Lewat Prototipe Mobil Elektriknya, Sony Akan Bereksperimen dengan Konsep PlayStation untuk Mobil

Sony mengejutkan banyak orang di ajang CES 2020 dengan menyingkap sebuah prototipe mobil listrik bernama Vision-S. Wujudnya yang begitu keren – lebih keren daripada Tesla Model S kalau menurut saya pribadi – membuat sebagian dari kita bertanya-tanya: “Kapan Sony bisa memproduksinya secara massal?”

Sayangnya tidak. Di bulan Agustus 2020, Sony menegaskan bahwa mereka tidak berniat memproduksi Vision-S secara massal dan menjualnya ke publik, terlepas dari keputusan mereka untuk mengujinya di jalanan umum, sekaligus menyiapkan prototipe mobil yang kedua. Tujuan dari pengujian tersebut tidak lebih dari sebatas pengumpulan data, yang pada akhirnya bisa dimanfaatkan untuk menyempurnakan teknologi sensor-sensor otomotif yang Sony buat.

Namun di event CES 2021 kemarin, Vision-S kembali muncul, kali ini bersama drone pertama Sony yang bernama Airpeak. Sony pun lagi-lagi harus meluruskan kabar yang simpang siur mengenai Vision-S. Kepada Car & Driver, juru bicara Sony memastikan bahwa untuk sekarang mereka sama sekali tidak punya rencana untuk memproduksi ataupun menjual Vision-S.

Vision-S tidak lebih dari sebatas test bed yang dapat Sony manfaatkan untuk bereksperimen. Lewat mobil ini, Sony pada dasarnya sedang mengeksplorasi bagaimana mereka bisa berkontribusi terhadap era kemudi otomatis nantinya. Salah satunya tentu dengan menyediakan beragam sensor kamera.

Pada kenyataannya, Vision-S datang membawa sebanyak 40 sensor di tubuhnya, dan 18 di antaranya merupakan kamera. Namun selain soal keselamatan dan reliabilitas sistem kemudi otomatis, Sony juga ingin punya kontribusi terhadap industri otomotif dari sisi hiburan.

Itulah mengapa mereka menyematkan teknologi 360 Reality Audio pada kabin Vision-S. Namun yang lebih menarik mungkin adalah tujuan jangka panjangnya, yakni mengintegrasikan PlayStation ke dalam kabin, lengkap bersama konektivitas 5G.

Interior Sony Vision-S / Sony
Interior Sony Vision-S / Sony

Eksekusi dari konsep “PlayStation untuk mobil” ini tentu bisa bermacam-macam. Apakah yang Sony maksud dengan PlayStation di sini adalah hardware console itu sendiri, atau cuma sebatas layanan cloud gaming yang bisa diakses dari sistem infotainment bawaan mobil? Sejauh ini semuanya baru sebatas spekulasi, dan Sony juga belum menyingkap rencana konkretnya.

Terlepas dari itu, ide akan sebuah game console yang terintegrasi ke mobil tentu kedengaran sangat menarik. Di saat mobil-mobil dengan sistem kemudi otomatis Level 4 atau Level 5 sudah siap untuk turun ke jalanan, itu artinya kita tidak perlu lagi siaga di depan lingkar kemudi, dan waktu selama perjalanan bisa kita habiskan dengan bermain Gran Turismo 12 (sekarang baru akan ada Gran Turismo 7).

Nyatanya, sekarang saja kita sudah bisa bermain video game di dashboard Tesla Model 3, dan saya kira tidak berlebihan seandainya ide ini akan terus dikembangkan ke depannya. Untuk sekarang, gamegame tersebut memang hanya bisa dimainkan ketika mobilnya berhenti, tapi bagaimana seandainya nanti mobilnya sudah bisa menyetir sendiri tanpa memerlukan sedikitpun input dari kita?

Well, di titik itu mungkin persaingan antara PlayStation dan Xbox bakal berpindah dari ruang keluarga menuju kabin mobil.

Sumber: Car & Driver.

Sony dan Microsoft Tawarkan Refund Cyberpunk 2077, Discord Dapat Investasi

Belum sebulan sejak Cyberpunk 2077 dirilis, muncul banyak protes tentang game itu, khususnya dari pemilik konsol lama, seperti PlayStation 4 dan Xbox One. Hal ini mendorong Sony dan Microsoft untuk menawarkan refund bagi orang-orang yang telah membeli game tersebut di PlayStation Store atau Microsoft Store. Selain itu, pada minggu lalu, Discord juga baru saja mendapatkan investasi.

Sony Tarik Cyberpunk 2077 dari PlayStation 4, Tawarkan Refund

Sony Interactive Entertainment menarik Cyberpunk 2077 dari PlayStation Store. Mereka mengumumkan hal ini melalui situs PlayStation. Walau mereka tidak menjelaskan alasan mereka, banyak orang menduga, Sony melakukan hal itu karena banyak pemain PlayStation 4 yang memprotes performa dari game tersebut.

refund cyberpunk 2077
Cyberpunk 2077 akhirnya ditarik oleh Sony karena banyak protes dari pemain.

“SIE ingin memastikan pelanggan kami puas. Karena itu, kami menawarkan refund untuk semua pemain yang telah membeli Cyberpunk 2077 melalui PlayStation Store,” kata Sony, seperti dikutip dari GamesIndustry. “SIE juga akan menarik Cyberpunk 2077 dari PlayStation Store untuk saat ini.”

Microsoft Tawarkan Refund untuk Cyberpunk 2077

Sony bukan satu-satunya pihak yang memutuskan untuk menawarkan refund. Tak lama setelah Sony membuat pengumuman tentang penarikan Cyberpunk 2077, Microsoft mengumumkan, mereka akan menawarkan refund untuk Cyberpunk 2077 yang dibeli melalui Microsoft Store.

“Kami tahu bahwa para developer di CD Projekt Red telah bekerja keras untuk merilis Cyberpunk di tengah keadaan yang sulit,” kata juru bicara Microsoft dalam pernyataan resmi pada GamesIndustry. “Namun, kami juga sadar bahwa sejumlah pemain merasa tidak puas dengan performa game ini ketika mereka bermain di konsol lama.”

Lebih lanjut, dia berkata, “Sampai saat ini, kami telah memberikan refund pada sebagian besar pelanggan yang memang ingin uang mereka kembali. Untuk memastikan bahwa semua orang bisa mendapatkan pengalaman bermain yang memuaskan di Xbox, kami menawarkan refund penuh untuk semua orang yang telah membeli Cyberpunk 2077 melalui Microsoft Store.”

Discord Dapat Investasi US$100 Juta

Sementara itu, ada kabar baik untuk Discord. Platform chatting itu baru saja mendapatkan kucuran dana sebesar US$100 juta. Dengan ini, valuasi Discord mencapai US$7 miliar. Dalam waktu enam bulan, valuasi Discord sebagai perusahaan naik dua kali lipat. Tidak heran, mengingat jumlah pengguna Discord juga terus bertambah. Saat ini, jumlah pengguna Discord mencapai 140 juta orang.

