Petinggi Meizu Sebut Tak Ada Snapdragon 865+ Tahun Ini

Tahun lalu, kategori smartphone flagship sejatinya bisa dibagi menjadi dua: yang dirilis sebelum 15 Juli 2019, dan yang dirilis setelah 15 Juli 2019. Mengapa demikian? Karena di tanggal tersebut, Qualcomm mengumumkan chipset Snapdragon 855+ yang sedikit lebih superior ketimbang Snapdragon 855.

Itu berarti ponsel yang dirilis setelah 15 Juli 2019 jelas memiliki performa yang lebih unggul meski statusnya sama-sama flagship. Pertanyaannya, apakah tahun ini tren serupa bakal terulang? Apakah tahun ini Qualcomm juga bakal merilis Snapdragon 865+?

Spekulasi itu dibantah oleh petinggi Meizu, Wan Zhigiang yang menjabat sebagai CMO. Dalam sebuah diskusi di media sosial Weibo, Wan berkomentar bahwa tahun ini tidak akan ada Snapdragon 865+. Entah apa alasannya, namun bisa jadi terkait pandemi yang tentunya menghambat proses manufaktur.

Lagipula, Qualcomm tidak selalu merilis dua chipset smartphone flagship setiap tahunnya. Snapdragon 835 dan 845 misalnya, tidak mempunyai varian “+”, meski di tahun 2016 Qualcomm sempat merilis Snapdragon 821 yang sedikit lebih unggul daripada Snapdragon 820 – beda cara penamaan saja.

Seandainya benar tidak ada Snapdragon 865+, pabrikan seperti OnePlus – yang getol merilis dua flagship di tahun yang sama – belum tentu hanya merilis satu flagship saja tahun ini. Sebelumnya, OnePlus pernah meluncurkan dua flagship yang berbeda – OnePlus 6 dan 6T – yang ditenagai oleh chipset yang sama persis, yaitu Snapdragon 845.

Sumber: GizmoChina.

Qualcomm Umumkan Quick Charge 3+, Secepat Quick Charge 4+ tapi dengan Kabel USB-A

Qualcomm baru-baru ini mengumumkan versi anyar dari teknologi fast charging rancangan mereka, yaitu Quick Charge 3+. Dibandingkan Quick Charge 4+, kecepatan pengisiannya sebenarnya sama, akan tetapi Quick Charge 3+ kompatibel dengan kabel USB-A yang lebih terjangkau ketimbang USB-C.

Secepat apa? 35% lebih cepat dari sebelumnya (Quick Charge 3.0), sanggup mengisi ulang 0 – 50% dalam waktu 15 menit. Bukan cuma lebih menghemat waktu, Quick Charge 3+ juga bisa menjaga suhu perangkat hingga 9° Celsius lebih rendah.

Sekali lagi, kinerjanya tidak berbeda dari yang ditawarkan Quick Charge 4+, akan tetapi bedanya Quick Charge 3+ bisa melakukan tugasnya dengan kabel USB-A ke USB-C yang ujung masing-masing konektornya berbeda, tidak harus kabel USB-C ke USB-C.

Untuk sekarang, perangkat yang mendukung Quick Charge 3+ barulah perangkat yang ditenagai chipset Snapdragon 765 atau 765G, yang sendirinya sebenarnya sudah kompatibel dengan Quick Charge 4+. Ke depannya, Qualcomm menjanjikan kompatibilitas dengan lebih banyak varian Snapdragon.

Qualcomm tidak lupa memastikan bahwa Quick Charge 3+ bersifat backward compatible. Artinya, charger dengan teknologi Quick Charge 3+ tetap bisa digunakan untuk mengisi ulang perangkat yang hanya mendukung Quick Charge 3.0 atau sebelumnya, namun tentu dalam kecepatan yang lebih rendah ketimbang yang didukung Quick Charge 3+.

Sumber: Qualcomm.

Google Kabarnya Siap Memproduksi Prosesor Smartphone-nya Sendiri Tahun Depan

Di luar Apple, cuma ada dua pabrikan smartphone yang memproduksi chipset-nya sendiri, yakni Samsung (Exynos) dan Huawei (Kirin). Sisanya kebanyakan menggunakan chipset bikinan Qualcomm atau MediaTek.

Tahun depan, kemungkinan besar bakal ada satu lagi pabrikan smartphone yang mengambil jalur yang sama seperti Samsung, Huawei, maupun Apple. Berdasarkan laporan Axios, Google sudah semakin siap untuk memproduksi chipset smartphone-nya sendiri.

Chipset ini kabarnya dikembangkan dengan bantuan dari Samsung, serta akan diproduksi menggunakan teknologi fabrikasi 5 Nm racikan Samsung. Belum lama ini, Google kabarnya sudah menerima versi fungsional pertama dari prosesor ARM 8-core rancangannya. Kendati demikian, produksi massalnya baru akan dijalankan tahun depan.

Berhubung tidak ada konfirmasi langsung dari Google, cukup mudah menganggap kabar ini sebagai isu belaka. Namun indikasi bahwa Google tertarik menciptakan prosesor smartphone-nya sendiri sebenarnya sudah tercium sejak 2017, tepatnya ketika Pixel 2 dan Pixel 2 XL dirilis.

Secara teknis, kedua smartphone tersebut memang mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 835, akan tetapi Google rupanya turut menanamkan sebuah co-processor bernama Pixel Visual Core. Pixel Visual Core berfungsi untuk mendongkrak kinerja sekaligus kualitas kamera perangkat, dan itulah mengapa hasil foto seri Pixel selalu merupakan salah satu yang terbaik.

Tahun ini, Pixel 5 tampaknya masih akan memakai chipset Snapdragon 865 / Qualcomm
Tahun ini, Pixel 5 tampaknya masih akan memakai chipset Snapdragon 865 / Qualcomm

Apakah ini berarti Google sudah siap memutus kerja samanya dengan Qualcomm? Ya, tapi tidak sepenuhnya. Pasalnya, meskipun Pixel nantinya tak lagi ditenagai chipset Snapdragon, Google semestinya masih perlu memakai modem 5G garapan Qualcomm.

Skenario yang sama juga sudah dijalani Apple selama beberapa tahun. Sudah sejak lama iPhone selalu memakai prosesor bikinan Apple sendiri, akan tetapi modem-nya masih disuplai oleh Qualcomm.

