Inilah Tiga Finalis Pemenang Ajang Hack@ON 2022!

Usai sudah rangkaian perhelatan hackathon persembahan Bank OCBC NISP bersama dengan DailySocial.id “Hack@ON 2022”. Setelah melalui proses tahap final dan penjurian ketat yang diselenggarakan pada 25 September kemarin, Hack@ON telah resmi memilih 3 (tiga) tim pengembang yang memiliki inovasi terbaik dalam menjawab tantangan inovasi teknologi keuangan. Ketiga tim tersebut adalah Semboja (Juara 1), Async (Juara 2), dan Evellyn Verity Mesak (Juara 3). Seperti apa profil ketiga partisipan tersebut? Simak selengkapnya di bawah ini.

Dari ratusan ide yang masuk ke ajang Hack@ON, penjurian berlangsung dengan cukup ketat yang dilakukan oleh tim juri dari industri teknologi tanah air, dan dari pihak Bank OCBC NISP dan DailySocial.id sebagai penyelenggara seperti; Ka Jit – Director of Strategy Innovation Group Bank OCBC NISP, Komang Arthayasa – Information Technology Division Head Bank OCBC NISP, Altona – Business Incubation Lead Bank OCBC NISP, Farid Naufal – CEO Aruna, serta Rama Mamuaya – CEO DailySocial.id. Kelima juri pun sepakat menempatkan tim Semboja sebagai pemenang utama kompetisi Hack@ON 2022.

Tim Semboja yang digawangi oleh tiga software engineer asal Yogyakarta yaitu Gilang Jalu Selo WInoyo Tur, Andang Rian Dimas dan juga Havit Choirul Rovik ini tampil dengan ide mengesankan bertajuk “OCHA (OCBC CHat Assistant)” yang mengoptimasi fitur chat WhatsApp terintegrasi dengan layanan perbankan.

Inovasi dari pemenang posisi kedua, Async juga tak kalah menarik. Dengan mengusung ide “Infinancer”, Async memungkinkan para digital content creator dan freelancer menikmati solusi teknologi keuangan yang disesuaikan dengan kebutuhan profesi. Terakhir, tim Evellyn Verity Mesak yang berada di posisi ketiga tampil dengan menawan yang bermanfaat bagi kaum pekerja dengan ide produk yang bernama EWA (Earned Wage Access), yang memungkinkan para pekerja untuk dapat menikmati fasilitas pembiayaan instan berbasis fixed income.

“Talenta digital saat ini tidak hanya berpusat di industri teknologi saja, tapi juga industri perbankan. Adopsi teknologi sudah menjadi bagian dari sebuah bisnis, sehingga kesempatan berkarir dapat dilakukan di berbagai bidang, tanpa terkecuali di bidang perbankan,” ujar Julie Anwar selaku Head of Human Capital Bank OCBC NISP menanggapi kesuksesan perhelatan Hack@ON 2022.

Sebagai informasi tambahan, pemenang ajang Hack@ON 2022 ini akan memperoleh hadiah menarik yang disediakan oleh penyelenggara. Bagi tiga finalis di atas tadi akan memperoleh total hadiah sebesar Rp 225 juta. Untuk tim Semboja akan mendapatkan hadiah sebesar Rp 100 juta, tim Async berhak memperoleh hadiah sebesar Rp 75 juta, dan terakhir tim Evellyn Verity Mesak berhak untuk mendapatkan hadiah uang tunai Rp 50 juta.

Selamat atas ketiga finalis Hack@ON 2022 persembahan Bank OCBC NISP dan DailySocial.id. Sangat menarik untuk bersama kita nantikan perwujudan inovasi yang lahir dari ajang Hack@ON 2022. Sampai jumpa di perhelatan berikutnya!

OCBC NISP Gandeng DailySocial.id Gelar Kegiatan “Hack@ON”

PT Bank OCBC NISP Tbk (IDX: NISP) berkolaborasi dengan DailySocial.id menggelar program Hack@ON. Kegiatan ini bertujuan untuk mengeksplorasi ide dan talenta baru dalam rangka meningkatkan pengalaman perbankan di Indonesia.

