengiriman barang akan memanfaatkan layanan Pos Kilat Khusus, terdapat pula fasilitas return barang secara gratis.

“Kami melihat kekuatan jaringan yang dimiliki Pos Indonesia hingga ke wilayah tier dua dan tier tiga seluruh Indonesia. Ini merupakan prospek besar untuk memperluas jangkauan pasar Blibli, sekaligus membantu masyarakat untuk mendapatkan produk yang diinginkan secara online,” terang CEO Blibli Kusumo Martanto, Kamis (1/2).

Direktur Utama Pos Indonesia Gilarsi W Setijono menambahkan kemitraan ini menjadi salah satu terobosan perseroan agar tetap relevan dengan perkembangan industri e-commerce. Menurutnya untuk menjadi pemenang di ekonomi digital, ada tiga unsur yang dibutuhkan yakni people, network, dan technology.

Pos Indonesia baru memiliki dua kekuatan dari ketiga unsur tersebut, hanya teknologi yang belum ada. Maka dari itu, perseroan berusaha memanfaatkan teknologi yang dihadirkan mitra.

Dengan menggabungkan kekuatan Pos Indonesia dan Blibli, diharapkan bisa dorong masyarakat di area rural termasuk di antaranya pengguna Kantorpos, karyawan Kantorpos, dan penduduk sekitar Kantorpos untuk bertransaksi online.

“Kehadiran e-commerce di Kantorpos juga diharapkan dapat menambah segmen pelanggan baru bagi kami, juga meningkatkan offering layanan yang bisa kami berikan,” kata Gilarsi.

Untuk tahap awal, penempatan kiosk Blibli InStore telah tersedia di Jabodetabek, Bandung, Pandeglang, Rangkasbitung, Serang, Cilegon, dan sekitarnya. Bila ditotal, jumlah kiosk telah mencapai di 32 titik. Ke depannya, kiosk ini akan tersedia di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Kami mau serius bermain, akan terus berinvestasi lagi. Sebab online atau offline itu hanya sekadar media saja, yang terpenting adalah konsumennya. Kami ingin konsumen bisa lebih mudah menemui kita.”

Tambahan gudang

Untuk mempersingkat waktu pengiriman paket, Kusumo menuturkan akan menambah delapan gudang baru sepanjang tahun ini. Sehingga ditargetkan total gudang yang dimiliki Blibli dapat mencapai 15 gudang yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Kalau ada warehouse, kita bisa bekerja sama dengan semakin banyak perusahaan logistik. Intinya pengiriman akan lebih cepat, daripada semua pengiriman terpusat di Jakarta saja.”

Sejauh ini baik situs maupun aplikasi Blibli telah memiliki 40 juta sampai 50 juta unique visitor per bulannya. Ditargetkan sampai akhir tahun ini bisnis Blibli secara keseluruhan dapat meningkat tiga sampai lima kali lipat.

Application Information Will Show Up Here

Rencana-Rencana Tiket.com Pasca Diakuisisi Blibli

Sebulan yang lalu DailySocial memberitakan GDP Venture terlibat rencana akuisisi terhadap lebih dari 50% saham startup travel Tiket.com. Hal tersebut akhirnya dikonfirmasi melalui acara pengumuman akuisisi 100% saham Tiket.com oleh Blibli, salah satu perusahaan di bawah naungan Global Digital Prima (GDP) Venture.

Kepada media, Co-Founder dan CMO Tiket.com Gaery Undarsa mengungkapkan akuisisi tersebut merupakan bagian rencana besar Tiket.com yang ingin mencari partner untuk melebarkan usaha dengan layanan dan fitur terbaru.

Selama ini Tiket.com termasuk startup yang tidak pernah mencari pendanaan lanjutan dari investor. Dana awalnya diperoleh dari angel investor tunggal yang kabarnya termasuk keluarga pemilik EMTEK.

“Pertemuan kami dengan Blibli bisa dibilang adalah “love at first sight”. Dari beberapa investor yang kami temui, hanya Blibli yang memiliki visi, misi dan tujuan yang sama dengan kami di Tiket.com, kami pun langsung mendapatkan “chemistry” tersebut. Karena alasan itulah kami memutuskan untuk berkolaborasi lebih mendalam dengan Blibli,” kata Gaery.

Kepada DailySocial Gaery memastikan jajaran C-level Tiket.com tetap akan memegang posisi yang sama pasca akuisisi.

Sebelumnya Blibli telah menjual beberapa layanan travel dan telah tumbuh secara organik. Untuk mempercepat pertumbuhan dari layanan tersebut, Blibli akhirnya memutuskan untuk melakukan akuisisi Tiket.com 100%.