Lebih lanjut, meski Apple sudah membeli bisnis modem smartphone Intel sejak tahun lalu, mereka dilaporkan masih harus bergantung pada modem buatan Qualcomm, setidaknya untuk tahun ini.

Terlepas dari itu, seri Pixel semestinya bakal mempunyai nilai jual tambahan andai kabar ini benar-benar terealisasi. Kontrol penuh atas hardware yang tertanam berarti Google bisa lebih leluasa berinovasi, semisal terkait kapabilitas machine learning di perangkat. Saya tidak akan terkejut seandainya Pixel 6 nanti menawarkan lonjakan kinerja Google Assistant yang cukup dramatis.

Sumber: Axios.

Selain Kencang, Qualcomm Snapdragon 865 Punya Spectra 480, Adreno 650, dan AI Baru

2020 mungkin merupakan tahunnya Qualcomm Snapdragon 865. Pasalnya, smartphone dengan system on chip yang satu ini banyak bermunculakn pada tahun 2020, mulai dari OPPO Find X2 Pro, Mi 10 Pro, Samsung Galaxy S20 versi Amerika, dan lain sebagainya. Hal tersebut memang dikarenakan SoC ini memiliki kinerja yang tinggi yang tentunya akan menggenjot kinerja perangkat flagship.

Qualcomm Snapdragon 865 / Qualcomm

Cip yang satu ini sendiri ternyata sudah didesain semenjak minimal tiga tahun sebelumnya. Hal tersebut pula lah yang mendasari mengapa cip yang satu ini tidak mengintegrasikan modem 5G ke dalam cip utamanya. Modem 5G sendiri memang ada pada board yang digunakan untuk Snapdragon 865 serta tidak terpisah, namun belum menjadi satu pada cip utamanya.

Ternyata, Snapdragon seri 800 memiliki tempat tersendiri di mata para pengguna perangkat Android. SoC yang satu ini sudah dianggap merupakan cip paling kencang untuk perangkat Android. Selain itu, ternyata masih ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh para pengguna smartphone dan tablet jika ingin menggunakan Snapdragon 865.

Spectra 480

Setiap kali perangkat Android diumumkan, hal yang paling dibahas adalah masalah kameranya. Hal ini menunjukkan bahwa kamera yang bagus sangat berkaitan erat dengan citra dari sebuah smartphone. Namun, tahukah kalian bahwa kamera pada setiap perangkat yang menggunakan Snapdragon ditanggulangi oleh cip bernama Spectra?

Qualcomm Snapdragon 865 - Spectra 480

Cip Spectra yang ada pada Snapdragon 865 memiliki nama Spectra 480. Cip yang satu ini akan menangani semua perhitungan yang berhubungan dengan kamera. Untuk Spectra 480 sendiri sudah mampu menangani 2 Gigapiksel per detik. Spectra 480 juga mampu menangani 4x pixel per instruksi clock. Hal ini tentu saja membuatnya mampu menangani gambar dengan sangat cepat.

Hal tersebut juga membuatnya lebih efisien dan lebih dingin dibandingkan dengan versi sebelumnya di Snapdragon 855. Dan dengan kecepatan itu pula, Qualcomm dapat membuat Spectra 480 bisa menangani noise lebih baik lagi hingga 40% pada cahaya yang rendah. Selain itu, Spectra 480 juga mampu mengambil detail tekstur yang lebih baik hingga 18%.

Kecepatan yang ada juga membuat Snapdragon 865 mampu mengambil gambar slow motion 960fps tanpa batasan. Pengambilan gambar 120 fps pada resolusi 4K juga bisa didapatkan. Dan yang lebih penting, Spectra 480 juga sudah mendukung kamera hingga resolusi 200 MP!

Adreno 650

Mobile Legend lo udah bisa High Frame Rate belom?” Kata-kata ini adalah yang tidak akan terlontarkan saat perangkat yang digunakan sudah menggunakan Snapdragon 865. Graphics Processing Unit yang digunakan memiliki nama Adreno 650. Kinerja yang ditawarkan ternyata cukup jauh bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Qualcomm Snapdragon 865 - Adreno 650

Rendering grafis pada GPU ini memiliki kinerja 25% lebih kencang serta memiliki efisiensi daya 35% lebih baik. Qualcomm bahkan juga meluncurkan program Snapdragon Elite Gaming, yang mengindikasikan bahwa perangkat yang menggunakan Snapdragon 865 akan memiliki kualitas HDR tertinggi, game lebih lancar, serta memiliki fitur seperti GPU Desktop. Salah satu dari fitur yang diperkenalkan adalah update driver GPU via Google Play.

Adreno 650 memiliki kemampuan untuk menjalankan layar sampai dengan 144Hz. Selain itu, GPU ini mampu menampilkan warna hingga satu juta warna. HDR10+ juga sudah didukung untuk keperluan hiburan serta pekerjaan.

AI Generasi ke 5

Sejak awal, Qualcomm memang tidak membuat sebuah cip neural untuk menangani AI. Qualcomm pun juga sudah berkomitmen untuk menggunakan heterogeneus computing yang menggunakan semua prosesor seperti CPU Kryo, GPU Adreno, Spectra, dan lainnya untuk menangani AI. Dan pada Snapdragon 865, mesin AI yang ada sudah masuk generasi ke 5.

Qualcomm Snapdragon 865 - AI Engine

AI Generasi ke 5 ini dapat melakukan 15 TOPS (Tera Operation Per Seconds) yang lebih kencang 2x lipat dibandingkan dengan yang ada pada Snapdragon 855. Selain itu, mesin ini juga sudah membuat Snapdragon 865 mendukung RAM LPDDR5 2750 MHz serta cache 3 MB.

Feature baru yang dimiliki oleh AI baru ini adalah Qualcomm Sensing Hub dan Low Power Camera. Dengan fasilitas ini, kamera dapat dioperasikan dengan daya di bawah 1 mWatt. Selain itu, cip sensor yang menangani audio dan video juga bisa dioperasikan di bawah 1 mA pada kondisi tertentu.

Jadi, tiga fasilitas dari Qualcomm Snapdragon 865 ini pula lah yang juga membantu meningkatkan kinerja sebuah perangkat Android.

GPU Driver baru untuk Snapdragon 865

Terus terang, fasilitas yang satu ini sangat menarik perhatian saya. Kartu grafis pada komputer sering kali memiliki peningkatan kinerja dan feature pada saat melakukan pembaruan driver. Dan hal ini pula lah yang bakal diterapkan para Adreno 650.

