Gadjian Gandeng KoinWorks untuk Pinjaman Karyawan

Platform penggajian Gadjian mengumumkan kolaborasi bisnis dengan p2p lending KoinWorks untuk pasarkan pinjaman karyawan guna memberikan nilai tambahan bagi klien perusahaan Gadjian untuk para karyawannya. Kolaborasi ini hadir dalam modul Benefide yang dikeluarkan secara perdana oleh Gadjian.

“Benefide ini kami luncurkan dengan mitra perdana dimulai dari KoinWorks. Jadi dalam Benefide ini ada nilai tambah yang bisa perusahaan berikan kepada karyawannya, selain memberi gaji saja,” tutur CEO dan Co-Founder Gadjian Afia R Fitriati, Kamis (3/5).

Menurut Afia, pinjaman karyawan adalah alat retensi yang bisa dimanfaatkan perusahaan agar karyawan tetap bisa fokus bekerja tanpa perhatiannya terganggu saat ada kebutuhan uang tiba-tiba. Bagi perusahaan mengeluarkan kasbon itu adalah beban tersendiri karena tidak termasuk anggaran inti.

“Tapi dengan kolaborasi ini perusahaan tetap memberikan benefit kepada karyawannya tanpa membebani keuangan perusahaan.”

Pihaknya mengaku akan terus menambah benefit lainnya untuk para klien dalam modul Benefide. Seluruh benefit ini diharapkan akan memberikan daya tarik tersendiri buat para klien Gadjian, sekaligus upaya menarik klien baru.

Terhitung saat ini Gadjian telah memiliki klien sekitar 300-500 perusahaan dengan total karyawan mencapai 6-10 ribu orang.

Prosedur pengajuan

CEO dan Co-Founder KoinWorks Benedicto Haryono menambahkan untuk proses pengajuan pinjaman ini, sebelumnya tim HRD perlu mengaktifkan fitur pinjaman dalam dashboard-nya. Kemudian mengisi form dan di-submit langsung ke KoinWorks.

Dalam proses tersebut, KoinWorks akan melakukan penilaian sebelum menerbitkan MoU kepada klien. Setelahnya, karyawan dari perusahaan tersebut dapat langsung mengajukan pinjaman lewat dashboard mereka. Proses review akan kembali dilakukan selama satu hari kerja.

“Karyawan yang mau pinjam juga ada persyaratan standar, seperti minimal sudah bekerja enam bulan di perusahaan tersebut, statusnya masih aktif bekerja, berumur minimal 21 tahun dan menyerahkan dokumen KTP, KK, dan mutasi rekening tiga bulan,” terang Benedicto.

Setiap karyawan yang mengajukan pinjaman ke KoinWorks, memiliki keuntungan dapat meminjam dana maksimal 6 kali di atas gaji, bunga 1-1,2% per bulan dengan tenor maksimal 12 bulan, dana pun dapat ditransfer di rekening manapun.

Besaran bunga yang dibayarkan ini, menurut Benedicto, cukup kompetitif apabila meminjam dengan cara yang reguler. Besaran bunga untuk pinjaman usaha berkisar antara 0,75-1,7% per bulan atau 9-20% per tahunnya.

Benedicto optimis perusahaan dapat melayani klien Gadjian seiring upayanya merealisasikan target penyaluran pinjaman hingga Rp1 triliun sampai akhir tahun ini. Hingga akhir April 2018, perusahaan baru merealisasikan penyaluran sekitar Rp170 miliar dengan total 50 ribu pendana.

Paper.id Resmikan Kehadiran, Umumkan Kolaborasi dengan BNI Yap!

Startup yang bergerak di invoicing (penagihan) Paper.id meresmikan kehadirannya ke publik, sekaligus mengumumkan kolaborasi bisnis dengan BNI dalam menghadirkan Yap!. Kehadiran BNI diharapkan dapat memudahkan klien dari mitra Paper.id untuk melakukan pembayaran invoice hanya dengan scan QR Code.

Paper.id adalah software invoicing, akunting, dan inventory. Pelaku usaha dapat membuat laporan keuangan di berbagai perangkat dan menyediakan analisis sehingga mereka bisa mengetahui semua hal tentang keuangan perusahaan (arus kas, inventaris, dan lainnya) secara real time.

