Minibus Elektrik Ini Padukan Teknologi Kemudi Otomatis dan Kecerdasan Buatan

Di saat pabrikan otomotif tengah berlomba-lomba mengembangkan teknologi elektrik dan kemudi otomatis, sebuah minibus bernama Olli sudah mulai melintasi jalanan-jalanan umum di Washington D.C. dengan sendirinya dan tanpa menghasilkan emisi karbon. Tak hanya itu, Olli juga siap bercengkarama dengan para penumpangnya seramah mungkin.

Olli dirancang dan dibuat oleh pabrikan bernama Local Motors. Bagi yang tidak tahu, Local Motors sempat menjadi buah bibir dua tahun yang lalu ketika mereka memperkenalkan mobil 3D printed pertama di dunia. Sama halnya dengan Olli, sebelum dirakit komponen-komponennya dibuat menggunakan 3D printer.

Kabin Olli sanggup mengakomodasi hingga 12 penumpang. Sistem kemudi otomatisnya dirancang sendiri oleh Local Motors, tapi di saat yang sama mereka juga menyematkan sistem kecerdasan buatan (AI) IBM Watson, membuatnya mampu berinteraksi dengan penumpang secara alami layaknya seorang sopir sebenarnya.

Kabin Olli bisa diisi oleh 12 penumpang sekaligus / Local Motors
Kabin Olli bisa diisi oleh 12 penumpang sekaligus / Local Motors

Berkat Watson, Olli dapat memahami pertanyaan maupun permintaan penumpang yang disampaikan dalam bahasa sehari-hari, seperti misalnya ketika penumpang hendak diantar ke lokasi tertentu, atau ketika penumpang menanyakan tentang cara kerja Olli – mengingat Watson dapat mengakses data yang dikumpulkan oleh sekitar 30 sensor eksternal Olli.

Kehadiran Watson juga memungkinkan Olli untuk merangkap tugas sebagai pemandu wisata, menyampaikan rekomendasi restoran-restoran populer maupun situs-situs bersejarah berdasarkan selera masing-masing penumpang. Sopir dengan bakat pemandu wisata, sebuah perpaduan yang cukup langka sekarang ini.

Dalam beberapa bulan ke depan, Olli akan diuji di jalanan umum Washington D.C. sebelum dibawa ke Miami dan Las Vegas pada akhir tahun. Local Motors juga memiliki visi untuk menghadirkan Olli di luar Amerika Serikat dengan cara membangun pabrik-pabrik kecil di berbagai kawasan yang dapat mencetak dan merakit satu unit Olli dalam waktu 10 jam saja.

Sumber: Engadget dan IBM. Sumber gambar: Olli.

Mobil Konsep Mini Vision Next 100 Gambarkan Tren Car Sharing di Masa Depan

Lewat BMW Vision Next 100 dan Rolls-Royce 103EX, pabrikan asal Jerman tersebut ingin memberikan gambaran kepada kita mengenai masa depan dunia otomotif. Akan tetapi dua mobil konsep itu rupanya masih belum cukup, mereka turut mengungkap konsep lain di bawah bendera Mini, dengan visi yang lebih spesifik.

Dijuluki Mini Vision Next 100, mobil konsep ini secara khusus dirancang untuk menggambarkan tren car sharing di masa yang akan datang. Car sharing yang dimaksud tidak melulu yang berbasis aplikasi, tetapi juga berlaku dalam suatu rumah tangga dimana anggota keluarga menggunakan satu mobil secara bergantian.

Menurut Mini, pengalaman car sharing di masa depan harus bisa memenuhi selera pengguna tanpa terkecuali. Untuk itu, bagian eksterior Mini Vision Next 100 diperlakukan sebagai sebuah kanvas digital yang dapat berganti rupa sesuai kebutuhan dan secara otomatis.