Dalam sesi talkshow peluncuran acara, IT Division Head Bank OCBC NISP Komang Arthayasa mengungkap bahwa banyak peluang untuk mengakselerasi inovasi di era open banking yang tengah berkembang di Indonesia. Kegiatan hackathon ini diyakini dapat menjadi salah satu cara meningkatkan kapabilitas layanan OCBC NISP ke depan.

Sekadar informasi, OCBC NISP telah memulai transformasi digital sejak beberapa tahun terakhir. Salah satu realisasinya adalah bermitra dengan startup lending Indodana untuk menyalurkan pendanaan dengan skema channeling.

“Hack@ON menjadi ajang berdiskusi dengan para inovator untuk menghadirkan solusi kreatif dan alternatif untuk memberikan pengalaman perbankan yang berbeda. Sesuatu yang telah embedded dalam kehidupan sehari-hari. Nah, produk dan sistem kami sudah siap,” ujar Komang.

Open banking dapat didefinisikan sebagai mekanisme penyediaan akses data nasabah yang terbuka dan aman dengan mengimplementasi Open Application Programming  Interface (API). Teknologi ini memungkinkan pihak ketiga mengakses data yang dibutuhkan nasabah dengan sambungan tersedia. Open banking memiliki ruang eksplorasi besar yang dapat dikembangkan sesuai kebutuhan nasabah secara personal.

Founder & CEO DailySocial.id Rama Mamuaya menambahkan, sebelum ekosistem digital Indonesia tumbuh matang seperti sekarang, ia menilai banyak startup kesulitan untuk men-deliver produknya ke pasar. Kini, tren open banking dapat membuka akses luas bagi startup untuk mengakses pasar melalui kolaborasi.

“Bank merupakan industri berbasis integritas dan kepercayaan yang telah berdiri ratusan tahun. Sementara, startup umumnya lebih berfokus mengatasi suatu masalah dengan menciptakan produk. Saat ini, kolaborasi antar startup-korporasi telah terjadi di mana-mana. Startup punya ide, korporasi punya basis pengguna. Mereka bisa berkolaborasi untuk go-to market,” papar Rama.

Ekosistem terbuka

Dalam kesempatan sama, Country Manager IDC Indonesia Mevira Munindra mengatakan bahwa Indonesia baru memasuki fase emerging pada implementasi open banking dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ini tak lepas dari upaya pemerintah mendorong pemanfaatan Open API dengan menerbitkan Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP).

Open banking diharapkan dapat mendorong open ecosystem mengingat perubahan perilaku masyarakat juga mendorong open ecosystem di Indonesia. Akan ada banyak model bisnis berbasis ekosistem di masa depan. Ini akan menjadi enabler terhadap digitalisasi,” ucapnya.

Mengacu laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika, sektor informasi dan komunikasi di 2021 tumbuh positif berturut-turut sebesar 8,72%, 6,87%, dan 5,51% (Year-on-Year). Pertumbuhan ini dipicu oleh akselerasi digital yang mendorong perubahan perilaku masyarakat dari offline ke online selama pandemi.

Adapun, pendaftaran program Hack@ON telah dibuka pada 12 Juli hingga 4 September 2022. Untuk menjaring para inovator berbakat, Hack@ON akan mengadakan roadshow di empat kota, yakni Bandung, Yogyakarta, Jakarta, dan Surabaya.

Dari total peserta, Hack@ON akan menjaring sebanyak 20 peserta untuk mengikuti kompetisi Hack Day pada 24-25 September 2022 di ON Space, BSD City.

Ajang kompetisi Hack@ON juga sudah semakin dekat, dengan sisa waktu kurang lebih dua bulan, panitia Hack@ON akan menutup registrasi dan pengumpulan ide pada 4 September 2022. Agar tidak terlewat, langsung daftarkan diri kamu di sini sekarang!

OCBC NISP Hadirkan Kantor Cabang Berkonsep “Hybrid”, Fokus pada Penguatan Literasi Keuangan

Bank digital telah mengubah lanskap perbankan nasional, terlihat dari hampir semua aplikasi perbankan menawarkan kemudahan dan kepraktisan bertransaksi keuangan, termasuk transfer, investasi, bayar, semua diselesaikan lewat smartphone. Akan tetapi, tren peningkatan transaksi keuangan perlu dibarengi dengan literasi atau pemahaman keuangan yang baik.

