BMW Coba Bangun Motor Terbang, Terinspirasi dari Mainan Lego

Di bulan Januari silam, BMW Motorrad serta Lego Technic melangsungkan kolaborasi dan memperkenalkan versi mini dari motor BMW R 1200 GS Adventure. Berbeda dari mainan Lego biasa, replika tersebut terbilang kompleks. Meski ukurannya tidak besar, ia tersusun atas 603 balok berbeda. Dan siapa sangka mainan ini memicu sebuah proyek yang lebih ambisius lagi?

Kerja sama BMW dan Lego tidak berhenti di sana. Kedua perusahaan mengoprek mainan Lego Technic itu lebih jauh. Memanfaatkan bagian-bagian yang sama, mereka dapat menciptakan desain alternatif dari 603 balok Lego tersebut: sebuah motor terbang. Selanjutnya, BMW Junior Company Munich mengadopsi rancangan itu untuk membangun Hover Ride Design Concept berukuran penuh.

BMW Hover Ride Design Concept 3

Penampilan Hover Ride Design Concept jauh lebih keren dari Speeder Bike di Star Wars atau motor terbang yang muncul di reboot Star Trek. Tubuhnya sangat futuristis. Sejumlah komponen dimodifikasi agar bisa membentuk kendaraan konsep tersebut, salah satu contohnya ialah bagian roda yang dibentuk jadi baling-baling pendorong. Rancangannya lebih tajam, dan ada tiga sayap mencuat ke bawah.

BMW Hover Ride Design Concept 1

Arahan desainnya tetap berkiblat pada motor BMW Motorrad. Siluet R 1200 GS Adventure tidak dihilangkan, mesin boxer-nya masih ada di sana, dipadu bumbu ‘radikalisme’ khas Lego. Sayangnya, BMW belum punya rencana buat membawanya ke tahap produksi dalam waktu dekat. Hover Ride Design Concept baru rampung secara fisik, tapi kendaraan ini belum betul-betul bisa terbang.

BMW Hover Ride Design Concept 2

BMW Junior Company merupakan sebuah unit berisi para trainee dari departemen berbeda untuk mengerjakan proyek secara mandiri. Dan para pencipta Hover Ride Design Concept terdiri dari peserta program latihan tahun kedua sampai keempat. Motor terbang konsep ini mendemonstrasikan kemampuan para anak muda dalam bidang teknis dan model-making.

“Kolaborasi antar kolega dari disiplin ilmu berbeda bersama para peserta latihan sangat menginspirasi,” tutur Markus Kollmannsperger selaku salah satu instruktur proyek Hover Ride Design Concept. “Semua orang yang terlibat di dalamnya mempelajari banyak hal berharga.”

Awalnya, BMW Motorrad memutuskan untuk bekerja sama dengan Lego Group karena mereka melihat banyak kesamaan prinsip – mereka sama-sama mengejar inovasi serta tetap memegang tradisi brand.

Hover Ride Concept sempat dipamerkan ke publik di acara Lego World di Copenhagen minggu lalu, dan akan kembali dipajang secara bergilir di BMW Group Research and Innovation Center serta BMW Welt, berlokasi di Munich.

Sumber: BMW Group.

Makeblock Neuron Ajak Anak-Anak Belajar Coding Seasyik Bermain Lego

Belakangan ini konsep tangible programming sangat populer di dunia pendidikan. Pertengahan tahun lalu, Google bahkan ingin ikut berpartisipasi melalui Project Bloks. Tujuannya simpel, yakni untuk mengajarkan ilmu dasar dan logika-logika umum di balik proses coding lewat interaksi dengan objek fisik.

Project Bloks bukan satu-satunya opsi yang tersedia. Baru-baru ini, perusahaan pembuat perangkat robotik untuk anak-anak asal Tiongkok bernama Makeblock juga mengumumkan produk serupa. Dijuluki Neuron, konsepnya kurang lebih sama, dimana anak-anak pada dasarnya bisa belajar programming dengan menyusun balok-balok seperti ketika bermain Lego.

Ada lebih dari 30 jenis modul yang berbeda yang ditawarkan Neuron, mulai dari modul kamera, sensor cahaya, sensor suara, Bluetooth, ultrasonik sampai modul display. Balok-balok lain, seperti kenop dan joystick, dimaksudkan untuk menyesuaikan atau mengendalikan modul-modul itu tadi. Lebih lanjut, mereka juga bisa mengontrol Neuron via Wi-Fi.