Investasi ini merupakan bagian dari pendanaan ronde H untuk Discord. Ronde pendanaan ini dipimpin oleh perusahana investasi Greenoaks Capital. Perusahaan lain yang ikut menanamkan modal kali ini adalah perusahaan venture capital, Index Ventures, lapor GamesIndustry.

Total Jam Ditonton Twitch Pada November Capai 1,7 Miliar Jam

Pada November 2020, total hours watched di Twitch mencapai 1,7 miliar jam, menurut data dari Stream Elements. Angka ini naik sedikit jika dibandingkan dengan total hours watched pada Oktober 2020. Saat ini, Just Chatting menjadi kategori paling populer. Pada November 2020, total hours watched dari kategori itu mencapai 228 juta jam, naik 246% dari tahun lalu.

Just Chatting jadi kategori paling populer di Twitch saat ini. | Sumber: The Esports Observer
Just Chatting jadi kategori paling populer di Twitch saat ini. | Sumber: The Esports Observer

Sampai saat ini, gaming memang masih jadi konten utama Twitch. Namun, platform streaming game milik Amazon itu juga berusaha untuk memperkaya konten mereka. Pada Juli 2020 lalu, mereka membuat kategori khusus untuk olahraga tradisional, seperti sepak bola. Selain itu, Twitch juga mempromosikan konten untuk perempuan, seperti kosmetik.

“Sebanyak 40 persen audiens gaming merupakan perempuan,” kata CEO StreamElements, Doron Nir, lapor VentureBeat. “Hal itu berarti, merek kosmetik akan tertarik untuk masuk ke platform livestreaming. Dalam 12 bulan belakangan, kami melihat, total hours watched kategori kecantikan di Twitch naik 260%. Beberapa merek kosmetik, seperti L’Oréal, MAC, Em, Hero, dan e.l.f. juga telah membuat kolaborasi di platform streaming game.”

Sony Tarik Cyberpunk 2077 dari PlayStation Store

Kontroversi seputar peluncuran Cyberpunk 2077 masih belum berakhir. Baru-baru ini, Sony mengumumkan bahwa mereka bakal memberikan refund kepada seluruh konsumennya yang membeli Cyberpunk 2077 via PlayStation Store. Bersamaan dengan itu, Sony juga memutuskan untuk menarik Cyberpunk 2077 sepenuhnya dari PlayStation Store hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Kabar ini datang hanya beberapa hari setelah developer CD Projekt Red (CDPR) mengumumkan permintaan maafnya terkait seabrek kendala teknis yang melanda Cyberpunk 2077 di console last-gen (PlayStation 4 dan Xbox One). Mereka berjanji untuk merilis dua patch besar pada bulan Januari dan Februari, dengan harapan kendala teknisnya dapat teratasi dan konsumen bisa memainkannya dengan lancar di console last-gen.

Dalam pengumuman tersebut, CDPR juga menyinggung soal kesempatan bagi konsumen untuk melakukan refund apabila tidak bersedia menunggu. Sony sepertinya tidak mau menunggu terlalu lama dan langsung mengambil alih demi meminimalkan amarah konsumen. Saya tidak akan terkejut seandainya Microsoft akan segera menyusul dengan langkah yang serupa setelah ini.

Buat yang tidak tahu, Cyberpunk 2077 memang diwarnai banyak sekali problem teknis, terlepas dari kesuksesannya secara komersial. Saya pribadi sudah memainkannya selama sekitar 30 jam di PC, dan baru-baru ini saya stuck tidak bisa melanjutkan karena game selalu crash di titik progres yang sama. Spesifikasi PC yang saya gunakan memang jauh dari kata high-end, tapi di saat yang sama juga jauh lebih superior daripada PS4 maupun Xbox One.

Kotaku sempat melaporkan secara cukup merinci mengenai performa Cyberpunk 2077 di PS4 dan Xbox One, dan Digital Foundry belum lama ini juga membuat analisis yang mendetail mengenai hal yang sama. Kesimpulannya, Cyberpunk 2077 hampir tidak bisa dimainkan di console last-gen. Game benar-benar mengalami banyak crash, dan kalaupun tidak crash, pemain harus tabah melihat game-nya berjalan patah-patah di frame rate 15-20 fps.

Di PS4 Pro atau Xbox One X, performanya masih cukup lumayan, tapi tetap saja tidak sepenuhnya aman dari kendala teknis. Saya juga sama sekali belum menyinggung soal buruknya kualitas visual Cyberpunk 2077 di console last-gen. Kalau melihat game lain seperti Red Dead Redemption 2 misalnya, perbandingan kualitas visualnya di console last-gen dan PC tidak sedrastis Cyberpunk 2077 ini.

Semua itu pada akhirnya berujung pada keputusan bijak Sony tadi. Jika Anda sempat membeli Cyberpunk 2077 di PlayStation Store, silakan mengajukan refund jika tidak betah dengan keadaannya sekarang.

Via: GamesRadar.

Mending Rakit PC Daripada Beli PS5, Benarkah Begitu?

Harga resmi PlayStation 5 di Indonesia sudah dikonfirmasi oleh Sony, dan spontan langsung ramai percakapan di media sosial yang mengeluhkan bahwa harganya di sini terlalu mahal jika dibandingkan dengan harga jualnya di beberapa negara lain.

Kita ambil contoh yang paling dekat, yaitu Malaysia. Di sana, PS5 dibanderol 2.299 ringgit. Anggap saja 1 ringgit setara 3.500 rupiah (lebih tinggi daripada kurs sebenarnya saat artikel ini ditulis), berarti kita mendapat harga jual PS5 di Malaysia setara Rp8.046.500.

Seperti yang kita tahu, PS5 di Indonesia bakal dipasarkan seharga Rp8.799.000. Selisih sekitar 750 ribu rupiah itu tentu tergolong lumayan, dan cukup untuk dibelikan satu keping game PS5, macam Marvel’s Spider-Man: Miles Morales misalnya.

Melihat perbedaan harga yang cukup signifikan seperti itu, tidak sedikit pula yang menyerukan sentimen macam “mending rakit PC” di media sosial. Saya sendiri termasuk seorang gamer PC akut sejak usia empat tahun, tapi saya kurang setuju dengan argumen tersebut.

Alasannya, merakit PC dengan spesifikasi yang setara PS5 di rentang harga yang sama terbilang sulit. Supaya lebih jelas, mari kita jabarkan spesifikasi PS5 satu per satu, lalu kita cari ekuivalennya untuk PC.

CPU

AMD Ryzen 7 3700X

Sesuai informasi dari Sony sendiri, PS5 mengemas custom CPU buatan AMD yang menggunakan arsitektur Zen 2. Prosesor itu mempunyai 8-core dan 16-thread, dengan clock speed maksimum setinggi 3,5 GHz.

Prosesor untuk PC yang paling dekat dengan spesifikasi tersebut adalah AMD Ryzen 7 3700X yang sama-sama menggunakan arsitektur Zen 2 dan terdiri dari 8-core dan 16-thread, meski clock speed maksimumnya lebih tinggi di angka 4,4 GHz. Di Indonesia, prosesor itu dijual rata-rata seharga 5 jutaan rupiah.

