Atari Tunda Peluncuran Console Ataribox, Ada Apa?

Bulan Juli kemarin menandai kebangkitan Atari di industri console. Di E3 2017, mereka mengumumkan mesin game Ataribox yang merupakan perpaduan antara PC dan sistem hiburan ruang keluarga tradisional. Tiga bulan setelahnya, produsen akhirnya memberikan info terkait hardware serta menyingkap agenda untuk melangsungkan kampanye crowdfunding di Indie Gogo.

Dimulainya periode crowdfunding juga menandai dibukanya gerbang pre-order, dan rencananya, Ataribox akan mulai didistribusikan pada musim semi 2018. Namun ada indikasi proses pemasaran perangkat ini akan mengalami keterlambatan. Page Ataribox di Indie Gogo seharusnya mulai live kemarin dibarengi dengan pemberian diskon pada beberapa unit produk, tapi produsen malah mengumumkan keputusan mereka buat menunda peluncurannya.

Via PC Gamer, Atari menjelaskan bahwa hitungan munduk ke momen pelepasan Ataribox dihentikan sementara waktu karena mereka belum rampung dalam menyiapkan platform untuk komunitas. Menurut produsen, hal ini merupakan elemen penunjang produk yang sangat krusial. Bagi mereka, proyek Ataribox sangatlah penting dan Atari bersedia melakukan apapun demi memastikan produk ini layak dinanti.

Atari sedang menyiapkan jadwal baru perilisannya, dan informasi lebih detail terkait Ataribox akan diungkap dalam waktu dekat. Produsen berjanji buat terus memberikan update tiap kali mereka melakukan langkah penting dalam pengembangan console ini.

Retro gaming menjadi tema utama penyajian Ataribox. Perangkat ini digarap dengan konsep nostalgia, namun juga disiapkan agar sanggup menjalankan game-game independen terbaru – Minecraft atau Terraria contohnya. Saat tersedia nanti, produk ini akan dibundel bersama koleksi permainan klasik Atari.

Untuk menunaikan tugas itu, Ataribox dipersenjatai oleh prosesor custom AMD dan kartu grafis Radeon. Sistem akan berjalan di platform Linux dengan interface yang dirancang agar mendukung layar televisi. Pada dasarnya, Ataribox adalah PC berspesifikasi menengah. Selain bisa menangani game, ia juga mampu menjalankan app, men-streaming video, menyajikan musik, serta menemani Anda menjelajahi internet.

Kepada VentureBeat, kreator sekaligus general manager Ataribox Feargal Mac berpendapat bahwa dengan menjajakan produk via platform crowdfunding, timnya bisa memberikan dukungan bagi konsumen di seluruh dunia. Lalu karena mengusung sistem operasi Linux, user juga mendapatkan kebebasan buat menggunakan dan mengakses fungsi-fungsinya semau mereka.

Saat artikel ini ditulis, status Ataribox di situs Indie Gogo masih ‘coming soon‘. Di sana, Anda cuma bisa mendaftarkan email untuk memperoleh newsletter.

Header: VentureBeat.

Kolaborasi Intel dan AMD Ancam Dominasi Nvidia di Kelas Notebook High-End

Berkat banyaknya pilihan produk yang mereka tawarkan, prosesor Intel tersebar hampir ke seluruh segmen. Dan memang belum lama sang raksasa teknologi asal Santa Clara itu merayakan peresmian Intel Core ‘Coffee Lake’. Tapi solusi grafis Intel sampai sekarang masih dipandang sebelah mata. Jika konsumen menginginkan kualitas visual, mereka akan segera melirik solusi dari Nvidia atau AMD.

Lewat website resmi, GM client computing group Intel Christopher Walker menyingkap sebuah kejutan gembira. Ia mengabarkan bahwa timnya resmi menjalin kerja sama dengan AMD untuk membangun prosesor Core baru yang turut dibekali kartu grafis Radeon. Dan melihat dari detail-detail di sana, kombinasi keduanya terlihat difokuskan pada peningkatan kinerja grafis serta pengurangan volume perangkat.

Walker menyampaikan bahwa kolaborasi ini merupakan salah satu cara memberikan konsumen perangkat berperforma tinggi dan GPU discrete dalam wujud yang lebih kecil. Melalui kooperasi tersebut, Intel dan AMD memberikan kesempatan bagi para partner OEM untuk mendesain produk secara lebih kreatif. Dengan lebih hematnya ruang yang dibutuhkan CPU dan GPU, produsen bisa menerapkan sistem pendingin mutakhir, meningkatkan daya tahan baterai, serta membubuhkan fitur-fitur baru.

