Asia Pacific Media Forum 2018 Tantang Startup Hadirkan Solusi Otomasi Pemasaran dan Periklanan

Ajang kompetisi BIG BREAK diadakan sebagai bagian dari Asia Pacific Media Forum (APMF) 2018, mengajak perusahaan startup di Asia Pasifik untuk mengajukan solusi di bidang consumer engagement, pemasaran, dan periklanan dalam mengantisipasi revolusi industri yang tengah terjadi. Lima startup terpilih akan berkesempatan mempresentasikan proposalnya di hadapan sekitar 1000 orang delegasi APMF 2018 di Bali pada 2-4 Mei 2018 mendatang.

BIG BREAK merupakan kontribusi APMF dalam menciptakan ekosistem kreatif yang mendukung inovasi. Hal ini sejalan pula dengan salah satu prioritas Presiden Joko Widodo untuk membangun sebuah ekosistem kewirausahaan, industri dapat bergerak lincah dalam memanfaatkan potensi model baru ekonomi digital.

Startup yang tertantang untuk berpartisipasi dalam BIG BREAK 2018 dapat mengajukan proposalnya hingga 14 April 2018 melalui tautan http://apmf.com/bigbreak. Proposal yang masuk akan diseleksi oleh komite seleksi yang mencakup nama-nama terkemuka di bidangnya, antara lain Head of Media Indonesia and SEA Unilever Eka Sugiarto, Direktur Grup Radio dan Digital Kompas Group Andy Budiman, CEO Wavemaker Indonesia Ajay Gupte, Direktur Capella Digital Sunilkumar Suvvaru dan Managing Partner Ideosource Andi Boediman.

Di forum tahun ini para delegasi yang terdiri atas perusahaan, inovator, pencetak tren digital, dan media dari Asia Pasifik akan membahas bagaimana industri dapat tetap relevan di tengah revolusi yang tengah terjadi. Ketua APMF Andi Sadha mengungkapkan, “Di tengah pesatnya penerapan otomasi dan kecerdasan buatan, model bisnis dan keahlian-keahlian yang selama ini kita kenal terancam segera usang.”

McKinsey memprediksikan bahwa seluruh angkatan kerja dunia akan memasuki masa transisi pada tahun 2030. Hal ini seiring dengan semakin maraknya otomatisasi yang akan mempengaruhi seluruh disiplin dan bahkan menghapus hingga 60% dari angkatan kerja aktif saat ini.

“Oleh karena itu, pelaku industri membutuhkan cara dan solusi baru dalam menulis ulang model bisnisnya sehingga dapat tetap relevan di era baru ini. Di sinilah terdapat peluang bagi para perusahaan startup untuk berinovasi menjawab kebutuhan tersebut,” sambung Andi Sadha.

Founder & CEO DailySocial.id Rama Mamuaya yang tahun ini juga menjabat sebagai Ketua Komite Seleksi BIG BREAK mengungkapkan, “Perusahaan startup memainkan peran penting dalam memanfaatkan potensi yang tersimpan dalam ekonomi digital. Kami amat antusias menyambut solusi-solusi yang dapat mereka tawarkan bagi para pelaku industri untuk menjawab tantangan revolusi industri terkini.”

Selain berkesempatan untuk memberikan presentasi tentang solusi mereka, kelima startup terpilih juga akan mendapatkan satu tiket platinum untuk mengikuti seluruh sesi APMF 2018, dua tiket pameran, dan sesi berjejaring dengan lima kurator ternama.

Sejak pertama kali diluncurkan pada 2005, APMF kini hadir setiap dua tahun sekali dalam tiga format utama: Konferensi, yang melibatkan seluruh delegasi dan dipandu oleh puluhan pembicara dalam sejumlah sesi pendek; Advance Class, yaitu kelas-kelas intensif yang masing-masing dipandu oleh satu pembicara terkemuka dan memiliki jumlah peserta terbatas, sehingga peserta dapat langsung belajar dari ahlinya dan menyusun rencana aksi untuk bisnisnya; serta Expo, yaitu sebuah pameran beragam solusi terkini di bidang teknologi, komunikasi, dan digital.

Tahun ini, APMF 2018 juga menghadirkan satu format baru, yaitu Braindates, peserta dalam jumlah terbatas berkesempatan bertemu secara 1-on-1 dengan pembicara untuk berdiskusi lebih lanjut setelah sesi Konferensi.

APMF 2018 juga akan menghadirkan puluhan pembicara terkemuka di bidangnya, termasuk Nielsen Global Vice President Digital Audience Measurement Marissa McArdle, Universal Music Group Global Senior Vice President Brand Partnership Manuel Hubault, pendiri Frame A Trip Dian Sastrowardoyo, dan Wakil Ketua BEKRAF Ricky Pesik. Para pembicara akan menyampaikan temuan dan masukan terkini mengenai perilaku konsumen, aplikasi teknologi disruptif seperti big data, blockchain, dan machine learning, serta pergeseran lanskap media.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Asia Pacific Media Forum 2018

What Are The Must-Added Points In Startup Pitch Deck?

The journey of a startup from product launch to scale-up cannot be run by yourself. There are plenty of parties involved in the process, including the investors. Through various stages of investment, startup is supported to achieve milestones and success. By those, startup can strengthen resources of business frame to finish the product and bring traction.

Rama's Presetation on SelasaStartup

It is the introduction of DailySocial’s weekly discussion #SelasaStartup presented by Founder & CEO Rama Mamuaya. In this session, Mamuaya focused on discussing the hints of making pitch deck, as the first step for access to investment. Before getting into the points, Mamuaya emphasizes on two aspects related to the purpose of a pitch deck.