Oke, 5 juta untuk sebuah prosesor mungkin terlalu mahal dalam konteks ini. Alternatifnya mungkin kita bisa menggantinya dengan Ryzen 5 3600 saja. Prosesor ini memang hanya dibekali 6-core dan 12-thread, akan tetapi boost clock-nya bisa menembus 4,2 GHz, jauh lebih tinggi daripada milik PS5. Harganya sendiri terpantau ada di rentang 3,3 jutaan rupiah.

GPU

AMD Radeon RX 5700 XT

Perihal kinerja grafis, Sony turut memercayakan PS5 sepenuhnya kepada AMD. Yang tertanam di dalam console next-gen tersebut adalah custom GPU dari arsitektur terbaru RDNA 2, dengan total 36 compute unit (CU) dan daya komputasi sebesar 10,3 teraflop.

Mencari ekuivalen GPU ini menurut saya adalah bagian yang tersulit, sebab GPU RDNA 2 untuk PC baru saja AMD umumkan sekitar dua pekan lalu, yakni Radeon RX 6000 Series, dan ketiganya mempunyai spesifikasi jauh di atas yang milik PS5 tawarkan.

Maka dari itu, dengan terpaksa kita harus menggunakan GPU dari generasi sebelumnya, yakni Radeon RX 5700 XT yang memiliki total 40 CU dan daya 9,75 teraflop. Di Indonesia, saat ini RX 5700 XT masih dijual di kisaran 7 jutaan rupiah – bisa lebih, bisa juga kurang, tergantung merek.

Namun yang menjadi masalah adalah, RX 5700 XT tidak mendukung fitur ray tracing sama sekali, sedangkan ray tracing merupakan salah satu cara PS5 menyuguhkan visual yang lebih next-gen daripada PS4. Kalau memang dukungan ray tracing merupakan suatu keharusan, dengan terpaksa kita harus berpaling ke kubu sebelah, yakni Nvidia, spesifiknya RTX 2060 yang merupakan GPU paling murah saat ini yang bisa menyajikan efek ray tracing.

Kalau memilih RTX 2060, itu berarti kita harus mengorbankan performa demi ray tracing, sebab kinerjanya secara keseluruhan memang lebih lemah daripada RX 5700 XT tadi. Positifnya, RTX 2060 saat ini bisa didapat dengan harga paling murah 5 juta rupiah.

SSD

SSD PCIe 4.0

Kapasitas 825 GB (667 GB usable) di PS5 sepintas terdengar sedikit, tapi yang diutamakan di sini adalah kecepatan. Di atas kertas, SSD milik PS5 memiliki kecepatan membaca sampai 5,5 GB per detik, dan itu berarti kita harus mencari ekuivalen SSD yang menggunakan teknologi PCIe 4.0, sebab SSD PCIe 3.0 terbaik pun hanya mampu menawarkan kecepatan membaca hingga 3,5 GB per detik.

SSD PCIe 4.0 untuk PC saat ini sudah tersedia dari beberapa merek, dan salah satu yang akan segera hadir di Indonesia datang dari WD, yakni WD Black SN850. Perangkat itu menawarkan kecepatan baca yang lebih superior daripada SSD milik PS5; hingga 7.000 MB/s read dan 5.300 MB/s write pada varian yang berkapasitas 1 TB.

Berhubung total kapasitas penyimpanan yang bisa digunakan di PS5 cuma 667 GB, mungkin kita juga bisa sedikit berhemat dengan memilih SSD berkapasitas 500 GB saja untuk PC, dan di sini kita harus menyiapkan dana Rp2.488.000 untuk meminang WD Black SN850 tadi.

Sejauh ini total biaya yang dibutuhkan untuk merakit PC yang selevel dengan PS5 ini sudah melampaui harga jual PS5 itu sendiri – 3,3 juta + 5 juta + 2,5 juta = 10,8 juta – tapi rupanya kita masih jauh dari kata selesai.

Motherboard

B550 motherboard

Saya tahu, memang tidak akan ada orang yang membahas mengenai motherboard PS5 secara merinci. Namun untuk bisa menampung SSD PCIe 4.0 tadi, Anda tidak boleh sembarangan dalam memilih motherboard untuk PC Anda. Salah membeli motherboard berarti sia-sia Anda membayar mahal untuk mendapatkan SSD PCIe 4.0 tadi.

Cukup disayangkan pilihan motherboard-nya sejauh ini agak terbatas, yakni antara seri B550 atau X570. Berdasarkan pantauan saya, motherboard yang mendukung teknologi PCIe 4.0 dengan harga paling murah saat ini adalah ASRock B550M-HDV, yang dibanderol di kisaran Rp1,4 jutaan di Indonesia.

PSU

600W PSU

Selain motherboard, PSU alias power supply unit mungkin juga bukan komponen yang bakal dibahas secara mendetail saat membicarakan tentang PS5. Namun kalau berdasarkan video teardown PS5 dari Austin Evans, PS5 tercatat memiliki PSU berdaya 370 W.

Tentu saja angka itu tidak bisa dijadikan acuan, sebab AMD sendiri menyarankan PSU berdaya minimal 600 W untuk GPU Radeon RX 5700 XT tadi, yang berarti Anda harus menyiapkan dana setidaknya 1 jutaan rupiah untuk mendapatkan PSU 600 W yang bisa diandalkan, alias bukan abal-abal.

Kalau GPU yang digunakan ternyata adalah RTX 2060, maka rekomendasi PSU-nya bisa yang berkapasitas 500 W, dan Anda mungkin bisa menghemat sekitar 200-400 ribuan rupiah – sekali lagi dengan asumsi memilih PSU yang setidaknya punya sertifikasi 80 Plus.

RAM

DDR4 RAM

Rincian spesifikasi PS5 menunjukkan bahwa perangkat itu dibekali memory GDDR6 berkapasitas 16 GB, dan saya menduga ini merupakan model unified antara RAM dan VRAM. Mencari ekuivalen yang sama persis di PC jelas sulit, sebab PC memang memerlukan modul RAM yang terpisah.

Untuk amannya, mungkin lebih bijak memilih setidaknya RAM berkapasitas 16 GB buat PC Anda, sebab kalau berdasarkan pengalaman pribadi, gamegame berat macam Borderlands 3 terkadang bisa melahap sampai 13 GB RAM sekaligus.

RAM untuk PC pun sangat bervariasi tergantung kecepatan sekaligus latency-nya, jadi bukan sebatas kapasitas saja. Namun kalau secara umum, RAM DDR4 2 x 8 GB dijual di kisaran harga 1 jutaan rupiah.

Kesimpulan

Harga PlayStation 5 di Indonesia

Rp8.799.000 adalah harga untuk PS5 versi standar yang dilengkapi Ultra HD Blu-ray disc drive. Berhubung optical drive sudah tidak begitu relevan dalam konteks PC, mungkin bagian ini bisa kita abaikan. Namun itu berarti yang dijadikan patokan sekarang adalah PS5 Digital Edition, yang harganya lebih terjangkau di angka Rp7.299.000.