Produk baru itu kabarnya akan menjadi bagian dari keluarga Intel Core H generasi kedelapan, dipersenjatai kartu grafis discrete AMD Radeon custom dan teknologi High Bandwidth Memory generasi kedua Intel (HBM2), semuanya dalam satu paket prosesor. Menurut Intel, kehadiran prosesor ini akan mengisi celah unik di pasar hardware, berpotensi melahirkan kelas produk baru.

GM Radeon Technologies Group Scott Herkelman punya pendapat senada. Ia yakin dengan kolaborasi tersebut, para gamer dan kreator konten akan mendapatkan perangkat komputasi yang lebih ringan serta tipis, tetapi sanggup menangani permainan-permainan AAA serta aplikasi-aplikasi produktif secara maksimal. GPU semi-custom mereka menjanjikan kinerja serta kemampuan yang dapat memuaskan kalangan antusias.

Chip Intel dengan GPU custom AMD 1

Jantung dari perpaduan itu adalah EMIB (Embedded Multi-Die Interconnect Bridge) – bridge pintar yang memungkinkan silikon heterogeneous untuk mengantarkan informasi secara sangat cepat di jarak super-pendek. EMIB menghilangkan kebutuhan akan desain serta proses produksi yang kompleks, sehingga produk berukuran kecil dapat bekerja lebih efisien, lebih bertenaga, serta lebih cepat. Chip ini ialah produk level konsumen pertama berbekal EMIB.

Langkah kerja sama ini sangat menarik karena boleh jadi mengindikasikan berakhirnya pengembangan solusi integrated Intel HD Graphics. Dan meskipun Intel Core H dengan GPU Radeon ditujukan buat laptop, tak menutup kemungkinan ia akan tersedia untuk segmen desktop.

Kartu Grafis AMD Radeon Pro Duo Baru Punya Kekuatan 2 Kali Titan X

Orang percaya bahwa video game merupakan ujung tombak perkembangan teknologi grafis. Tapi melihat lebih dekat, GPU kelas workstation-lah ialah tempat dibuatnya terobosan performa. Di tahun 2016, AMD merilis Radeon Pro Duo, kartu grafis single-board terkuat di dunia di eranya. Pro Duo disiapkan di tengah melesatnya kepopularitasan VR, khusus buat para developer konten.

Belum lama ini, AMD mengumumkan versi baru dari kartu grafis profesional Radeon Pro Duo, kini telah mengadopsi arsitektur Polaris. Pro Duo anyar tersebut memiliki sepasang GPU yang diproduksi lewat proses 14 nm FinFET dan menyimpan memori GDDR5 sebesar 32GB. Produsen semiconductor asal Sunnyvale tersebut mengklaim Pro Duo mempunyai kinerja dua kali Nvidia GTX Titan X.

Radeon Pro Duo ditargetkan pada kalangan profesional, memungkinkan desainer menggunakan dua paket software secara bersamaan, ditopang masing-masing GPU. Satu GPU bertugas menangani proses penciptaan konten secara live, lalu satu unit lagi berfungsi untuk me-render/ray tracing. Dengan begini, pengguna dapat lebih menghemat waktu dan bisa menciptakan lebih banyak desain.

AMD Pro Duo Polaris 1

“Dalam pengembangan konten VR 360 derajat di resolusi 4K, faktor penghadang terbesar adalah ketersediaan teknologi,” kata Jonathan Winbush selaku creative director Winbush.tv. “Sebagai seorang seniman, saya hanya ingin berkarya dan tidak mencemaskan keterbatasan hardware. Berkat Radeon Pro Duo terbaru, saya segera merasakan perbedaan kecepatan sampai dua kali lipat, sehingga saya bisa melangkah ke proyek-proyek baru tanpa mengorbankan kreativitas ataupun produktivitas.”

Berbicara lebih teknis, Radeon Pro Duo versi Polaris tersebut dibekali 72-compute unit, menawarkan performa 11,45-teraflop (buat perbandingan, Project Scorpio hanya 6-TFLOP). Di atas kertas, kabarnya kartu grafis ini sanggup menangani empat buah monitor 4K, bekerja di 60Hz atau satu layar 8K di 30Hz (atau 60Hz via dua kabel). Tiap-tiap core dipasang di kecepatan 1.243MHz, dengan memori 16GB dikali dua dan interface memori 256-bit di masing-masing unit GPU.