Dominikus Susanto

Pada kesempatan tanya jawab, saya pun menanyakan kepada Dominikus Susanto selaku Senior Manager Marketing Qualcomm Indonesia, apakah hal ini akan diadopsi oleh seluruh GPU yang dimiliki oleh Qualcomm. Tentu saja, pengguna perangkat mainstream juga ingin merasakan peningkatan kinerja gratis saat sudah membeli smartphone dengan SoC Qualcomm Snapdragon.

Sayangnya, Qualcomm baru mencanangkan fasilitas ini untuk Snapdragon 865 atau GPU Adreno 650 saja. Qualcomm belum memiliki rencana untuk melakukan update driver pada cip mainstream dan bahkan seri 800 lama. Semoga saja, hal ini dipikirkan oleh Qualcomm karena semua penggunanya membutuhkan pembaruan driver.

Active Noise Cancelling Tidak Selamanya Harus Menjadi Fitur Premium

Dari sekian banyak true wireless earphone yang diumumkan di ajang CES bulan Januari lalu, salah satu yang paling mencuri perhatian adalah JLab Go Air. Bagaimana tidak, di saat earphone lain dijual seharga $150 atau bahkan lebih, Go Air dibanderol tidak lebih dari $30.

Pastinya ada yang harus dipangkas agar harganya bisa semurah itu, dan salah satu fitur yang absen dari perangkat tersebut adalah active noise cancelling (ANC). Di titik ini, ANC pada dasarnya bisa dianggap sebagai fitur standar untuk true wireless earphone kelas premium, namun ke depannya itu bisa berubah berkat inovasi terbaru Qualcomm.

Produsen asal AS itu mengumumkan dua chip Bluetooth baru yang didedikasikan untuk true wireless earphone: QCC514x untuk yang kasta premium, dan QCC304x untuk yang kelas entry-level. Keduanya sama-sama mengunggulkan fitur ANC terintegrasi, tidak ketinggalan pula mode transparan yang memungkinkan pengguna untuk mendengar suara dari luar ketika dibutuhkan.

Istimewanya, Qualcomm bilang efisiensi daya kedua chip ini lebih bagus daripada generasi sebelumnya, yang berarti daya tahan baterai perangkat bisa ditingkatkan, bahkan meski noise cancelling terus aktif. Selain ANC terintegrasi, fitur andalan berikutnya adalah TrueWireless Mirroring.

Qualcomm QCC514x dan QCC304x

Fitur ini sejatinya dirancang untuk mewujudkan koneksi yang lebih stabil, serta mewujudkan transisi yang mulus ketika pengguna melepas salah satu unit earpiece. Berkat fitur ini, kedua unit earpiece tak akan muncul sebagai dua perangkat yang terpisah pada daftar perangkat Bluetooth yang terhubung ke smartphone.

Perbedaan utama QCC514x dan QCC304x adalah terkait integrasi voice assistant. Keduanya sama-sama memungkinkan voice assistant untuk dipanggil secara lisan, akan tetapi khusus untuk QCC304x, pengguna harus menekan tombol pada perangkat terlebih dulu sebelum mengucapkan “OK Google” atau “Hey Siri”.

Semoga saja ke depannya semakin banyak true wireless earphone berharga terjangkau yang menggunakan chip Qualcomm QCC304x. Menekan tombol setiap kali hendak memanggil Siri atau Google Assistant semestinya bukan perkara besar, yang lebih penting adalah active noise cancelling tanpa harus membayar terlalu mahal.

Sumber: The Verge dan Qualcomm.

[Review] Realme 6 Pro: Smartphone Mainstream 6 Kamera Layar 90 Hz

Realme kembali memiliki sebuah smartphone yang memiliki nama realme 6 Pro. Ada satu cerita menarik saat saya mendapatkan produk yang satu ini. Pihak realme Indonesia (bagi yang belum tahu, huruf R pada realme sengaja ditulis kecil, sesuai dengan logo mereka) mengatakan bahwa realme 6 Pro bukanlah penerus dari 5 Pro, namun dari realme XT!

Realme 6 Pro merupakan smartphone pertama di dunia yang menggunakan SoC Snapdragon 720G. Selain itu, perangkat ini juga yang pertama menawarkan layar dengan refresh rate 90Hz di kelas mainstream. Yang masih sama adalah sensor 64 MP yang digunakan pada jajaran perangkat realme seri atas. Bedanya, kali ini realme 6 Pro disematkan fitur 20x zoom hybrid dan 119° Ultra wide angle. Total ada enam buah kamera pada perangkat ini.

Realme 6 Pro

Realme sekali lagi membuktikan kepada dunia bahwa untuk menghadirkan smartphone premium, tidak membutuhkan harga selangit yang mencapai dua digit juta. Hal ini juga tentu memberikan pesan kepada pesaingnya yang memiliki harga direntang yang sama bahwa realme memiliki produk yang sulit disaingi.

Realme 6 Pro memiliki spesifikasi sebagai berikut

Realme XT Realme 6 Pro
SoC Snapdragon 712 Snapdragon 720G
CPU 2×2.3 GHz Kryo 360 Gold + 6×1.7 GHz Kryo 360 Silver  2×2.3 GHz Kryo 465 Gold + 6×1.8 GHz Kryo 465 Silver 8nm
GPU Adreno 616  Adreno 618
RAM 8 GB  8 GB
Internal 128 GB  128 GB
Layar Super Amoled 6,4 inch 2340×1080  IPS 6,6 inci 2400×1080 90Hz Gorilla Glass 5
Dimensi 158.7 x 75.2 x 8.6 mm  163.8 x 75.8 x 8.9 mm
Bobot 183 gram  202 gram
Baterai 4000 mAh 4300 mAh
Kamera utama / depan 16 MP atau 64 MP,  8 MP UltraWide, 2 MP Macro, 2 MP Bokeh / 16 MP 16 MP atau 64 MP,  8 MP UltraWide, 12 MP Telephoto, 2 MP Makro / 16 MP, 8 MP Wideangle
OS Android 9 Pie dengan ColorOS 6  Android 10 dengan Realme UI

Untuk hasil pemindaian dengan CPU-Z dan SensorBox adalah sebagai berikut

Realme juga menghadirkan charger yang mendukung QuickCharge 30 Watt pada paket penjualannya. Namun satu hal yang masih cukup disayangkan, walaupun pihak realme selalu mengatakan bahwa belum perlu dihadirkan, adalah masih absennya NFC.