Saat ini Paper.id telah digunakan oleh lebih dari 5 ribu pelaku UMKM dengan persentase sekitar 45% berlokasi di Pulau Jawa dan sisanya di luar Pulau Jawa. Dari total pengguna tersebut, Paper.id telah mengirimkan lebih dari 30 ribu invoice secara digital.

Ditargetkan sampai akhir tahun perusahaan dapat menggaet hingga 10 ribu pelanggan baru, sedangkan pada 2019 mendatang dapat naik 10 kali lipat menjadi 100 ribu pelanggan.

Sebelumnya Paper.id muncul pada akhir 2016 dengan versi beta, kemudian meningkatkan layanannya ke dalam versi full pada Agustus 2017. Aplikasi Paper.id baru tersedia untuk versi Android.

“Di tengah-tengah tingginya pertumbuhan UMKM di Indonesia, masih banyak pemilik usaha yang mengabaikan manajemen keuangan mereka yang seharusnya dikelola dengan baik. Kebanyakan pelaku masih menggunakan sistem invoicing manual yang merepotkan dan sulit dilacak, serta masih minimnya pemahaman pelaku usaha terhadap dasar-dasar akuntansi,” ucap CEO Paper.id Jeremy Limman, Senin (23/4).

Dia melanjutkan, seringkali ditengah kesibukan bisnis, pelaku usaha lupa untuk mengirimkan tagihan kepada pelanggan bisnisnya. Di dalam Paper.id, terdapat fitur pengingat untuk bantu mereka melakukan pengiriman tagihan atau menerima pembayaran dari pelanggan secara tepat waktu.

Seluruh invoice yang dimasukkan pelaku usaha, akan disimpan dalam cloud sehingga dapat diakses dan disimpan kapan saja. Lantaran Paper.id juga menyediakan akses layanannya via browser PC dan aplikasi mobile. Tak hanya itu, pelanggan juga dapat mengirimkan lembar tagihan melalui email, aplikasi messaging seperti WhatsApp, LINE, dan BBM.

Untuk monetisasinya, Paper.id menerapkan sistem freemium. Pelaku usaha dari skala usaha mikro dan kecil dapat menggunakan semua layanan Paper.id, hanya saja ada batasan akses pengguna yang bisa menggunakan aplikasi secara sekaligus.

“Kalau mau pakai invoice dari kami itu gratis tidak ada batasan. Cuma nanti akan ada batasan berapa pengguna yang bisa akses aplikasi secara sekaligus. Disitu monetisasi kami, biayanya dimulai dari Rp50 ribu sebulan sampai Rp500 ribu setahun.”

Kolaborasi bisnis dengan BNI Yap!

Penandatanganan MoU antara Paper.id dengan BNI / Paper.id
Penandatanganan MoU antara Paper.id dengan BNI / Paper.id

Untuk permudah pembayaran tagihan, kini Paper.id telah terintegrasi dengan BNI untuk produk Yap!. Jadi setiap invoice yang dikirimkan dari Paper.id akan tercantum QR Code, sehingga pelanggan dapat langsung melakukan pembayarannya dari aplikasi Yap!.

“Bersama Paper.id kami berkolaborasi untuk permudah para pelaku usaha dalam melakukan digitalisasi proses bisnis mereka, mulai dari mengirimkan invoice sampai menerima pembayaran dengan menggunakan solusi pembayaran digital,” ucap Assistant VP Internet Banking & e-Commerce Business BNI Ida Priadi Wibawa.

Selain dengan BNI, dalam sistem Paper.id tersedia pula berbagai pilihan metode pembayaran yang aman, mulai dari transfer bank, virtual account, kartu kredit, m-banking, dan e-wallet.

Peroleh pendanaan tahap awal

Dalam peluncurannya ini, Paper.id juga mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dengan nilai yang tidak disebutkan dari Golden Gate Ventures pada awal tahun ini. Dana segar tersebut, menurut CTO Paper.id Yosia Sugialam, akan digunakan untuk pengembangan produk, operasional bisnis, dan memperkuat pemasaran.

Dia bilang, saat ini perusahaan cukup diuntungkan karena keyword pencarian “invoice gratis” sedang digandrungi oleh banyak pelaku UMKM di seluruh Indonesia. Alhasil, perusahaan memperoleh banyak pengguna dari sana.

“Pencarian “invoice gratis” cukup tinggi dan sudah baik hasilnya saat kita masih bootstrap. Nah itu yang akan kita perkuat dan mau boost lagi biar bisa lebih tinggi kinerjanya,” terang Yosia.