Meskipun ‘angka mentah’ tersebut tidak membuatnya menjadi kartu grafis terkuat saat ini, Pro Duo dijanjikan mampu menghidangkan kinerja dua kali lipat Pro WX 7100 dan juga produk kelas profesional garapan kompetitor. Angka-angka di sana memang mengalahkan GeForce Titan X, namun untuk sekarang, Titan X bukan lagi GPU terkuat Nvidia. Ia telah disusul oleh GTX 1080 Ti dan Titan XP.

Radeon Pro Duo rencananya akan mulai tersedia di akhir bulan Mei 2017 nanti, ditawarkan di harga yang kompetitif buat produk sekelasnya: hanya US$ 1.000.

Via Digital Trends. Sumber: AMD.

Asus ROG XG Station 2 Sulap Laptop Biasa Jadi Device VR Ready

Fleksibilitas dalam menentukan komponen adalah satu alasan mengapa PC dipilih jutaan orang sebagai perangkat gaming, pendukung kegiatan olah data berat hingga buat menjalankan VR. Tapi meskipun mengusung hardware hampir serupa, penerapan upgrade hardware di notebook jauh lebih kompleks. Itu sebabnya banyak produsen memutuskan untuk menyediakan solusi eksternal.

Setelah Asus memperkenalkan docking multimedia penambah performa grafis pertama di tahun 2007, arahan ini akhirnya diimplementasikan di Republic of Gamers. Minggu ini, Asus mengumumkan XG Station generasi 2, sebuah docking yang mampu mendongkrak kinerja laptop ataupun PC all-in-one biasa sehingga sanggup menangani game-game bergrafis berat, bahkan bisa menyulapnya jadi perangkat VR Ready.

Asus ROG XG Station 2 2

Mirip Razer Core, ROG XG Station 2 merupakan rumah bagi kartu grafis discrete. Agar sesuai dengan tema perangkat ROG lainnya, docking ini mengangkat tema desain ‘kuil Maya’ khas berwarna hitam. Device mirip G20, namun wujudnya lebih pendek dan lebar, berdimensi 45,6×15,8×27,8cm. Buat melengkapi aspek penampilannya, XG Station 2 juga dibekali sistem pencahayaan RGB Aura Sync. dan ‘tabung plasma’ di sana bisa Anda konfigurasi.

Asus ROG XG Station 2 3

Selain menginjeksi tenaga ekstra, XG Station 2 juga menyempurnakan aspek konektivitas fisik PC Anda. Di sisi belakang, Anda bisa menemukan empat buah port USB 3.0, Gigabit Ethernet, konektor USB type-B, HDMI, DVI, serta koneksi Thunderbolt 3 via USB type-C. Lalu agar menunjang kartu-kartu grafis high-end, docking turut dilengkapi unit pemasok tenaga 600-Watt bersertifikasi 80 Plus Gold.

Asus ROG XG Station 2 4

ROG XG Station 2 mendukung GPU racikan Nvidia maupun AMD – seri GeForce GTX 1000, GTX 900, Radeon R9 atau Radeon RX; beserta pendingin dengan lebar maksimal 2,5-slot. Pemakaiannya juga sangat mudah, Anda hanya tinggal mencolokkan satu kabel dari docking ke PC. Lalu berkat tersedianya port USB type-B, Anda bahkan bisa mendorong tingkatan performanya lagi, hingga 10 persen dari kinerja maksimal GPU.

Uniknya lagi, Asus juga membuat proses pengoperasiannya lebih praktis dengan memungkinkan Anda mencolok dan melepas connector tanpa perlu mematikan atau me-restart sistem. Sang produsen Taiwan itu bilang, secara teori XG Station 2 dapat kompatibel ke semua PC, tapi besar peluang jadi bottleneck jika user menyambungkannya ke komputer ber-hardware lawas.

Oleh sebab itu, buat sekarang Asus hanya merekomendasikan beberapa tipe saja, di antaranya: ROG G701VI, ROG GL502VM, ROG GL702VM, Transformer T303UA dan Transformer305CA.

Asus belum menginformasikan harga dari ROG XG Station 2, kabarnya docking tersebut akan mulai tersedia secara global di awal 2017.

Sumber: Asus.

Zotac Luncurkan Mini PC Gaming ‘VR Ready’ Bertenaga Radeon RX 480 Pertama

Zotac bukanlah pemain baru di dunia gaming. Sejak didirikan satu dekade silam, reputasi produsen asal Macau itu tumbuh subur. Sudah lama gamer memercayai Zotac untuk mentenagai PC mereka dari sisi grafis, lalu Zotac juga jadi salah satu nama yang tak ragu berpartisipasi dalam prakarsa Steam Machine milik Valve lewat PC ala console bernama NEN.