Harga PS5 di Indonesia memang lebih mahal daripada harganya di negara lain, tapi kita juga harus ingat bahwa harga komponen-komponen PC di sini sering kali juga lebih mahal ketimbang jika dikonversikan langsung dari SRP (suggested retail price) masing-masing pabrikan yang menjualnya. Ditambah lagi, jujur masih ada banyak komponen lain yang belum masuk hitungan di sini, mulai dari casing sampai periferal seperti keyboard, mouse, headset atau speaker, dan monitor.

Kita juga tidak boleh lupa bahwa sejumlah game mewajibkan PC untuk menjalankan Windows 10, dan sistem operasi tersebut tentu juga punya harganya tersendiri. PS5 di sisi lain memakai sistem operasi khusus berbasis Linux FreeBSD, yang sendirinya punya banyak kemiripan dengan Linux.

Tanpa harus saya jumlah semuanya, saya kira Anda sudah bisa mendapat gambaran seberapa mahal biaya yang dibutuhkan untuk merakit gaming PC dengan spesifikasi setara PS5. Kendati demikian, membayar lebih mahal untuk merakit sebuah PC tentu ada manfaatnya tersendiri, dan salah satu yang paling jelas adalah bagaimana PC juga bisa kita gunakan untuk bekerja, seperti saya sendiri yang sedang mengetik artikel ini menggunakan PC yang juga saya pakai untuk bermain game.

Gambar header: Zotac.

*Koreksi: Ada pembetulan pada informasi mengenai sistem operasi yang digunakan PS5, yang semestinya bukanlah berbasis Linux, melainkan berbasis FreeBSD.

Tak Perlu Dijual, PS4 Bisa Dipakai untuk Streaming Game PS5 dari Ruangan Lain

Kedatangan PlayStation 5 sudah di depan mata, dan yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, mau diapakan PS4 lama maupun PS4 Pro yang Anda punyai? Menjualnya tentu bisa menjadi salah satu opsi. Namun opsi lain yang mungkin lebih menarik adalah memakainya untuk streaming game PS5.

Ya, Anda tidak salah baca. PS4 lama yang Anda miliki nantinya bisa dipakai untuk memainkan game PS5 via aplikasi PS5 Remote Play, yang akan tersedia secara otomatis di dashboard PS4. Syaratnya tentu saja Anda harus punya console PS5-nya terlebih dulu, lalu kedua perangkat juga harus terhubung ke jaringan Wi-Fi yang sama.

Tentu saja ini merupakan kabar baik bagi konsumen yang, misalnya, mempunyai TV di ruang keluarga sekaligus di kamar tidur. Saya membayangkan mereka bisa menempatkan PS5 di ruang keluarga, lalu PS4 lamanya di kamar. Jadi saat malam sudah tiba, mereka bisa melanjutkan sesi bermainnya di kamar selagi bersantai dengan memanfaatkan aplikasi Remote Play itu tadi.

Sony sendiri telah mengonfirmasi hal ini melalui laman FAQ yang sangat lengkap. Dijelaskan bahwa mereka sudah memperbarui aplikasi Remote Play agar pengguna tak hanya bisa mengakses PS5-nya dari PC atau perangkat mobile (Android atau iOS) saja, melainkan juga lewat PS4 maupun unit PS5 lain.

Aplikasi PS5 Remote Play di dashboard PS4 / VGC
Aplikasi PS5 Remote Play di dashboard PS4 / VGC

Secara teknis ini termasuk streaming, dan itu berarti resolusi maksimumnya terbatas di 1080p, bukan 4K. Khusus buat yang mengakses Remote Play via PC, mereka juga bisa menikmati game PS5 dalam format HDR, tapi tentu saja dengan catatan monitor yang dipakai memang mendukung HDR.

Laman FAQ yang sama itu juga mengonfirmasi bahwa controller DualSense tidak dapat digunakan di PS4. Lucunya, ini berarti kita bisa streaming game PS5 menggunakan PS4 dan controller DualShock 4. Padahal, Sony sendiri menegaskan bahwa controller DualShock 4 di PS5 hanya bisa digunakan untuk bermain game PS4.

Apakah ini berarti Sony secara tidak langsung memaksa konsumen PS5 untuk membeli controller DualSense ekstra mengingat paket penjualannya hanya mencakup satu controller saja? Anda boleh menganggapnya demikian, tapi toh ini bukan berita baru, sebab PS4 sendiri juga tidak bisa dioperasikan dengan controller DualShock 3 milik PS3. Dan lagi, banyak reviewer yang memuji controller DualSense sebagai salah satu keunggulan utama PS5, terlebih jika dibandingkan dengan Xbox Series X.

Terlepas dari itu, setidaknya Anda sekarang bisa mendapat gambaran lebih jelas terkait masa depan PS4. Kalau memang tidak memungkinkan untuk dijual, paling tidak console itu dapat Anda pakai untuk streaming game PS5 dari ruangan lain di rumah.

Sumber: VGC dan The Verge.

Sony Bakal Rilis Lebih Banyak Game di PC

Akhir pekan lalu, Sony merilis laporan keuangan mereka untuk tahun fiskal 2019. Sama seperti perusahaan lain, bisnis Sony juga terkena dampak pandemi virus corona. Dari segi biaya operasional, Sony memperkirakan, mereka mengalami kerugian sebesar 68,2 miliar yen (sekitar Rp9,4 triliun) akibat virus corona.

Kabar baiknya, divisi gaming Sony memiliki performa yang baik. Faktanya, bisnis PlayStation kini memberikan kontribusi pemasukan paling besar untuk Sony jika dibandingkan dengan divisi-divisi lain. Dalam laporan keuangannya, Sony juga menyebutkan bahwa mereka kini memiliki 113 juta pengguna PlayStation Network dan 45 juta pelanggan PS+. Sementara jumlah pelanggan PS Now kini diperkirakan mencapai 2,2 juta orang.

Sony game PC
Total penjualan dan pemasukan dari masing-masing bisnis Sony. | Sumber: Kotaku

Performa divisi gaming Sony memang sangat baik. Namun, Sony masih belum puas dengan itu. Mereka masih ingin menggenjot bisnis gaming mereka. Salah satu strategi mereka untuk itu adalah dengan meluncurkan game untuk platform selain PlayStation. Platform yang jadi fokus Sony adalah PC. Jadi, ke depan, Sony akan meluncurkan lebih banyak game buatan mereka sendiri di PC. Sejauh ini, dua game Sony yang telah tersedia di PC adalah Horizon Zero Dawn dan Death Stranding.

“Kami berencana untuk meluncurkan lebih banyak game buatan kami sendiri di platform PC. Dengan ini, kami berharap kami akan dapat mendorong keuntungan perusahaan,” kata Sony dalam laporan keuangannya, seperti dikutip dari Kotaku. Menariknya, Sony menganggap PC sebagai pesaing utama mereka dalam bisnis gaming.

“Kami memperkirakan, persaingan akan semakin ketat akibat game-game PC dan perusahaan-perusahaan dari industri lain. Strategi utama kami untuk menumbuhkan bisnis gaming adalah untuk terus berinovasi dan mengembangkan Platform PlayStation. Untuk itu, SIE akan menyiapkan investasi untuk memperkuat konten IP kami, meningkatkan nilai brand, memperkuat komunitas dan mendorong interaksi pemain,” ungkap Sony.