Mengutip dari hasil riset OCBC NISP Financial Fitness Index, ditunjukkan bahwa generasi muda Indonesia termasuk salah satu negara terendah dengan indeks literasi keuangan yang rendah dengan rata-rata kesehatan finansial mencapai 37,72. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan Singapura yang mencapai 61.

Riset tersebut juga menunjukkan, sebanyak 14,3% anak muda yang terlihat berusaha menuju “sehat” finansial, namun nyatanya kondisi mereka masih belum ideal. Hal ini salah satunya dikarenakan pemahaman mereka yang masih tidak tepat terkait bagaimana mengelola keuangan.

Untuk mendukung peningkatan literasi ini, Bank OCBC NISP meluncurkan Financial Fitness Gym (FFG) dari Nyala OCBC NISP. Ini adalah bentuk disrupsi kantor cabang dengan menghadirkan konsep hybrid, transformasi layanan untuk edukasi dan solusi keuangan yang lebih kreatif dan efektif dengan pendekatan konsep gym dengan objektif melatih dan menguatkan otot-otot keuangan para generasi muda. Lokasi FFG pertama berada di Surabaya, tepatnya Mal Ciputra World.

FFG didesain menjadi tempat gym finansial dengan experiential learning environment, yang mana peranan kantor cabang telah di-upgrade tidak sekadar untuk transaksi, namun untuk melakukan eksplorasi kebutuhan finansial. Hampir seluruh kegiatan di FFG akan dipandu secara digital melalui ONe Mobile, aplikasi dari OCBC, mulai dari pembukaan rekening, transaksi perbankan, sampai dengan investasi.

“Tingginya transaksi digital harus didukung dengan literasi keuangan yang tepat agar solusi berbasis digital yang ditawarkan tidak mendorong perilaku konsumtif, tetapi mendorong terbentuknya masyarakat yang sehat secara finansial (Financially Fit). Dengan konsep hybrid service, masyarakat akan mendapatkan interaksi offline dan online dengan demikian penyampaian edukasi dan solusi keuangan akan semakin efektif,” ucap National Network Head Bank OCBC NISP Jenny Hartanto, Jumat (10/12).

Pengalaman konsumen saat memasuki kantor cabang ini, dimulai dari Financial Check Up Spot untuk mengetahui titik permasalahan keuangan dan apa solusi yang dibutuhkan. Di titik ini, pengunjung perlu mengisi sejumlah pertanyaan survei terkait kondisi keuangan, investasi, dan gaya hidup. Setelah itu, akan diberikan skor akhir dari masing-masing untuk mendapat gambaran keuangan seseorang secara keseluruhan.

“Sama seperti masuk gym, sebelum olahraga, pengunjung akan diukur berapa body mass-nya dan sebagainya dan ditanya apa concern dan tujuan mereka ikut gym. Sebab tiap orang itu punya masalah dan solusi yang berbeda-beda. Setelah itu, pengunjung akan dibantu oleh Nyala Buddy (sebutan expert dari OCBC) bila ingin bertanya langsung ke expert-nya.”

Konsep hybrid ini menggabungkan layanan online dan offline, mulai dari financial check up, personalized consultation melalui teknologi interactive touch screen, sampai kelas-kelas edukasi finansial yang dapat diikuti secara online dan offline di situs ruangmenyala.

Objektif yang ingin dibidik lewat kehadiran FFG ini adalah membantu meningkatkan pemahaman finansial (knowledge), memperbaiki kebiasaan manajemen keuangan (behavior), dan meluruskan mindset agar dapat mengambil keputusan keuangan yang tepat (attitude).

Jenny melanjutkan, alasan perusahaan memilih Surabaya sebagai lokasi pertama peluncuran FFG, lantaran di kota ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang tinggi sebesar 82,23 pada 2020, tingkat kemiskinan relatif rendah, yakni 5%, dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pencapaian tersebut harus diimbangi dengan pemahaman masyarakat yang baik tentang pengelolaan keuangan.

Kota berikutnya yang akan disambangi FFG, tak lain kota besar dengan IPM yang tinggi. Salah satunya adalah Jakarta pada tahun depan. “Sayang sekali dengan IPM yang tinggi di Surabaya tidak dimanfaatkan dengan maksimal dalam meningkatkan literasi keuangannya.”

