Mengenal Lebih Dekat Platform PropTech CicilSewa

Memosisikan diri sebagai platform property technology, CicilSewa yang diprakarsai Hendry Oktavianus, Andrew Buntoro, dan Ridchi Jusli mencoba menghadirkan solusi memudahkan pengguna menyewa properti berbentuk rumah, ruko, atau apartemen. Pihak CicilSewa membantu memberikan dana “talangan” untuk satu hingga dua tahun sehingga pengguna bisa membayar secara bulanan. Perusahaan berdiri sejak Oktober 2018.

CicilSewa sudah membantu ratusan keluarga/individu untuk kebutuhan sewa properti mereka. Kini mereka bisa tinggal lebih dekat dengan kantor, dari kost pindah ke rumah, dan tentunya dengan standar kualitas tinggal yang jauh lebih baik dari sebelumnya. CicilSewa juga telah membantu ratusan pebisnis untuk memulai bisnis mereka, atau membantu melebarkan bisnis mereka dalam hal sewa properti,” ujar Hendry.

Hendry mengklaim, selama ini pasar sewa properti di Indonesia kebanyakan diakses kalangan menengah ke atas dengan range biaya sewa sekitar Rp30 juta hingga Rp50 juta per tahun. Solusi yang ditawarkan CicilSewa dirancang sedemikian rupa untuk meringankan biaya sewa tersebut.

Selain menawarkan solusi cicilan ringan untuk hunian atau apartemen, CicilSewa juga menawarkan properti berupa ruko.

Memasuki usia dua tahun, CicilSewa berupaya melebarkan jangkauan di lebih banyak kota. Sudah melayani wilayah Jabodetabek, dalam satu hingga dua tahun ke depan mereka menargetkan bisa menyasar kawasan Bandung, Yogyakarta, Surabaya hingga Bali.

“CicilSewa ingin bekerja sama dengan seluruh pemilik properti, karena pemilik properti tetap mendapatkan uang sewa di awal. Dengan bekerja sama dengan CicilSewa, propertinya pasti akan lebih cepat tersewa. CicilSewa saat ini telah bekerja sama dengan banyak perusahaan agen properti ternama di Indonesia. Dengan begitu diharapkan mereka juga dapat membantu dan memberikan edukasi kepada masyarakat atas manfaat dari produk CicilSewa tersebut,” jelas Hendry.

Fokus Dekoruma Menghadirkan Layanan dan Produk “Home Living” Terpadu

Sebagai salah satu platform jasa desain interior dan konstruksi, Dekoruma mencoba untuk menghadirkan layanan hingga inovasi terkini. Salah satu yang diluncurkan adalah jasa desain ruangan kantor mengadopsi tren ruang kerja populer saat ini, yaitu “open concept”.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Dekoruma Dimas Harry Priawan menyebutkan bahwa pertumbuhan bisnis perusahaan saat ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

“Kami juga berencana untuk meresmikan experience center baru, menjalin lebih banyak kemitraan dari desainer interior, kontraktor, dan pihak terkait guna memenuhi permintaan yang makin meningkat jumlahnya.”

Dikenal bukan hanya menjual produk furnitur, Dekoruma menyediakan layanan konsultasi desain. Perusahaan mencatat dari sisi ritel sudah mulai banyak pelanggan yang berani untuk membeli barang dengan harga premium. Hal ini membuktikan bahwa pasar sudah makin dewasa dan mengalami pertumbuhan positif.

“Pada akhirnya saat ini jasa desain interior tidak hanya dibutuhkan bagi mereka yang memiliki anggaran lebih saja, memanfaatkan teknologi dan supply chain yang makin baik, dana yang dikeluarkan bisa dipangkas jumlahnya menjadikan lebih banyak orang menikmati layanan ini” kata Dimas.

