Gears 5 Bisa Dinikmati Gratis Sampai Tanggal 12 April

Lupakan PS Plus atau Xbox Live Gold, PC ialah platform terbaik untuk mendapatkan rentetan game gratis tanpa perlu jadi pelanggan suatu layanan premium. Sebagai pengakuan, kurang lebih 75 persen permainan orisinal yang ada di koleksi (totalnya sekitar 250 judul) saya dapatkan tanpa membayar. Menemukan mereka pun sebetulnya tidak sulit. Kita hanya perlu membuka mata karena beberapa platform distribusi kadang membagikannya secara mendadak.

Kali ini kabar baik datang dari Microsoft – lebih tepatnya Xbox Game Studios. Mereka mengumumkan bahwa Gears 5 versi PC dapat dinikmati secara cuma-cuma hingga tanggal 12 April. Game dapat diakses baik lewat Windows Store ataupun Steam. Menariknya lagi, yang publisher tawarkan di sini adalah versi ‘penuh’ dari permainan dan tak ada pemangkasan konten. Anda dipersilakan menikmati seluruh modenya, dari mulai campaign single-player, multiplayer PvP dan co-op, hingga fitur map builder.

Jika Anda sama sekali belum memainkan Gears 5, ini merupakan kesempatan emas. Gears 5 merupakan salah satu permainan non-eksklusif pertama Microsoft di generasi ini, dan bisa dibeli di storefront pihak ketiga seperti Steam. Dirilis di bulan September 2019, game memperoleh respons positif dari gamer serta media. Hanya dalam beberapa hari setelah tersedia, Gears 5 sukses menghimpun lebih dari tiga juta pemain.

Berita baiknya tidak berhenti sampai di sana. Ketika Gears 5 dijajakan seharga US$ 60 untuk konsumen di Amerika Serikat dan negara-negara barat, permainan cuma dijual seharga Rp 250 ribu di Indonesia (efek dari penyesuaian harga, dan saya rasa Xbox Game Studios patut diacungi jempol atas kedermawanan mereka). Dengan membelinya, achievement yang Anda peroleh di periode gratis ini akan terus tersimpan dan petualangan bisa terus dilanjutkan.

Gears 5 ialah satu dari sejumput permainan action kelas blockbuster yang siap menghidangkan pengalaman multiplayer kooperatif split screen di PC. Split screen memperkenankan dua pemain (atau lebih) menikmati game secara lokal di satu layar. Fitur ini cukup berkesan bagi saya, membuat Gears 5 jadi game PC yang paling sering saya mainkan berdua adik ketika hanya ada satu komputer tersedia.

Dan ‘Gears 5 gratis’ bukanlah satu-satunya kabar mengenai franchise Gears of War yang diungkap minggu ini. Tim The Coalition juga menginformasikan bahwa proses pengembangan Gears Tactics versi PC sudah rampung. Gears Tactics adalah spin-off seri Gears yang menyajikan formula strategi turn-based ala XCOM, di-setting 12 tahun sebelum permainan pertamanya berlangsung. Edisi Xbox One-nya juga akan hadir, tapi developer belum mengonfirmasi waktu peluncurannya.

Via DualShockers.

Versi Baru Xbox Game Bar Dapat Dikustomisasi dengan Widget Aplikasi Pihak Ketiga

Sejak diperkenalkan bersama Windows 10, fitur Xbox Game Bar sudah berevolusi beberapa kali. Fitur yang dapat diakses dengan menekan tombol “Win + G” ini menawarkan banyak fungsi, namun saya pribadi lebih sering menggunakannya untuk merekam sesi gaming atau mengambil screenshot.

Tahun lalu, Microsoft memperbarui Xbox Game Bar dengan satu aspek yang cukup penting, yaitu kustomisasi. Selain dibebaskan mengubah tampilan atau layout Xbox Game Bar, pengguna juga dipersilakan menambahkan integrasi Spotify, sehingga layanan streaming musik itu dapat diakses tanpa perlu meninggalkan game (Alt + Tab).