Business Development Golden Gate Ventures Dea Surjadi menuturkan Paper.id memposisikan diri sebagai platform untuk membantu menghilangkan hambatan dalam manajemen keuangan, sehingga semua UMKM dapat fokus pada apa yang benar-benar penting. Yakni melayani pelanggan dan mengembangkan bisnis mereka.

“Memberikan pendanaan tahap awal (seed funding) kepada Paper.id merupakan kesempatan yang unik bagi kami untuk turut membantu perkembangan UMKM di Indonesia,” ujar Dea.

Application Information Will Show Up Here

 

Gadjian Announces Partnership with Digibank

Gadjian, a startup providing payroll and human resources management, announces a marketing partnership with Digibank, a digital banking service by DBS. It allows customers to experience easier and better services, if they download and activate Digibank in their smartphones.

The activity will not only benefit users but also applied for attendance record app, Hadirr. This partnership is in line with Digibank’s spirit to provide an easier and better banking experience with Gadjian ecosystem.

“This is expected to be an example of mutually beneficial partnership between digital startup industry players,” Afia R Fitriati, Gadjian and Hadirr’s CEO and Co-Founder, said in an official release to DailySocial.

On this partnership, she said, each company or potential users of Gadjian and Hadirr apps will get user discount for both apps when they downloaded Digibank app using special promo code.

The discount will be higher if more employees activate Digibank. Companies will also get a deposit for settling Gadjian bills and the employees will get the cashback.

Leonardo Koesmanto, DBS Indonesia’s Head of Digital Banking, added, “There will be more millennial aspects are happening on their smartphones, including payroll and attendance. We expect the users of Digibank and Gadjian apps can Live more, Bank less with more seamless input or output in financial.”

Both DBS and Gadjian are committed to bringing this partnership towards feature development or another form in the near future. Before partnering with Digibank, Gadjian has announced integration with Mandiri Cash Management for payroll.

To expand their market, both companies are in partnership with various aspects to acquire users. Recently, Digibank has announced partnerships with 21 coffee shops for account opening as an effort to accelerate 3,5 million user acquisition by 2022.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Perluas Pemasaran, Gadjian Umumkan Kolaborasi dengan Digibank

Startup penyedia aplikasi penggajian dan pengelolaan SDM Gadjian mengumumkan kolaborasi pemasaran dengan Digibank by DBS. Kerja sama ini memungkinkan para pengguna lebih mudah dan murah menggunakan layanan Gadjian jika mengunduh dan mengaktifkan Digibank di smartphone mereka.

Kegiatan ini diklaim tak hanya menguntungkan bagi pengguna Gadjian, namun juga berlaku untuk aplikasi pencatatan absensi Hadirr. Bagi Digibank, kolaborasi bisnis ini sejalan dengan semangat perusahaan yang ingin memberikan pengalaman beraktivitas perbankan yang lebih mudah dan menyenangkan bagi para nasabahnya dengan ekosistem Gadjian.

“Kolaborasi ini juga diharapkan dapat memberi contoh tentang kerja sama yang saling menguntungkan antara pemain industri perbankan dan pemain industri startup digital,” ujar CEO dan Co-Founder Gadjian dan Hadirr Afia R Fitriati dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Afia menerangkan, dalam kerja samanya tersebut setiap perusahaan pengguna ataupun calon pengguna aplikasi Gadjian dan Hadirr akan mendapatkan diskon penggunaan aplikasi dari kedua aplikasi tersebut apabila karyawan mereka mengunduh aplikasi Digibank dengan kode promo khusus.

Diskon akan semakin besar jika jumlah karyawan yang mengaktivasi Digibank semakin banyak. Perusahaan pun akan mendapatkan deposit untuk melunasi tagihan berlangganan Gadjian dan karyawan mendapatkan cashback.

Head of Digital Banking Bank DBS Indonesia Leonardo Koesmanto menambahkan, “Semakin banyak aspek kehidupan milenial yang terjadi dalam kemudahan genggaman smartphone mereka, termasuk aspek gajian maupun absensi. Kami harap pengguna aplikasi Digibank serta Gadjian bisa Live more, Bank less dengan semakin seamless-nya input maupun output keuangan mereka.”