Mengedepankan penggunaan teknologi

Sebagai platform yang memanfaatkan teknologi, Dekoruma selalu berupaya menjadi platform yang mengakselerasi pengembangan dan pertumbuhan industri home living. Saat ini mereka telah menambah kategori untuk desain komersial yang bertujuan untuk memberikan peluang lebih banyak kepada mitra. Perusahaan juga memiliki rencana untuk meluncurkan Design & Project Management Software kepada publik.

“Kami juga mencatat penggunaan aplikasi saat melakukan transaksi masih mendominasi dan mendorong jumlah traffic. Namun berdasarkan informasi dari para pengembang dan desainer juga tercatat, penggunaan tablet dan desktop saat mengakses platform Dekoruma juga masih besar jumlahnya. Salah satu alasannya adalah monitor yang lebih besar,” kata Dimas.

Tahun 2020 masih banyak target yang ingin dicapai oleh Dekoruma, fokus utama mereka adalah menambah lebih banyak produk, menawarkan berbagai macam pilihan furnitur dan bekerja dengan supplier untuk menghadirkan produk dan harga yang tepat kepada pelanggan. Penggalangan dana juga menjadi salah satu rencana perusahaan, meskipun tidak dalam waktu dekat.

Mengklaim mengalami pertumbuhan yang positif, namun perusahaan masih mengalami tantangan saat menjalankan bisnis. Salah satunya adalah persoalan skill dan cara-cara konvensional yang masih diterapkan oleh mitra seperti mandor, tukang, hingga kontraktor.

“Saya melihat akan menjadi sulit bagi industri untuk bisa tumbuh dengan cepat jika masih menerapkan cara-cara lama, selain kurang efektif, cara tersebut juga terkadang menghabiskan anggaran yang cukup besar. Untuk itu kami ingin meningkatkan skill mereka dan mengubah mindset juga kultur yang sudah diterapkan sejak dulu. Kami ingin mereka bisa mendapatkan penghasilan yang lebih dengan meningkatkan produktivitas,” tutup Dimas.

Application Information Will Show Up Here

Bentuk “Joint Venture” Bersama REA Group, 99.co Kini Pimpin Bisnis iProperty dan Rumah123

Pengembang layanan proptech 99.co kemarin (08/10) mengumumkan aksi perusahaan dalam “joint venture” bersama REA (Real Estate Australia) Group. Kesepakatan itu akan membawa dua kanal properti digital milik REA, yakni iProperty.com.sg (beroperasi di Singapura) dan Rumah123.com (beroperasi di Indonesia), dikelola 99.co untuk memenangkan pasar Asia Tenggara.

Dalam joint venture ini, REA juga menggelontorkan investasi US$8 juta untuk mendukung pengembangan dan pertumbuhan. Secara bisnis ketiga layanan akan menyatu, Co-Founder & CEO 99.co Darius Cheung akan memimpin.

Dalam siaran pers yang diterbitkan REA Group, disebutkan perusahaan joint venture didirikan melalui transfer/penggabungan bisnis 99.co, iProperty.com.sg, dan Rumah123. Pemegang saham 99.co saat ini, termasuk co-founder, Sequoia, pendiri Facebook Eduardo Saverin, Allianz X, MindWorks Ventures, East Ventures dan 500 Startups akan mendapat kepemilikan saham di perusahaan JV berjumlah 73%. REA Group akan menjadi pemegang saham terbesar dengan 27% kepemilikan saham.

Sebelumnya iProperty Group (induk perusahaan Rumah123.com) diakuisisi REA pada November 2015 lalu dengan total saham yang dibeli setara dengan AU$578 juta atau sekitar Rp 5,5 triliun.

“Kami datang untuk memimpin pasar. Ini adalah tonggak penting yang menempatkan kami sebagai portal properti nomor 1 di Indonesia dan sedang menuju nomor 1 di Singapura. DNA inovatif kami ditambah dengan pengalaman REA menjadikan ini sebagai kemitraan yang ‘mematikan’, belum pernah terjadi sebelumnya di Asia Tenggara,” sambut Darius.