Penyediaan mini PC kini merupakan salah satu spesialisasi Zotac, dan kali ini, mereka mencoba mengintegrasikan performa kartu grafis AMD Radeon seri 400 ke perangkat gaming berukuran mungil. Upaya tersebut melahirkan Magnus ERX480, anggota terbaru keluarga Zbox Magnus sekaligus mini PC berarsitektur Polaris pertama. Selain mendukung penuh fungsi gaming, susunan hardware di dalam memastikan device sanggup tangani headset virtual reality.

Zotac Magnus ERX480 1

Penampilan Magnus ERX480 boleh dibilang identik dengan Magnus EN bertenaga chip Nvidia. Tubuh hitamnya berbentuk balok berdimensi 21×20,32×6,22-sentimeter, ada lingkaran bulat khas di atasnya dan lingkaran kuning menandai tombol power. Di sisi depan, Anda segera bisa menemukan slot card reader SD, sebuah port USB 3.1, USB type-C, dan sepasang port mic serta headphone.

Di belakang, konektivitasnya bahkan lebih lengkap lagi: tersedia dua USB 2.0, dua USB 3.0, dua HDMI 2.0, dua DisplayPort 1.3, serta port LAN Gigabit ganda. Berkat setup seperti ini, kapabilitas Magnus ERX480 tak terpentok di VR dan gaming saja, tapi juga mencakup ranah multimedia high-end. Mini PC ini siap menopang empat buah panel 4K.

Zotac Magnus ERX480 2

Magnus ERX480 mengusung spesifikasi yang unik. Memang betul, dapur pacu grafis Zotac serahkan pada Radeon RX 480. Namun sang produsen malah memutuskan untuk memanfaatkan Intel Core i5-6400T sebagai prosesornya. Zotac menawarkan tiga model Magnus ERX480: satu tipe standar, satu model dengan upgrade memori (8GB sampai 32GB) dan penyimpanan, dan satu varian lagi sudah dibekali sistem operasi Windows 10.

Via press release, AMD Corporate VP Spencer Pan menyampaikan, “Radeon RX dengan arsitektur Polaris mengubah dinamika hardware gaming karena menawarkan keseimbangan antara harga dan perfoma. Kami sangat bersemangat bisa berkolaborasi bersama Zotac, produsen mini PC gaming terkemuka, dalam menghadirkan mini PC bertenaga AMD Radeon RX480 pertama di dunia.”

Zotac Magnus ERX480 3

Untuk sekarang, Zotac belum menjelaskan soal sistem pendingin yang mereka gunakan di Magnus ERX480, hanya bilang bahwa mini PC ini ‘bekerja dengan hening’. Mungkinkah produsen menggunakan pendingin fanless?

Lalu Zotac juga belum mengabarkan info mengenai harga serta kapan Magnus ERX480 tersedia.

Sumber: Zotac.

Tak Lama Lagi, PC ‘Terjangkau’ Sanggup Menangani Oculus Rift

Penghalang terbesar bagi headset virtual reality high-end untuk menyentuh pasar mainstream adalah kebutuhan hardware yang tinggi. Saat ini, Anda membutuhkan PC sangat mahal buat menjalankan Rift ataupun Vive. Dan karena alasan itulah, PlayStation VR terlihat sebagai alternatif terbaik, khususnya bagi pemilik console PS4. Tapi hal itu akan berubah sebentar lagi.

Di konferensi Oculus Connect 3, CEO Brendan Iribe mengumumkan sebuah berita mengejutkan terkait standar hardware untuk menjalankan Oculus Rift. Sebelumnya, kita membutuhkan kartu grafis Nvidia GeForce GTX 970 atau AMD Radeon 290, prosesor setara i5-4590 serta RAM 8GB. Jika ditotal, modalnya mencapai US$ 1.000. Namun dengan sebuah teknologi baru, Rift kabarnya dapat beroperasi di sistem seharga kurang lebih separuhnya.

Teknologi ini dinamai Asynchronous Space Warp, sebuah metode yang memungkinkan PC entry-level menangani headset virtual reality. Tanpa membahasnya terlalu teknis, ASW bisa mengurangi latency dan efek bergetar karena turunnya frame rate, serta berfungsi mengelola prioritas akses ke resource di GPU dan memastikan proses pengolahan berjalan serempak.