Kapabilitas layanan digital, baik untuk nasabah individu dan korporasi di Bank OCBC NISP terus mendapat sambutan yang positif. Meski tidak dirinci lebih detail, hingga September 2021 layanan ONe Mobile untuk nasabah individu mengalami peningkatan jumlah transaksi sebesar 16%, nilai transaksi 17%, dan jumlah pengguna 21% secara YOY. Sementara, layanan velocity@ocbcnisp untuk nasabah korporasi, nilai transaksinya naik 69%, jumlah frekuensi transaksi 18%, dan jumlah pengguna 15% secara YOY.

“Peningkatan tren digital tidak berarti dapat langsung menggantikan esensi human interaction, bahkan perpaduan antara keduanya dapat menarik masyarakat untuk lebih aware pada pentingnya pengelolaan keuangan. [..] Seperti di FFG, perpaduan antara kekuatan perbankan digital, interaksi dengan coach berpengalaman dan keindahan desain kantor cabang membuat bicara tentang pengelolaan keuangan menjadi lebih menarik dan menyenangkan,” tutup Jenny.

Application Information Will Show Up Here

Menengok Upaya OCBC NISP Digitalkan Layanan “Trade Finance”

PT OCBC NISP Tbk (IDX: NISP) resmi menghadirkan layanan Bank Garansi berbasis online yang dapat diakses melalui platform Velocity@ocbcnisp. Layanan ini memungkinkan pebisnis untuk melakukan penerbitan dan perubahan Bank Garansi tanpa perlu mendatangi kantor cabang.

Trade Finance Division Head Bank OCBC NISP Gianto Kusno mengungkapkan, pihaknya berupaya mengakomodasi kebutuhan nasabah yang memiliki keterbatasan mobilitas di masa pandemi Covid-19 dengan digitaliasi layanan perbankan bagi korporasi.

Dengan akses baru ini, nasabah dapat mengakses layanan Bank Garansi yang diklaim mudah, cepat, dan aman. Selain hemat biaya dan waktu, nasabah juga tidak direpotkan dengan berbagai proses administrasi berbasis kertas (paperless).

Sebagai informasi, Bank Garansi merupakan salah satu instrumen keuangan penting yang diperlukan dalam proses kerja sama atau perjanjian bisnis, khususnya bagi pelaku usaha yang membutuhkan layanan Trade Finance.

“Sebelumnya, nasabah korporasi bisa memonitor outstanding maupun plafon fasilitas trade yang dimiliki. Kini, nasabah dapat melakukan penerbitan dan perubahan Bank Garansi tanpa perlu datang ke kantor cabang,” ujar Gianto dalam keterangan resminya.

Digitalisasi layanan trade finance

Dihubungi secara terpisah, Gianto mengungkap transformasi layanan perbankan untuk korporasi sebetulnya sudah berjalan sebelum pandemi. Kendati demikian, dengan perkembangan situasi saat ini, pihaknya memastikan akan terus mengakselerasi pengembangan kapabilitas digital agar dapat memenuhi kebutuhan nasabah korporasi.

Salah satu yang sudah terealisasi adalah aplikasi mobile Velocity@ocbcnisp yang meluncur pada April 2020. Setelahnya, perusahaan meluncurkan Velocity@ocbcnisp dalam versi web yang diklaim dirancang dengan standar keamanan tinggi untuk memberikan kebebasan bertransaksi layaknya bertransaksi di kantor cabang.

Yang akan datang, OCBC NISP akan mempersiapkan akses digital untuk fasilitas Trade Finance lainnya. Misalnya, layanan Letter of Credit (LC) dan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) agar dapat diakses secara online lewat Velocity@ocbcnisp. Pihaknya menargetkan segala transaksi penerbitan, perubahan, dan pembayaran LC dan SKBDN dapat dilakukan juga di Velocity@ocbcnisp berbasis web.

“Kami melihat transformasi digital yang kami lakukan menjadi sangat relevan [di situasi saat ini], dan kami akan terus mengakselerasinya untuk mendukung nasabah kami saat terjadi pandemi,” ungkapnya.