Di awal tahun 2018, 99.co juga telah melakukan akuisisi penuh ke portal properti lokal UrbanIndo. Saat ini data sudah dimigrasikan penuh. Perusahaan makin agresif pasca Agustus 2019 lalu mendapatkan pendanaan seri B senilai $15,2 juta, dengan menempatkan wilayah Jabodetabek sebagai pasar utama mereka.

“Selama dua tahun terakhir kami mengagumi inovasi dan kecepatan yang dilakukan Darius dan timnya ke pasar yang mereka layani. Kombinasi hebat dari talenta, teknologi, keahlian digital, dan hubungan pelanggan yang kami miliki akan menambah kemampuan perusahaan untuk bersaing dan menang di Singapura dan Indonesia,” sambut CSO & CEO Asia Rea Group Henry Ruiz.

Di awal tahun ini, Rumah123 menunjuk Maria Herawati Manik untuk jadi Country Manager baru mereka, menggantikan Ignasius Untung. Bersama pemimpin baru, Rumah123 fokus meningkatkan pengalaman pengguna melalui inovasi digital yang dihadirkan.

Di wilayah regional, salah satu pesaing di bisnis ini adalah PropertyGuru. Mereka mengoperasikan beberapa layanan proptech di beberapa negara, termasuk Rumah.com di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

99.co Startup for Property Announces 216 Billion Rupiah Funding, Still Focused on Jabodetabek area in Indonesia

99.co website for property has recently announced Series B funding worth of $15.2 million (around 216.6 billion Rupiah). MindWorks Ventures and Allianz X led this round, followed by the previous investors, East Ventures, Sequoia India and Eduardo Saverin.
The fresh money is to be focused on the development and expansion of coverage in the core market, Singapore and Indonesia. Darius Cheung, 99.co‘s Co-Founder & CEO told DailySocial, they have acquired more than 2 million monthly users in Indonesia with over 150 thousand lists of property.
To date, 99.co still focused on Jabodetabek area in Indonesia although they’ve been operating in some other cities, such as Bandung, Surabaya, and Pekanbaru. This expansion becomes the company’s current strategic plan.
“In fact, we’re still focused on Jabodetabek for now. While we operating the business in other cities like Bandung, Surabaya, Pekanbaru and to be continuously expanding with Jabodetabek as the main focus,” he said.
In terms of transactions, 99.co still lean on the agent system. Cheung said they have 3 thousand agents registered and proceed more than 2,000 transactions.
“During 2019, we’ve established some software improvement for Indonesian agents, including a CRM system to increase productivity. In the second half this year, we’re to launch some product innovations for consumers,” he added.
Previously, in early 2018, 99.co made a movement by acquiring property portal, Urbanindo. The existing product and feature were transferred to 99.co per August 2018.
“We believe, the design-centric approach we used to solve the complicated process, also thorough technology for geo-location development and market data has brought us on lead and distinct,” Cheung said.

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Application Information Will Show Up Here

Startup Properti 99.co Umumkan Pendanaan 216 Miliar Rupiah, di Indonesia Masih Fokus di Jabodetabek

Situs properti 99.co baru-baru ini mengumumkan telah mendapatkan putaran pendanaan putaran seri B senilai $15,2 juta (setara dengan 216,6 miliar Rupiah). Pendanaan dipimpin oleh MindWorks Ventures dan Allianz X dengan keterlibatan dari investor sebelumnya, yakni East Ventures, Sequoia India, dan Eduardo Saverin.

Hasil pendanaan akan difokuskan untuk pengembangan dan perluasan jangkauan di pasar inti mereka, yakni di kawasan Singapura dan Indonesia. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO 99.co Darius Cheung mengatakan bahwa sampai saat ini sudah ada lebih dari 2 juta pengguna bulanan di Indonesia, dengan lebih dari 150 ribu daftar properti.

Sejauh ini 99.co di Indonesia masih difokuskan untuk kawasan Jabodetabek. Kendati demikian, mereka sudah beroperasi di lokasi lain seperti Bandung, Surabaya dan Pekanbaru. Perluasan ke kota-kota lain dikatakan tengah menjadi agenda strategis perusahaan.