CEO baru Tiket.com

Untuk melancarkan kolaborasi Blibli dan Tiket.com, George Hendrata ditunjuk menjadi CEO baru Tiket.com. Sebagai CEO baru yang bertanggung jawab menjadikan Tiket.com sebagai OTA lokal terbesar, George memiliki pengalaman panjang, terakhir menjadi Direktur Pengembangan / Diversifikasi Bisnis Djarum. George memiliki gelar Bachelor of Science dari Columbia University dan MBA dari Harvard Business School dan menjabat sebagai Presiden Harvard Alumni Club Indonesia.

“Dengan pengalaman selama hampir 6 tahun dan customer base yang telah dimiliki oleh Tiket.com saat ini, diharapkan bisa tumbuh lebih baik lagi melalui akuisisi ini,” kata George.

Nantinya baik Blibli dan Tiket.com akan menjalankan kegiatan oprasional setiap harinya secara terpisah. Tidak ada perubahan dari sisi pegawai, cara kerja dan hal-hal terkait lainnya.

“Sinergi nantinya akan lebih dilakukan dari sisi teknologi, karena Blibli memiliki tim engineer yang lebih banyak dari Tiket.com dalam hal ini Blibli akan membantu dari sisi teknologi. Sementara untuk sinergi lainnya akan kami lakukan melihat kondisi yang ada,” kata CEO Blibli Kusumo Martanto.

Fokus ke pelanggan

Disinggung tentang rencana perdana Tiket.com pasca akuisisi, George menyebutkan fokus dari Tiket.com saat ini adalah lebih kepada kepuasan pelanggan. Bagaimana nantinya melalui akuisisi Blibli, Tiket.com bisa menambah pelanggan baru dari customer base Blibli. Di sisi lain, Tiket.com juga memiliki ambisi untuk menjadi layanan OTA lokal terbesar di Indonesia.

Sejak diluncurkan pada tahun 2011, Tiket.com telah menjadi partner pertama dengan PT KAI untuk pembelian tiket kereta api secara online, memiliki 3,4 juta pengguna dan aplikasi telah diunduh oleh 1,7 juta orang, dan merupakan layanan B2B yang memiliki lebih dari 5 ribu partner.

“Dengan semakin sengitnya persaingan layanan OTA di Indonesia saat ini, diharapkan melalui investasi terbaru ini bisa menjadikan Tiket.com lebih kuat lagi untuk bersaing dengan pemain lainnya di Indonesia,” kata Gaery.


Disclosure: GDP Venture, Blibli, Tiket.com, dan DailySocial berada di bawah naungan induk perusahaan yang sama

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Menentukan Arah E-Commerce Indonesia

Toko daring (e-commerce) yang merupakan wujud nyata pemanfaatan teknologi internet yang dipadukan dengan toko offline, terus menggurita di Indonesia. Menurut sensus BPS, jumlahnya mencapai 26,2 juta di 2016, tumbuh 17% dalam kurun waktu 10 tahun.

Besarnya angka ini, di satu sisi memperlihatkan pemain toko offline yang kini mulai sadar dengan potensi online sebagai alternatif jalur pemasaran yang ramah ongkos dalam rangka mendukung bisnis mereka.

Seiring berjalannya waktu, pemain e-commerce khususnya marketplace kini tak lagi menawarkan produk berbasis fesyen, gadget, atau elektronik. Coba perhatikan strategi dari lima pemain besar e-commerce di Indonesia versi iPrice berdasarkan segi kunjungan, seperti Lazada, Tokopedia, Elevenia, Bukalapak, dan Blibli. Semuanya kini mulai merambah ke luar segmen tiga kategori utama.

Tokopedia, dikenal sebagai pemain pionir yang menyediakan produk di luar segmen utama, makin melengkapi layanannya tak hanya pulsa, tapi juga sudah merambah ke pembelian tiket kereta api, voucher game, donasi, BPJS, angsuran kredit, hingga layanan fintech untuk pengajuan aplikasi kartu kredit, dan lainnya.

Lazada pun kini perlahan-lahan mulai merambah ke pengadaan kebutuhan sehari-hari dengan menjual pulsa dan paket data. Begitupula dengan Elevenia yang menyediakan tiket pesawat dengan menggandeng Tiket. Blibli pun juga demikian, baru-baru ini perusahaan menjual rambah segmen perjalanan dengan menyediakan tiket angkutan darat, laut, udara, paket perjalanan wisata, hingga voucher acara, dan lainnya.

