Bareksa Uji Coba Fitur “Robo Advisor”, Perbarui Tampilan Aplikasi

Salah satu startup pionir e-investasi Bareksa mengumumkan pembaruan logo dan tampilan aplikasi baru, serta penambahan fitur dalam platformnya. Kini nasabah bisa berinvestasi reksa dana, Surat Berharga Negara (SBN), emas, dan tabungan reksa dana syariah untuk umrah.

Selain itu, Bareksa juga mengakui sedang dalam tahap beta testing layanan BATARA (BAreksa TActical Robo Advisor) bagi 1000 nasabah pendaftar pertama mereka.

Sejak mendapat lisensi resmi sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) dari Otoritas Jasa Keuangan(OJK) di awal tahun 2016, Bareksa terus mencatat pertumbuhan signifikan. Per akhir Juli 2020, total akun investor Bareksa mencapai 1,1 juta di mana jumlah SID (Single Investor Identity) melonjak 590% dibanding April 2018. Pertumbuhan ini diklaim jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan investor di seluruh industri reksa dana sebesar 490%.

Pada periode yang sama, dana masyarakat yang telah diinvestasikan di platform Bareksa pun melonjak hampir delapan kali lipat menjadi Rp8 triliun. Sementara itu dana kelolaan (Asset Under Management, AUM) Bareksa menanjak empat kali lipat sementara AUM keseluruhan industri reksa dana merosot -1%.

BAREKSA GRAFIK

Karaniya Dharmasaputra selaku Co-founder & CEO Bareksa turut mengemukakan hal menarik, ketika wabah Covid-19 yang memukul ekonomi global, jumlah investor semakin meningkat hingga 57 persen. Hal ini membuktikan bahwa peranan teknologi finansial akan menjadi semakin penting dalam memasuki tatanan baru setelah pandemi.

“Dengan memanfaatkan kekuatan tekfin, Bareksa akan terus mendorong demokratisasi dunia keuangan kita supaya tidak lagi hanya dinikmati oleh segelintir orang, tapi membawa manfaat bagi masyarakat luas, dan memerdekakan secara finansial,” ujarnya di acara BareksaLevelUp yang bertepatan dengan peringatan hari Kemerdekaan RI ke-75.

Fitur Robo Advisor

Salah satu yang juga disorot dalam sesi relaunch Bareksa ini adalah fitur terbaru yang sedang dalam uji coba yaitu robo advisor. BATARA adalah alat berbasis kecerdasan buatan yang dikombinasikan dengan kebijakan manusia untuk memberikan pendampingan taktis bagi investor dalam mengatur portofolio dan taktik investasi mereka.

“Kami sedang terus berkonsultasi dengan OJK agar BATARA bisa menjadi robo advisor yang memiliki kesesuaian dengan regulasi, terpercaya, kredibel, jujur, transparan, dan tidak malah menjadi alat marketing,” jelas Karaniya.

Seperti diketahui, pemanfaatan teknologi robo advisor sendiri konsepnya adalah untuk menggantikan posisi penasihat finansial yang diklaim memakan biaya besar. Teknologi ini menawarkan solusi sama dengan biaya yang lebih kecil. Namun, belum ada informasi spesifik mengenai ketentuan dalam penggunaan fitur robo advisor Bareksa ini..

“Untuk itu di tahap ini kami melakukan uji beta dulu untuk menjaring masukan dari nasabah secara terbatas, sebelum nanti kami rilis untuk publik,” tambahnya.

Beberapa pemain yang juga sudah mulai mengembangkan fitur robo advisor ini adalah Ajaib dan Halofina.

Application Information Will Show Up Here

FUNDtastic Aims for Millennials Through Wealth Platform Branding

Market enthusiasm for online investment platforms continues to grow. This is visible through a growing number of similar platforms offering diverse business models and portfolios.

One of them is FUNDtastic which also participated in encouraging investment growth in Indonesia, especially for millennials. Most people are not aware that this startup has been established since 2016.

There are four founders, including Harry Hartono (CEO), Franky Chandra (CIO), Medwin Susilo (CTO), and Eri Primaria (founder of PT Nusantara Sejahtera Investama).

Low awareness for investment platform

Although it was founded in 2016, FUNDtastic’s platform was launched in 2019. During a virtual media visit session with DailySocial, Franky revealed throughout that period, the company conducted market research related to market perceptions of financial products offered through digital platforms.

“During our research since 2017, we saw that the Indonesian market was not ready to accept the investment platform. Then, people were more aware of the e-commerce and payment platforms. These are popular platforms that time,” Franky said.

In Franky’s opinion, Indonesian people’s awareness of online investment platforms is quite low. The community considered still confused in choosing the right investment product. This is a challenge for companies when developing the FUNDtastic platform.

As cited from the Financial Services Authority (OJK) in 2019, he said the number of investors in Indonesia was only around 2-3 million. In fact, there are 50 million people who are considered potential investors with income record of more than IDR5 million per month and are able to set aside their money for investment.

This is quite low percentage compared to Malaysia, where the number of investors has reached 67 percent. In addition, millennials in Indonesia are rapidly adapting to digital products. The Central Statistics Agency (BPS) recorded there were 12.6 million millennial workers in Indonesia as of 2019.

“Our pain point in developing FUNDtastic was an access to a user-friendly investment platform, difficulty choosing a portfolio, and finding a platform that suited their lifestyle,” Franky said.

Present as wealth apps

For this reason, he continued, the company initially positioned itself as a wealth products platform, not investment platforms. This platform is designed to be a digital hub that connects stakeholders in the financial ecosystem, ranging from customers, advisors, corporations, investment product providers, third-party platforms, to regulators.

“We want to present lifestyle-related and expert products in this business so that customers feel comfortable. Our products also go through a curation process. Therefore, we position them as wealth apps, not investment apps. We want them to have a journey through this application,” he said.

Just like similar digital platforms, the registration process and KYC are fully performed on the FUNDtastic application. This platform is also supported by AI technology to recommend the right portfolio according to customer needs and income. Likewise, payment options, ranging from virtual accounts, bank transfers, digital payments, and auto debit.

FUNDtastic business development

Currently, there are only four services offered by FUNDtastic, including FUNDtastic Direct, FUNDtastic for Advisors, FUNDtastic Biz, FUNDtastic for Platforms. Meanwhile, investment products offered are mutual funds, gold, to Government Securities (SBN).

Franky revealed some ongoing business development plans to expand its product portfolio. One of them is the insurance and p2p lending products for the near future. Currently, his team is in the process of integrating with insurance and p2p lending partners.

In addition, the company is also developing new features, allowing customers to record expenses and income. Franky said that this feature will be integrated directly with the customer’s internet banking.