“Tentu saja, kami masih sangat fokus pada Jabodetabek untuk saat ini. Sementara kami beroperasi di sejumlah kota lain seperti Bandung, Surabaya, Pekanbaru, dan kami berusaha untuk memperluasnya, sambil tetap fokus pada Jabodetakbek,” ujar Darius.

Untuk transaksi sendiri, 99.co masih mengandalkan sistem keagenan. Darius juga mengatakan, sejauh ini ada sekitar 3 ribu agen terdaftar dan selama setahun ke belakang telah menciptakan lebih dari 2000 transaksi.

“Selama tahun 2019 ini kami telah meluncurkan banyak peningkatan perangkat lunak untuk agen di Indonesia, termasuk sistem CRM untuk meningkatkan produktivitas mereka. Di paruh kedua tahun ini, kami akan merilis sejumlah inovasi produk di sisi konsumen,” terang Darius.

Sebelumnya pada awal tahun 2018 lalu, 99.co melakukan aksi perusahaan dengan melakukan akuisisi terhadap portal properti Urbanindo. Produk dan fitur Urbanindo diboyong ke 99.co per Agustus 2018 lalu.

“Kami percaya, pendekatan design-centric yang kami lahirkan untuk mengatasi masalah pencarian yang kompleks serta pengembangan teknologi yang mendalam pada pembuatan geo-location dan data pasar menjadikan kami unggul dan berbeda dari lainnya,” papar Darius.

Application Information Will Show Up Here

In Observation of Property Portal Potential as One of A Kind Market

Almost all vertical market is disrupted by technology, including property. The business is mainly controlled by the veteran, resulting in traditional methods in the process, including sales and rents.

Technology-based startups become the answer for a whole more efficient process. Therefore, various solutions are offered under basic circumstance as marketplace portal. The thing is how to simplify sales, rents, by connecting business to the target consumers.

In Indonesia, there are many overseas property portals surging up. The 99.co (Urbanindo acquisition), Rumah.com (part of PropertyGuru Group), Lamudi, Rumah123 (part of REA Group), and OLX. There are also locals, such as Rumahku.com and BTN Properti.

Their business models are kind of similar, connecting sellers with potential buyers. Mostly, it’s formed as classified ads with subscriptions. Unfortunately, most of the portals can be posted only by agents.

Take a look at Singapore, the developed country has various property startups with unique business models. One of those is Ohmyhome. They offer a D-I-Y platform approach to sell and buy houses. Everything is available independently, without agents.

Ohmyhome is yet to enter the Indonesian market. However, they’ve reached Malaysia and Thailand since early 2019 for business expansion.

In order to know further on how Ohmyhome provides a solution that disrupts property industry, Echelon Asia Summit 2019 has invited Ohmyhome’s Co-Founder, Race Wong to share insights on his three-year-old company.

Offering a localized solution

Ohmyhome offers a different business model from other property business players in Singapore / Ohmyhome
Ohmyhome offers a different business model from other property business players in Singapore / Ohmyhome

Wong said Ohmyhome intends to end the high commission issue for agents. Also, the long and tiring process of having a house, up to 10 stages. Start from price negotiation, credit agreement, to the 1-on-1 meeting.

In Singapore, 90% of the population are living in Housing and Development Board (HDB) residence. It’s Government-owned with high density due to the low cost and apartment look.

Ohmyhome also cut the agent channel for the faster process. Though, the company still owns special agents to handle customer’s complaints.

“We’re not a marketplace, not selling any opinion, or providing classified ads, but focusing on the end-to-end solution. It doesn’t matter how you buy a property, if someone’s contacting you through Ohmyhome, please take over the transaction yourself without adding more cost,” he explained.

In addition, if there’s some technical issue on the field which mostly handled by agents, customer can reach Ohmyhome team. The cost depends on the services. When it comes to trading, it starts from SGD2,888 for full service, SGD1,688 for meet-up and documentation. For rents, it usually costs SGD988 for full service, $98 for the lite one.