Pengguna kini bisa pesan tiket kereta api via Bukalapak / Bukalapak

Bukalapak tak mau kalah. Selain tiket kereta api dan pesawat, Bukalapak juga menyediakan layanan fintech termutakhir, yakni investasi reksa dana. Yang terbaru, marketplace yang memiliki hubungan dengan Emtek ini juga menyediakan layanan kredit mobil, lewat BukaMobil.

Dari layanan yang dihadirkan pemain marketplace di atas, secara otomatis membuat peta persaingan dengan e-commerce tak lagi jadi horizontal, namun semakin vertikal. Akibatnya, ruang gerak bisnis e-commerce niche “terusik”, apalagi dengan toko offline.

Bila ditelisik lebih dalam, kondisi serupa juga terjadi di Amerika Serikat. Ambil contoh terdekat adalah Amazon. Dalam perjalanannya, Amazon kini tidak hanya dikenal sebagai platform e-commerce untuk berjualan berbagai produk berbasis kebutuhan konsumen saja yang sudah diluncurkan sejak awal.

Dalam laporan keuangan Amazon di kuartal I 2017, perolehan pendapatan Amazon mencapai US$34,5 miliar, tumbuh 19% secara year-on-year (YOY). Beberapa kontributor yang turut mendongkrak kenaikan tersebut adalah kehadiran produk Amazon Web Service dan Amazon Prime.

Hal menarik yang bisa disimpulkan dari laporan kinerja Amazon adalah layanan e-commerce yang mulai beradaptasi menjadi peluang baru untuk terus berinovasi menambah layanan, bukan hanya mengandalkan produk berbasis kebutuhan konsumen saja.

Dengan makin ramainya layanan yang dihadirkan marketplace, seperti apa arah e-commerce Indonesia di masa mendatang? Lalu bagaimana tingkat persaingannya?

Menjadi bagian keseharian hidup

CEO Tokopedia William Tanuwijaya menjelaskan masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun makin cerdas. Mereka tak lagi sekadar berburu diskon atau harga murah, namun menggunakan platform e-commerce untuk kemudahan hidup mereka. Tak hanya itu, sebagai destinasi untuk perbandingan harga, melihat tinjauan dari para pembeli sebelumnya.

Menurut William, dengan banyaknya penjual yang bergabung di marketplace akan memberikan fungsi transparansi harga dan kualitas kepada masyarakat sehingga dapat dijadikan sebagai acuan riset pasar sebelum berbelanja.

Open marketplace juga akan menjadi rumah baru bagi para pemilik merek lokal maupun internasional untuk memasarkan produknya. Ini sangat wajar karena marketplace memiliki traffic kunjungan yang tinggi. Pengunjung marketplace memiliki intention to purchase, beda dengan social media, situs berita, atau mesin pencari,” kata William.

Dia juga memprediksi pada tahun ini, e-commerce akan semakin inklusif demi menjangkau masyarakat hingga pelosok dengan membuka kesempatan untuk bankable. Produk keuangan seperti dompet virtual akan tumbuh seiring dorongan pemerataan ekonomi secara digital, membuka kesempatan untuk masyarakat melakukan pembayaran meski tidak memiliki akun bank atau kartu kredit.

“Marketplace seperti Tokopedia pun sudah berubah menjadi platform, yang membuka kerja sama dengan para pelaku startup fintech, khususnya yang memiliki solusi untuk financial inclusion.”

Saat ini ada lebih dari 1,5 juta merchant yang bergabung dengan Tokopedia. William mengklaim setiap bulannya perusahaan bisa menghasilkan pendapatan hingga triliunan lewat 40 juta pilihan produk yang tersedia.

Menyambung ucapan William, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Aulia E. Marinto menambahkan berbagai layanan yang dihadirkan, secara otomatis membentuk suatu ekosistem yang menjadikan e-commerce sebagai one stop service.

“Mulai ditawarkannya berbagai produk dan layanan, sebenarnya sudah ada model bisnisnya di luar negeri. Ini bukan hal baru dan menjadi upaya mereka untuk leverage bisnis dari consumer base yang sudah dimiliki. Market [e-commerce] kita masih baru, banyak hal yang bisa di-online-kan,” ungkapnya.

Hal senada diungkapkan CFO Bukalapak M Fajrin Rasyid. Menurutnya, layanan e-commerce di Indonesia akan menjadi sebuah ekosistem dengan menawarkan jasa dengan nilai tambah, tak lagi jasa jual-beli saja. Hal inilah yang mendasari Bukalapak meluncurkan berbagai inisiatif baru.

“Kami yakin dengan pertumbuhan dan perkembangan Bukalapak sebagai ekosistem, kami mampu memutar roda perekonomian Indonesia bukan hanya dengan penjualan dan pembelian, tapi juga dengan kebiasaan menabung. Salah satu fitur kami, BukaReksa, memungkinkan pengguna kami untuk berinvestasi,” terang Fajrin.