Unboxing

Seperti ini isi dari paket penjualan realme 6 Pro

Realme 6 Pro - Unboxing

Design

Kali ini, biarkan saya mengucapkan terima kasih kepada realme karena desainnya berbeda dengan berbagai perangkat mereka sebelumnya. Akhirnya desain water drop pada bagian depannya benar-benar di-drop! Sebagai gantinya, realme mengganti model punch hole pada bagian kiri atasnya.

Realme 6 Pro - Kamera Depan

Layar yang ada menggunakan teknologi IPS, bukan Super AMOLED seperti pendahulunya. Dengan resolusi 2400×1080, layar yang digunakan memiliki refresh rate 90Hz dan sudah terlindungi dengan Gorilla Glass 5. Hal ini tentu saja sangat terasa pada saat melakukan perpindahan halaman pada homescreen serta app drawer. Sayangnya, saya belum menemukan game yang sudah mendukung layar 90 Hz dari realme 6 Pro ini.

Realme 6 Pro - Belakang

Bagian belakang dari realme 6 Pro terlihat cantik. Hal ini berkat teknologi cetak offset UV-Curving dibalik bahan kaca yang melindunginya yang terinspirasi dari kilat. Dan seperti biasa, bahan kaca selalu ramah terhadap minyak sidik jari. Oleh karena itu, gunakanlah back case bawaan dari paket penjualan realme 6 Pro.

Realme 6 Pro - Sisi Kiri

Pada bagian yang sama terdapat empat buah kamera yang cukup menonjol. Namun, tidak terlihat adanya sensor sidik jari pada bagian ini. Padahal, realme 6 Pro tidak mengusung in display fingerprint.

Pada bagian kanan dari perangkat ini ditemukan sebuah tombol power untuk menyalakan perangkat ini. Tombol itu pun ternyata juga berfungsi sebagai sensor sidik jari. Sensor sidik jarinya sendiri juga terasa cukup responsif, namun pengguna harus melakukan registrasi sidik jari yang pas. Hal tersebut dikarenakan dimensi sensornya cukup kecil.

Realme 6 Pro -Sisi Kanan

Pada bagian kiri terdapat tombol volume naik dan turun. Selain itu pada bagian atasnya terdapat slot dua SIM dan satu microSD. Pada bagian bawahnya terdapat port audio 3,5 mm, USB-C, speaker, dan microphone.

Realme 6 Pro juga sudah menggunakan realme UI versi pertama. Penggunaan antar muka ini juga menandakan bahwa realme 6 Pro menggunakan sistem operasi Android Q. Realme UI sendiri juga menggunakan app drawer layaknya UI bawaan Android, sehingga membuat pengguna tidak bingung saat menggunakannya pertama kali.

Dengan hadirnya realme UI, hadir pulalah iklan pada aplikasi bawaan yang dibuat oleh dapur realme. Seperti pada browser bawaan, saya pun beberapa kali ditawarkan iklan. Untungnya, saya lebih suka menggunakan Chrome dibandingkan browser bawaan.

Realme 6 Pro - sisi bawah

Realme 6 Pro juga sudah dilengkapi dengan dual speaker. Selain itu, pada perangkat ini juga sudah disematkan Dolby Atmos. Suaranya memang sangat baik pada saat dipasangkan earphone.

Jaringan LTE

Realme selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. Realme 6 Pro sendiri mendukung band 1(2100), 3(1800), 5(850), 8(900), 38(2600), 40(2300), dan 41(2500) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia. Realme 6 Pro menggunakan LTE Cat 6 yang mendukung 2 Carrier Aggregation dengan kecepatan download sampai dengan 300 Mbps.

Kamera: Powerful dengan enam sensor!

Sepertinya kamera dengan resolusi 64 MP yang diproduksi oleh Samsung, yaitu ISOCELL GW1, sudah menjadi standar pada smartphone premium realme. Sensor tersebut pula yang ada pada realme 6 Pro. Kamera depannya pun juga sama dengan sang pendahulu, yaitu Sony IMX 471.

Realme 6 Pro - Kamera

Setelah mencoba kamera belakangnya, saya tidak melihat adanya peningkatan kualitas gambar dari generasi sebelumnya. Hanya saja, fitur night mode yang ada pada realme 6 Pro dapat membuat gambar yang lebih baik dari sang pendahulunya. Hasilnya memang cukup baik dan dapat diandalkan pada segala kondisi.

Kamera depannya juga masih sama seperti dulu, dapat mengambil gambar dengan sangat baik. Pada saat mengambil gambar dengan cahaya yang cukup, kameranya dapat mengambil gambar dengan baik. Akan tetapi pada saat mengambil gambar dengan kamera wide-nya, gambarnya tidak sebaik kamera depan yang utama.

Kamera makro yang digunakan juga ternyata tidak terlalu jauh dengan pendahulunya, resolusi kecil dan tidak tajam. Dan sebagai saran, ambillah semua foto makro dengan perangkat yang satu ini pada saat cahaya yang terang agar bisa mendapatkan warna dan ketajaman yang cukup.

Lalu bagaimana dengan kamera Zoom yang dimiliki? Hasil pada zoom 2x memang bisa dikatakan bagus. Dan pada saat zoom 5x juga masih tertangkap detail yang cukup baik. Saat 10x dan 20x? Gunakan pada saat diperlukan saja.

Satu hal yang cukup menarik dibahas adalah mode tripod yang ada pada mode malam dari realme 6 Pro. Mode ini akan mengambil gambar dalam waktu 50 detik. Hasilnya? memang lebih baik dari mode malam biasa dan sangat berguna mengambil gambar pemandangan pada saat malam hari. Gambar di bawah ini dengan dedaunan yang lebih terang menggunakan mode tripod.

Pengujian

Gaung cip Snapdragon 720G memang cukup tinggi pada saat realme mengumumkan 6 Pro. Hal tersebut dikarenakan prosesor yang digunakan memiliki clock yang lebih tinggi dari 730G. Hal tersebut tentu saja cukup membuat banyak orang yang menggunakan cip 730G kecewa.

Snapdragon 720G sendiri menggunakan Kryo 465 Gold dan Silver yang berbasis Cortex A76. Oleh karena itu, chipset ini sendiri juga akan bersaing dengan para saudaranya, yaitu Snapdragon 712 yang digunakan pada realme XT dan Snapdragon 730G.

