Startup “E-commerce Membership” Cosmart Terima Pendanaan Awal 76 Miliar Rupiah

Startup e-commerce membership Cosmart mengumumkan pendanaan awal sebesar $5 juta (atau sekitar 76,3 miliar Rupiah) dari Lightspeed, East Ventures, Vertex Ventures Asia Tenggara & Asia, serta diikuti angel investor, Henry Hendrawan dan Albert Lucius.

Cosmart berambisi ingin menghadirkan pengalaman belanja rutin secara mudah dan murah, sehingga mereka dapat menghemat dari berbagai aspek untuk fokus pada hal yang lebih penting.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk memperkuat teknologi dan infrastruktur, membangun tim dan kemitraan yang kuat dengan prinsipal sekaligus para pemain kunci dalam ekosistem rantai pasokan.

Cosmart memosisikan diri sebagai one-stop-solution untuk konsumen yang ingin membeli kebutuhan bulanan. Dengan membayar biaya keanggotaan, konsumen bisa mendapatkan akses ke produk berkualitas tinggi dengan harga lebih murah, diklaim tidak bisa ditemukan produk di platform e-commerce lain, dan berkesempatan mencoba produk sampel dari merek baru.

Biaya berlangganan saat ini ditawarkan mulai dari Rp29.900 untuk tiga bulan selama masa promosi berlangsung. Khusus anggota, mereka akan mendapat penawaran harga spesial lebih hemat hingga 10%, gratis ongkir untuk belanja minimum Rp250 ribu, dan mendapat produk gratis.

Cosmart mengembangkan teknologi yang memudahkan pengguna untuk menemukan, menjelajahi, dan memilih merek dan produk baru. Kelebihan tersebut membuat mereka optibis bisa menghadirkan pengalaman belanja yang cerdas dan menguntungkan bagi pengguna.

Startup ini baru berdiri pada kuartal II tahun ini, dirintis oleh Alvin Kumarga dan Robert Tan yang memiliki pengalaman luas dalam mendirikan dan mengembangkan perusahaan. Alvin yang sebelumnya berkarier sebagai SVP of Financial Services di Traveloka, Airy Rooms, dan Boston Consulting Group.

Diklaim Cosmart telah menjual lebih dari 100 ribu produk pada 10 kategori produk, bermitra dengan lebih dari 80 produsen. Pertumbuhan bisnis Cosmart disebutkan tumbuh enam kali lipat dalam tiga bulan terakhir, dan volume belanja bulanan tercatat naik empat kali lebih tinggi dibandingkan aktivitas belanja di platform lain.

Masing-masing investor menyampaikan pernyataannya dalam keterlibatannya melalui keterangan resmi yang disampaikan hari ini (3/10). Salah satunya, Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca. Dia bilang, “[..] Indonesia memiliki potensi besar untuk industri perdagangan. Kami percaya Alvin dan timnya akan menangkap peluang ini dan membawa lebih banyak pertumbuhan dan dampak positif bagi masyarakat Indonesia.”

Partner Vertex Ventures SEA & India Gary Khoeng menambahkan, “[..] Seiring lanskap ritel Indonesia yang terus berkembang pesat, kami sangat percaya pada pendekatan baru Cosmart untuk melayani segmen pelanggan lebih besar yang menghargai value dan belanja dengan cermat, di antara banyak manfaat lainnya sebagai anggota, terutama saat inflasi dan biaya kebutuhan meningkat saat ini [..].”

Co-founder dan CEO Cosmart Alvin Kumarga menyampaikan, pihaknya senang dapat bermitra dengan para investor untuk memulai misinya dalam membantu pengguna di Indonesia membuat keputusan pembelian yang lebih baik.

“Di Cosmart, fokus kami adalah menghadirkan produk konsumen berkualitas tinggi dengan harga kompetitif sehingga pengguna kami selalu merasa mendapatkan value terbaik dan merasa senang baik itu dalam menemukan merek baru yang sudah ada maupun yang akan datang, mendapatkan sampel gratis, atau manfaat keanggotaan lainnya,” kata Alvin.

Application Information Will Show Up Here

Lightspeed Umumkan Dana Kelolaan 7,5 Triliun Rupiah untuk Startup di Asia Tenggara dan India

Lightspeed India Partners mengumumkan dana kelolaan tahap awal (early stage) LSIP Fund IV sebesar $500 juta atau sekitar 7,5 triliun Rupiah. Dana ini akan digunakan untuk melanjutkan investasinya di India dan Asia Tenggara.