Dia melanjutkan, “Kami yakin e-commerce di Indonesia akan menjadi sebuah ekosistem. Yang dimaksud ekosistem adalah [layanan] e-commerce yang mampu memberi kemudahan para penggunanya, tidak hanya wadah jual beli online, tetapi membantu mereka untuk melakukan kegiatan sehari-hari dalam satu platform.”

Kompetisi yang makin sengit, namun potensi tetap luas

Menjawab soal kompetisi, Aulia menambahkan di era teknologi internet yang makin berkembang memang menyebabkan tingkat kompetisi yang semakin ketat. Pasalnya perkembangan internet cukup dinamis. Ambil contoh, kompetisi yang terjadi antara operator telekomunikasi dengan layanan over-the-top (OTT). Kondisi sekarang ini, pengguna telko tidak harus menggunakan pulsanya untuk menelpon karena dapat memanfaatkan layanan telepon dari aplikasi pesan singkat.

CEO Blibli Kusumo Martanto mengatakan persaingan tetap selalu ada dan semakin sengit. Blibli melihat hal ini menjadi kesempatan untuk terus “agile” dan berinovasi untuk terus meningkatkan pelayanan baik dari sisi produk seleksi, kompetisi harga, pengiriman, metode pembayaran, customer care, maupun user experience di platform web dan mobile.

“Kami juga melihat ada tanda-tanda untuk terjadinya konsolidasi di market [e-commerce] ke depannya. Tapi kami cukup yakin untuk tetap bisa tumbuh dan menjadi one of the e-commerce market leaders di Indonesia,” ucap Kusumo.

Sekarang Blibli telah memiliki 15 kategori produk, beberapa yang terbaru diluncurkan tahun lalu adalah otomotif (aksesoris, mobil, dan motor); galeri Indonesia (produk lokal), mobile e-pulsa, dan groceries (non fresh products).

Peritel modern dituntut inovatif

Sementara itu, peritel modern yang merupakan bisnis petahana sebelum layanan e-commerce hadir, dituntut untuk terus inovatif. Meski secara penetrasi e-commerce terhadap total ritel masih sekitar 1% di 2016, namun potensinya diklaim masih sangat luas. Dikhawatirkan hal ini akan menjadi senjata makan tuan bagi peritel modern.

William menerangkan kondisi yang sedang dialami Indonesia di tahun lalu telah terjadi di Tiongkok pada 2008 silam. Tiongkok hanya membutuhkan lima tahun untuk mencapai penetrasi 10% terhadap total ritel di 2013.

“Jika saat ini dari 100 transaksi yang kita lakukan, baru 1 yang dilakukan secara online. Pertanyaan berikutnya seberapa cepat Indonesia akan mengikuti Tiongkok, di mana dari 10 transaksi yang dilakukan, setidaknya sudah 1 dilakukan secara online,” tutur William.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey menambahkan layanan e-commerce kini menjadi suatu bagian yang tidak bisa diingkari, sehingga harus dijadikan sebagai jalur distribusi pemasaran yang terbaru demi mendongkrak pendapatan.

“Kita harus liat e-commerce sebagai kritik yang membangun untuk menjawab situasi yang sedang terjadi. Harus ada kreativitas yang tersuguh di market untuk dihadirkan di offline, bila peritel tidak mau berubah tentu akan punah,” terang Roy.

Saat ini hampir 70% anggota Aprindo sudah mulai menggunakan transformasi dari bentuk toko fisik ke online. Sebelumnya peritel hanya memakai jalur online sebagai pemasaran, namun kini sudah bertambah menjadi saluran penjualan. Hal ini yang terjadi dalam MatahariMall, MAP Emall, Alfacart, KlikIndomaret, dan lainnya.

Kendati layanan e-commerce diprediksi menyimpan potensi yang sangat besar, kondisi ini dianggap tidak bisa menggeserkan eksistensi peritel modern. Pasalnya ritel modern memiliki nilai lebih yang tidak bisa digantikan oleh layanan e-commerce. Salah satunya adalah komunikasi yang satu arah dan keterbatasan untuk berinteraksi dengan barang yang diinginkan.

“Sedemikian maju suatu negara, toko offline akan tetap ada. Yang bakal tergerus itu yang tidak mau berubah. Intinya adalah inovasi yang dapat menghubungkan konsumen dengan teknologi, itu bisa dihadirkan dalam mengajak orang-orang untuk tetap datang ke toko.”