“For us, [this feature] is our strength in the investment platform market. Even later this feature will be related to our micro investing products. Currently, we are still exploring the process of working with several large banks, one of which is BCA,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

FUNDtastic Bidik Pasar Milenial Lewat Branding “Wealth Platform”

Antusias pasar terhadap platform investasi online terus bertumbuh. Hal ini terlihat dari semakin banyak platform-platform serupa yang menawarkan model bisnis dan portofolio beragam.

Salah satunya adalah FUNDtastic yang berpartisipasi dalam mendorong pertumbuhan investasi di Indonesia, khususnya bagi kalangan milenial. Belum banyak yang tahu bahwa startup ini didirikan sejak 2016.

Ada empat orang pendirinya, antara lain Harry Hartono (CEO), Franky Chandra (CIO), Medwin Susilo (CTO), dan Eri Primaria (founder PT Nusantara Sejahtera Investama).

Awareness platform investasi rendah

Meski sudah berdiri sejak 2016, platform FUNDtastic baru meluncur di 2019. Pada sesi media visit virtual bersama DailySocial, Franky mengungkap bahwa sepanjang periode itu perusahaan melakukan riset pasar terkait persepsi pasar terhadap produk keuangan yang ditawarkan melalui platform digital.

“Selama kami lakukan riset sejak 2017, kami melihat bahwa pasar Indonesia belum siap dalam menerima platform investasi. Saat itu, masyarakat lebih aware dengan platform e-commerce dan payment. Platform ini lebih populer saat itu,” tutur Franky.

Menurut Franky, awareness masyarakat Indonesia terhadap platform investasi online masih rendah. Masyarakat dinilai masih bingung dalam memilih produk investasi yang tepat. Hal ini menjadi tantangan bagi perusahaan saat mengembangkan platform FUNDtastic.

Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 2019, ia menyebut jumlah investor di Indonesia hanya berkisar 2-3 juta. Padahal, terdapat 50 juta orang yang dinilai potensial menjadi investor dengan catatan berpenghasilan di atas Rp5 juta per bulan dan mampu menyisihkan uangnya untuk investasi.

Persentase tersebut sangat rendah jika dibandingkan dengan Malaysia yang jumlah investornya telah mencapai 67 persen. Selain itu, kaum milenial di Indonesia yang cepat beradaptasi terhadap produk digital terus bertumbuh. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 12,6 juta pekerja milenial di Indonesia per 2019.

Pain point kami dalam mengembangkan FUNDtastic saat itu adalah akses terhadap platform investasi yang user-friendly, kesulitan memilih portofolio, dan menemukan platform yang cocok dengan lifestyle mereka,” tutur Franky.

Memposisikan diri sebagai wealth apps

Untuk itu, lanjutnya, perusahaan sejak awal memposisikan diri sebagai platform untuk produk wealth, bukan platform investasi. Platform ini dirancang untuk menjadi digital hub yang menghubungkan stakeholder di ekosistem keuangan, mulai dari customer, advisor, korporasi, penyedia produk investasi, platform pihak ketiga, hingga regulator.

“Kami ingin menghadirkan produk yang lifestyle-related dan ekspertis di bisnis ini supaya customer merasa nyaman. Produk kami juga melalui proses kurasi. Makanya, kami memposisikannya sebagai wealth apps, bukan investment apps. Kami ingin bawa journey mereka melalui aplikasi ini,” ujarnya.

Sama seperti sejumlah platform digital lain, proses registrasi dan KYC sepenuhnya dilakukan melalui aplikasi FUNDtastic. Platform ini juga didukung oleh teknologi AI untuk merekomendasikan portofolio yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan pendapatan customer. Demikian juga opsi pembayaran, mulai dari virtual account, transfer bank, pembayaran digital, dan auto debit.

Pengembangan bisnis FUNDtastic

Saat ini memang baru ada empat layanan yang ditawarkan FUNDtastic, antara lain FUNDtastic Direct, FUNDtastic for Advisors, FUNDtastic Biz, FUNDtastic for Platforms. Sementara, produk investasi yang ditawarkan ada reksa dana, emas, hingga Surat Berharga Negara (SBN).

Franky mengungkap sejumlah rencana pengembangan bisnis ke depan untuk memperluas portofolio produknya. Salah satunya adalah kehadiran produk asuransi dan p2p lending dalam waktu dekat. Saat ini, pihaknya sedang melakukan proses integrasi dengan mitra asuransi dan p2p lending.

Selain itu, perusahaan juga sedang mengembangkan fitur baru, memungkinkan customer untuk mencatat pengeluaran dan pemasukan. Franky menyebut bahwa fitur ini nantinya terintegrasi langsung dengan internet banking milik customer.

“Bagi kami, [fitur] ini menjadi kelebihan kami di pasar platform investasi. Bahkan nanti fitur ini akan berkaitan dengan produk micro investing kami. Saat ini, kami masih proses penjajakan kerja sama dengan beberapa bank besar, salah satunya BCA,” tambahnya.

Application Information Will Show Up Here

KoinWorks Partners with MMI to Offer Mutual Fund Investment for Investors

KoinWorks officially partners with Mandiri Investment Management (MMI) to manage the funds of lenders to be invested in the Mandiri Money Market 2 Investment Fund (MIPU 2) instrument. This collaboration runs in terms of fulfilling OJK’s provisions related to cash lender balances on a p2p lending account that may not settle for more than two days.

On this occasion, KoinWorks encourages more capital market investors in Indonesia as users through its platform. In addition, according to the company’s data, almost 70% of lenders who invest are novice investors. Their have very common knowledge of other investment instruments besides p2p lending.

In a general note, KoinWorks was previously funded by Mandiri Capital Indonesia (MCI) in Series A round.

“We have piloted this product since the end of last year, but only for a limited circle. We want to introduce mutual fund products for 400 thousand KoinWorks lenders,” KoinWorks’ Co-Founder and CEO Benedicto Haryono explained in an online press conference on Wednesday (6/10).

MMI’s President Director Alvin Pattisahusiwa added, KoinWorks was the first p2p lending partner of the company. Mutual fund products they managed have many advantages that goes in line with the profile of KoinWorks’ lenders.

Among these, they have high liquidity with T + 0 transaction time or same-day settlement. In results, the time for disbursement can be done on the same day as the day of purchase. Mutual fund products generally enforce the terms of disbursement of T + 3 or T + 7 into customer accounts.

Next, the nominal investment starts from IDR 10 thousand and yields above deposit interest. As an illustration, MIPU 2 last year gave a yield of 5.7%. “This product is very suitable to be the underlying automation of mutual funds for users,” he said.