Dalam keterangan resminya, penggalangan dana tersebut merefleksikan komitmen mendalam terhadap pasar India dan Asia Tenggara sejak investasi pertama mereka pada 2007.

“Kami akan akan terus memperluas dan mendalami peluang di kawasan ini. Dipimpin oleh para founder kelas dunia dan cakupan teknologi yang terus berkembang untuk membentuk kembali ekonomi di India dan Asia Tenggara,” demikian disampaikan dalam keterangan resminya.

Dalam lima tahun terakhir, Lightspeed India Partners telah memiliki 28 partners yang bermarkas di Bengaluru, Delhi, Mumbai, dan Singapura. Adapun, investasi pada startup growth stage di India dan Asia Tenggara melalui dana kelolaan Select Fund dan Opportunity Fund.

Lightspeed Venture Partners telah berinvestasi di Tiongkok, India, Israel, Eropa, dan Asia Tenggara. Total portofolionya mencapai lebih dari 500 di berbagai sektor, seperti consumer, healthtech, dan fintech.

Di Indonesia, Lightspeed telah berinvestasi ke Pintu, Astro, Shipper, Chilibeli, dan Ula.

Adapun, sekitar seperempat dari total portofolio globalnya telah diakuisisi atau go-public dengan 33 IPO dalam beberapa tahun terakhir. Lightspeed juga telah memiliki 70 investor yang berlokasi di 12 kota di dunia.

Penggalangan dana multi-stage

Secara terpisah, Lightspeed Venture Partners mengumumkan telah menutup penggalangan dana sebesar $7 miliar atau sekitar 104,7 triliun Rupiah. Total pendanaan multi-stage ini dibagi dalam tiga dana kelolaan, antara lain Fund XIV sebesar $1,98 miliar, Select Fund V sebesar $2,26 miliar, dan Opportunity Fund II dengan $2,36 miliar.

Singkat informasi, Lightspeed Venture Partners XIV-A/B, L. P atau Fund XIV difokuskan untuk investasi tahap awal, seed, hingga seri B di sektor enterprise, consumer, health, dan fintech. Kemudian, Lightspeed Venture Partners Select V, L. P atau Select Fund V diperuntukkan bagi startup yang mulai melakukan scale up bisnisnya. Sementara, Lightspeed Opportunity Fund II, L.P. untuk mendukung investasi pada breakout companies.

“Sejak awal 2000-an, Lightspeed mulai membangun jejak global dengan keyakinan kami bahwa masa depan teknologi dan kewirausahaan akan mendunia. Kami membangun cross-border team sehingga dapat memberikan pemahaman terhadap pasar lokal yang mendalam kepada founder. Dengan demikian, kami dapat melihat dan belajar dari inovasi yang ada di dunia,” ungkap Partner di Lightspeed Bejul Somaia.

Proyeksi sektor investasi

Dalam wawancara terakhir dengan DailySocial pada 2020, Partner & Regional Head Lightspeed Venture Partners Akshay Bhushan mengatakan, Indonesia merupakan pasar yang bagus bagi pendekatan investasi Lightspeed. Hal ini karena Indonesia memiliki populasi muda yang melek digital dan ekosistem startup yang tumbuh cepat.

Berdasarkan laporan Startup Report 2021-2022Q1 yang diterbitkan DSInnovate, ada tiga sektor yang diproyeksi berkembang di Indonesia pada tahun ini, yakni Direct-to-Consumer (D2C), embedded finance, dan Web3.

Laporan ini juga menyoroti tren investor yang kini tak lagi tertarik pada sektor mainstream, tetapi yang punya dampak langsung ke aspek sosial-ekonomi masyarakat. Misalnya, social commerce, agrikultur, dan renewable energy.

PINTU Rampungkan Pendanaan Seri B Senilai 1,6 Triliun Rupiah

Platform jual-beli dan investasi aset kripto PINTU mengumumkan telah menyelesaikan putaran pendanaan seri B senilai $113 juta atau sebesar 1,6 triliun Rupiah. Pendanaan ini berasal dari Intudo Ventures, Lightspeed, Northstar Group, dan Pantera Capital.

Sebelumnya PINTU telah mengantongi pendanaan pendanaan seri A+ sebesar $35 juta atau setara 503 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Lightspeed Venture Partners, serta didukung oleh Alameda Ventures, Blockchain.com Ventures, Castle Island Ventures, Intudo Ventures, dan Pantera Capital.