Perbandingan kali ini pun menghadirkan kedua cip tersebut. Sayangnya, karena keterbatasan waktu, saya tidak sempat menguji bermain game. Oleh karena itu, kali ini saya hanya menyajikan benchmark sintetis saja. Berikut adalah perbandingannya.

Ternyata memang, Snapdragon 720G bisa dikatakan kurang lebih sama dan bahkan pada beberapa pengujian lebih kencang dari 730G! Oleh karena itu, jika dengan 730G saja bermain game tidak dapat ditemukan lag, dengan 720G pun seharusnya seperti itu. Jadi? Realme 6 Pro pun dapat diandalkan untuk bekerja dan bermain game.

Uji Baterai dengan MP4

Pengujian kami kali ini menggunakan video MP4 yang dimainkan secara berulang-ulang. Videonya sendiri menggunakan resolusi 1920×1080 dengan codec H.264 dan berdurasi 120 menit. Pengujian berlangsung selama 13 jam 59 menit pada unit yang kami dapatkan. Setelah baterai habis dan perangkat mati, kami langsung menguji VOOC 4.0 dengan charger bawaan Realme 6 Pro . Hasilnya, kami dapat mengisi sampai penuh dalam waktu sekitar 1 jam dengan kondisi perangkat dinyalakan.

Verdict

Realme tidak ada lelah-lelahnya untuk memenuhi pasar dengan perangkatnya yang memiliki “rasa” premium. Setelah menantang para pesaingnya dengan realme XT, sekarang sang penerus pun juga kembali membuat perangkat flagship akan terasa mainstream. Sang penerus itu adalah realme 6 Pro.

Dengan menggunakan Snapdragon 720G untuk pertama kali di Indonesia, ternyata kinerjanya cukup membuat saya yang menggunakan Snapdragon 730G cukup iri. Hal tersebut karena kinerja antara keduanya terpaut sangat-sangat kecil dan bahkan SD 720G kadang lebih kencang dari 730G! Jika pada 730G saya mampu bermain game dengan lancar, seharusnya hal yang sama juga dirasakan pada 720G.

Kamera yang ada juga dapat diandalkan untuk mengambil momen setiap hari. Sayang memang, sepertinya tidak ada peningkatan yang cukup pada sisi hasil tangkapan gambarnya. Walaupun begitu, realme menambahkan fitur-fitur lainnya yang bisa diandalkan seperti video yang stabil, mode tripod, dan lain sebagainya.

Dengan varian yang saya dapatkan, yaitu 8 GB/ 128 GB, realme 6 Pro di India dilepas dengan harga Rp. 3,7 jutaan. Biasanya, harga di Indonesia tidak terlalu jauh dari harga tersebut. Namun mengingat harga dolar yang semakin naik, kemungkinan juga perangkat ini ada pada harga empat jutaan.  Edit: Realme 6 Pro di Indonesia dijual dengan harga Rp. 4.499.000. Harga tersebut ternyata tidak terlalu berhubungan dengan harga Dolar yang sedang meningkat. Namun dengan fitur yang ditawarkan tentu saja membuat harga tersebut menjadi cukup  terjangkau.

Sparks

  • Layar 90 Hz di harga empat jutaan!
  • SD 720G yang kencang
  • Desain baru yang tidak membosankan!
  • Hasil kamera utama yang bagus
  • Responsif
  • Daya tahan baterai yang lama disertai pengisian yang cepat!
  • Dolby Atmos
  • Ultra Image Stabilizer yang baik

Slacks

  • Sebelum diimplementasikan, saya akan selalu menulis ini pada sisi kekurangannya: NFC
  • Iklan!

Apple Dilaporkan Bakal Merancang Antena 5G-nya Sendiri untuk iPhone

Kalau melihat perkembangan terkini di industri smartphone, Apple semestinya bakal merilis iPhone pertamanya yang mengemas konektivitas 5G tahun ini. Sejumlah smartphone kelas menengah sudah mendukung 5G, jadi jelas mengecewakan apabila iPhone terbaru yang dirilis tahun ini masih belum juga mendukungnya.

Beruntung Apple sudah berbaikan dengan Qualcomm, yang berarti mereka dapat menggunakan modem Snapdragon X55 pada iPhone terbarunya demi mendukung 5G. Selain modem, 5G juga membutuhkan antena khusus. Dalam konteks Qualcomm, modul antena 5G terbaru mereka adalah QTM525.

Masalahnya, kalau menurut laporan dari Fast Company, adalah Apple menilai ukuran fisik antena ini terlalu besar untuk iPhone 12 (atau apapun namanya nanti). Jadi seandainya Apple tetap memilih menggunakan antena 5G pasokan dari Qualcomm, berarti mereka harus merancang iPhone 12 sedikit lebih tebal ketimbang rencana aslinya.

Opsi lain yang dimiliki Apple adalah merancang antenanya sendiri. Namun sejarah mencatatkan bahwa Apple kurang berbakat dalam merancang antena, seperti dibuktikan oleh kasus “Antennagate” yang melanda iPhone 4. Singkat cerita, jangan sampai kasus ini terulang kembali hanya karena Apple terobsesi menciptakan iPhone yang lebih tipis daripada yang bisa diwujudkan seandainya mereka menggunakan antena 5G buatan Qualcomm.

Selain perihal ukuran, faktor lain yang membuat Apple enggan bergantung pada Qualcomm adalah perkara uang. Narasumber Fast Company bilang bahwa Apple merasa mereka membayar royalti yang kelewat mahal kepada Qualcomm. Alasan ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa Apple mengakuisisi bisnis modem smartphone Intel tahun lalu.

Namun Apple masih butuh waktu untuk mengembangkan modem 5G-nya sendiri, dan setidaknya untuk tahun ini, mereka masih harus bergantung pada modem bikinan Qualcomm. Pertanyaannya hanya tinggal: “Akankah Apple nekat mendesain antena 5G-nya sendiri untuk digunakan pada iPhone 12?”

Sumber: Fast Company.

Deretan Inovasi OPPO Find X2 Tunjukkan Potensi Snapdragon 865 yang Sebenarnya

Sejak Desember lalu, OPPO telah mengumumkan bahwa mereka bakal meluncurkan smartphone flagship dengan chipset Qualcomm Snapdragon 865 di kuartal pertama 2020, dan sekarang kita tahu bahwa perangkat yang dimaksud adalah OPPO Find X2, yang bakal diresmikan pada tanggal 22 Februari mendatang.