KoinWorks’ CMO Jonathan Bryan explained further, deposited funds on the KoinWorks platform for more than two days would be automatically converted to MIPU 2 mutual funds managed by MMI, therefore, it’s not up to lenders’

In the process of opening a lender account, lenders will be facilitated by the system, therefore, they do not need to register manually.

“Whether lenders want to do the funding later, it can be directly used without having to disburse the mutual funds before. Mutual fund unit ownership automatically decreases according to the amount of funding distributed,” he explained.

Throughout this process, in terms of user experience, the lenders will not feel any difference at all with the system that previously running.

In addition to KoinWorks, another p2p lending platform already launched similar initiation is Investree. The startup collaborates with Tanamduit and Principal Asset Management.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

KoinWorks dan MMI Kerja Sama Tawarkan Investasi Reksa Dana untuk Pendana

KoinWorks resmi menggaet Mandiri Manajemen Investasi (MMI) untuk pengelolaan dana para pendana untuk diinvestasikan ke instrumen Reksa Dana Mandiri Investasi Pasar Uang 2 (MIPU 2). Kerja sama ini sekaligus dalam rangka memenuhi ketentuan OJK terkait saldo kas lender pada akun p2p lending yang tidak boleh mengendap lebih dari dua hari.

Dalam momentum ini, KoinWorks berupaya untuk mendorong lebih banyak investor pasar modal di Indonesia dari kalangan penggunanya melalui platform-nya. Lantaran, menurut data perusahaan, hampir 70% pendana yang berinvestasi adalah investor pemula. Pengetahuan mereka perihal instrumen investasi lainnya di luar p2p lending, masih sangat awam.

Sebagai informasi, KoinWorks sebelumnya juga didanai Mandiri Capital Indonesia (MCI) dalam putaran seri A.

“Produk ini sudah kita pilot project sejak akhir tahun lalu, tapi baru untuk kalangan terbatas saja. Kita ingin memperkenalkan produk reksa dana untuk 400 ribu lender KoinWorks,” terang Co-Founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono, dalam konferensi pers secara online, Rabu (10/6).

Direktur Utama MMI Alvin Pattisahusiwa menambahkan, KoinWorks adalah mitra p2p lending pertama yang digaet oleh perusahaan. Produk reksa dana yang dikelola punya banyak kelebihan yang sejalan dengan profil para pendana di KoinWorks.

Di antaranya, punya likuiditasnya yang tinggi dengan waktu transaksi T+0 atau same day settlement. Artinya, waktu pencairan bisa dilakukan pada hari yang sama dengan hari pembelian. Produk reksa dana umumnya memberlakukan ketentuan pencairan T+3 atau T+7 masuk ke rekening nasabah.

Berikutnya, nominal investasi mulai dari Rp10 ribu dan imbal hasil di atas bunga deposito. Sebagai gambaran, MIPU 2 pada tahun lalu memberikan imbal hasil sebesar 5,7%. “Produk ini sangat cocok menjadi underlying otomatisasi reksa dana bagi pengguna,” kata dia.

CMO KoinWorks Jonathan Bryan menjelaskan lebih jauh, dana pendana yang mengendap di platform KoinWorks selama lebih dari dua hari akan secara otomatis dikonversi menjadi reksa dana MIPU 2 yang dikelola MMI, sehingga tidak bergantung pada keinginan pendana

Dalam proses pembukaan akun investor, pendana akan dipermudah oleh sistem sehingga mereka tidak perlu registrasi secara manual.

“Jika nantinya lender mau melakukan pendanaan, dana dapat langsung digunakan tanpa perlu mencairkan reksa dananya terlebih dahulu. Kepemilikan unit reksa dana secara otomatis berkurang sesuai dengan jumlah pendanaan yang dilakukan,” terangnya.

Seluruh proses ini, dilihat dari segi user experience, para pendana tidak akan merasakan adanya perbedaan sama sekali dengan sistem yang sudah berjalan sebelumnya.

Tak hanya KoinWorks, platform p2p lending lainnya yang sudah lebih dahulu merilis inisiasi ini adalah Investree. Startup tersebut menggandeng Tanamduit dan Principal Asset Management.

Application Information Will Show Up Here

Peran Teknologi Tingkatkan Pengalaman Pengguna Aplikasi Investasi Reksa Dana

Tren investasi di dunia digital banyak didorong implementasi teknologi tepat guna oleh masing-masing platform. Saham, reksa dana, dan emas menjadi 3 pilihan populer. Literasi finansial yang mumpuni dan penguasaan teknologi merupakan kombinasi yang bisa meruntuhkan benteng pertama keengganan seseorang untuk berinvestasi.

Saya berbincang dengan beberapa orang untuk mendengar pengalaman mereka berinvestasi melalui aplikasi. Marsya, yang dalam kesehariannya merupakan jurnalis teknologi, sudah aktif berinvestasi reksa dana sejak tahun 2016, terutama sejak kemudahan berinvestasi reksa dana melalui platform online.

“Pakai Bareksa dan Bukareksa. Fiturnya mirip-mirip sebenarnya karena udah paham apa reksa dana, jadi paling penting itu ada grafik pergerakan harga sama pembayaran yang mudah. Juga karena kemudahan pembayaran. Teknologi ini bikin nyaman banget, bisa mendorong orang mulai investasi.” jelas Marsya.

Hal senada disampaikan Nia Wibiyana. Mengenal reksa dana dari sekolah pasar modal yang diikuti tahun 2018 silam, ia memutuskan memakai beberapa aplikasi sekaligus untuk berinvestasi. Alasannya tiap platform memiliki keunggulan fitur masing-masing, meski menurutnya kemudahan pembayaran atau pembelian adalah kuncinya.

“Fitur paling membantu ya pembayaran via dompet digital. Membeli reksa dana melalui aplikasi saat ini super mudah dan sangat nyaman,” ungkapnya.

Arjun, narasumber kami yang lain, sudah membeli produk reksa dana sejak 2012. Menurutnya saat ini berinvestasi menggunakan platform digital sangat nyaman dengan kemudahan membeli, menjual, dan mengalihkan instrumen kapan saja dan di mana saja. Kehadiran fitur portofolio dan robo advisor sangat membantu ketika membutuhkan rekomendasi.

Fokus ke Pengguna

Berkembangnya industri teknologi finansial di Indonesia membuat industri platform investasi juga turut bertumbuh. Hal ini ditandai dengan semakin ramainya pemain dan inovasi-inovasi yang dihadirkan dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun demikian, fokus beberapa pemain masih ada pada edukasi pengguna dan pasar mengenai investasi.

