Traveloka Terima Fasilitas Pinjaman 4,5 Triliun Rupiah, Salah Satunya dari Indonesia Investment Authority

Traveloka mengumumkan penerimaan fasilitas pendanaan berbentuk pinjaman sebesar $300 juta (lebih dari 4,5 triliun Rupiah) dari berbagai investor, di antaranya Indonesia Investment Authority (INA), BlackRock (melalui dana kredit privat yang dikelola), Allianz Global Investors, Orion Capital Asia, dan lembaga keuangan global terkemuka lainnya.

Traveloka akan memanfaatkan dana pinjaman tersebut untuk mendukung bisnis perjalanan pasca-pandemi yang diprediksi akan bounce back. Putaran pendanaan ini diklaim telah menarik minat yang signifikan dari sejumlah penyedia modal jangka panjang berkualitas tinggi, sehingga terjadi kelebihan permintaan.

Masing-masing perwakilan investor turut memberikan pernyataan resminya yang disebarkan pada hari ini (29/9). Salah satunya CEO INA Ridha Wirakusumah, ia menyampaikan dalam rangka mendukung sektor perjalanan dengan kemudahan dan akses yang tak tertandingi, agen perjalanan online (OTA) telah mengubah lanskap industri selama pandemi. Misalnya, peran OTA dalam pemesanan bruto pariwisata Indonesia saat ini meningkat dari 24% menjadi 33% pada tahun 2021, dengan harapan mencapai 36% pada tahun 2024.

“Kami percaya bahwa Traveloka adalah champion nasional dan regional Indonesia, serta merupakan katalis utama menuju digitalisasi perjalanan dan akomodasi di Indonesia dan kawasan. Investasi bersama ini dapat memungkinkan Traveloka untuk memperdalam kepemimpinannya dan menciptakan nilai bagi seluruh ekosistem perjalanan,” ucap Ridha.

Co-founder dan CEO Traveloka Ferry Unardi turut menambahkan, pihaknya sangat senang dengan bergabungnya pada pemodal dalam kelompok investor yang memiliki komitmen yang sama dan yakin pada visi Traveloka untuk memenuhi aspirasi perjalanan dan gaya hidup pengguna.

“Bisnis kami terus mengalami peningkatan dan industri pariwisata kembali bangkit dari pandemi. Pendanaan ini memberi kesempatan bagi kami untuk memperkuat neraca kami dan memungkinkan kami untuk terus fokus pada bisnis utama, sekaligus membangun bisnis masa depan,” kata Ferry.

Pada Juli kemarin, Traveloka juga dikabarkan menerima komitmen investasi dari PTT Oil and Retail Business (OR) melalui anak perusahaannya, PTTOR International Holdings Singapore. Investasi tersebut merupakan langkah besar bagi OR untuk berekspansi ke sektor perjalanan dan berusaha menjadi solusi satu atap untuk semua gaya hidup.

Tentang INA

Adapun INA merupakan lembaga pengelola investasi (sovereign wealth fund) yang didirikan pemerintah pada 2021. Lembaga ini diberi mandat untuk meningkatkan investasi guna mendukung pembangunan Indonesia yang berkelanjutan. INA telah mendapat modal dari pemerintah sebesar Rp75 triliun, terdiri dari tiga kali suntikan.

Sektor yang diincar INA paling utama adalah infrastruktur, supply chain dan logistik, infrastruktur digital, investasi hijau, healthtech, fintech, consumer, dan tourism.

Sepanjang tahun lalu, INA berhasil menyelesaikan 11 kesepakatan investasi, 4 Head of Agreement (HoA), dan menerbitkan 16 Letter of Intent (LOI)/Non-Binding Offer(NBO). Secara keseluruhan INA berhasil menjaring komitmen investasi dari berbagai investor global senilai lebih dari Rp300 triliun untuk sektor transportasi, logistik, kemaritiman, hingga infrastruktur digital.

Berdasarkan laporan keuangannya, INA berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp231,2 miliar, peningkatan total aset dan ekuitas menjadi masing-masing Rp79,2 triliun dan Rp79,1 triliun.

Di bidang infrastruktur digital, INA menjadi anchor investor saat IPO Mitratel, anak usaha Telkom, pada November 2021. Masuknya Traveloka turut meramaikan portofolio INA di bidang tourism.

INA sendiri dipimpin oleh veteran di industri finansial, baik lokal maupun multinasional. Ridha sebelumnya adalah bankir, menjabat sebagai Direktur Utama Bank Permata, Head of Indonesia KKR & Co., dan Direktur Utama Bank Maybank Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

CMO Tiket.com Ceritakan Strategi Bertahan Saat Pandemi: Kami Memotong Semua Kecuali Pegawai

Sebagai pionir OTA di Indonesia, Tiket.com masih konsisten memperdalam layanan mereka yaitu akomodasi dan tiket perjalanan. Meskipun saat ini sudah ada beberapa layanan tambahan, namun perusahaan memilih untuk fokus kepada core business tersebut.

Dalam sesi acara “Tech in Asia Conference 2022″, Co-Founder & CMO Tiket.com Gaery Undarsa mengungkapkan, setelah memberikan layanan kepada masyarakat Indonesia selama 11 tahun, saat ini menjadi waktu yang tepat bagi perusahaan untuk bangkit kembali, setelah pandemi mengganggu pertumbuhan bisnis selama dua tahun terakhir.

Tidak melakukan PHK

Tahun ini perusahaan juga mengklaim telah mengalami record breaking pertumbuhan, dengan pulihnya kegiatan wisata di tanah air. Sejak awal perusahaan tetap percaya bahwa pada akhirnya kegiatan wisata akan kembali pulih, meskipun sempat mengalami penurunan secara drastis selama pandemi.

“Pandemi menyerang industri travel paling besar, dalam waktu 2 tahun tidak ada yang mau berwisata. Kami masih percaya dengan industri ini dan travel menjadi esensial. Kami menyadari bahwa ada kesempatan besar, karena saat krisis biasanya ada big button yang disebut reset,” kata Gaery.

Meskipun pandemi mengganggu bisnis mereka, namun tidak ada satu pun pegawai yang mereka rumahkan. Dikatakan perusahaan tetap memegang keyakinan bahwa pegawai adalah investasi dan faktor pendukung terbesar untuk perusahaan.

