ESL Indonesia akan Gelar Clash of Nations Akhir Maret 2019. ESL One Jakarta Kapan?

Bertempat di CGV, West Mall Grand Indonesia, ESL Indonesia menggelar konferensi pers pertama mereka tanggal 15 Februari 2019. Pada acara tersebut ESL memperkenalkan diri ke banyak media yang menjadi undangan. Selain memperkenalkan diri, ESL juga mengumumkan ESL Clash of Nations – Arena of Valor yang akan digelar pada tanggal 29-31 Maret 2019.

Pada kesempatan yang sama tadi, sebelum kita membahas Clash of Nation, ESL juga akan menggelar Grand Final untuk ESL Indonesia Championship Dota 2 dan Arena of Valor untuk tim-tim yang telah bertanding dari bulan Januari 2019. Total hadiah yang disediakan untuk kedua turnamen tadi mencapai US$100K.

Meski begitu, 2 tim yang akan bertanding di Grand Final masing-masing game tadi masih belum ditentukan karena proses penyisihan yang belum berakhir. Dari informasi yang kami dapat dari ESL Indonesia, tim Dota 2 yang akan berlanjut ke Grand Final baru akan terlihat di tanggal 27 Februari 2019. Sedangkan untuk tim AoV-nya, penyisihannya baru selesai tanggal 10 Maret 2019.

Dokumentasi: ESL Indonesia
Dokumentasi: ESL Indonesia

Untuk pemenang Grand Final ESL Indonesia Championship AoV, mereka akan langsung bertanding kembali di ESL Clash of Nations melawan tim-tim terbaik dari Asia Tenggara. Clash of Nations ini nantinya juga akan jadi yang pertama kalinya di Asia Tenggara.

Ada 4 tim lain yang mewakili wilayahnya masing-masing, kualifikasinya akan digelar tanggal 23-24 Februari 2019, yang akan bergabung dengan juara Indonesia di Clash of Nations yaitu:

  • 1 tim dari Thailand
  • 1 tim dari Vietnam
  • 1 tim dari Filipina
  • 1 tim dari Malaysia / Singapura

Dalam rilis yang kami terima, Nick Vanzetti, Senior Vice President ESL Asia-Pacific Japan, mengatakan, “Clash of Nations menandakan saat yang menarik bagi ESL di Indonesia. Dengan dukungan yang telah diperlihatkan di National Championships, kami menjadi lebih semangat untuk bisa membawa event sekelas dunia kepada fans lokal. Tujuan kami adalah untuk memberi peluang agar setiap level bisa berkompetisi dan Clash of Nations adalah puncak perjalanan tersebut bagi para pemain.”

Dokumentasi: ESL Indonesia
Dokumentasi: ESL Indonesia

Sedangkan Direktur Indofood, Axton Salim, juga tak ketinggalan memberikan komentarnya dalam rilis yang sama. “Kami bangga dipercaya untuk bekerjasama membawa dan menyelenggarakan ESL Clash of Nations 2019 – Arena of Valor, kompetisi top level esports pertama dan terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Bagi kami, esports merupakan cabang olahraga elektronik yang digemari oleh generasi muda dan perlu terus kita dorong perkembangannya.

Melalui tiga brand kami yakni Pop Mie, Chitato, dan Indomilk Good To Go, Indofood akan turut menyukseskan penyelenggaraan ESL Clash of Nations 2019. Kami berharap ajang ini memberikan kesempatan bagi pemain-pemain esports tanah air untuk berkompetisi dan mengukir prestasi di tingkat internasional.” Ujar anak dari Anthony Salim dan cucu dari Sudomo Salim tadi.

Lebih menariknya lagi, pertandingan Grand Final ini nanti akan memiliki harga tiket masuk (HTM) sebesar Rp30 ribu per hari dan Rp150 ribu untuk tiket premium 3 hari yang bisa dibeli langsung di Elevania, yang merupakan partner ticketing resmi ESL Indonesia. Buat yang ingin menonton dari rumah, seluruh pertandingan tadi juga akan disiarkan langsung di kanal YouTube ESL Indonesia.

Jadwal ESL Indonesia Championship & ESL Clash of Nations. Sumber: ESL Indonesia
Jadwal ESL Indonesia Championship & ESL Clash of Nations. Sumber: ESL Indonesia

Meski memang bergengsi, Clash of Nations mungkin memang bukan yang paling ditunggu-tunggu oleh fans esports dalam negeri. ESL One, yang jadi salah satu ajang kompetitif andalan dari ESL, bisa jadi salah satu harapan terbesar komunitas esports Indonesia dari masuknya ESL ke sini. Muasalnya, pertama, ESL One biasanya berkelas Major sehingga mampu menarik tim-tim kelas dunia untuk turut berlaga. Kedua, ESL One Genting di Malaysia sudah 2 kali digelar di 2018 dan 2017 sedangkan ESL One Mumbai di India juga akan segera digelar bulan April tahun ini.

Saya pun menanyakan hal ini kepada Nick dalam sesi tanya jawab yang digelar di konferensi pers tadi. Sayangnya, Nick sendiri belum mampu memberikan kejelasan mengenai kapan ESL One akan digelar di Indonesia. “Setidaknya tahun 2020 atau mungkin lebih lama lagi.” Ujar Nick.

Jawaban tadi mungkin sekilas terdengar mengecewakan karena belum adanya kepastian namun, bagi saya pribadi, ada kelegaan yang tersirat. Kenapa? Karena hal ini berarti ESL Indonesia masih punya rencana panjang untuk Indonesia, setidaknya sampai 2020 atau lebih. Pasalnya, dari pengalaman yang saya lihat selama 10 tahun berkecimpung di industri game, ada banyak sekali perusahaan-perusahaan luar negeri yang lebih suka ngebut namun tak bertahan lama di sini.

Perjalanan Menuju Panggung Dunia yang ditawarkan ESL Indonesia

Tahun 2018, industri dan komunitas esports tanah air dikejutkan dengan kerjasama ESL dan Salim Group yang bertujuan menggarap esports Indonesia. Salim Group adalah salah satu perusahaan konglomerasi terbesar di Indonesia. Sedangkan ESL adalah salah satu penggerak industri esports internasional yang boleh dibilang sudah menguasai industri esports di negara-negara barat, Amerika Serikat dan Eropa.