Yenny Yusra berkontribusi dalam pembuatan artikel ini

Masyarakat Indonesia Makin Gemar Berbelanja Online Melalui Aplikasi Mobile

Menjelang akhir tahun 2016 Google Indonesia merilis tren dan behaviour dari pengguna internet dan smartphone di Indonesia. Selain untuk menyampaikan data terbaru, survei ini diluncurkan juga sebagai bahan persiapan untuk semua layanan e-commerce di Indonesia menyambut akhir tahun, biasanya peningkatan pengunjung akan membludak bersamaan dengan beragam program belanja online yang digalakkan.

“Google Indonesia mencatat bukan hanya pada bulan ramadhan dan lebaran saja belanja online meningkat, namun akhir tahun juga biasanya banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan promo 12.12 dan lainnya di seluruh layanan e-commerce Indonesia,” kata Industry Country Consultant Google Henky Prihatna kepada media hari ini di Jakarta.

Google Indonesia juga mencatat hingga kuartal ketiga tahun 2016 layanan e-commerce yang masih menjadi favorit di antaranya adalah Lazada, Tokopedia, Bukalapak, elevenia dan Blibli.

Persentase penggunaan aplikasi mobile untuk belanja online

Hal menarik lainnya yang disampaikan oleh Google Indonesia adalah tentang penggunaan aplikasi, browser dan desktop untuk melakukan belanja online, yang ternyata masih didominasi oleh penggunaan desktop dan aplikasi sebesar 59%. Sementara untuk membandingkan harga untuk produk yang akan dibeli di layanan e-commerce, sebanyak 24% menggunakan aplikasi dan hanya 12% saja yang memanfaatkan desktop.

“Dari hasil survei nampaknya sudah bisa dilihat bahwa sudah banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan aplikasi untuk melakukan pencarian hingga perbandingan harga yang ingin dibeli melalui layanan e-commerce,” ujar Henky.

Secara keseluruhan sekitar 31% masyarakat Indonesia melakukan transaksi belanja online sepenuhnya dari aplikasi. Jumlah ini diklaim oleh Google Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2015.

Besarnya penggunaan smartphone di kalangan masyarakat Indonesia untuk belanja online juga terlihat dari survei dalam hal pencarian produk hingga pembelian. Dari survei disebutkan sebanyak 92% orang akan membeli produk langsung dari aplikasi jika didukung dengan tampilan dan kemudahan yang ditawarkan oleh aplikasi layanan e-commerce tersebut, dalam hal ini termasuk proses pencarian hingga pembayaran (check-out).

Sementara itu sebanyaak 87% orang yang awalnya tertarik untuk membeli di layanan e-commerce pilihan pertama kemudian memutuskan untuk beralih kelayanan e-commerce lainnya dengan alasan pilihan produk lebih baik hingga promo yang ditawarkan.

Proses pencarian juga menjadi faktor penentu pada akhirnya orang memutuskan untuk membeli di layanan e-commerce yang disukai. Tercatat sebanyak 79% orang menemukan produk yang diinginkan melalui proses pencarian, dan 77% orang kebanyakan langsung mengunjungi situs atau toko online terkait usai proses pencarian dilakukan.

Strategi dan tantangan layanan e-commerce selama tahun 2016

Turut hadir dalam acara pemaparan survei Google Indonesia tersebut di antaranya adalah CEO Blibli Kusumo Martanto, CEO Tokopedia Wiliam Tanuwijaya dan General Manager Strategy, Branding & Business Intelligent at elevenia Bayu Setiaji Tjahjono. Dalam kesempatan tersebut para pelaku layanan e-commerce di Indonesia mengungkapkan beberapa informasi, perkembangan hingga tantangan yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan selama tahun 2016.

Dalam hal ini ketiga layanan e-commerce terkemuka di Indonesia tersebut sepakat, penggunaan smartphone masih mendominasi untuk transaksi yang ada dan aplikasi mobile diklaim mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

“Dari Blibli kami mencatat sebanyak 70% transaksi berasal dari mobile, sementara produk yang banyak dibeli adalah baby goods terutama untuk pembeli dari kalangan ibu-ibu muda di Indonesia,” kata Kusumo.

Senada dengan Tokopedia, William mengatakan transaksi melalui mobile juga mengalami peningkatan. Di sisi lain Tokopedia juga menghadirkan pilihan baru yaitu pembayaran secara digital mulai dari BPJS, PLN, pulsa dan lainnya melalui Tokopedia.

“Pembayaran yang dilakukan secara rutin oleh masyarakat Indonesia sudah mulai banyak dimanfaatkan melalui Tokopedia, kami melihat pilihan tersebut merupakan peningkatan terbaru yang dialami oleh Tokopedia.