Sasis Mini Vision Next 100 merupakan kanvas digital yang bisa memproyeksikan konten sesuai kebutuhan / BMW Group
Sasis Mini Vision Next 100 merupakan kanvas digital yang bisa memproyeksikan konten sesuai kebutuhan / BMW Group

Proyeksi konten yang tampak pada sasis mobil ini akan berubah-ubah berdasarkan siapa yang tengah berada di dalam mobil, mood-nya seperti apa, atau bagaimana kondisi jalanan pada saat itu. Dengan begitu, sang pengemudi akan merasa seakan-akan mobil yang mereka kemudikan adalah kepunyaan pribadi, padahal aslinya meminjam dari sebuah layanan car sharing.

Kustomisasi ini tidak hanya sebatas penampilan visual saja, tetapi juga mencakup performa mobil, mulai dari empuk-tidaknya suspensi sampai handling mobil secara keseluruhan. Pergantiannya pun berjalan secara otomatis, mengingat mobil dilengkapi sensor eksternal untuk mengenali siapa yang hendak menggunakannya.

Geser setirnya ke tengah, maka Mini Vision Next 100 akan langsung mengaktifkan mode kemudi otomatis / BMW Group
Geser setirnya ke tengah, maka Mini Vision Next 100 akan langsung mengaktifkan mode kemudi otomatis / BMW Group

Kabin Mini Vision Next 100 terasa amat lapang walau dimensi sasisnya seukuran city car. Tepat di tengah-tengah kaca depan, terdapat sebuah panel membulat yang merupakan representasi sistem kecerdasan buatan bernama Cooperizer. Cooperizer tak cuma berperan sebagai asisten pribadi sang pengemudi, tetapi juga pengatur nuansa kabin dan mode kemudi yang dapat beradaptasi dengan selera pengguna secara otomatis.

Tampak jelas bahwa sama sekali tidak ada panel instrumen pada dashboard minimalis milik Mini Vision Next 100. Sebagai gantinya, semua informasi yang relevan akan disajikan dalam wujud augmented reality di kaca depan.

Tak seperti Rolls-Royce 103EX yang tidak memiliki lingkar kemudi sama sekali atau BMW Vision Next 100 yang setirnya bisa disembunyikan, konsep milik Mini ini punya setir permanen. Namun hal itu bukan berarti ia tak bisa menyetir dengan sendirinya. Kapan pun Anda mau, Anda bisa mengaktifkan mode kemudi otomatis.

Dipadukan semuanya, fitur-fitur Mini Vision Next 100 membuatnya sangat ideal untuk konsep car sharing, dimana mobil akan bergerak dan menjemput klien berikutnya dengan sendirinya. Begitu tiba, sang klien akan mendapati semua pengaturan mobil telah disesuaikan dengan preferensinya, membuat mobil pinjaman itu jadi serasa milik sendiri.

Sumber: Autoblog dan BMW Group.

Arrow Smart-Kart Ibarat Tesla untuk Anak-Anak

Melihat perkembangan industri otomotif sekarang, sepertinya generasi muda kita ke depannya bakal mengendarai mobil elektrik secara eksklusif. Lalu apa cara terbaik untuk memberikan edukasi tentang mobil elektrik kepada mereka? Well, kalau mengacu pada ungkapan “pengalaman adalah guru terbaik”, kita persilakan saja mereka mencoba mengendarai mobil elektrik.

Oke, bukan mobil elektrik sebenarnya, namun sebuah go-kart elektrik lebih tepatnya. Akan tetapi go-kart elektrik yang satu ini bukan sembarangan, karena ia dikembangkan oleh Actev Motors. Sekadar info, salah satu pendiri perusahaan ini adalah Tony Fadell, yang tak lain merupakan desainer iPod pertama sekaligus pendiri Nest yang kini beroperasi di bawah Alphabet Inc.

Sebelum Anda protes, memang benar reputasi seorang pendiri perusahaan saja tidak bisa dijadikan patokan dalam menilai produknya. Akan tetapi go-kart elektrik bernama Arrow Smart-Kart ini memang cukup istimewa karena mengusung sejumlah fitur yang menarik.