Firstly, it should illustrate on why investors should invest money in startup, whether their investment will be paid off – in Return of Investment (ROI) or Break Even Point (BEP). Secondly, on how startup plans to use the investment wisely. On how to run a sustainable and growing business using the invested money.

The following points are needed to be present on a document or pitch deck presentation.

One Liner Pitch

It is written in a clear and explicit statement about startup and its business. It does not have to be a long paragraph with unnecessary details. A simple sentence or brief illustration of the general purpose of the business is enough.

Founder

For the record, investors are actually invest on the people, nonetheless the startup founders. For that matter, show them what kind of founders you have, explain the background, advantages, and how passionate they are in developing the business.

Vision or Mission

Describe what the founder’s dreams for the established startup. It should be a big one, the visionary thinking in the future of its business development. The reason on why those things are important to achieve, whether for targeted market share or consumers in general.

Market Information

Data. Data. And Data. Mamuaya emphasized on this simultaneously. In order to illustrate the targeted market, a pitch deck needs to present a mature data of research or surveys. The existence of numbers on market circumstance (past, present, and future projection) will make a real picture.

Problem and Solution

Provide an overview of the problem, how wide the problem spread in market share. Show them a solutions on what to do with the existing business.

Product-Market Fit

It is explained here regarding the solution delivered before can solve the existing problems. It also specify on how users (in Alpha or Beta stages) respond to the product presented, by viewing app ratings or testimonials. On whether any traction that describes user tendency to pay for the services offered.

Product Roadmap

Provide the whole plans in the future, regarding product / feature updates, the latest version, and other projections related to the development process.

Business Plan

In short, explain how startup plans to make money from the product.

Financial Projection

It contains projections on startup financial management. This is an essential part. The total budget and its allocation will determine such things as talent acquisition strategy, product launch, through a needed number in fundraising. Initially, Financial Projection should be made routinely, in order to complete the pitch deck, and help the founder to manage cashflow.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Apa Saja yang Harus Ada dalam Pitch Deck Startup?

Perjalanan sebuah startup dari peluncuran produk sampai scale-up umumnya tidak bisa berjalan dengan satu roda. Artinya banyak pihak yang harus dilibatkan dalam proses tersebut, tak terkecuali investor. Melalui berbagai tahapan investasi, startup didukung untuk bisa mencapai milestone dan kesuksesannya. Dan melalui investasi itu pula startup bisa menguatkan sumber daya di dalam tubuh bisnis untuk menyelesaikan produk dan mendatangkan traksi.

Rama's Presetation on SelasaStartup

Itulah pengantar dalam sesi diskusi mingguan DailySocial bertajuk #SelasaStartup yang dibawakan oleh Founder & CEO Rama Mamuaya. Selebihnya dalam presentasi yang disampaikan, Rama banyak membahas kiat membuat sebuah pitch deck, sebagai langkah awal bagi startup untuk membuka pintu investasi. Sebelum masuk ke pada poin-poin materi yang ada dalam sebuah pitch deck, Rama menekankan dua aspek berkaitan dengan tujuan sebuah pitch deck.

Pertama tujuan pitch deck harus menggambarkan mengapa investor harus berinvestasi ke startup tersebut, apakah investasi mereka akan membuahkan hasil –dalam Return of Investment (ROI) atau Break Even Point (BEP). Dan yang kedua tentang bagaimana rencana startup memanfaatkan investasi yang diberikan dengan sebaik-baiknya. Apa yang akan dilakukan dengan uang tersebut sehingga membuat bisnis bisa berkesinambungan dan bertumbuh.

Selanjutnya, berikut poin-poin yang perlu ada dalam sebuah dokumen atau presentasi pitch deck.

One Liner Pitch

Di sini tuliskan sebuah pernyataan sederhana yang jelas dan lugas menjelaskan tentang startup dan bisnisnya. Tidak usah muluk-muluk, atau terlalu mendetail dalam paragraf. Cukup diwakilkan dengan satu kalimat atau ilustrasi singkat yang menggambarkan tujuan bisnis secara umum.

Founder

Pada dasarnya investor akan berinvestasi kepada orang di dalamnya, yang tak lain kepada para founder startup tersebut. Untuk itu tunjukkan kepada mereka tentang siapa para founder, dengan menceritakan latar belakang, kelebihan, dan passion yang dimiliki berkaitan dengan bisnis yang sedang dikerjakan.

Vision or Mission

Gambarkan apa yang menjadi mimpi founder dengan startup yang didirikan ini. Apa yang dideskripsikan di sini harus sebuah mimpi yang besar, pemikiran visioner dari masa depan bisnis yang digeluti. Lalu mengapa hal tersebut penting untuk dicapai, baik bagi pangsa pasar yang disasar ataupun konsumen secara umum.

Market Information

Data. Data. Dan Data. Itu yang ditegaskan oleh Rama dalam presentasinya di poin ini. Untuk menggambarkan kondisi pasar yang akan disasar, dalam sebuah pitch deck perlu dipaparkan data yang matang dari hasil riset atau survei. Adanya angka-angka mengenai kondisi pasar yang ada (masa lalu, saat ini, dan proyeksi masa depan) akan menjadi gambaran yang lebih riil.

Problem and Solution

Memberikan gambaran masalah yang ingin diselesaikan, seberapa besar pangsa pasar yang mengalami permasalahan tersebut. Lalu suguhkan solusi apa yang ingin dikerjakan dengan bisnis yang sekarang dibuat.