Untuk elevenia sendiri yang selama ini telah menjual e-voucher semakin melihat untuk ke depannya pembayaran untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat Indonesia akan makin banyak dilakukan dengan memanfaatkan channel dari layanan e-commerce.

Hal menarik lainnya yang disampaikan oleh Kusumo Martanto, Wiliam Tanuwijaya dan Bayu Setiaji adalah makin bergesernya pembeli dari luar pulau Jawa. Dalam hal ini adalah mencakup wilayah Sumatera, Sulawesi hingga Papua. Baik Blibli, Tokopedia dan elevenia sepakat, bahwa kawasan di luar pulau Jawa saat ini sudah mulai mendominasi dan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

“Kami dari Tokopedia melihat kebanyakan pembeli yang berasal di luar pulau Jawa makin banyak melakukan pembelian. Pembeli dari Siantar misalnya, kemudian mencari toko terdekat di kawasan Medan untuk kemudian bisa melakukan transaksi hingga pengiriman yang pastinya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal pembeli,” kata William.

Untuk elevenia sendiri saat ini sudah sekitar 45% transaksi berasal dari luar Jabodetabek, sementara 55% transaksi terbanyak masih didominasi oleh Jabodetabek.

Sementara untuk Blibli melihat pemberian ongkos kirim gratis saat ini makin banyak jumlahnya yang ternyata kebanyakan berasal dari wilayah di luar pulau Jawa yaitu sekitar 50%. Hal tersebut yang kemudian menginisiasi Blibli untuk melakukan lokalisasi terutama untuk wilayah di luar pulau Jawa.

“Saya melihat tren ke depannya adalah localize, artinya pembeli lebih memilih penjual yang berada di kawasan terdekat demi mendapatkan barang dengan mudah dan pastinya lebih cepat,” kata Kusumo.

Menjelang akhir tahun 2016 masing-masing layanan e-commerce juga telah menyiapkan produk, promo hingga proses logistik untuk semua masyarakat Indonesia yang menyukai belanja online.

DStour #16: Memanfaatkan Ruangan Terbatas di Kantor Blibli

Menginjak usia lima tahun, salah satu layanan e-commerce pertama di Indonesia Blibli mengukuhkan posisinya dengan pertumbuhan bisnis yang meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut juga terlihat di kantor pusat Blibli yang terletak di kawasan ‘Slipicon Valley’ Jakarta. Menyadari makin berkembangnya anggota tim dan divisi, Blibli memanfaatkan ruangan yang ada sebagai ruangan multifungsi yang sarat dengan desain dan gaya ala startup.

Simak liputan DStour di kantor Blibli berikut ini.

Blibli Cari Suntikan Pendanaan Hingga 1 Triliun Rupiah untuk Perkuat Rantai Distribusi

Layanan marketplace Blibli tengah mencari pendanaan untuk meningkatkan rantai distribusi. Jumlahnya cukup besar, sekitar $75,7 juta atau setara dengan Rp 1 triliun. Hal ini dilakukan sebagai sebuah strategi defensif, mengingat para pemain lain, terutama pesaing langsungnya Lazada, juga terus memperkuat diri di pasar e-commerce Indonesia yang terus bertumbuh pasca akuisisi oleh raksasa Tiongkok Alibaba. Saat ini investor pendukung utama Blibli adalah GDP Venture.

Hal ini dikonfirmasi langsung oleh CEO Blibli Kusumo Martanto. Ia mengatakan bahwa telah ada komitmen dari pemegang saham yang ada untuk menyuntikkan dana. Praktiknya dana tersebut akan digunakan untuk membangun enam gudang distribusi dan 200 fulfillment center di luar Jakarta. Gudang dan pusat distribusi tersebut ditargetkan dapat tersebar di kota-kota penting konsumen seperti Surabaya, Bandung, Medan, Makassar, Semarang, Banjarmasin dan Balikpapan.

Penguatan logistik dan sistem distribusi menurut Martanto sangat penting bagi Blibli. Karena ini akan menjadi sebuah landasan fundamental sebuah perusahaan online marketplace. Martanto juga mengungkapkan bahwa penguatan ini akan dilaksanakan dalam rentang beberapa tahun. Dimulai dengan tiga gudang baru yang akan dibangun tahun ini.

Di tengah persaingan yang semakin ketat di lanskap e-commerce nasional, Blibli menargetkan tahun ini dapat meraup 10.000 transaksi atau meningkat lima kali lipat dari tahun lalu. Beberapa strategi dengan penyedia jasa logistik dan sistem pembayaran saat ini juga sedang terus ditingkatkan.