Gaery menyebutkan keputusan ini tentunya menjadi hal yang paling sulit untuk dilakukan oleh perusahaan, ketika perusahaan lain yang menawarkan layanan serupa melakukan PHK secara besar-besaran. Namun demikian hal tersebut tidak pernah terjadi di Tiket.com selama pandemi hingga saat ini.

“Bukan hal yang mudah bagi kami, kami memotong semua kecuali pegawai. Kami percaya dengan mereka. Setelah kondisi mulai kembali normal, kami bisa mempertahankan talenta terbaik, kepercayaan pegawai kepada perusahaan juga makin tinggi dan kami juga masih terus melakukan perekrutan,” kata Gaery.

Saat ini Tiket.com sudah memiliki sekitar 1200 pegawai. Berbagai strategi pun dilancarkan oleh perusahaan untuk bisa bertahan saat keadaan sedang sulit. Di antaranya adalah mulai diversifikasi bisnis ke produk pendukung perjalanan (non-esensial).

Tren staycation yang merebak sepanjang pandemi, juga menjadi salah satu faktor pendukung dibalik pencapaian tersebut. Pertumbuhan tertinggi juga datang dari penjualan tiket aktivitas liburan TO DO melonjak hingga 10.083% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Lalu, dari segi pengguna naik 299% atau hampir 3x lipat.

Menurut Gaery, pandemi menjadi waktu yang tepat bagi perusahaan untuk bisa melihat peluang baru dan bagaimana perusahaan bisa memanfaatkan kesempatan yang ada, meskipun dalam kondisi yang sulit.

“Saat waktu sulit lihat kepada kesempatan yang ada, terutama ketika membangun bisnis untuk jangka panjang,” kata Gaery.

Rencana IPO

Disinggung tentang rencana IPO Tiket.com, Gaery enggan untuk berkomentar. Sebelumnya dikabarkan perusahaan akan melakukan IPO di bursa saham New York melalui SPAC. Perusahaan tengah berdiskusi dengan COVA Acquisition Corp. (COVA), dengan estimasi nilai gabungan perusahaan mencapai $2 miliar.

Tahun 2021 lalu perusahaan juga telah menyandang status unicorn. Fokus Tiket.com saat ini adalah bisa cepat pulih dan kembali menjadi pemain layanan OTA yang unggul dengan memberikan layanan dan produk yang relevan kepada pengguna.

Tiket.com didirikan tahun 2011 dan diakuisisi Djarum Group melalui Blibli pada tahun 2017. Saat ini keduanya tetap berjalan dengan entitas legal (PT) terpisah, sehingga memungkinkan jika Tiket.com melangsungkan IPO terlebih dulu.

Para pendiri Tiket.com di antaranya adalah Mikhael Gaery Undarsa (CMO), Wenas Agusetiawan, Dimas Surya Yaputra (CCO), dan Natali Ardianto (CTO – sudah exit). George Hendrata saat ini menjadi CEO perusahaan.

Application Information Will Show Up Here

Traveloka Masuk Layanan Logistik On-Demand Lewat Fitur “Traveloka Send”

Traveloka yang sejak pandemi menjelma menjadi superapp gaya hidup, makin perdalam solusi dengan merambah vertikal on-demand logistik melalui kehadiran “Traveloka Send”. Untuk sementara layanan ini baru tersedia untuk konsumer yang berlokasi di Jabodetabek. Belum ada keterangan resmi yang disampaikan perusahaan terkait ini, pun saat dihubungi oleh DailySocial.id.

Menurut laman situsnya, layanan ini disediakan oleh grup Traveloka di bawah badan hukum PT Ciptaloka Karsa Teknologi. Adapun mitra pengemudinya memanfaatkan mitra sendiri dan pihak ketiga independen yang telah bekerja sama.

Pada tahap awal, Traveloka Send baru tersedia untuk pengiriman maksimal 12 km. Persyaratan lainnya, barang maksimal memiliki berat 5 kg atau dimensi lebih besar dari 40x40x30 cm3, dan tidak bisa digunakan untuk mengirim barang seperti peledak, hewan hidup, logam mulia, dan jenis-jenis tertentu lainnya.

Traveloka sejauh ini memiliki mitra pengemudi yang direkrut untuk mengakomodasi pengiriman layanan pesan-antar makanan Traveloka Eats, selain juga didukung oleh Lalamove.

Bisa dikatakan, masuk ke vertikal logistik ini jadi salah satu cara Traveloka dalam meningkatkan utilitas mitra pengemudi agar mereka memperoleh tambahan penghasilan di luar Traveloka Eats. Traveloka Eats itu sendiri baru tersedia di Jabodetabek, Bandung, dan Bali.

“Tes ombak” ala Traveloka

Seperti diketahui, pada bulan lalu Traveloka resmi menutup layanan e-grocery Traveloka Mart setelah beroperasi selama enam bulan sejak dibuka pada Maret 2022. Manajemen menyampaikan penutupan ini merupakan bagian dari strategi bisnis dan prioritas perusahaan.

Seperti kebanyakan pemain e-grocery lainnya, Traveloka Mart menyajikan kemitraan dengan berbagai peritel besar dan toko-toko yang menjual kebutuhan sehari-hari, seperti produk segar dan makanan beku. Setelah transaksi terjadi, mitra pengemudi akan mengantarkan pesanan ke rumah konsumen.

Meski tidak ada data pendukung, disinyalir keputusan untuk menutup Traveloka Mart karena kalah saing dengan pemain quick commerce yang sejatinya menjadi spesialis di vertikal tersebut. Ditambah lagi, strategi “bakar duit” yang jorjoran untuk akuisisi konsumen, tidak bisa dipertahankan dan difokuskan di layanan ini saja apabila Traveloka mau jadi perusahaan yang berkelanjutan. Fokus perusahaan harus ditempatkan pada layanan yang terus mencetak pertumbuhan yang stabil.

Layanan on-demand bisa dikatakan tidak sebakar duit dari layanan e-grocery. Menurut Co-founder dan CEO RaRa Delivery Karan Bhardwaj, banyak orang bersedia membayar dua hingga tiga kali lebih banyak untuk pengiriman hari yang sama dibandingkan pengiriman hari berikutnya, dan biaya yang lebih tinggi untuk pengiriman dalam waktu satu jam. Menjadikan bisnis pengataran ini dinilai bisa menguntungkan dan berkelanjutan.