Arrow Smart-Kart bisa dikustomisasi layaknya mobil; diganti body-kit-nya, kapasitas baterainya, dan lain sebagainya / Actev Motors
Arrow Smart-Kart bisa dikustomisasi layaknya mobil; diganti body-kit-nya, kapasitas baterainya, dan lain sebagainya / Actev Motors

Yang paling utama, ia dilengkapi GPS dan Wi-Fi. Berbekal aplikasi smartphone, para orang tua bisa menetapkan ‘pagar virtual’ (geofence) sehingga anak-anak yang mengendarai Arrow tidak akan sirna dari pantauan. Lebih lanjut, orang tua juga bisa membatasi kecepatan maksimum dan bahkan menghentikan sepasang motor elektriknya di saat darurat.

Melengkapi fitur-fitur keselamatan itu adalah sensor proximity yang akan mendeteksi rintangan sekaligus mencegah terjadinya kecelakaan secara otomatis. Arrow ditargetkan untuk anak-anak berusia 5 sampai 9 tahun, membantu mereka memahami cara kerja mobil elektrik tanpa membahayakan nyawanya masing-masing.

Kelebihan lain dari Arrow adalah opsi kustomisasi layaknya sebuah mobil. Konsumen bisa memilih berbagai bentuk bodi, baterai berkapasitas yang lebih besar maupun konfigurasi lainnya. Starter kit-nya dihargai $600 selama masa pre-order, dan akan naik menjadi $1.000 setelahnya. Pemasarannya sendiri akan dimulai pada musim panas tahun ini.

Sumber: Engadget.

Mobil Konsep Asal Tiongkok Ini Bisa Bergerak Sendiri Mengikuti Perintah Suara dari Ponsel

Pabrikan elektronik asal Tiongkok, LeEco (dulunya bernama LeTV), baru-baru ini membuat gebrakan di industri otomotif dengan memperkenalkan mobil konsep perdananya. Bernama LeSEE, sedan ini merupakan wujud ambisi LeEco guna menyaingi kesuksesan Tesla Motors.

Tesla? Yup, LeSEE merupakan sedan elektrik, sama seperti Tesla Model S. Kemiripannya tak berhenti sampai di situ saja, LeSEE juga dibekali sistem kemudi otomatis, bahkan lebih canggih ketimbang sistem Autopilot besutan Tesla.

Dalam acara pengumumannya di Tiongkok, CEO LeEco Jia Yueting memamerkan kebolehan LeSEE dalam memahami perintah suara dan bergerak dengan sendirinya dari dalam kontainer menuju ke atas panggung. Sang CEO hanya perlu menyebutkan sejumlah perintah ke smartphone-nya, dan seketika juga LeSEE akan bergerak, bahkan bergerak mundur sekaligus.

LeEco LeSEE / TheNextWeb
LeEco LeSEE / TheNextWeb

Soal desain, tentunya LeEco tak mau asal menjiplak Tesla begitu saja. LeSEE punya sejumlah aspek desain yang cukup menarik, seperti misalnya bagian moncong depan yang dipenuhi LED. LED ini bisa menyala dalam berbagai mode, berperan sebagai lampu sein sekaligus lampu depan.

Di dalam kabinnya, tampak layar LCD di mana-mana. Hal ini tidak terlalu mengejutkan, mengingat LeEco sendiri sudah bekerja sama dengan Faraday Future untuk mengembangkan sistem berbasis internet sekaligus konten digital yang bisa dikonsumsi pengguna di dalam mobil selagi bersantai – santai karena mereka sama sekali tak perlu memegang kendali.

LeEco LeSEE / TheNextWeb
LeEco LeSEE / TheNextWeb

Sebagai mobil konsep, tentunya tidak ada jadwal rilis publik untuk LeSEE. LeEco sendiri rencananya akan memamerkan sedan elektrik besutannya ini pada ajang Beijing Auto Show mulai 24 April mendatang.

Kemunculan LeSEE ini sekaligus menjadi penanda bahwa Tiongkok punya visi besar di industri otomotif, khususnya yang melibatkan teknologi elektrik maupun sistem kemudi otomatis. Kalau Tesla yang awalnya bukan siapa-siapa saja bisa sukses, kenapa LeEco tidak?