Salah satu metodenya: jika ASW mendeteksi penurunan frame rate, ia akan memasukkan tiruan frame sebelumnya buat mengisi celah itu sehingga user tidak merasakan tearing atau flickering. Solusi ini dihadirkan di platform Oculus, yang berarti app-app Rift dapat segera memperoleh manfaatnya. Iribe mengklaim teknologi tersebut sanggup menghidangkan 45fps secara stabil, dengan syarat memenuhi daftar komponen di bawah:

  • Prosesor Intel i3-6100 atau AMD FX4350
  • Kartu grafis Nvidia GeForce GTX 960
  • RAM 8GB
  • Output HDMI 1.3
  • Port USB 3.0 1x dan USB 2.0 (berubah dari dua buah port USB 3.0)
  • Sistem operasi Windows 8

Selain itu, di panggung Oculus Connect 3 Iribe juga mengungkap komputer pre-build ‘VR Ready’ paling terjangkau, yaitu CyberPower PC Gamer Xtreme VR. Buat mentenagainya, produsen berpaling ke AMD, menggunakan chip AMD FX 4350 dan GPU Raderon RX 470. Bundel pembelian sudah termasuk optical drive, hard drive berkapasitas 1TB, RAM 8GB, serta periferal keyboard dan mouse. Gamer Xtreme VR dibanderol di harga sangat miring, hanya US$ 500 saja.

CyberPower PC Gamer Xtreme VR

Lewat langkah ini, PSVR tiba-tiba mendapatkan perlawanan tak terduga dari Oculus Rift. Namun buat sekarang, baik pihak Oculus VR maupun CyberPower belum menginformasikan kapan Gamer XtremeVR tersedia. Semoga saja bersamaan dengan pelepasan Oculus Touch…

Via Polygon & PC Mag. Sumber: Radeon.

Pererat Kerja Sama Dengan AMD, Alienware Sajikan Radeon RX 480 di Gaming PC Mereka

Sudah cukup lama Nvidia mendominasi gaming PC branded kelas high-end. Beberapa produsen ternama malah menunjukkan kurangnya antusiasme mereka buat memanfaatkan GPU Radeon, padahal ia bukan hanya tidak kalah canggih, tapi juga ditawarkan di harga lebih bersahabat. Menariknya, ada satu brand premium terkenal mencoba mengubah manuver mereka.

Mungkin merasa gerah melihat para kompetitor Asia yang kian merajalela, Alienware kembali mempererat kolaborasi mereka bersama AMD, dengan bangga menyematkan kartu grafis berasitektur Polaris terbaru di produk andalan seperti Aurora R5 dan Area 51. Langkah ini patut memperoleh perhatian, karena kehadiran Radeon RX 480 di sana membuat harganya lebih ekonomis.

Alienware Aurora R5

Demi menunjukkan kebolehan device-device tersebut, Alienware Aurora R5 dipamerkan di booth AMD saat Gamescom 2016 berlangsung, semuanya ditenagai RX 480 dan juga dipakai di event Miss Rage Twitch. Konsumen yang mempunyai modal lebih sedikit pun masih diberikan kesempatan buat meminang Alienware. Anak perusahaan Dell spesialis gaming ini memberikan opsi non-Polaris berupa R9 M470X di form factor ala Steam Machines, Alpha R2.

Alienware Alpha R2

Area 51 tak lupa memperoleh dukungan Radeon, bagian dari program ‘penyediaan 1.000 konfigurasi hardware‘. Di sini, konsumen dipersilakan untuk gila-gilaan dengan menyematkan tiga buah kartu grafis Radeon RX 480 via Crossfire. Setup ini berikan tingkat performa yang mampu mengungguli penawaran dari Nvidia. Tersedianya RX 480 menunjukkan kesanggupan Aurora R5 (dan Area 51) dalam menangani headset virtual reality.

Alienware Area 51 1

Perlu Anda ketahui, tiga buah Radeon RX 480 tidak serta-merta membuat kapabilitas grafis Alienware Area 51 jadi tiga kali lebih tinggi. Teknologi Crossfire tidak menyajikan lompatan kinerja secara linear, karena faktor ini turut dipengaruhi driver dan kompatibilitas permainan. Tentu saja, tiga GPU VR Ready AMD itu tetap menghidangkan kualitas grafis lebih mumpuni.

Berbicara soal harga, mari kita mulai dari Alpha R2 dengan R9 M470X. Model ini dijajakan mulai dari harga US$ 550, dilengkapi prosesor Intel Core i3 6100T, RAM DDR4-2133 8GB, penyimpanan HDD 500GB, dan berjalan di Windows 10.