Product-Market Fit

Di sini dijelaskan tentang bagaimana solusi yang tadi disampaikan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Jelaskan juga tentang bagaimana pengguna (dalam tahap Alpha atau Beta) menanggapi produk yang disajikan, misalnya dengan melihatkan rating aplikasi atau testimoni. Termasuk apakah sudah ada traksi yang menggambarkan kemauan pengguna untuk membayar layanan yang ditawarkan.

Product Roadmap

Berikan apa saja rencana yang dilakukan dalam beberapa waktu ke depan, tentang pembaruan produk/fitur, peluncuran versi teranyar, dan proyeksi lainnya terkait dengan proses pengembangan.

Business Plan

Singkatnya menjelaskan bagaimana rencana startup menghasilkan uang dari produk yang dimiliki.

Financial Projection

Berisi proyeksi pada pengelolaan finansial startup. Ini bagian yang sangat penting, karena seberapa besar budget yang dimiliki dan alokasinya akan menentukan banyak hal, misalnya strategi talent acquisition, peluncuran produk, hingga menghasilkan angka yang dibutuhkan dalam fundraising. Sebenarnya Financial Projection ini penting dibuat secara rutin, selain melengkapi pitch deck, juga membantu founder untuk mengelola cashflow.

Menjawab Tren Fintech, Apakah Hanya Sekadar “Hype”

Sejak awal tahun ini, pemberitaan dari guyuran investasi dari modal ventura ke berbagai startup fintech di Indonesia kian ramai. Menggeserkan tren investasi dari layanan e-commerce yang sudah terjadi sejak tiga sampai empat tahun belakangan. Apakah tren fintech ini hanya sekadar hype?

CEO DailySocial Rama Mamuaya menjadi pembicara di salah satu sesi di Local Startup Fest 2.0. Pertama, Rama membandingkan hype dalam layanan e-commerce yang terjadi beberapa tahun lalu dan hasil akhirnya pada saat ini.

Menurutnya, hasil riset Google yang diumumkan beberapa waktu lalu menunjukkan 50% porsi investasi banyak diarahkan investor untuk industri e-commerce sepanjang 2012 hingga 2017. Sisanya dikuasai oleh pemain on-demand yang mayoritas dikuasai Go-Jek, pemain OTA dengan kucuran terbesar untuk Traveloka, dan lain sebagainya.

Lagipula, kondisi saat ini perusahaan e-commerce besar yang beroperasi rata-rata sudah didukung oleh konglomerasi besar. Misalnya, Grup Djarum dengan Blibli, Grup Telkom dengan Blanja, Grup Lippo dengan Matahari Mall, Grup Salim dengan iLotte dan Rocket Internet, hingga Grup Emtek dengan Bukalapak.

“Yang kecil-kecil gimana? Mereka masih survive tapi sangat struggling karena gap-nya sudah terlalu jauh dengan pemain yang sudah disokong konglomerasi.”

Pada empat tahun lalu, startup e-commerce menemui korporasi untuk mengajak jadi investor atau berkolaborasi bisnis, namun ditolak. Korporat saat itu berpikir bila mereka dapat mengubah bisnisnya ke ranah online dapat menjadi Amazon atau Rakuten selanjutnya. Mereka merasa punya kapital dan sumber daya yang lebih banyak dari startup.

“Padahal itu kesalahan terbesar mereka. Merasa bisa mengalahkan startup dan memilih untuk compete.”

Perang harga dalam layanan e-commerce lokal pun sudah sangat tidak sehat. Kondisi yang sama juga terjadi dengan pemain operator telekomunikasi karena perang tarif. Hal ini membuat pola pikir konsumen sedikit melenceng. Mereka banyak yang menganggap belanja online itu pasti murah.

Kenyataan itu sebenarnya tidak selalu berlaku ketika berbelanja di Amazon. Barang-barang yang tersedia di layanan e-commerce raksasa asal Amerika Serikat itu malah terkadang lebih mahal dari toko offline. Amazon mencantumkan harga layanan yang terbilang mahal sebagai value added, misalnya fasilitas return, pengiriman satu hari dengan drone, atau lainnya.

Kondisi terbalik terjadi di Indonesia, layanan e-commerce besar saling banting harga. Membuat startup e-commerce cari investor karena butuh kapital bernilai besar untuk bakar duit.

Dari segi inovasi, perkembangan e-commerce di Indonesia tidak jauh berbeda dengan kondisi saat ini. Yang terbaru hanya pemanfaatan chatbot dengan kecerdasan buatan sebagai pengganti tenaga customer service. Hal ini berbeda dengan inovasi besar-besaran yang dilakukan Amazon, Alibaba, atau lainnya.

Literasi keuangan yang rendah

Berdasarkan hasil riset literasi keuangan OJK, sebanyak 67,8% penduduk Indonesia yang sudah menggunakan produk keuangan. Namun sayangnya, literasi keuangannya baru mencapai 29,7%. Artinya masih banyak orang yang belum paham dengan manfaat produk keuangan yang mereka gunakan.

Apa yang terjadi di Indonesia, sebenarnya telah terjadi di Tiongkok bertahun-tahun yang lalu. Adopsi pembayaran non tunai di sana bahkan lebih maju dibandingkan Amerika Serikat.

Hal ini terjadi karena adopsi smartphone yang luar biasa besar. Di Tiongkok yang memiliki smartphone hampir 900 juta orang, sementara yang sudah memakai pembayaran via mobile sekitar 700 juta orang.