Xbox Game Bar

Integrasi Spotify itu hadir dalam bentuk sebuah widget khusus, dan ternyata ini baru awal dari rencana besar Microsoft. Baru-baru ini, Microsoft mengumumkan versi anyar Xbox Game Bar yang bahkan dilengkapi Widget Store-nya sendiri.

Widget Store ini bisa diakses langsung melalui menu Xbox Game Bar. Dari situ pengguna bisa meng-install widget milik berbagai aplikasi pihak ketiga macam Spotify itu tadi. Beberapa yang sudah tersedia di antaranya adalah XSplit GameCaster Widget, yang mempersilakan pengguna mengatur fungsi live streaming XSplit langsung dari Game Bar.

Xbox Game Bar

Selanjutnya, ada widget Razer Cortex yang menawarkan fitur optimasi performa, serta info-info menarik seputar cryptocurrency yang dimiliki Razer. Terakhir, ada widget Intel Graphics Command Center untuk mengatur sejumlah parameter display maupun fungsi streaming.

Berbekal Game Bar SDK yang Microsoft sediakan, developer mana pun bebas mengembangkan widget-nya untuk Xbox Game Bar. Untuk sekarang, Xbox Game Bar versi anyar yang mendukung widget pihak ketiga ini masih berstatus beta. Perilisan finalnya pasti menunggu lebih banyak developer menciptakan widget-nya masing-masing.

Sumber: Windows Central dan Microsoft.

Microsoft Edge Kini Merupakan Browser Terpopuler Kedua Setelah Chrome

Keputusan Microsoft untuk mengadopsi Chromium pada browser bikinannya, Edge, terbukti merupakan langkah yang tepat. Selama bulan Maret kemarin, pangsa pasar Microsoft Edge berhasil melampaui Mozilla Firefox sekaligus merebut posisi kedua di ranah browser komputer.

Data yang diolah NetMarketShare mencatatkan pangsa pasar 7,59% untuk Edge, sedikit di atas Firefox dengan 7,19%. Angka ini memang masih jauh dari Google Chrome, yang mendominasi dengan pangsa pasar sebesar 68,5%, namun tetap cukup membanggakan mengingat Edge kerap dicap sebagai browser yang fungsinya cuma untuk mengunduh Chrome.

Berhubung Edge sekarang menggunakan basis yang sama seperti Google Chrome, problem seputar kompatibilitas pun sudah nyaris tak ada lagi. Situs-situs yang dirancang supaya bisa berjalan mulus di Chrome hampir bisa dipastikan juga bakal berjalan lancar di Edge.

Edge bahkan turut dilengkapi galeri plugin atau extension yang sangat mirip seperti Chrome Web Store. Juga menarik adalah sederet fitur baru yang ditawarkan versi anyarnya, yang sebagian di antaranya bahkan tidak tersedia di Chrome, macam vertical tab dan Smart Copy.

Satu hal yang cukup mengejutkan dari statistik ini adalah, jumlah pengguna Internet Explorer ternyata masih banyak, bahkan lebih banyak dari jumlah pengguna Mac yang memakai Safari sebagai browser-nya. Internet Explorer duduk di peringkat keempat dengan pangsa pasar 5,87%, sedangkan Safari di posisi kelima dengan 3,62%.

Kemungkinan besar belum banyak yang tahu kalau semenjak ditenagai Chromium, Microsoft Edge sudah bisa diunduh dan digunakan di perangkat yang masih menjalankan OS Windows 7, Windows 8, ataupun Windows 8.1.

Sumber: TechRadar.

Microsoft Yakin Xbox Series X Mampu Mengungguli PS5 dari Aspek Harga

Harga merupakan salah satu faktor krusial yang bisa menentukan sukses tidaknya peluncuran console game. Di era current-gen, Sony sukses mengungguli Microsoft karena saat diperkenalkan, PlayStation 4-nya dibanderol US$ 100 lebih murah dibanding Xbox One. Sementara itu, sang rival bersikeras untuk membundel perangkatnya bersama Microsoft Kinect (yang kini tak lagi dipasarkan buat konsumen).