Baik pihak DBS maupun Gadjian berkomitmen untuk membawa kolaborasi ini dapat berkembang ke pengembangan fitur maupun bentuk kolaborasi lainnya di masa yang akan datang. Sebelum menggaet Digibank, Gadjian pertama kali mengumumkan integrasi dengan Mandiri Cash Management untuk pembayaran gaji karyawan.

Dalam perluasan channel pemasaran, kedua perusahaan terus kolaborasi bisnis dengan berbagai aspek demi meningkatkan jumlah pengguna. Digibank terakhir mengumumkan kemitraan dengan 21 kedai kopi untuk pembukaan akun rekening sebagai salah satu langkah mempercepat realisasi target 3,5 juta nasabah baru di 2022 mendatang.

Application Information Will Show Up Here

Wallezz Sajikan Ragam Solusi Teknologi Keuangan Berbentuk SaaS

Wallezz adalah salah satu dari sekian banyak perusahaan teknologi finansial yang ada di Indonesia. Beroperasi sejak Januari 2017, Wallezz (akronim dari Wallet Effortlezz) berusaha membantu menyediakan berbagai solusi di bidang pembayaran digital dengan beragam solusi yang ditawarkan.

CEO Wallezz Christian Linting bercerita kepada DailySocial, bisnisnya memiliki beberapa solusi seperti aplikasi untuk pengguna dan merchant berupa e-wallet, IoT as a Services, Credit Scoring as a Services, dan beberapa solusi penerimaan pembayaran online bagi pemerintah kabupaten dan provinsi dalam bentuk SaaS. Wallezz juga membantu UMKM dalam mengelola keuangan yang semuanya dalam bentuk digital, cashless dan cardless.

“Kami ingin menciptakan suatu ekosistem di mana seluruh nasabah bank atau non-bank dapat menikmati cara bertransaksi digital tanpa batasan. Tentu hal ini berbeda dengan kondisi saat ini di mana semua orang bekerja untuk mendorong cashless society, tapi tidak ada yang membuka diri agar infrastrukturnya mau dipakai bersama,” terang Christian.

Christian melanjutkan, selama satu tahun berjalan pihaknya sangat fokus untuk membangun berbagai macam solusi tadi dan membangun kemitraan B2G dan B2B dengan timnya yang saat ini berjumlah 32 orang. Wallezz sebagai perusahaan juga telah mengantongi perizinan umum untuk perusahaan di Indonesia dan sudah terdaftar di Layanan Pengadaan Secara Elektronik milik pemerintah.

“Sejak awal berdiri kami terus melakukan koordinasi dengan regulator, yaitu Bank Indonesia dan OJK, yang tentu saja sangat kooperatif dan benar-benar memosisikan diri sebagai mitra kerja,” terang Christian.

Ia juga menambahkan bahwa sebelum aturan BI yang baru ini pihaknya sudah melakukan pemaparan ke Bank Indonesia, dan dengan aturan baru dari BI Wallezz sebagai perusahaan pun sudah berusaha memenuhi dan berharap secepatnya bisa terdaftar di BI.

“Proses pendaftaran ke BI Fintech telah kami lalui dan telah memenuhi standar BI Fintech serta tinggal menunggu proses publikasi di Website BI, melengkapi 8 fintech lainnya yang sudah lebih dulu terdaftar,” imbuh Christian.

Yang dilakukan di tahun 2018

Tahun ini bisa dibilang sebagai tahun yang cukup sibuk bagi Wallezz. Selain masalah perizinan Wallezz juga tengah berupaya untuk menjalin lebih banyak kerja sama dengan berbagai macam pihak. Salah satu yang dipaparkan Christian adalah pihaknya selalu terbuka untuk bekerja sama dengan pemerintah, bank atau bahkan badan usaha lain untuk menggunakan solusi cashless dan cardless melalui layanan IoT yang disediakan Wallez. Termasuk untuk implementasi solusi berbasis vending machine, fully automatic parking, IoT Gate untuk KRL, busway, kereta api dan lain sebagainya.

“Solusi-solusi yang kami kembangkan dengan dukungan produk-produk SaaS seperti eGovernment, eEnterprise, eLoyalty, Online Banking Bank Sampah. Kami akan terus mengembangkan sisi teknologi dan bisnis dengan mengedepankan kerja sama dan saling dukung bisnis dengan seluruh pemangku kepentingan dan tidak ingin menyerang bisnis mitra-mitra kami,” imbuh Christian.

