Bukalapak dan Ashmore Dirikan “Buka Investasi Digital”, Jadi Induk Unit Bisnis Bidang Investasi

PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk mengumumkan telah mendirikan PT Buka Investasi Digital (BID). Ini merupakan sebuah join venture yang dilakukan bersama PT Bukalapak.com Tbk. Aksi strategis ini ditandai dengan penyetoran modal dalam bentuk lainnya (inbreg), yakni berupa pengalihan saham milik Ashmore dari PT Buka Investasi Bersama (BIB).

Sebelum mendirikan BID, Bukalapak dan Ashmore telah menjalin kerja sama strategis mengembangkan aplikasi investasi BMoney melalui pendirian BIB. Ashmore mengakuisisi 20% saham BIB dari Bukalapak. Nantinya BIB akan berada di bawah naungan BID, menjadi salah satu platform investasi dari hasil kerja sama kedua perseroan. Target layanan wealth management BID tidak hanya ke investor ritel, melainkan ke institusi juga.

Strategi penguatan bisnis ini dilakukan menyusul potensi platform investasi yang makin banyak diminati masyarakat. Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor reksa dana per Februari 2022 adalah 7,44 juta nasabah, sementara untuk saham jumlahnya 8,1 investor. Kenaikan bulanan rata-rata 3,05%. Sementara untuk aset lain, misalnya kripto, peminatnya juga tidak sedikit. Tercatat ada 12,4 juta investor di instrumen investasi tersebut.

Strategi akuisisi dan ekspansi Bukalapak

Setelah melakukan IPO pada akhir tahun 2021 lalu, Bukalapak terus melakukan langkah strategis untuk memperbesar pertumbuhan perusahaan. Salah satunya adalah memperluas tim di Korea Selatan, dengan menunjuk Kim Juhee sebagai Country Manager. Kim dan timnya bertugas membantu analisis tren dan inovasi yang dapat diadopsi perusahaan ke depannya. Langkah Bukalapak selaras dengan aksi korporasi yang sudah diumumkan sebelumnya dalam rangka memperluas bisnis di luar Mitra Bukalapak.

Baru-baru ini mereka juga telah mengakuisisi startup edtech Bolu (PT Belajar Tumbuh Berbagi) senilai $1 juta (lebih dari 14,3 miliar Rupiah). Bukalapak mengambil sepenuhnya 11.340 saham melalui PT Kolaborasi Kreasi Investa (KKI) dan PT Bina Unggul Kencana (BUK), dan telah rampung sejak 11 Januari 2022. Bolu adalah startup edtech yang sudah berdiri sejak 2018 oleh Sandi Pratama dan Deka Adrai. Bolu fokus sebagai komunitas dan tempat belajar online untuk pengembangan bisnis rumahan.

Selain Bolu, Bukalapak telah mengumumkan serangkaian aksi akusisi. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, di antaranya adalah PT Onstock Solusi Indonesia, PT Ayo Tech Indonesia, PT Kokatto Teknologi Global, Five Jack Co. Ltd dan PT Cloud Hosting Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

SayaKaya Resmi Meluncur, Mencoba Hadirkan Diferensiasi dari Aplikasi Investasi Lain

Kesempatan pemain wealthtech untuk menggarap pasar Indonesia memang masih menjanjikan. Rasio investor di pasar modal dengan total populasi orang Indonesia masih jauh dibandingkan negara-negara tetangga. Kendati begitu, perlu diferensiasi yang menonjol agar mampu menarik pengguna baru dari target yang dibidik.

SayaKaya menjadi pemain baru yang bermain di aplikasi wealthtech dengan kelas aset reksa dana sebagai penawaran perdananya. Alasan perusahaan masuk ke kelas aset reksa dana, tak lain karena terjadi peningkatan jumlah investor reksa dana hingga 55% yoy menjadi 4,93 juta orang per Juni 2021.

Startup ini merupakan bagian Sucor Group, yang memiliki unit bisnis di sekuritas (Sucor Sekuritas) dan manajer investasi (Sucor Asset Management). Secara status di OJK, telah terdaftar sebagai APERD sejak Oktober 2021. Di dalam grup sendiri, platform digital yang sudah dihadirkan adalah SPOT (Sucor Personal Online Trading) sebagai platform trading saham yang dimiliki oleh Sucor Sekuritas.

Masuknya perusahaan investasi ke platform digital tentunya menjadi suatu hal yang menarik, mengingat harus bersaing dengan startup yang notabenenya lebih adaptif dan lincah dalam berinovasi. Kendati demikian, CEO SayaKaya Jessica Wijaya mengungkapkan rasa optimisnya terhadap nilai lebih yang ditawarkan SayaKaya.

“SayaKaya merupakan bagian dari Sucor dengan mengambil nilai dari Sucor yaitu mengedepankan edukasi investasi dan memberikan WOW experience. Nilai tersebutlah yang menjadikan SayaKaya mengutamakan edukasi yang mudah diserap dan menyenangkan untuk meningkatkan literasi, dan memberikan WOW experience bagi pengguna selama berinvestasi,” ucap Jessica saat dihubungi DailySocial.id, Rabu (26/1).