Sumber: TheNextWeb.

Tesla Tawarkan Uji Coba Fitur Autopilot Gratis Selama 30 Hari

Kabar gembira bagi para pemilik Tesla Model S dan Model X. Tesla Motors kini menawarkan uji coba gratis selama 30 hari bagi yang tertarik menjajal fitur Autopilot.

Bukannya fitur Autopilot ini membutuhkan hardware khusus? Benar, akan tetapi semua Tesla Model X dan setiap Model S yang dibuat setelah September 2014 sebenarnya sudah dilengkapi deretan sensor dan hardware lain yang diperlukan. Konsumen hanya perlu menambahkan $2.500 agar fitur Autopilot bisa langsung aktif saat mobil dikirim, atau $3.000 setelahnya.

Kini konsumen bisa lebih dulu mencoba secara cuma-cuma selama 30 hari. Uji coba ini mencakup semua fitur Autopilot, termasuk kemudi otomatis, perpindahan lajur otomatis, cruise control adaptif, sekaligus fitur Summon. Barulah setelah 30 hari, konsumen bisa membayar $3.000 kalau ingin terus menikmati fitur-fitur tersebut.

Notifikasi uji coba fitur Autopilot / kushari - Reddit
Notifikasi uji coba fitur Autopilot / kushari – Reddit

Kabar ini pertama beredar di Reddit, dimana seorang pemilik Tesla Model S mengunggah gambar yang menunjukkan notifikasi uji coba fitur Autopilot pada layar dashboard. Juru bicara Tesla Motors pun telah mengonfirmasinya kepada Road & Track.

Ini bukan pertama kalinya Tesla membuat kejutan lewat software. Jauh sebelum ini, mereka bahkan sempat mengirimkan software update untuk Tesla Model S P85D yang sanggup menambah kecepatan akselerasinya.

Sumber: Road & Track.

Toyota Singkap uBox, Kendaraan Konsep Customizable Untuk ‘Generasi Penerus’

Melihat berbagai kendaraan konsep yang diungkap produsen otomotif, visi mereka terhadap alat transportasi masa depan berbeda-beda. Konsumen kini disuguhkan gagasan-gagasan mengenai potensi mobil pintar serta driverless car. Bagi kita, ide-ide futuristis ini sangat mengagumkan, tapi penasarankah Anda akan seperti apa kendaraan buat generasi penerus?

Toyota ternyata telah memikirkannya. Raksasa otomotif asal Jepang itu menggandeng tim mahasiswa dari International Center for Automotive Research di Clemson University, dan memperkenalkan mobil konsep bernama uBox. Ia adalah sebuah van unik, didesain untuk Generasi Z, yaitu konsumen yang terlahir antara pertengahan 1990- sampai 2010-an. Mayoritas berada di akhir masa remaja, mereka inilah para calon pembeli dan pemilik mobil masa depan.

Toyota uBox 02

Tim mengerjakan uBox selama dua tahun. Dalam menentukan desainnya, Toyota dan Clemson membayangkan cara favorit muda-mudi masa kini buat berpindah dari satu tempat ke tempat lain bersama kawan-kawannya. Ternyata mereka menyukai rancangan tajam dan mengotak, pintu depan dan belakang yang terbuka ke arah berlawanan (suicide doors), rangkaian LED, dan kabin yang dikelilingi kaca.

Toyota uBox pada dasarnya merupakan kendaraan utility untuk lima penumpang, dengan komponen yang bisa dikustomisasi. Anda dipersilakan memilih sendiri warna ventilasi udara, kabin, dan trim; desain baru dapat diunduh dan dicetak sendiri via 3D printer. Bangku-bangku gampang dilepas buat memberikan ruang tambahan. Gagasannya memang cukup liar, namun pendekatan tersebut membebaskan pengemudi mengekspresikan karakter mereka, serta menjaga agar penampilan mobil tetap up-to-date hingga ke tahun-tahun berikutnya.