Mengenai legalitas, Christian menceritakan bahwa ada beberapa perizinan yang coba diurus. Seperti perizinan ke BI dan perizinan ke OJK untuk unit bisnis (Online Banking Bank Sampah) terkait bisnis model p2p lending yang diaplikasikan. Dari segi bisnis, Wallezz juga masih dalam fokus untuk akuisisi pelanggan perusahaan dan pemerintah.

“Satu harapan kami perusahaan startup yang baru satu tahun usianya ini, kami bisa menjadi pendorong integrasi seluruh pemangku kepentingan. Di tahap awal, kami menargetkan sebanyak mungkin dapat mengakuisisi pelanggan-pelanggan bisnis dan pemerintah daerah. Kami memiliki target yang cukup menantang di tahun ini, setidaknya kami sudah berpartner dengan 5 pemerintah kota/kabupaten, 2 bank BUKU, 6 bank pembangunan daerah, dan 3 komunitas. Sejujurnya itu masih jauh dari target kami di tahun 2018 ini,” tutup Christian.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

SmartPresence Tawarkan Revolusi Sistem Manajemen Kehadiran

Di perusahaan, sekolah, maupun instansi pemerintah, kegiatan presensi atau kehadiran mulai memanfaatkan kecanggihan teknologi. Presensi manual menggunakan tanda tangan lambat laun tergantikan dengan mesin sidik jari. Meskipun demikian, permasalahan-permasalahan baru kembali muncul karena teknologi pun masih bisa diakali. SmartPresence, sebuah layanan presensi yang dikembangkan dengan model SaaS (Software as Services), mencoba menawarkan solusi menyeluruh untuk sistem manajemen kehadiran.

SmartPresence hadir dengan sederet fitur dan teknologi canggih untuk mencegah kecurangan dan menjaga validitas kehadiran karyawan. Fitur penelusuran real time yang dikombinasikan dengan pola pengenalan wajah dan dilengkapi dengan GPS dapat membantu presensi lebih akurat. Dengan penelusuran real time pelanggan bisa mengetahui siapa yang belum melakukan presensi, terlambat, standby di kantor, izin dan status lainnya.

“SmartPresence lahir dari pengalaman kami mengembangkan produk sebelumya untuk sistem manajemen sekolah, yang salah satu fiturnya adalah absensi siswa. Namun waktu itu belum memiliki kompatibilitas mobile dan menggunakan server lokal. Dengan SmartPresence kami berharap dapat memiliki segmen pasar yang lebih luas, begitu juga dengan permodelan bisnis SaaS (software as a Service). Segmen kami sekarang adalah rumah sakit, perusahaan alih daya, sekolah, hospitality, dan segmen bisnis kecil sampai menengah lainnya,” terang CEO SmartPresence Mahesa Putra.

Tim SmartPresence
Tim SmartPresence

Layanan yang berkantor di Bali ini memiliki tiga aplikasi, yakni DataCapture, Dashboard, Employee. DataCapture merupakan aplikasi yang dilengkapi dengan fitur pengenalan wajah. Dashboard memungkinkan untuk setup sistem dan mendapatkan insight kehadiran secara real time. Sedangkan aplikasi Employee memberikan akomodasi portal informasi data kehadiran kepada karyawan dan memberikan kemudahan dalam mengajukan izin, cuti dan pergantian shift.

Saat ini SmartPresence tengah berusaha untuk menggaet lebih banyak pengguna dengan beberapa pendekatan strategi pemasaran. Model bisnisnya berupa sistem langganan bulanan.

Dibandingkan layanan sejenis, SmartPresence berusaha mendiferensiasi dengan menawarkan sejumlah fitur yang diklaim belum ada di layanan sejenis.

“Fitur anti fraud dan dukungan kompabilitas mobile adalah satu dari sekian keunggulan SmartPresence yang dapat diperhitungkan. Meskipun saat ini aplikasi absensi sudah mulai menjamur, tapi untuk fitur anti fraud yang dimiliki SmartPresence hanyalah satu-satunya. Fitur antifraud sendiri adalah senjata SmartPresence untuk menutup celah kecurangan berupa pencocokan wajah pengguna dengan sampel ditambah dukungan deteksi ekspresi,” lanjut Mahesa.