Dana segar tersebut rencananya akan digunakan untuk meluncurkan fitur-fitur baru, menambah token yang diperdagangkan, mendukung teknologi blockchain, dan menghadirkan berbagai produk-produk baru.

Untuk meningkatkan literasi dan edukasi bagi investor, mereka akan berinvestasi secara besar-besaran dalam program edukasi Pintu Academy. Pintu Academy dirancang untuk memberikan edukasi bagi investor mengenai investasi aset kripto, dari mulai pemahaman secara dasar hingga informasi mengenai pengelolaan risiko yang baik dan berkelanjutan.

“Untuk memberikan kemudahan bagi pengguna kripto di Indonesia, kami membangun PINTU bagi investor aset kripto baru maupun investor berpengalaman. Kami percaya bahwa adopsi aset kripto di Indonesia baru memasuki tahap awal, dan mengedukasi masyarakat merupakan fundamental yang sangat penting untuk memastikan pertumbuhan ini berjalan dengan cara yang sehat,” ujar Founder & CEO PINTU Jeth Soetoyo.

Untuk mendukung pertumbuhan ini, PINTU secara agresif merekrut talenta terbaik untuk semua fungsi. Saat ini pertumbuhan staf di PINTU tumbuh hingga 2x lipat sejak tahun 2021 — per April 2022 terdapat lebih dari 200 pegawai.

Diluncurkan pada bulan April tahun 2020, PINTU merupakan platform  kripto lokal di Indonesia. PINTU menawarkan lebih dari 50 aset kripto yang diperdagangkan seperti Bitcoin dan Ethereum.

Tambah fitur unggulan

PINTU telah menghadirkan berbagai fitur baru yang sudah dapat digunakan di antaranya, Pintu Earn yang menawarkan pengguna mendapatkan imbalan dalam bentuk Annual Percentage Year (APY) yang dibayarkan per jam dan tanpa periode penguncian. Lalu, ada juga fitur Pintu Staking (PTU Staking) bagi pemegang Pintu Token (PTU) cukup dengan mengunci aset PTU Token yang dimiliki dan akan mendapatkan beragam benefit eksklusif.

“Kami akan terus membangun momentum ini dengan menawarkan lebih banyak fitur baru serta menginisiasi berbagai strategi yang tepat guna membawa aset kripto ke lebih banyak lagi masyarakat Indonesia,” kata Jeth.

Saat ini PINTU telah didukung banyak pilihan kanal pembayaran seperti rekening bank, hingga e-wallet yang terintegrasi langsung ke dalam aplikasi. Sejak diluncurkan, PINTU telah diunduh lebih dari 4 juta pengguna. Secara legalitas, PINTU merupakan platform investasi aset kripto yang terdaftar dan berlisensi resmi oleh lembaga Bappebti.

Di Bappebti, saat ini juga sudah ada beberapa aplikasi yang melayani transaksi/investasi serupa, di antaranya:

Entitas Perusahaan Platform Kunjungan Web* Peringkat App**
PT Indodax Nasional Indonesia Indodax 9 juta – 12,7 juta 82
PT Crypto Indonesia Berkat Tokocrypto 1,8 juta – 2,6 juta 100
PT Zipmex Exchange Indonesia Zipmex 2,9 juta – 5 juta 137
PT Indonesia Digital Exchange Idex n/a n/a (early access)
PT Pintu Kemana Saja Pintu 810 ribu – 1 juta 60
PT Luno Indonesia LTD Luno 1,2 juta – 1,7 juta 163
PT Cipta Koin Digital Koinku n/a n/a
PT Tiga Inti Utama Triv 241 ribu – 432 ribu n/a
PT Upbit Exchange Indonesia Upbit ID 52 ribu – 90 ribu n/a
PT Rekeningku Dotcom Indonesia Rekeningku 102 ribu – 362 ribu n/a
PT Triniti Investama Berkat Bitocto 17,9 ribu – 22,7 ribu n/a

*data statistik kunjungan di Similar Web Desember 2021 – Februari 2022; ** data statistik peringkat Playstore Indonesia di Appbrain per 6 April 2022

Application Information Will Show Up Here

Astro Umumkan Pendanaan Seri B Senilai 872 Miliar Rupiah

Startup quick commerce Astro hari ini (30/5) mengumumkan perolehan pendanaan seri B senilai $60 juta atau setara dengan 872 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Accel, Citius, dan Tiger Global dengan partisipasi investor sebelumnya seperti AC Ventures, Global Founders Capital, Lightspeed, dan Sequoia Capital India.