Sementara itu, regulasi institusi keuangan di Tiongkok tidak pro untuk penggunaan kartu kredit. Sisi kenyamanan yang ditawarkan kartu kredit harus dikorbankan karena ketatnya regulasi yang harus ditaati. Kesamaan kondisi juga terjadi di Indonesia, regulasi sangat ketat ditambah ada dua regulator yang mengawasi industri keuangan.

“Beda halnya dengan pemerintah di AS, bank lebih besar dari pemerintah. Makanya regulasinya itu didorong oleh swasta. Mereka ingin memastikan kartu kredit itu buat konsumen untu belanja. Beberapa alasan itu yang membuat adopsi cashless di Amerika Serikat cenderung lambat. Banyak investor yang lihat investasi fintech di Indonesia akan sama dengan Tiongkok, makanya sekarang lagi di-push banget.”

Korporasi cenderung kolaborasi dengan startup

Kondisi yang sangat kontras ditunjukkan perbankan saat diterjang berbagai startup fintech yang berlahiran. Sikap yang ditunjukkan cenderung tidak defensif, yaitu memilih untuk menggandeng.

Alasan ini cukup masuk akal karena di satu sisi perbankan sadar bahwa teknologi digital lambat laun akan datang. Namun di sisi lain, mereka tidak bisa bergerak cepat menjawab inovasi teknologi karena ada banyak regulasi yang mengikat mereka.

Incumbent itu harus tunduk dengan berbagai regulasi. Ini yang menyebabkan mereka jadi alergi dengan risiko. Startup di sisi lain butuh nasabah dari bank untuk menciptakan traksi. Tentu saja dari segi risiko, bila mengadopsi suatu teknologi baru akan lebih aman bila diterapkan secara kemitraan. Risikonya enggak nular ke pembukaan bank.”

Impelementasinya terlihat dari berbagai startup yang mengumumkan kemitraan dengan perbankan. Salah satunya, Investree dengan Bank Danamon, Modalku dengan Bank Sinarmas, Crowdo dengan BFI Finance, dan lainnya.

Isu yang perlu diperhatikan

Rama menekankan ada angle lain yang perlu diperhatikan dalam menjawab potensi fintech ke depannya di Indonesia. Pertama dari sisi solusi yang ditawarkan berpotensi jadi masalah baru, contohnya adalah bitcoin. Hingga kini, Bank Indonesia menyatakan bitcoin dan virtual currency bukan merupakan mata uang atau alat pembayaran yang sah.

Kedua, pengembangan fitur yang mengubahnya jadi perusahaan entitas sendiri, misalnya credit scoring. Berikutnya belum ada pemikiran untuk intergrasi antar perusahaan dengan menggunakan infrastruktur secara bersama. Terakhir, banyak startup fintech yang tidak memiliki model bisnis yang jelas mendapat investasi.

Memaknai Kemerdekaan, Refleksi Perjalanan Startup Indonesia

Tanggal 17 Agustus selalu menjadi hari yang istimewa bagi seluruh rakyat Indonesia. Di momen tersebut, semangat memajukan bangsa selalu terpupuk kembali, bersamaan dengan curahan rasa hormat kita atas jasa pahlawan yang telah memerdekakan bangsa ini. Setelah merdeka, tugas kita tak lain untuk mengisinya dengan berbagai hal positif yang mampu membawa Indonesia pada tingkat kemakmuran yang lebih baik.

Banyak hal yang bisa dilakukan, tak terkecuali berkarya melalui startup digital

Sekitar 8-9 tahun yang lalu tren startup digital mulai beranjak populer di Indonesia. Beberapa produk inovasi mulai hadir, bersama dengan internet yang kala itu merangkak jadi komoditas konsumsi publik. Mengenang awal pergerakan bisnis digital, kami berbincang dengan Nicko Widjaja dari MDI Ventures. Karier di bisnis venture capital telah ia jalani sejak tahun 2010 silam.

“Saat itu industri startup mulai terlihat arahnya, seperti Koprol diakuisisi oleh Yahoo! pada bulan Mei 2010, Kaskus oleh Djarum di tahun berikutnya, dan beberapa akuisisi kecil berdatangan setelahnya. Dari pandangan pemodal ventura, tentunya hal ini menjadi perhatian karena terlihat ‘jalan’ exit, meskipun pasar modal di Indonesia (sampai sekarang pun) belum mempersiapkan platform untuk IPO bagi startup,” ujar Nicko bercerita.

Trennya berkembang pesat, bahkan hingga saat ini beragam inovasi baru berbasis teknologi terus bermunculan, dibungkus dengan proses bisnis yang khas ala startup digital. Nicko juga menyampaikan, perkembangan cukup membawa dampak yang signifikan bagi kepercayaan pemodal untuk bertaruh –tidak hanya pemodal ventura tetapi pihak permodalan lain baik private equity maupun konglomerat holding pun ingin ikut ke dalam rancah startup digital di Indonesia.

Kemajuan sektor bisnis digital tersebut juga diamini oleh Willson Cuaca dari East Ventures. Proposisi tren positif lebih mendominasi di kalangan startup. Menurutnya Indonesia menjadi salah satu negara yang beruntung dapat menyaksikan dan terlibat dalam bisnis digital, mengawal pertumbuhan pengguna internet dari 22 juta pengguna hingga saat ini lebih dari 100 juta pengguna.

“Tidak ada negara lain di dunia yang mungkin akan mengalami hal ini selain Tiongkok, Amerika Serikat atau India. Indonesia sedang menuju ke era keemasan digital. Tidak ada yang terlambat untuk berbenah untuk menjadi lebih baik, kita berkembang terus dan mencoba untuk selalu relevan terhadap pangsa pasar,” ujar Willson.