Di keluarga Aurora R5, varian ber-GPU Radeon RX 480 dengan Intel Core i5-6400, RAM DDR4-2133 8GB dan HDD 1TB merupakan pilihan yang lebih murah dari model bertenaga GeForce GTX 970. Device dibanderol seharga mulai dari US$ 1.000.

Oh, Anda menginginkan Alienware Area 51 bersenjata tiga Radeon RX 480? Siapkan saja uang sekitar US$ 3.800.

Untuk sekarang, opsi AMD Radeon di gaming PC Alienware baru tersedia di wilayah Eropa.

Via Digital Trends.

Dengan Kehadiran AMD Radeon RX 480 di Indonesia, Pengalaman VR High-End Jadi Kian Terjangkau

Pemilihan Computex 2016 untuk menyingkap GPU baru AMD merupakan langkah tepat. Saat para vendor memperkenalkan varian Nvidia GTX seri 1000 mereka, diyakini sebagai terobosan besar buat menopang VR, Radeon RX 480 menggebrak pasar dengan harga yang jauh lebih murah. Melaluinya, AMD yakin akhirnya virtual reality bisa dibawa ke tingkat mainstream.

Radeon RX 480 8
Channel sales director ASEAN & India AMD, Ryan Sim.

Kurang dari dua bulan selepas pengungkapan perdananya, AMD resmi meluncurkan seri kartu grafis Radeon 400 berarsitektur Polaris di nusantara. Invasi GPU baru tersebut diujungtombaki oleh Radeon RX 480, merupakan tipe top-end saat ini. Produk diklaim mampu menyuguhkan keseimbangan antara harga dan performa terbaik, serta dijanjikan sebagai solusi future-proof, terutama setelah meledaknya kepopularitasan VR.

Radeon RX 480 10
Tim AMD.

Di presentasinya, senior technology manager for graphics Radeon David Nalasco menjelaskan kendala utama penetrasi virtual reality. Menurut riset AMD, hanya 16 persen dari total pengguna PC yang mempunyai modal untuk menikmati pengalaman VR, sedangkan jutaan user lainnya masih memanfaatkan hardware lawas. Konsumen juga merasa cemas, jika buru-buru upgrade, investasi tersebut akan berumur pendek.

Radeon RX 480 9
David Nalasco dalam sesi presentasinya.

Menurut AMD, teknologi gaming sudah seharusnya dapat dijangkau oleh semua kalangan. Faktanya, mayoritas gamer sendiri memilih GPU di rentang harga US$ 100-300. Berbasis survei hardware Steam, 95 persen user masih menggunakan resolusi 1080p ke bawah, dan AMD berpendapat, seharusnya produsen bisa memberikan mutu yang lebih baik lagi. Dan terakhir, VR sendiri cuma dapat diakses oleh 13 juta PC. Terlihat banyak, tapi nyatanya hanya satu persen dari keseluruhan sistem di dunia.

Radeon RX 480 16
Seorang model memegang Digital Alliance Radeon RX 480.
Radeon RX 480 13
Gigabyte Radeon RX 480.

Radeon RX 480 disiapkan demi menawarkan ‘gaming di atas HD serta pengalaman VR premium’. Berkat dukungan terhadap asynchronous compute, arsitektur Graphics Core Next bisa memproses grafis dan komputasi bersama-sama, dan memperoleh efek terbaik saat dijalankan di API DirectX 12. Sederhananya, game-game baru mendapatkan dongkrakan kualitas ketika disajikan di resolusi tinggi (1440p) dibanding Nvidia GTX 970; contohnya di Quantum Break (+25%), Gears of War Ultimate Edition (+21%), Ashes of Singularity (+21%), dan Hitman (+42%).

Radeon RX 480 14
Tampilan depan RX 480.
Radeon RX 480 15
Bagian belakang RX 480.

Keunggulan lain dari RX 480 adalah topangan API low-overhead Vulkan. Ia dibangun berlandaskan komponen AMD Mantle, singkatnya, mampu hidangkan performa tinggi dengan penggunaan CPU rendah, disertai kemampuan distribusi tugas lebih optimal ke core-core CPU berbeda.

Spesifikasi Radeon RX 480 bisa Anda lihat di bawah:

Radeon RX 480 specs

Berbicara virtual reality, Anda perlu tahu bahwa Radeon RX 480 bukanlah kartu grafis VR paling high-end dari AMD. Lewat tes performa Steam VR, mengombinasikan prosesor AMD FX (6350, 8350, 8370, dan 9370) dengan RX 480 menghasilkan skor ‘fidelityhigh. Sedangkan posisi teratas masih dipegang oleh Radeon R9 Fury di very high.