Tentu saja, kehadiran dan rencana ESL di Indonesia tadi memunculkan banyak pertanyaan di kepala para pemerhati dan penggiat esports. Karena itulah, Hybrid pun menghubungi ESL untuk berbincang lebih jauh tentang pertanyaan tadi. Satu hal yang mungkin bisa kami pamerkan (haha…) dan banggakan adalah kami menjadi media ketiga yang berkesempatan mewawancarai perwakilan ESL Indonesia. 2 media sebelum kami adalah CNN dan Nikkei, yang merupakan brand media internasional.

Inilah perbincangan kami dengan perwakilan ESL Indonesia, yakni Nick Vanzetti; SVP, Managing Director Asia Pacific Japan.

Sebelum kita masuk ke obrolannya, ijinkan kami sejenak mengenalkan ESL.

Tahun 2000, ESL berdiri namun kala itu mereka masih mengusung nama Electronic Sports League. Tahun 2015, mereka menggelar sebuah ajang esports yang paling banyak ditonton di jamannya yang bertajuk Intel Extreme Master (IEM) Katowice.

Di tahun yang sama juga Modern Times Group (MTG), perusahaan konglomerasi media asal Swedia, membeli mayoritas saham ESL dari Turtle Entertainment dengan menggelontorkan dana sebesar €78 juta.

Pertanyaan pertama yang mungkin memang harus ditanyakan adalah apa yang membuat Indonesia menarik bagi perusahaan sebesar ESL? Nick pun bercerita bahwa Asia Tenggara pada umumnya adalah pasar yang menunjukkan pertumbuhan besar dan ESL belum banyak menjalankan aktivitas di wilayah ini. Jadi, ESL pun beranggapan bahwa menggarap pasar Asia Tenggara adalah langkah selanjutnya yang tepat untuk melebarkan sayap.

Sumber: ESL
ESL One Birmingham 2018. Sumber: ESL

Sedangkan Indonesia sendiri adalah negara besar yang punya fanbase dengan antusiasme tinggi. Ditambah lagi, mereka juga menjalin kerjasama dengan Salim Group yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu pilihan yang logis untuk ESL membangun fondasi mereka.

Seperti yang saya tuliskan tadi di awal, ESL memang menjadi salah satu motor penggerak industri esports di barat sana namun pasar Indonesia adalah pasar yang jauh berbeda. Misalnya saja, League of Legends (LoL) adalah game kompetitif yang paling populer di luar sana. Namun, di Indonesia, setelah liga profesionalnya (LGS) ditutup; komponen pendukung ekosistemnya seperti Hasagi (media berbahasa Indonesia yang khusus membahas LoL) pun hilang tak tersisa layaknya para aktivis jaman Orde Baru.

Sebaliknya, Mobile Legends yang jadi game puluhan juta ‘umat’ di sini bahkan tak punya ajang kompetitif yang lebih tinggi dari tingkat Asia Tenggara (setidaknya sampai artikel ini ditulis).

Sumber: ESL
IEM Chicago 2018. Sumber: ESL

Bagaimanakah strategi ESL menggarap pasar Indonesia yang sangat berbeda dengan yang sebelumnya mereka lakukan? Nick pun mengatakan bahwa mereka memang harus mengadaptasikan strategi yang dijalankan agar sesuai dengan pasarnya masing-masing. “Bagaimana kami beroperasi di Thailand akan berbeda dengan cara kerja kami di Indonesia. Karena itulah, bekerjasama dengan partner-partner lokal menjadi satu hal yang krusial. Kami juga akan merekrut orang-orang lokal sebanyak yang dibutuhkan.”

Lebih lanjut Nick menjelaskan bahwa ESL mungkin memang sudah paham bagaimana caranya menjalankan esports namun mereka belum tentu tahu cara yang terbaik untuk diterapkan di masing-masing negara. Karena itulah, mereka harus mendengarkan masukkan dari para pemain, tim, ataupun komunitas tentang cara yang tepat untuk negaranya masing-masing.

Nick pun memberikan contoh yang lebih kongkret tentang adaptasi strategi tadi. Ia sebelumnya berangkat dari mengembangkan bisnis untuk ESL Australia yang merupakan pasar besar untuk PC gaming dan console gaming. Namun, jika ia mencoba menggelar turnamen Call of Duty untuk PS4 di Indonesia, cara itu tidak tepat diterapan di sini. Di sini, kita harus menggelar turnamen untuk mobile gaming.

Berbicara mengenai pasar esports tanah air, meski memang sudah jauh lebih besar ketimbang beberapa tahun silam, esports di Indonesia mungkin bisa dibilang ‘membosankan’ karena Mobile Legends yang seringnya jadi pilihan utama ajang kompetitif berskala besar. Masih banyak game-game lain di Indonesia yang seolah jadi anak tiri esports seperti Tekken, FIFA, PES, Street Fighter, Rainbow Six: Siege, League of Legends, ataupun bahkan CS:GO – dan belasan game kompetitif lainnya yang terlalu banyak jika disebutkan semuanya di sini.

Sedangkan ESL di luar sana dikenal cukup banyak mengangkat judul-judul game yang lebih bervariasi, seperti PUBG (PC), Rainbow Six, CS:GO, Battlefield 4, Hearthstone, Dota 2, dan segudang game lainnya. Apakah mereka juga akan memberikan variasi yang sama untuk scene esports lokal?

Nick sendiri mengaku, di awal-awal kehadiran ESL di Indonesia, banyak yang meminta mereka untuk menggarap lagi scene kompetitif CS:GO di sini; apalagi mengingat ESL lah yang menggarap ajang kompetitif CS:GO paling bergengsi di dunia: Intel Grand Slam. Nick juga mengatakan bahwa ESL akan membawa variasi-variasi baru di scene esports lokal dan CS:GO adalah salah satu kemungkinan judul game yang akan mereka garap ke depannya.

Meski demikian, ia juga harus mempertimbangkan beberapa hal sebelum ESL memopulerkan kompetisi game-game yang mungkin bukan paling populer di Indonesia seperti apakah komunitasnya cukup besar di sini, apakah mereka juga mau nonton pertandingan-pertandingan kompetitif, ataupun apakah game tersebut dapat menarik para sponsor.

Berbicara mengenai sponsor, ESL di Eropa berhasil menarik banyak sponsor non-endemik seperti Vodafone, Mercedez-Benz, dan kawan-kawannya. Apakah ESL juga akan mengajak brand-brand non-endemik untuk sponsori acara mereka di Indonesia? Apakah hal ini akan lebih sulit dilakukan di Indonesia?