Penggunaan Snapdragon 865 sangat krusial mengingat ada banyak fitur yang terealisasikan olehnya. Yang pertama tentu adalah konektivitas 5G. Bukan sembarang 5G, melainkan yang mendukung kecepatan puncak hingga 7,5 Gbps. Selanjutnya, Snapdragon 865 juga mendukung format HDR10 dan HDR10+, serta mampu mengatasi sesi gaming yang berjalan di refresh rate 144 Hz.

Seperti yang kita tahu, salah satu keunggulan utama Find X2 nantinya adalah layar dengan refresh rate 120 Hz. Refresh rate setinggi ini bakal semakin terasa ketika dipakai bermain game, dan lagi-lagi Snapdragon 865 memegang peran penting berkat teknologi Desktop Forward Rendering yang diusungnya, yang mampu menyajikan kualitas grafis kelas desktop berkat efek lighting dan post-processing yang menawan.

Snapdragon 865 juga mengunggulkan ISP Spectra 480 yang sanggup mengolah data hingga sebesar 2 gigapixel per detik. Ini penting mengingat Find X2 diprediksi juga akan mengemas setup kamera yang sangat kapabel. Bocoran render Find X2 di atas setidaknya bisa menjadi indikasi.

Seperti yang bisa kita lihat, kamera yang paling atas berbentuk persegi panjang, dan ini langsung mengingatkan kita pada kamera milik Reno 10x Zoom. Melihat bagian depannya, tampak layar 120 Hz yang dilengkapi kamera depan model hole-punch yang nyaris tidak terlihat karena diameternya begitu kecil.

Perangkat flagship jelas membutuhkan prosesor kelas flagship. Namun di sisi lain, prosesor flagship baru akan terasa potensi sebenarnya ketika disematkan pada perangkat yang berani berinovasi, menetapkan standar baru di industri dengan sejumlah fitur unggulannya.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

[Review] Xiaomi Mi Note 10 Pro: Kamera Ber-Smartphone 108 MP dengan Baterai Besar

Pergantian pemimpin dari Xiaomi Indonesia memang membawa angin segar untuk para Mi Fans dan pengguna perangkatnya di Indonesia. Pasalnya, Alvin Tse selaku Country Manager Xiaomi Indonesia berani memasukkan seri flagship di Indonesia. Sebelumnya, Steven Shi sepertinya tidak berani memasukkan seri flagship dan hanya perangkat value saja.

Di bawah kepimipinan Alvin, Xiaomi memasukkan BlackShark 2 Pro dan Mi Note 10 Pro atau Mi CC9 Pro. Perangkat yang pertama disebut tentu saja sudah kami review pada tautan yang satu ini. Kali ini, perangkat Xiaomi Mi Note 10 Pro yang disebut sebagai flagship camera masuk ke pasar Indonesia, menantang para pesaingnya yang sudah lebih dahulu mendapatkan pengakuan untuk sisi kameranya.

Xiaomi Mi Note 10

Xiaomi sendiri menggunakan sensor terbaru dari Samsung dengan nama ISOCELL Bright HMX. Dengan sensor terbarunya ini, Mi Note 10 Pro bisa mengambil gambar dengan resolusi tertinggi yang ada pada sebuah smartphone, yaitu 108 MP. Hasilnya bisa dilihat sendiri pada artikel kami sebelumnya di tautan ini.

Xiaomi Mi Note 10 Pro menggunakan spesifikasi sebagai berikut

Xiaomi Mi Note 10
SoC Snapdragon 730G
CPU 2×2.2 GHz Kryo 470 Gold + 6×1.8 GHz Kryo 470 Silver
GPU Adreno 618
RAM 8 GB
Internal 256 GB
Layar 6,47 inci AMOLED 2340 x 1080 Gorilla Glass 5
Dimensi 157.8 x 74.2 x 9.7 mm
Bobot 208 gram
Baterai 5260 mAh
Kamera 108 MP/27 MP, 12 MP Tele 2x, 5 MP Tele 5x, 20 MP wide, 2 MP makro
OS Android 9 Pie MIUI 11

Untuk hasil dari CPU-Z serta Sensor-Box adalah sebagai berikut

Unboxing

Seperti inilah paket penjualan dari Xiaomi Mi Note 10 Pro

Xiaomi Mi Note 10 - Unboxing

Desain

Xiaomi Mi Note 10 Pro memiliki rasa yang kokoh saat saya pegang untuk pertama kalinya. Bagian belakang dari Mi Note 10 Pro sudah dilapisi dengan Gorilla Glass 5 sehingga lebih tahan terhadap benturan. Selain itu, rangka dari perangkat ini juga sudah menggunakan aluminium yang membuatnya kokoh. Warna yang saya dapatkan untuk pengujian kali ini adalah Glacier White.

Xiaomi Mi Note 10 - Atas

Mi Note 10 Pro memiliki resolusi yang cukup tinggi untuk sebuah smartphone, yaitu 2340×1080. Layarnya memang terlihat lebih panjang karena memiliki rasio 20:9. Untuk pelindung layarnya, Xiaomi sudah memasangkan Gorilla Glass 5 yang lebih tahan terhadap benturan. Selain itu, Xiaomi juga memasangkan layar yang melengkung pada sisi kanan kirinya.

Xiaomi kembali mengusung desain berponi dengan model Dot drop. Hal ini tentu saja hanya menggunakan sebagian kecil dari bagian atas layar sehingga membuat informasi pada notification bar lebih luas. Dan pada poni tersebut tentu saja disematkan kamera dengan resolusi 32 MP untuk mengambil swafoto. Namun karena layarnya yang melengkung, tentu saja membuat desainnya menjadi lain dibandingkan merek lain.

Xiaomi Mi Note 10 - Kanan

Layar dengan dimensi 6.47 inci ini menggunakan jenis Super AMOLED. Dan seperti biasanya, dengan layar jenis ini bisa disematkan sensor sidik jari di bawah layar. Sayang memang, pemindaiannya memakan waktu yang sedikit lama dibandingkan dengan para pesaingnya.

Xiaomi mendesain bagian belakangnya dengan sederet kamera. Ada lima buah kamera yang terpasang pada bagian belakang tersebut, lengkap dengan flash serta soft flash. Pada bagian belakang itu pula hadir sebuah sensor NFC yang sering kali digunakan untuk melakukan transaksi dengan melakukan tapping.