Dia bilang, generasi muda saat ini masih memiliki tingkat literasi keuangan yang relatif rendah, meskipun sudah tech-savvy. Mengutip dari OJK, kalangan usia 18-25 tahun hanya memiliki tingkat literasi sebesar 31,1%, sedangkan usia 25-35 tahun tingkat literasinya sedikit lebih tinggi, yaitu 33,5%. Oleh karenanya, kalangan usia 18-45 tahun menjadi target utama yang dibidik SayaKaya. Target yang kurang lebih sama dengan pemain wealthtech lainnya.

“Oleh karena itu, SayaKaya hadir tidak hanya menjadi sarana jual-beli produk reksa dana, tetapi juga memberikan edukasi untuk meningkatkan literasi investasi tersebut agar masyarakat Indonesia terhindar dari investasi bodong, serta semakin sadar untuk mempersiapkan dana pensiun atau dana darurat melalui investasi.”

Dia melanjutkan sebagai diferensiasi dibandingkan pemain lainnya, ada beberapa poin yang ia unggulkan dari SayaKaya. Pertama, dari sisi produk reksa dana terkurasi dengan tujuan para pengguna baru yang masih awam dengan dunia investasi tidak perlu pusing memilih produk mana yang terbaik buat mereka.

Sejauh ini, SayaKaya telah memiliki lebih dari 20 produk reksa dana, mayoritas dari reksa dana konvensional dan syariah. Produk-produk tersebut berasal dari beberapa manajer investasi yang telah menunjukkan konsistensi kinerja baik, seperti Sucor Asset Management, Trimegah Asset Management, dan Syailendra Capital. Produk ini dapat dibeli mulai dari Rp100 ribu, bahkan rencananya akan jauh dipermudah akses masuknya menjadi Rp10 ribu.

Menurutnya, reksa dana jenis ini memiliki kemudahan untuk diversifikasi aset, yang mana investasi akan disebar ke beberapa instrumen menggunakan perhitungan dan analisa dari profesional manajer investasi. Dengan demikian, fluktuasi dari masing-masing aset akan saling terkompensasi dan investor akan mendapatkan imbal hasil yang optimal.

“Kami enggak akan banyak-banyak menyediakan produk karena untuk memudahkan investor, kalau semakin banyak akan semakin sulit makanya kami selektif sekali. Ke depannya, kami hanya akan tambah empat MI, satu MI dari BUMN, dan dua dari MI asing,” tambah CMO SayaKaya Prita Ilham Poempida saat konferensi pers.

Berikutnya, adalah mengedepankan sisi sentuhan manusia (human touch) dalam rangka mengedepankan hubungan emosional. Para pengguna dapat menghubungi tim sebagai tim customer experience melalui sambungan telepon. Berkaitan dengan itu pula, SayaKaya berencana menyediakan konsultasi keuangan pribadi dengan financial planner berlisensi.

“Contoh implementasi human touch SayaKaya lainnya adalah dengan adanya komunitas #OrangKayaBenar yang selama ini sudah belajar dan berkembang bersama selama dua tahun ke belakang di platform media sosial kami, seperti Instagram dan Telegram,” sambung Jessica.

Ketiga, adanya program loyalitas, yang dapat dimanfaatkan pengguna untuk mengumpulkan poin melalui berinvestasi dan mendapatkan hadiah dari pengumpulan poin tersebut, demi menarik minat pengguna dalam berinvestasi.

Jessica menargetkan setidaknya pada tahun ini SayaKaya dapat memiliki 200 ribu pengguna aktif. Sayangnya tidak disebutkan target dana kelolaannya. “Kami harap dengan edukasi, pengembangan aplikasi dan program promo yang kami siapkan dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri masyarakat Indonesia dalam mengelola keuangan dan berinvestasi. Untuk saat ini, kami tidak bisa menyebutkan target AUM,” tutupnya.

Aplikasi wealthtech lainnya

Dari hasil penelusuran kami, saat ini ada sejumlah aplikasi yang menawarkan layanan investasi dengan beragam instrumen, berikut ini daftarnya:

No Aplikasi wealthtech Emas Reksa Dana Saham Uang kripto Securities crowdfunding
1 Bareksa
2 Pluang
3 Tanamduit
4 Raiz Invest
5 E-mas
6 Lakuemas
7 Treasury
8 Indogold
9 Tamasia
10 Bibit
11 Ajaib
12 Ipot
13 Invisee
14 XDana
15 Stockbit
16 Halofina
17 Fundtastic
18 Santara
19 Bizhare
20 LandX
21 Crowddana
22 Indodax
23 Tokocrypto
24 Pintu
25 Luno
Application Information Will Show Up Here

Selain Pengelolaan Keuangan, Aplikasi PINA Kini Akomodasi Investasi Saham dan Reksa Dana

Setelah merampungkan pendanaan awal yang dipimpin 1982 Ventures akhir tahun 2021 lalu, pengembang aplikasi pengelolaan keuangan personal PINA mulai menggulirkan sejumlah fitur di aplikasinya. Dengan menyematkan produk saham dan reksa dana, kini pengguna bisa melakukan investasi langsung dalam platform. Berada dalam naungan Trust Sekuritas, PINA menawarkan berbagai macam fitur teknologi untuk mempermudah pengelolaan keuangan.

Kepada DailySocial.id, Co-founder PINA Christian Hermawan yang juga menjabat sebagai President Director Trust Sekuritas menyebutkan, dengan lisensi yang telah dimiliki, PINA memberikan pilihan kepada pengguna untuk berinvestasi kepada saham dan reksa dana. Trust Sekuritas sudah terdaftar dan diawasi oleh OJK.