Nick pun bercerita bahwa mereka telah mendapatkan dukungan dari Indofood karena kerjasama mereka dengan Salim Group. Di streaming kompetisi ESL Indonesia yang sudah berjalan juga sudah ada logo dari Mercedez-Bens. Namun hal itu tadi masih permulaan karena ada beberapa brand non-endemic lainnya yang juga sudah menyatakan ketertarikan mereka untuk sponsori esports Indonesia.

Nick juga mengatakan bahwa meyakinkan non-endemic brand di Indonesia tidak lebih sulit dibandingkan di negara lainnya. Maksudnya, bukan berarti mudah juga. Meyakinkan sebuah brand non-endemic memang terkadang butuh waktu yang lama dan sama sulitnya di semua negara.

Berbicara mengenai industri esports Indonesia, saat ini sudah ada beberapa perusahaan EO (event organizers) seperti Mineski Event Team, RevivalTV, dan kawan-kawannya yang mungkin bisa jadi lebih familiar dengan pasar Indonesia. Lalu hal unik apa yang sebenarnya bisa ditawarkan oleh ESL, yang tidak dapat ditawarkan oleh yang lain, agar mereka dapat kompetitif di pasar Indonesia?

Sebelum menjawab pertanyaan tadi, Nick pun ingin menegaskan 2 hal terlebih dahulu. Pertama, menurutnya, pasar Indonesia adalah pasar yang besar yang masih cukup untuk beberapa event organizer sekalipun. Kedua, ESL hadir di Indonesia bukan untuk mematikan kompetitor karena, bagi mereka, kemajuan industri esports dalam negeri dengan semua para pemain industrinya juga penting.

Sumber: ESL
EVOS Esports saat bertanding di ESL One Hamburg 2018. Sumber: ESL

Sedangkan untuk keunikan yang membuat mereka berbeda dengan event organizer lainnya di Indonesia adalah, karena mereka perusahaan internasional, mereka telah menggarap esports 20 tahun sehingga mereka tahu bagaimana caranya membuat event yang benar-benar berkualitas. Ditambah lagi, karena jaringan mereka di berbagai negara, mereka ingin memberikan platform untuk para pemain Indonesia untuk menuju panggung di luar Indonesia ataupun bahkan di luar Asia Tenggara. Jadi, mereka bisa mengirimkan pemenang dari event di Indonesia untuk berkompetisi di tingkat yang lebih tinggi seperti Asia Pasifik. Misalnya, pemenang kompetisi Dota 2 dalam negeri milik ESL bisa saja akan dikirim untuk mewakili Indonesia untuk ESL One Birmingham.

Jadi intinya, ESL dapat memberikan perjalanan panjang dari zero to hero yang mungkin tak dapat ditawarkan oleh event organizer lainnya.

Terakhir, bagaimanakah rencana mereka di Indonesia? Apakah mereka juga berencana untuk jadi yang terbesar seperti apa yang mereka lakukan di pasar negara-negara barat sana?

Nick pun mengatakan “kami punya rencana jangka panjang di sini. Kami punya kantor permanen dan kami juga ingin melakukan segala sesuatunya dengan benar di sini. Kami pun ingin membangun brand kami.” Lebih lanjut Nick menjelaskan bahwa bisa saja mereka juga akan menggarap event di kota-kota lain selain Jakarta, seperti di Jawa Barat, Bali, atau kota lainnya. Mereka ingin membuat esports lebih mudah diakses di berbagai seluruh wilayah Indonesia.

Sumber: ESL
ESL One Birmingham. Sumber: ESL

Itu tadi obrolan singkat kami dengan Nick Vanzetti tentang ESL dan rencana mereka menggarap esports Indonesia. Bagaimana ya sepak terjang mereka ke depannya?

Oh iya, perbincangan ini juga masih sebagai perkenalan saja. Lain kali, kita akan berbincang kembali untuk menggali lebih jauh dari ESL karena pastinya mereka punya insight yang begitu berharga yang bisa kita gunakan bersama-sama untuk membangun industri esports tanah air.

DStour #58: Menikmati Suasana ala Manhattan di Coworking Space Uptown

Terletak di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, coworking space Uptown  hadir dengan desain modern mengambil tema Manhattan, New York. Coworking space yang berfungsi sebagai service office ini dimiliki oleh Salim Group dan mencoba untuk meng-cater perusahaan rintisan, komunitas hingga perusahaan teknologi untuk berkantor di kawasan strategis, Jakarta.

Dipandu oleh General Manager Uptown Poppy Levany Suzan, berikut liputan DStour selengkapnya.

Salim Group Dirikan Uptown Coworking Space

Setelah sebelumnya mendirikan “community builder” bersama dengan National University of Singapore (NUS) Enterprise dengan brand Block71, Salim Group meresmikan coworking space terbaru di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan bernama Uptown Coworking Space. 

Bertempat di gedung Plaza Mutiara, coworking space tersebut mengambil tema desain ala Manhattan, New York. Di dalamnya terdapat ruang pertemuan, private office, dan virtual office.

Kepada DailySocial General Manager Uptown Poppy Levany Suzan mengungkapkan, Uptown terbuka untuk semua entrepreneur yang ingin memiliki kantor dengan fasilitas lengkap di kawasan Kuningan Jakarta. Secara khusus, Uptown juga ingin membangun komunitas startup dan entrepreneur di Jakarta.

Untuk kategori startup sendiri, Uptown tidak melakukan pemilihan kategori secara khusus. Semua startup yang memiliki bisnis berbasis teknologi, edukasi, kesehatan dan lainnya, bisa bergabung dalam komunitas Uptown.

“Uptown terbuka untuk semua jenis industri agar nantinya klien atau tenant kami juga dapat melakukan networking yang lebih luas,” kata Poppy.

Saat ini Uptown telah memiliki sekitar enam startup dan satu jenis usaha di bidang perhotelan yang bergabung dalam komunitas. Diperkirakan bulan Januari 2019 mendatang akan masuk beberapa tenant lagi di coworking space Uptown.

Upaya Salim Group dukung komunitas startup

Meskipun baru memiliki satu cabang di Kuningan Jakarta Selatan, Uptown memiliki rencana untuk membuka cabang baru tahun 2019 mendatang. Upaya Salim Group untuk mendukung pertumbuhan startup dan entrepreneur ditunjukkan melalui coworking space yang memiliki fasilitas lengkap dan relevan untuk pelaku startup.