Namun kondisi saat ini cukup berbeda dari tujuh tahun silam. Anda mungkin sudah mendengar soal bagaimana Sony kesulitan menekan harga PlayStation 5 akibat kelangkaan sejumlah komponen pendukung penting. Dan melihat dari kemiripan teknologi antara console next-gen Sony dengan Xbox Series X, kita boleh berasumsi Microsoft juga menemui kendala serupa. Apalagi menakar spesifikasinya, Series X punya performa lebih tinggi dari PS5.

Meski begitu, bos Xbox Phil Spencer terlihat cukup percaya diri terhadap harga yang akan Microsoft tetapkan untuk Xbox Series X. Bahkan ia yakin produk mereka mampu menggungguli milik sang kompetitor, dan timnya sudah menyiapkan ‘rencana kemenangan’. Spencer menilai, hardware gaming baru Microsoft menyimpan performa serta kapabilitas yang superior, dan perangkat ini siap menawarkan sebuah paket lengkap.

Sejauh ini, baik Microsoft maupun Sony belum mengungkap harga console anyar mereka. Dari gelagatnya (dan melihat pengalaman sebelumnya), Sony sengaja menunggu hingga Microsoft melakukan pengumuman, barulah harga PS5 disingkap. Microsoft sendiri akan terus ‘membuka mata’ dan menetapkan harga Xbox Series X secara fleksibel karena sangat penting bagi produsen buat memenuhi – atau melampaui – ekspektasi konsumen.

Spencer kembali mengingatkan bahwa nilai sebuah console tak hanya dihitung dari hardware semata. Ada sejumlah faktor krusial lain yang jadi penentu daya tariknya di mata konsumen, misalnya seperti fitur backward compatibility dan layanan Xbox Game Pass. Phil Spencer juga menyampaikan, kapabilitas semisal Smart Delivery dirancang untuk membuat gamer merasa nyaman dalam membeli konten di platform Xbox. Teknologi ini memastikan kita hanya perlu bertransaksi sekali saja buat mengakses satu judul permainan di sistem berbeda.

Sebagai perbandingan, Microsoft awalnya menjajakan Xbox One di harga US$ 500. Seiring berjalannya waktu (dan setelah dipangkasnya bundel Kinect), angkanya turun ke US$ 300. Sementara itu, label US$ 500 kini diusung oleh varian Xbox One X. Spekulasi sementara ini adalah, Xbox Series X akan ditawarkan lebih mahal lagi dan Microsoft kemungkinan tak mengambil banyak keuntungan dari sana – mengharapkan balik modal dari penjualan software dan layanan premium.

Microsoft memang belum mengonfirmasinya, tapi sejumlah pakar dan analis menduga Xbox Series X hanyalah satu dari beberapa model console baru yang tengah produsen kembangkan. Boleh jadi nanti akan ada varian yang lebih terjangkau. Itulah alasannya Microsoft bilang bahwa kita hanya perlu memanggil hardware next-gen itu dengan sebutan ‘Xbox’.

Via Gamespot.

Versi Baru Microsoft Edge Tawarkan Sederet Fitur yang Menarik

Microsoft Edge yang kita kenal bukanlah browser yang dulu lagi. Sejak mengadopsi Chromium sebagai basisnya tahun lalu, Edge sudah bukan lagi jelmaan modern Internet Explorer, melainkan sepupu Google Chrome yang tak kalah memikat.

Versi terbarunya yang dirilis belum lama ini bahkan menawarkan fitur yang lebih lengkap lagi. Microsoft sendiri menjabarkan 10 alasan untuk berpaling ke Edge, dan di sini saya ingin merangkumnya lebih jauh lagi.

Yang pertama, fitur Collections dalam waktu dekat dapat tersinkronisasi antar perangkat. Fitur ini pada dasarnya bisa dianggap sebagai evolusi dari fitur Bookmark, di mana pengguna bisa mengelompokkan beragam konten dari internet, entah itu teks, gambar, atau tautan.

Menariknya, Collections bisa dioper ke Word atau Excel dengan satu klik, sehingga kumpulan teks, gambar, dan tautan itu tadi dapat disulap menjadi dokumen yang rapi dan siap dicetak kapan saja. Ideal untuk masa-masa seperti sekarang di mana sebagian besar orang tua harus membantu anak-anaknya menyiapkan materi pembelajaran di rumah.