“Saya dan Daniel Van Leeuwen (CEO PINA) memiliki latar belakang yang berbeda namun merasakan kesulitan yang sama. Daniel dengan background di digital dan saya lebih kepada pen and paper industry, diharapkan bisa saling melengkapi,” kata Christian.

PINA juga memastikan investasi milik pengguna nantinya tetap aman berada di Rekening Dana Nasabah (RDN) milik sendiri dan investasi pengguna di simpan di KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia) melalui Trust Sekuritas.

Trust Sekuritas juga mendapat kepercayaan untuk bekerja sama dengan beberapa perusahaan aset manajemen seperti Sinarmas Asset Management, BNI Asset Management, Sucorinvest Asset Management, serta BNI di mana rekening dana nasabah disimpan.

Disinggung apakah ke depannya PINA memiliki rencana untuk menambahkan aset kripto ke dalam platform, Christian menegaskan belum ada rencana untuk ke arah sana. Fokus mereka saat ini adalah memperkenalkan produk saham dan reksa dana serta tools pengelolaan finansial.

Fitur unggulan PINA

Menargetkan generasi mudah, PINA memiliki beberapa fitur yang diklaim menjadi unggulan. Di antaranya adalah PINASave, tools yang bisa mengatur keuangan. Kemudian ada juga PINAInvest yang telah diotomatisasi agar investasi menjadi lebih mudah. Ada juga PINACash yang merupakan fitur menabung. Kemudian PINA juga menghadirkan PINAClassroom, yang merupakan wadah bagi pengguna untuk mendapatkan informasi mengenai finansial secara gratis.

PINA juga telah terintegrasi dengan berbagai macam aspek keuangan investor seperti tabungan, deposito, BPJS, kartu kredit dan lainnya. Bank yang sudah tersedia dalam platform saat ini di antaranya adalah BNI, BCA, Mandiri dan CIMB Niaga — rekening pengguna dapat diintegrasikan langsung ke aplikasi untuk dicatatkan pelaporan keuangannya.

Diharapkan hanya dalam satu platform, pengguna tidak perlu menggunakan banyak aplikasi untuk mengelola semua kegiatan finansial. Secara resmi aplikasi PINA telah meluncur sejak akhir tahun 2021 lalu.

“Bagi generasi muda yang kami hadirkan adalah kemudahan akses informasi dan akses langsung ke berbagai channel. Dengan koneksi tersebut bisa memudahkan kegiatan finansial dalam satu platform,” kata Co-Founder & CEO PINA Daniel Van Leeuwen.

Platform yang menawarkan layanan serupa seperti PINA di antaranya adalah Halofina, Finansialku, dan Fundtastic. Tidak sekadar aplikasi pencatatan keuangan pribadi, mereka juga menyematkan layanan investasi dan edukasi keuangan di aplikasinya — misinya memudahkan setiap pengguna mencapai tujuan finansialnya.

Menjadi bagian dari Y Combinator

Untuk mendapatkan informasi dan wawasan lebih luas lagi usai mengantongi investasi perdana tahun lalu, PINA kemudian mendaftarkan diri untuk menjadi bagian dari program Y Combinator (YC). Saat ini PINA masih mengikuti program tersebut yang akan berakhir bulan Maret 2022 mendatang.

Menurut Daniel ada kebanggaan tersendiri bagi tim PINA bisa berhasil lolos dalam program YC batch W22. Selain mewakili Indonesia, sekaligus juga memvalidasi model bisnis yang mereka miliki.

“Alasan saya mendaftar di program YC adalah untuk mendapatkan masukan dari pada pendiri startup yang telah mengikuti program dan tentunya partner dari Y Combinator sendiri. Harapannya saya bisa terhindar dari kesalahan saat membangun startup,” kata Daniel.

Selain mendapatkan kesempatan untuk memperluas jaringan kepada investor secara global, secara langsung PINA juga telah mendapatkan modal tambahan dari YC senilai $500 ribu. Dana segar tersebut kemudian bisa dimanfaatkan oleh PINA untuk mengembangkan produk lebih baik lagi.

“Untuk bisa bersaing dengan pemain lainnya tentu saja kembali lagi kepada produk yang kita miliki. Saat ini belum ada platform wealth management dan investasi dalam satu platform, hal tersebut yang kemudian membedakan kami dengan platform serupa lainnya. Kami juga ingin memberikan value berupa informasi dan masukan kepada pengguna dengan menyediakan tools yang tepat untuk bisa mengelola finansial mereka,” kata Daniel.

Application Information Will Show Up Here

Bareksa Rencanakan Garap Kelas Investasi Saham dan Obligasi Korporasi

Bareksa mengumumkan sedang mempersiapkan kelas aset saham dan obligasi perusahaan sebagai upaya mewujudkan posisi perusahaan sebagai marketplace investasi. Sejak beroperasi di 2016, bisa dikatakan mereka tidak segencar pemain sejenisnya, sebut saja Pluang yang semakin kaya dalam menawarkan berbagai kelas aset investasi kepada para penggunanya.

Co-founder dan CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra menuturkan, penambahan kelas aset lainnya diharapkan dapat meningkatkan antusiasme investor ritel dan semakin aware dengan berbagai produk investasi. Ia menilai saat ini, momentum investor pemula dan mahir sedang sama-sama tumbuh, sehingga kesempatan ini perlu dimanfaatkan secara maksimal oleh para platform investasi.