Dalam kebutuhan investasi pihak Blibli cukup terbuka dalam kaitannya dengan calon investor. Mereka siap bernegosiasi dengan berbagai investor, baru atau lama, lokal ataupun asing.


Disclosure: DailySocial, Blibli, dan GDP Venture berada di bawah naungan induk perusahaan yang sama

Bersama Blibli, OnePlus X Akhirnya Tiba di Indonesia

Produk berkualitas tinggi ditawarkan di harga terjangkau, inilah daya tarik utama dari OnePlus dan alasan mengapa brand Shenzhen itu mampu menghimpun pengguna setia dalam waktu singkat. Namun kiprah mereka di Indonesia tidak selalu mulus. OnePlus 2 batal masuk ke tanah air, lalu pendaratan OnePlus X harus tertunda berbulan-bulan dari agenda awal mereka.

Di presentasinya, Eric Wang selaku Country Manager Multi Mobile Indonesia yang menjadi distributor resmi mengibaratkan perjalanan OnePlus seperti roller coaster. Ia menyampaikan, hal ini berkaitan dengan peraturan pemerintah, bisa berubah tiba-tiba tanpa pemberitahuan. Kabar gembiranya, OnePlus memutuskan buat menggandeng Blibli dan menjajakan OnePlus X via metode flash sale terhitung mulai tanggal 28 Maret 2016.

OnePlus X Indonesia Blibli 02

Berdasarkan penuturan tim OnePlus, tambahan waktu selama kurang lebih lima bulan tersebut mereka manfaatkan untuk meningkatkan mutu servis ke konsumen dan menyempurnakan layanan purna jual, serta memperluas cakupan wilayah. Repair center telah hadir di belasan kota selain Jakarta, lalu collection point turut ditambah demi mencapai lebih banyak area. CEO Blibli Kusumo Martanto juga bilang, mereka siap membantu proses customer care.

OnePlus X Indonesia Blibli 14

Untuk sekarang, Blibli ialah satu-satunya partner e-commerce yang memasarkan OnePlus X di nusantara. Di acara ‘perkenalan’ bulan Oktober silam, OnePlus X seharusnya dibawa oleh Lazada. Meski demikian, penangguhan selama beberapa bulan memberikan efek positif buat konsumen: harga jadi lebih murah. Alasan OnePlus, penurunan harga ialah efek dari perubahan nilai tukar mata uang.

Secara tertulis, Eric Wang merasa optimis OnePlus X sanggup memuaskan pengguna OnePlus berkat hardware berperforma tinggi ditambah harga bersaing. Sebagai produk unggulan produsen Tiongkok tersebut, X dapat menjadi salah satu pilihan terbaik bagi konsumen pecinta gadget. Mereka membanggakan layar AMOLED, kamera, penggunaan system-on-chip Snapdragon 801, serta pemakaian platform Oxygen OS.

OnePlus X Indonesia Blibli 06

OnePlus X Indonesia Blibli 05

Smartphone ini memanfaatkan bahan keramik zirconia dengan bingkai logam. Terdapat layar seluas 5-inci 1080p 441ppi di tengah kaca hitam yang melengkung di ujungnya. Pendekatan serupa diaplikasikan pada sisi punggung device. Produsen turut menyediakan Alert Slider, diposisikan agar mudah dicapai jari sebagai solusi pengendalian notifikasi. X memiliki dimensi 140x69x6,9mm dengan bobot 134-gram (Onyx) atau 160-gram (Ceramic).

OnePlus X Indonesia Blibli 08

OnePlus X Indonesia Blibli 09

Dengan Oxygen OS, OnePlus mencoba membawa fitur dan elemen unik ke dalam smartphone. Fungsi-fungsi seperti gesture off-screen dan tombol-tombol customizable ada di sana, kemudian Anda dipersilakan mengatur warna agar device mencerminkan kepribadian diri. Pengguna dibebaskan mengutak-atik tampilan dan mengombinasikannya bersama cover StyleSwap. Memproteksi data juga sangat mudah, kita bisa menentukan app apa saja yang dapat mengakses informasi spesifik seperti lokasi, identitas atau contact.

OnePlus X Indonesia Blibli 11

OnePlus X Indonesia Blibli 07

OnePlus X mengusung chip Qualcomm Snapdragon 801 dengan CPU quad-core Krait 400 2,3GHz dan GPU Adreno 330; dibantu RAM 3GB dan flash memory 16GB yang bisa diperluas via kartu microSD (memanfaatkan slot SIM 2), ditenagai baterai non-removable 2.525mAh. Handset ditopang konektivitas Wi-Fi, Bluetooth 4.0, GPS; serta ada sensor accelerometer, gyroscope, proximity, dan ambient.