Radeon RX 480 1
MSI Radeon RX 480 di booth demo Wattman.

Selain itu, produk-produk Radeon turut didukung teknologi LiquidVR. Pada dasarnya, ia adalah API yang ditujukan untuk mengurangi level latency antara headset dengan hardwarehardware PC, sehingga head-mounted display dapat merespons gerakan kepala pengguna secara maksimal, menghilangkan efek motion sickness. Teknologi tersebut juga difokuskan pada setup dual GPU di mana tiap unit kartu grafis difungsikan buat me-render display di masing-masing mata.

Radeon RX 480 2
Keluarga Radeon Gigabyte.

Radeon RX 480 3

AMD tidak melupakan para kreator dan penikmat video – apalagi ada lebih dari 100 juta pemirsa menyaksikan 1,7 juta broadcaster aktif setiap bulan. Arsitektur Polaris mendukung fungsi home theater; sajikan high dynamic range dengan ruang warna lebih luas, dan rasio kontras serta tingkat kecerahan lebih tinggi; dan standar HECV (high efficency video coding): 1080p di 240fps, 1440p di 120fps, serta 4K di 60fps. Hardware turut dibundel bersama software-software kreasi konten seperti Plays.TV, Raptr, dan Open Broadcaster Software.

Radeon RX 480 4
Sapphire Radeon RX 480 didemonstrasikan buat menjalankan Oculus Rift.

Ke depan, AMD mempunyai agenda untuk menghadirkan anggota keluarga RX 400 lainnya, yaitu RX 470 dan RX 460, dirancang buat kebutuhan eSport. Selanjutnya, mereka mempunyai rencana membubuhkan RX 460 ke notebook, dan dari bincang-bincang bersama David Nalasco, varian RX 470 dan 480 kemungkinan juga akan diadopsi oleh produsen laptop. Langkah tersebut sangat menarik karena sejauh ini pasar notebook premium/gaming masih didominasi sang kompetitor.

Radeon RX 480 6
Belum dirilis resmi, RX 460 mungil ini sanggup tangani game Overwatch di 1440p setting ‘high’ dengan frame rate mencapai ratusan.

AMD Radeon RX 480 sudah mulai dipasarkan di Indonesia, harganya bervariasi berdasarkan vendor serta versi, berkisar dari mulai Rp 3,6 juta (Power Color) sampai Rp 4 jutaan (MSI, HIS, XFX).

Radeon RX 480 12
Sistem dari Asus dengan dual Radeon RX 480.

Lebih Bertenaga Dari GTX Titan X, AMD Luncurkan GPU Radeon Pro Duo Untuk Developer VR

Tahun lalu AMD memperkenalkan empat GPU Fiji: R9 Fury, R9 Fury X, R9 Nano, kemudian tipe terakhir diperkenalkan dengan nama Radeon Pro Duo. Ia seharusnya dilepas tak lama setelah Nano, namun AMD memutuskan buat menundanya, baru merilis Pro Duo beberapa jam lalu. Ternyata diketahui, varian tercanggih Fiji tersebut disiapkan bukan untuk ‘konsumen biasa’.

Kita melihat sendiri bagaimana virtual reality menyita perhatian khalayak, terutama sesudah Rift dan Vive tersedia. Produsen berlomba-lomba menyiapkan produk pendukung VR. Tapi khususnya Pro Duo, ia tidak diramu buat menikmati, melainkan untuk pembuatan konten. AMD mengklaim, Radeon Pro Duo menyimpan performa 1,5 kali lebih tinggi dari GeForce GTX Titan X, serta 1,3 kali lebih mumpuni dibanding Radeon R9 295X2.

Radeon Pro Duo berisi sepasang kartu grafis R9 Nano di satu board. Masing-masing GPU difokuskan untuk satu mata ketika head-mounted display sedang dioperasikan. Metode ini memberikan level performa yang belum mampu ditawarkan kartu grafis tunggal. Selain itu, GPU sekunder bisa menopang chip utama buat proses pengolahan grafis berat, memastikan sistem bekerja mulus.

AMD Radeon Pro Duo 02
Radeon Pro Duo dari samping-depan.

Tentu saja Anda bisa menggunakan Pro Duo untuk menikmati game, meskipun dari pengamatan The Inquirer, ia masih belum efektif menangani Grand Theft Auto V dan Rise of the Tomb Raider di 4K. AMD telah menyediakan driver Radeon standar serta FirePro khusus bagi pencipta konten. Pro Duo sendiri tidak terbaca sebagai kartu FirePro sejati, tapi ia secara resmi didukung app-app semisal Autodesk, Maya, dan Blackmagic Davinci Resolve.