Jeffri Sirait dari Amvesindo turut memberikan tanggapan tentang kondisi lanskap startup digital Indonesia saat ini. Baginya, ini adalah fase terbaik dalam transformasi digital yang telah melakukan terobosan di berbagai sektor industri, bahkan mengubah gaya hidup yang membuat berbagai hal menjadi lebih mudah dan efisien. Perubahan digital bukan saja sudah dekat, melainkan tengah terjadi, dan proses ini menjadi bagian penting. Berbagai komponen telah berperan, termasuk para pemain dan regulator.

Startup Indonesia sebagai masa depan generasi muda

Optimisme menjadi salah satu bahan bakar untuk memajukan bangsa. Termasuk untuk industri startup digital yang tengah berkembang saat ini. Namun menurut CEO Kibar Yansen Kamto, optimis saja tidak cukup, Indonesia butuh lebih banyak pihak yang bersama-sama berkontribusi membangun fondasi ekosistem yang lebih kuat.  Komunitas, universitas, media, korporasi, dan pemerintah adalah pilar-pilar yang berperan penting untuk terus bersama-sama mendorong lebih banyak future startup founders. Ia percaya kolaborasi yang kuat akan melahirkan startup yang makin tangguh dan bermanfaat.

Dari kaca mata Ery Punta, Managing Director Indigo Creative Nation, saat ini ekosistem startup digital walaupun banyak yang mengatakan masih tahapan pematangan namun perkembangannya sangat signifikan. Dari pengamatannya, pertumbuhan startup yang berkualitas juga terus berlangsung, ditandai dengan diterimanya kehadiran aplikasi dan solusi dari startup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Industri, pemerintah dan berbagai pihak lainnya juga kian semangat bahu-membahu untuk turut serta dalam penumbuhan kewirausahaan digital di negeri ini.

Mengenai masa depan startup digital, Jeffri Sirait berpendapat, “Perubahan digitalisasi bukan sudah dekat, tapi sudah terjadi dan menjadi bagian penting. Regulator sudah berperan lebih baik dan perlu adanya insentif yang diberikan kepada para pelaku, baik untuk startup, investor, inkubator dan komponen lain. Ekosistemnya sendiri juga perlu diperkuat dan dibukakan akses. Di sisi pelaku kreatif dan startup juga harus selalu mau untuk meningkatkan kapabilitas untuk menang dalam kecepatan dan kompetisi. Sinergi sangat dibutuhkan untuk akselerasi sektor startup digital, supaya jangan sampai kehilangan momentum.”

Ada hal yang perlu dibenahi dalam proses pertumbuhan ini

Sebelumnya di awal sudah disinggung tentang kepercayaan pemodal yang sudah mulai meningkat terhadap startup lokal. Nicko Widjaja juga memotret bahwa masih ada hal yang mestinya bisa diperbaiki kulturnya. Ia melihat sesuatu yang disayangkan, saat ini para pemodal banyak yang tidak siap untuk bermain di pendanaan berikutnya untuk startup Indonesia. Selain pemodal ventura, tidak banyak yang mengerti industri startup. Industri startup bukan UKM yang hanya sekali dua tiga kali diinvestasi lalu akan menghasilkan ‘dividen’.

“Yang terjadi saat ini yaitu ‘Series A Crunch’, di mana startup yang ‘laku’ saat seed, tidak laku ketika menawarkan growth runway berikutnya.  Series A Crunch terjadi karena overvaluation. Ini disebabkan karena banyak pemodal ventura yang ingin ‘menggoreng’ valuasi bagi keuntungan mereka. Pada akhirnya tidak banyak institusi modal ventura yang siap Series A percaya dengan valuasi sebelumnya. Series A Crunch bukan terjadi karena tidak ada modal, tetapi tidak ada startup yang ‘valid’ dengan valuasi yang diinginkan,” jelas Nicko.

Nicko menambahkan, “Jika Anda berbicara dengan top-tier investor di luar sana, mereka akan berkomentar yang sama. Bahwa Indonesia memiliki demand (dana) yang besar tetapi tidak dipenuhi dengan supply (startup) yang mencukupi. Sekali lagi saya tekankan, bukan berarti tidak memiliki banyak startup, tetapi tidak memiliki startup yang mampu berkompetisi dan melakukan scaling-up dengan cepat.”

Terkait dengan tren pertumbuhan startup yang sempat dikatakan menurun beberapa waktu terakhir oleh beberapa pihak, menurut Ery Punta hal tersebut terjadi lantaran adanya potensi diserapnya para calon founder oleh para startup yang telah menjadi unicorn, namun sebagai penggerak inkubator startup, ia tetap optimis mengingat market Indonesia yang sangat unik dapat menjadikan peluang untuk tumbuhnya startup lokal yang memiliki kelebihan dalam memahami kearifan lokal dan secara demografi penduduk Indonesia. Sangat penting untuk terus melakukan pembinaan digital talent, penyiapan infrastruktur digital dan keberpihakan lokal yang terbuka dengan kolaborasi global.

“Model pengembangan startup Indonesia harus end-to-end, mulai dari nurturing talent, inkubasi, akselerasi sampai dengan bridging market access antara startup dengan perusahaan yang telah mapan, agar dapat meningkatkan tingkat keberhasilan dan daya tahan serta kemampuan untuk melakukan scaling,” tambah Ery.