“Nantinya kami akan tumbuh produk investasi di Bareksa untuk masuk ke bursa saham dan corporate bonds,” ucapnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (2/12).

Sebenarnya, rencana Bareksa untuk masuk ke obligasi korporasi sudah diumumkan sejak 2019 bersama FIFGroup. Namun, ditunda karena ada isu di bagian regulasi. Hingga kini, Bareksa menyediakan produk invetasi reksa dana, Surat Berharga (SBN) Ritel, dan emas. Terhitung telah memiliki 2,6 juta investor ritel dengan pertumbuhan 115% secara year on year.

Dalam kesempatan tersebut, perusahaan juga mengumumkan penambahan kemitraan dengan Pegadaian untuk BareksaEmas. Kerja sama serupa juga sebelumnya telah dilaksanakan perusahaan dengan IndoGold dan masih berlangsung hingga saat ini.

Menurut Karaniya, kehadiran Pegadaian tentunya menambah pilihan pengguna untuk berinvestasi emas dan memperoleh benefit yang ditawarkan Pegadaian. Pengguna dapat memperoleh produk tabungan emas Pegadaian yang merupakan layanan beli dan titip emas yang memudahkan investasi emas fisik secara mudah dan aman.

“Pegadaian sangat antusias membangun kerja sama dengan Bareksa yang merupakan platform finansial dan investasi pertama yang menggunakan Tabungan Emas Pegadaian. Kini seluruh masyarakat bisa menabung emas dengan mudah dan cepat melalui aplikasi Bareksa,”kata Direktur Teknologi Informasi dan Digital Pegadaian Teguh Wahyono yang turut hadir dalam kesempatan tersebut.

Pengguna dapat memiliki produk tersebut melalui aplikasi Bareksa tanpa perlu datang ke kantor cabang Pegadaian karena proses pendaftaran dilakukan sepenuhnya secara online. Tabungan emas ini memiliki beberapa manfaat sebagai nilai tambahnya, seperti dapat dijadikan pembiayaan syariah untuk memperoleh kuota haji, bisa menggadaikan tabungannya untuk memperoleh pembiayaan.

“Ke depan, fitur ini juga akan kami integrasikan dengan BareksaUmroh yang menyediakan fitur investasi reksa dana pasar uang syariah untuk tabungan perjalanan umrah dan haji di platform Bareksa,” tambah Karaniya.

Bareksa Emas Pegadaian
Peluncuran kemitraan Bareksa dan Pegadaian / Bareksa

BareksaEmas menawarkan berbagai fitur unggulan. Di antaranya, proses registrasi dan validasi KYC (Know Your Customer) sepenuhnya dilakukan secara online. Selain itu, Tabungan Emas Pegadaian di Bareksa menawarkan nominal transaksi mulai dari Rp50.000, baik untuk pembelian atau penjualan (buyback). Investor juga dapat membeli (top up) atau pun menjual emas di BareksaEmas hingga 100 gram per hari.

Pembayaran di BareksaEmas bisa dilakukan melalui transfer bank, internet banking, ATM, virtual account, hingga uang elektronik. Salah satu moda pembayaran yang sangat simpel dan seamless adalah OVO karena bisa terverifikasi otomatis secara real time dan tanpa ada biaya administrasi.

Bagi nasabah baru yang hendak membuka Tabungan Emas di aplikasi Bareksa caranya sangat mudah. Cukup buka aplikasi Bareksa, pilih mitra pengelola emas “PT Pegadaian”, lalu tentukan jumlah emas yang akan dibeli dalam bentuk satuan gram atau rupiah.

Pengguna aplikasi wajib melengkapi data secara benar. Pada tahap akhir nasabah diminta untuk melakukan proses pembayaran. Jika proses pembayaran sukses, maka secara otomatis emas yang dibeli akan tercatat di fitur Tabungan Emas pada akun pengguna Bareksa.

Karaniya melanjutkan, kehadiran BareksaEmas ini nantinya akan diintegrasikan dengan platform Grab, mengingat perusahaan ride hailing tersebut sudah menjadi salah satu pemegang saham di Bareksa dalam putaran Seri C yang diumumkan beberapa waktu lalu.

Gerbang awal memperkenalkan dunia investasi

Emas logam mulia terus menjadi pilihan investasi masyarakat luas karena bisa menjadi safe haven di saat market crash, serta dinilai berkesesuaian dengan syariah. Selama pandemi, gejolak pada aset berbasis saham mendorong naiknya permintaan atas aset safe haven seperti emas. Saat ini harga emas berada di level baru yakni rata-rata Rp820 ribu per gram, melonjak 41% dari rata-rata harga 2018 yakni Rp570 ribu per gram, sehingga emas dapat menjadi pilihan investasi jangka panjang bagi investor.

Alternatif investasi ini bisa dianggap sebagai pintu gerbang untuk memperkenalkan dunia investasi kepada lebih banyak investor baru, terlebih instrumen ini sudah begitu familiar di telinga orang Indonesia.

Hasil survei Jakpat pada awal tahun ini menunjukkan sebanyak 46% responden di Indonesia memiliki investasi emas. Angka tersebut menjadi tertinggi dibandingkan instrumen lainnya, seperti reksa dana (32%) dan deposito bank (30%). Berikutnya, saham (22%), properti (18%), valuta asing (10%), dan hanya 5%-7% yang memilih obligasi dan sukuk. Sementara itu, masih ada 29% yang tidak berinvestasi.