OnePlus X Indonesia Blibli 10

OnePlus X Indonesia Blibli 13

Buat keperluan fotografi mobile, OnePlus X mendapatkan dukungan sensor ISOCELL 3M2 CMOS 13-megapixel ber-aperture f/2.2 di kamera utama. Device bisa merekam video beresolusi 1080p di 30fps atau 720p di 120fps. Di kamera depan, terdapat sensor OmniVision OV8858 8-megapixel dengan lensa f/2.4.

OnePlus X Indonesia Blibli 12

OnePlus X dijual eksklusif di Blibli di harga Rp 3,4 juta melalui program flash deal. Di periode ini, smartphone memperoleh potongan harga hingga Rp 350 ribu, ditambah Rp 200 ribu lagi jika Anda adalah anggota komunitas OnePlus. Tersedia cicilan 0% lewat 10 bank (BCA, BRI, CIMB Niaga, Permata, Bukopin, Standard Chartered Bank, Maybank, UOB, OCBC, dan MNC Bank), plus biaya pengiriman gratis ke seluruh wilayah Indonesia.

Di sesi tanya jawab terkait regulasi TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri), Community Manager OnePlus Indonesia Shinta Hawa Thandari menyatakan bahwa OnePlus X merupakan handset 4G ready, tetapi varian yang masuk ke indonesia hanya dapat berjalan di jaringan 3G.

OnePlus X Indonesia Blibli 01

Seandainya tidak berkesempatan meminang OnePlus X di tanggal 28 Maret, OnePlus berencana untuk mengadakan flash deal selanjutnya minggu depan. Ketika ditanya soal apakah ada kemungkinan OnePlus 2 akan dibawa pula ke Indonesia, Shinta cuma bilang, “Buat sekarang, OnePlus hanya fokus ke depan.”

OnePlus X Indonesia Blibli 03

Strategi Pertumbuhan Bisnis Blibli di Tahun 2016

Platform jual beli online Blibli dalam memaksimalkan potensi di tahun 2016 memiliki strategi tersendiri. Di tengah makin ganasnya persaingan antar penyedia layanan sejenis, tahun ini strategi pertumbuhan bisnis Blibli akan banyak memfokuskan pada optimasi Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk melengkapi komoditas produknya. Tak tanggung-tanggung, UKM yang ingin disasar Blibli tidak hanya UKM lokal, melainkan termasuk UKM asing.

Tahun ini Blibli menargetkan pertumbuhan bisnis sebesar lima kali lipat dari pencapaian sebelumnya. CEO Blibli Kusumo Martanto meyakini bahwa dengan memberikan fokus lebih kepada pemberdayaan UKM, Blibli akan mendapatkan nilai lebih dan krakteristik dari sisi bisnis.

Sesuai yang dilansir pada The Jakarta Post Kusumo mengatakan:

“Jika kita memperluas kami memperluas pasar di luar Indonesia, kami juga ingin membawa dan mempromosikan produk-produk Indonesia juga. UKM dalam definisi kita tidak ditentukan oleh ukuran mereka, tetapi dengan apa yang mereka hasilkan. Dalam kasus ini, kita pasti akan berfokus pada promosi produk Indonesia untuk (ekspansi) skala regional.”

Konteks Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi salah satu spirit yang membuat Blibli menempatkan penekanan produk buatan Indonesia untuk membantu UKM lokal berkembang dan bersaing di pasar regional. Dengan memberikan fokus kepada UKM di tahun 2016, Blibli melihat perusahaan memiliki potensi untuk tumbuh sesuai target di akhir tahun. Pendekatan berbasis peningkatan teknologi juga akan digalakkan untuk memuluskan transaksi penjualan.

Memaparkan visi di tahun 2016, Kusumo juga sempat menanggapi tentang roadmap e-commerce yang akan segera diluncurkan pemerintah. Menurutnya aturan yang ada sudah mencakup berbagai hal yang membuat industri e-commerce berkembang, termasuk dari sisi sumber daya manusia, kreativitas dan peraturan.

Namun Kusumo juga menyampaikan, apapun peraturannya pada akhirnya regulasi tersebut harus memungkinkan peman lokal untuk bergerak. Perlindungan konsumen juga dianggap Kusumo menjadi aspek penting yang harus diperhatikan pemerintah jika ingin turut mengembangkan industri e-commerce lokal.

Menjadi program nasional dan melibatkan banyak pemangku kebijakan yang meliputi Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan, Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan Badan Ekonomi Kreatif, diharapkan mampu melahirkan regulasi yang tepat untuk kemajuan industri e-commerce dalam negeri.