Fitur menarik yang kedua adalah vertical tab. Seperti yang kita tahu, tab pada browser umumnya diposisikan di atas, berjejer secara horizontal. Fitur ini akan memindah deretan tab tersebut ke bagian samping, dengan tujuan memudahkan pengguna melihat semua tab yang sedang dibuka.

Fitur ini tentunya bakal sangat bermanfaat ketika jumlah tab yang dibuka sudah mencapai lusinan. Vertical tab juga sangat ideal untuk monitor dengan rasio yang melebar; jumlah konten yang ditampilkan pada dasarnya sama persis, akan tetapi sisi kiri dan kanan yang umumnya kosong kini jadi diisi oleh daftar tab yang dibuka itu tadi.

Selanjutnya, ada fitur Smart Copy bagi yang kerap menyalin informasi dari internet. Fitur ini sejatinya memastikan konten yang disalin tetap mempertahankan formatnya, bukannya jadi berantakan ketika di-paste ke jendela email ataupun Microsoft Word.

Buat yang mempersilakan Edge menyimpan data berbagai akunnya, versi baru Edge kini menawarkan fitur Password Monitor. Usai diaktifkan, fitur ini akan memeriksa apakah akun pengguna ada yang pernah dibobol oleh hacker, lalu mengingatkan pengguna untuk mengganti kata sandinya jika tercatat demikian.

Terakhir, Edge mengemas fitur Immersive Reader yang akan menyulap layout artikel menjadi jauh lebih bersih dan rapi untuk dibaca. Kustomisasi tampilan yang ditawarkan cukup lengkap, dan ke depannya bakal ada mode khusus untuk memudahkan kaum dyslexia membaca dengan menyoroti beberapa baris teks saja.

Versi terbaru Edge sekarang sudah bisa diunduh dari situs Microsoft.

Sumber: CNET dan Microsoft.

Alasan Mengapa Desain Xbox Series X Seperti Menara

Dalam menggarap console game, masing-masing brand memang punya kiblat desain sendiri. Tapi sejak Magnavox Odyssey diperkenalkan (sebagai console pertama), hampir semua perangkat memiliki satu kesamaan: mereka disiapkan untuk dimainkan dari ruang keluarga dan dirancang  agar setidaknya serasi dengan furnitur rumah. Mayoritas home console berpenampilan melebar.

Namun Microsoft tampaknya mencoba merombak tradisi lewat Xbox Series X. Console next-gen mereka punya wujud seperti menara, dan banyak orang segera membandingkan desainnya dengan PC small form seperti Corsair One. Ditambah lagi kian terintegrasinya API serta ekosistem Xbox dan Windows 10, pada dasarnya Xbox Series X adalah PC high-end yang menyamar jadi console. Lalu apa alasannya Xbox Series X dibuat seperti tower?

IMG_17032020_174150_(1000_x_650_pixel)

Kepada Eurogamer, teknisi Microsoft mengungkap latar belakangnya. Desain ala menara ternyata berkaitan dengan upaya produsen menyediakan sistem sirkulasi udara yang optimal sembari memastikan tak ada polusi suara. Rancangan tersebut esensial karena Xbox Series X menyimpan deretan hardware berperforma tinggi, namun semuanya dimampatkan dalam tubuh yang relatif mungil – berdimensi 15,1×15,1×30,1cm.

Microsoft menjelaskan, komponen-komponen seperti GPU, CPU, penyimpanan SSD NVMe serta memori GDDR6 akan menghasilkan panas yang signifikan saat bekerja, dan jika temperatur terlalu tinggi, kinerja mereka akan merosot. Dari sana, tim teknisi memikirkan berbagai macam ‘strategi termal’ hingga akhirnya mereka menemukan solusi inovatif. Sasarannya ialah menciptakan console dengan kemampuan grafis dua kali lipat Xbox One X.