Xiaomi Mi Note 10 - Kiri

Xiaomi juga tidak lupa menaruh sensor infra merah di bagian atas dari Mi Note 10 Pro. Volume naik dan turun serta tombol power diletakkan pada sisi sebelah kanan. Pada sisi sebelah kirinya hanya ditemukan slot nano SIM. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker, serta slot audio 3.5 mm.

Mi Note 10 Pro datang dengan menggunakan antarmuka MIUI 11. Sayangnya, perangkat ini masih menggunakan Android 9.0 Pie. Padahal, Android 10 saat ini sudah mulai digelontorkan oleh para vendor smartphone. Hal ini membuat Mi Note 10 Pro hanya akan mendapatkan pembaruan sistem operasi sampai Android 11 saja.

Xiaomi Mi Note 10 - Bawah

Jaringan

Xiaomi selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. Mi Note 10 Pro sendiri mendukung band 1(2100), 2(1900), 3(1800), 4(1700/2100), 5(850), 7(2600), 8(900), 18(800), 19(800), 20(800), 26(850), 38(2600), dan 40(2300) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia. Mi Note 10 Pro  menggunakan modem x15 yang mendukung LTE Cat 15 yang mendukung 3 Carrier Aggregation dengan kecepatan download sampai dengan 800 Mbps.

Kamera

Xiaomi meluncurkan Mi Note 10 Pro di Indonesia dengan sebutan Flagship Camera. Oleh karena itu, Xiaomi pun ingin menghadirkan pengalaman mengambil gambar dan video terbaik versi mereka dengan perangkat yang satu ini. Uniknya, Xiaomi adalah yang pertama menggunakan sensor dengan resolusi paling tinggi yang ada saat ini.

Sensor tersebut merupakan buatan Samsung dengan ISOCELL Bright HMX yang memiliki resolusi 108 MP. Dengan menggunakan teknologi TetraCell atau quad bayer, membuat sensornya bisa memilih piksel mana yang terbaik dalam sebuah pengambilan gambar. Hasilnya adalah gambar dengan resolusi 27 MP, atau 108 MP jika semua piksel digunakan.

Xiaomi Mi Note 10 - Kamera

Hasil 108 MP nya tersebut pun juga bukan sebuah gimmick yang patut ditertawakan. Hasil 108 MP memang bisa mengambil gambar lebih tajam yang bahkan sensor 64 MP buatan Samsung sendiri tidak bisa ambil. Megapiksel memang bukanlah segalanya, namun dengan tingkat kerapatan megapiksel yang tinggi mampu membuat hasil dari kamera Mi Note 10 Pro menjadi bagus.

Satu hal yang cukup disayangkan adalah karena hasil yang diambil membuat file yang cukup besar, pengolahan gambarnya membutuhkan waktu. Jadi, sering kali setelah mengambil gambar pertama, akan membutuhkan waktu sekitar satu detik untuk mengambil gambar kedua.

Ada lima buah kamera yang tertempel pada bagian belakangnya. Yang pertama adalah kamera 5 MP 5x zoom, 12 MP 2x zoom, 108 MP, 20 MP wideangle, 2 MP makro. Yang pasti, semuanya mampu mengambil gambar dengan kualitas yang mumpuni.

Kamera utamanya yang menggunakan sensor 108 MP memang mampu mengambil gambar dengan sangat baik. Walaupun begitu, entah mengapa pada beberapa kasus terjadi over exposure. Saya pun mendapatkan tingkat ketajaman yang tinggi serta noise yang rendah.

Kamera zoom juga mampu menangkap gambar dengan baik. Namun, yang perlu diperhatikan bahwa sepertinya kamera zoom 5x yang ada pada Mi Note 10 Pro tidak sepenuhnya benar. Mi Note 10 Pro akan terlihat berganti kamera pada saat melakukan zoom di 3.7x. Walaupun begitu, hasilnya memang masih terlihat cukup baik pada 5x.

Yang cukup mengagetkan adalah kamera makro yang hanya 2 MP mampu menangkap gambar dengan cukup tajam. Pada beberapa smartphone, kamera 2 MP nya bisa menangkap gambar dengan cukup buram. Berbeda dengan Mi Note 10 Pro.

Kamera depannya dapat menangkap gambar dengan cukup apik. Dibekali dengan kamera 32 MP membuat hasil selfie-nya bisa diandalkan pada kondisi cahaya yang terang. Sayangnya, ketajamannya akan sangat berkurang pada saat kondisinya gelap.

Beberapa foto lainnya juga bisa Anda lihat pada artikel yang satu ini.

Pengujian

Salah satu hal yang cukup disayangkan oleh berbagai pihak adalah penggunaan SoC Snapdragon 730G pada sebuah perangkat flagship. Walaupun begitu, Xiaomi sering berjanji bahwa keuntungan mereka dalam menjual perangkat hanya 5% saja. Bisa jadi salah satu penyebabnya adalah penggunaan kamera 108 MP dan keempat kamera lainnya beserta lensanya.

Snapdragon 730G sendiri menggunakan 4 core Kryo 470 Gold dan 4 core Kryo 470 Silver. Mungkin Anda akan menganggap bahwa menggunakan Snapdragon 855 akan membuat perangkat ini menjadi kencang, namun dengan SD 730G, membuat selain cukup kencang, baterainya juga lebih tahan lama. Hal ini cukup terasa dengan bermain game selama beberapa jam.

Cukup disayangkan pada saat ingin melakukan benchmarking game, aplikasi yang saya gunakan crash pada sekitar 10 menit. Hal ini membuat saya tidak bisa melihat berapa frame rate yang ada pada game tersebut. Namun, semua game yang saya uji bisa berjalan pada setting tertinggi tanpa lag.

Untuk benchmark sintetis, berikut adalah hasilnya

Uji Baterai dengan MP4

Pengujian kami kali ini menggunakan video MP4 yang dimainkan secara berulang-ulang. Videonya sendiri menggunakan resolusi 1920×1080 dengan codec H.264 dan berdurasi 120 menit. Kami tidak menggunakan BatteryXPRT karena algoritma penghemat baterai yang sangat ketat pada MIUI 11 Pengujian berlangsung selama 20 jam 3 menit pada unit yang kami dapatkan.

Menggunakan charger bawaan, saya berhasil melakukan pengisian ulang dengan baterai sebesar 5260 mAh ini. Ternyata dari habis sampai 100%, perangkat ini bisa diisi dalam waktu sekitar 90 menit saja. Namun, dengan charger yang mendukung Quick Charge 3, baterainya bisa penuh dalam waktu hanya 135 menit saja.