Dengan dana segar yang didapat, sejak berdiri September 2021, Astro secara total telah membukukan pendanaan ekuitas $90 juta atau setara 1,3 triliun Rupiah. Sebelumnya mereka juga telah membukukan pendanaan seri A yang diumumkan awal Februari 2022 lalu senilai $27 juta atau setara 387 miliar Rupiah dipimpin Accel dan Sequoia Capital India.

Turut disampaikan, dana yang baru terkumpul akan difokuskan untuk akuisisi pelanggan dan memperkaya cakupan produk. Perekrutan tim juga akan menjadi fokus di tahun 2022 ini.

Catatkan pertumbuhan positif

Astro baru mengakomodasi pengguna di seputar Jabodetabek. Saat ini mereka telah beroperasi di 50 titik yang tersebar di wilayah tersebut. Titik kehadiran (dark store) ini menjadi penting, pasalnya memungkinkan Astro untuk bisa melakukan pemenuhan pesanan dengan durasi maksimal 15 menit.

Sepanjang tahun 2022 ini, Astro mencatatkan pertumbuhan 10x lipat dengan mengklaim efisiensi pengiriman yang lebih tinggi ke pelanggan. Disampaikan juga, aplikasi Astro telah diunduh hampir 1 juta kali dalam enam bulan pertama. Jajaran tim juga meningkat pesat, kini memiliki 200 staf yang bekerja secara WFA (Work From Anywhere).

“Misi Astro adalah membuat hidup orang lebih sederhana dan lebih mudah. Astronauts (sebutan untuk tim Astro) kami terus melayani pelanggan saat mereka sangat membutuhkan kami, terutama selama lonjakan Omicron Covid-19 terakhir, di mana Indonesia mengalami jumlah kasus yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Co-Founder & CEO Astro Vincent Tjendra.

Astro menawarkan lebih dari 1.500 SKU produk dengan harga bersaing melalui aplikasi. Untuk meningkatkan retensi pengguna, sejumlah strategi dibangun. Termasuk dengan menyajikan UX yang mempertimbangkan aksesibilitas bagi pelanggan di semua kelompok usia.

Masuk ke bisnis private-label

Astro juga mulai berkolaborasi dengan pebisnis lokal untuk meluncurkan produk private-label. Produk awal mereka adalah roti dan kopi — menjadi upaya awal Astro untuk berkolaborasi dengan lebih banyak mitra untuk menyediakan pilihan produk yang lebih banyak. Sebelumnya untuk memenuhi permintaan di bualan Ramadan, Astro juga bekerja sama dengan petani hidroponik untuk menyediakan produk buah dan sayuran segar.

Astro tidak sendirian menggarap segmen pasar ini. Sejumlah pemain lain juga berusaha menyajikan layanan serupa, termasuk AlloFresh yang didirikan CT Corp dan Bukalapak, SayurKilat dari SayurBox, Tokopedia Now, Bananas, dan lain sebagainya.

Dari data yang disampaikan, potensi layanan pemenuhan bahan makanan segar masih sangat besar di Indonesia. Penetrasi digitalisasi layanan di sektor tersebut masih sekitar 0,4%, dibandingkan dengan e-commerce yang telah mencapai 10%. Pandemi turut mendongkrak adopsi online grocery, diproyeksikan sektor tersebut akan bernilai $6 miliar pada 2025 mendatang.

Application Information Will Show Up Here

Pintu Bags 503 Billion Rupiah Funding led by Lightspeed Venture Partners

After reportedly receiving $6 million series A funding last May, crypto asset marketplace Pintu just announced the series A+ funding of $35 million or equivalent to 503 billion Rupiah. The round was led by Lightspeed Venture Partners, and supported by Alameda Ventures, Blockchain.com Ventures, Castle Island Ventures, Intudo Ventures and Pantera Capital.

Through this funding, Pintu is committed to strengthen market leadership as Indonesia’s top mobile-first crypto investing app. This fresh fund will be used to aggressively hire new talent across all major functions, roll out new products and features, and fuel future expansion.

Lightspeed partner Hemant Mohapatra believes that crypto is at a transition point to become the most important asset class in the world and will give birth to many companies that will become regional leaders.

“Pintu has created the strongest market brand, best user experience, and hands down one of the strongest teams we’ve ever come across in this market. We are excited to back them on their way in becoming the leading brand in crypto—not just in Indonesia but throughout the Southeast Asia region in the coming years,” he said.