“This model is quite new in Singapore, so we have no direct competitor due to a different business model. We charge a flat rate because we want everyone to get the same opportunity with any services they needed.”

When we expand to Malaysia, the business model under HDB can’t be implemented in any way by Ohmyhome. They apply commission with percentage for its transaction in the Jiran country, it’s all about trust not price.

Therefore, the company partners with developers to reach potential buyers. Because developers can’t trust agents and buyers can’t trust agents. There are many frauds, the house they purchase through an agent is occupied by illegal immigrant or else. The property agents are freelance, it comes with high risk in fraud.

Yet to cut property agents

echelon, Echelon Asia Summit 2019, marketplace, ohmyhome, portal properti, property, proptech, race wong

Although Ohmyhome has been using technology-based back-end system, the company still in need of human touch by using property agents. They’re recruited for full-time, not freelance, to provide customers’ need.

Agents have important roles in helping people in making a  huge decision and also the inseparable element. In fact, buying a house is not a daily routine, that’s why agents still needed.

“But if you want to sell the house to friends or colleagues, does it still require agents? Of course, not. They might be useful for the documentation process.”

Wong said the company has facilitated 2,000 houses worth over SGD 1 billion. To be compared, there are more than 1000 property agents in Singapore. There are 10 leading companies, each has 300 to 600 agents.

However, seeing the transaction, Ohmyhome is in the fifth position, with only 20 agents. Though, it needs hundreds of agents to sell 2500 units in traditional ways.

“We do believe it can be more efficient by completing the automation process. While the industry still using a traditional and manual process, they will need a 1-on-1 meeting to build relation.”

It is said the average transaction through Ohmyhome took a month the longest, and a day the fastest. In the industry, it usually takes up to three months.

In the observation, Ohmyhome business looked very ensuring with the solution they offered that gets the current issue in the country. Hopefully, in Indonesia, the property startup players can be more innovative in presenting its solution to be not only a marketplace portal.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Menilik Potensi Portal Properti Agar Tidak Sekadar Jadi Marketplace Biasa

Hampir semua vertikal industri kini mulai terdisrupsi oleh teknologi, termasuk properti. Bisnis ini umumnya dikuasai oleh pemain veteran, sehingga seluruh metodenya masih dilakukan secara tradisional, termasuk dalam proses penjualan dan sewa unit.

Kehadiran startup berbasis teknologi menjadi jawaban untuk proses menyeluruh yang lebih efisien. Alhasil, berbagai solusi ditawarkan dengan payung dasar sebagai portal marketplace. Intinya bagaimana memudahkan orang-orang yang ingin menjual, menyewa, bisa dipertemukan dengan target konsumen.

Di Indonesia, berbagai portal properti dari asing bermunculan. Ada 99.co (akuisisi Urbanindo), Rumah.com (bagian dari PropertyGuru Group), Lamudi, Rumah123 (bagian dari REA Group), dan OLX. Pemain lokal juga ada, seperti Rumahku.com dan BTN Properti.

Model bisnisnya kurang lebih seragam, menjembatani bertemunya penjual dengan calon pembeli. Bentuknya kebanyakan iklan baris dengan model berlangganan. Kekurangannya, mayoritas portal ini hanya bisa diposting oleh agen properti saja.

Melihat ke Singapura, negara maju tersebut memiliki beragam pemain startup properti dengan model bisnis yang menarik. Salah satunya Ohmyhome. Dia menawarkan pendekatan platform D-I-Y untuk menjual dan membeli rumah. Semuanya dapat dilakukan secara mandiri, tanpa agen.

Ohmyhome belum hadir di Indonesia. Tapi sudah mulai merambah ke Malaysia dan Thailand sejak awal tahun ini untuk perluasan bisnis.

Untuk melihat lebih dalam bagaimana Ohmyhome menawarkan solusi yang mendisrupsi industri properti, Echelon Asia Summit 2019 mengundang Co-Founder Ohmyhome Race Wong untuk berbagi banyak mengenai perusahaannya yang barumur tiga tahun tersebut.