Platform SaaS “Monika” Mudahkan Pembuatan Proposal dan Faktur

Pekerjaan sebagai freelance mulai banyak digeluti masyarakat. Di era digital ini banyak layanan yang mendukung untuk meningkatkan performa para pekerja remote. Salah satu startup yang coba hadir untuk hal yang sama adalah Monika. Platform Software as a Services (SaaS) ini mencoba hadir untuk membantu mereka yang kesulitan membuat dan mengelola proposal dan faktur, menargetkan kalangan freelance, startup, dan UKM.

Fitur-fitur yang ada di dalam Monika dirancang untuk bisa memudahkan pelanggan membuat proposal dengan desain template yang profesional dan bisa dikustomisasi melalui dasbor yang disediakan. Semua proposal yang telah dibuat bisa segera didistribusikan tanpa harus mencetak atau melampirkannya ke dalam sebuah email. Pengguna bisa mendistribusikan tautan proposal melalui aplikasi pesan instan atau media komunikasi lainnya. Selanjutnya calon klien bisa langsung membuka dan menyetujuinya dengan mudah.

Proposal yang telah dibuat bisa langsung dikirimkan kepada klien, selanjutnya pengguna bisa menunggu proses follow up dari klien untuk semua proyek yang dibuat dalam satu tempat melalui notifikasi yang dikirimkan oleh sistem. Monika menjamin setiap data dan informasi pengguna dan klien akan disimpan dengan baik dan aman.

Monika pertama kali dikembangkan pada pertengahan tahun 2017. Kemudian Monika terus melakukan pengembangan hingga pada Januari 2018 meluncur secara resmi dengan status beta. Menurut data dari tim Monika saat ini mereka berhasil memiliki 700 pengguna aktif dan terus berupaya menambah lebih banyak pengguna di tahun ini.

Optimis bisa diterima masyarakat

Perjalanan Monika masih panjang untuk sebuah startup. Mereka harus bisa meyakinkan lebih banyak freelancer, tim penjualan maupun pemilik bisnis untuk bisa menggunakan layanan Monika. Namun di samping itu pihak Monika optimis bisa diterima baik di masyarakat, terutama target pengguna mereka.

“Melihat rutinitas target pengguna kami yang adalah kebanyakan pemilik bisnis, tim penjualan dan freelancer; yaitu pembuatan penawaran dan melakukan penagihan, kami semakin optimis bahwa masalah yang ada terus terjadi berulang-ulang dalam waktu singkat. Melihat retention rate tersebutlah, kami merasa dan tervalidasi bahwa Monika adalah ‘obat untuk penghilang rasa sakit kepala‘ mereka. Juga dengan jumlah market share yang kami masuki sebesar Rp122 miliar per tahun dengan target market freelancer, startup dan small agency,” terang Customer Relation Monika Puji Utami.

Lebih jauh Puji menjelaskan bahwa Monika memiliki keunggulan pada close rate prediction yang memanfaatkan teknologi AI (Artificial Intelligence) yang bekerja untuk mengalkulasi dan membaca behaviour masing-masing klien secara real time. Teknologi AI juga dijadikan fondasi untuk memberikan pengalaman terbaik bagi semua pengguna Monika.

“Target Monika di tahun 2018 yang pertama adalah untuk memastikan lebih dari setengah jumlah freelancer dan pekerja kreatif di Indonesia menggunakan Monika dan target yang kedua adalah membuka peluang kolaborasi antar pengguna kami yang datang dari berbagai kalangan terutama mereka yang bergerak di industri kreatif seperti web developer, arsitek, event organizer hingga creative agency,” tutup Puji.

Gandeng Sleekr, XL Axiata Bidik Perluasan Pasar di Kalangan UKM

XL Axiata mengumumkan kerja sama dengan perusahaan SaaS Sleekr sebagai langkah awal dalam membidik pengusaha UKM sebagai pelanggan XL Prioritas. Sekaligus ekspansi akuisisi pelanggan baru XL Prioritas yang selama ini lebih dikenal untuk kalangan individu dengan total 703 ribu orang, sekitar 553 ribu di antaranya berlokasi di Jabodetabek.

“Kita ingin majukan XL Prioritas, selama ini banyak yang berasumsi pasca bayar itu mahal dan untuk kalangan menengah ke atas. Padahal pasca bayar itu ada yang tarifnya mulai dari Rp100 ribu,” terang GM Finance & Management Services Jabodetabek XL Axiata Mohamad Fajar Syahwali, Kamis (8/2).