Disinggung berapa investasi yang digelontorkan oleh Salim Group untuk coworking space Uptown, Poppy enggan menyebutkannya.

Salim Group sendiri saat ini sudah banyak terlibat melakukan investasi hingga akuisisi startup di Indonesia. Di antaranya adalah Elevenia, iLotte hingga layanan logistik Popbox.

Meskipun agak terlambat, dibanding konglomerasi lainnya, gerakan Salim Group cukup gesit. Dalam waktu tiga tahun, Salim Group sudah memiliki berbagai tambahan anak usaha berkat afiliasi dengan perusahaan teknologi di luar negeri.

15 Brand Non-Endemic asal Indonesia yang Sudah Terjun ke Esports dan Game

Jika beberapa waktu yang lalu kami telah membuat daftar brand-brand terbesar dunia yang sudah terjun ke esports, seperti janji kami, sekarang kita akan melirik ke para pemain industri asal Indonesia yang sudah mulai main mata ataupun sudah basah kuyup nyemplung ke industri game dan esports.

Tanpa basa-basi lagi, mari kita langsung bahas satu per satu.

1. Telkomsel

Dokumentasi: Telkomsel
Dokumentasi: Telkomsel

Saya kira Telkomsel wajib ditaruh di urutan pertama karena mungkin investasi mereka yang paling besar di ekosistem esports dan industri game Indonesia dibandingkan yang lainnya di daftar ini – setidaknya saat artikel ini ditulis (akhir Oktober 2018).

Mereka yang berangkat dari industri telekomunikasi mungkin memang boleh dibilang bersinggungan dengan industri game dan esports yang butuh jaringan internet. Namun Telkomsel setidaknya terlihat lebih gencar dari yang lain untuk penetrasi ke pasar gaming.

Mereka punya divisi gaming sendiri yang diberi nama Dunia Games, yang punya bentuk media online dan event. Telkomsel juga sudah menggelar ajang kompetitif esports yang cukup mewah sejak IGC (Indonesia Games Championship) 2017 – yang jadi ajang esports tahunan mereka.

Belum cukup sampai di situ, Telkomsel malah juga merilis game Shell Fire yang berarti mereka juga melebar menjadi publisher game. Terakhir, mereka bahkan mengumumkan akan membuat liga mereka sendiri untuk 2 game, Mobile Legends: Bang Bang dan Free Fire.

Oh iya, Telkomsel juga sudah jadi sponsor salah satu tim esports Indonesia, Elite 8.

2. Indomie – Indomaret (Salim Group)

ESL Indonesia
Sumber: ESL

Akhir September 2018 kemarin, Salim Group memberikan kejutan saat mereka menggandeng ESL untuk garap industri esports di Indonesia. Pasalnya, ESL bisa dibilang sebagai salah satu perusahaan paling berpengaruh terhadap perkembangan ekosistem esports dunia. Sedangkan Salim Group sendiri juga salah satu perusahaan konglomerasi terbesar yang ada di Indonesia.

Anak-anak perusahaan Salim Group juga telah mengikuti jejak orang tuanya dengan terjun ke esports. 2 perusahaan yang sudah mampir adalah Indomie (Indofood) dan Indomaret.

Indomaret merupakan salah satu sponsor yang mendukung gelaran SEACA di bulan Oktober 2018 ini. Di dalam rangkaian SEACA sendiri, ada juga kompetisi yang bertajuk UIC (Unipin & Indomaret Championship).

Sedangkan Indomie (Indofood) juga sudah memutuskan untuk terjun ke esports. Lucunya, mereka justru memutuskan untuk jadi sponsor di Australia untuk gelaran AEL University Cup 2018. Harusnya, Indomie juga nantinya jadi sponsor untuk turnamen esports kelas mahasiswa di Indonesia karena Indomie adalah makanan pokok para mahasiswa kita.

3. GO-JEK

IGX 2018. Sumber: Kincir
IGX 2018. Sumber: Kincir

Meski memang tidak setua Telkomsel, GoJek merupakan salah satu startup kelas unicorn asal Indonesia yang perkembangnya begitu pesat dan langsung mendisrupsi industri transportasi dalam negeri.

GoJek memberikan kejutan saat mereka menjadi sponsor salah satu organisasi esports lokal, EVOS Esports, penghujung tahun 2016.

Selain itu, salah satu divisi GoJek, GoLive, juga mensponsori salah satu hajatan esports tanah air yang bertajuk Indonesia Game Xperience (IGX) bersama Metrodata. Mereka juga bekerja sama dengan Codashop untuk membuat GoPay Arena yang merupakan sebuah payment gateway untuk Mobile Legends: Bang Bangv (MLBB).

4. Tokopedia

Garuda Cup 2018
Garuda Cup 2018. Sumber: DailySocial

Satu lagi startup asal Indonesia yang sudah cukup besar investasinya di industri game dan esports. Tokopedia sudah beberapa kali menjadi sponsor utama untuk hajatan esports yang berkala nasional.

Jika saya tidak salah ingat, gelaran nasional pertama yang mereka buat adalah Tokopedia Garuda Cup yang digelar pada bulan Mei 2018 yang mempertandingkan MLBB dan PUBG.

Hebatnya lagi, mereka juga jadi sponsor salah satu turnamen yang berbentuk liga, yaitu IESPL – Tokopedia Battle of Friday yang mempertandingkan 4 game selama 22 minggu.

Tokopedia juga sudah menjadi sponsor beberapa tim esports besar nasional seperti EVOS Esports dan Rex Regum Qeon (RRQ).

5. KompasTV

Mungkin memang benar bahwa salah satu faktor terbesar kebangkitan esports Indonesia adalah berkat jumlah masif pemain MLBB namun saya kira KompasTV juga punya andil yang cukup besar dalam memancing media dan pemain industri mainstream lainnya untuk melirik ke esports.

Pertama, mereka membuat gempar komunitas gaming dan esports saat memutuskan untuk menayangkan final kompetisi MLBB se-Asia Tenggara, Mobile Legends: Bang Bang South East Asia Cup (MSC) 2018. Setelah itu, mereka pun tertarik untuk kembali menayangkan gelaran esports dan ajang terbesar Dota 2 di dunia pun (TI8) yang dipilih.