Tawarkan solusi yang terlokalisasi

Model bisnis yang ditawarkan Ohmyhome cukup berbeda dengan yang ditawarkan pemain startup properti lainnya di Singapura / Ohmyhome
Model bisnis yang ditawarkan Ohmyhome cukup berbeda dengan yang ditawarkan pemain startup properti lainnya di Singapura / Ohmyhome

Race menjelaskan, Ohmyhome hadir untuk menyelesaikan isu komisi yang terlalu tinggi untuk agen. Ditambah lagi, untuk memiliki rumah prosesnya panjang dan melelahkan, bisa sampai 10 tahap. Mulai dari negosiasi harga, perjanjian kredit, sampai pertemuan 1-on-1.

Di sana, 90% masyarakat tinggal di perumahan Housing and Development Board (HDB). Perumahan milik negara yang berkepadatan tinggi karena berbentuk apartemen dan harganya murah.

Ohmyhome memotong jalur agen sehingga proses bisa jauh lebih cepat. Kendati, perusahaan tetap memiliki agen yang direkrut secara khusus untuk membantu setiap keluhan pembeli.

“Kami bukan marketplace, tidak menjual saran apapun, tidak menyediakan iklan baris, melainkan lebih fokus ke solusi end to end. Tidak peduli bagaimana kamu mau membeli properti, apabila ada yang menghubungi kamu lewat Ohmyhome dapat langsung kamu selesaikan sendiri transaksinya dan tidak dipungut biaya,” terang Race.

Dia melanjutkan, apabila pembeli butuh bantuan teknis di lapangan yang selama ini ditangani oleh agen, bisa dibantu lewat tim Ohmyhome. Komisinya tetap tergantung layanan yang diambil. Apabila transaksi jual beli, mulai dari SGD2.888 untuk layanan penuh, SGD1.688 untuk meet-up dan dokumentasi. Untuk sewa, biayanya mulai dari SGD988 untuk layanan penuh, $98 untuk layanan lite.

“Model seperti ini cukup baru di Singapura. Jadi kami tidak punya kompetitor langsung karena model bisnisnya berbeda. Kami charge dengan harga tetap karena kami ingin semua orang punya kesempatan yang sama di setiap layanan yang mereka butuhkan.”

Ketika ekspansi ke Malaysia, model bisnis yang dilatarbelakangi oleh HDB ini tidak bisa diterapkan sama sekali oleh Ohmyhome. Mereka menerapkan sistem komisi dengan persentase untuk transaksinya karena di Negeri Jiran tersebut, isunya mengenai kepercayaan bukan harga.

Makanya, perusahaan bekerja sama dengan pengembang untuk menemukan calon pembelinya. Sebab pengembang tidak percaya dengan agen dan pembeli tidak percaya agen. Banyak kasus penipuan, unit rumah yang dibeli pembeli lewat agen ternyata ditempati oleh imigran ilegal dan sebagainya. Agen properti di sana konsepnya freelance, rentan dengan risiko penipuan.

Tetap memiliki agen properti

Kendati seluruh back-end sistem Ohmyhome sudah berbasis teknologi, namun perusahaan tetap memerlukan sentuhan manusia dengan menghadirkan agen properti. Mereka secara khusus direkrut, tidak secara freelance, untuk melayani kebutuhan para pembeli.

Agen memiliki peranan yang penting untuk bantu orang dalam mengambil keputusan besar dan menjadi elemen yang tidak bisa dipisahkan. Pasalnya, membeli rumah bukanlah keputusan yang umum dilakukan setahun sekali. Makanya, peran agen tidak bisa dihilangkan.

“Namun apabila kamu ingin jual rumah ke orang yang sudah dikenal, apakah masih butuh peran agen? Tentunya tidak. Paling agen itu hanya dibutuhkan untuk proses dokumentasinya.”