IMG_17032020_174126_(1000_x_650_pixel)

Sedikit mendalami sisi teknis, ternyata komponen terbesar dari Xbox Series X ialah heat sink, dimaksudkan supaya mampu memuat SOC serta regulator. Bagian ini terdiri dari vapour chamber tembaga dan struktur aluminium. Microsoft juga mencurahkan perhatian pada kipas. Beragam kustomisasi – misalnya terhadap geometri serta jumlah bilah – dilakukan agar satu unit fan bisa menjinakkan panas. Selanjutnya, kipas diposisikan di bagian atas, dekat lubang-lubang ventilasi berukuran besar.

Kombinasi dari semuanya menghasilkan aliran udara yang lebih besar jika dibandingkan console generasi sebelumnya: 70 persen lewat kipas dan 20 persen melalui heat sink (secara pasif). Menakar secara keseluruhan, konstruksi dan sistem termal Xbox Series X mengingatkan saya pada PC desktop MSI Vortex G65 yang diperkenalkan empat tahun silam.

IMG_17032020_174012_(1000_x_650_pixel)

Meski desain Xbox Series X merepresentasikan sebuah lompatan besar, Microsoft malah tidak banyak mengubah rancangan controller versi anyar. Penampilannya tak jauh berbeda dari model yang ada sekarang, baik dari lekukan tubuh maupun penempatan tombol dan stik analog-nya yang asimetris. Produsen hanya menambah satu tombol share dan mengganti D-pad, membuatnya menyerupai varian Elite.

IMG_30032020_125748_(1000_x_650_pixel)

Sementara itu, kita tahu bagaimana Sony berupaya membuat gebrakan lewat DualShock ‘5’. Lewat unit kendali ini, sang rival mencoba menghadirkan teknologi haptic dan adaptive trigger demi menyajikan sensasi bermain yang lebih realistis.

Valve, HP dan Microsoft Sedang Mengembangkan Headset VR Next-Gen

Berbekal pengalaman serta pendekatan dari sisi software, upaya Valve melebarkan sayapnya ke ranah virtual reality terbilang sukses. Headset Index laris dan penjualannya melambung lebih tinggi lagi setelah diumumkannya Half-Life: Alyxgame yang hanya bisa dinikmati lewat VR. Begitu besarnya permintaan terhadap Index menyebabkan stoknya habis di mana-mana, dan kini Valve masih terus berupaya mengatasi masalah kelangkaan tersebut.

Ketika proyek Index telah mencapai ujungnya, Valve dikabarkan sudah memulai pekerjaan baru. Bersama dengan HP dan Microsoft, ketiga raksasa teknologi itu tengah mengembangkan head-mounted display virtual reality ‘generasi selanjutnya’. Produk sepertinya belum mempunyai nama resmi, hanya disebut Next Gen HP VR Headset baik di page Steam maupun di situs Hewlett-Packard.

Walaupun sudah muncul di dua situs, para produsen masih belum mengungkap detail mengenai perangkat ini. Mereka cuma menjelaskan bahwa headset dirancang untuk menyuguhkan konsen secara lebih immersive, lebih nyaman dikenakan, serta ditunjang aspek kompatibilitas yang lebih baik dibanding produk yang ada sebelumnya.

Produsen juga masih enggan memperlihatkan wujudnya. Foto headset di website sengaja digelapkan, namun secara garis besar penampilannya tak jauh berbeda dari HMD sejenis. Bagian visor tersambung ke strap vertikal dan horisontal, dan jika dugaan saya benar dan perangkat ini mempunyai poros di sisi samping yang memungkinkan layar dimiringkan ke atas (seperti PSVR), maka headset lebih mudah dikenakan sendiri tanpa bantuan.

Satu hal yang jelas ialah produk tampaknya akan mengusung branding HP. Microsoft kemungkinan akan mendukung dari sisi kompatibilitas ke platform dan ekosistem Windows, lalu Valve berpartipasi dari sisi teknologi. Sebagai contohnya, Index Controllers racikan Valve merupakan salah satu sistem input motion paling intuitif, memungkinkan kita melakukan aktivitas alami seperti lempar-tangkap, serta mampu mendeteksi gerakan dan arah jari.