Di Indonesia, perpaduan investasi reksa dana dan teknologi sudah banyak melahirkan layanan investasi melalui aplikasi. Inovasi terus dikerjakan, terutama soal integrasi dengan dompet digital. Tak hanya melalui aplikasi khusus, pembelian reksa dana juga bisa dilakukan melalui marketplace seperti Tokopedia dan Bukalapak.

Bibit, yang bernaung di  bawah PT Bibit Tumbuh Bersama, berusaha untuk fokus pada inovasi yang berpihak pada pengguna, khususnya investor pemula. Terlihat dari inovasi mereka dalam bentuk Robo Advisor, sebuah teknologi yang bisa membantu pengguna merancang portofolio investasi yang optimal berdasarkan umur, profil risiko, dan tujuan hidup secara otomatis. Ada juga fitur seperti Auto Financial, Auto Risk Profiling, Auto Rebalancing, dan beberapa lainnya.

Bibit menggunakan penelitian akademik yang sudah terbukti. Bibit tidak menciptakan teori baru. Bibit menggunakan teknologi untuk membuka akses penelitian akademik yang paling sering digunakan oleh professional untuk semua kalangan masyarakat di Indonesia supaya semua orang bisa berinvestasi dengan cara yang benar. Tanpa harus keluar modal yang besar untuk ikut seminar atau menggunakan jasa financial advisor,” terang Co-Founder Bibit Wellson Lo beberapa waktu lalu.

Fitur Robo Advisor adalah salah satu wujud nyata usaha Bibit untuk memudahkan investor pemula memahami dan terjun sebagai investor reksa dana.

Investasi menggunakan inovasi teknologi juga dilakukan Halofina. Aplikasi yang memperkenalkan diri sebagai platform perencanaan keuangan dan investasi ini per Maret 2019 juga melayani pembelian reksa dana.

Pihak Halofina menjelaskan, saat ini mereka memiliki tiga fitur utama dalam upayanya membantu pengguna, seperti Life Plan untuk membantu membangun perencanaan keuangan dan strategi investasi, rekomendasi strategi investasi yang diklaim berbasis kecerdasan buatan, dan Halofina Dashboard yang digunakan untuk memantau performa.

Halofina juga tengah mengembangkan Smart Cash Flow Tracker yang didesain untuk membantu melakukan monitoring pengeluaran dan pemasukan keuangan dan Finaconsult yang disiapkan sebagai fitur konsultasi online yang menghubungkan pengguna dengan konsultan keuangan melalui platform Halofina.

“Kedua fitur ini kami bangun untuk menjadi solusi atas sulitnya mendapatkan advisory dari pakar keuangan dengan harga yang murah, sehingga kami menghadirkan kedua fitur ini untuk memberikan experience konsultasi dengan pakar keuangan yang telah tersertifikasi dengan harga yang terjangkau dan monitoring pengeluaran serta pemasukan keuangan,” jelas jurubicara Halofina.

Sementara itu, Ajaib, di bawah payung PT Takjub Teknologi Indonesia, memiliki cara yang berbeda meski fokusnya tetap membantu investor pemula, yakni melalui hadirnya financial advisor.

“Kami percaya bahwa kondisi keuangan individu unik adanya dan terkadang tidak cukup diselesaikan dengan rumus matematis. Oleh karena itu, lewat financial advisor, Investor Ajaib dapat berkonsultasi. Tidak hanya soal memilih produk investasi, tapi juga soal memecahkan masalah keuangan yang mereka hadapi sampai ke perencanaan keuangan,” terang Brand Communications Manager Ajaib Victoria Christa.

Ajaib juga menghadirkan beberapa menu lainnya untuk mendorong investor pemula, seperti Investasi Bertema Khusus yang didesain untuk membantu pemula memilih tipe-tipe reksa dana. Ada juga fitur Investasi Dipandu Ahli. Untuk fitur ini, Ajaib berkolaborasi dengan perencana keuangan Ryan Filbert untuk membantu pertanyaan investor pemula, seperti kapan harus berinvestasi dan berapa jumlahnya.

Komitmen Moduit Menghidupi Profesi Penasihat Investasi dengan Teknologi

Euforia kenaikan jumlah investor ritel sebenarnya harus diapresiasi, karena sebelum teknologi digital masuk, jumlahnya mandeg hanya di ratusan ribu orang selama satu dekade lebih. Akan tetapi, di industri wealth management, ada ekosistem pendukung yang membantu investor ritel mengenal produk efek yakni tenaga pemasar efek yang angkanya terus menurun karena belum terbantu.

Menurut statistik OJK, angka Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana (WAPERD) pada tahun lalu adalah 23.110 orang, turun 16,23% dari tahun sebelumnya 27.586. Padahal tahun lalu jumlah investor ritel mencapai kisaran 2,47 juta dari sebelumnya 1,61 juta investor.

Pendekatan yang diambil Moduit sebagai salah satu pemain fintech di wealth management cukup berbeda. Startup ini menggarap potensi dari b2c untuk menyasar investor ritel, dan b2b2c menyasar tenaga pemasar efek yang ingin menjangkau investor dengan nominal investasi yang besar.

Strategi ini diambil karena di sini industri wealth management sangat terfragmentasi. Ada tiga aktivitas utama di dalamnya, mengedukasi klien dengan mencari tahu kebutuhan finansialnya dan cashflow-nya seperti apa. Tidak sekadar melakukan KYC (Know Your Customer) saja.

Lalu masuk ke aktivitas kedua, yakni perencanaan keuangan untuk mensimulasi portofolio investasinya berdasarkan data-data yang diperoleh saat aktivitas pertama. Terakhir, masuk ke bagian eksekusi untuk mentransaksikan kegiatan yang ada di bagian kedua.

“Bagian terakhir ini butuh lisensi PI (Penasihat Investasi), untuk mengadministrasikan, menghubungkan dengan kustodian, KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia) dan semacamnya. Di Indonesia pemain startup wealth management itu sangat terfragmentasi, kalau kami maunya end-to-end,” terang Founder & CEO Moduit Jeffry Lomanto kepada DailySocial.

Moduit telah menggaet 20 tenaga pemasar berlisensi resmi sejak aplikasi dirilis secara terbatas tahun lalu. Menariknya, meski kecil, tenaga pemasar ini berkontribusi terhadap jumlah nasabah di Moduit sekitar 15%-20% dari total saat ini 18 ribu nasabah. Bila dilihat berdasarkan dana kelolaan, kontribusinya mencapai 90%.

“Tapi kami ingin dua-duanya [b2c dan b2b2c] tetap growth. Yang kami suka, karena model bisnis kami seperti ini, passion agen yang bergabung semakin tinggi, karena mereka punya akses yang lebih mudah,” tambah CMO Moduit Stefanus Adi Utomo.