Race menyebut perusahaan telah memfasilitasi 2.00 unit rumah senilai lebih dari SGD1 miliar. Bila dibandingkan, ada lebih dari 1000 perusahaan agen properti di Singapura. 10 perusahaan teratas, memiliki sekitar 300 sampai 600 agen di tiap perusahaan.

Namun melihat dari jumlah transaksi, Ohmyhome berada di posisi kelima, tapi hanya memiliki 20 agen saja. Padahal, untuk menjual 2500 unit butuh ratusan agen bila dilakukan secara tradisional.

“Kami percaya bisa lebih efisien lagi dengan terus menyempurnakan proses automasi di dalam sistem. Sebab selama ini industri perumahan ini masih tradisional dan manual, butuh proses tatap muka untuk bangun relasi.”

Diklaim secara rerata proses transaksi di Ohmyhome butuh waktu sebulan, ada yang tercepat hanya sehari. Di industri proses beli rumah itu butuh waktu sampai tiga bulan.

Melihat konsep bisnis yang ditawarkan Ohmyhome ini tentunya sangat menarik bagaimana solusi yang ditawarkan sesuai dengan apa yang terjadi di negara tersebut. Semoga di Indonesia, para pemain startup properti bisa lebih inovatif dalam menghadirkan solusinya agar tidak sekadar portal marketplace saja.

Gradana Receives Pre Series A Funding from TryB Group, to Expand in Fintech Property Market

The p2p lending platform developer for fintech property, Gradana, today (5/29) announces pre series A funding from TryB Group. The nominal is undisclosed, but it’s to be focused on product development and to intensify market penetration.

TryB Group’s Principal, Herston Power said in his speech that Gradana has potential to be the leading fintech property in Southeast Asia, starts from Indonesia. The service has been the answer of many financial property, such as down payment, rent, renovation or long term product as House Ownership Credit (KPR).

Gradana was built by two co-founder, Angela Oetama and William Susilo Yunior. The startup has won some awards, the Best Fintech Startup representing Indonesia in ASEAN Rice Bowl Awards and 10 Best KPMG version P2P Lending Platform in Fintech Edge.

“In addition to the expansion plan, TryB investment funds will also be used to develop technology, related to the analytics-oriented credit scoring capabilities in projecting bad credit probabilities of the borrowers, resulting in scalable and reliable decision making of credit ownership or rental property in Gradana,” Oetama said.

Currently, the company offered some products, such as GraDP, GraSewa, and GraRenov. All is being developed for property business to be investable and affordable for public. Gradana platform also support property business ecosystem, including developer, agent, renovation and interrior company, investors, and bank; to have synergy.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Gradana Dapatkan Pendanaan Pra-Seri A dari TryB Group, Siap Perluas Pasar Fintech Properti

Pengembang platform p2p lending pembiayaan properti Gradana hari ini (29/5) mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A dari TryB Group. Tidak disebutkan mengenai nominal yang didapatkan. Dana yang didapat akan difokuskan untuk perluasan produk dan penetrasi pasar secara lebih intensif.

Dalam sambutannya Principtal TryB Group Herston Powers mengatakan, Gradana memiliki peluang menjadi perusahaan pembiayaan properti digital pertama di Asia Tenggara dimulai dari Indonesia. Layanannya saat ini telah menjawab berbagai kebutuhan pembiayaan properti, baik itu DP, sewa, renovasi maupun yang berjangka lebih panjang seperti KPR.

Gradana didirikan oleh dua orang co-founder, yakni Angela Oetama dan William Susilo Yunior. Startup ini juga beberapa kali memenangkan penghargaan, seperti Best Fintech Startup mewakili Indonesia di ASEAN Rice Bowl Awards dan 10 Platform P2P Lending Terbaik versi  KPMG di Fintech Edge.

“Selain untuk ekspansi ke minimum 3 kota baru, dana dari TryB akan dimanfaatkan pula untuk pengembangan teknologi, terutama terkait credit scoring capabilities yang berorientasi pada analytics untuk memproyeksikan probabilitas gagal bayar oleh calon peminjam, sehingga proses pengambilan keputusan kredit kepemilikan atau sewa properti di Gradana pun menjadi lebih scalable dan reliable,” ujar Angela.