Saat ini, satu-satunya cara untuk mendapatkan update info mengenai Next Gen HP VR Headset adalah dengan mendaftarkan email Anda. Belum diketahui spesifikasi dan fitur unik apa yang produsen bubuhkan di sana, begitu pula kapan perangkat akan dirilis serta berapa harganya.

Buat sekarang, membahas teknologi virtual reality dari Valve akan selalu dikaitkan dengan Half-Life: Alyx. Ia adalah game Half-Life pertama yang dirilis dalam periode 12 tahun, namun agar dapat menikmatinya, gamer mesti mempunyai headset VR. Meski awalnya banyak orang mengeluhkan keputusan itu, Alyx ternyata memang se-revolusioner janji Valve. Respons media terbukti sangat positif, dan Half-Life: Alyx merupakan salah satu game terbaik di tahun ini.

Via GameSpot.

Berkat DirectX 12 Ultimate, Xbox Series X Makin Mirip dengan Gaming PC

Kalau melihat spesifikasi mendetailnya, Xbox Series X boleh kita anggap sebagai gaming PC kelas high-end yang menyamar sebagai game console. Performanya di atas kertas sungguh menjanjikan, dan Microsoft juga telah merancang perangkat ini supaya mendukung teknologi grafis ray tracing.

Dukungan ray tracing pada dasarnya membuat Xbox Series X semakin mirip dengan gaming PC modern. Sejalan dengan anggapan tersebut, Microsoft juga merilis API grafis baru untuk PC sekaligus Xbox Series X, yakni DirectX 12 Ultimate. Dibanding DirectX 12 biasa, versi Ultimate-nya ini bermaksud untuk menambahkan dukungan ray tracing yang lebih seamless.

Teknik ray tracing yang diterapkan pun lebih efisien dari sebelumnya, sebab pemrosesannya kini tak lagi memerlukan partisipasi CPU. Di samping itu, DX12 Ultimate turut menghadirkan sejumlah fitur lain untuk meningkatkan kualitas visual sekaligus performa, seperti misalnya fitur variable rate shading yang pada dasarnya memungkinkan game untuk membagi porsi kinerja GPU secara dinamis.

Aspek lain yang tidak kalah penting adalah soal kompatibilitas. Microsoft memastikan game yang dibuat menggunakan DX12 Ultimate tetap bisa dimainkan di hardware lawas, hanya saja tidak semua peningkatan visualnya dapat dinikmati.

DX12 Ultimate juga bakal memudahkan tugas para developer game. Mereka bisa memanfaatkan satu API yang sama untuk mengerjakan game Xbox sekaligus PC, jadi jangan heran kalau ke depannya semua game Xbox Series X juga bakal tersedia di PC, sebab platform yang digunakan sejatinya sama persis.

PC-nya juga tidak harus yang memakai GPU bikinan Nvidia, sebab AMD sudah bilang bahwa Radeon generasi selanjutnya (yang memakai arsitektur RDNA2) bakal mendukung teknologi tersebut, dan dipastikan kompatibel dengan DX12 Ultimate.

Sumber: VentureBeat dan Microsoft.

Microsoft Mulai Menguji Fitur Game Stream xCloud di PC

Sebagai upaya menyediakan akses konten dari lebih banyak platform, Microsoft memulai sesi uji coba Project xCloud di bulan Oktober 2019. Tak lama, developer turut mengadirkan tak kurang dari 50 permainan serta memperkenankan tester untuk menggunakan controller Sony DualShock. Lalu di tanggal 12 Februari kemarin, tes akhirnya diekspansi ke iOS – dengan sejumlah keterbatasan fitur.

Dilaporkan oleh The Verge, Microsoft kabarnya telah memperluas sesi uji coba layanan cloud gaming itu ke PC minggu lalu. Lewat versi preview, user dipersilakan untuk men-stream permainan Xbox ke perangkat ber-OS Windows 10. Buat sekarang, kapabilitas ini baru bisa dinikmati oleh staf Microsoft. Rencana Microsoft ke depan ialah menyajikan fitur tersebut melalui aplikasi Xbox Game Streaming yang dapat diunduh dari Windows Store.