Toyota uBox 03

Manusia modern (dan kemungkinan besar para penerus kita) hampir tak bisa hidup tanpa gadget pintar, dan Toyota mengerti hal ini. Untuk memaastikan Anda memperoleh akses ke sumber listrik, uBox dibekali outlet power 110-volt, diambil dari powertrain. Sayangnya info mengenai bagian ini masih terbilang minim. Toyota hanya bilang bahwa uBox memanfaatkan motor full-elektrik.

Untuk menyangga atap kaca, Toyota memanfaatkan struktur dari kombinasi material komposit serat karbon serta aluminium, dan versi konsep ini dibuat dengan tangan. uBox merupakan bagian proyek Deep Orange Toyota, dimaksudkan sebagai wadah agar mahasiswa dapat mendalami bidang pengembangan otomotif – dari mulai riset pasar dan desain, hingga proses engineering dan produksi.

Toyota uBox 04

Toyota menjelaskan, target uBox ialah para wiraswastawan muda yang membutuhkan kendaraan serbaguna, mampu menunjang kerja, gaya hidup serta rekreasi.

Via Top Gear. Sumber: Toyota.

Tesla Luncurkan Versi Baru Model S

Menyusul pengumuman Tesla Model 3, perusahaan pimpinan Elon Musk tersebut belum lama ini memperkenalkan versi anyar sedan elektrik kebanggaannya, Model S, sekitar empat tahun sejak ia menjalani debutnya.

Tesla Model S 2017 membawa sejumlah perubahan, utamanya dari segi desain bagian depannya. Wajahnya kini semakin mirip dengan Model X, dimana tak ada lagi grille berukuran besar yang memisahkan kedua lampu depannya.

Apakah absennya grille ini bakal berdampak pada performa Model S? Tentu saja tidak, mengingat ia sama sekali tak mengemas mesin di bawah kap mesinnya, sehingga grille yang berperan sebagai ventilasi udara pun hampir tidak ada gunanya.

Bentuk lampu depannya sendiri agak berubah, dan kini mengemas bohlam LED adaptif secara menyeluruh. Lampu sein-nya sendiri terdiri dari 14 bohlam LED yang bisa menyala dalam tiga mode yang berbeda.

Tesla Model S 2017

Pembaruan lain terletak pada sistem filtrasi udara Model S, dimana sekarang sudah memenuhi standar medis HEPA (high-efficiency particulate arrestance). Secara teori, sistem ini mampu menyaring 99,97 persen partikel udara berukuran 0,3 mikron.

Dari segi performa, sepertinya tidak ada yang berubah. Pilihan baterainya masih terbatas sampai 90 kWh. Pun demikian, Tesla akan menawarkan charger dengan daya pengisian yang lebih cepat, sanggup menyalurkan arus listrik sebesar 48 ampere (naik dari 40 ampere), dan tersedia pula varian 72 ampere.

Charger baru ini sejatinya akan sangat ideal untuk konsumen di negara-negara yang belum tersentuh jaringan Tesla Supercharger, seperti di Indonesia. Wahai Tesla, kapan kalian akan menjejakkan kaki secara resmi di nusantara?

Sumber: CNET dan Tesla.

Startup Jebolan MIT Kembangkan Taksi Tanpa Sopir untuk Singapura

Singapura bakal menjadi salah satu negara pertama yang mengoperasikan taksi tanpa sopir. Semua ini berkat pengembangan yang dilakukan startup jebolan MIT, nuTonomy.

nuTonomy awalnya bermula dari sebuah proyek sederhana yang dikerjakan oleh sepasang ilmuwan di MIT, Karl Iagnemma dan Emilio Frazzoli. Di tahun 2009, mereka mengembangkan sebuah mobil golf tanpa sopir. Barulah di tahun 2013, nuTonomy berdiri sebagai perusahaan yang bergerak di bidang software kemudi otomatis.

Kini timnya baru saja berhasil menjalani uji coba perdananya, dimana taksi tanpa sopir tersebut ditugaskan untuk merampungkan rute dengan sejumlah rintangan, tentunya tanpa ada satupun insiden.