Namun demikian, sebenarnya ada layanan lain yang tidak memiliki keterkaitan langsung dengan bisnis akomodasi dan perjalanan di superapp Traveloka, misalnya layanan investasi emas bekerja sama dengan Pegadaian. Menurut informasi di aplikasi, mereka akan segera melengkapi opsi produk investasi dengan instrumen lainnya.

Dibandingkan dengan kompetitor terdekatnya, misalnya Tiket.com dan Pegipegi, cara Traveloka membangun ekosistem layanan memang berbeda. Mereka tidak membatasi hanya pada layanan yang bersinggungan langsung dengan perjalanan dan penginapan. Lebih dari itu Traveloka mencoba menawarkan pengalaman gaya hidup yang lengkap dalam satu aplikasi. Para rivalnya masih tetap fokus untuk memperdalam layanan perjalanan dan akomodasi dengan berbagai fitur pendukungnya.

Application Information Will Show Up Here

Nusatrip Diakuisisi Perusahaan Teknologi Asal Vietnam “Society Pass”

Society Pass Inc. (SoPa), perusahaan teknologi asal Vietnam, mengumumkan akuisisi atas NusaTrip, startup OTA yang bermarkas di Jakarta. Langkah strategis ini sekaligus menandakan masuknya SoPa ke pasar Indonesia, seperti yang dilakukan perusahaan di negara-negara ASEAN lainnya —dengan akuisisi perusahaan lokal.

NusaTrip adalah startup OTA yang berdiri sejak 2013. Startup ini mendapat akreditasi International Air Transport Association (IATA) dan pelopor penyedia layanan satu pintu untuk banyak pilihan maskapai dan hotel bagi pelanggan korporasi dan ritel di Indonesia. NusaTrip diklaim memiliki lebih dari 1,2 juta pengguna, 500 maskapai penerbangan, dan 200 hotel di seluruh dunia, menghubungkan dengan lebih dari 80 juta unique visitor di situsnya.

Platform Kunjungan Bulanan

(Periode Mei 2022-Juli 2022)
Unduhan App

(Google Playstore)
Traveloka.com ~13,8 juta+ ~50 juta+
Tiket.com ~8,4 juta+ ~10 juta+
Nusatrip.com ~2,5 juta+ ~500 ribu+
Pegipegi.com ~1,4 juta+ ~5 juta+

*Data SimilarWeb, diakses per 15 Agustus 2022 pukul 11.00 WIB

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (15/8), Founder, Chairman, dan CEO SoPa Dennis Nguyen mengatakan akuisisi NusaTrip merupakan bagian dari strategi pertumbuhan perusahaan dengan melebarkan sayap ke pasar Asia Tenggara. SoPa menggabungkan teknologi mutakhir dan efisiensi operasional platform travel e-commerce NusaTrip dengan pengalamannya membangun brand.

“Dengan akuisisi ini, kini SoPa mengintegrasikan enam vertikal (loyalty, gaya hidup, mamin, telekomunikasi, media digital, travel) ke dalam satu platform loyalty dan e-commerce kohesif untuk memberikan produk dan layanan yang lebih baik bagi para konsumen dan merchant di pasar-pasar utama di Asia Tenggara,” kata Nguyen.

Dia melanjutkan, pada tahun ini diklaim SoPa tumbuh pesat dengan kemampuan menangkap peluang mengakuisisi perusahaan pemimpin pasar, serta berkolaborasi dengan mitra visioner, menggarisbawahi pendekatan unik sebagai agregator, yang akan langsung membuahkan hasil berupa optimasi biaya dan penambahan sumber pendapatan.

Country Manager Society Pass Indonesia Patrick Soetanto menambahkan, masuknya SoPa ke Indonesia membuka kesempatan bagi NusaTrip untuk membuka lebih banyak peluang bisnis di negara-negara di Asia Tenggara di mana SoPa beroperasi. Bentuknya bisa melalui integrasi produk travel yang lebih beragam dan membuat penawaran yang lebih kompetitif bagi lebih banyak pengguna regional dan internasional.

Industri pariwisata dalam momentum pertumbuhan

Saat ini, industri pariwisata sedang mempersiapkan momentum pertumbuhan dari perjalanan outbound dan inbound yang diprediksi akan terus meningkat, seiring ramainya konsumen bepergian pascapandemi. “Kenaikan ini didukung oleh inisiatif pemerintah dalam memajukan pariwisata, kebangkitan ekonomi kelas menengah, dan tingginya tingkat penetrasi internet, sehingga mempermudah orang-orang memesan tiket pesawat dan hotel melalui berbagai OTA.”

Pendiri NusaTrip Galumbang Menak turut menyampaikan pernyataannya. Dia bilang, rasa senangnya karena sudah menjadi bagian dari SoPa, sehingga memungkinkan perusahaan masuk ke dalam ekosistem SoPa yang luas di Asia Tenggara. “Kami bersemangat akan penggabungan kemampuan pemasaran ini,” ucapnya.

Dia melanjutkan, mengamati bangkitnya industri pariwisata di Asia Tenggara pada kuartal dua dan tiga tahun ini, perusahaan optimistis dapat menumbuhkan basis penggunanya lebih pesat. Juga, menawarkan kepada para pelaku perjalanan bisnis dan pelancong dengan harga pemesanan hotel dan tiket pesawat yang lebih kompetitif tanpa biaya tambahan, pilihan pembayaran yang leluasa, dan membuat rencana perjalanan yang lebih praktis.

Jika dibandingkan dengan layanan OTA lainnya, khususnya yang saat ini memimpin pasar Indonesia, layanan yang disuguhkan Nusatrip memang belum selengkap mereka. Di saat yang lain mencoba fokus menghadirkan pengalaman gaya hidup menyeluruh, Nustarip masih fokus menjadi OTA dengan produk utama Tiket Pesawat dan Hotel saja.

Pun dari sisi pengalaman menggunakan layanannya, tampilan situs yang ada masih terkesan dengan gaya yang populer sekitar 5 tahun yang lalu. Hal ini terlepas dari performa dan harga jual yang mereka tawarkan.