Gianto mengaku optimistis digitalisasi ini dapat mendorong pertumbuhan layanan Trade Finance mengingat perusahaan telah melihat pertumbuhan positif. Berdasarkan data OCBC NISP, rata-rata nilai transaksi per bulan pada periode pre-Covid (sepanjang 2019) dibandingkan semester I 2021 naik 134%, sedangkan jumlah pengguna naik 22%. Kenaikan ini utamanya disumbang dari Velocity@ocbcnisp berbasis web dan mobile.

“Kami fokus untuk menyosialisasikan berbagai layanan yang dapat dimanfaatkan nasabah korporasi di Velocity@ocbcnisp, baik berbasis web maupun mobile. Kami harap semakin banyak nasabah korporasi memanfaatkan layanan ini.”

Masih banyak andalkan proses berbasis kertas

Sebagaimana dilaporkan dalam 2020 Global Trade Survey yang diterbitkan International Chamber of Commerce, kegiatan perdagangan dan pembiayaan perdagangan atau trade finance mengalami masa krisis akibat Covid-19. Sebanyak 346 responden petinggi bank di 85 negara di dunia mengungkap kekhawatiran adanya potensi penurunan transaksi trade finance.

Terkait kekhawatiran ini, sebanyak 54% responden menilai teknologi transformatif menjadi salah satu prioritas yang perlu dipertimbangkan apabila ingin menamankan pertumbuhan bisnis di masa depan. Menurut responden, teknologi digital dapat membuka peluang transformasi lebih besar di industri keuangan global yang masih identik dengan proses administrasi berbasis kertas.

2020 Global Trade Survey / International Chamber of Commerce

Mengacu pada data di lapangan, transaksi perdagangan belum banyak dilakukan sepenuhnya melalui digital. Masih banyak sektor perbankan yang mengandalkan transaksi berbasis kertas pada kegiatan perdagangan, terutama pada kegiatan verifikasi dokumen, settlement/financing, dan penerbitan.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Bank OCBC NISP untuk Penetrasi Produk Dompet Digital ONe Wallet

Bank OCBC NISP meramaikan percaturan layanan dompet digital dengan meluncurkan ONe Wallet. Dengan didapatnya izin dari Bank Indonesia awal Maret 2020 lalu, mereka siap bertransformasi dengan mengadopsi teknologi digital dan memanjakan para nasabahnya dengan berbagai fitur.

Pihak OCBC NISP menjelaskan kehadiran dari ONe Wallet ini sejalan dengan strategi mereka “Beyond Traditional Banking” untuk terus bertransformasi dan berinovasi.

“ONe Wallet akan kami fokuskan untuk memberi kemudahan dan kenyamanan layanan untuk nasabah payroll khususnya pada sektor riil dengan penghasilan pada kisaran UMR. Upaya ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mendorong Gerakan Nasional Non Tunai dan meningkatkan inklusi keuangan Indonesia,” papar Head of Strategy and Innovation Bank OCBC NISP Ka Jit.

Ka Jit melanjutkan bahwa ada beberapa fitur atau layanan yang menjadi unggulan dari ONe Wallet ini, antara lain terintegrasi dengan fitur perbankan korporasi untuk pendistribusian gaji karyawan, fitur transaksi sehari-hari, tarik tunai di ATM Bank OCBC NISP dan selanjutnya akan terintegrasi dengan 400 ribu merchant dan aplikasi ONe Mobile.

Siasat di tengah persaingan dompet digital

Untuk informasi, di tahun 2020 hingga saat ini BI sudah mengeluarkan izin untuk 4 penyelenggara uang atau dompet elektronik. Selain ONe Wallet juga ada AstraPay, YourPay, dan Eidupay.

Daftar penyedia dompet digital dan uang elektronik ini bisa saja semakin bertambah. Tapi pilihan masyarakat tetap akan berdasarkan pada daya guna dan kemudahan askes dari layanan tersebut.

Layanan dompet digital juga mulai akrab dengan keseharian masyarakatnya. Integrasi dengan berbagai macam merchant dan sistem membuat dompet digital menjadi pilihan banyak orang. Beberapa nama yang cukup tenar saat ini adalah GoPay, Ovo, Dana, dan LinkAja.