Founded in April 2020, Pintu is designed to to meet the needs of Indonesians from all walks of life. With its mobile-driven interface and suite of smart features geared for beginner level traders, Pintu provides more comprehensive and open access for both novice and experienced traders to be able to mitigate risks towards market volatility and various other speculative measures.

Pintu offers a low barrier entry point starting from IDR 11,000 for both novice and experienced investors. There are currently 16 different dynamic cryptocurrencies on the platform and will soon be adding new coins, including NFT tokens and other highly sought-after crypto projects.

Co-founder & CEO of Pintu Jeth Soetoyo said, “We built Pintu with the belief that crypto is not just a technology, but also an asset class and community that will help overcome barriers to financial inclusion in Indonesia. [..] With the support of Pintu investors, we are committed to facilitating financial inclusion for all Indonesians.”

Crypto platform trend in Indonesia

Aside from Pintu, another new player, Coinomo has recently received fresh funds. The company born after the merge of Turn Capital acquired Dapp Pocket (a crypto wallet player from Taiwan) and Cappuu (a yield aggregator service) has released a beta version of its product in May 2021.

Previously, there are also several players has been exploring the crypto asset industry market, such as TokoCrypto and Nobi who focused on maximizing the potential for “passive income” for crypto investors. Tokocrypto alone has developed a hybrid CeDeFi (TKO) token which is claimed to be the first in Indonesia on top of Binance Smart Chain, as the early stage investor.

As one of the assets that is predicted to have great potential, various investment application developers also offer crypto as one of the products on their platform. For example, Pluang, which has managed to secure a pre-series B funding in March worth of around 288.8 billion Rupiah, led by OpenSpace Ventures.

Market potential

Globally, according to a report compiled by Research and Market, the market size for cryptocurrencies has reached $1,812 million in 2020, is projected to increase by $2,150 million this year, and soar to $5,158 million in 2026 with a CAGR of 19.04%.

Meanwhile in Indonesia, based on the Ministry of Trade (Kemendag) data, crypto asset investors as of May 2021 have reached 6.5 million people with a transaction value of IDR 370 trillion. This number is quite fantastic, considering there were 4.8 million people in the previous month with a transaction value of around Rp237.3 trillion (January-April 2021).

With high price volatility, the profile of crypto investors is usually the ones who are willing to take risks. It is important for the public to understand that crypto assets are not the same as each other. CoFTRA has published a list of 229 crypto assets that can be traded in Indonesia.

Reporting from Coinmarketcap.com, the global crypto market capitalization currently stands at $1.76 trillion, accounting for a decline of around 2.82%.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pintu Raih Pendanaan 503 Miliar Rupiah Dipimpin oleh Lightspeed Venture Partners

Setelah dikabarkan menerima pendanaan seri A sebesar $6 juta pada bulan Mei lalu, aplikasi marketplace aset kripto Pintu kini mengumumkan perolehan pendanaan seri A+ sebesar $35 juta atau setara 503 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Lightspeed Venture Partners, serta didukung oleh Alameda Ventures, Blockchain.com Ventures, Castle Island Ventures, Intudo Ventures, dan Pantera Capital.

Melalui pendanaan ini, Pintu berkomitmen untuk memperkuat posisi sebagai aplikasi mobile kripto terdepan di Indonesia. Rencananya, dana segar ini akan digunakan untuk merekrut talenta baru secara masif di seluruh fungsi perusahaan, peluncuran produk dan fitur baru, serta mendorong ekspansi perusahaan di masa depan.

Partner Lightspeed Hemant Mohapatra meyakini bahwa kripto sedang berada di titik peralihan untuk menjadi kelas aset terpenting di dunia dan akan memunculkan banyak perusahaan-perusahaan yang akan menjadi pemimpin regional.

“Pintu telah menciptakan merek dagang terkuat, pengalaman pengguna terbaik, dan tim terkuat yang pernah kami temui selama bergelut di bidang ini. Kami tidak sabar untuk membantu mereka menjadi brand terdepan di dunia kripto — bukan hanya Indonesia, namun dalam beberapa tahun ke depan, juga bisa menjangkau seluruh Asia Tenggara,” ujarnya.

Didirikan pada bulan April 2020, Pintu dirancang untuk memenuhi kebutuhan semua kalangan masyarakat. Dengan berfokus pada tampilan mobile dan fitur pintar sebagai penunjang bagi trader pemula, Pintu memberikan akses yang lebih menyeluruh dan terbuka bagi trader awam maupun berpengalaman untuk bisa melakukan mitigasi risiko terhadap volatilitas pasar dan berbagai langkah spekulatif lain.