Tampilan situs Nusatrip

Untuk aplikasi NusaTrip sendiri, saat ini diperkirakan sudah diunduh hampir 1 juta pengguna. Menyiratkan bahwa sejak awal debutnya, fokus pelayanan pengguna menggunakan situs web. Mereka turut mengoptimasi versi mobile web untuk pengguna.

Mengenai SoPa

SoPa sendiri merupakan startup yang sudah melantai sejak November 2021 di NASDAQ dengan kode SOPA. Tercatat saat ini kapitalisasi pasar SoPa $51,86 juta (lebih dari 762 miliar Rupiah). Perusahaan beroperasi di Vietnam, Indonesia, Filipina, Singapura, dan Thailand, dengan kantor cabang di Los Angeles, Bangkok, Hanoi, Ho Chi Minh City, Jakarta, Manila, Singapura.

SoPa memiliki model bisnis yang berfokus pada analisis data pengguna melalui platform loyalty, Society Pass, dan perputaran poin loyalty universal, Society Points. Platform Society Pass membantu para merchant untuk lebih meningkatkan akuisisi pengguna serta mempertahankan pelanggan setia.

Adapun kehadiran Society Points merupakan langkah perusahaan dalam menjaga retensi pelanggan dalam vertikal yang sangat kompetitif dan sekarang membutuhkan pengalaman yang saling berhubungan lebih dari sebelumnya. Saat ini, konsumen e-commerce menuntut banyak titik kontak untuk membeli barang dan jasa, mendapatkan poin loyalitas, dan merujuk teman dengan mudah.

Ekosistem multi-merek Society Pass memungkinkan konsumen untuk mendapatkan dan menukarkan poin di berbagai jenis peritel, sambil memfasilitasi pendekatan terpadu untuk penghargaan dan insentif pelanggan bagi pedagang.

Sejak didirikan di 2018, SoPa mengakumulasi lebih dari 3,3 juta pengguna terdaftar dan lebih dari 205.000 merchant/ brand terdaftar di platformnya. Perusahaan telah berinvestasi selama dua tahun lebih untuk membangun arsitektur TI berhak paten dengan komponen-komponen mutakhir untuk secara efektif mengembangkan skala serta mendukung para konsumen, merchant, dan langkah akuisisi.

Dalam memperluas jejak bisnisnya di ASEAN, sejak awal tahun ini SoPa aktif mengakuisisi berbagai startup lokal. Di antaranya, dua startup asal Filipina, yakni Mangan.ph, startup penyedia jasa pesan antar makanan dan Pushkart.ph, penyedia jasa antar kebutuhan sehari-hari. Selanjutnya, masuk ke Thailand lewat akuisisi Thoughtful Media Group, sebuah social commerce yang menawarkan jaringan multiplatform video digital premium.

Kemudian pada Juni 2022, akuisisi Gorilla Networks, operator jaringan mobile blockchain berbasis web3 di Singapura, yang nantinya akan diintegrasikan dengan ekosistem loyalitas di SoPa. Perusahaan juga mengoperasikan bisnis lainnya, yakni Leflair.com, platform e-commerce gaya hidup kenamaan dan Handycart.vn, penyedia layanan pengiriman restoran daring, keduanya berasal dari Vietnam.

Application Information Will Show Up Here

Traveloka Segera Bukukan Investasi dari Perusahaan Thailand

PTT Oil and Retail Business (OR) mengumumkan akan berinvestasi di platform perjalanan dan layanan lokal (OTA) Traveloka. Kesepakatan itu akan dilakukan melalui anak perusahaannya, PTTOR International Holdings Singapore.

Dari keterangan resmi seperti dikutip dari Asia Tech Daily, investasi tersebut merupakan langkah besar bagi OR untuk berekspansi ke sektor perjalanan dan berusaha menjadi solusi satu atap untuk semua gaya hidup.

Kolaborasi ini juga merupakan langkah positif dalam melanjutkan misi Traveloka untuk memenuhi aspirasi penggunanya dan memungkinkan lebih banyak mitra merchant dapat berkembang.

Menurut presiden dan CEO OR Jiraphon Kawswat, sektor perjalanan merupakan area fokus OR karena pariwisata adalah salah satu kontributor ekonomi utama bagi perekonomian Thailand. Sektor ini mempekerjakan sebagian besar penduduk Thailand dan banyak UKM Thailand juga bergantung pada segmen ini.

Seperti diketahui, sektor perjalanan di Thailand dan Asia Tenggara telah menikmati tingkat pertumbuhan yang tinggi sebelum pandemi Covid-19 dan diperkirakan akan pulih dengan cepat setelah pelonggaran pembatasan perjalanan dan pemulihan permintaan perjalanan.

Dia menambahkan, kolaborasi antara OR dan Traveloka akan memberikan solusi gaya hidup tambahan kepada pelanggan. Langkah ini strategis dengan ambisi perusahaan untuk menjadi solusi satu atap untuk semua gaya hidup. OR meramalkan banyak peluang dan kemungkinan yang dapat kedua perusahaan wujudkan dari kerja sama ini.

“Kemitraan ini tidak hanya dapat memberikan peluang baru untuk OR di sektor perjalanan, tetapi juga dapat menyediakan tempat tambahan bagi mitra dan aliansi bisnis OR yang ada untuk tumbuh bersama dengan OR dan untuk memberikan penawaran dan pengalaman yang lebih besar kepada pelanggan OR,” ujar Kawswat.

Dia melanjutkan, “Dengan memerhatikan posisi Traveloka sebagai platform online terkemuka untuk perjalanan dan layanan lokal di Asia Tenggara dan kemampuan teknologinya yang kuat, saya yakin ada berbagai bidang OR yang dapat dijelajahi bersama dengan Traveloka untuk lebih meningkatkan kemampuan teknologi kami.”

Co-founder dan CEO Traveloka Ferry Unardi menyampaikan, perusahaan melihat nilai yang sangat besar dari kolaborasi ini karena Traveloka melihat Thailand tumbuh dengan pesat, yang mengarah pada peluang yang lebih besar di industri pariwisata ini.