Dompet digital seolah menjadi salah satu teknologi yang mulai jadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Selain karena kemudahan yang ditawarkan juga karena integrasi dan penawaran yang beragam bisa menyajikan pilihan terbaik bagi para penggunanya.

Berlomba-lomba di ranah integrasi, inovasi, dan juga penawaran untuk akuisisi pengguna tak terelakkan lagi. Mau tidak mau, sebagai salah satu pemain baru ONe Wallet harus bergegas, baik dalam hal integrasi maupun memperkaya fitur. Salah satu yang sudah masuk dalam rencana besar ONe Wallet adalah terintegrasi dengan ONe Mobile dan juga terhubung dengan produk-produk finansial lainnya dari OCBC NISP.

“Sejalan dengan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, Bank OCBC NISP pun akan segera meluncurkan secara resmi dan terus mengembangkan fitur-fitur ONe Wallet, di antaranya pembayaran melalui QRIS dan penambahan variasi pembayaran tagihan yang dapat dilakukan melalui aplikasi ONe Wallet. Bank juga akan mengintegrasikan layanan ONe Wallet dengan One Mobile sehingga lebih maksimal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia,” jelas Ka Jit.

Application Information Will Show Up Here

OCBC NISP Ventura Siapkan 400 Miliar Rupiah untuk Berinvestasi di Startup Fintech, Proptech hingga Edutech

Tantangan disrupsi digital menginspirasi Bank OCBC NISP meluncurkan strategi beyond banking melalui pembentukan  corporate venture capital  (CVC). Bernama “OCBC NISP Ventura”, unit investasi tersebut debut bersama dengan perolehan izin beroperasi dari OJK per Januari 2020.

Kepada DailySocial, Head of Strategy & Innovation OCBC NISP Ka Jit menjelaskan, tujuan pembentukan CVC ini adalah menciptakan ekosistem digital yang mampu menggerakkan transformasi sektor perbankan.

“Kami mendirikan OCBC NISP Ventura untuk menciptakan nilai transformatif dengan memanfaatkan potensi semangat kewirausahaan dan startup di Indonesia dengan jaringan perbankan yang luas untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang terus berkembang,” ujar Ka Jit.

Saat ini situs ocbcnispventura.com tengah dalam persiapan, sebagai kanal informasi terpusat dari unit ventura. Sementara tim internal sudah mulai bekerja, termasuk melakukan analisis mengenai startup potensial yang akan diinvestasi.

“Rekan-rekan founder dapat mengirimkan proposal (pitch-deck) melalui email [email protected],” terangnya.

Siapkan dana 400 miliar Rupiah

Perusahaan juga telah menunjuk Darryl Ratulangi sebagai Managing Director yang akan bertanggung jawab mengemban visi OCBC NISP Ventura. Manajemen bank akan turut serta dalam fungsi pengawasan jalannya perusahaan dengan menempatkan beberapa anggota manajemen sebagai komisaris.

“Sejalan dengan komitmen untuk mengembangkan ekosistem digital di Indonesia, OCBC NISP Ventura akan fokus pada UKM dan startup teknologi yang bergerak di industri pembiayaan bisnis, fintech, properti (proptech), logistik, media, kesehatan (healthtech), pendidikan (edutech), data analisis, e-commerce dan on-demand,” jelas Ka Jit.

Dana senilai 400 miliar Rupiah juga telah disiapkan sebagai modal dasar, dengan kepemilikan 99,9% oleh Bank OCBC NISP. Selain berinvestasi, beberapa program yang akan dijalankan termasuk inkubasi startup dan kemitraan strategis. Di fase awal, perusahaan targetkan bisa membina pengembang solusi digital yang mampu meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.

Perkembangan CVC di Indonesia

Terminologi disrupsi yang santer digaungkan sejak pertengahan dekade terakhir membuat pengembangan CVC di Indonesia cukup kencang. Ini menjadi strategi multi-guna. Selain memberikan peluang keuntungan melalui model bisnis ventura seperti “exit”, juga membuka peluang korporasi untuk menjalin kemitraan strategis dengan startup pengembang platform digital inovatif.