Peran KompasTV ini sebenarnya menarik karena Kompas adalah merek kedua tertua dari semua brand yang ada di sini (setelah BCA). Mereka juga berawal dari industri tua juga, media cetak. Karena itulah, jika brand tua ini saja tertarik untuk terjun ke esports, seharusnya mereka bisa membuat pemain lain yang lebih muda untuk ikut-ikutan.

6. XL Axiata

Sumber: TEAMnxl>
Sumber: TEAMnxl>

XL Axiata menjadi 1 lagi dari 3 pemain di industri telekomunikasi yang ada di daftar ini. Mereka sudah jadi sponsor organisasi esports Indonesia yang paling tua dan masih eksis sampai artikel ini ditulis, TEAMnxl>.

Tak hanya itu, bersama Garena, mereka memasukkan turnamen Arena of Valor (AoV) ke dalam rangkaian XL Axiata Digifest yang diklaim sebagai festival musik dan game pertama di Indonesia.

Mereka juga rutin kerja sama dengan Garena untuk memberikan berbagai bonus top-up untuk AoV.

7. BCA

Sumber: Unipin Esports
Sumber: Unipin Esports

Inilah brand tertua yang ada di sini karena BCA didirikan tahun 1957. Industrinya pun tua karena dari perbankan. Sayangnya, memang investasi dan penetrasi mereka ke esports mungkin masih bisa dibilang kurang agresif (mengingat sebesar apa BCA itu di Indonesia).

Pada SEACA 2018 kemarin, mereka mengadakan promo bersama Unipin untuk para pengguna yang top up menggunakan Sakuku. Jujur saja, saya pribadi penasaran akan sebesar apa jika BCA benar-benar terjun dan investasi besar-besaran ke esports. Kira-kira kapan ya?

8. Smartfren

Sumber: Esports ID
Sumber: Esports ID

Smartfren merupakan pemain ketiga dari industri telko yang sudah melek esports. Mereka pernah menjadi sponsor acara esports yang berbeda bersama salah satu EO esports Indonesia, World of Gaming (WOG), yang bertajuk WOG Goes to Campus.

Acara ini sedikit berbeda dengan kebanyakan acara esports lainnya karena bukan gelaran kompetitif, melainkan bersifat edukatif yang bergerak dari satu kampus ke kampus lainnya.

9. Kratingdaeng

IEC Kratingdaeng 2018. Sumber: Advance Guard
IEC Kratingdaeng 2018. Sumber: Advance Guard

Kratingdaeng adalah pemain pertama dari industri makanan dan minuman (F&B) yang menjadi sponsor utama gelaran kompetitif. Acara tersebut bernama Kratingdaeng Indonesia Esports Championship (IEC) yang digelar dari bulan Juli sampai September 2018.

Belum lama ini, Kratingdaeng juga mengumumkan bahwa mereka telah menjadi sponsor resmi untuk salah satu organisasi esports terbesar, RRQ. 

10. Biznet

Sumber: Rex Regum Qeon
Sumber: Rex Regum Qeon

Masih seputar RRQ, Biznet yang memang punya kedekatan dengan organisasi besar tadi menjadi salah satu sponsor pertama mereka.

Biznet sendiri merupakan penyedia jaringan internet yang cukup dikenal baik untuk perkantoran di kota-kota besar. Bahkan hampir semua perusahaan-perusahaan terbesar (baik nasional ataupun internasional) di Jakarta menggunakan provider ini.

Mungkin juga karena hal itulah (karena sudah cukup dikenal di kalangan perkantoran), Biznet juga ingin merangkul pasar gaming yang memang berhubungan erat dengan penyedia jaringan internet.

11. Traveloka

Satu lagi startup unicorn asal Indonesia yang terjun ke esports. Meski memang tak segalak GoJek penetrasinya, Traveloka juga jadi salah satu sponsor tim esports yang sama dengan GoJek: EVOS Esports.

12. Good Day

Sumber: Elite8
Sumber: Elite8

Satu lagi pemain dari industri F&B yang ada di daftar kali ini. Good Day terjun ke esports dengan menjadi salah satu sponsor untuk organisasi Elite 8 (sama dengan Telkomsel).

Elite 8 sendiri juga cukup menarik karena organisasi yang dipimpin oleh CEO muda, Heinrich Ramli, ini berhasil menggandeng sponsor-sponsor besar meski usianya yang relatif baru.

Sedangkan Good Day juga sudah beberapa kali turut mendukung gelaran esports seperti Point Blank National Championship (PBNC).

13. Torabika

Sumber: RevivalTV
Sumber: RevivalTV

Torabika juga sudah melek ke esports saat mereka menjadi sponsor untuk gelaran PINC 2018 (PUBG Mobile Indonesia National Championship).

PINC 2018 merupakan gelaran esports pertama untuk PUBG Mobile yang kualifikasinya digelar tatap muka alias “offline” di 12 kota yang berbeda. Sedangkan babak Grand Finalnya baru saja rampung diselenggarakan di Britama Arena (Mahaka Square), 21 Oktober 2018 kemarin.

14. Tiket.com

Buat yang belum tahu, Indonesia pernah satu kali (setidaknya sampai artikel ini ditulis) jadi tuan rumah ajang Minor Dota 2, yaitu GESC: Indonesia Minor yang digelar tanggal 15-16 Maret 2018.

Tiket.com adalah salah satu sponsor gelaran tersebut. Tiket.com sendiri adalah sebuah perusahaan yang head-to-head dengan Traveloka yang menyediakan tiket transportasi dan akomodasi.

15. Fruit Tea

Sumber; Garena
Sumber; Garena

Inilah brand terakhir yang ada di daftar ini. Namun Fruit Tea mungkin belum bisa dibilang sudah terjun ke esports secara langsung. Mereka baru berkolaborasi dengan Garena untuk AoV.

Meski demikian, kolaborasi promosi antara Garena dan AoV cukup menarik karena ada bonus in-game item di AoV yang bisa didapatkan saat membeli Fruit Tea di Indomaret ataupun Alfamart / Alfamidi.

Itu tadi 15 brand asal Indonesia yang sudah melirik ataupun terjun langsung jadi bagian dari ekosistem esports. Apakah daftar ini nanti akan bertambah besar di penghujung tahun 2019? Ada brand-brand yang terlewatkan di sini?

BLOCK71 is Now Available in Bandung and Yogyakarta (UPDATED)

Today (10/25), BLOCK71 officially launched its expansion to Bandung and Yogyakarta. The mission is similar, to support ecosystem development of local startups. As known before, BLOCK71 is an initiative from NUS Enterprise – National University of Singapore’s entrepreneurial division – with Salim Group.