“Kami sangat senang bekerja dengan OR, dengan keahliannya dalam menciptakan bisnis yang hebat dengan pendekatan yang berfokus pada pelanggan, untuk menangkap permintaan dan memberikan solusi yang ditingkatkan kepada pelanggan kami, sambil juga menciptakan peluang baru bagi mitra pedagang kami di Thailand”, kata Ferry.

Sebelumnya, ambisi Traveloka untuk garap pasar Thailand cukup tinggi terlihat dari pendirian mendirikan Trex Ventures, perusahaan patungan dengan SCB 10X pada Maret 2021. Sayangnya, perusahaan tersebut tutup operasional pada 20 Desember 2021.

Saat peluncurannya, ambisi yang ingin ditawarkan dari Trex Ventures adalah memanfaatkan platform perbankan terkemuka di pasar SCB dan kemampuan digital Traveloka untuk menawarkan produk keuangan yang inovatif untuk masing-masing pengguna kedua perusahaan di Thailand.

Menjadi superapp gaya hidup

Semenjak pandemi, Traveloka kini menjelma menjadi superapp gaya hidup agar tetap relevan sembari menanti industri perjalanan dan pariwisata pulih akibat pandemi Covid-19. Setelah masuk ke layanan food delivery hingga healthtech, startup dengan valuasi ~$3 miliar tersebut kini masuk ke layanan online grocery lewat brand Traveloka Mart. Menu “Mart” saat ini bisa dijumpai di aplikasi.

Fitur tersebut memampukan pengguna Traveloka untuk membeli kebutuhan sehari-hari, seperti produk segar dan makanan beku. Untuk mengakomodasi kebutuhan ini, Traveloka telah bermitra dengan beberapa perusahaan peritel besar, termasuk Lotte Mart.

Sebelumnya, Traveloka meluncurkan halaman direktori untuk restoran, Kuliner Traveloka pada 2018. Kemudian, Xperience pada 2019 yang memiliki sekitar 15.000 kegiatan di lebih dari 60 negara, mencakup acara, film, hingga lokakarya. Selain itu, Traveloka juga merambah ke sektor healthtech dengan menghadirkan telekonsultasi dan layanan tes PCR dan antigen.

Application Information Will Show Up Here

Platform Manajemen Hotel “Zuzu Hospitality” Dikabarkan Galang Dana Tambahan Dipimpin JG DEV

Platform SaaS manajemen hotel Zuzu Hospitality Solutions (rebrand dari Zuzu Hotels) dikabarkan menggalang pendanaan lanjutan sebesar $10,9 juta (sebesar 158 miliar Rupiah). Menurut sumber, putaran ini dipimpin oleh JG DEV, diikuti Visor Ventures.

JG DEV atau JG Digital Equity Ventures, merupakan venture arm dari JG Summit Holdings, Inc., konglomerat digital terkemuka di Filipina, yang berfokus pada Asia Tenggara. Menurut informasi yang kami dapat, investor sebelumnya turut berpartipasi, seperti Wavemaker Partners, Line Ventures. Ada juga Seeds Capital selaku investor baru di putaran ini.

Saat dihubungi DailySocial.id, Co-founder Zuzu Hospitality Vikram Malhi enggan membicarakan terkait pendanaan yang diterima perusahaan. Ia pun menjanjikan pembaruan bisnis yang lengkap dari Zuzu dalam beberapa bulan mendatang. “Terima kasih telah menghubungi kami. Kami tidak tertarik untuk mendorong terlalu banyak hanya pada berita pendanaan saat ini,” ucapnya.

Putaran Seri A sebelumnya berhasil direngkuh perusahaan pada Maret 2019 sebesar $3,7 juta, yang dipimpin Wavemaker Partners, investor yang turut menemani perjalanan Zuzu sejak pendanaan awal.

Pasca-pivot dan tidak menjalankan bisnis budget hotel (B2C), Zuzu fokus memberikan solusi manajemen untuk sistem operasi hotel (B2B). Melalui implementasi sistem digital miliknya, rata-rata hotel dapat menghadirkan efisiensi untuk meningkatkan pendapatan online hingga 30%.

Misi Zuzu ialah memastikan hotel dapat fokus memberikan suguhan layanan terbaik bagi para tamunya, tanpa harus pusing mengurus operasional dan implementasi perangkat lunak yang berbelit untuk pelayanan.

Cakupan operasionalnya tidak hanya di Indonesia, tapi juga di Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan berkantor pusat di Singapura. Diklaim pada 2020 kemarin, solusi Zuzu telah dimanfaatkan oleh lebih dari 2 ribu mitra hotel di regional Asia Pasifik.

Di Indonesia sebelumnya juga sudah ada layanan serupa yang memberikan sistem operasi untuk membantu manajemen perhotelan. Salah satunya ialah Caption, startup hospitality berbasis di Yogyakarta, namun demikian akhirnya tutup.

Industri pariwisata mulai pulih

Mengacu dari data Badan Pusat Statistik (BPS), secara kumulatif sepanjang kuartal I 2022 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 74.380 kunjungan, naik 228,24% dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Pada Maret 2022, jumlah kunjungan wisman melonjak sebesar 203,94% dibandingkan Maret 2021. Tercatat jumlah kunjungan wisman melalui bandara Ngurah Rai-Bali menunjukkan peningkatan yang luar biasa sebesar 487 ribu persen, dari 3 menjadi 14.617 kunjungan.

Momentum mudik dan libur Lebaran 2022 akan menjadi sinyal positif bagi industri pariwisata lokal, seiring dengan pelonggaran kebijakan Covid-19. Tren perjalanan di momentum libur Lebaran tahun ini pun diprediksi masih akan mengikuti tren 2021.

Menurut OYO Travelopedia 2021, yang telah melakukan survei kepada 2 ribu partisipan di berbagai negara, termasuk di Indonesia, menunjukkan adanya peningkatan tren selama 2021 dalam hal perjalanan menuju destinasi di wilayah terpencil dan dekat dengan nuansa alam, hingga preferensi bepergian jalur darat dengan kendaraan pribadi atau road-trip.