Memaknai kemerdekaan dengan terus berkarya

Setiap warga negara memiliki cara tersendiri dalam memaknai dan mengisi kemerdekaan. Kepada DailySocial, CEO Kudo Albert Lucius memaparkan arti mengisi kemerdekaan Indonesia. Baginya mengisi kemerdekaan dengan semangat muda adalah terus berusaha menjadi lebih baik dan jangan pernah putus asa. Karena dengan semangat ini kita bisa semakin produktif memberikan kontribusi yang nyata bagi Indonesia. Kemerdekaan merupakan sebuah pilihan dan artinya adalah sebuah kebebasan. Bebas yang bertanggung jawab tentunya.

“Kita sebagai pemuda akan selalu bersemangat untuk memberikan yang terbaik  melalui kontribusi dari setiap apa yang kita lakukan. Indonesia tahun ini merayakan kemerdekaan yang ke-72, meskipun angka ini tidak muda, jiwa dan semangat kita selaku pemuda bangsa harus senantiasa ada,” ujar Albert.

Semangat sama ditunjukkan CEO Bukalapak Ahmad Zaky. Ia menyebutkan bahwa merdeka di era sekarang adalah tentang kemandirian bangsa. Mengisi kemerdekaan tidak bisa hanya bicara, atau beretorika, kita juga tidak hanya bisa berpikir, tidak pula cukup hanya bekerja. Semua jiwa, raga, dan tenaga harus dicurahkan untuk berkarya.

“Karena bidang saya teknologi. Mari kita lihat apa sudah mandiri alias merdeka. Artinya kita menggunakan karya bangsa kita sendiri. Mungkin masing-masing dari kita perlu menjawab pertanyaan ini dalam bidang masing-masing. Generasi muda harus berpikir, bagaimana di masa depan anak cucu kita menggunakan produk kita sendiri. Itu baru merdeka. Saya tidak bisa memberikan tips yang lebih baik selain: Buktikan! Tunjukkan!” ujar Zaky.

Bagi Zaky, bukti akan menginspirasi generasi selanjutnya. Bukti kekal abadi antar generasi. Kita butuh banyak orang yang bekerja dibalik layar dan membuktikan. Bukti lebih besar pengaruhnya daripada yang lain.

Hal ini turut ditegaskan Kevin Mintaraga, CEO Bridestory. Ia menyampaikan bahwa sebagai generasi muda yang berkarya, jangan selalu berpikir untuk melakukan suatu hal demi mengejar uang atau kesuksesan (pribadi) semata, lakukanlah sesuatu demi kesuksesan orang lain, maka uang dan kesuksesan yang akan balik mengejar.

Dare to be different and true to yourself, but remain accountable, tegas Kevin.

Tanggung jawab berat sekaligus kesempatan ada di tangan kita

Melalui kesempatan ini, DailySocial turut mengucapkan selamat hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-72. Semoga momentum ini benar-benar membawa perubahan yang lebih baik di berbagai bidang. Startup digital mulai menunjukkan eksistensinya dalam membangun ekonomi bangsa, urun tangan inovasi pengembang dalam negeri sudah selayaknya menjadi tonggak kemakmuran bangsa ini.

“Lebih dari setengah populasi Indonesia adalah pemuda-pemudi di bawah 30 tahun, artinya dalam 10 tahun ke depan nasib Indonesia benar-benar ada di tangan pemuda-pemudi Indonesia. Hal ini bisa diartikan sebagai beban berat yang ada di pundak kita, namun juga bisa diartikan sebagai kekuatan kita untuk membentuk masa depan bangsa. Jadi, tanyakan kepada diri Anda masing-masing, apa kontribusimu untuk Indonesia?” sambut CEO DailySocial Rama Mamuaya.

Dalam keyakinan kami, anak muda Indonesia adalah penggerak utama inovasi digital di Indonesia. Dengan pangsa pasar yang muda dan luar biasa besar, Indonesia punya aset yang tidak dimiliki negara-negara lain. Semua analis pasar global setuju bahwa Indonesia akan menjadi salah satu pemimpin ekonomi terbesar di Indonesia, terutama di industri digital. Kembali lagi, kita punya kemampuan untuk membentuk pasar, diberikan kesempatan untuk berkontribusi ke pasar global.

Sekali lagi, selamat ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-72. Merdeka!

Siap Berinovasi untuk Cashless Society

Baru sekitar dua minggu yang lalu, DailySocial merilis sebuah hasil survei tentang bagaimana masyarakat Indonesia menyikapi tren pembayaran non-tunai di masa depan. Survei yang melibatkan 1028 responden ini menyajikan beberapa data menarik yang perlu dicatat. Misalnya, 82,39% responden telah secara aktif menggunakan sistem pembayaran non-tunai. Lalu, ada pula hasil yang menyebutkan bahwa 67,32% responden yakin bahwa alat bayar non-tunai dapat menggantikan alat bayar tunai. Dua poin ini cukup menggambarkan optimisme masyarakat akan terwujudnya cashless society di kemudian hari.

Mengacu pada kenyataan tersebut, maka industri financial technology (fintech) Indonesia mengemban tugas sentral dalam kehidupan cashless society kini dan nanti. Terkhusus, peran yang besar juga dipikul para pelaku startup di industri fintech.

Namun demikian, dengan digital payment yang kian digandrungi beragam lapisan masyarakat, tak hanya tantangan saja yang ada di depan mata. Fintech startup juga punya kesempatan yang lebar pengadopsian cashless system di masyarakat Indonesia dengan strategi-strategi tertentu yang perlu disiasati dengan cerdik. Itu semua akan lengkap dibahas dalam acara persembahan Mandiri Capital, MDI Ventures, dan DailySocial bernama Finnovate.