Dua buah GPU R9 Nano berarti Pro Duo menyuguhkan performa serta mengonsumsi daya dua kali lebih besar. Buat menghilangkan panas, kartu grafis dibekali cooler berberbasis cairan mirip Radeon R9 Fury X, menutupi modul regulator voltase serta unit GPU. Di sana terdapat tiga connector DisplayPort ditambah satu HDMI, lalu di sampingnya ada connector power PCIe delapan-pin – menyedot listrik sebesar 350W.

AMD Radeon Pro Duo 03
Bagian dalam Radeon Pro Duo.

Salah satu fitur unik dari kartu grafis anyar adalah kehadiran teknologi LiquidVR, yang bertugas meminimalisir latency dan stuttering saat sistem terpasang ke Oculus Rift maupun HTC Vive. Selain mengungkap Radeon Pro Duo, AMD juga telah memprakarsai sejumlah program sebagai cara mereka berkiprah di ranah virtual reality.

Menariknya, di website, AMD menyebut Pro Duo sebagai ‘kartu grafis untuk gaming paling cepat di dunia’. Nyatanya, harga produk sangat jauh di atas kemampuan mayoritas gamer PC. Ia dibanderol US$ 1.500.

Via AnandTech. Sumber: AMD.

GeForce GTX 970 Dikonfimasi Sanggup Jalankan Hampir Semua Game di HTC Vive dan Oculus Rift

Banyak orang mengira faktor yang membatasi produk VR terletak pada harga. Faktanya, semurah apapun headset ditawarkan, konsumen tetap memerlukan sistem mumpuni buat menopangnya. Produsen sudah menyingkap daftar hardware untuk mengakses konten secara optimal, tapi apakah informasi itu dapat dijadikan sebuah standar dalam penyajian VR?

Di ranah tersebut, dua nama besar tampak mendominasi: Oculus Rift dengan dukungan Facebook di belakangnya, dan Vive hasil kolaborasi HTC dan Valve. Keduanya dijadwalkan untuk meluncur tahun ini, namun karena HTC belum mengumumkan list komponen pendukung Vive, publik jadi penasaran apakah system requirements-nya setara Rift. Untungnya ada sebuah kabar baik disampaikan oleh PC Gamer.

Kedua developer telah memberi konfirmasi bahwa kartu grafis Nvidia GeForce GTX 970 atau AMD Radeon R9 290 sanggup menangani hampir semua konten virtual reality. Jadi andai PC Anda memenuhi syarat buat mengoperasikan Oculus Rift, maka menikmati permainan-permainan di HTC Vive juga tidak akan ada masalah. Menariknya lagi, GTX 970 bukanlah batasan minimal yang mengharuskan Anda memasang setting grafis di level terendah.

Tentu saja, layaknya permainan PC, setup harus disesuaikan. Head-mounted display VR akan lebih membebani sistem dibanding layar biasa. Jika Anda berambisi buat menaruh slider setting grafis setinggi-tingginya, silakan gunakan GPU high-end semisal GTX 980. Tapi perlu diketahui, skenario di atas hanya muncul pada judul-judul khusus yang sudah dirilis, satu contohnya ialah Elite: Dangerous.

Pengguna awam tidak perlu bingung karena mayoritas game VR telah dioptimalkan ke headset. Sisi visual di beberapa judul seperti Space Pirate Trainer dan Audioshield lebih difokuskan ke penyuguhan warna ketimbang ketajaman tekstur. Kemudian di Lucky’s Tale, Edge of Nowhere dan Chronos, kamera dikunci di satu posisi; sehingga developer bisa mengendalikan seberapa banyak objek yang mereka perlihatkan di layar.

Para antusias VR kelas kakap mungkin sangat mengantisipasi permainan-permainan hardcore sekelas Elite, dan tak sabar menanti EVE: Valkyrie. Namun terdapat peluang besar, game-game generasi pertama Rift dan Vive bahkan tidak mempunyai menu setting grafis.

Motede tersebut adalah langkah aman. Mengapa? Headset VR berbeda dari display jenis monitor. Ketika frame rate turun dari batasan minimal, mutu konten jadi sangat anjlok. Solusi mudahnya ialah dengan tidak memberikan kesempatan bagi pengguna buat mengutak-atik kualitas visual.

Gambar: GeForce.com.