In Yogyakarta, BLOCK71 is located on Jalan Prof. Dr. Herman Yohanes No.1212, Terban. In Bandung, BLOCK71 building is located in Jalan H. Juanda No. 108, Labak Gede.

In his speech, Mohamed Salim as representation from Salim Group said the company will fully support BLOCK71 activities. He expects the entrepreneur space can encourage idea exchanges and collaborations, particularly the current BLOCK71 network in Singapore, San Fransisco, Souzhou, Jakarta, Bandung, and Yogyakarta.

Salim also mentioned, Yogyakarta and Bandung are selected for a reason. Both are considered as sources of creative minds to steer the startup industry. Buildings are also selected because of its strategic locations near campuses.

Tang Eng Chye, NUS Enterprise’s President said in his speech that this expansion goes along the development and local entrepreneurial spirit. Collectively, BLOCK71 Singapore and Indonesia will facilitate information exchange for stronger connectivity and encourage startup ecosystem development.

Take a role as local startups’ ecosystem builder

Startup players in Bandung and Yogyakarta can use incubation and other entrepreneurial initiatives. There will be many scheduled activities, such as business competition, conference, idea validation, and networking. BLOCK71 members in both cities will soon be given access to connect with members from other locations, aiming to open access to the International market.

Aside from particular collaboration with startups, BLOCK71 in Yogyakarta and Bandung will establish a strategic partnership with campuses in the relevant areas. It’s to create an opportunity for collaboration between students and businessman. This strategy is considered effective, because of one issue often encountered by players regarding the competent human resource.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BLOCK71 Kini Hadir di Bandung dan Yogyakarta (UPDATED)

BLOCK71 hari ini (25/10) meresmikan ekspansinya ke Bandung dan Yogyakarta. Misinya masih sama, yakni untuk mendorong perkembangan ekosistem startup lokal. Seperti diketahui sebelumnya, BLOCK71 merupakan inisiatif dari NUS Enterprise –divisi kewirausahaan National University of Singapore—bersama dengan Salim Group.

Di Yogyakarta, BLOCK71 terletak di Jalan Prof. Dr. Herman Yohanes No. 1212, Terban. Sementara di Bandung, gedung BLOCK71 terletak di Jalan H. Juanda No. 108, Labak Gede.

Dalam sambutannya, perwakilan dari Salim Group, Mohamed Salim, mengatakan bahwa perusahaan mendukung penuh aktivitas yang dilakukan oleh BLOCK71. Ia berharap, adanya wadah kewirausahaan ini mendorong ide kolaborasi dan pertukaran ide, terlebih jaringan BLOCK71 saat ini sudah ada di Singapura, San Francisco, Souzhou, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.

Mohamed juga menyebutkan, dipilihnya Yogyakarta dan Bandung bukan tanpa alasan. Kedua kota ini dinilai menjadi sumber bibit kreatif yang dapat menggerakkan industri startup. Pemilihan gedung pun didasarkan pada lokasi strategis yang dekat dengan kampus di masing-masing kota.

Tang Eng Chye selaku Presiden NUS Enterprise dalam sambutannya mengatakan bahwa ekspansi ini sejalan dengan pertumbuhan dan semangat kewirausahaan lokal. Secara kolektif BLOCK71 Singapura dan Indonesia akan memfasilitasi pertukaran informasi untuk memperkuat konektivitas dan mendorong pertumbuhan ekosistem startup.

Seremoni peresmian BLOCK71 Yogyakarta / BLOCK71
Seremoni peresmian BLOCK71 Yogyakarta / BLOCK71

Berperan sebagai ecosystem builder startup lokal

Pelaku startup di Bandung dan Yogyakarta bisa memanfaatkan dukungan inkubasi dan inisiatif kewirausahaan lainnya. Akan ada banyak aktivitas yang diagendakan, seperti kompetisi bisnis, konferensi, validasi ide, hingga networking. Anggota BLOCK71 di kedua kota nantinya juga diberikan akses untuk terhubung dengan BLOCK71 lainnya, dengan tujuan membuka akses ke pasar internasional.

Selain kolaborasi khusus dengan startup, BLOCK71 di Yogyakarta dan Bandung juga akan menjalin hubungan strategis dengan kampus-kampus di wilayah terkait. Hal ini untuk membuka peluang kolaborasi antara mahasiswa dan pengusaha. Strategi ini dinilai efektif, karena salah satu isu yang sering dijumpai oleh pelaku usaha adalah soal pemenuhan sumber daya manusia yang kompeten.

Bermitra dengan Salim Group, ESL Akan Adakan National Championships di Indonesia

Penggemar dunia esports tentu kenal dengan nama ESL (Electronic Sports League). Perusahaan esports terbesar di dunia itu sudah lama menjadi event organizer untuk kompetisi-kompetisi paling bergengsi. Sejak pertama berdiri pada tahun 2000, ESL telah mendorong perkembangan berbagai judul game, termasuk Dota 2, Counter Strike, Overwatch, dan StarCraft.

Di tahun 2018, ESL akan semakin melebarkan sayapnya dengan cara menjalin kemitraan bersama salah satu grup konglomerat Indonesia, Salim Group. Grup inilah yang merupakan induk dari berbagai perusahaan lokal ternama, termasuk Indofood, Bogasari, serta aktif juga berinvestasi di startup lokal Indonesia . Kemitraan tersebut tentu saja bertujuan untuk mendorong iklim esports Indonesia agar lebih berkembang lagi.

ESL One: Belo Horizonte 2018
ESL One: Belo Horizonte 2018, turnamen Counter Strike | Sumber: ESL

Salah satu agenda ESL dalam kemitraan bersama Salim Group yaitu pengadaan kompetisi besar bertajuk ESL National Championships, liga esports besar yang sebelumnya sudah berlangsung di lebih dari 20 negara. Babak pertama ESL National Championships Indonesia akan dimulai pada tahun 2019 mendatang. Seperti banyak kompetisi lain, ESL National Championships dibuka dengan turnamen online terlebih dahulu, kemudian disusul dengan babak final secara offline.

Seperti yang diungkapkan dalam rilis, ESL bersama Salim Gorup ingin mengembangkan komunitas esports yang sehat dan berkesinambungan di Indonesia. Mereka memandang negara ini memiliki potensi yang sangat besar dalam industri game dan esports, terutama karena jumlah populasi mudanya yang tinggi. Salim Group yang sudah menaungi banyak bidang industri, kini menambahkan hiburan digital dan esports ke dalam portofolionya.