Sony memang mengaku tertarik untuk membawa lebih banyak game-game mereka ke PC. Meskipun begitu, hal itu bukan berarti game-game ekslusif untuk PlayStation 5, seperti Horizon Forbidden West atau Spider-Man: Miles Morales, akan tersedia untuk PC dalam waktu dekat. Keputusan Sony untuk meluncurkan lebih banyak game di PC berarti, game-game eksklusif untuk PlayStation akan diluncurkan kembali untuk PC. Dengan begitu, game-game tersebut tidak hanya tersedia di pasar dalam waktu lebih lama, tapi juga mendorong pemasukan Sony.

Sumber header: Nikkei Asian Review

Controller PS4 Bisa Digunakan di PS5, Tapi Khusus untuk Memainkan Game PS4 Saja

Seperti yang kita ketahui, PlayStation 5 akan hadir bersamaan dengan controller baru bernama DualSense. Controller itu menawarkan sejumlah pembaruan yang cukup esensial meski gaya desainnya tidak berubah banyak, mulai dari adaptive trigger, teknologi haptic feedback, sampai mikrofon terintegrasi.

Namun yang menjadi pertanyaan banyak orang adalah, bisakah konsumen tetap memakai controller PS4 (DualShock 4) miliknya di PS5? Pertanyaan yang cukup wajar mengingat sebelum ini controller PS3 memang tidak kompatibel dengan PS4 (meski tentu ada saja cara untuk mengakalinya).

Lewat sebuah blog post, Sony mencoba memberikan klarifikasi. DualShock 4 maupun controller PS4 pihak ketiga lain bisa digunakan dengan PS5, tapi khusus untuk memainkan gamegame PS4 yang didukung saja. Kalau yang dimainkan adalah game PS5, maka konsumen membutuhkan controller DualSense.

Alasannya cukup sederhana, Sony percaya game yang diciptakan untuk PS5 harus bisa memaksimalkan kapabilitas baru dari sang console next-gen, termasuk halnya fitur-fitur anyar yang ditawarkan controller-nya. Contoh yang paling gampang tentu adalah fitur adaptive trigger, yang dirancang supaya beragam aksi dalam game seperti menarik tali busur panah bisa terasa lebih realistis. Dari sini kita tak perlu terkejut kalau Horizon Forbidden West bakal jadi salah satu penawaran eksklusif terbesar Sony untuk PS5.

Controller DualSense / Sony
Controller DualSense / Sony

Kalau dibandingkan dengan Xbox Series X, tampak bahwa PS5 jauh lebih ‘rewel’. Pasalnya, Xbox Series X bisa sepenuhnya dimainkan menggunakan controller Xbox One. Namun yang perlu kita ingat juga adalah, controller Xbox Series X sendiri memang tidak menawarkan banyak perubahan selain dari segi ergonomi.

Lalu bagaimana nasib periferal lain, seperti misalnya racing wheel, arcade stick, ataupun flight stick berlisensi resmi yang sudah konsumen miliki selama ini? Kabar baiknya, perangkat-perangkat tersebut masih bisa dipakai untuk memainkan game PS5 maupun game PS4 yang kompatibel. Meski demikian, Sony tetap tidak berani menjamin semuanya bakal kompatibel.

Untuk game VR, Sony memastikan bahwa PS Move Motion Controller maupun PS VR Aim Controller kompatibel dengan PS5, demikian pula PlayStation Camera, meski yang satu ini membutuhkan adaptor khusus.

Sumber: PlayStation Blog.

Gabe Newell Pilih Xbox Series X Ketimbang PlayStation 5

Anggap Anda Gabe Newell, sosok yang kerap ‘didewakan’ di ranah PC gaming. Saat ada jurnalis yang menanyakan mengenai console next-gen pilihan Anda, apa jawaban paling diplomatis yang bisa Anda berikan? Berhubung bisnis Anda berhubungan langsung dengan platform PC, sudah pasti jawaban yang paling aman ya “PC” itu sendiri.

Namun ternyata Gabe Newell yang sebenarnya tidak semembosankan itu. Dalam sebuah acara TV Selandia Baru berjudul The Project, beliau sempat ditanya persis soal itu, soal mana yang menurutnya lebih baik antara Xbox Series X atau PlayStation 5. Tanpa menunjukkan sedikit pun keraguan, Gabe menjawab “Xbox”.

Gabe tidak menjelaskan lebih lanjut alasannya kenapa, dan ia tidak lupa mengklarifikasi bahwa ia sebenarnya tak punya kepentingan apa-apa terkait perang console next-gen tersebut. Namun seandainya ia harus memilih, pilihannya jatuh pada Xbox Series X.

Kemungkinan, preferensi Gabe mengacu pada fakta bahwa di atas kertas, Xbox Series X memang punya kinerja CPU dan GPU yang lebih unggul daripada PS5. Ini kontras dengan preferensi bos Epic Games, Tim Sweeney, yang beberapa kali tidak segan memuji performa SSD milik PS5 yang luar biasa cepat.

Kemungkinan yang kedua sepertinya berkaitan dengan fakta bahwa hampir semua game eksklusif milik Xbox kini sudah tersedia di PC (dan dipasarkan melalui Steam, platform distribusi game milik Valve, perusahaan yang Gabe Newell dirikan). Ke depannya, Microsoft malah bakal membawa semua penawaran eksklusifnya untuk Xbox Series X ke PC, seperti yang sudah diumumkan pada acara Xbox Games Showcase belum lama ini.

Microsoft dan Valve selama ini memang tergolong cukup akrab. Markas besar kedua perusahaan itu saling berdekatan di provinsi Washington, dan sebelum mendirikan Valve, Gabe Newell sendiri merupakan mantan programmer Microsoft yang secara langsung terlibat dalam pengembangan beberapa versi sistem operasi Windows selama 13 tahun karirnya di sana.

Juga lucu adalah jawaban Gabe ketika ditanya soal kiat untuk mengurangi rasa mual yang muncul setelah menggunakan VR headset. “Beli perangkat yang lebih baik,” jawab Gabe, dan ini tentu saja mengacu pada fakta bahwa salah satu nilai jual utama VR headset Valve Index adalah display dengan refresh rate 120 Hz, yang dipercaya mampu meminimalkan rasa mual semacam itu.

Sumber: VG247.

Sejarah Sony, Masuki Industri Game Karena Marah dengan Nintendo

Gamer mana yang tidak mengenal Sony? Perusahaan yang identik dengan merek PlayStation itu sekarang menjadi salah satu perusahaan game paling dikenal di dunia. Padahal, pada awal didirikan, Sony bukanlah perusahaan game. Faktanya, perusahaan Jepang itu baru mulai tertarik dengan industri gaming berpuluh-puluh tahun setelah ia didirikan. Menariknya, alasan Sony bersikukuh membuat konsol sendiri adalah karena kesal pada Nintendo.

Bagaimana cerita lengkapnya?

Sejarah Perusahaan Sony

Sony didirikan tak lama setelah Perang Dunia 2 berakhir. Pada 1946, Masaru Ibuka dan Akio Morita mendirikan perusahaan yang dinamai Tokyo Tsushin Kogyo alias Tokyo Telecommunications Engineering Corp. Saat didirikan, Sony hanya memiliki delapan karyawan. Mereka meluncurkan produk pertama, sebuah power megaphone, satu tahun setelah perusahaan didirikan. Pada 1950, mereka sukses membuat alat perekam pertama di Jepang, yang dinamai Type-G.