Application Information Will Show Up Here

Platform “Makmur” Tawarkan Kemudahan Berinvestasi Reksa Dana bagi Pemula

Pasar investasi online (wealthtech) di Indonesia kembali diramaikan pemain baru. PT Inovasi Finansial Teknologi resmi meluncurkan platform Makmur yang membidik segmen anak muda. Calon investor dapat mulai berinvestasi dengan nilai minimal Rp10.000.

Saat ini Makmur menyediakan delapan manajer investasi, yaitu BNI Asset Management, Bahana TCW Investment Management, Trimegah Asset Management, Avrist Asset Management, Capital Asset Management, RHB Asset Management, FWD Asset Management, dan Syailendra Asset Management.

Perusahaan telah mengantongi izin Agen Penjual Reksa Dana (APERD) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 5 Februari 2021. Platform ini sudah tersedia untuk perangkat Android dan iOS.

Makmur menawarkan beberapa produk reksa dana, mulai dari reksa dana saham, campuran, pasar uang, hingga reksa dana dalam mata uang dolar AS. Platform ini menyeleksi kembali reksadana berdasarkan kinerja masa lalu, top holding, dan biaya manajemen.

“Kami menyediakan resep investasi untuk semua tipe investor di platform Makmur, mulai investasi dengan risiko sangat rendah hingga yang memiliki potensi keuntungan besar. Ada pula resep investasi yang memberikan pengguna dividen secara rutin bagi yang ingin mendapatkan penghasilan pasif,” tutur Founder dan CEO Makmur Sander Parawira dalam keterangan resminya.

Makmur juga menawarkan sejumlah fitur unggulan untuk memperkuat nilai tambah produknya. Pertama, human advisor berbasis teknologi dan Makmur Recipe untuk mempermudah investor pemula dalam membandingkan reksa dana yang tepat. Pengguna juga dapat menempatkan reksa dana pada kantong berbeda sesuai kebutuhan atau tujuan investasi (goal based investing).

Selain itu, Makmur dibekali Optical Character Recognition (OCR) yang memampukan sistem membaca tulisan di KTP sehingga calon investor tidak perlu memasukkan data satu per satu. Ada pula teknologi face recognition untuk mempermudah perbandingan wajah dengan foto KTP. Dengan teknologi ini, Makmur mengklaim dapat menyelesaikan proses pendaftaran dalam 5 menit.

Dari sisi keamanan, Makmur juga menyediakan otentikasi dua faktor (OTP dan PIN) dan biometrik (fingerprint dan face identification) untuk memastikan perlindungan data sehingga hanya pemilik rekening sah yang bisa mengakses aplikasi.

“Dalam waktu dekat, kami akan merilis metode pembayaran virtual account dan GoPay. Ke depannya, Makmur juga akan menambahkan opsi pembayaran lainnya, seperti OVO, DANA, dan Direct Debit dari bank investor untuk memudahkan transaksi,” tambahnya.

Pengalaman di industri keuangan dan teknologi

Makmur diperkuat deretan pengalaman kerja tim di perusahaan-perusahaan teknologi dan keuangan ternama di Silicon Valley dan Wall Street. Sander sebelumnya pernah magang sebagai Software Engineer Facebook yang bertanggung jawab atas algoritma pengurutan postingan di News Feed dan Software Engineer di Motorola Solutions.

Ia juga pernah menduduki berbagai posisi di industri keuangan, mulai dari KCG Holdings hingga menjadi Head of Quantitative Trading di Virtu Financial, salah satu perusahaan trading saham terbesar di Wall Street.

Dengan pengalaman ini, Sander berupaya meningkatkan awareness investasi di Indonesia dengan mengembangkan platform investasi yang mudah digunakan. Terutama bagi generasi muda yang selama ini berkontribusi besar terhadap peningkatan investor pasar modal dalam beberapa tahun terakhir.

Sebagaimana diketahui, fintech merupakan salah satu vertikal bisnis yang mengalami pertumbuhan pesat di Indonesia dalam beberapa terakhir. Berdasarkan Fintech Report 2020, investasi merupakan sub sektor fintech yang mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan sub sektor lain, yakni 116%.

Total investor pasar modal di Indonesia tercatat mencapai 5,89 juta investor per 6 Agustus 2021 atau naik empat kali lipat dari 2017 berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Sebanyak 99% investor merupakan individu lokal, sedangkan 80% di antaranya berasal dari generasi muda.

Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo mengatakan, kehadiran teknologi Robo Advisor memberikan kontribusi signifikan dalam mendorong investor pemula. Robo Advisor memiliki kemampuan untuk menyesuaikan pola investasi berdasarkan umur, penghasilkan, level risiko, dan target tujuan hidup sang investor.

Robo Advisor banyak diimplementasikan pada layanan wealth management karena dapat membantu investor pemula yang minim pengetahuan atau kesulitan memahami investasi. Robo memberikan manfaat dalam merancang portofolio investasi atau mengelola keuangan mereka.