Tampilan software mBlock yang dipakai untuk memprogram modul-modul Neuron / Makeblock
Tampilan software mBlock yang dipakai untuk memprogram modul-modul Neuron / Makeblock

Setelah disusun, anak-anak bisa memprogram masing-masing modul menggunakan software mBlock keluaran Makeblock sendiri. Makeblock cukup percaya diri bahwa anak-anak tidak perlu memahami dasar-dasar coding untuk bisa menggunakan mBlock. Meski demikian, pengetahuan akan Arduino bakal sangat membantu mereka memprogram dengan lebih cepat.

Hal lain yang dibanggakan Makeblock dari Neuron adalah kompatibilitas dengan platform atau software pihak ketiga, seperti misalnya platform Cognitive Services AI buatan Microsoft. Anak-anak bahkan bisa memanfaatkan balok-balok Lego sebagai struktur pelengkap untuk proyek buatannya masing-masing.

Makeblock Neuron rencananya akan dipasarkan melalui Kickstarter mulai pekan depan, dengan harga mulai $69. Total ada enam bundel yang akan ditawarkan ke konsumen, yang masing-masing berisikan kumpulan modul yang berbeda-beda, disesuaikan dengan minat masing-masing anak.

Sumber: Engadget dan Makeblock.

Lego Hadirkan Jejaring Sosial untuk Anak, Jadi Tempat Pamer Kreasi Lego

Facebook, Twitter, YouTube dan kebanyakan jejaring sosial lainnya punya alasan yang kuat mengapa mereka melarang anak berusia kurang dari 13 tahun untuk mendaftar di dalam layanannya. Cyber bully menjadi salah satu kekhawatiran paling besar yang dapat memberi dampak buruk bagi perkembangan mental anak. Bahkan Facebook telah meluncurkan berbagai panduan dan arahan untuk orang tua yang anaknya menggunakan layananya untuk berinteraksi secara online.

Tapi Lego, perusahaan di balik permainan balok susun asal Denmark punya konsep yang terbilang berani. Menyasar kalangan anak-anak belia berusia 7 hingga 12 tahun, Lego secara resmi meluncurkan jejaring sosial baru yang diberinama Lego Life.

Konsep Lego Life diklaim telah digodok lebih dari tiga tahun lamanya, termasuk pengembangan desain, fitur dan sebagainya. Setelah melalui proses panjang tersebut, pada hari Selasa waktu setempat, Lego resmi meluncurkan layanan tersebut untuk perangkat iOS dan Android di kawasan Amerika, Inggris, Perancis, Kanada, Jerman, Denmark (pastinya), Austria dan Swiss.

Di dalam aplikasi Lego Life, anak-anak dapat membuat avatar dengan model rambut dan pakaian yang merefleksikan kepribadian mereka. Mereka juga dapat mengikuti topik dan konten yang diminati di news feed, di mana mereka juga akan melihat sorotan hasil kerja para ahli perancang Lego. Atau, opsi lain anak-anak dapat membagikan foto dan video hasil rancangan Lego mereka ke anak-anak lain di seluruh dunia.

Untuk mengekspresikan rasa suka, anak-anak dapat menyentuh logo hati dan Lego menawarkan sistem reward yang akan mendorong anak untuk membagikan konten ke Lego Life. Semakin banyak postingan yang dibagikan, maka makin besar aksesoris yang bisa dipasang ke avatar Lego. Selain bercengkrama lewat postingan, anak-anak juga dapat bergabung ke grup dengan topik tertentu misalnya kendaraan, superhero, hewan, dan karakter-karakter Lego seperti Master Wu dari Lego Ninjango, Lego Batmans, dan Lego Friends.

Demi memberi rasa tenang kepada orang tua yang anaknya tergabung dalam Lego Life, Lego memastikan semua orang tua akan terlibat dalam proses verifikasi melalui email. Semua postingan juga harus terkait dengan Lego entah itu foto ataupun video. Sebuah sistem pemindai dari pihak ketiga telah digandeng oleh Lego untuk memastikan konten-konten tersebut aman bagi anak-anak.

Sumber berita Lego.

Siap Tinggalkan Early Access, Lego Worlds Akan Tersedia di Bulan Februari 2017

Komparasi antara Lego dengan Minecraft memang sulit dihindari karena keduanya mengusung konsep hampir serupa di mana pemain dipersilakan menyusun objek berbasis balok. Minecraft merupakan fenomena di ranah gaming; terjual ratusan juta kopi, menggoda Microsoft membeli IP-nya, serta mendorong satu publisher terkemuka dunia menggarap pesaingnya.