Meski lahir di sebuah universitas, nuTonomy punya latar belakang yang cukup dalam industri otomotif. Salah satunya adalah ketika mereka bekerja sama dengan Jaguar Land Rover, dimana nuTonomy diserahi tanggung jawab untuk merancang sistem parkir otomatis.

Dengan suksesnya uji coba yang dilakukan, nuTonomy kini sedang menunggu persetujuan dari pemerintah untuk menguji taksi tanpa sopirnya di kawasan bisnis One North yang secara khusus dirancang untuk menguji mobil kemudi otomatis.

nuTonomy

Mobil yang digunakan nuTonomy adalah mobil elektrik, yang berarti tidak akan ada emisi karbon yang dihasilkan. Hal ini juga berpotensi menjadikan pasar mobil elektrik semakin mainstream, utamanya karena bakal ada banyak stasiun pengisian ulang baterai yang tersebar di berbagai titik.

nuTonomy menggunakan beragam sensor dalam sistem kemudi otomatisnya, mulai dari LIDAR untuk mendeteksi objek sampai pemetaan secara tiga dimensi. Hal ini krusial mengingat kondisi lalu lintas di Singapura cukup padat.

Dalam beberapa tahun ke depan, nuTonomy berharap bisa mengoperasikan ribuan taksi tanpa sopir di Singapura. Bukan, mereka bukannya bermisi ‘membunuh’ lapangan kerja sopir taksi, malahan taksi tanpa sopir ini bisa menjadi layanan pelengkap untuk kebutuhan konsumen yang terus meningkat.

Sumber: MIT News.

Inilah Tesla Model 3, Mobil Elektrik Paling Terjangkau dengan Seabrek Fitur Premium

Tanggal 31 Maret 2016 kemarin adalah momen bersejarah bagi Tesla Motors. Pada hari itu, CEO Elon Musk memperkenalkan mobil keempat sekaligus yang terpenting di sepanjang sejarah perusahaannya: Tesla Model 3.

Mobil keempat, tapi kenapa namanya Model 3? Untuk menjawabnya, kita harus lebih dulu memahami visi awal Tesla yang mereka sebut dengan istilah “Master Plan”. Sederhananya, Tesla ingin mewujudkan komersialisasi mobil elektrik dalam tiga tahap.

Tahap yang pertama adalah mengubah pandangan dunia bahwa mobil elektrik itu jelek, lambat dan sama sekali tak menarik. Misi itu dicapai lewat Tesla Roadster, dengan desain sporty dan performa yang beringas. Namun karena teknologinya masih baru, banderol harga yang ditetapkan pun harus tinggi, sekaligus sebagai modal untuk memulai tahap yang kedua.

Tahap kedua adalah menciptakan mobil elektrik berkualitas yang bisa dijangkau oleh kalangan yang lebih luas. Lagi-lagi misi itu terwujudkan, kali ini lewat Tesla Model S. Namun setelahnya, Tesla menilai kategori SUV juga memegang peran penting dalam industri otomotif. Maka dari itu, lahirlah Tesla Model X.

Tahap ketiga dan yang terakhir adalah menjadikan mobil elektrik sebagai produk mainstream. Inilah alasan mengapa kehadiran Model 3 sangat penting. Ia merupakan mobil elektrik paling terjangkau yang pernah Tesla buat. Namun semua aspek ekonomis itu sama sekali tidak berpengaruh terhadap kualitasnya.

Tesla Model 3

Dari segi fisik, sangat terlihat bahwa Model 3 merupakan peleburan dari Model S dan Model X. Saya bingung antara menyebutnya sedan atau hatchback, tapi yang pasti desainnya sangat memikat, apalagi setelah melihat bagian atapnya yang merupakan panel kaca secara menyeluruh yang menyambung hingga ke kaca depan.