Application Information Will Show Up Here

Dorong Penetrasi Investasi, Bibit Rilis Fitur Nabung Reksa Dana Bersama

Aplikasi investasi reksa dana Bibit merilis fitur Bibit Bareng untuk mendorong pengguna berinvestasi reksa dana bersama dengan teman dan keluarga dalam satu portofolio. Inovasi teranyar ini diharapkan dapat mendorong setiap orang untuk mulai menabung dan mencapai tujuan finansial secara bersama.

CEO Bibit Sigit Kouwagam menjelaskan, fitur teranyar tersebut memungkinkan setiap pengguna untuk mencapai tujuan finansial secara bersama. Misalnya, bagi pasangan yang menabung untuk persiapan menikah, teman-teman yang menabung bersama untuk rencana liburan setelah pandemi berakhir, atau orang tua yang nabung bersama untuk mempersiapkan pendidikan anak mereka.

Bibit meluncurkan fitur Bibit Bareng agar masyarakat bisa menabung bersama-sama, berjuang, berusaha, berdisiplin, memantau hasil, dan akhirnya mencapai tujuan investasi mereka bersama,” kata Sigit dalam keterangan resmi, Jumat (10/8).

Untuk mengaktifkan fitur ini, pengguna harus membuat satu portofolio baru. Setelah itu, pengguna bisa mengundang maksimal 10 pengguna lain untuk bergabung dalam portofolio bersama.

Dijelaskan lebih jauh, ada tiga hal yang perlu diperhatikan di dalam fitur ini. Pertama, kegiatan investasi di dalam portofolio bersama dapat dilihat oleh para anggota yang terlibat. Kedua, kepemilikan reksa dana tetap menjadi milik pihak yang berinvestasi dan tidak ada perpindahan kepemilikan. Terakhir, setiap anggota tetap memiliki kuasa penuh atas penjualan dan dana hasil penjualan reksa dana miliknya.

Meskipun dilakukan bersama-sama, setiap reksa dana tetap menjadi milik masing-masing anggota dalam portofolio bersama ini. Apabila tujuan investasi sudah tercapai, nilai investasi akan dibagi secara proporsional sesuai kontribusi masing-masing anggota.

Sigit mengaku optimis kehadiran Bibit Bareng membuat investasi reksa dana tetap mudah, praktis, dan menyenangkan, khususnya bagi investor pemula yang masih ragu untuk berinvestasi.

“Fitur ini juga relevan dengan situasi pandemi yang kita hadapi. Walau harus jaga jarak secara fisik dan mobilitas terbatas, hubungan dengan orang-orang terdekat dapat terus erat karena bisa menabung bareng dan saling menyemangati untuk mencapai tujuan bersama.”

Sebelum merilis fitur teranyar ini, Bibit bersama Bank Jago bekerja sama yang memungkinkan konsumen dapat membuka rekening Jago melalui platform Bibit dan fasilitas autodebet rekening Jago untuk top up reksa dana.

Pangsa pasar besar

Di Indonesia, baru 2% dari total penduduk usia produktif yang berinvestasi di pasar modal. Angka ini tertinggal jauh dari Amerika Serikat (55%), Singapura (26%), dan Malaysia (9%). Kesempatan yang besar ini tentunya harus dibarengi dengan solusi yang relevan dengan kebutuhan pasar.

Langkah Bibit ini bisa dikatakan relevan dengan persoalan sehari-hari yang dihadapi oleh para pengguna dan investor ritel di Indonesia. Fitur Bibit Bareng dengan semangat yang sama, sebelumnya baru hadir di perbankan. Seperti yang dilakukan oleh Jenius, BCA Digital, dan Bank Jago, yang menghadirkan produk deposito yang didesain menarik dan mudah untuk mendorong nasabah menabung bersama-sama.

Sejumlah aplikasi kini juga menyajikan kemudahan kepada masyarakat untuk berinvestasi ke reksa dana. Kompetitor terdekat Bibit adalah Ajaib Reksadana, Bareksa, Pluang, Tanamduit, dll.

Application Information Will Show Up Here

Anak Usaha Bukalapak Resmikan BMoney, Aplikasi Investasi Reksa Dana

Bukalapak dan PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (“Ashmore”) melalui PT Buka Investasi Bersama (“BIB”) hari ini (25/6) secara resmi meluncurkan aplikasi BMoney untuk investasi reksa dana.

Seperti diketahui sebelumnya, Asmore mengakuisisi 20% saham BIB yang merupakan anak perusahaan Bukalapak pada akhir tahun 2020 lalu. Melalui aksi korporasi tersebut, keduanya sepakat untuk menghadirkan layanan investasi untuk kalangan “underserved” atau mereka yang sebelumnya kurang terlayani produk investasi — mencerminkan sebagian besar pengguna Bukalapak, termasuk pelaku UMKM.

Ada beberapa kelebihan yang coba dihadirkan aplikasi BMoney, seperti bisa berinvestasi mulai dari Rp1.000, proses registrasi yang mudah kurang dari 5 menit, tidak ada biaya transaksi, serta pengguna dapat mengakses BMoney 24/7 di mana saja dan kapan saja untuk mengatur portofolio.

CEO Buka Investasi Bersama sekaligus President Bukalapak Teddy Oetomo menyatakan, “Kolaborasi Bukalapak dan Ashmore melalui BIB dalam aplikasi BMoney ini merupakan realisasi dari kerja sama strategis kita, yang merupakan penggabungan dari infrastruktur teknologi, yang merupakan salah satu kekuatan kunci Bukalapak, serta kemampuan dan pengalaman Ashmore sebagai salah manajer investasi terbesar di Indonesia.”