Pintu menawarkan nilai minimum transaksi yang sangat rendah mulai dari Rp11.000 bagi investor pemula maupun berpengalaman. Saat ini telah tersedia 16 aset kripto yang bisa diperdagangkan dalam platform dan akan segera menambahkan opsi baru, termasuk token NFT dan proyek kripto lainnya yang banyak dicari orang-orang.

Co-founder & CEO Pintu Jeth Soetoyo mengungkapkan, “Kami membangun Pintu dengan kepercayaan bahwa kripto bukanlah hanya sekedar teknologi semata, namun juga termasuk kelas aset dan komunitas yang akan membantu mengatasi penghalang inklusi finansial di Indonesia. [..] Dengan dukungan dari investor-investor Pintu, kami berkomitmen untuk memfasilitasi inklusi finansial ke semua kalangan masyarakat Indonesia.”

Tren platform kripto di Indonesia

Selain Pintu, terdapat pemain baru yang belum lama ini juga mendapat dana segar yaitu Coinomo. Perusahaan yang lahir setelah Turn Capital mengakuisisi Dapp Pocket (pemain dompet kripto asal Taiwan) dan Cappuu (layanan yield aggregator) ini telah merilis versi beta produknya pada bulan Mei 2021.

Sebelumnya, telah ada beberapa pemain yang lebih dulu menjajaki pasar industri aset kripto, seperti TokoCrypto dan Nobi yang fokus maksimalkan potensi “passive income bagi para investor kripto. Tokocrypto sendiri telah mengembangkan token CeDeFi (TKO) hibrida yang diklaim pertama di Indonesia di atas Binance Smart Chain, yang merupakan investor tahap awal mereka.

Sebagai salah satu aset yang digadang-gadang memiliki potensi besar, berbagai pengembang aplikasi investasi juga turut menawarkan kripto sebagai salah satu produk dalam platformnya. Sebut saja Pluang yang pada bulan Maret lalu berhasil mengantongi pendanaan pra-seri B berkisar 288,8 miliar Rupiah yang dipimpin oleh OpenSpace Ventures.

Potensi pasar

Di kancah global, menurut laporan yang dihimpun Research and Market, ukuran pasar untuk cryptocurrency telah mencapai $1.812 juta per tahun 2020, diproyeksikan meningkat $2.150 juta di tahun ini, dan melambung di angka $5.158 juta tahun 2026 mendatang dengan CAGR 19,04%.

Sementara di Indonesia, menurut data Kementerian Perdagangan (Kemendag), investor aset kripto hingga Mei 2021 sudah tembus ke angka 6,5 juta orang dengan nilai transaksi Rp370 triliun. Kenaikan ini cukup fantastis, mengingat pada sebulan sebelumnya tercatat 4,8 juta orang dengan nilai transaksi sekitar Rp237,3 triliun (Januari-April 2021).

Dengan volatilitas harga yang tinggi, profil investor kripto biasanya merupakan orang yang berani mengambil risiko. Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa aset kripto satu dengan yang lainnya tidak sama. Bappebti sendiri sudah menerbitkan daftar 229 aset kripto yang dapat diperdagangkan di Indonesia.

Dilansir dari Coinmarketcap.com, kapitalisasi pasar kripto global saat ini mencapai $1,76 triliun, terhitung mengalami penurunan sekitar 2,82%.

Application Information Will Show Up Here

Shipper Announces Series B Funding Worth 923 Billion Rupiah

Shipper Logistics aggregator startup announced series B funding worth $63 million or equivalent to 923 billion Rupiah. This round was led by DST Global Partners and Sequoia Capital India with the participation of previous investors, including Prosus Ventures, Floodgate, Lightspeed, Insignia Ventures, AC Ventures and Y Combinator. Previously, the Y Combinator W19 graduate secured series A funding in mid-2020 and was led by Proses Ventures.

Fresh funds will be focused on developing technology and massively expanding its logistics network, serving MSMEs throughout Indonesia. Shipper Services provides fulfillment and delivery services through a network of fulfillment centers, delivery partners, and digitally managed retail points. According to the statistics, the company currently serves thousands of e-commerce businesses that distribute millions of products every day.

“The funding will significantly help Shipper increase its technological and operational capacity, while continuing to expand the company’s service network. We are proud of the achievements of our customers who use our services, and we are excited to continue to achieve success with our customers and logistics partners,” Shipper’s Co-Founder & CEO, Phil Opamuratawongse said.