Berdasarkan catatan tim DSResearch per Desember 2019, berikut ini daftar CVC di Indonesia beserta startup binaannya:

Daftar CVC di Indonesia

Dan berikut ini daftar torehan “exit” pemodal ventura lokal sepanjang tahun 2019. CVC milik Telkom Group pimpin perolehan, melalui aksi korporasi akuisisi dan IPO:

OCBC NISP Gelar Kompetisi Inovasi Mahasiswa IdeatiON 2019

Untuk kedua kalinya kompetisi bagi mahasiswa untuk menyuarakan ide dan gagasan seputar inovasi perbankan yang diinisiasi Bank OCBC NISP, IdeatiON, digelar. Berbeda dengan tema tahun sebelumnya yang hanya fokus ke inovasi perbankan digital, tahun ini IdeatiON mulai mengembangkan kategori ide di luar perbankan, namun dinilai relevan dan memiliki hubungan dengan layanan perbankan.

Dalam acara peresmiannya hari ini, (17/01), Head of Human Capital OCBC NISP Julie Anwar mengungkapkan, dipilihnya mahasiswa untuk menjadi peserta, karena kebanyakan dari mereka masih memiliki ide segar.

“Mungkin kalau mereka yang sudah berkecimpung di dunia startup agak sulit untuk menerima konsep baru. Berbeda dengan program akselerasi dan inkubator, IdeatiON lebih fokus kepada pengembangan ide dan manajemen di awal,” kata Julie.

Fokus ke proses validasi

Untuk memastikan ide yang sudah didaftarkan peserta nantinya bisa diimplementasikan, IdeatiON akan berkolaborasi dengan Wilanto Consulting yang sudah memiliki pengalaman di bidang perbankan. Pendaftaran IdeatiON sudah bisa dilakukan melalui situs IdeatiON 2019. Nantinya akan dipilih 10 finalis yang bakal dibagi menjadi 3-4 orang per tim. Hadiah yang diberikan kepada pemenang berkisar antara Rp10 juta hingga Rp25 juta.

“Bukan hanya uang, kami juga memastikan ide tersebut bisa dikembangkan setelah proses validasi dilakukan. Jika memang cukup relevan dengan OCBC NISP, bisa jadi akan kita kembangkan ke dalam bisnis OCBC NISP,” kata Julie.

Disinggung apakah nantinya IdeatiON akan berkolaborasi dengan perusahaan teknologi asing, venture capital, atau startup, Julie menyebutkan karena saat ini fokus adalah tahapan awal, IdeatiON tidak memiliki rencana untuk memperluas kemitraan. Untuk konsultan sendiri tidak hanya dari sektor perbankan, tetapi juga dari konsultan teknologi.

CEO DailySocial Rama Mamuaya yang turut hadir dalam acara tersebut menyambut kegiatan IdeatiON yang diinisiasi OCBC NISP ini. Mengacu pada pengalaman yang kerap dialami pendiri startup baru, tantangan terbesar yang dialami saat mendirikan startup adalah mengembangkan dan memvalidasi ide menjadi produk yang bisa dijual.

“Saat ini sekitar 95% startup terpaksa harus tutup ketika usia [perusahaan] masih di bawah 2 tahun. Fakta tersebut membuktikan proses awal terbilang cukup berat yang harus dilalui oleh semua pendiri startup. Untuk itu saya melihat kegiatan seperti ini bisa membantu mereka mengembangkan ide menjadi produk yang bisa digunakan oleh target pengguna,” kata Rama.

Bank OCBC NISP Cari Peluang Sinergi Bisnis dengan Lima Vertikal Startup

Bank OCBC NISP kini membuka diri untuk sinergi bisnis dengan lima vertikal startup sebagai bagian dari strategi transformasi digital. Mereka bergerak di bidang fintech, pendidikan, perumahan, kesehatan, dan layanan B2B. Inisiasi ini dibawa ke Indonesia sebagai hasil pembelajaran OCBC Group Singapura untuk program The Open Vault yang sudah dilakukan sejak tiga tahun belakangan

“Kami menganggap digital itu sebagai enabler. Banyak opportunity yang bisa di-leverage untuk memberikan solusi nasabah. Pada akhirnya proses ini memaksa kita untuk jauh lebih sensitif ke konsumen, apa yang mereka butuhkan agar bank tetap relevan dan bisa tetap berkompetisi. Untuk itu butuh partner yang fokus di bidangnya dan bisa dikolaborasikan dengan apa yang kita punya,” ujar Head of Individual Customer Solutions Bank OCBC NISP Ka Jit, Rabu (26/9).