Lebih lanjut, Teddy kembali menekankan bahwa Buka Investasi Bersama telah memiliki izin APERD (Agen Penjual Efek Reksa Dana) yang terdaftar dan diawasi oleh OJK. BMoney menargetkan untuk mengajak 500.000 pengguna di tahun pertama.

Sementara itu Direktur Utama Ashmore Ronaldus Gandahusada mengatakan,“Ashmore percaya bahwa pertumbuhan di industri aset manajemen dapat diakselerasi melalui strategi digital yang terdefinisikan dengan baik. Aksesibilitas dan kepercayaan terhadap platform investasi merupakan dua hal penting yang harus dimiliki oleh agen penjual untuk dapat terus bersaing di era digitalisasi yang masih terus berkembang.”

Hadirnya BMoney menambah panjang daftar aplikasi digital yang menyediakan layanan investasi reksa dana. Akhir Mei 2021 lalu, Pluang juga baru membuka layanan yang sama. Pendekatannya di balik layarnya sedikit beda dengan BIB yang sepenuhnya [transaksi] dikelola perusahaan, karena Pluang menggunakan Pluang Grow (PT Sarana Santosa Sejati) yang saat ini sudah terdaftar di OJK dan KSEI, untuk menghubungkan investor ritel dengan perusahaan Asset Management.

Pendekatan BIB justru mirip dengan Ajaib yang mengoperasikan produk reksa dana lewat Ajaib Reksadana (PT Takjub Teknologi Indonesia). Belum lama ini mereka membukukan pendanaan seri A dengan total nilai $90 juta dan membuat perusahaan cukup percaya diri bisa melakukan penetrasi pasar secara lebih agresif. Selain reksa dana, mereka juga memiliki Ajaib Sekuritas (PT Ajaib Sekuritas Asia – hasil akuisisinya terhadap Primasia Unggul Sekuritas) untuk investasi saham.

Selain itu aplikasi digital lain yang juga mengakomodasi kebutuhan investasi reksa dana lainnya, seperti disebutkan dalam Fintech Report 2020, adalah Bibit, Bareksa, Raiz Invest, Invisee, IndoPremier, dan Tanamduit.

Application Information Will Show Up Here

Pluang Mulai Rilis Produk Investasi Reksa Dana

Aplikasi investasi Pluang mulai merilis produk investasi reksa dana. Bagi nasabahnya, tentu ini menjadi kabar baik karena memudahkan mereka  melakukan diversifikasi aset.

Untuk saat ini, layanan reksa dana baru digulirkan kepada sejumlah pengguna secara bertahap. Pihak Pluang mengatakan, pembaruan aplikasi akan dirilis sepenuhnya dalam minggu ini.

Transaksi reksa dana difasilitasi oleh Pluang Grow (PT Sarana Santosa Sejati) yang saat ini sudah terdaftar di OJK dan KSEI. Pluang Grow sendiri juga dikonfirmasi sebagai unit bisnis di bawah Pluang, difokuskan sebagai platform fintech yang menghubungkan perusahaan Asset Management dengan investor ritel di Indonesia.

Di tahap awalnya, baru dua produk yang disediakan Pluang Reksa Dana, yakni UOBAM Dana Rupiah dan UOBAM Dana Membangun Negeri.

Produk reksa dana yang saat ini tersedia di aplikasi Pluang

Sebelumnya pada akhir tahun 2020 lalu, Pluang baru menambahkan produk investasi aset kripto. Direalisasikan bersama Zipmex sebagai mitra strategis. Sebelumnya Pluang hadir sebagai aplikasi investasi emas, kemudian melebar ke S&P 500.

Pada Maret 2021 lalu Pluang juga baru mengantongi pendanaan pra-seri B senilai $20 juta. Konsorsium pendanaan tersebut dipimpin oleh Openspace Ventures didukung investor yang telah terlibat di putaran sebelumnya, termasuk Go-Ventures.

Dikatakan bahwa dana segar tersebut memang akan difokuskan untuk pengembangan produk finansial baru dan memperluas kemitraan bisnis.

Selain di aplikasi sendiri, startup yang diinisiasi oleh Claudia Kolonas dan Richard Chua itu juga telah terintegrasi dengan beberapa aplikasi konsumer lainnya, termasuk Gojek (GoInvestasi), Bukalapak (BukaEmas), dan Dana (Dana eMAS).

Application Information Will Show Up Here

Sequoia Capital India Leads Funding for Bibit, Securing 938 Billion Rupiah

The mutual fund investment platform startup, Bibit, today (03/5) announced the $65 million worth of funding equivalent to 938 billion Rupiah. Sequoia Capital India, previously led Bibit’s $30 million funding earlier this year, also leading this one. Prosus Ventures, Tencent, and Harvard Management Company are also participated in this round, also the previous investors AC Ventures and East Ventures.

Fresh funds will be focused on launching new products/features, developing technology, recruiting employees, and increasing public education regarding investment.

According to IDX and KSEI, the number of retail investors in Indonesia grew 78% YoY in 2020 to 3.2 million investors. This one was part of millennials contribution; 92% of new investors in 2020. In the first quarter of 2021, there are  1 million new mutual fund investors registered in the capital market. Despite the significant increase, Indonesian people contribution in the capital market is still less than 2%.