ESL | Cosplay
Cosplay kerap jadi bagian dari acara kompetisi gelaran ESL | Sumber: ESL

“Kami sangat senang telah menemukan mitra strategis yang tertarik dengan pertumbuhan esports di Indonesia,” ujar Nick Vanzetti, Wakil Presiden Senior ESL Asia Pasifik dan Jepang. “Salim Group, dengan reputasi yang mendunia dan sejarahnya yang kuat di Indonesia, sangat cocok untuk apa yang kami targetkan untuk membangun pasar di tahun-tahun mendatang.”

Saat ini belum ada informasi lebih mendetail tentang ESL National Championships Indonesia, termasuk judul game apa saja yang dipertandingkan, besaran hadiah, dan sebagainya. Berbagai pengumuman resmi nantinya akan diumumkan melalui jalur-jalur media sosial ESL Indonesia di Facebook, Twitter, maupun Instagram.

Strategi Nafas Panjang Ala elevenia Bersaing di Industri E-Commerce

elevenia memutuskan untuk mundur dari perang ‘tidak sehat’ antar perusahaan e-commerce demi meningkatkan performa bisnisnya dengan meningkatkan pendapatan bersih yang diincar perusahaan. Pergeseran fokus tersebut datang dari arahan induk baru perusahaan, Salim Group yang mulai efektif masuk pada kuartal IV 2017.

Arahan ini diambil lantaran banyak faktor pemicu, salah satunya adalah hiruk pikuknya persaingan e-commerce yang kini bisa dikategorikan sudah tidak sehat. Kondisi yang terjadi adalah perang besar-besaran diskon, ongkos kirim, voucher, dan gimmick marketing yang bertebaran di berbagai situs.

CMO elevenia Edward Killian menuturkan Salim Group memiliki komitmen jangka panjang untuk membesarkan elevenia. Namun strategi yang dipilih bukan memberikan sokongan dana besar untuk turut subsidi, melainkan arahan untuk fokus pada peningkatan pendapatan bersih (net revenue).

Caranya dengan mengurangi subsidi, bukan menghilangkan sama sekali. Awalnya besaran persentasenya bisa mencapai kisaran 7-20 persen disokong dari kantong elevenia sendiri. Subsidi yang diberikan elevenia kini sudah tidak sebesar itu, tapi di angka yang dirasa perusahaan masih mampu untuk mensubsidinya. Sayangnya Edward enggan membeberkan angkanya.

Pendapatan bersih itu selisih positif dari total pendapatan (operasional dan non operasional) dengan total biaya (operasional dan non operasional) setelah dikurangi dengan taksiran pajak pendapatan.

Perlu diketahui, elevenia melakukan monetisasi salah satunya lewat komisi transaksi yang diambil dari tiap transaksi yang berhasil terjadi dari para penjualnya. Besarannya sekitar 1-3 persen per transaksi.

“Kita cari kombinasi yang benar seperti apa [untuk subsidi] karena kalau kita enggak ada promo, di dunia yang luar biasa sudah ter-cluster dengan diskon akan susah juga. Tapi bagaimana caranya bisa atur promo tanpa harus mengorbankan sustainability kita, itu yang bisa dilakukan,” terang Edward kepada DailySocial.

“Ini adalah approach baru bersama Salim Group,” sambungnya.

Langkah tersebut mulai dilakukan elevenia menjelang akuisisi efektif pada kuartal IV 2017. Secara berangsur pendapatan bersih merangkak naik ke level positif, padahal sebelumnya tercatat negatif di kuartal sebelumnya. Era ketika perusahaan masih memberikan subsidi, diskon, dan lainnya.

Ketika subsidi dikurangi, sambungnya, pasti punya efek samping bagi bisnis elevenia. Volume transaksi ikut turun karena awalnya transaksi datang dari orang-orang yang mau pakai subsidinya. Efek ini sudah diperhitungkan sebelumnya oleh perusahaan.

Pendapatan bersih adalah indikasi yang dipilih untuk mempersiapkan fondasi struktur keuangan elevenia agar lebih sehat di masa depannya. Ini belum membicarakan soal laba. Menurut Edward, elevenia belum sampai ke tahap tersebut.

“Tapi kasarannya jika net revenue sudah positif, tinggal perkara waktu dan scale saja ke depannya. Kita growth pelan-pelan sampai tahap tertentu masuk ke critical mass, harusnya cost di bawahnya akan tertutup.”

Dia melanjutkan, “Akan tetapi bila net revenue-ya sudah negatif, ya gimana mau tutup pembelanjaan yang lain, sama sekali enggak masuk akal. Tapi bila sudah positif, makin lama akan besar karena volume. Kalau hidup dari margin tipis tapi dengan volume besar, suatu saat kita bisa tutup semua pengeluaran. Mungkin waktunya bisa beberapa tahun lagi. Tapi paling enggak setup udah benar dari awal.”

Bersiap sambut masa depan

(Ki-ka) CEO elevenia Sugiharto Darmakusuma, CSMO elevenia Edward Kilian / elevenia
(Ki-ka) CEO elevenia Sugiharto Darmakusuma, CSMO elevenia Edward Kilian / elevenia

Edward melanjutkan strategi yang dipilih elevenia ini adalah bentuk antisipasi perusahaan untuk menyambut masa depan, di mana orang belanja online itu karena kenyamanan dan akses. Bukan karena diskon atau gimmick marketing. Dia menilai dari kacamata bisnis, strategi tersebut bukan setup yang sustainable.

“Tapi kalau kita lihat di lingkungan saat ini yang sedang tidak sehat, pertarungannya di subsidi. Itu kan buat short term saja. Padahal kita harus lihatnya bisnis ini sebagai jangka panjang, jadi cara mainnya enggak matching.”

“Kalau terus-terusan subsidi, growth [bisnis] makin lama memang makin besar, tapi mau sampai kapan [beri subsidi].”

Dia mengibaratkan kondisi e-commerce saat ini seperti sedang lomba lari marathon. Semua e-commerce lari sprint berlomba-lomba melakukan promosi, menarik perhatian calon konsumen untuk bertransaksi. Ketika lari sprint, tidak ada yang tahu nafasnya akan sepanjang apa. Yang pasti, nafas pasti akan habis.

Edward meyakini hal tersebut akan terjadi juga di industri e-commerce, cepat atau lambat.