Di bulan Juni tahun lalu, Warner Bros. Interactive Entertainment mengumumkan Lego Worlds, sebuah game sandbox yang menawarkan pemain kebebasan membangun konstruksi berbekal balok-balok mainan kesayangan Anda. Seperti Minecraft, Lego Worlds juga mengusung sistem procedurally generated. Artinya, Anda tidak akan melihat ujung dunia permainan karena konten akan berkembang terus-menerus.

Warner Bros. memercayai tim Traveller’s Tales buat menggarapnya, yaitu studio asal Inggris yang bertanggung jawab dalam pengembangan belasan game Lego – dari mulai Star Wars sampai Harry Potter. Tapi berbeda dari kreasi mereka sebelumnya, Lego Worlds tidak mempunyai elemen cerita serta campaign. Dan bersamaan dengan pengumuman tersebut, Traveller’s Tales turut memulai program early access versi beta di Steam.

Mendekati akhir tahun, publisher dan pengembang akhirnya menginformasikan bahwa Lego Worlds sudah siap keluar dari tahap early access, dan akan meluncur di platform PC, Xbox One serta PlayStation 4 pada tanggal 14 Februari 2017.

Membangun dan eksplorasi merupakan dua pilar utama Lego Worlds. Di sana, Anda bisa berpetualang dalam dunia open world yang seluruhnya terbuat dari blok Lego. Pemain dapat saling sharing kreasi mereka atau menciptakan objek bersama-sama. Traveller’s Tale tak lupa melengkapi game dengan sejumlah fitur unik, misalnya: berbeda dari Minecraft, Anda tak perlu lagi menaruh balok satu per satu lewat tampilan first-person. Developer telah menyediakan tool ala Microsoft Paint untuk menyederhanakan proses membangun.

Lego Worlds juga memungkinkan Anda mengendarai berbagai alat transportasi, seperti pesawat ruang angkasa, mobil, sampai mengendarai naga, dan Anda dipersilakan untuk memodifikasi semuanya. Pemain bisa menikmati Lego Worlds sendiri, secara split-screen, dan terdapat pula mode multiplayer online.

“Lego Worlds memperluas franchise video game Lego kami dengan pengalaman baru yang bersandar pada serunya membangun balok-balok Lego secara fisik,” kata presiden Warner Bros. Interactive Entertainment David Haddad via Eurogamer. “Traveller’s Tales berhasil menciptakan sebuah dunia digital yang luas, dipadu humor khas Lego favorit para penggemarnya.”

Sumber: Venture Beat.

Merakit Lego Lalu Diterbangkan Seperti Drone? Inilah Flybrix

Anda tidak sendirian jika beranggapan desain drone atau quadcopter yang ada di pasaran hanya begitu-begitu saja. Kalau Anda ingin yang lebih variatif, mungkin Anda harus menempuh jalur DIY alias merakit sendiri.

Meski tutorialnya mudah sekali ditemukan di internet, eksekusinya terkadang tidak semudah merakit sebuah figur sederhana dari Lego. Lho, kalau begitu kenapa tidak merakit drone menggunakan balok Lego saja? Well, itulah yang dipikirkan oleh startup bernama Flybrix.

Ditujukan untuk konsumen berusia 14 tahun ke atas, bundel paling mendasar Flybrix mengemas seluruh komponen yang dibutuhkan untuk merakit quadcopter, hexacopter atau octocopter sekalipun. Lebih istimewa lagi, semua itu bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari 15 menit, mengingat prosesnya tidak jauh berbeda dari merakit Lego biasa.

Terdapat total delapan motor dan baling-baling yang bisa digunakan. Anda bebas memakai balok Lego yang disediakan atau milik Anda sendiri, dan bentuknya pun juga bisa Anda atur sesuka hati. Selanjutnya, sebuah circuit board Arduino menjadi otak dari segalanya, termasuk modul Bluetooth untuk menyambung ke smartphone.

Flybrix Deluxe Kit datang bersama sebuah controller fisik / Flybrix
Flybrix Deluxe Kit datang bersama sebuah controller fisik / Flybrix

Yup, kendalinya bisa dilakukan via aplikasi smartphone. Tapi kalau pengguna lebih sreg dengan controller fisik, Flybrix juga menawarkan bundel lain yang mencakup sebuah controller. Lalu bagaimana kalau ini merupakan drone pertama dan Anda tidak sengaja menabrakkannya hingga jatuh berguguran? Well, justru ini merupakan esensi dari Flybrix.