Aplikasi Investasi Moduit
Tim Moduit yang berkantor di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan / Moduit

“Secara month-to-month AUM kami tumbuh rata-rata 70%. Incomparison, kalau pemain yang hanya mengandalkan b2c saja, kenaikannya 40%. Makanya model bisnis ini menarik karena ada kombinasi dari ticket size dan number of tickets,” tambah Jeffry.

Aplikasi b2b2c sudah dilengkapi dengan dukungan infrastruktur sistem Moduit, seperti CRM, Income Planner, Pipeline Management dan Scheduler; dukungan operasional, program pelatihan secara berkala, market update, dan proses perizinan tenaga pemasar.

Untuk sementara, semua transaksi yang dilakukan melalui tenaga pemasar belum ada komisi yang diambil oleh Moduit. Komisi yang ditetapkan masih sepenuhnya berdasarkan kesepakatan antara investor dan tenaga pemasar saja.

Pengembangan fitur teranyar

Jeffry menjelaskan sejak setahun terakhir, Moduit merilis aplikasi untuk b2c dan b2b2c dengan pengembangan fitur pendukungnya. Di industri keuangan, sistem pembayaran yang ribet menjadi penghalang utama yang menyebabkan orang ogah untuk berinvestasi.

Maka dari itu, perusahaan menyediakan dua opsi. Yakni transfer dengan e-wallet GoPay untuk transaksi dengan nominal kecil mulai dari Rp10 ribu dan virtual account untuk mengakomodasi transaksi nominal besar antara ratusan hingga miliaran Rupiah.

“Dulu kalau mau transaksi besar, nasabahnya sendiri yang harus ke bank untuk transfer manual. Tapi sekarang kita selesaikan dengan virtual account, jadi kalau beli tiga produk reksa dana sekaligus, cukup pakai satu virtual account saja. Nanti di-disburse otomatis ke produk yang dibeli.”

Investor dapat memantau kinerja produk yang ia beli lewat tenaga pemasar melalui aplikasi b2c. Jika tertarik untuk melakukan perubahan atau membeli produk lainnya dapat dilakukan secara mandiri atau dibantu tenaga pemasar.

Produk reksa dana yang dijual para manajer investasi (MI) diseleksi penuh oleh Moduit dengan parameter sendiri untuk meningkatkan kenyamanan buat nasabah yang baru pertama kali mengenal produk investasi. Filtering yang dipakai memakai konsep PRIME (Performance persistance, Risk ratio, Investment AUM per fund level, Management dan Expense ratio).

Masing-masing dari kelimanya punya tolak ukur kualitatif dan kuantitatif yang menjamin bahwa semua produk reksa dana yang onboard sudah aman dari segi tata kelola risiko baik dari kondisi internal dan eksternal.

Saat ini Moduit menjual sekitar 60 produk reksa dana yang dikelola oleh 14 manajer investasi dengan variasi produk yang cukup luas menjangkau semua kebutuhan konsumen.

“Target kami benar-benar direct user yang belum pernah pakai reksa dana. Kami coba lindungi mereka dengan pre-screening produk. Sekarang kami sudah proses 31 manajer investasi, tapi yang baru onboard di Moduit baru 14 saja. Kami lebih menempatkan diri sebagai specilized market.”

Dia juga mengungkapkan tahun ini akan meningkatkan fitur tambahan agar pengalaman konsumen agar semakin seamless. Dari jumlah tenaga pemasar ditargetkan akan bertambah jadi 200 orang. Kenaikan secara keseluruhan diharapkan mencapai lima sampai enam kali lipat sepanjang tahun 2020.

Aplikasi b2c ke depannya akan dilengkapi dengan fitur pencarian tenaga pemasar yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Pengalaman yang ditawarkan kurang lebih seperti konsumen mencari dokter di aplikasi Halodoc. Akan muncul rating kredibilitasnya, pengalaman dan harganya.

“Kami lihat perilaku milenial saat ini mereka terbiasa untuk belajar dan coba sendiri. Dari sisi sini belum butuh advisor karena uang mereka juga belum seberapa. Tapi saat uangnya sudah ratusan juta, di situlah kebutuhan advisor muncul. Nah ini bakal ada di modul kami berikutnya.”

Sementara untuk tenaga pemasar itu sendiri, rencananya akan dikembangkan lebih jauh menjual produk sekuritas, sehingga mereka tidak hanya bisa menjual reksa dana saja. Harapannya malah bila memungkinkan, masuk ke produk wealth management berikutnya seperti asuransi.

Selain mengantongi lisensi APERD, Moduit juga memiliki lisensi Penasihat Investasi (PI) untuk mengembangkan bisnis b2b2c-nya tersebut. Dengan lisensi ini, memungkinkan perusahaan untuk menjual semua produk investasi berbasis efek.

“Kami sedang develop modul berikutnya dengan penambahan produk baru. Dari fitur-fitur yang sudah ada sekarang, kami sedang memastikan MVP-nya tersebut bisa diterima atau tidak oleh nasabah, kalau belum mesti di kalibrasi karena user journey yang kita kejar.”

Untuk mendukung seluruh bisnis di atas, saat ini perusahaan sedang dalam tahap penggalangan dana seri A dengan kebutuhan US$3 juta (sekitar Rp41 miliar). Jeffry menargetkan dapat segera tutup pada bulan depan.

Sejak Moduit dirilis pada 2018, saat itu tim hanya ada lima orang, termasuk Jeffry dan Charles Jap yang memegang posisi sebagai CTO. Kini tim Moduit mencapai 28 orang. Perusahaan juga membuka kantor khusus engineer di Bandung.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Moduit Tingkatkan Penetrasi Investasi Reksa Dana

Belakangan ini pemain reksa dana online makin ramai bermunculan, mengingat penetrasi instrumen investasi ini masih minim dimanfaatkan oleh masyarakat. Moduit hadir dengan pendekatan yang sedikit berbeda, tidak hanya permudah konsumen untuk berinvestasi. Tapi berkomitmen bangun industrinya itu sendiri dengan merilis platform untuk penasihat investasi (financial advisor).

Moduit didirikan pada awal 2018 oleh Jeffry Lomanto dan Charles Jap. Mereka melihat ada isu penting yang menghambat penasihat finansial untuk berkembang di tengah kemajuan teknologi. Penasihat yang juga bertugas sebagai tenaga pemasar dihadapkan dengan tantangan akuisisi nasabah yang mahal karena proses edukasi harus dilakukan secara individu.

Ditambah lagi, proses administrasi perizinan yang ribet. Sementara, dari sisi teknologi, IoT dan keamanan sistem jadi pain-point. Nasabah kesulitan mengakses informasi portofolio investasinya, serta dikenakan biaya transaksi yang besar.