Pada pertengahan 1950-an, Tokyo Tsushin Kogyo mulai melakukan ekspansi global. Sayangnya — atau untungnya? — sudah ada perusahaan Jepang lain yang menggunakan inisial TTK. Alhasil, mereka harus mencari nama baru. Mereka memutuskan untuk menggunakan nama “Sony”, yang merupakan gabungan dari kata Sonus (suara dalam Bahasa Latin) dan Sonny (panggilan untuk anak laki-laki di Amerika Serikat). Mereka sengaja mencari nama yang tidak ada dalam bahasa apapun agar mereka bisa menjadikan nama tersebut sebagai trademark.

Pada awalnya, Sony dinamai Tokyo Tsushin Kyogo. | Sumber: Sony.net
Pada awalnya, Sony dinamai Tokyo Tsushin Kyogo. | Sumber: Sony.net

Memperkenalkan nama perusahaan baru dalam dunia bisnis bukan perkara gampang. Jadi, tidak heran jika banyak pegawai Sony mempertanyakan keputusan untuk menggunakan nama baru. Namun, pada akhirnya, nama perusahaan diganti menjadi Sony Corp. pada 1958. Dua tahun kemudian, pada 1960, mereka membuka cabang di Amerika Serikat. Pada 1968, mereka memperluas sayap mereka ke Inggris. Mereka memasuki pasar Prancis pada 1973 dan Jerman pada 1986.

 

Bagaimana Sony Bisa Masuk ke Industri Game?

Nintendo dan Sony hidup dalam harmoni. Semuanya berubah saat Negara Api menyerang… Dalam kasus ini, Nintendo adalah Negara Api. Percaya atau tidak, Sony berkeras untuk membuat konsol game sendiri karena merasa dilecehkan oleh Nintendo.

Ialah Ken Kutaragi, teknisi Sony yang menyadari potensi pasar konsol game saat dia melihat anaknya memainkan konsol Nintendo. Kutaragi kini dikenal sebagai Bapak PlayStation, tapi pada akhir 1980-an, dia hanyalah pegawai di Sony. Setelah menyadari potensi pasar konsol game, dia lalu membuat sound chip untuk Super Nintendo di laboratorium Sony Digital Research. Namun, dia membangun chip tersebut secara diam-diam. Dan begitu atasan Kutaragi tahu apa yang dia lakukan, mereka marah besar. Untungnya, Nintendo — yang memang sedang mencari sound chip untuk konsol barunya — memutuskan untuk membeli chip tersebut.

Beberapa tahun kemudian, Nintendo mengajak Sony untuk bekerja sama. Konsol Super Nintendo masih menggunakan cartridge. Sony diminta untuk memodifikasi Super Nintendo agar konsol itu juga bisa memainkan game dalam CD. Saat itu, Sony masih belum yakin akan besarnya potensi industri gaming. Namun, Kutaragi berhasil meyakinkan para atasannya bahwa dia bisa mengerjakan apa yang diminta Nintendo. Dia sukses membuat Super Nintendo yang bisa memainkan game pada cartridge dan CD. Konsol itu disebut Nintendo PlayStation.

Nintendo PlayStation bisa membaca cartrdige dan CD. | Sumber: Engadget
Nintendo PlayStation bisa membaca cartrdige dan CD. | Sumber: Engadget

Sony memamerkan Nintendo PlayStation dalam ajang Consumer Electronic Shows pada Juni 1991. Masalah muncul ketika Nintendo memutuskan untuk mengkhianati Sony. Pada hari yang sama ketika Sony memperkenalkan Nintendo PlayStation, Nintendo mengumumkan kerja sama mereka dengan Philips, yang merupakan pesaing Sony. Hal ini membuat Sony meradang.

Memang, bahkan sebelum Nintendo mengumumkan kolaborasinya dengan Philips, hubungan antara Sony dan Nintendo memang sudah bermasalah. Dua perusahaan Jepang itu tidak bisa mencapai kata mufakat dalam hal pembagian pemasukan dari kerja sama mereka. Sony mengusulkan, Nintendo mendapatkan hasil penjualan cartridge, sementara hasil penjualan CD masuk ke Sony.

Nintendo menolak keras, ungkap Chris Deering, yang saat itu bekerja di Columbia Pictures milik Sony dan nantinya menjadi Presiden dari Sony Computer Entertainment di Eropa. Nintendo bahkan menganggap, Sony berusaha untuk mengambil jatah mereka. Kerja sama antara Sony dan Nintendo pun berakhir. Dan Nintendo tak terlalu ambil pusing. Ketika itu, mereka yakin, Sony tidak tertarik dengan bisnis game. Namun, apa yang Nintendo lakukan membuat Norio Ohga, yang masih menjabat sebagai Presiden Sony, marah besar. Nintendo dianggap telah mempermalukan Sony. Ohga memutuskan bahwa Sony akan membuat konsol sendiri.

“Kita tidak akan mundur dari bisnis ini!” kata Ohga dalam sebuah pertemuan yang diadakan pada akhir Juli 1991, seperti dikutip dari GamesRadar. Dia lalu memerintahkan Kutaragi untuk melanjutkan proyek pengembangan konsol yang dia garap. Dengan ini, Kutaragi sukses mendapatkan restu dari bos besar Sony untuk mengembangkan konsol game.

Phil Harrison, yang bergabung dengan Sony pada September 1992 dan nantinya menjadi Presiden dari Sony Computer Entertainment Worldwide Studios, menjelaskan bahwa Kutaragi terpukau dengan System-G, komputer khusus special-effects yang biasanya digunakan oleh perusahaan televisi untuk menampilkan gambar 3D pada siaran secara langsung. “Dari segi teknologi, System-G tidak jauh berbeda dengan game. Namun, System-G merupakan mesin yang sangat canggih. Dan Ken ingin membuat mesin serupa secara massal sehingga ia bisa dimainkan di rumah,” kata Harrison.

Ken Kutaragi dikenal sebagai Bapak PlayStation. | Sumber: YouTube
Ken Kutaragi dikenal sebagai Bapak PlayStation. | Sumber: YouTube

Lagi-lagi, masalah muncul. Kali ini, karena Nintendo mengajak Sony bekerja sama dalam proyek selain game. Diduga, alsaan Nintendo menawarkan kolaborasi pada Sony adalah karena mereka tak ingin Sony mempermasalahkan mereka di pengadilan. Mereka juga diperkirakan ingin mengalihkan perhatian Sony agar mereka tidak bisa fokus dalam mengembangkan konsol mereka sendiri. Hal ini membuat Kutaragi frustasi. Pasalnya, dia juga mendapatkan banyak kritik dari internal Sony, khususnya dari orang-orang yang tidak ingin Sony masuk ke industri game.