The pandemic that has driven an increase in delivery packages volume purchased online, which has topped up Shipper’s transaction value. Several strategic efforts over the past year, including partnering with Dana to present logistics solutions in the digital payment application. To expand its business model, Shipper also acquired two logistics startups Porter and Pakde.

“We started Shipper four years ago, starting from personal experience when we observed difficulties in packaging and shipping as online merchants. In building Shipper, we always used an approach from MSME players perspective as it is our identity. We are very happy to be able to contribute and strengthen the MSME segment as well as to help strengthen the national logistics ecosystem,” Shipper’s Co-Founder & COO, Budi Handoko added.

Based on the 2020 Startup Report, there were 8 funding transactions involving logistics startups. The large market demand encourages various related businesses to rapidly accelerate and expand. Apart from Shipper, logistic startup Andalin has secured series A funding from BRI Ventures.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Shipper Umumkan Pendanaan Seri B Senilai 923 Miliar Rupiah

Startup agregator logistik Shipper mengumumkan telah menerima pendanaan seri B senilai $63 juta atau setara 923 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh DST Global Partners dan Sequoia Capital India dengan partisipasi investor sebelumnya, meliputi Prosus Ventures, Floodgate, Lightspeed, Insignia Ventures, AC Ventures, dan Y Combinator. Sebelumnya jebolan Y Combinator W19 ini telah membukukan pendanaan seri A pada pertengahan 2020 lalu dipimpin Proses Ventures.

Dana segar akan difokuskan untuk pengembangan teknologi dan memperluas jaringan logistiknya secara masif, melayani UMKM di seluruh Indonesia. Layanan Shipper menyediakan jasa pemenuhan dan pengiriman melalui jaringan fulfillment center, mitra pengiriman, dan titik ritel yang dikelola secara digital. Statistik yang disampaikan, saat ini perusahaan melayani ribuan bisnis e-commerce yang mendistribusikan jutaan produk setiap harinya.

“Pendanaan yang kami dapatkan akan sangat membantu Shipper dalam meningkatkan kapasitas teknologi dan operasional, seraya terus memperluas jaringan layanan perusahaan. Kami bangga terhadap pencapaian para pelanggan yang menggunakan jasa kami, dan kami sangat antusias untuk terus meraih kesuksesan bersama pelanggan dan mitra logistik kami,” ungkap Co-Founder & CEO Shipper Phil Opamuratawongse.

Pandemi yang terjadi juga mendorong peningkatan volume pengiriman paket yang dibeli online, menjadikan nilai transaksi di Shipper turut terdongkrak naik. Beberapa upaya strategis juga dilakukan sepanjang tahun lalu, termasuk bermitra dengan Dana menghadirkan solusi logistik di aplikasi pembayaran digital tersebut. Untuk memperluas model bisnisnya, Shipper juga melakukan akuisisi dua startup logistik Porter dan Pakde.

“Kami memulai Shipper empat tahun lalu berangkat dari pengalaman pribadi saat melihat banyaknya kesulitan dalam melakukan pengemasan dan pengiriman paket sebagai pedagang online. Dalam membangun Shipper, kami selalu menggunakan pendekatan dari sudut pandang pelaku UMKM karena itu adalah jati diri kami. Kami sangat senang untuk dapat berkontribusi dan memperkuat segmen UMKM sekaligus untuk ikut mendorong penguatan ekosistem logistik nasional,” imbuh Co-Founder & COO Shipper Budi Handoko.

Berdasarkan Startup Report 2020, tahun lalu ada 8 transaksi pendanaan yang melibatkan startup logistik. Besarnya permintaan pasar mendorong berbagai bisnis terkait untuk mengakselerasi dan melakukan ekspansi secara lebih cepat. Tahun ini, selain Shipper startup logistik Andalin juga membukukan pendanaan seri A dari BRI Ventures.

Application Information Will Show Up Here

Logitech G Merilis Mouse Gaming Wireless Pro X Superlight, Dibanderol Rp2.299.000

Logitech G telah mengumumkan mouse gaming wireless yang diklaim memiliki bobot paling ringan yang pernah ada, yaitu Logitech G Pro X Superlight. Berat mouse ini hanya 63 gram, hampir 25% lebih ringan dari pendahulunya (Pro Wireless).

Mouse ini dirancang oleh dan untuk gamer profesional eSports. Dengan desain mekanis yang sangat halus dan memiliki PTFE (Polytetrafluoroethylene) atau mouse feet di bagian bawah yang cukup besar dan tanpa aditif, agar gesekan menghasilkan presisi, kecepatan, dan kemampuan manuver yang tinggi.