Semua komponen yang termasuk dalam bundel Flybrix telah dirancang dengan durabilitas tinggi. Seandainya kreasi Anda jatuh berantakan, tinggal kumpulkan kembali komponennya dan rakit lagi menjadi baru. Dengan cara seperti itu, elemen edukasi pun bisa diterapkan secara efektif pada Flybrix, mencakup ilmu-ilmu mendasar perihal engineering maupun hukum fisika.

Singkat cerita, kalau Anda suka drone dan Lego, Flybrix akan terdengar sangat menggiurkan buat Anda. Basic Kit-nya dibanderol seharga $149, sedangkan Deluxe Kit yang mencakup controller fisik seharga $189. Harga ini hanya berlaku untuk waktu yang terbatas; nantinya masing-masing akan naik menjadi $189 dan $249.

Sumber: Engadget.

Anak 10 Tahun Ciptakan Printer 3D Dari Lego dan K’nex

Saat ini, 3D printing serta proyek robotik open-source mempunyai hubungan cukup erat. Para penggemar robot seringkali menggunakan printer 3D untuk menciptakan komponen yang mereka butuhkan, dan terkadang, mainan robotik sederhana dipakai dalam membuat printer 3D. Dan karya unik ini membuktkan bahwa kreativitas sama sekali tidak dibatasi umur.

Diunggah lewat akun YouTube miliknya, Amogh Palasamudram memamerkan unit 3D printer buatannya sendiri, disusun dari mainan K’nex, komponen kit Lego Mindstorms EV3, dan pena 3D printing kelas entry-level. Kreasi DIY tersebut sudah cukup unik jika digarap oleh orang biasa, namun di mata khalayak awam, Amogh adalah individu yang cukup istimewa: ia baru berusia sepuluh tahun.

Ciptaannya itu memang sederhana namun sangat cerdik. Pertama, Amogh memanfaatkan kombinasi mainan K’nex serta balok Lego untuk membuat base cetakan serta membangun struktur menara (ada empat ‘tower‘) sebagai penahan bagian pulpen 3D printer. Tak hanya mencengkram, tower juga disematkan beberapa buah motor buat menggerakkan pena dalam tiga sumbu – yaitu X, Y dan Z.

Lego Mindstorm 3D Printer 2
Sang inventor memakai balok Lego, Lego Mindstorms EV3, K’nex dan pena 3D printer.

3D printer buatan sendiri itu mengusung semangat berkreasi berbekal Lego ke tingkatan selanjutnya, dan Amogh betul-betul hanya mau memakai objek-objek ‘rumahan’ untuk melengkapi karyanya; misalnya karet gelang buat memidahkan posisi pena 3D printing dalam poros X dan Y, serta sebuah cincin dengan sisi tepi yang tumpul, berfungsi mendorong tombol start di unit pena.

Komponen printer tidak bisa beroperasi tanpa controller, dan itulah peran dari kit Mindstorms EV3. Mainan ini menyimpan program buat menggerakkan pena 3D printer secara otomatis di atas platform saat perangkat sedang mencetak struktur tiga dimensi. App Mindstorms bertugas menyalakan dan menonaktifkan motor, serta memposisikan pena ke arah tertentu. Tiap objek 3D memerlukan satu set perintah berbeda – bisa diprogram dan diunggah ke EV3 sebelum proses cetak dimulai. Itulah mengapa Amogh perlu menyambungkan laptopnya ke device.

Setelah menentukan bentuk yang ingin dibangun, Anda tinggal mentransfernya ke EV3, kemudian prosedur cetak berjalan layaknya 3D printer biasa. Di video, sang inventor muda ini memanfaatkan filamen berbahan thermoplastic ABS. Material tersebut keras, serta cepat dingin dan mengering.

Anda dipersilakan membuat 3D printer ini sendiri dengan mengikuti instruksi yang Amogh siapkan di video demonstrasinya.

Via Digital Trends. Sumber: Instructables.

Droid BB-8 Ini Dibuat Sepenuhnya Dari Part Lego

Rey, Finn dan Poe mungkin merupakan penerus para karakter utama di trilogi orisinil, namun droid BB-8 mencuri perhatian fans dari saat The Force Awakens diungkap ke publik. Sudah dua bulan lebih semenjak Star Wars Episode VII ditayangkan secara perdana, dan kita sudah melihat penjelmaan BB-8 di dunia nyata, baik hasil ciptaan Sphero maupun versi DIY-nya.