 

Masalah Internal Sony

Pada Mei 1992, Sony akhirnya berhenti bernegoisasi dengan Nintendo. Satu bulan kemudian, para petinggi Sony mengadakan meeting untuk menentukan keberlangsungan proyek Kutaragi dalam membuat konsol game. Sebagian besar merasa, proyek Kutaragi seharusnya dihentikan. Kutaragi lalu mengungkap bahwa dia telah membuat sebuah mesin berbasis CD-Rom yang bisa menampilkan grafik 3D untuk game dan bukannya multimedia. Hanya saja, mesin itu memerlukan chip yang jauh lebih canggih dari yang ada.

Meskipun begitu, Kutaragi tak mau menyerah. Dia sengaja menyulut api kemarahan Ohga dengan berkata, “Apakah kita akan menerima penghinaan dari Nintendo begitu saja?” Pada akhirnya, Ohga membiarkan Kutaragi melanjutkan proyeknya. Hanya saja, Kutaragi harus keluar dari Sony karena, Ohga khawatir tekad Kutaragi akan tergerus jika dia harus bekerja di tengah protes dari koleganya.

“Banyak orang yang tidak setuju jika Sony masuk ke industri game,” ungkap Harrison. Para petinggi lama Sony menganggap konsol buatan Sega dan Nintendo sebagai mainan. Mereka khawatir, jika Sony mulai membuat “mainan”, reputasi mereka yang telah dipertahankan selama berpuluh-puluh tahun, akan rusak. “Pendapat mereka berubah setelah bisnis gaming memberikan kontribusi 90 persen dari total laba perusahaan selama beberapa tahun,” ujar Harrison.

Bersama dengan 9 orang lainnya, Kutaragi dipindahkan ke Sony Music, entitas yang masih ada di bawah Sony Corp. tapi memiliki keuangan yang terpisah. Markas Sony Music ada di distrik Aoyama, Tokyo. Di sana, dia bekerja dengan Shigeo Maruyama, CEO Sony Music, yang kemudian menjadi Vice President dari Sony Computer Entertainment International (SCEI), divisi yang bertanggung jawab atas bisnis PlayStation. Kutaragi juga bekerja sama dengan Akira Sato, yang juga menjadi seorang VP. Nantinya, Sony Music memiliki peran penting dalam kesukesan PlayStation.

Deering menjelaskan, saat itu, musik adalah industri yang besar. Sony tak hanya tahu cara membesarkan musisi bertalenta, mereka juga tahu cara untuk membuat dan memasarkan disc. Sementara dalam industri game, cartridge mulai ditinggalkan, digantikan oleh CD. Jadi, Sony bisa menggunakan pengetahuan mereka dari industri musik ke industri game.

Dua orang lain yang memiliki peran penting dalam kesuksesan PlayStation adalah Olah Olafsson, Presiden dan CEO dari Sony Interactive Entertainment dan Terry Tokunaka, yang pernah bekerja di kantor utama Sony Corp. dan kemudian menjadi Presiden dari SCEI. Strategi Tokunaka untuk membuat PlayStation sukses sederhana. Dia ingin memenangkan hati para developer dan publisher game sehingga mereka bersedia membuat game untuk PlayStation.

 

Memenangkan Hati Developer dan Publisher

Harrison bergabung dengan PlayStation pada 1993. Dia merupakan salah satu orang yang berusaha meyakinkan developer dan publisher agar mereka mau membuat game untuk PlayStation. “Kami harus bekerja keras untuk membuktikan kredibiltas kami,” katanya.

Harrison bercerita, mereka menerima banyak pertanyaan terkait model bisnis yang ditawarkan oleh Sony, seperti besar royalti atau sistem distribusi game. Para kreator game lalu membandingkan model bisnis Sony dengan model bisnis Sega dan Nintendo, yang ketika itu dianggap sangat ketat. “Sekarang, model bisnis mereka sudah berubah. Namun, saat itu, membuat game untuk Nintendo 16-bit memiliki risiko besar,” ujar Harrison.

Pada awalnya, Nintendo menggunakan cartridge. | Sumber: Wikipedia
Pada awalnya, Nintendo menggunakan cartridge. | Sumber: Wikipedia

Salah satu masalah yang dihadapi oleh publisher game Jepang adalah mereka tidak memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendistribusikan game yang mereka buat. Ketika mereka membuat game untuk konsol Nintendo, maka Nintendo akan bertanggung jawab atas pendistribusian game. “Semua rekan publisher kami di Jepang senang dengan konsol kami. Hanya saja, mereka tidak tahu bagaimana cara untuk menjual game mereka ke pasar,” jelas Harrison. “Di sinilah kerja sama antara Sony Corp. dan Sony Music membuahkan hasil manis.”

Pada 1994, Sony mengundang developer dan publisher game ke hotel di Tokyo. Mereka menjelaskan, mereka sadar bahwa para developer dan publisher tidak tahu bagaimana cara menjual game mereka. Karena itu, mereka mempersiapkan tim sales. Hasilnya, ratusan publisher di Jepang siap untuk merilis game untuk PlayStation, sehingga konsol itu punya game yang sangat beragam.

Alasan lain para developer dan publisher memilih untuk membuat game PlayStation adalah karena membuat game untuk konsol Sega dan Nintendo tidak hanya berisiko, tapi juga lambat. Pasalnya, konsol Sega dan Nintendo menggunakan cartridge. Jika dibandingkan dengan proses pembuatan game di cartridge, pembuatan game di CD memakan waktu lebih singkat. Pada akhirnya, hal ini membuat developer dan publisher memiliki modal lebih yang bisa digunakan untuk mengembangkan game dan marketing.

Terakhir, alasan para developer dan publisher game tertarik untuk membuat game PlayStation adalah karena Sony tidak memiliki studio game sendiri sampai 1994. Hal itu berarti, Sony sepenuhnya menggantungkan diri pada kreator game pihak ketiga. Selain itu, mereka juga tidak perlu khawatir harus bersaing dengan Sony dalam merebut hati para pemain.

 

Konsol Buatan Sony

Konsol PlayStation pertama diluncurkan di Jepang pada Desember 1994. PlayStation menjadi konsol pertama yang berhasil terjual lebih dari 100 juta unit. PS tidak memiliki hard drive. Jadi, jika Anda ingin menyimpan data game pada konsol tersebut, Anda perlu menggunakan memory cards, yang hanya memiliki kapasitas 128KB. Pada Juli 2000, Sony meluncurkan PSOne. Dengan ini, Sony memulai tradisi mereka untuk meluncurkan konsol dalam ukuran lebih kecil.

Sony meluncurkan PlayStation 2 pada Maret 2000. Sampai sekarang, PlayStation 2 masih menjadi konsol paling laku sepanjang sejarah. Selama 12 tahun, Sony berhasil menjual 155 juta unit PlayStation 2. Salah satu alasan mengapa PlayStation 2 jauh lebih unggul dari para pesaingnya, seperti Microsoft Xbox, Nintendo GameCube, dan Sega Dreamcast, adalah karena ia memiliki game dalam jumlah banyak, mencapai lebih dari dua ribu game.

PlayStation 2 menggunakan Emotion Engine — prosesor dengan satu core — sebagai CPU. Konsol itu sudah dilengkapi dengan backward compatibility, fitur yang jarang ditemukan di konsol pada eranya. Dengan fitur backward compatibility, Anda bisa memainkan kebanyakan game PS1 di PS2.

Perubahan desain PlayStation dari masa ke masa. | Sumber: GameSpot
Perubahan desain PlayStation dari masa ke masa. | Sumber: GameSpot

PlayStation 2 juga menjadi konsol pertama yang kompatibel dengan DVD dan dilengkapi dengan port USB. Meskipun Anda bisa memasang hard drive sebesar 40GB pada PS2, konsol ini juga masih menggunakan memory card. Hanya saja, memory card PS2 memiliki kapasitas yang lebih besar, yaitu sampai 8MB. Melanjutkan tradisi, Sony meluncurkan PlayStation 2 Slimline pada September 2004.

PlayStation 3 diluncurkan pada November 2006. Ketika diluncurkan, konsol itu dihargai US$600, lebih mahal daripada Xbox 360 dan Nintendo Wii. Namun, konsol tersebut memang dilengkapi dengan Blu-ray drive. Dan jika dibandingkan dengan harga Blu-ray player, harga PlayStation 3 lebih murah.

Sony menggunakan prosesor Cell sebagai jantung dari PlayStation 3. Untuk membuat chip tersebut, Sony bekerja sama dengan Toshiba dan IBM. Sayangnya, chip tersebut mendapatkan protes dari banyak developer karena sulit untuk diprogram. Pada awalnya, PS3 dilengkapi dengan fitur backward compatibility dengan PS2. Hanya saja, untuk menyediakan fitur tersebut, Sony harus menanamkan prosesor PS2 di dalam konsol barunya. Demi memangkas harga PS3, Sony lalu memutuskan untuk menghilangkan prosesor PS2 tersebut.

PS3 menjadi konsol PlayStation pertama yang mendukung HDMI dan video 1080p. Konsol ini juga bisa terhubung ke jaringan WiFi. Sony juga sudah melengkapi PS3 dengan hard drive sebesar 20GB. Tak hanya itu, Anda juga bisa memasang HDD sendiri jika mau. Sama seperti konsol pendahulunya, PlayStation 3 juga dirilis dengan desain yang lebih ramping. Tidak tanggung-tanggung, Sony meluncurkan dua versi “Slim” dari PS3, yaitu PlayStation 3 Slim pada September 2009 dan PlayStation 3 Super Slim pada 2012.

Sony meluncurkan PlayStation 4 pada November 2013. Konsol itu terjual sebanyak satu juta unit pada hari pertama, menjadikannya sebagai konsol dengan penjualan terbanyak dalam periode satu hari. Konsol ini juga menjadi konsol pertama Sony yang memiliki CPU berbasis x86, arsitektur yang sama dengan arsitektur pada kebanyakan prosesor PC gaming. Pada 2019, PlayStation 4 terjual sebanyak 91 juta unit. Per Maret 2020, angka itu naik menjadi 110,4 juta unit.

Pada tahun ini, Sony menjadi pembicaraan hangat kerena akan merilis PlayStation 5. Pada pertengahan Juni lalu, mereka memamerkan PS5 beserta puluhan game yang bisa dimainkan di konsol tersebut. PlayStation 5 akan bersaing dengan Xbox Series X dari Microsoft. Menariknya, bahkan sebelum kedua konsol itu beredar di pasar, analis memperkirakan bahwa PS5 akan lebih laku dari Xbox Series X.

Kesimpulan

Jangan sembarangan menghina orang lain. Siapa tahu, teman culun yang sering menjadi bahan ledekan saat SMP atau SMA justru menjadi orang sukses saat sudah bekerja. Kesimpulan kedua: jangan menyinggung harga diri orang Jepang. Mereka mengerikan saat menyimpan dendam. Siapa yang mengira, keputusan Nintendo untuk memutus kerja sama Sony justru berujung dengan munculnya pesaing super tangguh di industri konsol game?

Sumber: GamesRadar, Sydney Morning Herald, BizFluent, GameSpot

Sumber header: Glassdoor

PlayStation Ikut Boikot Facebook

PlayStation akan berhenti untuk memasang iklan di Facebook dan Instagram. Tidak hanya itu, mereka bahkan akan berhenti mengunggah konten apapun ke Facebook dan Instagram, setidaknya sepanjang bulan Juli. Keputusan PlayStation ini adalah bagian dari kampanye #StopHateForProfit.

Belakangan, Facebook mendapatkan kritik karena mereka dianggap tidak berusaha untuk mengurangi konten kebencian atau hoaks di media sosial mereka. Padahal, platform lain seperti Twitter dan Twitch telah berusaha untuk mengatasi masalah maraknya konten kebencian di platform mereka. Misalnya, Twitch belum lama ini memblokir akun Presiden Amerika Serikat Donald Trump karena dianggap mengandung ujaran kebencian.

“Dalam bentuk dukungan kami pada kampanye #StopHateForProfit, kami telah menghentikan semua kegiatan kami di Facebook dan Instagram secara global, termasuk berhenti membuat konten berbayar ataupun tidak berbayar. Hal ini berlaku sampai akhir Juli. Kami ingin bisa bekerja sama (dan bermain bersama) demi kebaikan semua orang,” kata PlayStation dalam pernyataan resmi, seperti dikutip dari GamesIndustry.

playstation boikot facebook
Facebook diprotes karena dianggap membiarkan ujaran kebencian. | Sumber: TechCrunch

PlayStation bukan satu-satunya perusahaan yang ikut dalam kampanye untuk memboikot Facebook. Menurut laporan Engadget, ada setidaknya 300 perusahaan yang ikut dalam kampanye tersebut. Namun, Facebook tampaknya tak terlalu peduli dengan kampanye ini. Berulang kali, mereka meyakinkan perusahaan yang beriklan di platform mereka bahwa mereka tidak akan mengubah peraturan perusahaan hanya karena boikot tersebut.

Menariknya, meskipun ratusan merek-merek ternama — seperti Coca-Cola, Honda, dan Starbucks — memutuskan untuk memboikot Facebook, hal ini tidak memberikan dampak besar pada pemasukan Facebook. Faktanya, dari 100 perusahaan dengan dana iklan terbesar di Facebook, kebanyakan tidak ikut serta dalam kampanye boikot Facebook ini, menurut analisa CNN.

Sementara dari 25 perusahaan dengan dana iklan terbesar, hanya 3 perusahaan yang ikut dalam kampanye untuk memboikot Facebook tersebut. Tiga perusahaan itu adalah Microsoft, Starbucks, dan Pfizer. Diperkirakan, total uang yang dihabiskan oleh 25 perusahaan tersebut mencapai US$2 miliar, hanya 3 persen dari total pemasukan Facebook pada 2019. Jadi, tidak heran jika Facebook tidak khawatir dengan kampanye boikot ini. CEO Facebook, Mark Zuckerberg bahkan merasa yakin, perusahaan yang melakukan boikot akan kembali beriklan di Facebook dalam waktu dekat.

Microsoft memang ikut serta dalam kampanye untuk memboikot Facebook. Namun, mereka tetap memiliki 1,3 persen saham Facebook. Tak hanya itu, ketika mereka memutuskan untuk menutup Mixer, mereka menjalin kerja sama dengan Facebook Gaming.