Memilih pengusaha UKM sebagai target nasabah baru menurutnya karena selama ini pihaknya melihat masalah yang dialami mitra dagang pulsa XL, sebagai salah satu contohnya saat harus membayar pajak atau mengajukan kredit ke perbankan.

Banyak dari mereka yang belum paham dengan sistem administratif yang memadai, terlebih pembukuan akuntansi dari hasil penjualan. Padahal bagi UKM sedari awal harus mulai peduli dengan sistem pembukuan dan pencatatan HRD yang baik. XL menilai solusi ini bisa dihadirkan lewat kolaborasi bersama Sleekr.

“Ini kejadian nyata tapi solusinya belum ada. Karena Sleekr itu bekerja secara cloud based, pasti butuh internet. Kami lihat ada matching di sini, makanya hadirkan kerja sama baik untuk solusi bagi back office dan front office bersama Sleekr.”

XL menghadirkan empat jenis paket yang bisa dipilih UKM, dengan tarif bulanan mulai dari Rp100 ribu. Pelanggan akan mendapat kuota 12 GB, gratis chatting tanpa kuota dan telepon ke semua operator bisnis.

Tersedia pula memilih nomor cantik atau pilihan tertentu dan one bill latter setiap untuk memudahkan pengurusan berlangganan. Bila berlangganan dengan total tagihan minimal Rp1 juta per bulan dan minimal empat nomor, pelanggan mendapat akses gratis ke aplikasi Sleekr.

Pelanggan dapat memanfaatkan aplikasi HR dan akuntansi dari Sleekr untuk dukung produktivitas bisnis mereka. Sleekr HR adalah software yang membantu manajemen SDM meliputi presensi, basis data pegawai, sistem penggajian karyawan mencakup BPJS dan PPH21, cuti, dan klaim.

Sedangkan Sleekr Accounting merupakan perangkat lunak yang membantu pengelolaan akuntansi keuangan perusahaan, mulai dari modul penjualan, invoice penagihan, pengelolaan inventaris dan gudang, laporan dan rasio keuangan, hingga rekonsiliasi perbankan.

Pembaruan Aplikasi Qontak Hadirkan Berbagai Fitur Baru

Tugas wajib startup adalah untuk terus bertumbuh, dan Qontak memperhatikan betul hal itu. Sejak datang dari Singapura dan mengejar pasar Indonesia, Qontak telah mengalami banyak penambahan produk atau fitur. Semuanya untuk bisa lebih bersaing dan diterima di pasar Indonesia. Kabar terbaru, Qontak berusaha mengubah pola tim penjualan di ranah Business to Business (B2B) dan Business to Professional dengan menyediakan solusi teknologi penjualan di Asia Tenggara.

Fitur-fitur yang sekarang ada di Qontak antara lain adalah fitur laporan dan analisis instan. Fitur ini memungkinkan perusahaan untuk menetapkan target dan membuat keputusan yang lebih strategis tanpa harus menghabiskan waktu dalam membuat laporan dan analisa secara manual. Selain itu ada juga fitur pemantauan tim sales yang meliputi pelacakan lokasi GPS, integrasi email dan telepon.

Qontak juga menghadirkan kemampuan integrasi antara CRM dengan website atau perangkat lunak lain yang digunakan dalam perusahaan. Integrasi ini dinilai dapat menciptakan proses organisasi yang lebih efisien dan lebih mudah digunakan. Juga fitur-fitur lain yang akan diterus dikembangkan untuk melengkapi fitur Qontak sebagai “yellow pages” era digital.

“Ini adalah ruang dengan perubahan cepat dan peluang BWB yang mulai bertumbuh, seiring dengan perkembangan teknologi di Indonesia. Qontak benar-benar fokus pada pengembangan teknologi berdasarkan apa yang klien kami butuhkan yang tidak dapat disediakan solusi luar dengan mudah,” terang CEO Qontak Brendan Rakphongphairoj.

Kepada DailySocial Brendan juga menjelaskan bahwa ada beberapa kendala yang ditemui untuk masuk dalam industri SaaS (Software as a Services) Indonesia. Beberapa di antaranya adalah mengenalkan solusi-solusi baru kepada mereka yang masih aktif menggunakan teknologi tradisional dan mengerti pasar lokal butuh sesuatu yang disesuaikan.