Bertajuk “Big Plan for Digital Cashless Payment in Indonesia”, Finnovate adalah sebuah talkshow yang akan membahas seputar dunia fintech di masa mendatang. Di sana, Anda akan diajak untuk memahami lebih dalam seluk-beluk financial technology serta signifikansinya bagi kehidupan masyarakat. Tentunya, semua itu bisa menjadi insight yang bergizi bagi pola strategi startup yang tengah Anda rencanakan.

Lima orang nahkoda bisnis sekaligus pelaku industri fintech dan startup Indonesia akan berada di dalam satu panggung untuk berdiskusi bersama, yaitu Eddi Danusaputro (CEO Mandiri Capital Indonesia), Nicko Widjaja (CEO MDI Ventures), Brata Rafly (CEO Dimo Pay), Arie Nasution (CEO Bulp), serta Rama Mamuaya (CEO DailySocial) yang akan menjadi moderator dalam perbincangan tersebut.

Brata Rafly sebagai penggawa sebuah fintech startup akan berbagi ceritanya mengenai siasat yang perlu dilakukan para pemain di industri fintech dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Sementara, Arie Nasution, sebagai pemenang dari Wirausaha Muda Mandiri 2015, akan memaparkan bagaimana bisnisnya ikut berperan di industri ini.

Sebagai pimpinan dari venture capital firm, Eddy Danusaputro dan Nicko Widjaja rencananya akan berbicara seputar tren corporate venture capital Tanah Air, tantangan dan peluang yang dihadapinya.

Gelaran yang merupakan bagian dari sosialisasi kompetisi Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2016 ini akan berlangsung di Rumah Mandiri Inkubator Bisnis (RMIB), pada 26 Oktober 2016, pukul 18.00 – 20.00 WIB, dan dapat dihadiri secara gratis.

Seperti yang diketahui, Bank Mandiri telah menyelenggarakan WMM secara rutin setiap tahunnya sejak 2007, dan tahun 2016 ini adalah tahun pertama kalinya WMM membuka kompetisi di cabang fintech. Merujuk pada aspek lomba WMM tersebut, Finnovate hadir untuk memberi cakupan perspektif baru bagi peserta talkshow dalam menyikapi perubahan pola pikir masyarakat dalam bertransaksi, terutama bagi para UMKM atau startup yang akan berinovasi untuk menciptakan cashless society.

Mengikuti event yang diisi para pakar tanpa dipungut biaya adalah kesempatan langka. Dan, untuk soal fintech, Anda bisa menemukannya di Finnovate. Jadi, daftarkan diri Anda sekarang juga secara gratis di sini!

Disclosure: Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial, MDI Ventures, dan Mandiri Capital untuk kegiatan Finnovate.

DailySocial Jalin Kemitraan dengan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

DailySocial hari ini mengumumkan kemitraan dengan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dalam hal membangun PENS Sky Venture, sebuah inkubator bisnis yang diinisasi PENS. Dalam kapasitasnya sebagai partner, DailySocial akan membantu dalam hal mentorship, pemberitaan, dan keikutsertaan startup dalam program yang dijalankan DailySocial.

PENS Sky Venture (PENSky) adalah sarana inkubator, akselerator, dan co-working space yang dibangun untuk membantu mahasiswa-mahasiswa PENS mengembangkan startup-nya. Jumat kemarin, 30/4, PENSky resmi diluncurkan dalam sebuah acara di PENS, meskipun situsnya sendiri belum 100% siap.

Direktur PENS Dr. Zainal Arief, ST., MT. mengatakan kehadiran PENS Sky Venture memberikan akses dan fasilitas inkubator bisnis berbasis technopreneur kepada alumni dan mahasiswa untuk membangun teknologi produk inovatif yang layak jual dan membantu tumbuhnya UKM industri kreatif di Indonesia.

Terkait kemitraan dengan DailySocial, ia menambahkan, “Kerja sama dengan DailySocial harapannya agar publikasi dan pengembangan mitra bisnis PENS Sky Venture dapat cepat direspon banyak investor untuk berkolaborasi [dalam pengembangan lebih lanjut] sehingga terjadi percepatan, kepercayaan, dan efisiensi program-program inkubasi tersebut.”

Sebagai mitra, DailySocial akan membantu mendatangkan founder-founder startup untuk menjadi pembicara di acara-acara PENS, membantu mendatangkan mentor yang membantu startup yang diinkubasi PENSky, membantu pemberitaan startup yang diinkubasi PENSky, dan mengikutsertakan startup yang diinkubasi PENSky dalam program-program yang dijalankan DailySocial ke depannya.

CEO DailySocial Rama Mamuaya berkomentar, “Industri digital indonesia membutuhkan banyak talenta digital untuk terus mempercepat pertumbuhan ekonomi. Sejalan dengan visi-misi DailySocial, kami sangat bersemangat untuk bekerja sama dengan pihak PENS untuk membantu menjembatani mahasiswa/i dengan pelaku industri digital.”

“Dengan kerjasama ini, diharapkan founder-founder baru atau talenta-talenta digital akan lahir di Surabaya dan juga di seluruh Indonesia. Kerja sama ini adalah langkah awal DailySocial untuk mewujudkan komitmen membangun ekosistem, industri, dan ekonomi digital Indonesia yang perkasa,” tuntasnya.