Saat ini perusahaan telah memiliki beberapa produk, di antaranya GraDP, GraSewa, dan GraRenov. Semuanya dikembangkan untuk membuat bisnis properti lebih investable dan terjangkau bagi masyarakat. Platform Gradana juga mencoba mewadahi ekosistem bisnis properti, seperti pengembang, agen, perusahaan interior dan renovasi, investor serta bank; sehingga dapat saling bersinergi.

SewaKantorCBD Rebranding Jadi SpaceStock, Hadirkan Layanan Penjualan Properti

SewaKantorCBD resmi rebranding menjadi SpaceStock. Selain perubahan nama dan identitas, mereka juga memperluas bisnis sektor properti komersial dan tempat tinggal. SpaceStock akan menyediakan daftar properti dan agen profesional untuk membantu kebutuhan dan keinginan konsumen.

CEO SpaceStock Leonardo Hartono menjelaskan bahwa pihaknya akan mengambil peran sebagai one stop solution bagi siapa saja yang hendak membeli, menyewa atau menjual properti. SpaceStock menampilkan berbagai macam properti dengan detail informasi yang jelas, foto berkualitas tinggi dan virtual reality untuk menciptakan real life experience.

“Selain itu agen profesional SpaceStock siap membantu secara gratis untuk memberikan informasi maupun advise kepada calon pembeli atau penjual sampai dengan negosiasi agar dapat tercipta transaksi jual-beli atau sewa yang diinginkan,” imbuh Leonardo.

Untuk memberikan pengalaman terbaik bagi setiap penggunanya, tim SpaceStock akan mengumpulkan informasi mendetail tentang properti, mulai dari jenis properti, lokasi, tata letak, dan lainnya untuk ditayangkan di platform SpaceStock.

Tim SpaceStock akan mendatangi properti tersebut secara langsung untuk mengambil gambar berkualitas tinggi, termasuk menggunakan perangkat kamera 360 di beberapa titik untuk menciptakan virtual reality dalam rangka memberikan pengalaman yang nyata bagi konsumen.

“Kami berkomitmen untuk dapat memberikan solusi kepada konsumen yang hendak mencari ataupun memasarkan properti. SpaceStock melakukan inovasi yang menggabungkan teknologi terkini dengan pengetahuan yang kami miliki mengenai market properti. Kami yakin bahwa kami dapat memberikan pelayanan dan solusi yang tepat bagi konsumen. Di samping itu kami menjamin bahwa setiap transaksi akan berjalan dengan transparan tanpa ada mark up,” terang Leonard.

Sebelum melakukan rebranding menjadi SpaceStock, SewaKantorCBD telah berhasi membantu proses pindahan baik untuk startup maupun perusahaan.  Perluasan bisnis SpaceStock ke sektor residensial dilakukan karena berdasarkan survei internal yang mereka lakukan menemukan fakta bahwa ada perbedaan tren antara investor dan end-user.

End-user masuk dalam kategori stabil atau sejalan dengan peningkatan GDP yang berada di angka 5% per tahun dan terjadi permintaan dari kalangan keluarga dan milenial. Namun sebaliknya terjadi pada investor, masih banyak investasi properti dari tahun 2013 yang belum laku terjual.

“Dengan adanya SpaceStock, kami berharap untuk dapat memberikan akses informasi yang memadai bagi para konsumen properti sesuai dengan kebutuhannya. Dengan ini, SpaceStock membantu konsumen untuk mendapatkan penawaran properti secara optimal. Pada akhirnya, properti merupakan investasi terbesar bagi individu, demikian pula bagi sebuah perusahaan, maka setiap konsumen pantas untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik,” tambah Leonard.

Di tahun 2019 SpaceStock akan fokus pada inovasi dan implementasi fitur-fitur baru. Termasuk menjaga kualitas layanan dengan membuka beberapa cabang SpaceStock di Jakarta.