Penggabungan franchise Star Wars dan brand Lego ialah pemandangan yang tidak asing – kerjasama kedua perusahaan telah dilakukan sejak 1999. Lego Star Wars berhasil menghimpun banyak fans, tua ataupun muda. Dan jika Anda adalah salah satu penggemar beratnya, Anda pasti tidak mau melewatkan kabar gembira ini: desainer Mark Smiley dan James Garrett menciptkan ‘Rolling’ BB-8 berbekal komponen Logo.

Seperti di film, tubuh bulat BB-8 berfungsi sebagai mekanisme gerak, dengan modul kepala yang akan terus berada di bagian atas. Ia mungkin tidak secanggih ciptaan Sphero, cuma bisa berputar dalam satu poros saja. Meski demikian, kreatornya meyakinkan, versi miniatur astromech droid mereka benar-benar menggunakan 100 persen part lego asli.

Lego BB-8

Untuk versi purwarupanya, desainer membubuhkan cat secara manual. Di dalam, terdapat pemberat dengan dua magnet yang digantung di sumbu utama. Magnet-magnet itu diposisikan di area atas demi menjaga kepala BB-8 tetap pada tempatnya. Buat modul kepala, tim perancang memakai cockpit dome, engsel, serta roda Lego berukuran paling kecil. Cangkang tubuhnya sendiri diambil dari planet Tatooine (seri Lego Star Wars Planet).

Rolling BB-8 ini dilengkapi display stand. Dengannya, Anda bisa melihat sang droid bergerak di satu tempat (cukup memutar pedal), juga sebagai tempat menyimpan akesori. Buat menyusun BB-8, Smiley dan Garret memanfaatkan sekitar 180 komponen Lego. Tapi ia tidak semutakhir ciptaan Sphero, Rolling BB-8 sengaja dirancang buat menjadi titik temu antara model statis dengan mainan remote control.

Penciptanya menjelaskan, Rolling BB-8 ialah karya yang menyenangkan untuk diutak-utik dan dimainkan. Smiley dan Garret menyampaikan, “Rolling BB-8 dapat menjadi tambahan apik bagi kolektor mainan Lego maupun Star Wars.”

Sudah tak sabar ingin memilikinya? Anda sebetulnya bisa membuat Rolling BB-8 sendiri, menggunakan desain dari Mark Smiley dan James Garrett sebagai acuan.

Alternatif mudahnya, kedua perancang itu telah mengajukan ide mereka di Lego Ideas. Jika sukses memperoleh dukungan 10.000 orang, Lego akan mempertimbangkan untuk memproduksi Rolling BB-8.

Via Gizmodo.

Seorang Guru Ciptakan Exo-Suit Lego Buat Mengendalikan Robot Lego

Mau tahu hebatnya Lego? Lego baru bisa terpasang sempurna ke balok yang diproduksi setengah abad silam, dan cuma dengan enam buah balok delapan ‘kancing’, terdapat 915.103.765 kombinasi bangun. Tidak heran jika ia sering menjadi dasar eksperimen hingga penemuan baru. Dan berbekal Lego, seorang guru memamerkan kreasi canggih buatannya. Continue reading Seorang Guru Ciptakan Exo-Suit Lego Buat Mengendalikan Robot Lego

Micro Lego Computer, Desktop Mini PC Untuk Penggemar Lego

Sebuah komputer desktop dengan casing modular memang seakan terdengar baru. Tapi sejatinya, dalam sebuah komputer desktop, komponen yang ada di dalamnya merupakan rangkaian dari modul-modul peripheral yang disusun agar dapat menjadi sebuah mesin komputasi yang saling terintegrasi satu sama lain. Continue reading Micro Lego Computer, Desktop Mini PC Untuk Penggemar Lego

IKO Ialah Tangan Mekanik yang Kompatibel Dengan Lego

Semenjak diperkenalkan ke publik puluhan tahun silam, brand Lego membangun sebuah subkultur, diangkat menjadi game, film, hingga taman rekreasi. Namun jangan pikir bahwa kita sudah melihat seluruh potensi dari penjelmaan Lego. Seorang inventor asal Swedia berhasil mengadaptasi penyajian mainan konstruksi plastik itu untuk kegunaan yang sangat mulia. Continue reading IKO Ialah Tangan Mekanik yang Kompatibel Dengan Lego