Verdict

Akhirnya Xiaomi mengeluarkan flagship mereka di Indonesia. Dengan menyandang nama flagship camera, tentu saja Xiaomi Mi Note 10 Pro langsung ditujukan kepada para penggemar fotografi. Dan tidak tanggung-tanggung, untuk mengejar ketajaman gambarnya, Xiaomi menyematkan kamera dengan resolusi 108 MP.

Xiaomi Mi Note 10 - Belakang

Kamera tersebut memang sangat apik untuk sebuah smartphone, yang walaupun belum bisa disandingkan dengan kamera mirrorless atau DSLR. Xiaomi berhasil membuat sebuah smartphone yang memiliki kamera terbaik pada harga enam jutaan rupiah. Hal ini tentu saja membuatnya cocok untuk digunakan dalam pengambilan gambar apa pun sehari-hari.

Kinerja yang ditawarkan oleh Xiaomi Mi Note 10 Pro memang bukan yang paling kencang, namun pada saat ini, semua pekerjaan masih akan terasa cepat jika dikerjakan pada perangkat yang satu ini. Dengan Snapdragon 730G, membuat bermain game terasa lebih lama dibandingkan dengan perangkat gaming yang menggunakan Snapdragon 855 ke atas. Jadi, penggunaan SoC tersebut dirasa pas jika kita melihat kinerja berbanding daya tahan baterainya.

Berbicara mengenai harga, mungkin tidak semua orang bakal bisa membelinya. Namun, dengan feature kamera yang dimiliki oleh Mi Note 10 Pro, membuat harga Rp. 6.999.000 menjadi tidak terlalu mahal. Hal ini juga membuat Xiaomi Mi Note 10 Pro cocok untuk para pengguna yang suka bermain game sekaligus gemar mengambil foto-foto setiap hari.

Sparks

  • Kinerja tinggi
  • Hasil kamera yang sangat baik
  • Daya tahan baterai yang lama
  • Layar edge
  • Zoom 5x
  • Pengisian baterai cepat
  • Tidak panas
  • Harga berbanding kinerja yang baik

Slacks

  • Hasil kameranya walaupun bagus, namun sering over exposure
  • Pemindai sidik jari tidak cepat
  • Pengambilan gambar membutuhkan jeda waktu
  • Proximity ada bug: Layar tidak mati saat menelpon
  • Ujung layar edge tidak responsif

Qualcomm Luncurkan Dua Prosesor Laptop Baru Beserta Chipset 5G untuk AR dan VR Headset

Setahun setelah Qualcomm merilis prosesor laptop-nya, Snapdragon 8cx, populasi laptop always-on bisa dibilang masih sangat kecil. Hal ini cukup wajar mengingat prosesor tersebut memang ditargetkan untuk kategori high-end, dan perangkat yang mengusungnya, macam Samsung Galaxy Book S, tidak bisa dikategorikan terjangkau.

Supaya laptop always-on bisa menjadi mainstream, penawarannya tidak bisa di kategori premium saja. Untuk itu, Qualcomm pun telah menyiapkan sepasang prosesor laptop baru, yakni Snapdragon 8c dan 7c. Keduanya bukanlah pengganti 8cx, melainkan ditujukan untuk perangkat di kelas yang lebih rendah.

Kendati demikian, Qualcomm mengklaim performanya masih cukup mumpuni. Snapdragon 8c misalnya, menjanjikan peningkatan kinerja hingga sebesar 30% jika dibandingkan dengan Snapdragon 850, yang tidak lain merupakan prosesor laptop pertama Qualcomm. Sebagai pembanding, Snapdragon 8cx menjanjikan performa dua kali lebih kencang ketimbang Snapdragon 850.

Kunci dari prinsip always-on adalah sambungan konstan ke jaringan LTE, dan ini diwujudkan lewat modem Snapdragon X24 yang terintegrasi pada Snapdragon 8c. Juga penting adalah AI Engine untuk mendongkrak kinerja fitur-fitur berbasis machine learning secara signifikan, hingga enam triliun pengoperasian per detik kata Qualcomm.

Di bawahnya lagi, ada Snapdragon 7c yang mengemas CPU octa-core Kryo 468 dan GPU Adreno 618. Qualcomm mengklaim prosesor ini dapat memberikan peningkatan performa sampai 25% kalau dibandingkan dengan chip yang sekelas. Di saat yang sama, daya tahan baterai perangkat bisa dinaikkan sampai dua kali lipat, dan tentu saja juga sudah ada modem LTE beserta AI Engine terintegrasi di sini.

Snapdragon 8cx sendiri tidak akan ke mana-mana. Qualcomm sekarang justru menawarkan varian 8cx yang dikhususkan untuk pasar enterprise, lengkap dengan optimasi dan integrasi yang dibutuhkan dari segi keamanan.

Snapdragon XR2

Konsep perangkat yang ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon XR2 / Qualcomm
Konsep perangkat yang ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon XR2 / Qualcomm

Akhir tahun 2019 juga menjadi saksi atas kelahiran Snapdragon XR2, yang diklaim sebagai chipset 5G pertama untuk platform extended reality (XR). Singkat cerita, selain menghadirkan konektivitas generasi terbaru, XR2 juga dirancang untuk menggenjot performa sekaligus fungsionalitas AR headset maupun VR headset secara dramatis.

Dibandingkan chipset generasi sebelumnya, XR2 disebut menawarkan kinerja CPU dan GPU dua kali lebih kencang. Dari segi visual, chip ini sanggup mengakomodasi display dengan resolusi 3K x 3K 90 fps per mata. Selain itu, video 360 derajat beresolusi 8K 60 fps pun juga siap ia putar dengan lancar.

Perihal fungsionalitas, XR2 mampu mengakomodasi sistem tracking pada perangkat hingga yang mengandalkan tujuh kamera sekaligus. Interaksi pengguna dengan dunia virtual juga dipastikan berlangsung mulus berkat prosesor khusus yang didedikasikan untuk teknologi computer vision, sehingga rekonstruksi 3D pun jadi lebih efisien.

AR dan VR memang sudah tidak terlalu meledak hype-nya belakangan ini. Kita lihat saja apakah XR2 dapat ‘menyelamatkannya’ dari keterpurukan.

Sumber: Qualcomm 1, 2.