Selain itu, lebih dari sepertiga responden Indonesia mengungkapkan lebih menyukai dan memilih bepergian dengan mobil atau sepeda motor pribadi untuk melakukan perjalanan melalui jalan darat. Diperkirakan juga pada momen libur Lebaran 2022, hampir 40% pemudik akan menggunakan jenis kendaraan pribadinya untuk melakukan perjalanan ke kampung halamannya. Dalam hal menginap pun, hotel menjadi pilihan utama dibanding tipe akomodasi lainnya.

Pulihnya sektor pariwisata menjadi sinyal positif bagi pelaku bisnis hospitality, termasuk untuk platform pendukung bisnis seperti yang disuguhkan Zuzu. Ini juga menjadi momentum bagi para pebisnis untuk mengejar kembali capaian yang mungkin sempat tersendat akibat berbagai pembatasan di tengah pandemi.

Traveloka Terus Perluas Kerja Sama dengan Perbankan

Traveloka semakin intensif menjalin kerja sama dengan perbankan lokal. Pekan lalu, mereka baru saja mempererat hubungan dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Kali ini kesepakatan tersebut berhasil membawa layanan OTA milik Traveloka masuk di aplikasi mobile banking BRImo.

Pengguna BRImo kini bisa memesan berbagai jenis akomodasi, mulai dari Pesawat, Hotel, sampai dengan Bus/Shuttle tanpa harus berpindah aplikasi lewat menu “Travel”. BRImo sendiri juga memiliki misi untuk menjadi financial super apps agar bisa melayani berbagai kebutuhan nasabah dalam satu aplikasi saja.

Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani mengungkapkan, kerja sama strategis bersama Traveloka diharapkan bisa menjadi solusi bagi nasabah yang ingin merayakan hari raya Idul Fitri di kampung halaman.

“Dengan adanya kerja sama strategis dengan Traveloka, kami harapkan dapat memberikan value tambahan kepada nasabah dan hal ini merupakan bagian dari transformasi BRI untuk memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi melalui BRImo SuperApps yang sudah terintegrasi dengan Traveloka, sehingga nasabah tidak perlu lagi berpindah-pindah aplikasi untuk melakukan pembelian tiket,” ujar Handayani.

Sebelumnya kerja sama Traveloka dan BRI sudah terjalin sejak tahun 2019 lalu, ketika keduanya bersama-sama meluncurkan kartu kredit Paylater Card. BRI juga sempat dikabarkan tengah menjajaki investasi strategis ke Traveloka — namun ketika kami coba konfirmasi ke pihak terkait, mereka menolak untuk memberikan komentar.

Kerja sama dengan Bank Jago

Selang sepekan, Traveloka kembali mengumumkan kerja samanya dengan Bank Jago. Tujuannya untuk memperluas penyaluran kredit lewat Traveloka Paylater. Hal ini dilakukan di tengah pertumbuhan pesat layanan pembiayaan tersebut. Diklaim Traveloka Paylater telah tumbuh hingga 10x lipat sejak pertama diluncurkan tahun 2018 dan menyasar masyarakat underbanked yang terkendala masalah finansial.

“Kemitraan dengan Bank Jago telah memperluas peluang penyaluran kredit kepada masyarakat underbanked di Indonesia, khususnya pengguna Traveloka Paylater yang kerap kali mengalami kesulitan akses finansial untuk memenuhi kebutuhan perjalanan dan gaya hidup mereka […] Melalui kerja sama ini kami optimis untuk dapat memberikan kontribusi terhadap inklusi keuangan serta berharap dapat meningkatkan nilai bisnis kedua belah pihak,” ujar CFO Traveloka & Presiden PT Caturnusa Sejahtera Finance Doan Lingga.

PT Caturnusa Sejahtera Finance adalah perusahaan pembiayaan di bawah Traveloka yang memiliki lisensi untuk memberikan layanan pinjaman berbasis teknologi.

Dukung debut digital Allo Bank

Allo Bank awal tahun ini mendapatkan dukungan strategis dari berbagai pebisnis digital, termasuk Bukalapak, Carro, dan Grab. Tak mau ketinggalan, Traveloka pun turut terlibat mendukung debut produk bank digital yang akan segera diluncurkan ke publik oleh Allo. Dukungannya tidak berbentuk kapital seperti dari yang lain, namun ada kemungkinan integrasi dengan superapp lifestyle di ekosistem Traveloka.

Dalam sambutannya mengenai kerja sama dengan Allo Bank, Co-Founder & CEO Traveloka Ferry Unardi berujar, “Saya antusias untuk menyambut Allo di Traveloka. Sebagai superapp lifestyle, kami adalah platform independen dengan beragam penyedia kredit di Indonesia dan kami akan bekerja sama dengan Allo untuk menyesuaikan produk-produk pinjaman ini dengan kebutuhan gaya hidup dan aspirasi para pengguna kami.”

Lini fintech berpotensi jadi bisnis besar

Lebih dari sekadar OTA, ambisi Traveloka untuk membangun aplikasi gaya hidup yang menyeluruh terus diperlihatkan. Tak terkecuali melalui inovasi fintech yang terus diperkuat untuk mendukung sistem transaksi. Selain tiga bank di atas, sebenarnya ada pihak lain yang sebelumnya turut memberikan dukungan khusus ke lini finansial Traveloka ini, sebut saja BNI yang turut mendukung produk paylater mereka.

Dalam sebuah kesempatan di akhir 2019, bahkan salah satu eksekutif Traveloka sempat sesumbar bahwa lini fintech Traveloka —termasuk di dalamnya paylater— telah mendekati menjadi bisnis bernilai $1 miliar.

Lewat PT Caturnusa Sejahtera Finance, Traveloka juga cukup leluasa berinovasi dengan layanan pembiayaan dan turunannya. Dalam POJK 35 Tahun 2018, OJK menjelaskan perusahaan pembiayaan diberi keleluasaan untuk menambah variasi produk pembiayaan yakni multiguna. Multiguna adalah jenis pembiayaan barang dan/atau jasa yang diperlukan oleh debitur untuk pemakaian/konsumsi dan bukan untuk keperluan usaha atau aktivitas produktif dalam jangka waktu yang diperjanjikan.

Dukungan lembaga finansial seperti bank jelas dapat memberikan kekuatan lebih bagi Traveloka untuk mengoptimalkan potensi bisnis fintech-nya. Karena kolaborasinya dengan perbankan juga bisa direalisasikan dalam berbagai bentuk, seperti yang sudah dilakukan sebelumnya termasuk perluasan akses kredit dan loan channeling.