Social Media Week Jakarta 2016 Sukses Digelar

Pagelaran Social Media Week Jakarta 2016 selesai digelar pada Minggu lalu. Antusiasme dari berbagai kalangan terlihat jelas dari terborongnya tiket di setiap sesi yang disediakan panitia. Mengangkat tema besar “The Invisible Hand: Hidden Force of Technology”, menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang concern di dunia IT dan media sosial untuk mengetahui update terkini dari teknologi dunia.

Saat ditemui DailySocial di sela-sela sesi Minggu lalu, Chairman Social Media Week Jakarta Antonny Liem mengatakan:

“SMW yang ada saat ini sudah tidak lagi hanya tentang media sosial, tapi sudah menampilkan berbagai aspek tentang teknologi, media sosial menjadi salah satu bagian di dalamnya. Dalam satu minggu orang dari berbagai kalangan berkumpul mengikuti berbagai sesi untuk berdiskusi dan membicarakan tentang teknologi.”

Antonny juga menyampaikan bahwa acara yang dilakukan tahun ini merupakan tindak lanjut SMW Jakarta yang diadakan tahun lalu, yang merupakan pertama kalinya SMW dibawa ke Indonesia. Animo yang cukup tinggi pada batch pertama menantang penyelenggara untuk menyukseskan kembali SMW Jakarta untuk kali kedua.

Tema SMW tahun ini secara global ingin mencoba melihat lebih dekat berbagai teknologi yang saat ini sudah kian melekat di aspek kehidupan. Seperti disampaikan oleh Kepala Bekraf Triawan Munaf dalam sesi keynote-nya, bahwa saat ini hidden technology berada dalam dua kelompok besar, good force dan bad force.

Event SMW membawakan banyak case study dan insight untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa sisi bad force tersebut tidak mungkin dihilangkan, kecuali dengan memperbanyak sisi good force yang ada.

Rama Mamuaya dalam sesi keynote SMW Jakarta membahas tentang lanskap bisnis teknologi Indonesia

Banyak hal memang yang mencoba dikuak dalam SMW Jakarta kali ini. Salah satunya disampaikan CEO DailySocial Rama Mamuaya tentang lanskap bisnis teknologi di Indonesia. Rama menyampaikan banyak hal seputar tren startup di tahun 2015, mulai dari ulasan produk on-demand, pendanaan, hingga bisnis fintech yang mulai menjadi perbincangan hangat dewasa ini.

Sebagai salah satu pemateri keynote, Rama menyampaikan testimoninya untuk acara SMW di tahun ini:

“Di tahun kedua ini, SMW telah membuktikan diri menjadi event yang wajib dihadiri untuk semua insan digital di Indonesia, terutama marketer, startup dan siapa pun yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai dunia digital di Indonesia.”

Social Media Week masih akan bergulir di berbagai belahan dunia yang lain. Melihat antusias masyarakat di Indonesia yang begitu bersemangat, sangat dimungkinkan untuk putaran berikutnya SMW akan hadir kembali di Jakarta, dengan tema bahasan yang lebih segar, sesuai tren yang sedang menjadi perbincangan hangat di kancah teknologi global.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Social Media Week Jakarta 2016

DailySocial Akan Sampaikan Data Startup Indonesia dalam SMW Jakarta 2016

Membawa tema “The Invisible Hand: Hidden Forces of Technology” pagelaran Social Media Week Jakarta 2016 digelar Minggu ini. Sebanyak 99 pembicara dengan berbagai materi yang membahas isu terkini seputar teknologi, internet dan bisnis akan dihadirkan. Salah satunya adalah CEO DailySocial.id Rama Mamuaya. Dalam keynote speech-nya akan dipaparkan data-data mengenai lanskap startup 2015 di Indonesia dan prediksinya untuk tahun 2016.

“Data. Data. Dan, data. Keynote ini akan fokus ke data yang kami dapatkan selama tahun 2015. Dapatkan informasi mengenai apa yang terjadi selama 2015, dan prediksi pemain industri untuk 2016,” jelas Rama menuturkan apa yang akan disampaikan pada Rabu esok.

SMW-TeaserMeetUp_DailySocial

Tahun ini menjadi momen menarik dalam perkembangan teknologi nasional, beberapa penerapan teknologi sudah mulai terlihat matang di Indonesia. Salah satu yang akan dibahas dalam presentasi Rama Mamuaya adalah seputar data yang menunjukkan pertumbuhan beberapa sektor startup, salah satunya fintech (financial technology). Sebagai salah satu “disrupting sector” dalam ekonomi dunia, bagaimana startup fintech berpijak akan menjadi diskusi seru. Beberapa bahasan lain, seperti fakta-fakta terkait investasi startup lokal dan sektor on-demand termasuk dalam agenda diskusi juga.

Sesi ini akan disampaikan pada SMW Jakarta hari Rabu 24 Februari 2016 pukul 13.00 – 15.00 WIB bertempat di Hall Senayan City lantai 8. Menjadi sebuah momen berharga bagi yang ingin mengetahui seputar update startup digital Indonesia untuk sekarang dan nanti.

Untuk mengikuti sesi ini, dapat melakukan pendaftaran melalui tautan ini.

Innovation, Regulation and Local Player’s Dilemma

The local digital creative industry is currently mushrooming nowadays. Innovations come and go, although sometimes regulation stands between them and and their success. During the second session of The New Wealth Nation: Creative Industry in ASEAN Economic Communities workshop, the attending speakers discussed about how innovation in creative industry relates to government’s regulation. Continue reading Innovation, Regulation and Local Player’s Dilemma