Sama seperti di Android dan iOS, agar bisa menggunakan Xbox Game Streaming, Anda membutuhkan controller Xbox One dengan sambungan Bluetooth aktif, akun Microsoft, serta koneksi internet yang memadai. Aplikasi ini mendukung dua metode streaming konten, yaitu cloud lewat blade server xCloud (ala Stadia atau GeForce Now) serta secara lokal atau remote – itu artinya Anda perlu memiliki game dan console Xbox One.

IMG_23032020_124145_(1000_x_650_pixel)

Pengalaman penggunaan game stream di PC hampir serupa di platform lain. Ia menyuguhkan interface serta cara mengakses permainan yang sama. Namun tingkat resolusi streaming di periode preview internal masih dibatasi di 720p. Target minimalnya tentu saja adalah full-HD 1080p, dan ini yang akan didapatkan oleh konsumen nanti. Ada indikasi cukup kuat bahwa Microsoft sebentar lagi akan melangsungkan pengujian secara lebih luas, diprioritaskan pada pemilik Xbox One.

Di periode tes dan pengembangan ini, Microsoft sudah memperbarui blade server xCloud, kini ditopang oleh delapan Xbox One S (sebelumnya hanya ditunjang empat unit console). Developer juga tengah bersiap-siap melakukan transisi untuk menggunakan prosesor Xbox Series X. CPU next-gen ini sangat bertenaga, dan di atas kertas, ia mampu menjalankan empat permainan Xbox One S sekaligus. Chip tersebut turut dibekali video encoder versi baru dengan kecepatan hingga enam kali lipat dari encoder yang digunakan oleh server xCloud.

IMG_23032020_123852_(1000_x_650_pixel)

Microsoft berencana untuk melepas xCloud di tahun ini dan mengintegrasikannya ke layanan Xbox Game Pass sehingga memungkinkan pelanggan premium memanfaatkan fitur stream (baik remote/local atau cloud). Dan tak lama setelah itu, developer akan menghadirkan dukungan DualShock serta streaming ke Windows 10.

Gambar: The Verge.

Samsung Tutup Layanan Streaming Game-nya, PlayGalaxy Link

Tepat tanggal 27 Maret 2020 nanti, Samsung bakal menghentikan layanan streaming game-nya, PlayGalaxy Link. Kabar ini cukup mengejutkan mengingat versi beta layanan tersebut baru diluncurkan menjelang akhir tahun lalu.

Umur PlayGalaxy Link yang begitu singkat itu rupanya bukan akibat persaingan. Kemungkinan besar penyebabnya adalah keputusan Samsung sendiri, yang sejak bulan lalu telah bermitra dengan Microsoft di ranah cloud gaming. Banyak yang memprediksi kemitraan tersebut bakal berujung pada ketersediaan layanan xCloud di sejumlah ponsel Samsung ke depannya.

Microsoft xCloud dan PlayGalaxy Link sebenarnya cukup berbeda. xCloud menyajikan game via server terpusat, sedangkan PlayGalaxy Link mengandalkan sambungan antara PC dan smartphone. Keduanya bukanlah layanan yang bersaing secara langsung. Saingan PlayGalaxy Link sebenarnya adalah Steam Link.

Baik PlayGalaxy Link maupun Steam Link memungkinkan kita untuk memainkan game PC di smartphone via sambungan Wi-Fi. Game-nya harus kita beli dan install dulu di PC sebelum bisa di-stream. Microsoft xCloud di sisi lain meneruskan game langsung dari cloud (server) ke smartphone seperti Google Stadia dan GeForce Now.

Mungkin Samsung akhirnya menilai xCloud sebagai solusi streaming game yang lebih ideal, dan penutupan PlayGalaxy Link ini terpaksa dilakukan supaya sumber dayanya tidak terus tersia-siakan. Di sisi lain, Parsec yang menjadi fondasi teknologi PlayGalaxy Link masih akan tetap beroperasi tanpa terpengaruh pengumuman ini.

Sumber: Gamasutra.