Application Information Will Show Up Here

Blibli dan Tiket.com Permudah “Login” Antarplatform Lewat “Widget Single Sign-On”

Usai resmi mengumumkan integrasi akun pengguna, Blibli dan Tiket.com meluncurkan widget single sign-on (SSO) untuk memudahkan pengguna melakukan login aplikasi antarplatform.

SSO adalah teknologi yang menggabungkan beberapa login di aplikasi berbeda menjadi satu. Pengguna tinggal memasukkan kredensial login mereka, seperti nama pengguna dan kata sandi, pada satu halaman untuk mengakses beberapa ekosistem layanan. Widget SSO memampukan pengguna untuk mengakses Tiket.com melalui platform Blibli dengan akun yang sama terdaftar di Blibli.

CMO Blibli Edward Kilian Suwignjo mengatakan, pihaknya fokus untuk membangun ekosistem terintegrasi dan menyeluruh ke level berikutnya sehingga dapat menjadi omnichannel commerce dan lifetstyle platform terpercaya di Indonesia.

“Kami berkomitmen meningkatkan ekosistem digital yang lengkap dan terpercaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen, mulai dari kebutuhan harian, integrasi single sign-on, hingga pelayanan travel dan lifestyle,” tuturnya.

Lebih lanjut, Co-founder dan CMO Tiket.com Gaery Undarsa mengatakan, “Sebagai platform OTA yang fokus ke customer-centric, inovasi ini bertujuan untuk memaksimalkan kemudahan bagi pelanggan. Ekositem cerdas yang terintegrasi ini akan memenuhi setiap kebutuhan masyarakat Indonesia,” tambahnya.

Seperti diketahui, Blibli dan Tiket.com mengumumkan sinergi pertama antarplatform e-commerce dan Online travel Agent (OTA) di Indonesia pada Februari lalu. Sinergi ini juga mempermudah pengguna untuk berkontribusi ke satu loyalty level untuk menaikkan level secara otomatis, mengikuti level tertinggi pada keanggotaan Blibli Loyalty dan Elite Rewards di Tiket.com.

Cara integrasi akun

Untuk mengintegrasikan akun di kedua platform, pengguna cukup membuka aplikasi Blibli dan pilih widget “tiket.com” di menu kategori. Kemudian, pilih tombol “Match Now” yang tersedia pada laman “Onboarding”.

Pengguna akan memperoleh permintaan konfirmasi untuk mengizinkan tiket.com mengakses data. Pilih “Allow Access” dan masukan OTP dari pesan yang dikirimkan ke nomor terdaftar. Apabila pelanggan memilih “Cancel”, tiket.com tetap dapat bisa dikunjungi melalui pilihan Webview tanpa akses akun.

Fitur SSO sudah dapat dinikmati pengguna Android dan iOS. Cara menggunakannya adalah mengklik ikon “Tiket.com” di dalam kategori mobile app. Jika akun Blibli tidak teregistrasi di tiket.com, akun baru akan otomatis terbuat dan terdaftar secara langsung dengan menggunakan email sama dalam akun Blibli.

Namun, jika pelanggan sudah pernah mencocokkan akun di kedua aplikasi, pelanggan akan diarahkan ke tiket.com Webview dan masuk dalam akun yang sudah sesuai. Pilih tombol “Keren” setelah status membership pelanggan disesuaikan.

Sinergi menuju IPO

Bertahap tapi pasti, sinergi kedua perusahaan ini menjadi langkah strategis Blibli untuk melantai di bursa saham. Bisa jadi langkah integrasi ini bertujuan untuk meningkatkan valuasinya nanti.

Bahkan awal April ini, Bloomberg melaporkan Tiket.com tengah mempertimbangkan opsi merger dengan Blibli. Adapun, Tiket.com telah diakuisisi oleh Blibli sejak Juni 2017.

Sebelum ini, Blibli juga telah bermitra secara eksklusif dengan bank digital “blu” pada tahun lalu. Sinergi tersebut diklaim sebagai yang pertama antara platform e-commerce dengan bank digital.

Baik Blibli, Tiket.com, dan blu (anak usaha BCA) sama-sama merupakan anak usaha milik perusahaan konglomerasi Grup Djarum.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Traveloka Masuki Layanan Online Grocery

Traveloka memantapkan langkahnya untuk bertransformasi menjadi “lifestyle super app” sembari menanti industri perjalanan dan pariwisata pulih akibat pandemi Covid-19. Setelah masuk ke layanan food delivery hingga healthtech, startup dengan valuasi ~$3 miliar tersebut kini masuk ke layanan online grocery lewat brand Traveloka Mart. Menu “Mart” saat ini bisa dijumpai di aplikasi.

Fitur tersebut memampukan pengguna Traveloka untuk membeli kebutuhan sehari-hari, seperti produk segar dan makanan beku. Untuk mengakomodasi kebutuhan ini, Traveloka telah bermitra dengan beberapa perusahaan peritel besar, termasuk Lotte Mart.

“Mart” jadi menu baru di aplikasi Traveloka

Pengguna dapat mengakses layanan Mart langsung di aplikasi Traveloka dan dapat bertransaksi — di fase awal ini masih bebas ongkir tanpa minimum transaksi pembelian. Ketika masuk ke dalam menu tersebut, saat ini sudah ada beberapa opsi produk yang bisa dipilih pengguna.

Tampilan laman Mart di aplikasi Traveloka

Seperti diketahui, layanan OTA Traveloka terdampak cukup signifikan akibat pembatasan perjalanan sejak Covid-19 terjadi di awal 2020. Agar tetap relevan di masa pandemi, Traveloka mulai fokus untuk memperkuat layanan di kategori keuangan (paylater), gaya hidup, dan hiburan.

Traveloka meluncurkan halaman direktori untuk restoran, Kuliner Traveloka pada 2018. Kemudian, Xperience pada 2019 yang memiliki sekitar 15.000 kegiatan di lebih dari 60 negara, mencakup acara, film, hingga lokakarya. Selain itu, Traveloka juga merambah ke sektor healthtech dengan menghadirkan telekonsultasi dan layanan tes PCR dan antigen.

Pasar online grocery

Sejak dua tahun terakhir, layanan online grocery dan terakhir ada quick commerce termasuk fenomena baru yang mendorong pertumbuhan industri digital di Indonesia. Hal ini salah satunya dipicu oleh lonjakan permintaan belanja bahan pokok secara online di masa pandemi.

Bicara tren quick commerce, layanan ini didefinisikan sebagai layanan pengiriman barang habis pakai dalam rentang waktu 45 menit dengan biaya pengiriman normal. Mengutip laporan RedSeerquick commerce didorong oleh sejumlah faktor, seperti perubahan perilaku konsumen akibat Covid-19 dan perilaku belanja impulsif atau tak terencana. RedSeer memproyeksi pasar quick commerce sebesar $0,3 miliar di 2021 dan akan tumbuh 10-15 kali lipat menjadi $5 miliar dalam lima tahun mendatang.

Di Indonesia, terdapat sejumlah pelaku startup yang memosisikan bisnisnya sejak awal sebagai pelaku online grocery maupun quick commerce, misalnya Sayurbox, HappyFresh, Segari, dan Astro. Namun, ada juga startup e-commerce raksasa yang baru masuk ke layanan ini, seperti GoTo, Shopee, dan Blibli.

Mereka memanfaatkan jaringan logistik yang telah dibangun sejak lama agar dapat mengakomodasi kebutuhan instan ini. Bahkan beberapa di antaranya mengakuisisi perusahaan peritel besar untuk memperkuat jaringan supply chain mereka.

Ada GoTo yang mengakuisisi Matahari Putra Prima (pemilik Hypermart) dan Blibli dengan aksi serupanya terhadap Ranch Market.  Kemudian di awal tahun ini, anak usaha CT Corp, Trans Retail Indonesia bersama Bukalapak dan Growtheum Capital Partners (investor AlloBank) membentuk perusahaan patungan untuk mendirikan AlloFresh.

Kepada DailySocial beberapa waktu lalu, Co-founder dan CEO Astro Vincent Tjendra menilai tantangan utama membangun bisnis ini adalah membangun kebiasaan masyarakat. Pasalnya, banyak orang yang lebih memilih berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional. Menurutnya, salah satu kunci untuk mengatasi hal ini adalah membangun titik (hub) penyimpanan produk sehingga memungkinkan pengirimannya ke lokasi terdekat pengguna.

Application Information Will Show Up Here

Blibli dan Tiket.com Resmi Integrasikan Akun, Upaya Memperkuat Ekosistem dan Loyalitas

Platform Blibli dan Tiket.com resmi mengumumkan integrasi akun pengguna di kedua platformnya. Langkah ini diklaim sebagai sinergi pertama antara platform e-commerce dan Online Travel Agent (OTA) di Indonesia.  Tiket.com sendiri telah diakuisisi Blibli sejak Juni 2017 lalu.

Disampaikan pada konferensi pers virtual, Co-founder & Chief Marketing officer Ticket.com Gaery Undarsa mengatakan bahwa ini menjadi langkah awal untuk memperkuat ekosistem digital di platform masing-masing secara seamless dan integrated.

“Kami melihat kebutuhan masyarakat semakin banyak, mereka ingin serba praktis dan cepat. Kami ingin menjadi the most customer-centric OTA. Dengan sinergi ini, pengguna bisa mendapatkan pengalaman dan manfaat maksimal,” ungkap Gaery.

Chief Marketing Officer Blibli Edward Kilian Suwignyo menambahkan, sinergi ini menggabungkan kelebihan yang dimiliki platform masing-masing ke dalam satu akun tunggal pengguna. Dengan begitu, pengguna dapat menikmati manfaat secara efisien. “Integrasi akun pengguna merupakan langkah awal dari sinergi berkesinambungan yang akan dilakukan kedua platform ke depan,” tuturnya.

Untuk dapat menikmati pengalaman bertransaksi terintegrasipengguna harus menghubungkan atau mencocokkan akun Blibli dan Tiket.com terlebih dulu. Setelah tervalidasi, pengguna dapat bertransaksi apapun di satu akun yang sama  untuk memenuhi kebutuhan harian, perjalanan, rekreasi, fashion, hingga elektronik.

Beberapa reward yang dapat dinikmati di antaranya, voucher gratis ongkir, dedicated customer care line, hingga early access berbagai program promosi. Sinergi ini juga mempermudah pengguna untuk berkontribusi ke satu loyalty level untuk menaikkan level secara otomatis, mengikuti level tertinggi pada keanggotaan Blibli Loyalty dan Elite Rewards di Tiket.com.

Kolaborasi lintas vertikal

Dalam konteks kolaborasi strategis, sinergi antar-platform/startup bukanlah sesuatu yang baru di industri digital Indonesia. Bahkan beberapa tahun terakhir ini, sinergi justru lebih banyak terjadi antara startup dan bank digital. Misalnya, Akulaku-Bank Neo Commerce dan Gojek-Bank Jago.

Namun, sinergi antara OTA dan e-commerce yang dilakukan Blibli dan Tiket.com tampaknya menjadi yang pertama di Indonesia. Langkah ini masuk akal mengingat platform OTA mulai mulai memperkuat lini produk lifestyle sejak pandemi Covid-19 menjatuhkan pasar pariwisata yang selama ini berkontribusi signifikan ke bisnis OTA.

Adapun, sinergi yang dilakukan oleh Tiket.com dan Blibli tampaknya menjadi langkah strategis untuk menaikkan valuasi terkait kabar rencana IPO keduanya. Tiket.com, seperti dilaporkan Bloomberg tahun lalu, mempertimbangkan IPO dan bergabung dengan salah satu super app. Blibli juga dikabarkan akan go public.

Sebagai informasi, keduanya merupakan sama-sama anak usaha di bidang digital milik perusahaan konglomerasi Grup Djarum.

Menurut catatan DailySocial.id, tahun lalu Blibli bermitra secara ekslusif dengan bank digital “blu” yang notabene anak usaha BCA yang juga dimiliki oleh Grup Djarum. Seperti halnya sinergi di atas, kolaborasi Blibli dan blu diklaim sebagai platform e-commerce pertama yang terintegrasi dengan bank digital.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here