“Previously, Indonesian capital market was considered a frightening place to invest, and limited to certain groups. Bibit is leveraging technology to make investment more accessible to everyone, including novice investors. Therefore, we see a sharp increase in interest of retail investors in the capital market,” Bibit’s Director, Sigit Kouwagam said.

He also added, “We believe all Indonesians deserve a better future. Helping to increase financial inclusion and encouraging investment habits in the right way is one way to make it happen. We are very proud to have the support of our partners and investors to speed up the mission.”

Bibit has been acquired by Stockbit since 2019. Stockbit is known as an information service of the capital market. Bibit platform is designed as a “robo-advisor” for mutual funds in Indonesia, helping investors own portfolios according to their risk profile and investment objectives. Based on the data, 90% of Bibit users are millennial investors who previously had no experience with investing.

One of its rival for mutual fund applications is Ajaib. Recently, Ajaib announced Series A funding worth IDR 1.3 trillion led by Ribbit Capital. In addition, there is Bareksa, an investment platform that has joined and integrated with the OVO group. While Bukalapak, the unicorn, is preparing their “new ammo” PT Buka Investasi Bersama to focus on serving mutual fund investments for millions of customers on the online marketplace platform.

In a survey we conducted in mid-2020, mutual funds (67%) were the most popular investment instrument for digital purchase. Followed by gold (62.7%), stocks (44.5%), P2P lending (16.3%), and bonds (11.5%). Regarding the the type of investment, respondents shared one voice that this was based on the risk profile (48.8%), novice (24.4%), friend recommendations (10.4%), and most familiar (8.1%).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Sequoia Capital India Kembali Pimpin Pendanaan untuk Bibit, Kini Bukukan 938 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform investasi reksa dana Bibit hari ini (03/5) kembali mengumumkan perolehan pendanaan senilai $65 juta atau setara 938 miliar Rupiah. Sequoia Capital India kembali memimpin pendanaan ini, setelah sebelumnya mereka juga memimpin perolehan $30 juta Bibit pada awal tahun ini. Prosus Ventures, Tencent, dan Harvard Management Company turut terlibat dalam putaran ini, juga investor sebelumnya meliputi AC Ventures dan East Ventures.

Dana segar akan difokuskan untuk peluncuran produk/fitur baru, pengembangan teknologi, perekrutan karyawan, dan meningkatkan edukasi masyarakat terkait investasi.

Menurut data IDX dan KSEI, jumlah investor ritel di Indonesia tumbuh 78% secara YoY di 2020 menjadi 3,2 juta investor. Peningkatan ini disumbang oleh kalangan milenial; 92% investor baru pada tahun 2020. Pada kuartal pertama di tahun 2021 sendiri, ada penambahan sebanyak 1 juta investor reksa dana yang terdaftar di pasar modal. Meskipun adanya peningkatan yang signifikan, saat ini partisipasi dari masyarakat Indonesia di pasar modal masih kurang dari 2%.

“Sebelumnya, pasar modal di Indonesia dianggap sebagai tempat berinvestasi yang menakutkan, dan hanya untuk sebagian kalangan tertentu. Bibit mendayagunakan teknologi untuk membuat investasi semakin mudah untuk diakses oleh semua orang, termasuk investor pemula. Oleh karena itu, kami melihat adanya peningkatan yang tajam dalam minat investor ritel dalam di dalam pasar modal,” ujar Direktur Bibit Sigit Kouwagam.

Lebih lanjut ia menambahkan, “Kami percaya semua masyarakat Indonesia berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik. Membantu meningkatkan inklusi keuangan dan mendorong kebiasaan berinvestasi dengan cara yang benar adalah salah satu cara untuk mewujudkannya. Kami sangat bangga bisa mendapatkan dukungan dari partner dan investor kami untuk mempercepat misi tersebut.”

Bibit sendiri telah diakuisisi Stockbit sejak tahun 2019. Stockbit dikenal sebagai layanan informasi tentang pasar modal. Platform Bibit didesain sebagai “robo-advisor” reksa dana di Indonesia, membantu investor memiliki portofolio sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi. Dari data yang diberikan, 90% pengguna Bibit merupakan investor milenial yang sebelumnya tidak berpengalaman terkait investasi.

Salah satu rival untuk aplikasi reksa dana adalah Ajaib. Belum lama ini Ajaib baru mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai 1,3 triliun Rupiah yang dipimpin oleh Ribbit Capital. Selain itu ada juga Bareksa, platform investasi yang saat ini juga sudah bergabung dan terintegrasi bersama grup OVO. Sementara unicorn Bukalapak juga tengah menyiapkan “mesin baru” mereka PT Buka Investasi Bersama untuk fokus melayani investasi reksa dana bagi jutaan pelanggan di platform online marketplace.

Dalam survei yang kami lakukan pertengahan tahun 2020 lalu, reksa dana (67%) menjadi instrumen investasi yang paling diminati untuk dibeli secara digital. Dilanjutkan emas (62,7%), saham (44,5%), P2P lending (16,3%), dan obligasi (11,5%). Mengenai pertimbangan memilih jenis investasi tersebut, responden kompak menjawab bahwa ini sudah sesuai dengan profil risiko (48,8%), baru belajar (24,4%), rekomendasi teman (10,4%), dan paling familiar (8,1%).

Application Information Will Show Up Here