“Jeffry dan Charles bertemu untuk menciptakan solusi agar semua orang bisa berinvestasi dengan mudah dan terjangkau. Moduit didirikan dengan visi menjadi gerbang akses untuk masyarakat Indonesia bisa mengelola kekayaannya,” ucap CMO Moduit Stefanus Adi Utomo kepada DailySocial.

Dalam model bisnisnya, Moduit punya dua produk yang menyasar tipe pengguna yang berbeda, sekaligus pembeda dari pemain yang lain. Yakni, aplikasi untuk nasabah dan platform untuk penasihat investasi. Keduanya sudah dirilis secara resmi.

Aplikasi Moduit punya beberapa keunggulan. Di antaranya proses kurasi produk menggunakan model Moduit PRIME, yang terdiri dari kriteria kuantitatif dan kualitatif. Alhasil, nasabah akan menerima produk pilihan yang tersedia di platform.

Berikutnya, fitur Moduit Navigator yang akan memandu nasabah mencapai tujuan keuangannya dengan cara merekomendasikan portofolio investasi yang sesuai, mengingatkan untuk berinvestasi rutin dan rebalancing secara berkala.

“Lalu, ada kemudahan akses bagi nasabah karena Moduit menggunakan multi data center dan berbagai teknologi pendukung seperti OCR (Optical Character Recognition) pada saat registrasi dan finger/face scan pada saat login.”

Hingga bulan Oktober 2019, Moduit telah bekerja sama dengan 15 manajer investasi, menyediakan 66 produk reksa dana pilihan. Aplikasinya sudah dirilis pada Maret 2019. Diunduh lebih dari 20 ribu pengguna baik versi iOS maupun Android.

“Dari angka pengunduh, jumlah terdaftarnya lebih dari 10 ribu nasabah dengan pertumbuhan rata-rata dana kelolaan per bulan 83% sejak tanggal peluncuran.”

Platform penasihat investasi

Co-Founder Moduit, Jeffry Lomanto dan Charles Jap / Moduit
Co-Founder Moduit, Jeffry Lomanto dan Charles Jap / Moduit

Stefanus menerangkan, platform penasihat investasi ini sebenarnya baru dirilis pada Mei 2019, setelah perusahaan mengantongi lisensi penasihat investasi dari OJK. Dari lisensi ini, jadi bekal perusahaan untuk memberikan solusi yang lebih komprehensif buat nasabah.

Alasan perusahaan merambah segmen ini lantaran ada ketimpangan jumlah tenaga pemasar efek dengan pertumbuhan pasar modal itu sendiri. Mengacu pada data OJK, jumlah tenaga pemasar efek berlisensi pada September 2019 hanya naik 5,37% atau 15.215 orang dari sebelumnya 14.439 orang, secara year to date.

Angka tersebut terdiri dari WPE/Wakil Perusahaan Efek (WPPE/Wakil Perantara Pedagang Efek atau WPEE/Wakil Penjamin Emisi Efek); Penasihat Investasi; APERD/Agen Penjual Efek Reksa Dana; dan WMI/Wakil Manajer Investasi.

Padahal pertumbuhan investor pasar modal dan dana kelolaannya lebih pesat dari itu. Jumlah investor saja pada tahun lalu tumbuh hingga 44,24% atau 1,6 juta orang.

“Di sini ada kebutuhan buat para tenaga pemasar bagaimana bisa tetap kompetitif. Mereka dapat memanfaatkan Moduit untuk memasarkan produk reksa dana yang sudah diseleksi dengan baik.”

Untuk menjadi penasihat investasi di Moduit, ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi. Individu harus mendaftarkan diri sebagai MAP (Moduit Advisory Partners) dan membantu transaksi klien melalui platform.

Penasihat yang bergabung, harus memiliki lisensi yang masih berlaku. Bisa pilih, WPE (WPPE atau WPEE); WAPERD; atau WMI. “Mereka juga diharuskan punya keahlian untuk menggunakan aplikasi berbasis internet.”

Penasihat yang bergabung, sambungnya, akan didukung dengan berbagai fasilitas di luar pendapatan pasif maupun aktif. Di antaranya dukungan infrastruktur sistem Moduit, seperti CRM, Income Planner, Pipeline Management, dan Scheduler; dukungan operasional, secara berkala akan ada program pelatihan, market update, dan proses perizinan tenaga pemasar.

Tersedia aplikasi versi Android dan iOS yang dapat diunduh para penasihat untuk mulai berjualan.

Di samping itu, pihaknya tidak memberikan preferensi khusus untuk nasabah yang disasar. Stefanus hanya menyebut ada segmen masyarakat yang sibuk, atau butuh konsultasi dari pakar yang membutuhkan peran dari penasihat investasi ini. Yang mana, segmen ini tidak melulu berkaitan erat dengan nasabah tajir.

“Ada tipe masyarakat yang ragu-ragu untuk terjun ke pasar modal, sehingga mereka butuh ngobrol untuk memperkuat pertimbangan mereka. Ada juga yang sibuk, sehingga kurang update dengan perkembangan pasar modal.”

Sistem pembagian hasilnya untuk setiap nasabah yang berinvestasi lewat penasihat keuangan, ada dua tipe. Pendapatan langsung dari biaya transaksi yang besarannya tergantung ketentuan prospektus masing-masing dan pendapatan bulanan dari management fee.

Diklaim saat ini perusahaan telah memiliki sekitar 39 tenaga pemasar yang telah bergabung.

Target dan persiapan pendanaan seri A

Tampilan aplikasi Moduit / Moduit
Tampilan aplikasi Moduit / Moduit

Salah satu inovasi Moduit yang terbaru adalah bekerja sama dengan GoPay sebagai tambahan metode pembayaran. Diharapkan masyarakat akan semakin mudah berinvestasi reksa dana secara terjangkau.

Berikutnya, perusahaan akan menambah opsi pembayaran dengan metode virtual account yang bakal meluncur pada bulan depannya. “Kami akan terus memperkaya fitur dan memodifikasi proses untuk permudah nasabah dalam menggunakan aplikasi.”

Terkait pendanaan, Stefanus menyebut pihaknya sedang dalam proses penggalangan dana seri A. Diharapkan dapat diumumkan pada awal tahun depan.

Sebelumnya, perusahaan telah mengantongi sejumlah dana dengan nilai dirahasiakan dari angel investor. Lalu, baru saja lulus sebagai peserta dalam program Plug and Play Asia Pacific Batch 5.