Pro X Superlight Black & White

Lebih lanjut, Logitech G Pro X Superlight dilengkapi dengan teknologi nirkabel 2,4GHz lightspeed yang membuatnya lebih responsif untuk bermain tanpa kabel. Serta sensor Logitech G HERO 25K pada 25.600 DPI, sensor mouse level sub-mikron pertama di industri yang dapat secara akurat melacak pergerakan pada level sub-mikron – kira-kira 1/50 ketebalan rambut manusia tanpa mengorbankan tingkat akurasi.

Sensor HERO 25K menggunakan sistem manajemen daya pintar menyesuaikan frame rate berdasarkan gerakan mouse, untuk meminimalkan konsumsi daya. Bahkan pada DPI tinggi, HERO 25K bisa 10x lebih hemat daya daripada sensor Logitech G sebelumnya. Masa pakai baterai sendiri lebih lama hingga 70 jam.

Logitech G Pro X Superlight telah diuji di lapangan dan memainkan peran kunci dalam membantu tim ASTRALIS memenangkan Final ESL PRO League Season 12 dan tim G2 eSports dalam memenangkan “2020 League of Legends European Championship“.

PRO X Superlight_In-Situation2

Dengan PRO X SUPERLIGHT kami menggabungkan teknologi inovatif seperti lightspeed dan HERO 25K dengan desain yang super ringan. Diuji dan divalidasi oleh para atlet profesional eSports di seluruh dunia, Pro X Superlight adalah jawaban bagi para gamer yang mencari performa terbaik,” ujar Chris Pate, Portfolio Manager untuk Logitech G Pro Series.

Rencananya Logitech G Pro X Superlight akan mulai tersedia di Indonesia pada bulan Desember 2020 dengan harga Rp2.299.000 dan tersedia dalam dua warna yaitu hitam dan putih. Sementara versi terdahulu, yaitu Pro Wireless Mouse mengalami penurunan harga menjadi Rp1.990.000.

Shipper Announces Series A Funding Led by Prosus Ventures

The logistics platform aggregator and marketplace, Shipper, today (18/6) announced the series A funding with undisclosed value, this investment was led by Prosus Ventures (formerly Naspers Ventures) with the participation of Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, and AC Ventures.

In fact, the rumor has been circulating since last month, a source says the value obtained is up to US$20 million or equivalent to 283 billion Rupiah. However, Shipper and its investors are reluctant to comment on this.

The company closed its seed round in September 2019, secured US$5 million from Lightspeed Ventures Partners, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures, and Y Combinator. Shipper is also part of the Y Combinator startup accelerator program for the 2019 Winter batch.

Debuted in 2017, Shipper was founded by Budi Handoko and Phil Opamuratawongse. The services enable SMEs to have a logistics dashboard, exploring the most efficient and cheapest shipping service based on the goods/destination. They also provide API-based services, to be integrated into a digital application.

“Using this investment, Shipper will continue to grow and look for local talents to join us in building strong data through technology to develop logistics and shipping requirements which has not been well structured,” Shipper’s Co-Founder & COO Budi Handoko said.

Shipper is to expand the coverage area and help consumers find the best shipping partner; without having to waste time comparing costs, orders, tracking, and insurance. To date, Shipper has worked with more than 100 express couriers.

Challenges in logistics

According to data summarized by ResearchAndMarkets.com, the Indonesian logistics market is projected to reach US$240 billion in 2021, it is quite similar to the logistics market projection in India of US$215 billion in 2020. It is also driven by the growth of the e-commerce business, especially the SME sector.

Despite the big number, according to Shipper, the logistics market in Indonesia is still classified as very inefficient. In tier 2 and tier 3 cities, shipping costs often add up to 40% of total transactions in e-commerce, thus becoming a major barrier for people in these cities to adopt e-commerce in whole.

“Shipper comes as a solution to the three main problems of logistics aspects in Indonesia, from shipping services options, complex warehousing, lack of price transparency, and the below-average ability to track routes,” Budi added.

In Indonesia, the e-logistics platform continues to develop. For the platform aggregator, besides Shipper, there is also Anjelo which was launched at the end of 2019. The types of logistics services offered include last-mile delivery, cargo via air and sea, customs services, and warehousing.

In addition, using a more integrated model into its platform, Bukalapak also launched BukaSend. It aggregates services from logistics partners registered in the company to make it easier for consumers to make shipments and order couriers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian