Sennheiser Luncurkan Dua Earphone Wireless Baru dan Penerus IE 80

IFA 2017 menjadi saksi atas ledakan tren truly wireless earbud, termasuk halnya debut Sony dan Bang & Olufsen di kategori ini. Sennheiser di sisi lain masih memilih untuk bermain di zona yang lebih ‘aman’ dengan memperkenalkan tiga earphone baru – dua di antaranya bertipe wireless.

Yang pertama adalah Sennheiser Momentum HD1 Free (gambar atas). Menjadi bagian dari lini Momentum, sudah semestinya ia menawarkan keseimbangan antara estetika dan performa. Ia juga bisa disebut sebagai penerus dari HD1 In-Ear Wireless, neckband pertama Sennheiser yang diperkenalkan bulan Januari lalu.

Pun demikian, HD1 Free tidak mengadopsi gaya desain neckband. Wujudnya mirip seperti earphone wireless tradisional, dengan seuntai kabel yang menghubungkan masing-masing earpiece. Di belakang, Sennheiser tak lupa menyertakan semacam penjepit kecil sehingga pengguna dapat menyesuaikan panjang kabelnya.

Kedua earpiece-nya juga dilengkapi panel magnetik sehingga dapat ditempelkan dan membentuk seperti kalung ketika sedang tidak digunakan. Di bawah setiap earpiece berbahan stainless steel ini, terdapat plastik kecil yang menjadi rumah untuk mikrofon dan remote control tiga tombol.

HD1 Free dibekali konektivitas Bluetooth 4.2, serta mendukung codec Qualcomm aptX dan AAC. Baterainya bisa bertahan selama 6 jam, dan ia datang bersama sebuah carrying case mewah dari kulit.

Sennheiser CX 7.00BT / Sennheiser
Sennheiser CX 7.00BT / Sennheiser

Earphone wireless yang kedua adalah CX 7.00BT, yang mengadopsi gaya desain neckband dan diproyeksikan sebagai varian yang terjangkau. Model ini datang dengan Bluetooth 4.1 serta NFC untuk memudahkan pairing. Mikrofon sekaligus remote control-nya tertanam di bagian neckband.

Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama 10 jam, dan dapat di-charge via USB dalam waktu 1,5 jam saja. Yang menarik, CX 7.00BT rupanya juga bisa berfungsi sebagai headset USB ketika diperlukan.

Sennheiser IE 80 S / Sennheiser
Sennheiser IE 80 S / Sennheiser

Earphone yang terakhir adalah IE 80 S, yang merupakan penerus dari salah satu earphone kelas atas Sennheiser, IE 80. Pembaruannya tidak terlalu banyak, hanya dari segi desain yang lebih terpoles dan kontur yang lebih pas di telinga, membuatnya lebih nyaman dikenakan sekaligus meningkatkan kualitas suaranya.

Ketiganya dijadwalkan masuk ke pasaran mulai bulan Oktober, namun sayang sejauh ini belum ada rincian harga yang diberikan.

Sumber: The Verge dan Sennheiser.

Beoplay E8 Ialah Debut Perdana Bang & Olufsen di Ranah Truly Wireless Earbud

Meski sudah berdiri sejak 92 tahun yang lalu, Bang & Olufsen masih peduli terhadap tren perangkat audio terkini. Hal itu dibuktikan lewat truly wireless earbud perdana dari sang produsen asal Denmark, Beoplay E8, yang siap menghadang produk seperti Apple AirPods maupun debut perdana dari Sony.

Tidak mengejutkan dari B&O, penampilan selalu menjadi prioritas. Beoplay E8 menganut gaya desain minimalis selagi masih menonjolkan kesan premium pada bodinya yang kebetulan juga tahan cipratan air maupun debu ini. Pada masing-masing earpiece, terdapat panel sentuh multifungsi yang dikitari oleh cincin aluminium.

Kenyamanan turut menjadi atribut unggulan E8. Agar perangkat tidak mudah terlepas dari telinga dan hilang entah ke mana, B&O telah menyertakan empat eartip silikon dalam berbagai ukuran, serta sepasang eartip buatan Comply yang terkenal nyaman. Bobot perangkat juga sangat ringan; 7 gram di sebelah kanan, dan 6 gram di sebelah kiri – bobotnya berbeda karena kapasitas baterai yang tertanam berbeda pula.

Beoplay E8

Bicara soal baterai, E8 menawarkan daya tahan selama empat jam penggunaan. Seperti halnya truly wireless earbud lain, carrying case-nya yang terbuat dari kulit juga berfungsi sebagai charger, memberikan total daya ekstra sebesar delapan jam. Daya tahan baterainya mungkin tergolong biasa, itu dikarenakan B&O bilang bahwa mereka tidak mau berkompromi perihal kualitas suara.

Mereka sejatinya ingin memastikan ruang yang tersisa tidak berdampak buruk pada akustika driver 5,7 mm milik E8, yang telah diracik sedemikian rupa supaya dapat mereproduksi suara secara utuh dan menyuguhkan soundstage yang presisi. Mendengar nama B&O, saya yakin konsumen bakal mengekspektasikan kualitas suara yang jempolan, dengan rentang frekuensi 20 – 20.000 Hz.

Beoplay E8

Fitur lain E8 meliputi kontrol menggunakan perintah suara, termasuk halnya untuk berinteraksi dengan Siri maupun Google Assistant. Aplikasi pendampingnya juga memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan karakteristik suara yang dihasilkan sesuai dengan seleranya masing-masing.

12 Oktober dipilih sebagai tanggal meluncurnya Beoplay E8 ke pasaran. B&O mematok harga $299, jauh di atas perangkat lain dalam kategori ini.

Sumber: New Atlas dan B&O.

Sony Luncurkan Trio Headphone Wireless Berteknologi Noise Cancelling

Divisi audio Sony cukup sibuk memperkenalkan produk baru di ajang IFA 2017. Di samping smart speaker, mereka turut mengungkap tiga headphone wireless baru yang semuanya mengunggulkan teknologi noise cancelling. Ketiganya masuk dalam seri 1000X yang mengawali debutnya pada event yang sama tahun lalu.

Mengapa harus ada tiga? Karena Sony yakin konsumen memiliki preferensi yang berbeda-beda. Meski truly wireless earbud sedang menjadi tren saat ini, sebagian mungkin masih lebih memilih headphone over-ear yang lebih superior soal kualitas suara, atau earphone bergaya neckbud yang sama-sama portable tapi punya baterai lebih awet.

Sony juga memastikan kalau teknologi noise cancelling yang diterapkan tidak sembarang memblokir suara luar begitu saja. Fitur seperti Adaptive Sound Control dirancang untuk mendeteksi apakah pengguna sedang diam, berjalan atau berada di dalam bus, untuk kemudian secara otomatis menyesuaikan pengaturan noise cancelling yang ideal.

Sony WF–1000X

Sony WF-1000X

Sebagai produsen perangkat audio kawakan, mustahil bagi Sony untuk melewatkan momentumnya di sektor truly wireless earbud. WF–1000X terlahir untuk menantang AirPods dan lawan-lawan lainnya di ranah ini, ranah yang benar-benar alergi terhadap kabel.

Masing-masing unitnya dibekali driver berdiameter 6 mm, namun yang menjadi bintang justru adalah teknologi noise cancelling adaptif itu tadi. Saat earphone dikeluarkan dari case-nya, ia akan otomatis menyala dan menyambung ke perangkat terakhir yang di-pair. Terdapat satu tombol pada masing-masing earpiece-nya; satu untuk menerima panggilan telepon dan satu lagi untuk mengaktifkan suara ambient.

Baterai WF–1000X diklaim dapat bertahan selama tiga jam, sedangkan case-nya bisa menyuplai daya ekstra sebanyak dua kali, sehingga pengguna bakal mendapat total daya baterai sebesar sembilan jam. Charging untuk case-nya sendiri mengandalkan micro USB dan memakan waktu sekitar 1,5 jam.

Sony WI–1000X

Sony WI-1000X

WI–1000X mungkin masih kalah portable dari WF–1000X, tapi di saat yang sama kualitas suara dan noise cancelling-nya juga lebih baik. Perpaduan dynamic driver 9 mm dan balanced armature bakal menyajikan suara yang lebih memanjakan telinga, sedangkan fitur Atmospheric Pressure Optimizing bertugas mengoptimalkan kinerja noise cancelling dengan menganalisa tekanan udara di sekitar pengguna.

Selain menawarkan performa yang lebih baik, baterainya juga lebih awet ketimbang model truly wireless itu tadi. Di sini pengguna bisa menikmati alunan musik selama 10 jam nonstop sebelum perangkat perlu di-charge kembali, membuatnya ideal untuk pengguna yang harus lama berada di jalan setiap harinya.

Sony WH–1000XM2

Sony WH-1000XM2

Model over-ear ini merupakan suksesor langsung dari model tahun lalu. Secara keseluruhan desainnya masih sama, dengan gaya estetika khas Sony, dan yang berubah adalah daya tahan baterai serta penambahan fitur seperti Atmospheric Pressure Optimizing itu tadi.

Baterainya kini bisa bertahan selama 30 jam, naik 10 jam dari pendahulunya. Tidak hanya itu, WH–1000XM2 turut dilengkapi fitur Quick Charging yang memungkinkan pengguna untuk mendapat daya baterai selama 70 menit hanya dengan mengisinya ulang selama 10 menit saja. Kualitas suaranya sudah pasti yang terbaik, mengingat driver-nya adalah yang terbesar di antara ketiganya.

Baik Sony WF–1000X, WI–1000X maupun WH–1000XM2 bakal dipasarkan mulai bulan ini juga, masing-masing seharga $200, $300 dan $350.

Sumber: The Verge dan Sony.

Fitbit Ramaikan Pasar Earphone Wireless dengan Flyer

Selain Ionic, Fitbit juga memperkenalkan earphone wireless perdananya sekaligus kelanjutan dari timbangan pintarnya. Earphone bernama Flyer itu dirancang untuk menjadi pendamping yang serasi buat smartwatch terbaru Fitbit tersebut, sedangkan timbangan Aria 2 kini telah disempurnakan agar lebih akurat dan lebih mudah digunakan.

Fitbit Flyer

Pertama-tama, hal yang perlu dicatat adalah Flyer tidak memiliki kapabilitas fitness tracking. Artinya, pengguna masih memerlukan tracker terpisah untuk bisa memonitor aktivitas fisiknya, dan Flyer sejatinya cuma bertugas menjadi penambah semangat dengan menyajikan alunan musik.

Berkat kemampuan Ionic untuk memutar musik secara mandiri, kehadiran Flyer pun jadi lebih relevan. Lebih lanjut, Ionic turut menawarkan fitur Audio Coaching yang bisa dinikmati tanpa mengandalkan smartphone, dan di sini peran Flyer pun akan semakin terasa. Anda juga tak perlu khawatir baterainya cepat habis, sebab dengan daya tahan 6 jam, besar kemungkinan Anda yang lebih dulu kelelahan.

Fitbit Flyer

Mengingat ia dirancang untuk digunakan selagi berolahraga, secara keseluruhan bodi Flyer tahan keringat maupun cipratan air, yang berarti pengguna bisa memakainya di kala hujan sekalipun. Soal ergonomi, paket penjualan Flyer mencakup sejumlah eartip dan sederet aksesori ekstra supaya ia bisa dipakai secara nyaman oleh semua pengguna walaupun bentuk telinga masing-masing sangatlah bervariasi.

Satu hal yang cukup menarik dari Flyer adalah kemampuannya untuk disambungkan dengan dua perangkat sekaligus, smartphone dan smartwatch misalnya, sehingga pengguna dapat berganti perangkat dengan sangat mudah. Tidak hanya itu, Flyer rupanya juga bisa dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan Siri, Google Assistant maupun Cortana di ponsel.

Sama seperti Ionic, Flyer bakal hadir di pasaran mulai bulan Oktober. Banderol harganya dipatok $130, dan perangkat datang dalam dua pilihan warna: abu-abu atau biru.

Fitbit Aria 2

Aria 2 merupakan penerus langsung Aria yang dirilis di tahun 2012. Desain timbangan pintar ini telah sedujut diperbarui, namun yang lebih penting adalah kinerjanya yang semakin bisa diandalkan.

Fitbit Aria 2

Yang paling signifikan adalah proses setup yang jauh lebih praktis dengan memanfaatkan sambungan Bluetooth ke smartphone dan aplikasi Fitbit. Usai terhubung, sinkronisasi data akan berlangsung secara otomatis, dan data ini bisa meliputi delapan pengguna yang berbeda.

Fitbit juga mengklaim Aria 2 dapat mengukur berat badan sekaligus komposisi tubuh (persentase lemak, indeks massa tubuh, dll) secara lebih akurat ketimbang pendahulunya. Perangkat ini rencananya akan dipasarkan mulai musim semi tahun ini, juga dengan harga $130.

Sumber: Fitbit 1, 2.

Audio-Technica Perkenalkan Headphone Andalan Terbarunya Seharga $2.000

Meski portofolio headphone bikinannya tergolong masif, Audio-Technica selama ini lebih populer di segmen mainstream ketimbang high-end lewat produk seperti ATH-M50x. Ini bukan berarti pabrikan asal Jepang itu tidak punya headphone yang ditujukan buat kalangan audiophile berkantong super-tebal, akan tetapi produk terbarunya menjawab segala keraguan kita mengenai hal ini.

Adalah ATH-ADX5000 yang siap meninggalkan lubang besar pada tabungan Anda. Ia merupakan kelanjutan dari lini headphone Air Dynamic yang sebelumnya dihuni oleh ATH-AD2000X, yang sebenarnya sudah banyak dipuji akan kualitas suaranya. ADX5000 bermaksud mempertahankan warisan tersebut sekaligus membawanya ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

Audio-Technica ATH-ADX5000

Penampilannya sangat menunjukkan harganya. Kain mewah Alcantara membalut bagian headband sampai ke bantalan berukuran besarnya. Secara keseluruhan desainnya tergolong simpel dan minimalis, tapi benar-benar segar dan unik jika dibandingkan dengan headphone Audio-Technica lainnya.

Lebih istimewa lagi, headphone ini datang dalam sebuah koper kecil yang tidak kalah mewah, bukan sembarang carrying case yang biasa Anda lihat di toko-toko headphone. Audio-Technica bilang kalau semua unit ADX5000 dirakit dengan tangan di markas mereka di Tokyo, dan masing-masing nomor serialnya diukir menggunakan laser.

Audio-Technica ATH-ADX5000

Kinerjanya sendiri ditopang oleh sepasang driver berlapis material tungsten dengan diameter 58 mm. Seperti yang bisa Anda lihat pada earcup-nya, ADX5000 merupakan headphone bertipe open-backed, yang dijamin mampu menyuguhkan soundstage yang jauh lebih superior ketimbang tipe closed-back.

Oh iya, jangan bayangkan headphone ini bisa Anda pakai selagi streaming Spotify di smartphone, sebab impedansinya mencapai angka 420 ohm. Amplifier bawaan smartphone tak akan sanggup untuk menyuplai daya yang cukup; Anda butuh amplifier terpisah agar headphone bisa menghasilkan volume yang audibel.

Audio-Technica ATH-ADX5000

Audio-Technica ATH-ADX5000 rencananya bakal dipamerkan di hadapan pengunjung event IFA yang akan dihelat pada awal September mendatang di kota Berlin. Pemasarannya akan dimulai pada bulan November, dengan banderol harga $1.999.

Sumber: The Verge.

JBL Boombox Siap Meriahkan Poolside Party Selama Seharian Penuh

Pasar speaker Bluetooth dalam beberapa tahun terakhir didominasi oleh speakerspeaker berukuran mungil nan berperforma cukup dahsyat. Salah satu pabrikan yang paling rajin merilis produk untuk kategori ini adalah JBL. Namun pabrikan yang namanya merupakan singkatan dari nama pendirinya itu memutuskan untuk merilis sesuatu yang berbeda pada kuartal ketiga tahun ini.

Ketimbang semakin memperkecil speaker termungilnya, JBL Clip, JBL memilih untuk berkaca pada tren perangkat audio di tahun 80-an. Dari situ lahirlah JBL Boombox, yang sesuai namanya ditujukan sebagai modernisasi pemutar kaset pita yang kerap digotong di atas bahu pemuda-pemudi di zaman jaya-jayanya Michael Jackson dan Queen.

Desainnya juga tampak seperti versi modern dari perangkat Boombox, lengkap dengan sebuah handle di bagian atasnya – besar bukan berarti tidak portable. Bicara soal ukuran, speaker ini memang tergolong bongsor. Beratnya saja mencapai angka 5 kilogram, namun sebagai gantinya Anda akan mendapatkan performa yang prima dan baterai yang awet sampai seharian.

JBL Boombox

Janji seputar performa itu diwujudkan oleh empat unit transducer aktif dan sepasang bass radiator yang siap mengguncang suatu ruangan tanpa kesulitan. Anda lebih menggemari pesta outdoor, di pinggir kolam renang misalnya? Jangan khawatir, sebab Boombox masih akan terus beroperasi meski Anda ceburkan ke dalam air.

Mengenai baterai, JBL tidak main-main saat mengklaim Boombox bisa memutar musik selama seharian nonstop, sebab perangkat ini memang dibekali baterai sebesar 20.000 mAh yang diyakini bisa bertahan selama 24 jam. Anda juga tak perlu cemas baterai sebesar itu tersia-siakan hanya untuk memutar musik saja karena ia juga bisa Anda jadikan sebagai power bank ketika diperlukan.

Konektivitas Bluetooth-nya turut mendapat perlakuan ekstra: pengguna dapat menyambungkan Boombox dengan speaker JBL lain – bahkan sampai 100 unit sekaligus – berkat dukungan teknologi JBL Connect+, meski hal ini berarti semua speaker lain itu harus turut mendukung teknologi tersebut.

Jadwal perilisannya belum dipastikan, namun JBL berencana memboyongnya ke event IFA 2017 pada bulan September mendatang. Di dataran Inggris (kawasan pertama yang bakal disambangi Boombox), harganya diperkirakan berkisar £400 (± Rp 6,9 juta).

Sumber: SlashGear.

Bang & Olufsen Kembali Luncurkan Speaker Seharga Mobil, BeoLab 50

Masih ingat dengan speaker monster seharga mobil mewah yang Bang & Olufsen perkenalkan dua tahun silam? Well, produk bernama BeoLab 90 itu akhirnya punya adik kecil – tidak benar-benar kecil, hanya saja memang lebih ringkas – yang tidak kalah canggih sekaligus mewah, dan siap menjadi pusat perhatian di mana pun Anda menempatkannya.

Dijuluki BeoLab 50, desainnya sangat berbeda dari kakaknya yang terkesan ekstrem. Bagian dasar yang membulat, dipadukan dengan sasis segitiga membuatnya tampak begitu elegan, apalagi ditambah dengan deretan kayu oak yang menghiasi kedua sisi belakangnya.

Bang & Olufsen BeoLab 50

Dengan tinggi sedikit di atas 1 meter dan bobot mencapai 61 kg, speaker aktif ini jelas tidak bisa disepelekan performanya. Bagian atasnya dihuni oleh tweeter 0,75 inci, lalu di bawahnya ada tiga driver midrange berdiameter 4 inci, dan ditambah lagi tiga woofer dengan ukuran masing-masing 10 inci. Tujuh unit amplifier turut hadir menemani ketujuh unit driver itu, menyuguhkan output daya total sebesar 2.100 watt.

Bang & Olufsen BeoLab 50

Teknologi Beam Width Control memungkinkan pengguna untuk mengatur distribusi suaranya, dari seluas 180 derajat atau terfokus pada sudut seluas 45 derajat di depan speaker. Lebih lanjut, teknologi Active Room Compensation akan memastikan reproduksi suara yang optimal, menyesuaikan dengan karakter akustik ruangan yang berbeda-beda.

Bang & Olufsen BeoLab 50

Konektivitasnya mencakup input analog, digital dan wireless sekaligus. Jadi selain RCA, USB, S/P-DIF dan Optical, pengguna juga bisa memanfaatkan koneksi wireless berbasis WiSA yang beroperasi di frekuensi 5,2 – 5,8 GHz untuk meneruskan file audio berkualitas lossless 24-bit/48kHz.

Sayangnya meski lebih kecil ketimbang BeoLab 90, BeoLab 50 ternyata masih harus ditebus dengan harga setara mobil. Tiap unitnya dibanderol $19.585, yang berarti Anda butuh dana mendekati $40.000 untuk mendapatkan sepasang – dana yang sama yang bisa membelikan Anda sebuah Tesla Model 3.

Sumber: New Atlas.

Ukurannya Sama Persis, Jabra Elite Sport v2 Janjikan Baterai Lebih Awet

Pada awal tahun 2014, sebuah startup asal Jerman bernama Bragi resmi memulai persaingan di kategori produk earphone wireless sejati. Tiga tahun berselang, Bragi sudah mendapat perlawanan ketat dari nama-nama yang jauh lebih berpengalaman darinya, macam Apple dan Samsung, hingga bahkan pabrikan yang benar-benar mendedikasikan waktunya untuk mengembangkan perangkat audio seperti Jabra.

Bicara soal Jabra, ahli audio asal Denmark tersebut belum lama ini merilis versi baru dari earphone wireless sejati perdana mereka yang diperkenalkan tahun lalu, Jabra Elite Sport. Perubahan terbesar yang diusung versi barunya ini menyangkut salah satu aspek terpenting produk dalam segmen ini, yaitu daya tahan baterai.

Jabra Elite Sport v2 diyakini menyimpan energi 50 persen lebih banyak tanpa berpengaruh pada bobot maupun ketebalan bodinya. Versi baru ini sanggup beroperasi selama 4,5 jam nonstop dalam satu kali charge, dan kalau dipadukan dengan charging case-nya, pengguna bakal mendapat total daya tahan baterai selama 13,5 jam.

Jabra Elite Sport v2

Begitu pentingnya daya tahan baterai, Anker menjadikannya sebagai salah satu prioritas utama dalam merancang earphone wireless sejati pertamanya, Zolo Liberty+. Elite Sport unggul soal daya tahan dalam satu kali charge, akan tetapi charging case milik Liberty+ masih jauh lebih perkasa.

Terlepas dari itu, peningkatan daya tahan baterai selalu menjadi nilai plus untuk kategori produk ini. Satu-satunya pembaruan lain yang ditawarkan Elite Sport v2 adalah kemampuan untuk menyimpan sejumlah pengaturan equalizer sehingga pengguna dapat lebih menyesuaikan seleranya.

Selebihnya, Anda masih akan mendapatkan earphone wireless yang sama seperti sebelumnya. Buat yang penasaran mengapa ada embel-embel “Sport” di namanya, ia memang dirancang untuk menemani aktivitas berolahraga Anda, memonitor jumlah kalori yang terbakar sampai laju jantung Anda dengan bantuan aplikasi pendamping Jabra Sport Life.

Jabra Elite Sport v2 saat ini sudah mulai dipasarkan seharga $250. Selain warna hitam, ia juga tersedia dalam kombinasi warna baru hijau dan abu-abu.

Sumber: The Verge.

Xiaomi Luncurkan Bluetooth Receiver untuk Headphone, Speaker Maupun Sound System Mobil

Headphone kesayangan Anda dari tujuh tahun silam mungkin masih berfungsi dengan baik. Satu-satunya alasan valid untuk menggantinya dengan yang baru mungkin hanyalah kenyamanan yang ditawarkan wireless headphone, tapi itu pun sebenarnya bisa didapatkan dengan bantuan aksesori Bluetooth receiver, seperti keluaran Xiaomi berikut ini.

Cukup tancapkan headphone atau earphone apapun ke balok mungil ini, maka Anda bisa menyambungkannya dengan smartphone, tablet maupun laptop via Bluetooth. Tidak cuma headphone, speaker atau bahkan sound system mobil pun juga dapat diperlakukan sama.

Yup, seandainya Anda mau memutar playlist Spotify atau Apple Music favorit ketika terjebak macet, Anda bisa menikmatinya langsung dari dashboard mobil dengan bantuan Bluetooth receiver besutan Xiaomi ini.

Mi Bluetooth audio receiver

Dalam satu kali charge, receiver ini bisa beroperasi selama 4 – 5 jam nonstop. Bobotnya tidak lebih dari 10 gram, dan ia turut dibekali penjepit yang bisa dikaitkan ke kerah baju maupun strap tas dengan mudah. Konektivitas yang didukung sendiri adalah Bluetooth 4.2, sayangnya tanpa dukungan codec aptX.

Namun kalau memperhatikan harganya, Anda pasti bisa maklum dengan absennya dukungan aptX tersebut. Di Tiongkok, Mi Bluetooth Receiver dipasarkan seharga 99 yuan saja, atau kurang lebih sekitar Rp 200 ribu. Pun begitu, sejauh ini belum ada keterangan apakah produk ini bakal dipasarkan di negara lain.

Sumber: The Verge.

Speaker Bluetooth Ini Dibuat dari Ujung Knalpot Asli Porsche 911 GT3

Siapa yang tidak kenal dengan Porsche 911 GT3? Baik desain, performa, bahkan suaranya begitu ikonik, dan Porsche rupanya ingin mengenangnya lewat sesuatu yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan dunia otomotif, yakni sebuah speaker Bluetooth.

Dijuluki 911 Speaker, ia tak sekadar mencomot nama tanpa karakteristik dari sang mobil legendaris yang telah diproduksi sejak tahun 1999. Pada kenyataannya, sebelum ia dijejali driver dan komponen elektronik lainnya, ia merupakan bagian penting dari 911 GT3 itu sendiri, yaitu ujung knalpotnya.

Ya, speaker ini dibuat dari ujung knalpot asli Porsche 911 GT3. Bagian tersebut, ditambah dengan housing yang terbuat dari aluminium, kemudian diisi dengan komponen audio yang memberikan output total sebesar 60 watt, menjanjikan reproduksi bass yang alami sekaligus presisi.

Porsche Design 911 Speaker

Konektivitasnya mengandalkan Bluetooth 4.0 dengan dukungan aptX, plus NFC untuk semakin memudahkan proses pairing. Pengguna pun bisa menyambungkan unit 911 Speaker lain guna mendapatkan konfigurasi stereo, atau malah mengaktifkan Party Mode. Semuanya ini bisa dinikmati selama 24 jam nonstop sebelum baterainya perlu diisi ulang.

Anda mungkin bisa menikmati kualitas suara yang lebih baik dari speaker lain, tapi tidak bisa dipungkiri desainnya benar-benar berkesan. Porsche Design 911 Speaker saat ini sudah dipasarkan seharga $550. Sama seperti produk lain dari Porsche Design, harga dan keunikannya membuatnya lebih cocok dijadikan barang collectible.

Sumber: Porsche Design via Ape to Gentleman.