Sejauh ini Qontak disebut berhasil mendapatkan beberapa klien besar di tanah air. Seperti Telkom, Fabelio, Talenta dan beberapa lainnya. Sebagai sebuah startup Qontak tidak berhenti di titik ini. Brendan membocorkan mereka tengah menyiapkan beberapa teknologi terbaru seperti Artificial Intelligence dan akan segera melakukan penetrasi lebih jauh di pasar Indonesia.

Grace Tahir: Healthtech Akan Menjadi Bidang Digital Atraktif

Selain dikenal sebagai angel investor –yang juga tergabung dalam ANGIN—Grace Tahir merupakan Co-Founder dan CEO Medico, sebuah pengembang layanan manajemen klinik dokter/kesehatan berbasis SaaS (Software as a Services). Medico sendiri bukan karya pertama Grace di bidang teknologi kesehatan (healthtech), karena sebelumnya ia juga mendirikan Dokter.id, sebuah kanal online untuk konsultasi kesehatan.

Yang menjadi menarik di sini, sektor kesehatan menjadi fokus dalam pengembangan produk digital. Lantas bagaimana Grace melihat healthtech di Indonesia ke depan? Menurut pengamatannya dengan 30 tahun berpengalaman di industri kesehatan, saat ini industri healhtech secara keseluruhan terus meningkat. Banyak hal yang masih perlu dipelajari, akan tetapi kebutuhan dari sisi pangsa pasar sudah jelas ada.

Healthcare industry secara keseluruhan terus meningkat, expenditure untuk healthcare pun terus meningkat, maka tidaklah heran jika healthtech akan menjadi salah satu bidang digital yang attractive,” ujar Grace kepada DailySocial.

Untuk membuat healthtech bisa menjadi “the next fintech/e-commerce”, menurut Grace komponen utamanya pada produk yang dikembangkan itu sendiri.

“Kuncinya adalah product apa yang sebenarnya diperlukan. Banyak healthtech companies yang mengeluarkan produk tetapi tidak banyak adoption rate, maka itu a deep and better understanding atas industri ini adalah kunci. Demand is there but it is a demand for the right product,” lanjut Grace.

Menurut data yang pernah dikumpulkan Medico, per tahun 2016 belanja sistem teknologi informasi layanan kesehatan mencapai $2 miliar dan diproyeksikan akan berkembang menjadi lebih dari $6 miliar di tahun 2019. Dari sisi pangsa pasar, layanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik, dan apotek kini mencapai hampir 30 ribu unit dan diperkirakan bakal terus naik 10-13% dalam 4 tahun ke depan

Kabar terkini layanan Medico

Layanan yang disajikan dalam apliaksi Medico / Medico
Layanan yang disajikan dalam apliaksi Medico / Medico

Belum lama ini Medico mengumumkan kemitraan strategis bersama BPJS. Yakni berupa integrasi sistem Medico dengan aplikasi P-Care BPJS. Tujuannya untuk memudahkan klinik atau rumah sakit yang mengimplementasikan Medico dalam memonitor pencapaian indikator seperti Angka Kontak dan Rasio Peserta Prolanis Rutin.

“Ini adalah salah satu tujuan utama Medico yaitu untuk meningkatkan efisiensi sehingga dokter, perawat, tenaga medis dan manajemen lebih dapat berfokus untuk pelayanan ke pasien,” imbuh Grace.

Sejak mulai beroperasi pada tahun 2016 lalu dengan dukungan pendanaan dari East Ventures, saat ini Medico telah membukukan tingkat pertumbuhan bulanan mencapai lebih dari 30 persen. Dalam meraih capaian tersebut Grace pun menyebutkan beberapa tantangan, terutama dalam kaitannya dengan penyesuaian layanan.

“Secara garis besar, isu yang kami hadapi bukanlah isu, melainkan suatu challenge untuk memperbaiki diri. Kami banyak mendengar permintaan dokter dan providers agar sistem kami user friendly tapi di waktu yang sama lengkap fiturnya. Maka itu proses development kami di awal lebih extended,” ujar Grace.

Untuk agenda di tahun 2018, Medico berencana merilis sistem manajemen untuk rumah sakit. Saat ini sudah ada beberapa kontrak dengan rumah sakit lokal untuk implementasi sistem tersebut. Beberapa kerja sama juga sudah mulai digagas, termasuk dengan perusahaan dari luar negeri. Tahun depan, akan menjadi agenda yang cukup menarik untuk pengembangan bisnis dan produk Medico, sekaligus menguatkan debutnya bersama ekosistem healhtech di Indonesia.