Minimalis merupakan faktor penting di Model 3. Hal ini tampak jelas ketika memasuki kabin berisi lima orangnya. Bagian dashboard-nya begitu bersih, dimana hanya ada satu LCD berukuran 15 inci yang menjadi panel instrumen utama bagi pengemudi. Selain sedikit lebih kecil dari milik Model S dan Model X, LCD ini ditempatkan dalam posisi horizontal, bukan vertikal.

Soal performa, Elon Musk dengan bangga menegaskan pada event peluncurannya bahwa Tesla tak pernah menciptakan mobil yang lamban. Model 3 sendiri bisa menembus angka 100 km/jam dalam waktu kurang dari 6 detik. Sedangkan jarak tempuhnya bisa mencapai 346 kilometer untuk sekali charge, dan pastinya bakal ada varian dengan baterai berkapasitas lebih besar yang punya jarak tempuh lebih jauh lagi.

Tesla Model 3

Seluruh varian Model 3 datang dengan dukungan atas Tesla Supercharger, alias metode charging baterai super-cepat. Selain itu, mobil anyar ini juga mengusung fitur Autopilot sebagai standar, yang berarti konsumen tak perlu mengucurkan dana ekstra untuk bisa menikmati fitur kemudi semi-otomatis ini.

Semua ini ditawarkan dalam harga $35.000 saja untuk varian paling mendasarnya. Musk yakin bahwa kita tak bakal bisa mendapatkan mobil yang lebih baik lagi dibanding Model 3 dalam rentang harga ini. Sayang, Tesla baru bisa memenuhi pesanan konsumen yang membeludak paling cepat di akhir tahun 2017.

Sumber: Tesla via Wired.

Setelah Autopilot, Tesla Model S Kini Bisa Keluar-Masuk Garasi Sendiri

Bulan Oktober kemarin, Tesla resmi meluncurkan fitur Autopilot ke sedan elektrik kebanggaannya, Model S. Fitur itu datang bersama software update, menjadi sebuah pertanda bahwa Tesla tak mungkin berhenti sampai di situ saja. Hardware-nya sudah memungkinkan, tinggal bagaimana Tesla bisa memaksimalkannya lewat software.

Hanya berselang sekitar tiga bulan, Tesla kembali merilis software update untuk Model S sekaligus Model X yang masih gres. Update versi 7.1 ini tentu saja bakal menyempurnakan kinerja fitur Autopilot yang sudah ada sebelumnya, tapi di saat yang sama juga menghadirkan sebuah fitur baru yang mereka sebut dengan istilah Summon.

Makna harafiah dari kata “summon” sendiri berarti “memanggil”. Ya, melalui update terbaru ini, pemilik Model S maupun Model X bisa memanggil mobil keluar dari dalam garasi dengan sendirinya. Yang perlu dilakukan pemilik mobil hanyalah mengakses aplikasi Tesla di smartphone, lalu menunggunya di luar.

Sebaliknya, sepulang dari tempat kerja, Anda tinggal menempatkan Model S atau Model X di depan garasi, dan mobil tersebut akan ‘mengurus’ dirinya sendiri: membuka pintu garasi, masuk ke dalam lalu mematikan mesinnya tanpa menunggu instruksi lebih lanjut. Fitur ini akan terasa begitu bermanfaat ketika garasi yang Anda punya tidak begitu lapang.

Tesla dengan tegas menyebutkan bahwa fitur Summon ini masih dalam tahap beta. Tujuannya sejauh ini hanyalah supaya pemilik Tesla Model S atau Model X bisa mencobanya terlebih dulu di kediaman masing-masing.

Di masa yang akan datang nanti, mobil Tesla yang dilengkapi hardware dan software lebih canggih bahkan bisa menjemput Anda dengan sendirinya, menyesuaikan dengan agenda harian yang Anda punya supaya ia bisa tiba tepat waktu.

Buat saya pribadi, tidak usah muluk-muluk: seandainya mobil bisa menjemput saya di depan lobi hotel dari area parkir dengan sendirinya, itu saja sudah terasa sangat memudahkan. Dan saya cukup optimis inilah misi selanjutnya yang ditarget Tesla dalam waktu dekat.

Sumber: Tesla.