“Kami baru saja mengikuti program Plug and Play Asia Pacific Batch 5 dan sedang dalam proses fundraising series A,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Strategi Raiz Invest Jangkau Investor Reksa Dana Pemula

Investor reksa dana di Indonesia saat ini baru sekitar 1,4 juta orang atau kurang dari 1% dari total populasi. Angka ini tertinggal jauh dibandingkan beberapa negara di Asia Tenggara yang porsinya sudah mencapai 20%. Masih banyaknya orang yang belum disentuh sebetulnya adalah kue bisnis yang begitu menggiurkan.

Oleh karena itu, wajar jika semakin banyak pemain investasi reksa dana online. Salah satu yang baru-baru ini meresmikan kehadiran adalah Raiz Invest. Pemain dari Negeri Kangguru itu menegaskan posisinya sebagai aplikasi yang dikhususkan untuk menjangkau pemula yang benar-benar sebelumnya tidak pernah berinvestasi reksa dana.

“Pemain yang lain itu kebanyakan supermarket reksa dana. Dari segi edukasi, ini ada gap karena buat orang awam bagaimana mereka bisa tertarik bila saat masuk ke sana harus memilih produk mana yang sesuai dengan profil risiko mereka, justru makin bingung. Butuh terobosan di sini,” ujar CEO Raiz Invest Melinda N. Wiria kepada DailySocial.

Menurutnya, justru Raiz menjadi pintu awal untuk membentuk kebiasaan, sebelum para investor pemula untuk masuk ke supermarket reksa dana tersebut. Ketika mereka sudah merasa paham, maka bisa melanjutkan ke platform lain.

“Jadi sebenarnya silakan bila pengguna Raiz Invest untuk pindah ke platform lain karena di kami memang didesain untuk mulai bangun kebiasaan berinvestasi buat orang yang benar-benar awam dan nominalnya Rp10 ribu saja untuk memulainya.”

Desain produk menyesuaikan ekspektasi pemula

Dari segi UI/UX, produk, dan opsi pembayaran yang disediakan Raiz diklaim disusun sesuai dengan ekspektasi investor pemula. Pertama, jenis reksa dana yang tersedia hanya ada satu pilihan produk dari manajer investasi.

Sekarang baru tersedia pilihan reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, dan saham yang dikelola oleh Avrist Asset Management. Ke depannya, Raiz akan menambah jenis reksa dana lainnya seperti syariah dan dana abadi (endowment fund).

“Kami sengaja tidak sediakan banyak produk reksa dana dari berbagai Manajer Investasi (MI). Dengan nominal kecil, investor bisa learning by doing, langsung masuk ke pasar modal dan merasakan sendiri, sehingga ongkos belajarnya jadi lebih singkat.”

Pemilihan MI, menurut Melinda, tidak sembarang. Karena ekspektasinya harus sesuai dengan apa yang ada di benak investor pemula, maka produk reksa dana yang disediakan harus pas. Ambil contoh, reksa dana tersebut portofolio penempatannya harus dikelola secara pasif.

Bila reksa dana pendapatan tetap, maka produk ini 100% ada di obligasi yang ditaruh di surat hutang milik pemerintah. Alhasil kinerja dari produk ini tercermin secara pasti dan bisa dibandingkan dengan produk deposito yang diterbitkan bank.

“Produk yang kami pilih biasanya tidak pernah masuk 10 besar dari top reksa dana dengan kinerja terbaik. Begitu juga buat reksa dana saham, harus 100% di saham LQ45 semua jadi investor bisa langsung belajar.”

Ekosistem pembayaran di Raiz dibuat sengaja dibuat tertutup untuk meminimalkan beban biaya yang harus dibayarkan pengguna, mengingat minimal investasi di Raiz hanya Rp10 ribu. Perusahaan baru bekerja sama dengan CIMB Niaga untuk gerbang pembayarannya.

Jadi sebelum bergabung di Raiz, investor disyaratkan harus memiliki rekening CIMB Niaga untuk pemindahan dananya. Melinda menyebut pihaknya akan membuka opsi pembayaran lainnya agar memudahkan investor, di antaranya dengan menggandeng aplikasi uang elektronik.

Target Raiz

Sejak meresmikan kehadirannya di akhir Agustus lalu, CMO Raiz Invest Fahmi Arya mengungkapkan aplikasinya telah diunduh lebih dari 2500 kali. Di situ, perusahaan mendapat 200 orang investor baru dan 100 orang lainnya sudah pernah terdaftar sebagai investor reksa dana.

Raiz sebenarnya sudah soft launch pada Maret, diklaim ada 90 ribu calon pengguna (pre-sign up users) menyatakan tertarik untuk bergabung.

Lantaran Raiz tidak fokus sebagai supermarket reksa dana yang parameter pencapaiannya adalah jumlah dana kelolaan, perusahaan justru fokus menambah jumlah pengguna. Fahmi menargetkan sampai akhir tahun bisa tembus di angka 40 ribu orang.

“Sekarang memang fokus bidik orang yang sudah punya rekening bank, tapi nanti mau bidik ke unbanked tapi sudah punya e-money. Makanya dalam waktu dekat akan tambah opsi pembayaran dari pemain non bank,” tambahnya.

Dari segi fitur juga akan ditambah. Rencananya Raiz akan merilis fitur untuk menyasar para perencana keuangan. Fahmi beralasan, fitur ini sebenarnya terinspirasi dari Raiz Invest di Australia. Di sana, aplikasinya banyak dipakai oleh para perencana keuangan untuk bantu klien mereka yang ingin mulai mengatur keuangannya dari awal.

“Untuk fitur ini, kami akan bidik perencana keuangan yang ada di bank. Di sana mereka sudah punya klien sehingga kami dapat lebih mudah penetrasi pasarnya.”

Adapun fitur yang sudah tersedia di Raiz saat ini adalah recurring investment (investasi dengan metode cicilan lewat auto debet); lump sum investment (investasi langsung dalam jumlah tertentu); dan round-up (investasi yang dikumpulkan dari setiap selisih nilai transaksi).

Ovo Segera Hadirkan Produk Reksa Dana, Tunjuk CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra Jadi Presdir

Bareksa dan Ovo mengumumkan kolaborasi bisnis terbaru, memungkinkan hadirnya produk reksa dana di dalam aplikasi Ovo. Inisiasi tersebut diharapkan dapat mendongkrak jumlah investor dengan semakin mempermudah akses pembayaran melalui uang elektronik.

Hanya saja, kedua perusahaan masih menunggu restu dari Bank Indonesia dan OJK selaku regulator di masing-masing industri. BI mengarahkan saldo reksa dana akan terpisah dari saldo Ovo, namun itu belum menjadi keputusan final, lantaran inovasi ini adalah pertama kalinya hadir di Indonesia.