The Open Vault adalah program yang fokus pada business engagement, edukasi, data sandbox (experiment), dan budaya.

Skala startup yang dicari adalah minimal sudah menerima investasi Pra Seri A atau baru mendapat tahap Seri A. Bank OCBC NISP akan lebih tajam dalam memilih startup. Kriterianya berdasarkan produk, tim, dan rencana bisnis mereka.

“Nanti akan tambah vertikal startup yang akan kita sinergikan. Ini masih tahap awal,” tambah Head of New Digital Ventures Bank OCBC NISP Altona Widjaja.

Altona mengungkapkan, saat di Singapura, Bank OCBC hanya membuka kesempatan untuk startup skala global yang bergerak di fintech dan lebih ke arah b2b enablement. Setelah tiga tahun berjalan, pihaknya telah menemui sekitar 1000 startup lalu disaring menjadi 30 startup yang siap melakukan eksperimen. Sekitar 30% dari 30 eksperimen tersebut (sekitar 9 eksperimen), menurut Altona, siap dikomersialkan.

“Jadi kami tidak menargetkan ada berapa startup yang mau kita sinergikan karena tergantung sifat-sifat dari produk mereka. Fokusnya bukan mau berlomba dengan bank lain, tapi hal apa saja yang bisa jadi solusi untuk nasabah dan partner kami.”

Dalam proses memilih startup ini, perusahaan membentuk tim khusus dinamai Digital Transformation Team sejak Juli 2018 yang berisi 30 talenta muda, termasuk diantaranya Ka Jit dan Altona. Selain bertugas di bidang tersebut, tim ini juga akan membantu transformasi digital perbankan, di antaranya aplikasi mobile banking ONe Mobile.

Aplikasi ONe Mobile

Aplikasi ini adalah salah satu inovasi dari transformasi digital yang sudah diluncurkan sejak April 2018. Tak hanya untuk bertransaksi, aplikasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan keuangan dengan membuka deposito secara online, memantau kinerja reksa dana yang mereka beli.

Menurut Ka Jit, adaptasi teknologi dan kenyamanan nasabah mulai terlihat dari peningkatan transaksi di aplikasi sebesar 40% year-on-year dan mendorong pertumbuhan fee sebesar 46% year-on-year. Pembelian deposito berjangka di channel online tumbuh 8 kali lebih cepat atau naik 62,75% dibanding pembukaan di channel konvensional.

Ke depannya aplikasi dapat menampung sekitar 90 persen dari aktivitas perbankan yang biasa dilakukan di kantor cabang.

“Jadi ONe Mobile ini akan kami jadikan untuk business generator, bukan sebagai main transaction bank. Nasabah kami dipermudah untuk mengelola kekayaan mereka.”

Aplikasi ONe Mobile sudah diunduh 218 ribu nasabah terdaftar. Terjadi kenaikan hingga dua kali lipat secara year-on-year untuk penambahan nasabah baru yang mendaftar lewat aplikasi. Aplikasi tersedia di Android dan iOS.

Kendati menargetkan aktivitas perbankan dapat sepenuhnya pindah ke aplikasi, Ka Jit tidak ingin menghapus kehadiran kantor cabang. Menurutnya ada peran kantor cabang yang tidak bisa digantikan oleh aplikasi, terutama dari sisi pendampingan nasabah.

Kantor cabang bakal dialihfungsikan sebagai tempat nasabah berkonsultasi seputar produk keuangan, memberikan rekomendasi untuk produk KPR, mengelola keuangan, dan sebagainya. Oleh karena itu, karyawan cabang akan diberi tambahan kemampuan sebagai konsultan keuangan.

“Bukan full ke digital karena ada fungsi cabang yang tidak bisa dihapus. Di masa depan untuk transaksi yang bersifat langsung itu bisa diakomodasi dengan aplikasi, namun untuk nasabah yang ingin berdiskusi bisa ke kantor cabang.”

Application Information Will Show Up Here