“Bisnis kalau berdarah terus-terusan, dan belum ketemu titik finish di ujung marathon kan aneh. Bisnis tiap bulan kasih subsidi, net revenue merah terus, ini bukan jadi bisnis.”

Oleh karena itu, Salim Group tetap memberikan dukungan kepada elevenia, namun bentuknya bukan diperuntukkan untuk subdisi. Melainkan untuk operasional elevenia itu sendiri, demi memastikan perusahaan tetap produktif.

Kejar ketertinggalan

Ketika memilih untuk mengurangi subsidi, artinya elevenia memilih untuk tumbuh secara perlahan. Kendati demikian, perusahaan terus berinovasi demi mengejar ketertinggalannya, meski golnya bukan untuk melampaui kompetitor.

Beberapa diantaranya menggaet berbagai komunitas dari pecinta kopi dan sepak bola untuk terhubung dengan elevenia lewat penjualan merchandise khusus atau produk edisi terbatas.

“Pengenalannya bukan ke diskon, kami inign mereka bisa kenal elevenia dengan cara berbeda. Kalau dengan diskon, pasti ke depannya yang mereka harapkan adalah diskon lagi.”

Kemudian memanfaatkan jaringan bisnis dengan Salim Group, misalnya bekerja sama dengan Indomaret lewat Indo Paket. Gerai Indomaret jadi tempat logistik untuk mengambil barang pesanan konsumen yang paling terdekat dari lokasi mereka.

Berikutnya inisiasi program eMart untuk menyasar kebutuhan bulanan. Produknya disuplai dari Indomarco dan beberapa distributor lainnya yang sudah terhubung dengan elevenia.

Perusahaan juga memanfaatkan kerja sama dengan OttoPay (PT Reksa Transaksi Sukses Makmur) untuk kemudahan pembayaran di elevenia lewat uang elektronik. Sementara ini baru bisa bekerja sama dengan penerbit seperti OttoCash dan iSaku (milik Indomaret).

Di luar itu, elevenia juga masih mempertimbangkan kemungkinan untuk perluas segmen bisnis dari marketplace (C2C) ke B2C dan B2B.

“Buat B2C yang punya warehouse ada kemungkinan, masih dilihat feasible atau tidak, B2B juga ada dimungkinkan kita mau ke sana.”

Upaya tersebut dilakukan perusahaan untuk menarik konsumennya yang kebanyakan berasal dari kalangan first jobber, white collar worker dengan rentang usia 20-35 tahun. Penetrasi elevenia kuat di kota-kota besar di seluruh Indonesia.

Sepanjang tahun lalu elevenia mencatat 4 juta transaksi dengan perputaran dana di atas Rp1 triliun. Pengguna terdaftar di elevenia mencapai 5,8 juta orang, namun pengguna aktifnya sekitar 580 ribu orang.

Penjual yang terdaftar di elevenia mencapai 81 ribu penjual, sekitar 93% diantaranya adalah penjual individu. Total SKU yang dimiliki sekitar 4,5 juta SKU. Situs elevenia dikunjungi 419 juta kali. Adapun aplikasi-nya telah diunduh 1,4 juta kali.

“Sekarang kita lihat bukan saatnya untuk bertanding, timing-nya belum tepat. Inovasi-inovasi ini upaya kita untuk catching up supaya enggak ketinggalan jauh pace-nya karena momennya bukan untuk mati bersama di saat ini,” ujar Edward.

Setahun Beroperasi, IDMARCO Target Pasar B2R (Business-to-Retail)

Hari ini layanan grosir online IDMARCO meresmikan kehadiran mereka dengan meluncurkan aplikasi Android dan mengubah tampilan situs. Layanan e-commerce besutan Salim Group ini menargetkan pasar B2R (business to retail) dengan integrasi langsung dengan gudang Indomarco dan menawarkan produk pilihan dari Indofood dan brand lainnya.

“Untuk memudahkan pelanggan mengakses situs, kami telah melakukan pembaruan dengan menempatkan kategori dan banner brand di tampilan depan sehingga memudahkan pelanggan untuk melakukan repeat order,” kata VP Marketing & Business Development IDMARCO Regan Dwinanda.

Berjalan mulai bulan April 2017 lalu, transaksi terbanyak disebutkan dilakukan melalui ponsel. Secara demografi pembeli IDMARCO kebanyakan adalah laki-laki berusia 25-34 tahun.

Fokus ekspansi di seluruh pelosok

Merayakan HUT yang pertama, fokus IDMARCO saat ini adalah layanan di seluruh Indonesia. Dengan menempatkan 1300 stock point di berbagai wilayah, IDMARCO optimis bisa melayani 90% lokasi di Indonesia.

Sebelumnya IDMARCO telah hadir di Jabodetabek dengan 818 stock point tersebar di lebih dari 20 ribu kelurahan. IDMARCO juga memberikan layanan ongkos kirim gratis ke seluruh wilayah layanan.

“Langkah strategis tersebut kami lakukan setelah mendapatkan demand dari luar pulau Jawa seperti Sulawesi, Kalimantan hingga Sumatera. Dengan alasan itulah IDMARCO berniat untuk memperluas cakupan wilayah sepanjang tahun 2018 ini,” kata Regan.

Regan menambahkan sebagian besar pelanggan IDMARCO adalah pemilik ritel atau toko kelontong, sisanya adalah food service atau horeka. Untuk menarik perhatian target pasar, IDMARCO kerap memberikan promosi yang relevan.

“Cara tesebut ternyata mampu mendatangkan kembali pembeli lama sekaligus mengakuisisi pembeli baru di IDMARCO,” kata Regan.

Masih mengandalkan metode Cash on Delivery (COD), IDMARCO memiliki rencana menambah pilihan pembayaran. Sementara pilihan produk akan bertambah secara berkala.

“Hingga saat ini terdapat ribuan jenis produk untuk berbagai kebutuhan. Kami akan terus memenuhi dan memudahkan konsumen mendapatkan kebutuhannya,” kata Regan.

Disinggung apakah IDMARCO akan berkompetisi dengan layanan e-commerce lainnya milik Salim Group, Regan menyebutkan hal ini tidak menjadi kendala karena target pasar masing-masing layanan berbeda.

“Dengan hadirnya IDMARCO justru akan melengkapi seluruh layanan yang ada dibawah naungan Salim Group, bukan menjadi pesaing,” kata Regan.

Application Information Will Show Up Here