Co-Founder & CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra menerangkan sebelumnya konsep penjualan reksa dana dengan memanfaatkan channel distribusi dari platform e-commerce Bukalapak dan Tokopedia telah terbukti sukses dan bisa dilaksanakan. Dia pun optimis, regulator akan sangat mendukung inisiasi bisnis dari Bareksa dan Ovo.

“Kami sedang minta arahan dari BI dan OJK terkait integrasi bisnis e-investing dan e-money. Ini adalah hal yang baru, namun kita bisa lihat sebelumnya konsep e-commerce dan e-investing berhasil dilakukan dan memberikan hasil yang luar biasa,” terangnya di acara Bareksa-Kontan 3rd Fund Awards 2019, kemarin (18/9).

CEO Ovo Jason Thompson menambahkan, kemitraan dengan kedua perusahaan diharapkan dapat mendorong pendalaman pasar. Alhasil, siapapun dan di manapun bisa berinvestasi reksa dana lewat Ovo. Dari data yang ia kutip, ada 99,7% orang Indonesia yang belum memiliki akun SID.

Pihaknya mendesain ambang minimum investasi yang terjangkau, mudah untuk membeli dan menjualnya, dan imbal hasil yang menarik. “Kami ingin menyelesaikan masalah nyata terjadi di Indonesia dengan cara termudah yang bisa langsung diadopsi oleh konsumen,” terangnya.

Bakal ada panduan dari OJK

Turut hadir dalam kesempatan yang sama, Kepala Bagian Pengembangan Kebijakan Pengelolaan Investasi OJK Solihin. Ia mengatakan sebenarnya kolaborasi Bareksa sebagai APERD dengan pemain uang elektronik sudah diakomodasi dalam POJK Nomor 23 Tahun 2016. Di dalamnya menyebutkan pembayaran transaksi bisa memakai sistem pembayaran elektronik.

“Namun, yang ini [Bareksa dan Ovo] agak sedikit berbeda karena ada integrasi saldo e-money-nya dengan dana di reksa dana, sehingga butuh kajian dulu. Kita sudah berdiskusi dengan BI, nanti akan kita keluarkan panduan bagaimana seharusnya penempatan produk reksa dana di dalam aplikasinya karena kita harus tetap memperhatikan aspek kehati-hatian dan pemasarannya harus sesuai,” terang Solihin.

Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Ida Nuryanti menambahkan, baik Bareksa maupun Ovo harus memperhatikan bahwasanya bank sentral telah membuat aturan main dari uang elektronik. Artinya, ketika akan digunakan untuk membeli reksa dana, haruslah konsumennya sudah terdaftar dalam sistem.

Lalu, maksimal dana yang dapat disimpan dalam satu akun adalah Rp10 juta dan transaksi dalam sebulan tidak boleh lebih dari Rp20 juta. Rambu-rambulah ini harus diperhatikan.

Bank sentral juga tidak ingin tutup mata, apabila ke depannya masyarakat makin menikmati penggunaan transaksi lewat uang elektronik untuk menaikkan ambang batas (capping) dari sebelumnya.

“Nanti bisa saja kita evaluasi dari maksimal dana di uang elektronik, tentunya masukan dari masyarakat sangat kami harapkan,” kata Ida.

Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor reksa dana melonjak pesat dari sebelumnya stagnan di 350 ribu pada empat tahun lalu. Kini, per 9 Agustus 2019 telah mencapai 1,39 juta. Kenaikan juga didukung oleh meningkatnya dana kelolaan (AUM) naik 98% dari 2015 menjadi Rp538,4 triliun.

Pencapaian dari Bareksa sendiri telah menggaet 1,3 juta investor per Agustus 2019, atau diklaim merepresentasikan 42% investor reksa dana di seluruh Indonesia.

Penggunaan uang elektronik dipercaya akan semakin mendorong jumlah investor reksa dana. Mengacu dari data BI, nilai transaksi pembayaran uang elektronik mencapai Rp47,19 triliun pada tahun lalu. Nilai itu melonjak empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp12,37 triliun.

Karaniya Dharmasaputra ditunjuk jadi Presiden Direktur Ovo

Karaniya Dharmasaputra
Co-Founder CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra yang kini jadi Presdir Ovo

Sejalan dengan kemitraan, Karaniya kini resmi ditunjuk sebagai Presiden Direktur Ovo menggantikan posisi Adrian Suherman yang telah menjabat selama 3 tahun. Sejauh ini belum ada kabar tentang pengganti posisinya sebagai CEO di Bareksa, sehingga bisa dibilang ia kini memegang kendali dua perusahaan sekaligus.

“Kepercayaan ini merupakan sebuah amanah untuk terus membangun Ovo, bukan hanya sebagai pelaku industri fintech terpercaya tapi juga sebagai aset nasional strategis yang akan menjadi mitra pemerintah dan pemangku kepentingan lain, dalam mendorong laju inklusi keuangan serta pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui teknologi digital,” sambut Karaniya.

Pengumuman kolaborasi dengan Ovo ini sebenarnya memperkuat indikasi terjadinya akuisisi yang sudah diisukan sejak beberapa waktu lalu, hanya saja kedua belah pihak masih enggan menanggapinya. Techcrunch bahkan sudah mempublikasi akuisisi Bareksa oleh Ovo pada April 2019 senilai $20 juta (sekitar 281 miliar Rupiah).

Dalam presentasinya Jason menjelaskan, Ovo menerapkan konsep open ecosystem sehingga semua pihak bisa bergabung ke dalamnya. Bareksa menjadi salah satu perusahaan yang melengkapi portofolio Ovo, bersama dengan Tokopedia dan Grab.

Rangkaian bisnis Ovo menyangkut tiga pilar, yakni sistem pembayaran, reward, dan fintech. Dalam bisnis fintech, Ovo telah menyediakan layanan merchant lending, asuransi, big data enabled consumer, dan terintegrasi dengan instrumen manajemen dan investasi.

Di ritel offline, Ovo telah dimanfaatkan oleh 122 juta pengguna dan 500 ribu merchant. Saldo Ovo bisa dipakai untuk berbagai kebutuhan, seperti transfer dana ke antar pengguna, bayar tagihan, dan sebagainya.

Bicara capaian bisnis, tanpa menyebut angka detail, Jason memaparkan pertumbuhan MAU tembus 11,5 kali lipat di Juli 2019 dibandingkan Mei 2018 dan annualized transactions naik 27,8 kali lipat. Dalam kurun waktu yang sama, secara nominal, annualized TPV (Total Payment Volume) naik 18,6 kali lipat, dan SVF (Stored Value Facilities) naik 6,9 kali lipat.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here